Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman yang
menyumbang minyak nabati terbesar di dunia yaitu sebesar 2000-3000 kg/ha,
tanaman ini juga merupakan komoditi perkebunan andalan penghasil sevisa
Negara. Laju perkembangan industri kelapa sawit semakin meningkat sejalan
dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan terutama dibidang teknologi.
Saat ini ada lima besar Negara produsen CPO dunia yaitu Malaysia menguasai
44% pasar minyak sawit dunia, Indonesia 41%, Thailand 3%, sedangkan
Colombia dan Nigeria masing-masing 2% dan lainnya 8%.
Indonesia sebagai negara agraris dengan berbagai komoditi pertanian dan
perkebunan unggulan seperti kelapa sawit, coklat, kopi, teh dan lain-lain. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional ada tahun 2010 luas lahan perkebunan
kelapa sawit yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia seluas 5.032.000 Ha.
Dengan jumlah lahan yang sangat luas tersebut kebutuhan akan alat panen sawit
sangat tinggi dan hal ini merupakan peluang usaha bagi perusahaan pembuat alat-
alat pertanian yang digunakan untuk memanen buah kelapa sawit.
Tujuan ekspor CPO Indonesia pada tahun 2007 adalah india sebanyak
47%, Belanda 10%, singapura 9%, Malaysia dan Jerman masing-masing 5% dan
lainnya 24% (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2008).
Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan produksi tersebut maka
diperlukan berbagai usaha diantaranya perbaikan baik dalam bidang budidaya
maupun dalam bidang manajerial, dimulai dari pembukaan lahan hingga
pemanenan dalam pengolahan hasil. Selain itu Indonesia memiliki potensi berupa
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi untuk terus
mengembangkan perkembangan dan industry kelapa sawit (Naibaho, Arifin dan
Djamin, 1992).
Salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit ialah
pada tahap pemanenan. Selain pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan
salah satu factor yang penting dalam peningkatan hasil produksi. Keberhasilan
panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Kegiatan
pemanenan meliputi pemotongan tandan buah matang panen, pengutipan
brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke Tempat Pengumpulan
Hasil (TPH) dan pengangkutan hasil ke pabrik. Keberhasilan penen didukung oleh
pengetahuan tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen,system
panen, sarana panen, pengawasan panen dan pengangkutan tandan buah. Semua
hal tersebut berpengaruh nyata baik terhadap kuantitas maupun kualitas minyak
yang akan diperoleh. Setiap aspek merupakan kombinasi yang tidak terpisahkan
satu sama lain (Mangoensoekarjo, 2005).
Penggunaan alat-alat dan mesin memang sangat dibutuhkan untuk
melakukan pemanenan kelapa sawit. Pengunaan alat-alat dan mesin tersebut dapat
berupa alsin konvensional sampai alsin yang sudah modern. Tujuan dari
pengguanaan alsin pemanen ialah untuk mempermudah kegiatan pemanenan
sehingga bias lebih efektif dan efisien. Ada beberapa jenis peralatan yang
biasanya digunakan untuk kegiatan pemanenan kelapa sawit seperti dodos
(chisel), egrek (sickle), galah aluminium (aluminium pole), gancu (J Hook),
kampak (axe), tojok (T Hook) dan pengki brondolan (loose fruit collection
basket).

BAB II ISI
Untuk memanen kelapa sawit maka dibutuhkan berbagai alat-alat dan
mesin untuk memudahkan kegiatan pemanenan. Alsin yang digunakan mulai dari
peralatan konvensional hingga yang modern. Berikut beberapa peralatan
konvensional yang biasa digunakan untuk memanen kelapa sawit:
1. Dodos (chisel)

Dodos atau kampak sawit merupakan salah satu peralatan konvensional


yang biasa digunakan untuk kegiatan pemanenan kelapa sawit. Dodos dapat juga
digunakan untuk memotong pelepah sawit sekaligus untuk memotong tandan
buah. Dodos digunakan untuk batang kelapa sawit yang tingginya 2-5 meter
(umur sawit <7 tahun). Ada empat (type) mata dodos yaitu D-SPD3, D-SPD4, D-
SPD5 dan D-SPD6. Namun ukuran lebar mata dodos yang lazimnya dipakai pada
usia tanaman sawit <7 tahun adalah 10-12,5 cm. Pengguanaannya disesuaikan
dengan ukuran pelepah dan tandan buah yang akan dipotong.

