Anda di halaman 1dari 80

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII


KEBUN UNIT BETUNG, SUMATERA SELATAN

IHSAN RAVIANSYAH

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA

Dengan ini saya menyatakan laporan akhir berjudul Pemanenan Kelapa


Sawit di PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung Sumatera Selatan
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruaan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir laporan ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2021

Ihsan Raviansyah
NIM J3T118039
RINGKASAN
IHSAN RAVIANSYAH. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit di PT.
Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung, Sumatera Selatan. [Management of
Oil Palm Harvesting in PT. Perkebunan Nusantara VII Estate Unit Betung, South
Sumatra]. Dibimbing oleh GATOT PRAMUHADI
Pemanenan merupakan salah satu kegiatan penting dari budidaya kelapa
sawit (Elais guineensis Jacq.). Kegiatan panen menentukan hasil yang baik dan
buruknya kualitas Tandan Buah Segar (TBS). Kegiatan panen harus dilakukan
dengan standar operasional agar menghasilkan kualitas Tandan Buah Segar (TBS)
yang baik dan produksi yang maksimal.
Tujuan umum dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yaitu untuk
menambah wawasan, memperoleh pengalaman kerja dalam budidaya kelapa sawit
pada areal yang luas, dan meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa
dalam pengolaan perkebunan kelapa sawit. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) secara khusus agar mahasiswa dapat mempelajari teknik pemanenan di areal
yang luas, dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang tekah didapatkan selam
perkuliahan untuk mengidentifikasi serta mengatasi masalah teknis dan manajemen
yang muncul pada saat kegiatan panen di perkebunan kelapa sawit.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 12 minggu, mulai
tanggal 25 Januari sampai 17 April 2021. Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung, Sumatra
Selatan.
Keberhasilan pada kegiatan panen sangat dipengaruhi oleh sistem atau
manajemen panen yang baik. Kegiatan manajemen panen meliputi persiapan panen,
peralatan panen, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Angka Kerapatan Panen
(AKP) dan taksasi produksi, kebutuhan tenaga panen, organisasi panen, rotasi
panen, kaveld panen, sistem ancak, pelaksanaan kegiatan panen, kriteria matang
panen, mutu buah, mutu ancak, mutu panen, basis dan premi panen, denda panen
dan transportasi hasil panen (pengangkutan TBS ke PKS).
Kegiatan pemanenan di Afdeling III PT. Perkebunan Nusantara VII sudah
dilakukan dengan baik, tetapi masih ada beberapa aspek yang masih dibawah
standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu masih ada pemanen yang
meninggalkan brondolan dan tidak dikutip bersih dan masih ada beberapa pemanen
belum lengkap dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan masih ada
kondisi jalan produksi yang sulit untuk dilalui sehingga menghambat kegiatan
pengangkutan hasil panen menuju Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Pelaksanaan
kegiatan panen dilakukan pengawasan upaya pencegahan untuk meminimalkan
kehilangan hasil (losses) produksi yang diakibatkan oleh buah matang yang tidak
dipanen, buah tertinggal di areal, brondolan yang tidak dikutip di sekitar bokoran
atau piringan dan TPH. Pemeriksaan dilakukan oleh mandor dan asisten afdeling
dengan melakukan pengawasan yang tepat pada saat kegiatan panen.

Kata kunci : Persiapan panen, APD, mutu panen


MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII
KEBUN UNIT BETUNG,SUMATERA SELATAN

IHSAN RAVIANSYAH

Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Penguji pada ujian Laporan Akhir: Dr. Ir. Ade Wachjar, MS
Judul Laporan : Pemanenan Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara VII
Kebun Unit Betung, Sumatera Selatan
Nama : Ihsan Raviansyah
NIM : J3T118039

Disetujui oleh

Pembimbing :
Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si.
__________________

Diketahui oleh

Ketua Program Studi:


Ade Astri Muliasari, S.P., M.Si. __________________
NIP 201807198703072001
Dekan Sekolah Vokasi:
Dr. Ir. Arief Darjanto, M.Ec. __________________
NIP 196106181986091001

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir PKL yang berjudul “Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit di
PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung, Sumatera Selatan.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu syarat penulis
untuk menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Vokasi pada Program Studi
Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan, Sekolah Vokasi Institut Pertanian
Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si. sebagai dosen pembimbing PKL.
2. Ibu Ade Astri Muliasari, S.P., M.Si. sebagai Ketua Program Studi
Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan.
3. Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, MS. Sebagai dosen penguji.
4. Bapak Tri Susanto, S.P. selaku manajer PT. Perkebunan Nusantara VII
Kebun Unit Betung yang telah memberikan bimbingan dan memfasilitasi
kegiatan PKL.
5. Bapak Muhammad Zein Shosan, S.P. selaku asisten kepala tanaman PT.
Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung yang telah memberikan
bimbingan dan memfasilitasi kegiatan PKL.
6. Bapak Operandy H Siahaan, S.P. selaku asisten afdeling Tiga PT.
Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung yang telah memberikan
bimbingan dan memfasilitasi kegiatan PKL.
7. Bapak Amir Hamzah, selaku mandor besar afdeling tiga PT. Perkebunan
Nusantara VII Kebun Unit Betung yang telah membimbing dan
memfasilitasi kegiatan PKL.
8. Seluruh karyawan afdeling tiga PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit
Betung atas izin melakukan kegiatan PKL.
9. Dosen dan seluruh staf pengajar Institut Pertanian Bogor yang telah
memberikan ilmunya selama kegiatan perkuliahan.
10. Rekan-rekan mahasiswa Institut Pertanian Bogor, khususnya mahasiswa
Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan angkatan
55 yang telah berjuang bersama.
11. Orang Tua yang telah memberikan doa serta dukungan materi dalam
penulisan Laporan Akhir PKL.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua kalangan yang
membutuhkan referensi pelaksanaan PKL.

Bogor, Agustus 2021

Ihsan Raviansyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit 2
2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3
2.3 Pemanenan Kelapa Sawit 3
III METODE 7
3.1 Lokasi dan Waktu PKL 7
3.2 Metode Pelaksanaan 7
3.3 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data 7
3.4 Metode Analisis Data dan Informasi 9
3.5 Pelaporan 9
IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 10
4.1 Sejarah 10
4.2 Wilayah Administratif Kebun 10
4.3 Struktur Organisasi Perusahaan 11
4.4 Keadaan Iklim dan Tanah 13
4.5 Keadaan Tanaman dan Produksi 13
V HASIL DAN PEMBAHASAN/TOPIK PKL 14
5.1 Aspek Teknis 14
5.2 Aspek Khusus 23
5.3 Aspek Manajerial 41
VI PEMBAHASAN 45
6.1 Persiapan Panen 45
6.2 Angka Kerapatan Panen 46
6.3 Kebutuhan Tenaga Panen 46
6.4 Rotasi Panen 47
6.5 Organisasi Panen 47
6.6 Mutu Panen 47
6.7 Transportasi Hasil Panen 48
6.8 Denda Panen 49
6.9 Basis Panen 49
6.10 Premi Panen 49
VII SIMPULAN DAN SARAN 50
7.1 Simpulan 50
7.2 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 52
RIWAYAT HIDUP 68

DAFTAR TABEL
1. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan 5
2. Jumlah tenaga kerja PTPN VII Kebun Unit Betung 12
3. Data Produksi TBS PTPN VII Kebun Unit Betung 14
4. Dosis penyemprotan gulma 16
5. RKAP produksi semester 1 Kebun Afdeling III 18
6. Teknik penunasan PTPN VII Kebun Unit Betung 23
7. Pedoman Kerja PTPN VII Kebun Unit Betung 24
8. Realisasi penggunaan APD Afdeling III 28
9. Hasil pengamatan AKP, hasil taksasi dan varian produksi 29
10. Prestasi kerja pemanen pada blok 255 Afdeling III 31
11. Pemeriksaan mutu buah di blok 298 Afdeling III 37
12. Pemeriksaan mutu hanca di blok 298 Afdeling III 37
13. Denda panen PTPN VII Kebun Unit Betung 39
14. Denda PMA PTPN VII Kebun Unit Betung 40
15. Basis tugas panen PTPN VII Kebun Unit Betung 40

DAFTAR GAMBAR
1. Peta areal PTPN VII Kebun Unit Betung 11
2. Struktur organisasi PTPN VII Kebun Unit Betung 12
3. Pengendalian gulma secara manual 15
4. Pengendalian gulma secara mekanis 15
5. Pengendalian gulma secara chemist 16
6. Perawatan jalan 17
7. Identitas nomor blok 17
8. Pembuatan dan perawatan TPH 19
9. Letak tanaman bunga pukul delapan (Turnera sabulata) 20
10. TBS yang terserang hama tikus 20
11. Pengendalian busuk pangkal batang 21
12. Blok yang menggunakan metode penanaman big hole 22
13. (a) Kegiatan pemanenan (b) kegiatan penunasan 22
14. Kegiatan penunasan (Prunning) 23
15. Apel pagi (briefing) Asisten, Mandor dan karyawan 25
16. Alat Kerja Panen 26
17. Alat pelindung diri 27
18. Contoh penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap 28
19. Organisasi panen Kebun Afdeling III 32
20. Denah Kaveld Panen Kebun Afdeling III 34
21. Proses pelaksanaan kegiatan panen 35
22. (a) buah mentah, (b) buah matang, (c) buah kelewat matang 36
23. Proses transportasi TBS menuju PPKS 38
24. Bagan alir proses pemanen kelapa sawit 48
DAFTAR LAMPIRAN
1. Luas Areal dan Jumlah Pokok Kebun Unit Betung per Oktober 2020
53
2. Curah Hujan 2016-2020 PTPN VII Kebun Unit Betung 54
3. Form Sensus AKP 55
4. Buku Rotasi Panen Kebun Afdeling III 56
5. Form Rekapitulasi Pemeriksaan Mutu Panen 57
6. Form Pencatatan Hasil Panen 58
7. Form Daftar Pengumpulan Buah 59
8. Monitoring Panen Kelapa Sawit PTPN VII Kebun Unit Betung
Kebun Afdeling III per 10 April 2021 60
9. Tabel pengamatan Alat Pelindung Diri (APD) 61
10. Jurnal Harian Sebagai KHL 62
11. Jurnal Harian Sebagai Pendamping Mandor 64
12. Jurnal Harian Sebagai Pendamping Asisten 66
1

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman
perkebunan yang banyak diusahakan di Indonesia. Kelapa sawit merupakan salah
satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa
negara selain minyak dan gas. Indonesia juga merupakan negara produsen dan
eksportir kelapa sawit terbesar di dunia, kelapa sawit penyumbang nilai ekspor bagi
sub sektor perkebunan yakni 15.3 miliar US Dollar (Ditjenbun 2017).
Panen adalah pemotongan tandan dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik.
Tandan yang sudah dipanen disebut Tandan Buah Segar (TBS). Untuk buah yang
belum dipanen disebut black bunch. Urutan kegiatan panen adalah pemotongan
tandan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah,
pengangkutan hasil ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), dan pengangkutan ke
pabrik. Panen harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah
mengandung minyak dengan kernel optimum dengan kualitas terbaik, berondolan
bersih, buah tidak menginap, angkutan ke pabrik lancar (Sulistyo 2010). Bagian
kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buahnya yang tersusun dalam
sebuah tandan yang biasa disebut dengan TBS. Buah kelapa sawit di bagian sabut
(daging buah atau mesocarp) menghasilkan minyak kelapa sawit kasar (crude palm
oil atau CPO) sebanyak 20-24%. Bagian inti menghasilkan minyak inti kelapa sawit
(palm kernel oil atau PKO) 3-4% (Sunarko 2007). Masalah yang sering terjadi pada
kegiatan panen adalah rotasi panen yang terlalu pendek dan panjang yang dapat
merugikan produksi, buah menginap di lapangan yang dapat menyebabkan
kerusakan pada buah.
Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan
faktor penting dalam pencapaian produksi. Keberhasilan panen sangat bergantung
pada pemanen dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen,
kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti: organisasi panen
yang baik, keadaan areal yang memadai. (Lubis 2008).
Keberhasilan pemanenan dapat menunjang pencapaian produktivitas
tanaman kelapa sawit, sebaliknya kegagalan pemanenan dapat menghambat
pencapaian produktivitas. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pemanenan
adalah persiapan panen. Persiapan panen meliputi perhitungan Angka Kerapatan
Panen (AKP), kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, taksasi produksi,
kebutuhan tenaga kerja panen, serta alat dan perlengkapan panen. Persiapan panen
yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen (Lubis 1992).
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) yaitu menambah wawasan,
memperoleh pengalaman keterampilan kerja, meningkatkan kemampuan dan
pemahaman mahasiswa dalam budidaya kelapa sawit pada areal yang luas,
Tujuan khusus dari PKL ini yaitu agar mahasiswa dapat mempelajari teknik
pemanenan di areal yang luas, dan dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang
telah didapatkan selama perkuliahan untuk mengidentifikasi serta mengatasi
masalah teknis dan manajemen yang muncul pada saat kegiatan panen di
perkebunan kelapa sawit.
2

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit
Pohon kelapa sawit terdiri atas dua spesies yaitu Araceae atau Palmae
yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa
sawit. Pohon kelapa sawit berasal dari Afrika Barat diantara Angola dan
Gambia. Menurut Hartanto (2011) tanaman kelapa sawit memiliki klasifikasi
sebagi berikut:

Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang,
dan daun. Bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri atas
bunga dan buah (Sipayung 2019).
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam
tanah, proses respirasi dan dapat berfungsi sebagai penyangga berdirinya tanaman.
Kelapa sawit berakar serabut dan membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan
quarter. Akar primer berdiameter 6-10 mm bercabang membentuk akar sekunder
dengan diameter 2-4 mm, akar sekunder membentuk akar quarter yang berdiamater
0,1-0,3 mm ( Fauzi et al. 2012 ).
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20-75 cm.
Tinggi batang bertambah sekitar 25-60 cm per tahun (tergantung varietas). Batang
diselimuti pangkal pelepah daun tua sampai berumur 11-15 tahun. Batang yang
sudah tua biasanya sudah tidak ada lagi bekas tangkai pelepah daun tua kecuali
sedikit dibawah tajuknya (Pahan 2008).
Daun kelapa sawit termasuk daun majemuk. Bersirip genap dengan
pertulangan sejajar. Ukuran panjang pelepah mencapai 9 m. Tiap pelepah memiliki
anak daun berjumlah 380 helai dan ukuran panjang anak daun sekitar 120 cm.
Jumlah pelepah tiap kelapa sawit mencapai 60 pelepah (Nurhakim 2014).
Bunga tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa
dan mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat. Bunga jantan dan betina
terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin). Kelapa sawit
melakukan penyerbukan silang (cross pollination) yang berarti bunga betina dari
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon lainnya dengan perantaraan
angin atau serangga penyerbuk (Hartanto 2011).
Buah (fructus) pada kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur pada umumnya
sudah dapat dihasilkan dan siap dipanen pertama kali pada umur sekitar 3,5 tahun
sejak penanaman biji kecambah dipembibitan. Tanaman siap dipanen pada umur
2,5 tahun sejak penanaman di lapangan. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan
dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah
matang dan siap panen adalah 5-6 bulan. Warna buah bergantung varietas dan
umurnya (Fauzi et al.2012).
3

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit memiliki respon yang sangat baik terhadap kondisi
lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Kelapa sawit membutuhkan
kondisi tumbuh yang cukup baik agar potensi produksinya dapat dikeluarkan secara
maksimal. Faktor utama lingkungan tumbuh yang perlu diperhatikan adalah iklim
serta keadaan fisik tanah dan kesuburan tanah, disamping faktor lain seperti genetis
tanaman, perlakuan yang diberikan, dan pemeliharaan tanaman (Pardamean 2008).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti
podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Akan tetapi,
kemampuan produksi untuk setiap tanah berbeda-beda, tergantung sifat fisik dan
kimia tanah (Suwarto dan Octavianty 2010). Tanaman kelapa sawit tumbuh baik
pada tanah yang memiliki kandungan usur hara yang tinggi untuk pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman, pH tanah untuk tumbuh tanaman kelapa sawit
antara 4,0-6,5, sedangkan pH optimumnya adalah 5,0-5,5. Sedangkan tanah yang
memiliki pH yang rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan
biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang
surut terutama tanah gambut (Setyamidjaja 2008)
2.3 Pemanenan Kelapa Sawit
Panen adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit dan menjadi
sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan Minyak Kelapa Sawit
(MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS). Hasil panen kelapa sawit berupa Tanda Buah
Segar (TBS) dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik akan menghasilkan minyak
kelapa sawit dan inti (Effendi dan Winarko2011).
Panen dan pengelolaan hasil merupakan rangkaian akhir dari kegiatan
budidaya tanaman kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan pemanenan tidak dilakukan
secara sembarangan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu, sebab tujuan
pemanenan kelapa sawit untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan
kualitas minyak yang baik (Iman at al. 2008).

2.3.1 Persiapan Panen


Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi
dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam
mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu mempersiapkan kondisi
areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah, dan
penyediaan alat-alat kerja (Pahan 2015).
Persiapan panen meliputi persiapan sarana dan prasarana panen, serta
persiapan di kebun untuk memudahkan pelaksanaan panen dan pengeluaran buah
dari dalam kebun ke TPH. Pelaksanaan panen juga mempertimbangkan kriteria
panen (fraksi buah), waktu panen puncak (peak corp) dan kapasitas terpasang dari
pabrik penampung TBS. Usaha untuk menekan kehilangan produksi dan kerusakan
hasil panen perlu dilakukan pengaturan pelaksanaan panen, angkut dan proses
administrasinya sehingga pelaksanaan panen dapat efektif dalam penggunaan
sumber daya dan efisien terhadap konsumsi sumber daya (Sunarko 2009).
Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen.
Persiapan ini meliputi kebutuhan tenaga kerja, pengangkutan, dan Angka Kerapatan
Panen (AKP), serta sarana dan prasarana alat panen. Persiapan tenaga meliputi
jumlah tenaga kerja dan pengetahuan atau keterampilannya. Kebutuhan tenaga
4

kerja bergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen, dan umur tanaman
(Sulistyo 2010).