Spesifikasi:
Nama alat: dodos (chisel)
Bahan: besi baja kualitas baik
Lebar bagian mata dodos: 10 cm
Lebar bagian pangkal: 5 cm
Panjang mata dodos: 17 cm
Ketebalan bahan pada bagian pangkal: 5 mm
Diameter lingkaran untuk gagang atau tangkai: 5 cm
Panjang Lingkaran untuk gagang atau tangkai: 10 cm
Pada lingkaran besi untuk gagang atau tangkai dibuat 2 (dua) buah lubang tembus
dengan jarak antara lubang: 4 cm.

Bagian-bagian alat:
Mata dodos type D-SPD3, D-SPD4, D-SPD5 dan D-SPD6. Terbuat dari baja
karbon berkualitas tinggi dan sangat tajam
Gagang/tangkai dodos, tangkai dodos disesuaikan dengan tinggi tanaman
kelapa sawit yang akan dipanen. Biasanya menggunakan tangkai kayu
Pengikat anatara mata dodos dengan gagang biasanya menggunakan paku.

Kelebihan menggunakan dodos:


Dapat menggunakan satu alat untuk menyelesaikan dua pekerjaan
Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar, karena dodos
konvensionala ini tidak menggunakan mesin
Perawatan yang diperlukan hanya menjaga ketajaman mata dodos, apabila
tumpul bias diasah menggunakan batu asah

Kekurangan:
Akan banyak menguras tenaga pekerja karena sepenuhnya menggunakan
tenaga manusia
Berat karena sebagian dodos menggunakan gagang besi putih namun ada juga
yang mengguanakan gagang kayu
Pekerjaan yang dilakukan tidak akan efektif dan efesien (hasil kerja sangat
bergantung kepada pekerja atau operator).

Prinsip kerja:
Prinsip kerja dari dodos (chisel) ialah dengan cara mendodos (gaya
pukul+sentak) pelepah dan tandan buah yang akan dipotong. Hasil dodosan sangat
dipengaruhi oleh tenaga pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut. Apabila
tenaga yang diberikan besar, maka pekerjaan akan cepat selesai dan sebaliknya
apabila tenaga yang diberikan kecil.
2. Egrek ( sickle)

Egrek (sickle) merupakan salah satu alat konvensional yang digunakan


untuk memetik tandan kelapa sawit, namun juga dapat digunakan untuk
memotong pelepah daun sawit yang sudah tua. Biasanya egrek ini dipergunakan
pada tanaman kelapa sawit yang umurnya >7 tahun (lebih dari 5 meter). Egrek ini
merupakan gabungan antara rawit dengan gagangnya yang juga dilengkapi oleh
cincin pengikat.

Spesifikasi:
Nama alat: egrek (sickle)
Bahan Material : Baja
Bentuk mata egrek: pisau arit
Panjang pangkal pisau egrek : 20 cm
Panjang pisau egrek: 45 cm
Lebar Mata Egrek : 3-4 cm

Sudut lengkung dihitung pada sumbu sebesar: 135

Panjang gagang egrek: 10 m


Tebal gagang egrek: 1-1,5 cm
Diamer ujung:4-5 cm
Diameter pangkal 5-7 cm

Bagian-bagian alat:
Mata egrek, berupa rawit seperti sabit yang terbuat dari baja karbon yang
berkualitas tinggi, sangat tajam dan tidak mudah tumpul, terdapat dua pilihan
warna yakni putih (stanlees stell), dan hitam.
Gagang egrek, terbuat dari besi putih dengan panjang lebih dari 5 meter
Cincin pengikat (cekak),yaitu pengikat antara mata egrek dengan gagangnya.
Pada cincin tersebut terdapat baut-baut untuk menguatkan/melonggarkan
ikatan.

Kelebihan menggunakan egrek:


Dapat memetik sawit dengan ketinggian diatas 5 meter, yang sudah tidak
memungkinkan untuk dipetik dengan menggunakan dodos.

Kekurangan:
Dikarenakan gagangnya terbuat dari besi maka akan terasa lebih berat
Akan banyak menghabiskan tenaga
Akan menimbulkan resiko apabila pengikat egrek terlepas
Akan menimbulkan resiko jika egrek terlepas dari tangan si pekerja
Prinsip kerja:
Prinsip kerja dari egrek adalah mata egrek yang seperti rawit akan menarik tandan
buah kelpa sawit maupun pelepah daun yang sudah tua jika diberikan gaya tarik
oleh si pekerja. Hasil kerja sangat berpengaruh dari tenaga (kuat tarik) yang
disalurkan oleh si pekerja terhadap egrek.

3. Gancu (J Hook)

Gancu merupakan salah satu alat pemanen sawit yang digunakan untuk
mengangkat buah sawit yang jatuh dan memindahkannya ke atas truk atau lori.
Gancu terbuat dari baja karbon hitam yang berkualiats tinggi. Gancu ini terdiri
dari gagang dan mata gancu yang menyatu. Ujung mata gancu yang runcing dan
tajam akan sangat memudahkan untuk mencatok buah sawit yang jatuh.

Spesifikasi:
Nama alat: Gancu
Bahan : terbuat dari besi beton
Diameter besi: 3/8 inci
Panjang: disesuaikan dengan kebiasaan setempat.

Kelebihan gancu:
Dengan mata gancu yang runcing dan tajam akan memudahkan pengambilan
buah sawit

Kekurangan gancu:

Hasil kerja berlangsung lama sehingga sangat tidak efektif dan efisien
Menghabiskan banyak tenaga.
Karena terbuat dari besi beton maka akan mudah berkarat.

Prinsip kerja:

Prinsip kerja gancu ialah dengan cara mencatok buah sawit dengan menggunakan
ujung mata gancu yang runcing dan tajam, selanjutnya buah sawit dapat langsung
dingkat ke troli maupun truk.

4. Kapak buah (axe)

Kapak merupakan salah satu alat pemanen sawit yang digunakan memecahkan
dahan yang sudah tua dan juga dapat digunakan untuk memindahkan TBS yang
jatuh ke dalam lori. Penggunaak kapak untuk memecahkan dahan yang sudah tua
hanya dapat dilakukan pada tanaman sawit yang masih pendek, sampai masih
dapat dijangkau oleh pekerja sambil jongkok ataupun berdiri.

Bagian-bagian alat:
Mata kapak, terbuat dari baja karbon berkualitas tinggi sehingga tahan terhadap
karat.
Gagang kapak, ada yang terbuat dari besi maupun kayu. Biasanya dibagian
ujung gagang (tempat memegang) diberi karet untuk kenyamanan saat bekerja.

Kelebihan kapak:
Dapat digunakan untuk memindahkan buah sawit yang jatuh kedalam troli
Dapat digunakan untuk memotong pelepah daun yang sudah tua.
Efektif untuk memotong pelepah yang sudah tua
Kekurangan:
Untuk memindahkan TBS yang jatuh ke dalam troli tidak efektif dan efisien
Memotong pelepah hanya dapat dilakukan dengan ketinggian tertentu (harus
dapat dijangkau sambil jongkok ataupun sambil berdiri
Tidak efektif untuk memotong pelepah yang masih segar

Prinsip kerja:
Prinsip kerja kapak untuk memotong pelepah ialah dengan cara memberikan gaya
pukul terhadap pelepah yang ingin dipotong. Namun untuk megambil dan
mengangkat TBS dapat dilakukan dengan cara menancapkan mata kapak ke buah
yang ingin di ambil (mencatok).