2.3.2 Pelaksanaan Panen


Tanaman kelapa sawit dilakukan tiga cara panen yang umumnya dilakukan
di perkebunan kelapa sawit, untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara
panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m
dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kapak siam. Cara egrek
digunakan untuk tanaman yang tinggi dari 10 m dengan menggunakan arit
bergagang panjang untuk memudahkan pemanen, sebaiknya pelepah daun yang
menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan
(Rahman 2020).
Pelepah pada tanaman yang tingginya 5-8 m menggunakan sistem songgo 2.
Pelepah pada tanaman yang tingginya lebih dari 8 m menggunakan sistem songgo 1
Sistem songgo 2 adalah menyisakan 2 pelepah di bawah Tandan Buah Segar (TBS).
Sistem songgo 1 adalah menyisakan 1 pelepah di bawah Tandan Buah Segar (TBS).
Pelepah yang ditunas dipotong menjadi 2-3 bagian dan disusun di gawangan mati,
sedangkan buah diangkut ke TPH dan brondolan ditumpukkan secara terpisah dari
Tandan Buah Segar (TBS), kemudian dibawa ke pabrik (Satyamidjaja 2008).

2.3.3 Kriteria Matang Panen


Kriteria panen ditentukan ketika kandungan minyak maksimal dan
kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) minimal. Kriteria umum yang banyak
dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu 2 - 4 butir/kg TBS (Hartanto
2011). Mutu buah ditentukan oleh fraksi matang panen yang terdiri dari 7 kelas.
Fraksi ini sangat berpengaruh terhadap rendemen minyak dan kadar ALB. Semakin
tinggi fraksi panen (matang) rendemen minyak akan meningkat, sedangkan kadar
mutu minyak semakin buruk akibat naiknya kadar ALB. Data hubungan antara
fraksi, rendemen dan mutu minyak sawit disajikan pada Tabel 1 (Sulistyo 2010).
Kualitas minyak sawit yang baik adalah ALB lebih kecil dari 3% untuk pasar
ekspor dan tidak lebih dari 5% untuk pasar lokal. Buah yang dipotong sudah terlalu
matang, minyak yang dihasilkan mengandung ALB yang tinggi yaitu di atas 5%.
Buah mentah akan menghasilkan minyak dengan kandungan ALB yang rendah dan
kadar minyak rendah sehingga minyak yang dihasilkan lebih sedikit (Sunarko
2009).
5

Tabel 1 Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan


Fraksi Kriteria Matang Panen Derajat
Panen Kematangan
Tidak ada buah membrondol, buah Sangat mentah
00
berwarna hitam pekat
1-12.5% buah luar membrondol, Mentah
0
buah berwarna hitam kemerahan
1 12.5-25% buah luar membrondol, Kurang matang
buah berwarna kemerahan
2 25-50% buah luar membrondol, Matang
buah berwarna merah mengkilat
50-75% buah luar membrondol, Matang
3 buah berwarna jingga
75-100% buah luar Lewat matang
4
membrondol, buah berwarna
dominan jingga
Buah bagian dalam ikut Lewat matang
5
membrondol
(Sumber : Sulistyo 2010)

2.3.4 Rotasi Panen


Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir hingga
panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen menggunakan simbol 5/7,
artinya 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Sunarko 2009).
Rotasi panen merupakan salah satu faktor yang menentukan di lapangan
untuk mendapatkan produksi yang maksimal dan biaya operasional yang rendah
serta kadar Asam Lemak Bebas (ALB) rendah. Rotasi panen juga mempengaruhi
transport dan pengolahan TBS di Pabrik (Hakim et.al. 2018)

2.3.5 Sistem Ancak Panen


Ancak panen terbagi menjadi ancak tetap dan ancak giring. Keduanya
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan sistem ancak tetap adalah setiap
pemanen bertanggung jawab terhadap ancak panen dan mudah dikontrol kualitas
buahnya. Sementara kelebihan sistem ancak giring adalah pelaksanaan lebih cepat
dan buah cepat sampai di TPH. Kelemahan sistem ancak tetap adalah buah lambat
sampai di TPH, kelemahan sistem ancak giring adalah setiap pemanen selalu
mencari buah yang mudah dipanen dan pengontrolan kualitas buah lebih sulit
(Sulistyo 2010).

2.3.6 Kebutuhan Tenaga Panen


Perhitungan penetapan tenaga kerja panen dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
6

A × B × C ×D
Kebutuhan tenaga panen =
E
Keterangan :
A : Luas ancak yang dipanen (ha)
B : Angka kerapatan panen (%)
C : Bobot Tandan Rata-rata (BTR) (kg)
D : Populasi (tanaman/ha)
E : Target (panen/HK)

2.3.7 Taksasi dan Angka Kerapatan Panen


Angka Kerapatan Panen adalah kerapatan tandan yang siap dipanen dalam
suatu areal atau blok bisa dalam bentuk angka dan persentase (Hakim et al.2018).
Angka kerapatan panen (AKP) adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah
tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu. AKP digunakan untuk meramalkan
produksi, kebutuhan pemanen, kebutuhan truk dan pengolahan TBS pada esok
harinya (Sulistyo 2010).

2.3.8 Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) ke Pabrik


Tandan Buah Segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik
karena harus segera diolah dan tidak boleh melebihi delapan jam setelah panen.
Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan (Fauzi et al. 2012).
Pencatatan jumlah tandan buah di TPH harus dilakukan bersama-sama
dengan kerani panen dan mandor panen, kemudian dilaporkan kepada mandor 1,
selanjutnya kepada asisten untuk permintaan pengangkutan kepada seksi
transportasi. Pencatatan dan pelaporan ini meliputi jumlah tandan/TPH, TPH
(jumlah dan nomor), dan nomor blok. Berdasarkan data ini dapat diketahui
kebutuhan truk (Sulistyo 2010).
7

III METODE
3.1 Lokasi dan Waktu PKL
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di PTPN VII Kebun
Unit Betung, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Waktu pelaksanaan PKL selama 12 minggu, mulai tanggal 25 Januari
sampai 17 April 2021. Waktu pelaksanaan kerja lapangan disesuaikan dengan jam
kerja di PTPN VII Kebun Unit Betung, Sumatera Selatan.

3.2 Metode Pelaksanaan


Kegiatan PKL telah dilaksanakan dengan mengikuti semua kegiatan yang
direncanakan yaitu sebagai karyawan harian, pendamping mandor, pendamping
asisten afdeling serta mengikuti kegiatan sosial masyarakat. Kegiatan PKL
dilaksanakan selama 12 minggu dan masing-masing pekerjaan dilaksanakan selama
4 minggu.
Kegiatan PKL pada bulan pertama sebagai seorang KHL di PTPN VII Kebun
Unit Betung Sumatera Selatan. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai seorang KHL
meliputi berbagai macam pekerjaan yang besifat teknis. Kegiatan tersebut yaitu
pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penunasan, dan
pemanenan dengan melaksanakan secara langsung kegiatan budidaya tanaman
sesuai yang ditugaskan.
Kegiatan PKL pada bulan kedua sebagai pendamping mandor melakukan
pengawasan kegiatan-kegiatan yang dilakukan karyawan sesuai Instruksi Kerja
(IK) PTPN VII Kebun Unit Betung Sumatera Selatan.
Kegiatan PKL pada bulan ketiga yaitu sebagai pendamping asisten di PTPN
VII Kebun Unit Betung Sumatera Selatan. Kegiatan yang dilakukan yaitu
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), pengecekan Buku
Kerja Mandor (BKM) yang telah diisi oleh mandor, pembuatan laporan
asisten/kepala divisi, mengelola administrasi dan pengawasan tenaga kerja.

3.3 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data


Pengambilan data informasi pada kegiatan PKL dilakukan dengan
mengambil data primer dan dan sekunder. Pengambilan data primer diamati dengan
metode kalibrasi sesuai instruksi mandor. Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari hasil laporan harian, bulanan, dan laporan akhir tahunan. Data dan informasi
yang diperoleh dari laporan adalah luas lahan, produksi perusahaan dan
produktivitas, keadaan perusahaan, organisasi perusahaan, curah hujan, iklim dan
cuaca. Data primer yang diamati yaitu :

1. Persiapan Panen dan Realisasi Penggunaan Alat Pelindung Diri


(APD). Persiapan panen merupakan kegiatan sebelum panen yang sangat
menentukan keberhasilan kegiatan panen. Hal-hal yang dilakukan dalam
mempersiapkan pelaksanaan kegiatan pemanenan yaitu, persiapan tenaga
panen, persiapan alat panen, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),
perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP), persiapan alat transportasi
panen dan perhitungan taksasi produksi.
2. Taksasi dan Angka Kerapatan Panen. Angka kerapatan panen
dihitung dengan mengambil beberapa tanaman sampel. Pengamatan
8

dilakukan secara langsung pada blok yang akan dipanen dengan cara
menghitung jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Rumus
perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen sebagai berikut :

A
AKP = × 100%
B
Keterangan :
A : Jumlah tandan matang yang diamati
B : Jumlah pohon sampel yang diamati

Rumus perhitungan untuk mengetahui taksasi produksi sebagai


berikut :
Taksasi Produksi = A × B × C
Keterangan :
A : Angka Kerapatan Panen (AKP) (%)
B : Jumlah tanaman produktif (tanaman)
C : Berat Tandan Rata-rata (BTR) (kg)

3. Kebutuhan Tenaga Pemanen. Pengamatan dilakukan dengan


melakukan wawancara langsung kepada mandor, asisten kebun, dan
melakukan pengamatan langsung dengan menghitung pemanen yang
ada, serta membandingkan apakah sesuai dengan kebutuhan yang
ditetapkan oleh perusahaan. Perhitungan penetapan tenaga panen adalah
sebagai berikut :

A×B×C×D
Kebutuhan tenaga panen =
E
Keterangan :
A : Luas ancak yang dipanen (ha)
B : Angka Kerapatan Panen (%)
C : Bobot Tandan Rata-rata (BTR) (kg)
D : Populasi (tanaman/ha)
E : Target (panen/hk)

4. Kriteria Matang Panen. Kriteria Matang Panen dilakukan dengan


mengamati buah pada TPH yang sesuai dengan kriteria matang panen.
Pengamatan ini dilakukan pada blok yang akan dipanen dan setiap blok
akan diamati sebanyak tiga TPH secara acak dengan TBS yang sudah
disusun dengan baik di TPH. Pengamatan terhadap tingkat kematangan
TBS yang siap dipanen, kriteria diamati berdasarkan jumlah brondolan
yang jatuh ke tanah.
5. Rotasi Panen. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati ancak
yang telah dipanen oleh pemanen dan sudah berapa kali ancak tersebut
dipanen.
6. Transportasi Hasil Panen. Pengamatan dilakukan pada tiga blok dengan
cara mengamati dan menghitung jumlah trip angkut dari truck, serta
melihat kapasitas angkut truck. Pengamatan dilakukan pada saat
pengangkutan tandan buah segar agar tidak ada buah yang tertinggal di
9

TPH atau menjadi buah restan yang dapat mengakibatkan meningkatnya


Asam Lemak Bebas (ALB). Kebutuhan truk panen dapat diperoleh
dengan rumus:
A
Kebutuhan transportasi panen =
B

Keterangan :
A : Taksasi panen B : Kapasitas angkut truck
3.4 Metode Analisis Data dan Informasi
Metode analasis data dan informasi bertujuan untuk mengetahui cara
mengolah data yang telah diperoleh dari pengamatan dan perusahaan. Metode
analis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis kuantitatif, dan analisis
kualitatif. Data yang diperoleh berasal dari kegiatan penulis selama melaksanakan
PKL. Data dianalisis menggunakan matematika sederhana untuk mendapatkan nilai
rata-rata dan persentasi dari setiap kegiatan yang dilakukan. Hasil analisis data di
bandingkan dengan literatur dan SOP perusahaan.

3.5 Pelaporan
Kegiatan pada saat melaksanakan kegiatan PKL selama 12 minggu dengan
mengikuti posisi pekerja yang telah ditentukan. Informasi yang diperoleh ditulis
dalam bentuk laporan melalui pengamatan yang diperoleh dari setiap kegiatan yang
diikuti selama menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL), pendamping mandor, dan
pendamping asisten. Akan disampaikan dalam sebuah jurnal harian. Jurnal harian
akan dikoreksi oleh asisten pembimbing setiap harinya. Pelaporan menyeluruh
yang akan penulis laporkan yaitu laporan PKL dan laporan tugas akhir. Laporan
akan diserahkan ke Sekolah Vokasi IPB dua minggu setelah penulis pulang dari
kegiatan PKL.
10

IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN


4.1 Sejarah
PT. Perkebunan Nusantara VII merupakan perusahaan agrobisnis yang
bergerak dalam bidang budidaya tanaman tahunan dan tanaman semusim,
pengolahan hasil perkebunan, serta penjualan dan pemasaran hasil produk yang
meliputi CPO, Karet Spesifikasi Teknis (Technically-Spesified Rubber / TSR),
teh hitam, serta gula kristal putih. PT. Perkebunan Nusantara VII didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1996 yang merupakan
konsolidasi dari PT. Perkebunan X (Persero) di Provinsi Lampung dan
Sumatera Selatan, Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XI (Persero) di
Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan yang sekarang berada di Jakarta
dan Jawa Barat, dan Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XXIII (Persero) di
Provinsi Bengkulu yang sekarang berada di Jawa Timur.
PT. Perkebunan Nusantara VII memiliki 28 unit usaha yang
dikelompokkan kedalam 5 distrik yang tersebar di tiga provinsi, yaitu Lampung,
Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Salah satu unit usaha yang berada di
Sumatera Selatan adalah PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung
yang terletak di Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera
Selatan. PT Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung merupakan tanah
hak Erfacht Ex. N.V. Maatschappl Tot Exploltatle Der Cultur Ondernemingen
Van Emoorman En Compagnie, yang atas dasar Undang-undang Nasionalisasi
No. 86 Tahun 1958 dan peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 1959. Tanah
Hak Erfacht dimaksud menjadi tanah Negara yang selanjutnya dikuasai dan
dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara VII. Kebun Unit Betung memiliki luas
sebesar 3.162 ha yang tersebar ke 4 afdeling. Kebun Unit Betung memiliki 2
pabrik pengolahan yaitu Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) dan Pabrik
Pengolahan Inti Sawit (PPIS) dengan masing-masing kapasitas produksi 50
ton/jam dan 100 ton inti/hari.
4.2 Wilayah Administratif Kebun
PT Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung secara administratif
terletak di Desa Teluk Kijing III, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin,
Provinsi Sumatera Selatan. Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Kelapa Sawit
yang berada di Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin terletak di Desa Teluk
Kijing I, Teluk Kijing II, Teluk Kijing III dan Tanjung Agung Selatan,
Kecamatan Lais. Secara geografis PT Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit
Betung terletak pada titik koordinat 020.50.843’ LS dan 1040.09.638’ BT,
dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah timur : Desa Teluk Kijing III, Kecamatan Lais, Musi Banyuasin
Sebelah barat : Kelurahan Betung, Kecamatan Betung, Banyuasin
Sebelah utara : Desa Bukit, Kecamatan Betung, Banyuasin
Sebelah selatan : Desa Tanjung Agung Selatan, Kecamatan Lais, Musi
Banyuasin
11

Kebun Unit Betung memiliki luas areal 3.162 ha yang terbagi dalam empat
afdeling. Pembagian luas areal dan tahun tanam kebun Unit Betung disajikan
pada peta areal pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta areal PTPN VII Kebun Unit Betung


(Sumber : Kantor sentral PTPN VII Kebun Unit Betung)
Kebun Unit Betung terbagi menjadi 4 afdeling. Total luasan areal kebun
Unit Betung adalah 3.162 ha dengan pembagian luas areal dan jumlah pokok
per Oktober 2020 pada (Lampiran 1). Berdasarkan data sensus per Oktober
2020, Kebun Unit Betung Afdeling 3 memiliki luas areal sebesar 777,6 ha
dengan pembagian luas 428,2 ha dan 56.234 pokok untuk tahun tanam 2007
serta 349,4 ha dan 44.242 pokok untuk tahun 2008. Unit Betung memiliki
rincian investasi sebagai berikut: lahan perkebunan, kantor afdeling, kantor
sentral, poliklinik, koperasi, gudang dan alat-alat kebun, tempat ibadah seperti
masjid, perumahan, laboratorium, pabrik pengolahan kelapa sawit dan inti
kelapa sawit. Fasilitas yang disediakan bertujuan meningkatkan kinerja
karyawan dan staf kebun agar lebih produktif dengan output kerja yang tinggi
dan mampu memenuhi standar yang diharapkan kebun. Perumahan induk atau
emplasmen utama terletak di sekitar kantor kebun yang dihuni oleh para staff
kebun. Perumahan karyawan harian tetap dan para supervisi kebun (mandor,
kerani panen, kerani brondolan, penjaga titik api dan kerani buah) terletak di
blok masing-masing. Semua perumahan di PTPN VII Kebun Unit Betung telah
dilengkapi oleh listrik dan air.

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan


PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung memiliki struktur
organisasi berbentuk lini, dimana didalamnya terdapat garis wewenang yang
berhubungan langsung secara vertikal antara atasan dan bawahan. Setiap kepala
12

maupun staf mempunyai tanggungjawab untuk melaporkan kepada kepala atau staf
satu tingkat diatasnya. Jabatan paling tinggi dipimpin oleh manajer Kebun Unit
Betung yang membawahi 3 asisten kepala dan 1 masinis kepala, yaitu asisten kepala
tanaman, asisten kepala teknik & pengolahan dan asisten kepala AKU serta masinis
kepala Quality Assurance. Dalam menjalankan tugasnya asisten kepala dibantu
oleh asisten. asisten kepala tanaman dibantu oleh 4 asisten yaitu asisten afdeling I,
asisten afdeling II, asisten afdeling III dan asisten afdeling IV. Asisten kepala teknik
dan pengolahan dibantu oleh 3 asisten yaitu asisten PPKS I, asisten PPKS II, asisten
teknik reparasi. Asisten AKU dibantu oleh 1 orang asisten yaitu asisten
SDM/Umum, sedangkan masinis kepala Quality Assurance dibantu oleh 2 orang
kepala yaitu Kepala Laboratorium dan Kepala Sortasi. Struktur organisasi dapat
dilihat Gambar 2.
Gambar 2 Struktur organisasi PTPN VII Kebun Unit Betung

(Sumber : Kantor sentral PTPN VII Kebun Unit Betung)

Status tenaga kerja di PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung ada
dua yaitu karyawan staf dan karyawan non staf. Jumlah karyawan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah tenaga kerja PTPN VII Kebun Unit Betung
Uraian Jumlah
Karyawan staf
Manajer 1
Asisten kepala tanaman 4
Asisten afdeling, PPKS, T.Reparasi, 9
kepala lab, asisten SDM
Karyawan non staf
Mandor/krani 44
SKU 188
Total 246
(Sumber : Kantor sentral PTPN VII Kebun Unit Betung)
Berdasarkan Tabel 2 jumlah tenaga kerja diatas, dapat dihitung Indeks
Tenaga Kerja (ITK) di PTPN VII Unit Betung, yaitu :

𝐴 246 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
ITK = = = 0,077 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔/ℎ𝑎
𝐵 3.162 ℎ𝑎
13

Keterangan : A : Jumlah tenaga kerja


B : Luas lahan

Menurut Dinjenbun (2013) ITK ideal kelapa sawit adalah 0,2 orang/ha, maka
di PTPN VII Kebun Unit Betung perlu menambahkan jumlah tenaga kerja yang
hanya memiliki ITK 0,075. Berdasarkan standar ITK perkebunan kelapa sawit di
atas, tenaga kerja dI PTPN VII Kebun Unit Betung sangat kurang dan belum ideal.
Kekurangan tenaga kerja akan berdampak pada kegiatan yang berjalan di kebun.
Kekurangan tersebut membuat Kebun Afdeling III membutuhkan tenaga pekerja
dari luar atau tenaga kerja borongan.