5. Tojok (T Hook)

Tojok merupakan alat khusus yang digunakan untuk memindahkan TBS


yang jatuh (setelah dipetik) ke dalam lori. Fungsi alat ini hamper sama dengan
dengan gancu hanya saja bentuk dan prinsip kerja alatnya yang berbeda.
Tajok ada yang terbuat dari besi putih dengan dengan ujung tirus dan
runcing, namun ada juga yang terbuat dari besi hitam ataupun baja dengan ukuran
yang lebih kecil. Kegunaan kedua jenis alat tersebut sama, hanya saja jika ingin
memindahkan tandan buah maka digunakan tajok yang berukuran lebih besar,
namun jika yang ingin dipindahkan hanya brondolan yang jatuh maka cukup
dengan menggunakan tajok berukuran kecil.

Spesifikasi:
Bahan: terbuat dari pipa besi dengan ujung besi beton lancip
Panjang tojok : 1-1,5 m

Bagian-bagian alat:
Antara gagang, tangkai dan mata tajok seluruhnya menyatu, yang terbuat dari
besi maupun baja.
Terdiri dari gagang kecil sebagai tempat untuk memegang tajok.
Tangkai tajok, ada yang seluruh tangkainya berbentuk dan berukuran sama dan
ada pula yang ujungnya berbentuk tirus.
Mata tajok lurus, runcing dan tajam.

Kelebihan:
Mempermudah pekerjaan untuk memindahkan TBS, sehingga tidak perlu
diangkat menggunakan tangan

Kekurangan:
Bagian buah sawit yang terkena tusukan tajok akan rusak karena terluka
Hasil pekerjaan sangat bergantung pada pekerja (karena bergantung pada
tenaga manusia)

Prinsip kerja:
Prinsip kerjanya adalah dengan cara menancapkan tajok pada TBS selanjutnya
diangkat dan dipindahkan ke tempat yang diinginkan, lalu TBS dilepaskan dari
tajok.

6. Alat pengumpul brondolan sawit


Alat pengumpul buah sawit (brondolan) adalah alat yang di desain khusus
untuk untuk mengambil brondolan yang jatuh/rontok dari Tandan Buah Segar
(TBS) kelapa sawit. Alat ini terbuat dari kumpulan kawat yang kuat dan flexible
yang dapat berputar dan dilengkapi dengan gagang/tangkai yang terbuat dari pipa
besi yang ringan. Penggunaan alat pengumpul brondolan kelapa sawit di
perkebunan dapat membuat pekerjaan mengumpulkan brondolan sawit menjadi
lebih cepat dan efisien.

Spesifikasi :
Diameter kawat 1,2 mm
Diameter kumparan 18 cm, Lebar 21 cm.
Gangang/Tangkai pipa besi 3/4,Panjang 120 cm
Berat 1,3 Kg

Bagian-bagian alat:
Kumparan, terbuat dari kawat yang flexible
Gagang/tangkai
Poros yang dapat berputar

Kelebihan:
Pekerjaan mengumpulkan brondolan jadi lebih cepat dan efisien
Kawat tidak mudah patah karena flexible
Tidak berat
Penggunaanya tidak mesti dilakukan oleh pekerja yang profesional
Kekurangan:
Tidak mampu untuk menampung brondolan dalam jumlah yang banyak

Prinsip kerja alat:


pada saat alat didorong (diroll) + sedikit ditekan diatas tumpukan
brondolan sawit, maka kumparan kawat akan melebar dan buah sawit akan masuk
kedalam kumparan kawat alat tersebut.

7. Pengumpul brondolan secara konvensional

Pengumpul brondolan juga dapat dilakukan dengan menggunakan garu


dan selanjutnya dimasukkan ke dalam pengki brondolan. Cara ini lebih efektif jika
dibandingkan jika harus mengutip satu per satu menggunakan tangan.

Spesifikasi:
Diameter besi

Bagian bagian garu:


Mata garu, terbuat dari besi
Tempat sambungan gagang dengan mata garu, terbuat dari pipa besi
Gagang, dari bambu atau kayu

Kelebihan:
Pekerjaan untuk mengumpulkan brondolan jadi lebih cepat
Brondolan akan mudah untuk ditarik, karena pada bagian ujung mata garu
tidak terdapat celah
Dapat digunakan oleh siapa pun, walaupun penggunanya tidak professional.

Kelemahan:
buah sawit akan kotor karena ditarik oleh garu

prinsip kerja:
prinsip kerja garu ialah akibat gaya tarik yang diberikan oleh si pekerja maka garu
akan menarik brondolan sawit.

8. Parang

Parang digunakan untuk menebas semak-semak belukar yang ada pada


pohon sawit yang akan dipenen buahnya.

Spesifikasi:
Panjang Total: 55,5 cm
Panjang Bilah: 41,5 cm
Lebar Bilah : < 5,5 cm
Tebal Bilah: 0,25 cm
Berat Parang: 470 Gram
Bahan : besi berkualitas tinggi
Kelebihan:
Dapat menebas semak-semak dengan mudah
Mata parang tidak mudah patah karena terbuat dari besi yang tebal
Kekurangan:
Pekerjaan akan berlangsung lama
Penebasan semak belukar hanya dapat dilakukan pada ketinggian tertentu,
yaitu sampai batas mampu dijangkau ketika berdiri.

Prinsip kerja:
Mata parang akan memotong /menebas semak setelah parang diayunkan.

9. Jarring net sawit

Jaring net merupakan perlengkapan tambahan yang digunakan untuk


proses pemanenan kelapa sawit. Jaring ini digunakan untuk menutup bak truk,
agar sawit yang diangkut tidak tercecer jatuh saat di bawa dalam angkutan.
Tersebut erbuat dari bahan dengan kualitas yang sangat bagus sehingga tidak
mudah putus saat di gunakan. ukuran dari jaring tersebut bervariasi sesuai dengan
kebutuhan.

10. Karung
Karung merupakan perlengkapan tambahan yang biasanya digunakan
untuk menampung/memasukkan hasil kutipan brondolan sawit yang jatuh dan
selanjutnya dimasukkan ke dalam roli.

Selain peralatan konvensional yang biasa dipakai untuk memanen kelapa


sawit, ada juga alat-alat semi mekanis modern yang digunakan. Alat semi mekanis
tersebut sudah menggunakan mesin, namun juga masih harus mengerahkan tenaga
manusia untuk mengangkat alat tersebut.
Alat semi mekanis modern menggunakan mesin yang bekerja dengan
menggunakan tenaga mesin 2 tak berbahan bakar premium/pertamax. Mesin ini
mampu digunakan 8 jam nonstop, dengan konsumsi bahan bakar 2 liter dicampur
oli. mesin ini dapat dipasangkan dua macam alat pemanen sawit yaitu chisel
(dodos) dan sickle (egrek). Alat semi mekanis ini juga bisa digunakan untuk
prunning dahan maupun untuk pemanenan kelapa sawit.
Berikut merupakan alat semi mekanis bermesin motor bakar yang biasa
digunakan untuk memanen kelapa sawit:
1. Dodos (chisel) semi mekanis
Spesifikasi:
Nama mesin: Rushcut Chisel/Sickle (alat panen sawit modern)
Bahan bakar mesin: Bensin/Pertamax dicampur oli
Komposisi tepat bahan bakar: 25 liter bensin dengan 1 liter oli
Transmisi: 2 Kecepatan
Kekuatan: 1,2 hp
Maks kecepatan mesin: 10500 rpm
Kecepatan kinerja mesin: 3000-4000rpm
Kapasitas bahan bakar: 440 ml
Dodos (Chisel)
Berat: 6 Kg
Panjang: 2,4 meter
Jangkauan: 1,2 - 2,4 meter