4.4 Keadaan Iklim dan Tanah


Data Curah hujan rata-rata 5 tahun terakhir (2016-2020) di kebun PT.
Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung berdasarkan perhitungan penulis
menggunakan rumus Schmidth-Fergusson kebun Unit Betung termasuk ke dalam
tipe iklim B dengan keadaan iklim daerah basah bernilai Q sebesar 15 % dan
vegetasi hutan hujan tropis. Rata-rata bulan basah (BB) sebesar 3,91 bulan dan
bulan kering (BK) sebesar 0,5 bulan. Rata-rata curah hujan sebesar 2.914 mm/tahun
dan rata-rata hari hujan sebesar 130 hari hujan/tahun. Data curah hujan 5 tahun
terakhir disajikan pada (Lampiran 2).
Keadaan tanah kebun Unit Betung memiliki tiga klasifikasi tanah yaitu Typic
dystrudepts dan Aquic dystrudepts berdasarkan sistem taksonomi tanah dan
Kambisol distrik dan Kambisol gleiik berdasarkan sistem nasional, kemudian Typic
dystrudepts dan Typic hapludults berdasarkan sistem taksonomi dan tanah
Kambisol distrik dan Podsolik haplik berdasarkan sistem nasional serta Typic
plinthudults dan Typic hapludults berdasarkan sistem taksonomi tanah dan Podsolik
plintik dan Podsolik haplik berdasarkan sistem nasional. Fisiografi kebun Unit
Betung memiliki dataran tektonik dengan topogafi datar sebesar (1-3%) dan
berombak sebesar (3-8%).

4.5 Keadaan Tanaman dan Produksi


Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di kebun PT. Perkebunan
Nusantara VII Kebun Unit Betung merupakan jenis Tenera hasil persilangan
antara jenis Dura dan jenis Pisifera. Dura memiliki cangkang yang sangat tebal,
sedangkan Pisifera hampir tidak bercangkang, sehingga keduanya tidak
direkomendasikan untuk ditanam, sedangkan Tenera memiliki ketebalan
cangkang yang sedang. Varietas yang ditanam di kebun Unit Betung adalah
Dumpy Marihat PPKS Medan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 9 m x 9 m x
9 m. Rata-rata luasan per blok adalah 15 ha dengan populasi 136 tanaman/ha.
Data produksi TBS Unit Betung dapat dilihat pada Tabel 3.
14

Tabel 3 Data Produksi TBS PTPN VII Kebun Unit Betung


Afdeling Luas Produksi TBS (ton)
(ha) 2016 2017 2018 2019 2020
Afdeling 1 833 14.059 10.487 16.104 15.224 15.851
Afdeling 2 746 15.613 12.354 21.526 20.133 20.880
Afdeling 3 778 14.092 16.681 22.557 19.942 21.283
Afdeling 4 805 12.482 17.270 23.925 20.259 17.604
Total 3.162 56.246 56.793 84.113 75.559 75.620
Produktivitas 17,8 17,9 26,6 23,8 23,9
(ton/ha)
(Sumber : Kantor sentral PTPN VII Kebun Unit Betung)

Berdasarkan Tabel 3 dari tahun 2016 sampai tahun 2017 mengalami


peningkatan produktivitas yang tidak terlalu signifikan yaitu dari 17,8 ton/ha/tahun
menjadi 17,9 ton/ha/tahun. Produktivitas tahun 2017 sampai tahun 2018 mengalami
peningkatan yang signifikan yaitu dari 17,9 ton/ha/tahun menjadi 26,6 ton/ha/tahun,
tetapi pada tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami penurunan dari 26,6
ton/ha/tahun menjadi 23,8 ton/ha/tahun. Produktivitas tahun 2019 sampai tahun
2020 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan yaitu dari 23,9
ton/ha/tahun menjadi 23,9 ton/ha/tahun.

V HASIL DAN PEMBAHASAN/TOPIK PKL

5.1 Aspek Teknis


5.1.1 Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual, chemist dan mekanis.
pengendalian manual dilakukan dengan cara mencabut gulma mengunakan alat
sederhana seperti cangkul, arit dan parang. Pengendalian secara chemis dilakukan
dengan cara menyenprot gulma mengunakan harbisida. Sedangkan pengendalian
mekanis dengan mengunakan mesin untuk pengendalian gulma.
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
dilakukan dengan cara mencabut gulma mengunakan alat sederhana seperti
cangkul, arit dan parang. Pengendalian gulma manual di PTPN VII Kebun Unit
Betung dibagi menjadi beberapa kegiatan seperti Dongkel Anak Kayu (DAK),
bokoran dan tukulan. Pengendalian kayuan atau DAK dengan cara mencangkul
hingga akar untuk memastikan gulma kayuan mati sempurna. Bokoran adalah
pengendalian gulma pada daerah yang berada sekitar tanaman pokok kelapa sawit,
dengan lebar 2 meter. Pengendalian gulma manual bokoran dilakukan dengan cara
membersikan gulma hingga P0 atau tidak ada gulma tersisa menggunakan alat
cangkul. Tukulan adalah anak sawit yang tumbuh pada piringan, pasar pikul dan
gawangan. Pengendalian tukulan dengan cara dicangkul atau ditebas menggunakan
parang hingga akar untuk memastikan tukulan mati sempurna. Kegiatan
pengendalian secara manual dapat dilihat pada Gambar 3.
15

Gambar 3 Pengendalian gulma secara manual

Pengendalian gulma secara mekanis. Pengendalian gulma secara mekanis


adalah pengendalian gulma mengunakan alat mesin. Mesin yang digunakan yaitu
alat mesin potong rumput dengan tipe Matrix BG-431 yang diganti mata pisaunya
dengan mata pisau khusus berbentuk bulat berdiameter 25,4 cm dengan jumlah gigi
40 dan setiap gigi terdapat mata intan. Pengendalian gulma secara mekanis kurang
efektif dan efesien karena satu gawangan membutuhkan 40 menit dan bahan bakar
1 l. perusahaan lebih memilih pengendalian gulma secara kimia karena menurut
perusahaan lebih efektif dan efisien. Kegiatan pengendalian gulma secara mekanis
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Pengendalian gulma secara mekanis

Pengendalian gulma secara chemist. Pengendalian secara chemist


dilakukan dengan cara menyemprot gulma menggunakan harbisida. Pengendalian
gulma secara chemist pada PTPN VII Kebun Unit Betung Kebun Afdeling III
meliputi penyemprotan bokoran dan gulma kayuan. Penyemprotan gulma kayuan
dilakukan pada pagi hari, knapsack yang digunakan berukuran 16 l dan
menggunakan nozzle berwarna merah. Penyemprotan bokoran dilakukan dengan
cara menyemprot mengelilingi tanaman pokok dengan lebar semprotan 2 meter dari
pokok. Penyemprotan mengunakan herbisida sistemik, Bahan aktif yang digunakan
16

Isopropil amina glyfosat 490 g/l dengan nama merek dagang Bio-up dan Metil
metsulfuron 24% dengan nama merek dagang Metsul. Kegiatan pengendalian
gulma secara chemist dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Pengendalian gulma secara chemist

Dosis penyemprotan gulma kayuan dan bokoran dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 4 Dosis penyemprotan gulma


Pengendalian Herbisida Dosis Jenis nozzle
Isopropil amina
glyfosat 490 SL 0.6 l/ha
Gulma kayuan Merah
Metil metsulfuron
24 WP 0.05 kg/ha
Isopropil amina
glyfosat 490 SL 0.3 l/ha
Bokoran Kuning
Metil metsulfuron
24 WP 0.03 kg/ha
(Sumber : Standart Operating Procedure (SOP) PTPN VII Kebun Unit Betung)

5.1.2 Perawatan Jalan dan Drainase


Perawatan jalan adalah suatu kegiatan dalam budidaya perkebunan
tanaman kelapa sawit untuk memaksimalkan kegiatan transportasi hasil panen
serta kegiatan lainnya yang termasuk dalam kegiatan budidaya tanaman kelapa
sawit. Kegiatan perawatan jalan pada PTPN VII Kebun Unit Betung dilakukan
dengan dua cara yaitu cara manual dan mekanis. Dalam kegiatan perawatan jalan
dilakukan oleh Karyawan Harian Lepas (KHL) dan dalam waktu kerja selama 7
jam mulai dari pukul 07.00 – 14.00 WIB. Alat yang digunakan dalam kegiatan
perawatan jalan di Kebun PTPN VII Kebun Unit Betung yaitu cangkul dan
gleder. Kegiatan drainase adalah suatu kegiatan memperbaiki saluran air pada
jalan produksi agar air tidak tergenang pada jalan produksi yang dapat
17

mempersulit transportasi hasil panen dan kegiatan budidaya tanaman kelapa


sawit lainnya. Kegiatan perawatan jalan dan drainase dapat dilihat pada Gambar
6.

a b c

Gambar 6 Perawatan jalan (a) perawatan jalan manual (b) drainase


(c) perawatan jalan mekanis

5.1.3 Pemberian Identitas Nomor Blok


Pemberian identitas nomor blok berfungsi untuk mengetahui indentitas dari
setiap tanaman dan memudahkan seluruh petugas karyawan dalam mencari blok
tertentu. Kebun PTPN VII Kebun Unit Betung dalam pemberian identitas nomor
blok pada setiap sisi sudut blok, pembuatan nomor identitas tanaman menggunakan
alat dan bahan yaitu kuas, plat seng, cat putih dan cat biru. Pemasangan identitas
nomor pada pohon yaitu pada pangkal pelepah sisa tunasan. Pada pemberian
identitas nomor blok terdiri dari tahun tanam, nomor blok, luas areal dan varietas
tanaman. Identitas nomor blok dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Identitas nomor blok

5.1.4 Sensus Black Bunch Count (BBC)


Sensus BBC adalah perhitungan jumlah buah untuk memastikan
diketahuinya taksasi produksi yang akan dipanen dalam periode 6 bulan dan 3
bulan ke depan dengan cara menghitung jumlah bunga dan buah. Di PTPN VII
Kebun Unit Betung memiliki Standart Operating Procedure (SOP) jenis buah
dan bunga yang dilihat yaitu bunga, putik, cengkir, degan, fraksi 00 dan fraksi
0. Bunga adalah calon buah yang akan dipanen 6 bulan kedepan dengan ciri
sudah anthesis dan belum memiliki daging buah. Putik adalah calon buah yang
akan dipanen 5 bulan kedepan dengan ciri daging buah berwarna putih
18

kehijauan, lunak dan berair. Cengkir adalah calon buah yang akan dipanen 4
bulan kedepan dengan ciri daging buah berwarna putih kehijauan. Degan
adalah calon buah yang akan dipanen 3 bulan kedepan dengan ciri daging buah
berwarna kuning kehijauan. Fraksi 00 adalah calon buah yang akan dipanen 2
bulan kedepan dengan ciri daging buah berwarna kuning kemerahan. Fraksi 0
adalah calon buah yang akan dipanen 1 bulan kedepan dengan ciri daging buah
berwarna merah.
Sensus BBC terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu sedang, rendah dan tinggi
produksi. Penentuan klasifikasi tersebut diambil dari laporan produksi
bulanan/blok. Penentuan pohon sampel pada Standart Operating Procedure
(SOP) pada PTPN VII Kebun Unit Betung yaitu minimal 5% dari total populasi
pohon. Berikut perhitungan jumlah blok untuk sensus produksi.

Diketahui :
Populasi Kebun Afdeling III : 100.476 pohon
Jumlah pohon sampel 1 blok : 396 pohon (15 ha)
Perhitungan :

= Populasi Kebun Afdeling 3 × 5%


= 100.476 × 5%
a
=
𝑏

5.024 pohon
=
396 pohon

= 12 blok
Keterangan: a : Jumlah populasi dalam 5 % Afdeling III
b : Jumlah pohon sampel 1 blok

Dalam melakukan sensus produksi pada Kebun Afdeling III dengan total
populasi 100.476 pohon dilakukan sensus pohon sebanyak 5.023 pohon,
dengan jumlah 12 blok. Blok ditentukan dari blok dengan produksi rendah,
tinggi dan sedang. Terbagi menjadi 4 blok rendah, 4 blok sedang dan 4 blok
tinggi. Sensus produksi dilakukan 1 tahun 2 kali yaitu pada bulan Juni untuk
estimasi produksi dari bulan Juli hingga bulan Desember dan pada bulan
Desember untuk estimasi produksi dari bulan Januari hingga bulan Juni. RKAP
produksi semester 1 pada Kebun Afdeling III dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 RKAP produksi semester 1 Kebun Afdeling III


Jumlah semester 1
Tahun Luas
pohon 1 2 3 4 5 6
tanam (ha)
sehat (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
2007 428 56.741 427,9 526,2 565,2 564,4 619,7 791,8
2008 349 43.542 380,1 435,8 465,7 502,1 492,2 612
(sumber : Kantor Kebun Afdeling III)
19

Berdasarkan Tabel 5 di atas Afdeling III memiliki dua tahun tanam yaitu
tahun tanam 2007 dengan luas 428 ha dan jumlah pohon sehat sebanyak 56.741
pohon. Tahun tanam 2008 dengan luas 349 dan jumlah pohon sehat sebanyak
43.542 pohon. Produksi untuk semester 1 untuk tahun tanam 2007 pada bulan
Januari 427,9 kg, bulan Februari 526,2 kg, bulan Maret 565,2 kg, bulan April
564,4 kg, bulan Mei 619,7 kg, bulan Juni 791,8 kg. Untuk tahun tanam 2008
pada bulan Januari 380,1 kg, bulan Februari 435,8 kg, bulan Maret 465,7 kg,
bulan April 502,1 kg, bulan Mei 492,2 kg, bulan Juni 612 kg. Sensus produksi
semester 1 dilakukan pada bulan Desember.

5.1.5 Pembuatan/Perawatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)


Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dibuat di ujung pasar tikus
dengan jumlah 6 TPH/ancak dengan ukuran panjang 3 m (searah jalan timur-barat)
dan lebar 2 m. Alat yang digunakan pada saat kegiatan pembuatan TPH yaitu
cangkul dan meteran. Cara pembuatan TPH yaitu membersihkan TPH dari gulma
dan sampah menggunakan cangkul, dan ratakan permukaan tanah sehinga tidak ada
genangan air pada permukaan tanah dan buat parit sedalam 10 cm pada seluruh sisi
TPH untuk saluran air. Pemeliharaan TPH secara manual menggunakan cangkul
dengan cara membersihkan gula yang ada di sekitar TPH. Pengendalian TPH secara
chemis menggunakan hebisida berbahan aktif glyphosate dengan konsentrasi 0,3%
dan metil metsulfuron, dalam pelaksanaan penyemprotan harus berjalan dengan
kecepatan konstan pada setiap jalan panen sehingga dihasilkan semprotan herbisida
yang rata, stick semprot tidak diayun ke kiri dan ke kanan, tetapi diarahkan terus ke
depan operator pada ketinggian 30 cm dari permukaan. Rotasi pemeliharaan jalan
kontrol dan TPH dilaksanakan dengan rotasi 4 kali setahun. Kegiatan
pembuatan/perawatan TPH dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Pembuatan dan perawatan TPH

5.1.6 Pengendalian Ulat Api (Setora nitens)


Pengendalian hama ulat api dilakukan berdasarkan data sensus yang
dibandingkan dengan klasifikasi yang di tetapkan perusahaan. Pengendalian
hama ulat api pada PTPN VII Kebun Unit Betung dilakukan secara secara
manual, biologis, dan kimia sebagai langkah akhir pengendalian hama ulat api.
Pengendalian ulat api dengan Pengendalian kimiawi yaitu dengan menggunakan
Rudal dengan bahan aktif lamda sihalotrin dengan dosis 0,3 l/ha, pengendalian
hama ulat api menggunakan bahan kimia itu jika tekanan hama telah melebihi
ambang batas ekonomi yang telah di tetapkan perusahaan. Pengendalian ulat api
yang penulis ikuti saat melakukan kegiatan PKL adalah secara biologis yaitu
20

dengan menanam tanaman pukul delapan (Turnera sabulata), karena serangan


yang ditimbulkan pada PTPN VII Kebun Unit Betung masih tergolong belum
terserang/serangan ringan karena itu pengendalian hama ulat api menggunakan
bunga pukul delapan, penanaman bunga pukul delapan dilakukan di sepanjang
jalan blok di depan gawangan mati. peletakan bunga pukul delapan dapat dilihat
pada Gambar 10.

Gambar 9 Letak tanaman bunga pukul delapan (Turnera sabulata)

5.1.7 Pengendalian Hama Tikus (Rattus tiomanicus)


Tikus merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman kelapa sawit.
Kerusakan yang disebabkan tikus pada Tanaman Mengkasilkan (TM) kelapa
sawit yaitu memakan buat mentah dan matang. Pada buah yang masih muda,
keseluruhan bagian (inti dan daging buah) dapat dimakan oleh tikus. Sedangkan
pada buah yang sudah tua, hanya daging buahnya saja yang dimakan dengan
meninggalkan serat-seratnya. Buah yang terserang oleh hama tikus dapat dilihat
pada Gambar 10.

Gambar 10 TBS yang terserang hama tikus

Pengendalian hama tikus yang penulis lakukan di PTPN VII Kebun Unit
Betung yaitu dengan kimia, dan musuh alami. Pengendalian hama tikus dengan
kimia dilakukan jika data sensus lebih dari 20%. Pada pengendalian secara
kimia insektisida yang digunakan yaitu petrokum 0,005 B dengan bahan aktif
Brodifakum 0,005% dengan dosis 1 kg/ha. Musuh alami yang digunakan PTPN
VII Kebun Unit Betung yaitu burung hantu, ular piton, dan burung elang.

5.1.8 Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang


Kebun PTPN VII Kebun Unit Betung melaksanakan kegiatan pengendalian
penyakit busuk pangkal batang secara teknis dan kimiawi. Berdasarkan SOP
PTPN VII Kebun Unit Betung dalam buku sistem manajemen terpadu PTPN
21

VII, pengendalian penyakit ini terbagi menjadi dua metode pengendalian, yaitu
metode Basal Stem Rot dan Upper Stem Rot, namun karena terkendala biaya
yang mengharuskan menyewa chain saw dan membeli bahan bakar, PTPN VII
Kebun Unit Betung Afdeling III hanya melakukan metode secara teknis dan
kimiawi. Pada saat praktik kerja lapangan, penulis hanya mempraktikkan
pengendalian penyakit busuk pangkal batang dengan cara melakukan isolasi
pada tanaman terserang. Alat yang digunakan untuk pengendalian penyakit
busuk pangkal batang yaitu cangkul, gunting stek, sarung tangan, plastik,
masker. Kegiatan isolasi dilakukan dengan cara mengambil jamur ganoderma
pada batang menggunakan gunting stek lalu dimasukan kedalam plastik, setelah
diambil seluruh jamur pada batang taburi Marihat Fungisida dengan bahan aktif
trichoderma koningil dan trichoderma harzianum disekeliling batang dengan
dosis 0,4 kg/tanaman. Setelah itu, membuat parit petakan pada tanaman yang
terserang dengan jarak 2 m pada batang dengan kedalaman 50 cm kemudian
tanah galiannya dibun-bun pada akar batang. Kegiatan pengendalian penyakit
busuk pangkal batang dapat dilihat pada Gambar 11.

a b c

d e

Gambar 11 (a) Alat yang digunakan (b) pengambilan jamur (c) marihat
fungisida (d) penaburan marihat fungisida (e) pembuatan parit
isolasi
Hasil pengendalian penyakit busuk pangkal batang dengan dilakukannya
isolasi diharapkan menghasilkan penumbuhan akar baru dan memutus akar lain
agar tidak terinfeksi lagi maupun menginfeksi tanaman sekitar. Akan tetapi
penyakit ini tidak bisa disembuhkan, berdasarkan hasil pengamatan di Afdeling
III Unit Betung yang diperoleh setelah pemberian Fungisida dua minggu tidak
berpengaruh nyata. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa fungisida untuk
penyakit busuk pangkal batang sampai sekarang belum ditemukan.
Pengendalian yang dilakukan hanya untuk memperpanjang umur pohon yang
terserang.
Upaya preventif penyakit busuk pangkal batang berdasarkan hasil diskusi
dengan asisten kepala dan asisten afdeling adalah dengan cara penanaman
menggunakan metode big hole yang biasa disebut di Unit Betung atau hole in
22

hole. Penanaman dengan metode ini adalah dengan membuat lubang tanam
dengan cara membuat lubang di dalam lubang menggunakan ukuran 3 m x 3 m
dan kedalaman 0,5 m. Hal ini bertujuan untuk memutus akar-akar lama yang
sebelumnya ditanam dan menanam pada tanah bagian sub soil. Sebelum
ditanam, lubang tanamn dimasukan tandan kosong kedalam lubang dan ditimbun
sedikit tanah. Pada kebun afdeling III, penanaman dengan metode ini digunakan
di beberapa blok pada tahun tanam 2008. Perbedaan penanaman dengan metode
ini adalah populasi tanaman per ha lebih sedikit yaitu 108 pohon/ha sedangkan
pada penanaman dengan metode konvensional adalah 136 pohon/ha dan pada
blok yang menggunakan metode penanaman big hole atau hole in hole tersebut
tanah terlihat seperti bergelombang. Blok yang menggunakan metode
penanaman big hole dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Blok yang menggunakan metode penanaman big hole

5.1.9 Pengendalian Busuk Tandan


Kebun PTPN VII Kebun Unit Betung melaksanakan kegiatan pengendalian
yaitu upaya preventif penyakit busuk tandan secara teknis. Pada saat praktik kerja
lapangan, penulis mempraktikkan pengendalian preventif penyakit busuk tandan
dengan cara melakukan pemanenan dan penunasan tepat waktu karena penyakit ini
sangat sulit ditemukan. Alat yang digunakan untuk pengendalian penyakit preventif
busuk tandan yaitu egrek, sarung tangan, masker dan helm. Penyakit busuk tandan
pada umumnya terjadi karena kesalahan pemanen yang tidak melakukan
pemanenan hingga akhirnya buah busuk di batang dan menimbulkan jamur.
Kegiatan pengendalian busuk tandan dapat dilihat pada Gambar 13.

a b

Gambar 13 (a) Kegiatan pemanenan (b) kegiatan penunasan

5.1.10 Penunasan (Prunning)


Sistem penunasan yang di terapkan di Kebun PTPN VII Kebun Unit Betung
adalah penunasan progresif. Penunasan progresif adalah kegiatan penunasan yang
23

dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan kegitan panen. Rotasi penunasan


dilaksanakan 1,5 rotasi pertahun. Tujuan penunasan progresif adalah untuk menjaga
tunasan agar tetap rapi sepanjang tahun karena dilakukan oleh pemanen yang setiap
hari akan berhadapan dengan hancanya. Kegiatan penunasan progresif menjadi
tanggung jawab pemanen. Teknik penunasan yang diterapkan di PTPN VII Kebun
Unit Betung adalah songgo dua . Teknik songgo merupakan cara penunasan dengan
menyisakan beberapa pelepah di bawah tandan buah paling bawah. Penggunaan
teknik songgo selain untuk memudahkan penunas dalam melakukan menunasan
juga untuk mengoptimalkan kapasitas fotosintesis. Penarapan songgo didasarkan
pada umur tanaman kelapa sawit. Songgo dua diterapkan pada tanamn dengan umur
lebih dari 8 tahun. Songgo tiga diterapkan pada tanaman dengan umur kurang dari
8 tahun. Standar penerapan teknik penunasan dan jumlah pelepah yang harus
dipertahankan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Teknik penunasan PTPN VII Kebun Unit Betung


Umur Tanaman Jumlah Pelepah Per Pokok Teknik Songgo
<8 tahun 56 – 64 pelepah 3
>8 tahun 48 – 56 pelepah 2
(Sumber : Standart Operating Procedure (SOP) PTPN VII Kebun Unit Betung)

Alat yang digunakan pada kegiatan penunasan (prunning) yaitu engrek,


kampak dan Alat Pelindung Diri (APD). Pelepah yang sudah ditunas selanjutnya
dipotong menggunakan kampak menjadi dua atau tiga bagian lalu disusun rapi
digawangan mati. Teknik penunasan yang diterapkan di Kebun Afdeling III sudah
sepenuhnya menggacu pada SOP perusahaan. Tetapi masih di temukan ketidak
tepatan penunasan di sebabkan oleh kelalaiaan pemanen dan tenaga penunasan.
Kegiatan penunasan (Prunning) dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Kegiatan penunasan (Prunning)

5.2 Aspek Khusus


5.2.1 Pemanenan
Pelaksanaan panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari pemotongan
tandan matang, mengutip brondolan, mengumpulkan, mengeluarkan serta
menyusunnya di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). TBS diangkut menuju Pabrik
Kelapa Sawit (PKS). Teknis pelaksanaan kegiatan panen dimulai dari pengecekan
AKP pada sehari sebelum pelaksanaan kegiatan panen yang dilakukan oleh mandor
panen, kemudian pemanen melakukan apel pagi (briefing) bersama asisten
lapangan, mandor besar dan mandor panen. Mandor panen melakukan absensi
24

karyawan panen, Pengecekan alat panen dan alat pelindung diri (APD), membagi
ancak panen dan memberi arahan kepada pemanen.
Setelah melakukan apel pagi (briefing) pemanen kemudian masuk ke ancak
panen dengan mengidentifikasi buah di pokok dengan melihat kriteria matang
panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan memperhatikan dan
memastikan jumlah brondolan yang jatuh di sekitar piringan tanaman kelapa sawit.
Setelah itu pemanen melakukan pemotongan TBS dari pokok dengan potongan
yang terdekat dari pangkal tangkai, memotong pelepah menjadi kemudian disusun
di gawangan mati.
TBS yang sudah dipotong kemudian diangkut ke Tempat Pengumpulan Hasil
(TPH) untuk selanjutnya dilakukan pemotongan tangkai buah dan pemberian
nomor pemanen dan brondolan yang sudah dikutip dimasukkan ke dalam karung
lalu dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Brondolan (TPB).
Panen merupakan rangkaian akhir dari kegiatan budidaya tanaman kelapa
sawit. Kegiatan panen tidak dilakukan secara sembarangan perlu memperhatikan
kriteria tertentu agar tercapai keberhasilan panen dan menunjang pencapaian
produktivitas tanaman. Keberhasilan panen sangat dipengaruhi oleh kegiatan
manajemen yang baik. kegiatan manajemen pemanenan meliputi persiapan panen
dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), organisasi panen, rotasi panen,
perhitungan Angka Kerapatann Panen (AKP), kebutuhan tenaga kerja panen,
pelaksaan kegiatan panen, kriteria matang panen, basis dan premi panen dan
ketersediaan sarana dan prasarana untuk kegiatan transportasi panen pengangkutan
Tandan Buah Segar (TBS) dan brondolan. Manajemen PTPN VII Kebun Unit
Betung membuat sebuah pedoman untuk mengoptimalkan kinerja yang dikenal
sebagai “Core Values AKHLAK”. Core Values AKHLAK dapat dilihat pada Tabel
7.

Tabel 7 Pedoman Kerja PTPN VII Kebun Unit Betung

Keterangan
A Amanah Memegang teguh kepercayaan
yang diberikan
K Kompeten Terus belajar dan mengembangkan
kapabilitas
H Harmonis Saling peduli dan menghargai
perbedaan
L Loyal Berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan Bangsa dan Negara
A Adaptif Terus berinovasi dan antusias
dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan
K Kolaboratif Membangun kerja sama yang
sinergis
(Sumber : Standart Operating Procedure (SOP) PTPN VII Kebun Unit Betung)
25

Persiapan Panen. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya


target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu
dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan panen yaitu, penentuan areal,
penyiapan organisasi panen, menentukan ancak, penyiapan alat-alat panen,
persiapan lapangan, penetuan AKP dan perhitungan taksasi produksi sebelum hari
panen, penyediaan kebutuhan tenaga kerja, penggunaan APD panen. Persiapan
panen dimulai dari apel pagi (briefing) pada pukul 07.00 WIB. Kegiatan apel pagi
dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Apel pagi (briefing) Asisten, Mandor dan karyawan

Pada kegiatan apel pagi (briefing) dipimpin oleh asisten kebun, mandor
besar, 2 mandor panen, 1 petugas mutu buah dan 2 petugas muat angkut.
Asisten kebun dan mandor besar bertugas memberi arahan terhadap peraturan
dan tata cara kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan memberi motivasi
terhadap tenaga kerja pemanen untuk meningkatkan hasil produksi dan
mengecek penggunaan APD tenaga kerja pemanen. Mandor panen bertugas
untuk melakukan absensi pemanen, membagi ancak panen dan memberi arahan
terhadap pemanen.
Peralatan Panen. Alat panen merupakan salah satu hal yang sangat
penting dalam kegiatan panen kelapa sawit. Penggunaan alat panen yang baik
dapat menciptakan pencapaian hasil yang maksimal, sehingga karyawan
(pemanen) diwajibkan menggunakan alat panen yang sudah ditetapkan oleh
perusahaan. Alat-alat kerja panen dapat dilihat pada Gambar 16.
26

a b c

d e f

g h i

Gambar 16 Alat Kerja Panen, (a) egrek, (b) kampak, (c)karung, (d) tojok, (e)
timbangan (f) gerobak sorong/angkong, (g) gancu, (h) ember (i)
batu asah

Berdasarkan Gambar 16 di atas alat kerja panen terdiri dari egrek,


kampak, karung, tojok, timbangan, gerobak sorong (angkong), gancu, ember
dan batu asah. Dari alat-alat kerja panen tersebut memiliki fungsinya masing-
masing. Egrek memiliki fungsi untuk momotong buah (TBS) dari pohon dan
memotong pelepah. Kampak memiliki fungsi untuk memotong tangkai buah,
dengan memotong berbentuk cocor bebek (V sistem). Karung memiliki fungsi
sebagai wadah brondolan yang telah dikumpulkan di dalam ember dan untuk
memudahkan pengangkutan brondolah dari TPH ke TPB. Tojok memiliki
fungsi untuk pengangkutan atau muat TBS kedalam truck. Timbangan
27

memiliki fungsi untuk menimbang brondolan di TPB. Gerobak sorong


(angkong) memiliki fungsi untuk memudahkan pengangkutan TBS dari lorong
atau dalam ancak menuju ke TPH. Gancu memiliki fungsi untuk memudahkan
pengangkutan TBS ke dalam gerobak sorong (angkong) dan berfungsi juga
untuk memudahkan saat menyusun TBS di TPH. Ember memiliki fungsi
sebagai wadah pada saat pengutipan brondolan di sekitar piringan. Batu asah
memiliki fungsi untuk mengasah atau mempertajam egrek dan kampak agar
pemanen lebih maksimal dalam melakukan kegiatan pemanenan.
Realisasi alat pelindung diri (APD). Penggunaan APD merupakan
salah satu hal penting dalam kegiatan panen dan penggunaan APD sangatlah
penting untuk meminimalisir resiko kecelakaan kerja pada saat kegiatan panen
berlangsung. APD yang digunakan pemanen harus sesuai dengan SOP panen.
Berdasarkan SOP panen di PTPN VII Kebun Unit Betung yang harus
digunakan pada saat kegiatan panen yaitu helm, sarung tangan, sepatu boot,
sarung egrek dan kacamata. APD yang digunakan bisa dilihat pada Gambar 17.

a b

c d e

Gambar 17 Alat pelindung diri, (a) helm, (b) sarung tangan, (c) sepatu
boot, (d) satung egrek, (e) kacamata

Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis mengenai


realisasi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat kegiatan panen
berlangsung sebagian pemanen sudah menggunakan APD dengan lengkap dan ada
juga beberapa pemanen yang belum lengkap menggunakan APD dengan alasan
mengganggu aktivitas atau pergerakan pada saat kegiatan panen berlangsung.
Pengamatan dilaksanakan selama 6 hari dengan jumlah sampel sebanyak 5 orang
tenaga panen. Pengamatan yang dilakukan penulis digunakan sebagai perbandingan
28

antara (SOP) yang telah ditetapkan perusahaan dengan realisasi di lapangan. Hasil
pengamatan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Realisasi penggunaan APD Afdeling III


Persentase APD (%)
Hari ke Rata-rata
1 2 3 4 5 6
%
Nama pemanen
1 80 100 80 60 80 80 80
2 80 60 80 80 100 60 77
3 80 80 80 80 60 80 77
4 80 60 80 80 80 60 73
5 100 80 80 80 100 80 87
Rata-rata 78,8

Berdasarkan Tabel 8 di atas, penulis melakukan pengamatan realisasi


penggunaan APD selama 6 hari dengan mengamati 5 orang pemanen. Besarnya
persentase pada pengamatan ini 100%. Pemanen Lamidi 80%, pemanen Arafik
77%, pemanen Rusli 77%, pemanen Parno 73%, pemanen Gimin 83%
Berdasarkan pengamatan realisasi APD panen di kebun afdeling III PTPN VII
Kebun Unit Betung cukup baik. Penggunaan kacamata masih sangat kurang
dalam realisasi penggunaan APD dan masih ada beberapa pemanen yang tidak
menggunakan APD seperti sarung tangan. Adapun contoh penggunaan APD
panen lengkap pada saat kegiatan panen berlangsung dapat dilihat pada Gambar
18.

Gambar 18 Contoh penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


lengkap panen

Angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi. Angka


Kerapatan Panen (AKP) adalah yang menginformasikan banyaknya jumlah
tandan matang siap panen dari jumlah pohon dalam satuan luas tertentu untuk
panen esok hari. Mandor panen melakukan sensus AKP sehari sebelum
dilaksanakan kegiatan panen, dengan mengitung jumlah tandan yang
memenuhi kriteria matang panen dari semua pohon sampel. Form sensus AKP
dapat dilihat pada (Lampiran 3).
29

Penulis melakukan pengamatan dengan pengambilan sampel 2 blok yaitu


pada tanaman pada baris ke 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42,
45 dan 48. Setiap baris diambil pohon kelipatan 6 yaitu pohon ke 6, 12, 18, 24,
30 dan 36 pada blok yang akan di panen esok hari. Standard penentuan pohon
sampel di kebun PTPN VII Kebun Unit Betung yaitu 5 % dari jumlah populasi
total. Batas toleransi perhitungan AKP maksimal 5 %. Data pengamatan AKP,
taksasi produksi oleh penulis dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil pengamatan AKP, hasil taksasi dan varian produksi


Blok/ Luas Jumlah Tandan Jumlah RBT Varian
tahun (ha) sampel matang AKP (kg) Produksi (kg) Produksi
tanam (%) Taksasi Aktual (%)
257/2008 15,50 96 16 16 20 5,635 5,873 1,42
337/2008 14,98 96 14 15 20 5,669 5,525 -1,25
Rata-rata 15,24 96 15 15,5 20 5,652 5,699 0,85

Berdasarkan Tabel 9 di atas rata-rata produksi taksasi sebanyak 5.652


kg/blok/hari. Sedangkan rata-rata hasil produksi aktual sebanyak 5.699
kg/blok/hari. Berdasarkan dari hasil perhitungan varian produksi yaitu 0,85 %.
Dengan nilai varian tersebut masih berada pada batas toleransi AKP yang telah
ditetapkan oleh perusahaan sebesar 5 %.
Berikut contoh perhitungan AKP, hasil taksasi dan varian produksi pada
blok 257 tahun tanam 2008 dengan luasan 15,50 ha :
Jumlah tanaman sampel : 96 pohon
Jumlah tanaman produktif : 1.761 pohon
Rata-rata Berat Tandan (RBT) : 20 kg
Jumlah tandan yang siap dipanen : 16 tandan
A
Angka Kerapatan Panen (AKP) = × 100%
B
16
= × 100%
96

= 16 %
Keterangan : A : Jumlah tandan yang siap dipanen, B : Jumlah pohon sampel
Taksasi produksi =A×B×C
= 0,16 × 1.761 × 20
= 5.635 kg
Keterangan : A : AKP, B: Jumlah tanaman produktif, C : RBT
A −B
Varian produksi = × 100%
B
5.873 −5.635
= × 100%
5.635