2. Egrek (sickle) semi mekanis


Mesin egrek ini memiliki 3 ukuran panjang yang berbeda, yaitu :
JPS - 260 (2,1 meter) jangkauan panen pohon dengan ketinggian max 3,5
meter.
JPS - 260 (3,1 meter) jangkauan panen pohon dengan ketinggian max 4,5
meter.
TSP - PH - 260 (4,8 meter) Telescopic Harvester jangkauan panen dengan
ketinggian max 6,5 meter.

Spesifikasi:
Nama alat: Rushcut Chisel/Sickle (alat panen sawit modern)
Bahan bakar mesin: Bensin/Pertamax dicampur oli
Komposisi tepat bahan bakar: 25 liter bensin dengan 1 liter oli
Transmisi: 2 Kecepatan
Kekuatan: 1,2 hp
Maks kecepatan mesin: 10500 rpm
Kecepatan kinerja mesin: 3000-4000rpm
Kapasitas bahan bakar: 440 ml
Egrek (Sickle)
Berat: 8 Kg
Panjang: 5,2 meter
Jangkauan: 3 6,5 meter

Keuntungan yang bisa didapat dari penggunaan mesin egrek dan dodos:
Memanen sawit lebih cepat hingga 5x lipat
Lebih efektif dan efisien
Dapat digunakan oleh ibu-ibu maupun remaja yang awalnya tidak bisa
menggunakan dodos maupun agrek biasa.
Hemat bahan bakar (1.5 - 2.5 liter / hari, selama 8 jam penggunaan).
Dilengkapi dengan Motor 2 Tak (Bensin+oli) sehingga kinerja alat ini menjadi
maksimal,
Dapat bekerja 8 - 10 jam / hari.

Kekurangan menggunakan mesin dodos dan egrek:


Harus mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar
Membutuhkan biaya untuk perawatan mesin
Harus menyediakan biaya yang tak terduga apabila sewaktu-waktu mesin tiba-
tiba rusak

Prinsip kerja:

Berikut alat pengangkutan tandan buah + brondolan yang sudah dipetik:

1. Traktor gandeng

kondisi lahan seringkali menjadi kendala dalam proses pengangkutan hasil


panen. Sebuah alat transportasi pengangkut berupa mini transporter tipe crawler
dikembangkan untuk mengatasi kendala tersebut.Kendaraan ini adalah traktor
yang didesain khusus untuk mengangkut TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit
dan material lainnya.

Keunggulan:

Mini Transporter Tipe Crawler ini mempermudah pengangkutan sawit di


medan yang sulit, mampu mengurangi tenaga kerja serta mempersingkat
pekerjaan.
Irit BBM (Bahan Bakar Minyak) solar serta dilengkapi starter elektrik
Bongkar muatan dengan sistem hidrolik
Trek dari besi baja dengan ground pressure rendah, bertraksi besar dan cocok
di segala medan, khususnya di tanah gambut
Mampu mengangkut sampai 650 kg
Kecepatan 1,5 - 5 km/jam
Lebih cepat dan efisien dalam pekerjaan pengangkutan sawit
Kemudi mesin menggunakan sistem tongkat, sehingga mudah dikendalikan
dan stabil
Perpindahan gigi pada sistem transmisi yang tanpa hentakan
Mudah dalam pengoperasiannya karena mirip dengan tata cara pengoperasian
buldoser

Kelemahan:

Membutuhkan operator yang professional untuk mengemudi traktor tersebut


Membutuhkan biaya perawatan dan biaya perbaikan jika terjadi kerusakan
pada komponen-komponen tertentu.
Perlu mengeluarkan biaya untuk membeli BBM