= 1,42%
Keterangan : A : Produksi aktual, B : Taksasi produksi
30

Kebutuhan tenaga kerja panen dan realisasi pemanen. Tenaga kerja


panen merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan panen karena jumlah
pemanen yang tepat dapat menghasilkan produksi yang optimal. Tenaga kerja
panen di Kebun Afdeling III yaitu tenaga kerja berstatus karyawan borongan.
Dengan basis panen yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 1.600 kg/hk. Jumlah
tenaga panen di Kebun Afdeling III sebanyak 43 orang. Perhitungan penetapan
tenaga kerja di Kebun Afdeling III yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu
sebagai berikut :
Diketahui :
Luas areal : 778 ha
Jumlah pohon/ha : 129 pohon
Angka Kerapatan Panen (AKP) : 15,5%
Kaveld :8
Basis panen : 1.600 kg/hk
Rata-rata Berat Tandan (RBT) : 21 kg
Cara menghitung :
= Luas areal × Jumlah pohon/ha
= 778 × 129
= 100.362
= 100.362 × AKP
= 100.362 × 15,5 %
= 15.556 Tandan
= 15.556 × RBT
= 15.556 × 21
= 326.676 kg
= 326.676
Kaveld
= 326.676
8
= 40.834 kg/hari
= 40.834
basis
= 40.834
1.600
= 25 Orang
Setiap tenaga kerja panen diwajibkan bekerja selama 7 jam. Penulis
melakukan pengamatan terhadap prestasi kerja karyawan (pemanen).
Pengamatan dilakukan dengan mengamati 1 orang karyawan (pemanen)
dengan menghitung jumlah buah yang dipanen dalam waktu 30 menit. Data
hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 10.
31

Tabel 10 Prestasi kerja pemanen pada blok 255 Afdeling III


Ulangan Waktu dipanen Jumlah
(pokok) (tandan)
1 30 menit 9 9
2 30 menit 8 9
3 30 menit 9 10
4 30 menit 9 8
5 30 menit 8 10
Rata-rata 30 menit 9 9

Indeks Tenaga Kerja (ITK) = 1.600 kg/hk


Rata-rata Berat Tandan (RBT) = 20 kg
30 menit = 9 Tandan = 180 kg
Waktu kerja = 1.600 kg × 30 menit
180 kg
= 8,88 × 30 menit = 266,4 menit = 4 jam
44 menit
Berdasarkan perhitungan Tabel 10 diatas dapat diperoleh informasi
bahwa rata-rata satu orang pemanen dapat memotong buah 9 tandan dalam
waktu 30 menit maka waktu yang diperoleh selama 4 jam 44 menit. Waktu
tersebut belum ditambah dengan waktu istirahat pemanen minimum 30 menit,
pengumpulan brondolan 1 jam dan waktu pengangkutan TBS ke TPH 1 jam.
Jadi waktu pemanen yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaannya
selama 7 jam 22 menit. Dari hasil pengamatan prestasi kerja pemanen ini
menunjukan bahwa jam kerja sudah sesuai dengan SOP perusahaan, jadi
apabila pemanen telah pulang atau menyelesaikan ancak kurang dari 7 jam,
maka dapat dikatakan ancak tersebut belum selesai dan perlu pengecekan oleh
mandor panen. Kebutuhan tenaga kerja tidak selalu tetap, karena kebutuhan
tenaga kerja harus melihat dari hasil perhitungan AKP.
Jika terdapat pemanen yang sakit maka yang akan meneruskan
hancaknya adalah pemanen yang memiliki ancak dekat dengan pemanen yang
sakit tersebut. Pemanen yang meneruskan ancak pemanen yang sakit
mendapatkan premi. Jika terdapat pemanen yang berlebih maka mandor panen
harus membagi luasan ha di bagi jumlah pemanen kerja.
Organisasi panen. Organisasi panen sangat berperan penting dalam
proses pemanenan karna tanpa adanya organisasi panen proses pemanenan
tidak akan berjalan dengan lancar. Struktur organisasi panen yang tersusun
dengan baik akan mendukung tujuan perusahaan dan menghilangkan kesalahan
informasi yang dapat membingungkan tenaga kerja khususnya di dalam
kegiatan panen. Setiap karyawan yang termasuk dalam organisasi panen
memiliki hubungan atas wewenang dan tanggung jawab terhadap karyawan
lainnya. Organisasi panen di Kebun Afdeling III dapat dilihat pada Gambar 19.
32

Gambar 19 Organisasi panen Kebun Afdeling III

Asisten afdeling bertugas sebagai penanggung jawab seluruh pekerjaan


yang ada dilapangan dan bertugas memantau pekerjaan mandor besar, mandor
panen dan mandor pemeliharaan dan juga administrasi. Mandor besar bertugas
membantu asisten afdeling menyusun rencana kerja afdeling setiap sore dan
pagi, memeriksa kehadiran bawahan, melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
secara rutin, membantu asisten afdeling mengkoordinir kegiatan para mandor
yang dibawahi dalam penggalian produksi dan pemeliharaan, membantu
asisten afdeling mendidik dan melatih bidang kultur teknis tanaman untuk
meningkatkan keterampilan, mengawasi mutu panen dan kelas pemanen,
memeriksa pekerjaan seluruh mandor, membuat laporan pekerjaan
pemeliharaan tanaman pada buku merumput, melaporkan prestasi dan
hambatan yang ditemui ke asisten afdeling, melaporkan dan mengkoordinir
pemberantasan hama dan penyakit, mendukung kelancaran angkutan TBS ke
PKS, menekan kehilangan losess dalam bentuk brondolan dan TBS,
memberikan arahan dan teguran lisan kepada bawahan jika terjadi
penyimpangan, memelihara keharmonisan diantara pekerja dalam lingkungan
afdeling. Mandor panen bertugas melakukan briefing dan mengabsen pemanen
jam 07.00 WIB, melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keseragaman alat
panen, melakukan pemeriksaan aktivitas setiap pemanen untuk mengendalikan
mutu hasil panen dan kualitas ancak, mengawasi dan mengatur pengumpulan
hasil panen, menyiapkan laporan hasil panen dan dilaporkan kekantor afdeling,
melakukan sensus AKP pada blok rencana panen besok, mencatat hasil panen
den rencana panen besok pada papan PDCA dikantor afdeling, memeriksa TBS
yang ada di TPH, melaporkan hasil kegiatan kepada mandor besar. PMP
bertugas mensurvei hasil panen apakah benar sudah masuk dalam kriteria
matang panen atau belum dan mencatat apa saja kesalahan yang dilakukan oleh
pemanen. PMA bertugas mencatat berapa tandan yang diangkut setiap mobil
untuk mengetahui berat pertandan buah. Pemanen bertugas menurunkan TBS
dan mengumpulkan di TPH. Pengangkut bertugas memindahkan TBS yang ada
di TPH ke dalam truck. Sopir truck bertugas mengendarai truck selama kegiatan
transportasi hasil panen berlangsung.
Rotasi panen. Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen
terakhir dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Penetapan rotasi
33

panen tergantung dari angka kerapatan panen. Rotasi panen yang terdapat di
PTPN VII Kebun Unit Betung yaitu 8/9. Rotasi panen 8/9 artinya terdapat 8
hari kerja dan 1 hari untuk pemeliharaan alat panen dan penunasan. Jika
produksi buah sedikit maka di Kebun Afdeling III menggunakan rotasi 4/9 dan
5/9. Jika produksi buah normal dan banyak maka di Kebun Afdeling III
menggunakan rotasi 8/9. Rotasi panen dapat dilihat pada (Lampiran 4).
Contoh perhitungan rotasi panen :
jika diketahui Dalam 1 afdeling ( Luas 1.000 ha )
AKP : 15,5 %
Rasio pemanen : 0,04 (Jumlah pemanen 43 orang)
Rata-rata berat tandan (RBT) : 21 kg
Basis : 1.600 kg/ hk
Populasi : 129 pohon / ha

Cara menghitung :
=A×B×C
D×E

= 129 × 15,5 % × 21 = 6,59 ( Dibulatkan 7 hari )


0,04 × 1.600

Keterangan : A : Populasi (ha)


B : AKP (%)
C : RBT (kg)
D : Rasio pemanen (%)
E : Basis (kg/hk)

Berdasarkan perhitungan diatas maka pada AKP 15,5 %, rotasi panennya


7 hari, maka untuk saat ini perusahaan menetapkan rotasi panen 8/9.

Kaveld panen. Kaveld panen adalah luasan areal yang terdiri dari
beberapa blok yang terbagi menjadi beberapa hanca yang harus dipanen dalam
jangka waktu 1 hari. Kebun Afdeling III PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun
Unit Betung memiliki 68 blok. Masing-masing blok rata-rata luasnya 15 ha.
Kebun Afdeling III memiliki 8 kaveld. Berdasarkan data kaveld panen rata-rata
luas kaveld panen perhari yaitu 97,2 ha dengan total luasan Kebun Afdeling III
yaitu 777,60 ha. Terdapat 8 kaveld panen yang dilambang dengan angka. Dalam
satu kaveld berjumlah bervariasi blok yaitu ada yang 12 blok, 7 blok, 9 blok, 6
blok dan 10 blok. Tahun tanam yang terdapat di Kebun Afdeling III terdapat 2
34

tahun tanam yaitu 2007 dan 2008. Pembagian kaveld panen di Kebun Afdeling
III dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20 Denah Kaveld Panen Kebun Afdeling III


Sistem Ancak. Sistem panen yang digunakan di Kebun Afdeling III
adalah ancak tetap. Sistem ancak tetap artinya ancak panen dimana masing-
masing pemanen diberikan tugas untuk menyelesaikan panen dengan luasan
tertentu yang bersifat tetap dan tidak berpindah-pindah hal tersebut membantu
di perolehnya TBS dengan kematangan yang optimal, rendemen minyak yang
dihasilkan tinggi. Contoh seorang pemanen diberikan tugas menyelesaikan
panen sejumlah tertentu baris tanaman, secara tetap per hari sesuai AKP.
Pelaksanaan sistem ancak tetap memiliki keuntungan yang berkaitan dengan
mutu ancak yang dihasilkan oleh pemanen atau pemanen bertanggung jawab
terhadap kualitas hancanya masing-masing. Apabila pemanen tidak bekerja
maka mandor panen mencari pengganti yaitu pemanen yang memiliki ancak
terdekat dengan ancak pemanen yang tidak masuk tersebut dan pemanen yang
menggantikan pemanen yang sakit mendapatkan premi.
Pelaksanaan kegiatan panen. Pelaksanaan panen adalah seragkaian
kegiatan mulai dari memotong tandan matang (TBS), mengutip brondolan,
mengumpulkan dan mengeluarkan serta menyusun TBS di Tempat
Pengumpulah Hasil (TPH). Mandor panen memastikan semua pemanen hadir
dan siap bekerja paling lambat pukul 07.00 WIB membawa peralatan panen
yang lengkap terdiri dari egrek, kampak, angkong, gancu, ember brondolan dan
karung. Mandor panen melakukan absensi, membagi ancak panen dan
memberikan arahan kepada semua pemanen. Setelah itu pemanen masuk
masuk ke ancak masing-masing sesuai sengan arahan mandor panen. Potong
pelepah mepet batang jangan sampai ada yang tertinggal menggantung
(sengkleh), untuk panen pada tanaman umur 3-6 tahun sisakan 3 pelepah
dibawah buah paling rendah (songgo 3), untuk panen pada tanaman umur 7-10
tahun sisakan 2 pelepah (songgo 2), untuk panen pada tanaman umur 11 tahun
ke atas sisakan satu pelepah (songgo 1). Potong buah yang masuk kriteria
matang panenkemudian potong tangkainya semepet mungkin dengan bentuk
“V” atau “cangkem kodok”. Korek semua brondolan yang tersangkut terselip
di ketiak pelepah. Potong pelepah menjadi 3 bagian, kemudian letakkan di
35

gawangan mati. Kutip bersih dan kumpulkan brondolan dalam karung atau
ember. Keluarkan TBS dan brondolan ke TPH. Susun rapi TBS (5 TBS dalam
satu baris) dan berikan tanda nomor pemanen pada TBS dalam TPH tersebut.
Letakkan brondolan di TPH. Pindah ke lorong berikutnya setelah selesai pada
lorong panen tersebut dengan urutan kerja yang sama. Pelaksanaan kerja panen
dapat dilihat pada Gambar 21.

a b c d

e f g h

i j k l

Gambar 21 Proses pelaksanaan kegiatan panen, (a) briefing, (b) pemotongan


TBS, (c) pemotongan tangkai buah, (d) pemotongan pelepah
menjadi 2 sampai 3 bagian, (e) pembuangan pelepah di
gawangan mati, (f) pengisisan TBS kedalam angkong, (g)
pengangkutan TBS ke TPH, (h) penuangan TBS di TPH, (i)
susunan TBS rapi di TPH, (j) pemberian nomor panen, (k)
brondolan di TPB, (l) pemberian nomor di atas karung
brondolan, (m) pengutipan brondolan
36

Kriteria matang panen. Kriteria matang panen dilakukan dengan


mengamati buah yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan.
buah yang telah terlepas dari bulirnya yang disebut dengan membrondol.
Keadaan ini menjadi tolak ukur kematangan buah. Semakin banyak buah yang
membrondol maka buah tersebut dinyatakan semakin matang. Pada PTPN VII
Kebun Unit Betung kriteria matang panen ini dilihat dari buah yang sudah
membrondol di tanah sebanyak 5 butir secara alami atau membrondol tapi tidak
jatuh di tanah yaitu buah telah terlepas dari bulirnya tetapi belum jatuh atau
terselip di ketiak pelepah.
Mutu panen. Kegiatan mutu panen meliputi pemeriksaan mutu buah dan
mutu ancak yang dilaksanakan setiap hari oleh Petugas Mutu Panen (PMP).
Pemeriksaan mutu buah yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan
panen berlangsung dilapangan yaitu pada saat pengumpulan TBS di TPH yang
dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah mentah, buah matang, buah
kelewat matang dan ditulis pada form rekapitulasi pemeriksaan mutu panen
(Lampiran 5) . Pelaksanaan mutu hanca dilakukan dengan memasuki baris
hanca pemanen dan memeriksa pokok yang dipanen dengan cara melihat
tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen tidak diangkut, brondolan tidak
dikutip, pelepah tidak diturunkan, pelepah tidak dipotong dan tidak disusun
dirumpukan (Gawangan). Buah mentah, buah matang, buah kelewat matang
dapat dilihat pada Gambar 22.

a b c

Gambar 22 (a) buah mentah, (b) buah matang, (c) buah kelewat matang

Pengamatan mutu buah dilakukan dengan mengamati buah yang sudah


tersusun rapi di TPH dan sudah diberi nomor pemanen. Mutu buah yang baik akan
menghasilkan rendemen dengan mutu minyak yang tinggi. Standar batas toleransi
buah mentah yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu maksimal 2,5 % dan untuk
buah lewat matang 2,5 % . Data hasil pengamatan mutu buah dapat dilihat pada
Tabel 11.
37

Tabel 11 Pemeriksaan mutu buah di blok 298 Afdeling III


Nomor pemanen
Tahun
TPH Uraian
tanam / 15 16 17 18 19 20 21
Blok
Mentah 2008 / 298 0 0 0 0 0 0 0
1 Matang 2008 / 298 31 22 18 24 14 17 26
Lewat matang 2008 / 298 0 0 0 0 0 0 0
Mentah 2008 / 298 0 0 0 0 0 0 0
2 Matang 2008 / 298 19 13 36 25 17 30 19
Lewat matang 2008 / 298 0 0 0 0 0 0 0
Mentah 2008 / 298 0 0 0 0 0 0 0
3 Matang 2008 / 298 25 30 21 38 24 25 27
Lewat matang 2008 / 298 0 0 0 0 0 0 0
Total 2008 / 298
Mentah 2008 / 298 0 0 0 0 0 0 0
Matang 2008 / 298 75 65 75 87 55 72 72
Lewat matang 2008 / 298 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan pengamatan mutu buah pada Tabel 11 diatas menunjukkan


bahwa tidak ada pemanen yang memanen buah mentah dan buah kelewat matang,
dengan ini berarti sudah sesuai dengan SOP perusahaan dengan batas toleransi buah
mentah yaitu 2,5 % dan buah kelewat matang 2,5 %. Pengamatan mutu hanca
dilakukan dengan cara memasuki baris hanca pemanen dan memeriksa pokok yang
dipanen dan melihat kriteria mutu ancak panen yang ada pada PT. Perkebunan
Nusantara VII Kebun Unit Betung. Data hasil pengamatan mutu hanca dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12 Pemeriksaan mutu hanca di blok 298 Afdeling III
Nomor Pemanen
Blok Kesalahan dihanca panen Total
15 16 17 18 19 20 21
298 Brondolan tidak dikutip 3 4 2 3 2 3 2 19
Tandan matang tidak
298 dipanen 0 0 0 0 0 0 0 0
Tandan dipanen tidak di
298 angkut 0 0 0 0 0 0 0 0
298 Pelepah tidak diturunkan 0 0 0 0 0 0 0 0
298 Pelepah tidak dipotong 3 2 3 2 4 2 2 18
Berdasarkan pengamatan mutu hanca pada Tabel 12 masih terdapat
berondolan tidak dikutip sebanyak 19 butir dan pelepah tidak dipotong sebanyak
18 pelepah. Dari data tersebut dapat dikatakan mutu hanca pada Kebun Afdeling III
belum sesuai dengan SOP perusahaan.
38

Transportasi hasil panen Kebutuhan alat transportasi panen ditentukan


berdasarkan Angka Kerapatan Panen (AKP) dan taksasi produksi terlebih dahulu.
Jumlah alat tranportasi di Afdeling III sebanyak lima truck, setiap satu truck terdiri
dari satu orang sopir dan dua orang pemuat. Sebelum buah diangkut Pengawas
Mutu Panen (PMP) melakukan grading di TPH, jika ditemukan buah mentah dan
buah kelewat matang maka buah ditinggal di TPH lalu disatukan di satu tempat,
untuk di afdeling III disatukan di pos satgas afdeling III. Setelah semua buah dimuat
kedalam truck dengan kapasitas ± 7 ton, kemudian Petugas Muat Angkut (PMA)
menuliskan Surat Pengantar (SP) untuk pengesahan pengiriman buah menuju ke
PKS. Sebelum menimbang supir menyerahkan Surat Pengantar (SP) ke petugas
timbang kemudian supir membawa truck yang terisi TBS ke atas timbangan, setelah
menimbang supir membawa truck yang terisi TBS ke PKS (Tempat
pembokaran/penuangan TBS), sebelum membongkar sopir menyerahkan Surat
Pengantar (SP) kepada petugas sortasi untuk diberikan stempel. Setalah penuangan
selesai sopir membawa truck kosong ke timbangan, sebelum menimbang sopir
menyerahkan Surat Pengantar (SP) ke petugas timbang sehingga di dapatkan berat
bersih hasil timbangan TBS, kemudian sopir mengambil Surat Bukti Timbang
(SBT). Setelah itu sopir kembali menuju Kebun Afdeling III. Kegiatan pemuatan
dan transportasi TBS dapat dilihat pada Gambar 23.