Prinsip kerja:

2. lori
Karena ukurannya yang mini mobil ini biasanya langsung masuk ke dalam
kebun sawit untuk mengangkut tandan buah + brondolan. Selanjutnya hasil
angkutan sawit menggunakan mini truk ini akan dimasukkan ke dalam truk
yang besar untuk dibawa ke pabrik.
3. Mobil truk
Karena ukuran truk ini yang besar jadi pengangkutannya dimulai setelah
pengangkutan oleh mini truk. Hasil angkutan mini truk dimasukkan kedalam
truk ini, yang selanjutnya hasil panen sawit akan diangkut ke pabrik untuk
pengolahan.
Spesifikasi:

BAB III PEMBAHASAN

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang sekarang ini


banyak
diusahakan baik oleh petani pekebun maupun perusahan. Hasil panen utama dari
tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit yang disebut tandan buah segar
(TBS). Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah pada umur 2-
3 tahun. Memanen kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada
pengelolaan tanaman kelapa sawit, keberhasilan panen akan menunjang
pencapaian produktivitas tanaman, sebaliknya kegagalan panen akan menghambat
pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Panen memerlukan teknik
tertentu agar mendapatkan hasil panen yang berkualitas. Cara yang tepat akan
mempengaruhi kuantitas produksi, sedangkan waktu yang tepat akan
mempengaruhi kualitas produksi, kegiatan panen kelapa sawit meliputi :
1. Persiapan panen.
Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan untuk memutuskan
tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman menghasilkan (TM).
Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan
biaya yang seminimal mungkin, kegiatan persipan tediri dari kesiapan kondisi
areal, penyediaan tenaga panen, pembagian seksi potong buah, penyediaan alat-
alat kerja.
Kegiatan persiapan panen kelapa yang dilakukan adalah :
a. Tanaman telah berumur 30 bulan, 60% pohon telah menghasilkan tandan
matang panen
b. Berat TBS rata-rata 3 kg
c. Membuat jalan pikul
d. Membuat tempat pengumpulan hasil (TPH).
e. Menyiapkan peralatan panen diantaranya dodos, egrek, bambu atau pipa,
kampak,
argo, tojok, keranjang atau karung goni, gancu, ember, garuk, terpa

3. Cara pelaksanaan panen.


Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tanda buah segar
(TBS), memungut brondolan, dan mengangkut dari pohon ke tempat
pengumpulan hasil
(TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan panen dan pengangkutan ke pabrik tidak
dilakukan
secara sembarangan, tetapi perlu dilakukan dengan baik sehingga diperoleh buah
dengan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik.
Pelaksanaan
panen adalah sbb :
- Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan.
Tanaman
yang tingginya 2 5 m dilakukan dengan cara jongkok dengan alat dodos,
sedangkan tanaman dengan ketinggian 5 10 m dipanen dengan cara berdiri dan
menggunakan alat dodos.Tanaman dengan tinggi lebih dari 10 m dilakukan
dengan
dengan egrek dengan menggunakan arit bergagang panjang. Untuk memudahkan
panen, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu
dan diatur rapih di tengah gawangan. Tandan buah yang matang dipotong sedekat
mungkin dengan pangkalnya maksimal 2 cm.
- Tandan yang dipotong adalah tandan buah yang telah memenuhi kriteria matang
panen. Semua brondolan dikutip dan dikumpulkan setelah dibersihkan dari
sampah, brondolan yang bersih ditumpuk di tempat pengumpulan hasil (TPH)
dengan alas karung goni atau keranjang, tangkai TBS dipotong berbentuk V , TBS
diangkut ke TPH dan disusun dengan baik.
Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, Kalimantan Selatan, 2014 Page 4
Gambar 3. Tandan buah segar (TBS) di TPH Gambar 4. Tandan buah segar
(TBS) dan
brondolan dalam karung

Anda mungkin juga menyukai