a b c d

e f g h

Gambar 23 Proses transportasi TBS menuju PPKS, (a) muat TBS kedalam
truck, (b) surat pengantar buah, (c) perjalanan truck menuju
PPKS, (d) penimbangan truck terisi TBS, (e) pembongkaran
TBS, (f) surat pengantar buah yang sudah di stempel petugas
sortasi, (g) penimbangan truck tanpa TBS, (h) surat bukti
timbang
39

Denda panen. Denda panen merupakan sanksi yang diberikan kepada


pemanen atas pelanggaran atau kesalahan yang telah dilakukan oleh pemanen
di lapangan. Petugas mutu panen bertugas melakukan pemeriksaan kualitas
panen dan menuliskan denda terhadap pelanggaran aturan yang ada pada PTPN
VII Kebun Unit Betung dalam form penilaian mutu panen (Lampiran 4).
Petugas mutu panen langsung berada dibawah manager. Denda panen
diberlakukan agar pemanen lebih berhati-hati, lebih maksimal dalam
melaksanakan kegiatan panen dan melakukan kegiatan panen sesuai dengan
Standart Operating Procedure (SOP) yang ada pada PTPN VII Kebun Unit
Betung. Denda panen yang diberikan berbeda sesuai dengan kesalahan yang
dilakukan oleh pemanen yaitu meliputi brondolan tidak dikutip bersih, buah
matang tidak dipanen, buah matang dipanen tidak diangkut ke TPH, pelepah
tidak disusun digawangan mati, pelepah tidak diturunkan, tangkai panjang tidak
dipotong, tangkai TBS tidak berbentuk (V), TBS tidak diberi nomor, TBS
busuk tidak diberondolkan, TBS tidak disusun rapi di TPH dan panen buah
sangat mentah.
Sanksi pengawas adalah apabila dijumpai oleh manager dan asisten
kepala ketidaksesuaian mutupanen atas pencatatan di PB 24M yang dilakukan,
maka akan dikenakan sanksi berjenjang yaitu mandor panen sebesar 50% dari
nilai denda pemanen dibawah pengawasannya, mandor besar sebesar 25% dari
nilai denda pemanen dibawah pengawasannya. Ketentuan denda panen pada
PTPN VII Kebun Unit Betung dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Denda panen PTPN VII Kebun Unit Betung


No Bentuk Pelanggaran Denda
1. Tandan matang tidak di panen Rp 5,000 / Tandan
2. Tandan dipanen tidak di angkut Rp 15,000 / Tandan
3. Brondolan tidak dikutip Rp 50 / Brondolan
4. Pelepah tidak diturunkan Rp 5,000 / Pelepah
5. Pelepah tidak dipotong dan disusun Rp 1,000 / Pelepah
dirumpukan
6. Panen buah mentah Rp 10,000 / Tandan
7. Tandan F5/busuk Rp 2,000 / Tandan
8. Susunan tandan tidak sesuai SOP Rp 500 / TPH
9. Tandan tidak ada nomor pemanen Rp 2,000 / TPH
10. Tandan tidak V sistem Rp 500 / Tandan
11. Gagang panjang Rp 1,000 / Tandan
(Sumber : Standart Operating Procedure (SOP) PTPN VII Kebun Unit Betung)

Denda PMA adalah sanksi yang diberkan kepada Petugas Mutu Panen (PMA)
apabila melakukan pelanggaran atau kesalahan di lapangan. Sanksi yang diberikan
kepada PMA meliputi buah mentah terangkut ke PKS, brondolan tertinggal di TPH,
terdapat selisih TBS di PB 25 pada saat mengikuti ke PKS dan bila terjadi selisih
pengiriman TBS ke PKS maka menjadi tanggung jawab transportir ysng besaran
sanksi /dendanya sesuai tarif angkutan yang tertera pada kontrak. Denda PMA dapat
dilihat pada Tabel 14.
40

Tabel 14 Denda PMA PTPN VII Kebun Unit Betung

No Bentuk pelanggaran Denda


1 Buah mentah terangkut ke PKS Rp 5,000 / Tandan
2 Brondolan tertinggal di TPH Rp 2,000 / TPH
3 Terdapat selisih TBS di PB 25 saat Rp 1,000 / Tandan
mengikuti ke PKS
4 Selisih pengiriman TBS ke PKS Sesuai tarif angkutan
yang tertera didalam
kontrak
(Sumber : Standart Operating Procedure (SOP) PTPN VII Kebun Unit Betung)

Apabila ditemukan oleh manajer dan asisten kepala ketidaksesuaian mutu


panen atas pencatatan yang dilakukan, maka akan dikenakan sanksi berjenjang
yaitu untuk mandor panen sebesar 50% dari nilai denda pemanen di bawah
pengawasannya dan untuk mandor besar sebesar 25% dari nilai denda pemanen di
bawah pengawasannya.

Basis panen. basis panen adalah target minimal yang harus dicapai oleh
seseorang pemanen perhari berdasarkan kondisi potensi produksi yang telah
mempertimbangkan kondisi topografi, potensi produksi maupun kondisi ketinggian
tanaman. Adapun dasar penentuan basis tugas yaitu potensi produksi per tahun
tanam, kondisi topografi, tinggi tanaman, sebaran produksi Semester I dan II. Basis
tugas semester I ditentukan oleh masing-masing Unit Kebun sesuai dengan
penyebaran produksi dengan total basis tugas satu tahun tidak kurang dari
ketentuan. Ketentuan basis tugas panen dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Basis tugas panen PTPN VII Kebun Unit Betung


Uraian RKAP Produksi (ton TBS/ha)
Topografi < 12 12-16 17-21 >21
Rata sampai 500 kg 750 kg 850 kg 900 kg
bergelombang
Berbukit 400 kg 600 kg 700 kg 750 kg
Berbukit tanpa 350 kg 550 kg 600 kg 650 kg
teras/kontur
Rawa 350 kg 500 kg 550 kg 600 kg
(Sumber : Standart Operating Procedure (SOP) PTPN VII Kebun Unit Betung)

Khusus TM I dengan produktivitas di bawah 8 ton/ha maka basis tugasnya


adalah 90% dari basis tugas dengan potensi < 12 ton /ha. Kebun Afdeling III
memiliki karyawan panen berstatus karyawan borongan yang memiliki basis yaitu
harus menyelesaikan hancanya dalam satu hari tersebut.
41

Premi panen. Premi panen adalah insentif yang diberikan kepada seorang
pemanen atas pencapaian di atas basis tugas panen. Premi diberikan apabila seorang
pemanen dapat melampaui basis tugas dengan hitungan tertentu berdasarkan
formulasi. Tarif premi panen dibayarkan berdasarkan UMP sesuai dengan lokasi
masing-masing Unit Kebun dan presentase sesuai dengan topografi.
Contoh perhitungan tarif premi sesuai dengan UMP :
𝐴

Tarif P1 = 𝐵
× 50% 𝑠. 𝑑. 70%
𝐶
Tarif P2 = tarif P1 + Rp. 5
Tarif P3 = tarif P2 + Rp. 5
UMP Sumatra Selatan (2021) Rp. 3.144.446
𝐴 𝑅𝑝. 3.144.446
Contoh di Unit Betung = =𝐵
𝐶
30 ℎ𝑎𝑟𝑖
900 𝑘𝑔
= 𝑅𝑝. 116/𝑘𝑔
Keterangan : A : UMP, B: 30 hari, C : Potensi produksi
Tarif P1 topografi rata sampai bergelombang = 50% × 116 = Rp. 58
Tarif P1 topografi berbukit = 60% × 116 = Rp. 69,9
Tarif P1 topografi berbukit tanpa teras/kontur = 70% × 116 = Rp. 81,2
Tarif kutip brondolan (Rp/kg)
= wilayah Sumatra Selatan dan Bengkulu Rp. 200/kg
Premi panen hari libur. Panen minggu diupayakan tidak dilaksanakan. Bila
hanca panen tidak tembus dapat dilakukan panen minggu atau libur dengan
persetujuan Direksi. Tarif panen minggu/libur dapat diberikan 150% dari tarif
premi hari biasa tanpa basis tugas. Tarif premi akan ditinjau kembali setelah
lima tahun dan apabila menurut manajemen diperlukan sebagai akibat turunnya
harga CPO. Kebun Afdeling III memiliki tarif premi untuk karyawan panen
yang berstatus borongan yaitu menurut tahun tanam, untuk tahun tanam 2007
sebesar Rp 89/kg dan untuk tahun tanam 2008 sebesar Rp 100/kg.

5.3 Aspek Manajerial

5.3.1 Pendamping Mandor


Pada PTPN VII Kebun Unit Betung mandor merupakan karyawan yang
bertugas langsung untuk mengawasi kegiatan tertentu dilapangan agar semua
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan Standart Operating Procedure (SOP)
perusahaan dan mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Pada PTPN VII Kebun
Unit Betung khususnya Kebun Afdeling III memiliki satu pimpinan mandor yaitu
mandor besar yang membawahi mandor panen dan mandor pemeliharaan tanaman.
Penulis melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor mulai dari tanggal 22
Februari 2021 – 23 Maret 2021.
Mandor Besar Afdeling. Mandor besar afdeling merupakan pimpinan
mandor yang mambawahi dari beberapa mandor dalam satu afdeling dan karyawan
yang berada 1 tingkat dibawah asisten afdeling yang bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan dalam satu afdeling.
42

Mandor besar afdeling memiliki tugas pokok harian yang bertugas membantu
asisten afdeling menyusun rencana kerja harian di afdeling, memeriksa kehadiran
bawahan, membantu asisten afdeling dalam mengkoordinir kegiatan para mandor
yang bibawahinya baik pelaksanaan pemeliharaan maupun pelaksanaan panen
dalam rangka penggalian produksi TBS, membantu asisten afdeling dalam
mendidik dan melatih bidang kultur teknis tanaman untuk meningkatkan
keterampilan pekerja, memeriksa pekerjaan mandor pemeliharaan tanaman dan
mandor panen, mengawasi mutu panen dan menilai kelas pemanen, melaporkan
prestasi hasil kegiatan kepada atasan langsung termasuk kelancaran dan hambatan
yang ditemui, memberikan pengarahan dan teguran lisan kepada bawahan jika
terjadi penyimpangan, mendukung kelancaran angkutan TBS ke PKS, menekan
kehilangan produksi dalam bentuk brondolan dan TBS dan memelihara
keharmonisan diantara para pekerja dalam lingkungan afdeling.
Mandor besar afdeling juga memiliki tugas pokok berkala yang bertugas
membantu asisten afdeling dalam membuat laporan mingguan, memeriksa dan
mengamati produksi per pohon dalam rangka penyusunan pragnosa produksi
bulanan, bersama-sama krani afdeling melakukan perhitungan kebutuhan bahan
(pupuk dan bahan kimia), menyusun rencana pemberantasan hama dan penyakit,
memeriksa mutu panen pada TBS yang dimuat pada truck mengusulkan penilaian
kinerja bawahan kepada asisten afdeling, menyusun rotasi panen, mengusulkan
basis tugas kepada asisten afdeling, mengevaluasi pencapaian produksi dalam
kurun mingguan dan bulanan, melaksanakan koordinasi dengan mandor besar
lainnya di Unit Usaha, melaksanakan pembinaan kepada bawahan dan
meningkatkan motivasi kerja dan kinerja bawahan dan menginventarisi kondisi
jalan yang rusak.
Kegiatan rutinitas mandor besar afdeling yang diikuti oleh penulis pada pagi
hari yaitu mengikuti kegiatan apel pagi (briefing) bersama asisten afdeling dan
karyawan pada pukul 07.00 WIB, memeriksa kehadiran karyawan bawahanya,
selanjutnya mandor besar afdeling melakukan pengawasan kinerja karyawan di
lapangan, selanjutnya mandor besar afdeling melakukan patroli di area-area yang
rawan terhadap pencurian buah. Penulis juga mengikuti rutinitas mandor besar
afdeling pada sore hari pada pukul 15.00-16.30 WIB yaitu mengikuti kegiatan
patroli di area-area yang dirasa rawan terhadap pencurian buah. Penulis juga
mengikuti kegiatan mandor besar afdeling yaitu kegiatan patroli malam pada pukul
20.30 – 01.00 WIB bersama karyawan-karyawan lainnya yang sudah ditetapkan
jadwalnya.
Mandor Panen. Mandor panen merupakan karyawan yang memiliki jabatan
atasan langsung yaitu mandor besar dan membawahi langsung tenaga kerja
pemanen. Dalam tugasnya mandor panen membantu mandor besar afdeling untuk
menggali produksi TBS semaksimal mungkin dengan cara mengkoordinir pemanen
yang dibawahinya untuk melaksanakan kegiatan panen. Kegiatan panen pada
Kebun Afdeling III dibagi menjadi dua kemandoran yang dipimpin masing-masing
satu orang mandor.
Mandor panen memiliki tugas pokok harian yaitu mengabsen para pemanen
setiap pagi pada pukul 07.00 WIB sebelum memasuki ancak yang telah ditetapkan
oleh perusahaan, mengatur penempatan kerja pemanen pada areal dan hanca yang
telah ditetapkan untuk dipanen, memeriksa kelengkapan peralatan panen, dan
melamporkan kepada mandor besar afdeling, memeriksa dan meneliti aktivitas
43

setiap pemanen untuk pengendalian mutu hasil panen dan apakah masih ada TBS
tidak terpanen atau tertinggal di pohon, memeriksa potensi produksi pada setiap
areal atau blok yang dipanen pada saat itu (AKP), melaporkan kepada mandor besar
afdeling jika pada areal yang dipanen terdapat pohon mati, pohon tumbang,
serangan hama/penyakit dan kondisi areal, mengatur dan mengawasi pengumpulan
hasil form pencatatan pengumpulan hasil dapat dilihat pada (Lampiran 5),
menyiapkan catatan hasil panen untuk dilaporkan ke kantor afdeling catatan hasil
panen dapat dilihat pada (Lampiran 6), mengawasi mutu panen, memeriksa TBS
yang ada di TPH apakah sudah terangkut semua ke PKS, memeberikan penjelasan
dan pengarahan kepada setiap pemanen mengenai tidak tercapainya kulitas panen
pada hari itu dan melaporkan hasil kegiatan kepada mandor besar afdeling.
Mandor besar juga memiliki tugas pokok berkala yaitu membantu mandor
besar afdeling untuk memeriksa potensi produksi dalam rangka penyusun rencana
target produksi, membantu mandor besar afdeling dalam penyusunan rotasi panen,
mengevaluasi pencapaian produktivitas pemanen, melaksanakan koordinasi dan
memelihara hubungan yang harmonis dengan mandor lainnya di Unit Usaha untuk
kelancaran tugas dan melaksanakan pembinaan kepada bawahan untuk
meningkatkan motivasi kerja dan kinerja bawahan (pemanen).
Kegiatan rutin mandor panen yang diikuti oleh penulis yaitu mengikuti
seluruh kegiatan mandor panen mulai dari apel pagi (briefing) pada pukul 07.00
WIB. Setelah itu mengikuti mandor panen mengawasi kegiatan panen yang sedang
berlangsung di areal. Selanjutnya mandor panen menunggu di Tempat
Pengumpulan Brondolan (TPB) dan menunggu laporan hasil panen dari karyawan
panen, Petugas Mutu Panen (PMP) dan Petugas Muat Angkut (PMA), dan
mengecek setiap ancak panen. Setelah kegiatan panen pada hari itu sudah selasai
maka mandor panen melakukan sensus AKP untuk mengetahui estimasi produksi
panen esok hari. Penulis juga mengikuti mandor panen dalam kegiatan patroli
malam pada pukul 20.30 – 01.00 WIB bersama-sama karyawan lainnya yang telah
ditetapkan jadwalnya.
Mandor Pemeliharaan. Mandor pemeliharaan memiliki jabatan atasan
langsung yaitu mandor besar afdeling dan memiliki jabatan bawahan langsung yaitu
pekerja pemeliharaan. Mandor pemeliharaan memiliki tugas mambantu besar
afdeling untuk mengkoordinir pekerjaan pemeliharaan tanaman weeding, weeping,
bokoran, pemeliharaan gawangan dan pemupukan di afdeling. Pada kegiatan
pemeliharaan pada Kebun Afdeling III terdapat satu kemandoran yang dipimpin
oleh satu orang mandor.
Mandor pemeliharaan memiliki tugas pokok harian yaitu pada pagi hari
mengabsen para pekerja pada pukul 07.00 WIB sebelum memulai pekerjaan,
memeriksa kelengkapan peralatan pekerja, mengatur penempatan pekerja
pemeliharaan pada areal yang telah ditetapkan, melaksanakan pengawasan
pekerjaan pemeliharaan dan mencatat hasilnya, memeberikan penjelasan dan
pengarahan kepada pekerja tentang teknik pekerjaan pemeliharaan dan melaporkan
jumlah Harian Kerja (HK) dan hasil kegiatan kepada mandor besar afdeling.
Mandor pemeliharaan juga memiliki tugas pokok berkala yaitu memeriksa
administrasi hari kerja sebagai pendukung pembuatan daftar upah, melaksanakan
pembayaran gaji pekerja tengah bulan dan gajian besar, membantu mandor besar
afdeling dalam penyusunan rencana pekerjaan pemeliharaan baik berupa jenis
pekerjaan, jadwal pekerjaan dan perhitungan kebutuhan bahan kimia dan pupuk,
44

menginventarisir jalan yang rusak dan menghitung jumlah bahan (batu) untuk
perbaikan dan melaksanakan koordinasi dan memelihara hubungan yang harmonis
dengan mandor lainnya di Unit Usaha untuk kelancaran tugas.
Kegiatan rutin mandor panen yang diikuti oleh penulis yaitu mulai dari
kegiatan apel pagi (briefing) pada pukul 07.00 WIB bersama tenaga kerja
pemeliharaan, setelah itu dilanjutkan dengan memasuki areal yang akan
dilaksanakan kegiatan pemeliharaan, penulis mendampingi mandor pemeliharaan
dalam melakukan penawasan pada kegiatan pemeliharaan yang sedang berlangsung
di areal. Setelah melakukan pengawasan mandor pemeliharaan melaporkan hasil
kegiatan pemeliharaan kepada mandor besar afdeling. Penulis juga mengikuti
kegiatan patroli malam bersama mandor pemeliharaan pada pukul 20.30 – 01.00
WIB bersama dengan karyawan lainnya yang telah ditetapkan jadwalnya.

5.3.2 Pendamping Asisten Afdeling


Pada PTPN VII Kebun Unit Betung asisten afdeling merupakan pimpinan
tertinggi di satu afdeling yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dan
pekerjaan di dalam satu afdeling. Seluruh kegiatan dan pekerjaan harus
dipertanggung jawabkan oleh asisten afdeling. Pada PTPN VII Kebun Unit Betung
asisten afdeling bertanggung jawab langsung terhadap asisten kepala tanaman dan
membawahi mandor besar, mandor panen dan mandor pemeliharaan. Asisten
afdeling memiliki tugas membuat perencanaan harian, mingguan, bulanan, triwulan,
semesteran dan tahunan. Asisten afdeling juga memiliki tugas mengatur,
melaksanakan dan mengawasi semua kegiatan dan pekerjaan di bidang tanaman
mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai dengan panen. asisten
afdeling juga memiliki tugas di bidang admisnistrasi yaitu membuat laporan
manajemen dan pengendalian biaya operasional afdeling.
Asisten afdeling memiliki tugas pokok harian yaitu membuat rencana kerja
harian dalam pengelolaan kebun, mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan di afdeling
baik pelaksanaan pemeliharaan maupun pelaksanaan panen dalam rangka
penggalian produksi TBS, mengawasi waktu kerja, mengawasi jumlah tenaga kerja
dan hari kerja yang digunakan, mengawasi terhadap pencapaian jumlah dan mutu
produksi TBS, memeriksa dan mengevaluasi pekerjaan mandor, membuat,
memeriksa dan mengesahkan administrasi afdeling, memberikan pengarahan
kepada bawahan tentang pelaksanaan pekerjaan, mengendalikan penggunaan alat,
bahan dan biaya operasional dan mengendalikan keamanan dan ketenangan pekerja
afdeling.
Pada PTPN VII Kebun Unit Betung asisten afdeling juga memiliki tugas
pokok berkala yaitu merencanakan rotasi, menilai kinerja bawahan, mengevaluasi
pekerjaan afdeling, mengajukan basis tugas bagi pemanen, mengajukan permintaan
modal kerja atau uang tengah bulanan, melaporkan perolehan produksi kelapa
sawit, melaksanakan koordinasi dengan asisten afdeling lainnya baik secara
langsung maupun melalui rapat koordinasi, memeriksa dan mengesahkan kelas
pemanen, melaksanakan pembinaan bawahan untuk meningkatkan motivasi kerja
dan kinerja seluruh karyawan afdeling dan menciptakan hubungan baik dengan
warga di sekitar afdeling.
Kegiatan rutin asisten afdeling yang diikuti oleh penulis yaitu mendampingi
asisten afdeling pada kegiatan apel pagi (briefing) pada pukul 07.00 WIB bersama
mandor besar, mandor panen dan karyawan lainnya. Pada apel pagi (briefing)
45

asisten menyampaikan informasi terbaru dan mengevaluasi pekerjaan pada hari


sebelumnya. Selanjutnya penulis mendampingi asisten afdeling dalam pengawasan
seluruh kegiatan yang ada di afdeling dan setelah itu penulis mendampingi asisten
afdeling dalam mengecek laporan dari mandor besar. Penulis juga mengikuti
kegiatan patroli malam bersama asisten afdeling pada pukul 20.30 – 01.00 WIB
bersama karyawan lainnya yang telah ditetapka jadwalnya.

VI PEMBAHASAN
Panen merupakan suatu kegiatan akhir pada proses budidaya tanaman kelapa
sawit. Pokok pekerjaan panen adalah tata cara memotong hingga transportasi TBS
ke PKS. Teknik panen yang baik yaitu memperhatikan manajemen, ketersediaan
sarana dan prasarana transportasi hasil panen ke PKS, kondisi alat panen,
kemampuan pemanen, organisasi panen, kriteria matang panen dan mutu dalam
pemanenan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal seluruh anggota dalam
organisasi panen harus bekerja sesuai dengan Standart Operating Procedure (SOP)
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

6.1 Persiapan Panen


Persiapan panen meliputi persiapan sarana dan prasarana untuk panen, serta
persiapan di kebun untuk memudahkan pelaksanaan panen dan pengeluaran buah
dari dalam kebun ke TPH. Pelaksanaan panen juga mempertimbangkan kriteria
panen (fraksi buah), waktu panen puncak dan kapasitas terpasang dari pabrik
penampung TBS. Usaha untuk menekan kehilangan produksi dan kerusakan hasil
panen perlu dilakukan pengaturan pelaksanaan panen, angkut dan proses
administrasinya sehingga pelaksanaan panen dapat efektif dalam penggunaan
sumber daya dan efisien terhadap konsumsi sumber daya (Sunarko 2009). Persiapan
panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen
seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan
pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu mempersiapkan kondisi areal, penyediaan
tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat-alat kerja
(Pahan 2015). Kondisi areal pada PTPN VII Kebun Unit Betung termasuk dalam
areal yang rata sampai berbukit. Pada PTPN VII Kebun Unit Betung Kebun
Afdeling III (TM) persiapan panen yang dilakukan yaitu penentuan areal,
penyiapan organisasi panen, menentukan ancak, penyiapan alat-alat panen,
persiapan lapangan, penetuan AKP dan perhitungan taksasi produksi sebelum hari
panen, penyediaan kebutuhan tenaga kerja, penggunaan APD panen. Peralatan
panen yang digunakan pada PTPN VII Kebun Unit Betung Kebun Afdeling III
(TM) yaitu egrek, kampak, karung, tojok, timbangan, gerobak sorong (angkong),
gancu, ember dan batu asah. Sedangkan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan
pada PTPN VII Unit Betung Kebun Afdeling III (TM) yaitu helm, sarung tangan,
sepatu boot, sarung egrek dan kacamata. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
penulis bahwa kondisi alat panen dan APD panen pada PTPN VII Kebun Unit
Betung Kebun Afdeling III (TM) sudah cukup layak dan baik namun masih ada
beberapa APD yang masih kurang yaitu seperti sarung egrek yang hanya berupa
terbuat dari selang bekas. Untuk pembagian hanca pada PTPN VII Kebun Unit
Betung Kebun Afdeling III (TM) memiliki sistem ancak tetap, dengan
menggunakan ancak tetap pemanen mempunyai ancak yang tidak berpindah-pindah
46

dan pemanen selalu menjaga kondisi ancaknya tetap baik dan mempunyai rasa
tanggung jawab atas ancaknya agar mendapatkan hasil produksi yang optimal.
Berdasarkan pengamatan APD oleh penulis pada Kebun Afdeling III sudah
cukup baik namun masih ada beberapa pemanen yang tidak menggunakan APD
seperti kacamata dan sarung tangan yang hal tersebut dapat membahayakan
keselamatan pemanen dalam melakuan kegiatan panen. Pemanen tidak lengkap
menggunakan APD beralasan mengganggu aktivitas pergerakan dan penglihatan
pada saat bekerja. Pada masalah seperti ini penulis memberi saran kepada
perusahaan agar lebih memperhatikan tentang kedisiplinan pemanen dalam
penggunaan APD karna tidak jarang terjadi kecelakaan kerja pada saat kegiatan
panen berlangsung.

6.2 Angka Kerapatan Panen


Angka Kerapatan Panen (AKP) adalah yang menginformasikan banyaknya
jumlah tandan matang panen dari jumlah pohon dalam satuan luas tertentu pada
esok hari, kegiatan sensus AKP dilakukan oleh mandor panen sehari sebelum
melakukan kegiatan panen. Penulis melakukan pengamatan dengan pengambilan
sampel 2 blok dimulai pada tanaman baris ke 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33,
36, 39, 42, 45 dan 48. Setiap baris diambil pohon kelipatan 6 yaitu pohon ke 6, 12,
18, 24, 30 dan 36 pada blok yang akan di panen esok hari. Penulis melakukan
pengamatan dengan mengambil 96 tanaman sampel. Standard penentuan pohon
sampel di kebun PTPN 7 Unit Betung yaitu 5 % dari jumlah populasi total. Batas
toleransi perhitungan AKP maksimal 5 %.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada Tabel 9 pengamatan
mengambil 2 blok yang berbeda didapatkan persentase AKP yang berbeda yaitu
pada blok 257 16 % dari 96 pohon sampel dan tandan matang sebanyak 16 tandan,
blok 337 15% dari 96 pohon sampel dan tandan matang sebanyak 14 tandan. Dari
kedua blok sampel hasil yang didapatkan berbeda tetapi tidak terlalu jauh
perbedannya. Masalah yang ditemukan pada saat kegiatan sensus AKP adalah
terdapat sungai kecil yang memotong jalan atau blok dan kondisi atau kontur areal
yang berbukit sehingga dapat menyulitkan pada saat melakukan sensus AKP.

6.3 Kebutuhan Tenaga Panen


Kebutuhan tenaga panen merupakan salah satu hal penting yang dilakukan
sebelum melaksanakan kegiatan panen karena jumlah pemanen yang tepat dapat
menghasilkan produksi yang maksimal dan perusahaan tidak mengalami kerugian
apabila terjadi kelebihan dan kekurangan tenaga panen. Tenaga panen pada Kebun
Afdeling III berstatus sebagai karyawan borongan. Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan penulis jumlah tenaga panen berbeda dengan jumlah tenaga panen yang
ada dilapangan, hal ini disebabkan dikarenakan jumlah AKP dan Rata-rata Berat
Tandan (RBT) yang selalu tidak sama atau tidak selalu tetap sehingga terjadi
perbedaan hasil perhitungan tenaga panen dengan jumlah pemanen yang ada
dilapangan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis jika tenaga
panen pada hari itu berlebih maka mandor panen akan mengalihkan tenaga panen
tersebut ke pekerjaan perawatan, seperti perawatan jalan dan drainase. Jika terdapat
tenaga panen yang sakit atau tidak hadir maka akan digantikan oleh tenaga panen
yang memiliki ancak terdekat dengan tenaga panen yang sakit tersebut. Hal tersebut
merupakan tindakan yang baik agar tetap menjaga kualitas produksi.
47

6.4 Rotasi Panen


Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dengan
panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen pada PTPN VII Kebun Unit
Betung Kebun Afdeling III adalah 8/9 yang berarti dibutuhkan waktu 8 hari untuk
mencapai panen pada blok yang sama. Pada pengamatan yang dilakukan penulis
penggunaan rotasi panen 8/9 pada PTPN VII Kebun Unit Betung Kebun Afdeling
III sudah dilaksanakan sangat baik oleh seluruh pemanen dan rotasi panen 8/9 sudah
sesuai dengan tingkat produksi pada PTPN VII Kebun Unit Betung Kebun Afdeling
III. Untuk menjaga rotasi panen perlu dilakukan pembagian luasan yang disebut
kaveld panen. Luasan kaveld panen adalah luasan yang akan di panen dalam satu
hari panen. penggunaan kaveld panen juga bertujuan untuk mempermudah
perpindahan ancak dan pengawasan pemanen.
Rotasi panen penting untuk dipertahankan agar tetap 8 hari. Rotasi panen
yang terlambat dapat menyebabkan mutu buah menurun. Jika rotasi sudah melebihi
dari 8 hari maka akan menyebabkan angka kerapatan panen menjadi tinggi. Angka
kerapatan panen yang tinggi menyebabkan blok-blok yang dipanen pada satu
kaveld panen tidak selesai. Hal itu dapat menyebabkan buah matang siap panen
tidak dipanen dan akan menjadi buah kelewat matang dan busuk.

6.5 Organisasi Panen


Sebuah kegiatan harus dilaksanakan secara terorganisir agar memudahkan
dalam melakukan kegiatan tersebut dan agar tidak terjadi kesalahpahaman jika
terjadi kesalahan. Pada PTPN VII Kebun Unit Betung Kebun Afdeling III
organisasi panen yang dimiliki sudah sangat baik dengan berjalannya kegiatan
panen secara lancar. Penggunaan organisasi panen dapat memudahkan dalam
pengawasan pada kegiatan panen agar tidak terjadi hasil varian produksi yang
tinggi.

6.6 Mutu Panen


Mutu panen adalah kualitas hasil pemanenan yang meliputi mutu ancak dan
mutu buah. Pelaksanaan mutu ancak dilakukan dengan memasuki baris ancak
pemanen dan memeriksa pokok yang dipanen dengan cara melihat tandan matang
tidak dipanen, tandan dipanen tidak diangkut, brondolan tidak dikutip, pelepah
tidak diturunkan, pelepah tidak dipotong dan tidak disusun dirumpukan
(Gawangan). Arah susunan pelepah di gawangan mati yang tidak sesuai dapat
menyulitkan pemenen dalam proses mengangkut buah ke TPH.
Mutu ancak pada PTPN VII Kebun Unit Betung Kebun Afdeling III
berdasarkan hasil pengamatan penulis menunjukan bahwa mutu ancak sudah sesuai
dengan Standart Operating Procedure (SOP) perusahaan dengan pemanen sudah
cukup baik melaksanakan semua SOP yang sudah ditetapkan oleh perusahaan,
namun masih ada beberapa hal yang belum diterapkan oleh pemanen yaitu masih
banyak brondolan yang tertinggal di piringan yang dapat menyebabkan tumbuhnya
anak sawit disekitar piringan yang membuat sekitar piringan menjadi semak dan
masih ada pemanen yang tidak memotong pelepah yang telah diturunkan dan tidak
disusun dirumpukan. Dengan begitu pemanen sudah melanggar SOP perusahaan
dan harus ditegur oleh asisten dan mandor lalu diberikan denda.
48

Pemeriksaan mutu buah yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan


panen berlangsung dilapangan yaitu pada saat pengumpulan TBS di TPH yang
dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah mentah, buah matang, buah
kelewat matang dan ditulis pada form pencatatan hasil panen (Lampiran 5).
Berdasarkan hasil pengamatan penulis tidak menemukan buah mentah dan buah
kelewat matang yang dipanen oleh pemanen. Hal tersebut berarti seluruh pemanen
telah melakukan pemotongan buah sesuai dengan SOP perusahaan dan ketelitian
seluruh tenaga pemanen sudah cukup baik.

6.7 Transportasi Hasil Panen


Transportasi hasil panen merupakan salah satu hal penting dalam proses
pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Pengangkutan panen di Kebun Afdeling III
menggunakan truck dengan kapasitas ± 7 ton. Pelaksanaan kegiatan pengangkutan
TBS dari kebun ke PKS harus dilakukan dengan secepat mungkin agar kualitas
minyak yang dihasilkan bermutu tinggi. Kegiatan pengangkutan TBS pada Kebun
Afdeling III menuju PKS sebenarnya sudah dilaksanakan sesuai dengan SOP
perusahaan yaitu dimulai dari persiapan pemuat TBS dan alat transportasi panen
oleh Petugas Muat Angkut (PMA) pada saat pagi hari dan pelaksanaan
pengangkutan pada hari itu sudah selesai dilaksanakan. Jumlah alat transportasi
yaitu lima unit truck, setiap satu truck terdiri dari satu orang sopir dan dua orang
pemuat sudah cukup baik, dengan begitu kegiatan pengangkutan TBS ke PKS
berjalan dengan baik dan lancar. Namun masih ditemukan beberapa kendala pada
saat kegiatan pengangkutan TBS ke PKS yaitu pada saat mengangkut buah dari
Kebun Afdeling III ke PKS truck tidak menggunakan jaring sehingga hal tersebut
dapat membahayakan keselamatan kerja dan pengguna jalan raya lainnya, solusinya
sebaiknya perusahaan mewajibkan penggunaan jaring truck pada saat kegiatan
pengangkutan TBS ke PKS untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan
menjaga keamanan pengguna jalan raya lainnya. Kondisi jalan produksi yang rusak
dan berlumpur, sehingga dapat menyulitkan kegiatan pengangkutan TBS ke PKS.
Namun hal tersebut sudah di tidak lanjuti oleh pihak perusahaan dengan melakukan
kegiatan pengendalian jalan dengan cara mekanis dan manual. Bagan alir proses
pemanenan dari sebelum pemanenan sampai pengangkutan TBS ke PKS di PTPN
VII Kebun Unit Betung dapat dilihat pada Gambar 24.

PERSIAPAN
PEMANENAN
KELAPA SAWIT

PELAKSANAAN
PANEN KELAPA
SAWIT

TRANSPORTASI
HASIL PANEN

Gambar 24 Bagan alir proses pemanen kelapa sawit


49

6.8 Denda Panen


Denda panen adalah sanksi yang diberikan apabila terjadi kesalahan kerja di
lapangan. Denda panen diberikan kepada karyawan, mandor panen, Petugas Mutu
Panen (PMA) dan mandor besar. Denda panen diberikan berdasarkan kesalahan
yang dilakukan. Karyawan panen akan mendapat sanksi apabila melakukan
kesalahan seperti brondolan tidak dikutip bersih, buah matang tidak dipanen, buah
matang dipanen tidak diangkut ke TPH, pelepah tidak disusun di gawangan mati,
pelepah tidak diturunkan, tangkai panjang tidak dipotong, tangkai TBS tidak
berbentuk (V), TBS tidak diberi nomor, TBS busuk tidak diberondolkan, TBS tidak
disusun rapi di TPH dan panen buah sangat mentah. Tarif denda karyawan panen
dapat dilihat pada Tabel 13 dan tarif denda PMP dapat dilihat pada Tabel 14.
Denda atau sanksi yang diberikan untuk mandor panen dan mandor besar
apabila dijumpai oleh Manajer dan Asisten Kepala ketidaksesuaian mutu panen atas
pencatatan yang dilakukan.
Denda atau sanksi panen yang diberikan kepada karyawan bertujuan agar
karyawan berhati-hati dalam melakukan pekerjaan dan untuk menimbulkan efek
jera. Karyawan diharapkan tidak melakukan kesalahan tersebut pada panen
selanjutnya sehingga mutu dari panen menjadi baik. Denda atau sanksi yang
diberikan kepada Mandor panen bertujuan agar mandor panen lebih teliti dalam
mengawasi karyawan potong buah. Mandor panen yang melakukan pengawasan
panen secara intensif dapat mengurangi terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh
karyawan. Denda atau sanksi panen yang diberikan kepada Petugas Mutu Panen
(PMP) bertujan agar PMP lebih teliti dalam melakukan pemeriksaan buah. PMP
diharapkan melakukan pekerjaan dengan baik dan benar dengan adanya sanksi
tersebut. Denda atau sanksi yang diberikan kepada mandor besar bertujuan agar
mandor besar melakukan perencanaan dan pengawasan panen yang baik dan benar.
Denda atau sanksi panen diharapkan membuat mandor besar mengawasi proses
pemanenan secara intensif agar disiplin panen dapat terlaksana sesuai standar yang
telah ditetapkan perusahaan.

6.9 Basis Panen


Basis panen adalah strandar tandan yang harus diperoleh oleh pemanen pada
satu hari panen. Pada PTPN VII Unit Betung ada dua basis yaitu untuk karyawan
panen tetap dan untuk karyawan panen borongan. Untuk basis panen karyawan
tetap yaitu target minimal yang harus dicapai oleh seseorang pemanen per hari
berdasarkan kondisi potensi produksi yang telah mempertimbangkan kondisi
topografi, potensi produksi, kondisi ketinggian tanaman dan sebaran produksi
semester I dan II. Kemudian basis panen untuk karyawan borongan yaitu harus
menyelesaikan ancaknya dalam satu hari tersebut. Basis panen pada PTPN VII
Kebun Unit Betung sudah ditetapkan dengan baik berdasarkan kemampuan
karyawan dan kondisi lahan.

6.10 Premi Panen


Premi panen adalah insentif yang diberikan kepada seorang pemanen atas
pencapaian di atas basis tugas panen. Penentuan tarif premi pada PTPN VII Kebun
Unit Betung dengan melihat dari kondisi topografi pada wilayah unit. Penerapan
premi panen pada PTPN VII Kebun Unit Betung khususnya di Kebun Afdeling III
sudah berjalan baik dengan semestinya.
50

VII SIMPULAN DAN SARAN


7.1 Simpulan
Kegiatan PKL di Kebun PTPN VII Kebun Unit Betung mengenai aspek
pemanenan penulis sudah memperoleh pengalaman keterampilan kerja,
meningkatkan kemampuan dan pemahaman dalam budidaya kelapa sawit. Penulis
sudah bisa melakukan teknik pemanenan kelapa sawit yang baik dan benar. Penulis
menyimpulkan bahwa pelaksanaan panen sudah berjalan dengan SOP perusahaan.
Beberapa hal yang sudah berjalan dengan sesuai SOP adalah persiapan panen,
peralatan panen yang selalu lengkap dibawa oleh pemanen, rotasi panen
menggunakan rotasi 8/9 yang sesuai dengan produksi di PTPN VII Kebun Unit
Betung, organisasi panen yang sudah berjalan dengan baik sehingga mendapatkan
hasil yang optimal. Penggunaan sistem ancak tetap yang diterapkan di PTPN VII
Kebun Unit Betung merupakan pilihan yang baik karena penggunaan ancak tetap
pemanen akan bertanggung jawab terhadap kualitas ancaknya masing-masing.
Kaveld panen yang terbagi menjadi 8 kaveld. Jumlah tenaga panen 43 Orang sudah
cukup optimal dan pada pengamatan satu orang pemanen rata-rata dapat memotong
buah sebanyak 9 tandan/30 menit, Pelaksanaan kegiatan panen pada PTPN VII
Kebun Unit Betung sudah sangat baik dengan begitu perusahaan mendapatkan hasil
yang optimal. Basis panen di PTPN VII Kebun Unit Betung 1,600 kg. Premi panen
dibedakan berdasarkan topografi yaitu rata sampai bergelombang 50%, berbukit
60%, berbukit tanpa teras 70%. Tarif kutip brondolan Rp 200/kg. Kriteria matang
panen yang digunakan perusahaan cukup sederhana sehingga memudahkan
pemanen saat melakukan kegiatan panen. Transportasi hasil panen sudah berjalan
dengan baik dengan menggunakan lima unit truck hanya saja sedikit terhambat
jalan produksi yang rusak. Denda panen sudah dilaksanakan sesuai dengan SOP
perusahaan serta dilakukan dengan teguran lisan. Mutu panen sudah cukup baik
tetapi masih ditemukan brondolan yang tidak dikutip bersih dan pelepah yang tidak
dipotong lalu tidak diletakkan pada gawangan mati. Penggunaan APD pada PTPN
VII Kebun Unit Betung belum sesuai dengan SOP karena masih banyak pemanen
tidak menggunakan APD lengkap berdasarkan hasil pengamatan persentase
penggunaan APD 78,8%. Pengamatan taksasi produksi dan AKP cukup baik
dengan hasil rata-rata selisih <5 % yaitu 0,85%.

7.2 Saran
Kegiatan pemanenan pada PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun Unit Betung
masih perlu dilakukan peningkatan dalam hal kelengkapan APD panen, perusahaan
harus lebih memperhatikan kelengkapan APD panen pemanen karena APD panen
sangat penting untuk keselamatan kerja pemanen. Perusahaan masih perlu
dilakukan peningkatan dalam hal pengawasan mutu panen agar pemanen tidak
melakukan pelanggaran panen, terutama dalam mengutip brondolan karena penulis
banyak menemukan tukulan (anak sawit) yang berasal dari brondolan yang tidak
dikutip disekitar piringan.
51

DAFTAR PUSTAKA

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan 2017. Statistik Perkebunan Indonesia


Jakarta(ID): Ditjetbun. [diunduh 2020 Okt 19]. Tersedia pada :
http://ditjenbun.pertanian.go.id/--bersatu-sinergi-membangun-
perkebunan.html
Effendi dan Winarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT Agro
Media Pustaka.
Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Paeru RH. 2012. Kelapa Sawit. Depok
(ID): Penebar Swadaya.
Hakim M, Adiwijaya S.M, Darwis T, Pardamean M, Julianto A. 2018. Good
Agriculture Practice Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Andi
Hartanto H. 2011. Sukses Besar Budi daya Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Citra
Media Publishing.
Iman S, Fauzi Y, Yustina EW, dan Rudi H. 2008. Kelapa Sawit: Budidaya
Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta
(ID):Penebar Swadaya.
Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit Di Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa
Sawit.
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia Ed ke-2.
Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Nurhakim YI. 2014. Perkebunan Kelapa Sawit Cepat Panen. Depok (ID): Infra
Hijau.
Pahan I. 2008. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta Selatan (ID): PT
INDOPALMA WAHANA HUTAMA.
Pahan. 2015. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Untuk Praktisi Perkebunan.
Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
Pardamean M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit. Jakarta (ID). PT AgroMedia Pustaka.
Rahman A. 2020. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Kebun Hikmah Satu PT. Sampoerna Agro Tbk Sumatera Selatan. Institut
Pertanian Bogor.
Setyamidjaja. 2008. Seri Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sipayung J A. 2019. Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanglo PT. Sari Lembah Subur, Riau .
Institus Pertanian Bogor
Sulistyo B, Purba A, Siahaan D, Efendi J, dan Sidik A. 2010. Budi Daya Kelapa
Sawit. Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengelolaan Kelapa Sawit. Yullia T,
editor. Jakarta (ID): Agromedia.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Opi, editor. Jakarta (ID): Agromedia.
Suwarto, Octavianty Y. 2010. 12 Budidaya Tanaman Perkebunan Unggul.
Depok (ID): Penebar Swadaya.
52

LAMPIRAN
53

Lampiran 1 Luas Areal dan Jumlah Pokok Kebun Unit Betung per Oktober 2020
Per Afdeling
Areal Ditanam Afdeling I Afdeling II Afdeling III Afdeling IV Total
ha Pokok ha Pokok ha Pokok ha Pokok ha Pokok
Tanaman
Menghasilkan
(TM)
Tahun Tanam 2004 833 115.110 - - - - - - 833 115.110
Tahun Tanam 2005 - - 550 75.174 - - - - 550 75.174
Tahun Tanam 2006 - - - - - - - - - -
Tahun Tanam 2007 - - 196 26.779 428,2 59.761 - - 624,2 86.560
Tahun Tanam 2008 - - - - 349,4 48.696 367 48.177 716,4 96.873
Tahun Tanam 2009 - - - - - - 438 60.362 438 60.362
Total Areal Tanam 833 115.110 746 101.953 777,6 108.457 805 108.539 3.161,6 436.079
(Sumber : Kantor Sentral PTPN VII Kebun Unit Betung)
54

Lampiran 2 Curah Hujan 2016-2020 PTPN VII Kebun Unit Betung


Bulan 2016 2017 2018 2019 2020
HH CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm)
Januari 17 297 12 250 9 148 9 195 13 231
Februari 16 406 20 440 12 278 10 278 8 147
Maret 14 222 16 317 21 595 21 464 6 783
April 16 343 15 220 21 166 17 526 8 357
Mei 17 447 15 251 14 264 7 142 7 299
Juni 7 88 6 192 14 259 6 151 3 80
Juli 9 159 9 185 1 1 2 83 2 42
Agustus 10 149 9 179 4 27 1 7 4 48
September 8 97 12 98 9 116 4 51 3 51
Oktober 17 323 11 314 11 338 7 93 5 145
November 19 360 11 273 17 267 8 207 13 770
Desember 12 243 19 295 12 385 9 311 17 120
Total 162 3.134 155 3.014 145 2.844 101 2.509 89 3.073
BB 10 11 10 8 8
BK 0 0 2 2 3
(Sumber : Kantor Sentral PTPN VII Kebun Unit Betung)
Jumlah BK 7
Q= 𝑥 100% = x 100% = 14,89%
Jumlah BB 47
Keterangan:
BK : Bulan kering
BB : Bulan basah
CH : Curah hujan
mm : Milimeter CH (mm)Tipe iklim di PTPN VII Unit Betung menurut Scmidth-Ferguson adalah Basah (Tipe B)
55

Lampiran 3 Form Sensus AKP

(Sumber : Kantor Afdeling III PTPN VII Kebun Unit Betung)


56

Lampiran 4 Buku Rotasi Panen Kebun Afdeling III

(Sumber : Kantor Afdeling III PTPN VII Kebun Unit Betung)


57

Lampiran 5 Form Rekapitulasi Pemeriksaan Mutu Panen

(Sumber : Kantor Afdeling III PTPN VII Kebun Unit Betung)


58

Lampiran 6 Form Pencatatan Hasil Panen

(Sumber : Kantor Afdeling III PTPN VII Kebun Unit Betung)


59

Lampiran 7 Form Daftar Pengumpulan Buah

(Sumber : Kantor Afdeling III PTPN VII Kebun Unit Betung)


60

Lampiran 8 Monitoring Panen Kelapa Sawit PTPN VII Kebun Unit Betung Kebun Afdeling III per 10 April 2021

(Sumber : Kantor Afdeling III PTPN VII Kebun Unit Betung)


61

Lampiran 9 Tabel pengamatan Alat Pelindung Diri (APD)

Jenis APD dan Penggunaannya


Rata-rata (%)
Helm Sarung tangan Sarung egrek Kacamata Sepatu boot
Hari Ke 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Pemanen
1 O O O O O O O O O X O O O O O O O O X O X X X X O O O O O O 80
2 O O O O O O O X O O O X O O O O O O X X X X O X O O O O O O 77
3 O O O O O O O O O O X O O O O O O O X X X X X X O O O O O O 77
4 O O O O O O O X O O O X O O O O O O X X X X X X O O O O O O 73
5 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O X X X O X O O O O O O 87
Rata-rata 78,8
(Sumber : Pengamatan penulis 2021)
Keterangan :
O : Menggunakan
X : Tidak menggunakan
62

Lampiran 10 Jurnal Harian Sebagai KHL

Tanggal Prestasi Kerja Lokasi Uraian Kegiatan


Mahasiswa Karyawan Standar
25 Januari 2021 - - - Afdeling Perkenalan ke perusahaan dan arahan dari asisten afdeling
III dan mandor besar
26 Januari 2021 - 50 ha 50 ha Afdeling Mengamati pengendalian gulma bokoran dengan cara kimia
III dan jaga pos afdeling malam hari
27 Januari 2021 1 Blok - 4 Blok Afdeling Weedimg DAK manual
III
28 Januari 2021 5 Jam - - Afdeling Penulisan nomor blok
III
29 Januari 2021 1 Blok - 4 Blok Afdeling Weedimg DAK manual
III
30 Januari 2021 1 Blok - 4 Blok Afdeling Weedimg bokor manual
III
1 Februari 2021 5 Jam - - Afdeling Drainase, Weedimg DAK manual, Weedimg Bokor manual
III
2 Februari 2021 5 Jam - 4 Blok Afdeling Weedimg bokor manual
III
3 Februari 2021 2 Blok - - Afdeling Pembuatan TPH manual
III
4 Februari 2021 2 Blok - - Afdeling Pembuatan TPH manual
III
5 Februari 2021 2 Blok - - Afdeling Pembuatan TPH manual
III
63

6 Februari 2021 2 Blok - - Afdeling Pembuatan TPH manual


III
8 Februari 2021 2 Blok - - Afdeling Pembuatan TPH manual
III
9 Februari 2021 2 Blok - - Afdeling Pembuatan TPH manual
III
10 Februari 2021 2 Blok - - Afdeling Pembuatan TPH manual
III
11 Februari 2021 2 Blok - - Afdeling Pembuatan TPH manual
III
12 Februari 2021 - - - Afdeling Libur Nasional Hari Raya Imlek
III
13 Februari 2021 - 50 ha 50 ha Afdeling Mengamati pengendalian gulma bokor dengan cara kimia
III
15 Februari 2021 5 Jam - - Afdeling Menghitung fraksi panen dan kegiatan panen dan penunasan
III
16 Februari 2021 5 Jam - - Afdeling Kegiatan panen dan Weedimg Bokor manual
III
17 Februari 2021 5 Jam - - Afdeling Sensus buah dan drainase
III
18 Februari 2021 5 Jam - - Afdeling Sensus AKP
III
19 Februari 2021 5 Jam 50 ha 50 ha Afdeling Kegiatan panen dan penunasan
III
20 Februari 2021 5 Jam - - Afdeling Penulisan nomor blok dan ikut rapat afdeling III
III
(Sumber : Pengamatan Penulis 2021)
64

Lampiran 11 Jurnal Harian Sebagai Pendamping Mandor

Tanggal Prestasi Kerja Lokasi Uraian Kegiatan


Jumlah Luas Lama
karyawan areal kegiatan
yang yang (jam)
diawasi diawasi
(orang) (ha)
22 Februari 2021 - 50 5 Afdeling III Sensus AKP
23 Februari 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
24 Februari 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
25 Februari 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
26 Februari 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
27 Februari 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
1 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
2 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
3 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
4 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
5 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
6 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
8 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor blok
9 Maret 2021 43 50 5 Afdeling III Mendampingi Mandor Panen
10 Maret 2021 30 50 5 Afdeling III Mendampingi Mandor Pemeliharaan
11 Maret 2021 - - - Afdeling III Libur Nasional Isra’ Mi’raj
12 Maret 2021 73 50 5 Afdeling III Mendampingi Mandor Besar
13 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Sensus buah
15 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Sensus hama UPDKS
65

Tanggal Prestasi Kerja Lokasi Uraian Kegiatan


Jumlah Luas Lama
karyawan areal kegiatan
yang yang (jam)
diawasi diawasi
(orang) (ha)
16 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Sensus hama tikus
17 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Sensus penyakit ganoderma
18 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Sensus penyakit ganoderma
19 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Pengendalian ganoderma (teknis dan kimia)
20 Maret 2021 - - 7 Afdeling III Pengendalian hama ulat api (pemeliharaan turnera umifolia)
dan tikus dilanjut sore hari membuat pagar masjid
(Sumber : Pengamatan Penulis 2021)
66

Lampiran 12 Jurnal Harian Sebagai Pendamping Asisten

Tanggal Prestasi Kerja Lokasi Uraian Kegiatan


Jumlah Luas Lama
mandor areal kegiatan
yang yang (jam)
diawasi diawasi
(orang) (ha)
22 Maret 2021 1 15 5 Afdeling III DAK secara mekanis
23 Maret 2021 1 15 5 Afdeling III DAK secara mekanis
24 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
25 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor baris
26 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor blok
27 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Penulisan nomor blok
29 Maret 2021 1 50 5 Afdeling III Kegiatan transportasi TBS dari TPH ke PKS
30 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Pengambilan data sekunder ke Kantor Sentral
31 Maret 2021 - - 5 Afdeling III Pengambilan data sekunder ke Kantor Sentral
1 April 2021 - - 5 Afdeling III Mendampingi asisten afdeling
2 April 2021 2 50 5 Afdeling III Mengawasi panen
3 April 2021 2 50 5 Afdeling III Mengawasi panen
5 April 2021 - - 5 Afdeling III Identifikasi gulma
6 April 2021 - - - Afdeling III Supervisi
7 April 2021 2 - 5 Afdeling III Mengawasi panen
8 April 2021 - - 5 Afdeling III Sensus penyakit busuk tandan
9 April 2021 - - 5 Afdeling III Identifikasi gulma
10 April 2021 - - 5 Afdeling III Pengambilan data sekunder ke Kantor Sentral
12 April 2021 - - - Afdeling III Penulisan laporan PKL untuk perusahaan
13 April 2021 - - - Afdeling III Pengecekan laporan PKL oleh asisten afdeling
67

Tanggal Prestasi Kerja Lokasi Uraian Kegiatan


Jumlah Luas Lama
mandor areal kegiatan
yang yang (jam)
diawasi diawasi
(orang) (ha)
14 April 2021 - - - Afdeling III Penyusunan materi presentasi PKL
15 April 2021 - - - Afdeling III Presentasi Hasil PKL ke asisten kepala dan afdeling
16 April 2021 - - - Afdeling III Pengambilan data sekunder dan pengurusan berkas
17 April 2021 - - - Afdeling III Perpisahan
(Sumber : Pengamatan Penulis 2021)
68

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Muara Bungo, Provinsi Jambi


pada tanggal 31 Mei 2000, sebagai anak pertama dari 3
bersaudara dari pasangan bapak Guspridon dan ibu Muharni.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 134
Purwasari, Kabupaten Muara Bungo, Provinsi Jambi pada tahun
2012. Penulis juga menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di
Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas, Padang Panjang,
Sumatera Barat pada tahun 2015, dan penulis menyelasaikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pelepat Ilir, Kabupaten Muara Bungo,
Provinsi Jambi pada tahun 2018. Pada tahun 2018 penulis menjadi mahasiswa di
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Teknologi dan
Manajemen Produksi Perkebunan melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk
IPB). Selama mengikuti program D-3, penulis aktif mengikuti Organisasi Intra
Program Studi yaitu PLANTER sebagai Wakil Ketua Departemen Sosial
Lingkungan pada periode 2019-2020. Penulis selama menjadi mahasiswa menjadi
anggota aktif pada Organisasi Daerah yaitu FAMILI (Forum Mahasiswa Minang
Diploma IPB).

Anda mungkin juga menyukai