Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah tanaman tahunan, yang
merupakan salah satu komoditi unggulan tanaman perkebunan. Ekspor karet
Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari
1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton
pada tahun 2004, pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai
US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas; namun
saat ini rata rata produktivitas masih tergolong rendah yaitu 600 700 kg/ha/th
(2,37 ton). Rendahnya produktifitas ini selain penerapan teknologi budidaya
seperti pemupukan dan pemeliharaan kurang, yang lebih utama adalah masalah
penggunaan bahan tanam. Penggunaan benih unggul bermutu untuk komoditi
karet di Indonesia masih 41%.
Menggunakan bahan tanam karet yang bermutu merupakan kunci sukses
menuju agribisnis karet yang menguntungkan secara berkesinambungan.
Kesalahan dalam memilih bahan tanam karet akan dirasakan selama umur
ekonomis tanaman. Penggunaan bibit tidak bermutu akan berakibat :
1. Tanaman yang tidak berkualitas memiliki heterogenitas tinggi,
pertumbuhan lambat dan produktivitas lambat.
2. Pemeliharaan yang optimal tetap tidak memberikan manfaat.
3. Tidak ada sistem eksploitasi yang mampu memberikan hasil tinggi
dalam jangka panjang secara konsisten.

Penggunaan benih berkualitas yang membawa sifat genetik unggul (klon


unggul) mutlak harus dilaksanakan. Bibit bermutu haruslah secara fisik memenuhi
ukuran pertumbuhan yang normal, secara fisiologi memiliki daya hidup yang
baik, dan secara genetis terdiri dari klon yang asli dan murni.
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki
posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang cerah. Penggunaan bibit bermutu tinggi sudah mendapat
perhatian khusus secara berkelanjutan, walaupun bibit bermutu merupakan modal
yang relatif kecil namun dampaknya terhadap produktivritas dan efisiensi sangat
besar. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap
komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka perlu adanya upaya untuk
meningkatakan produktifitas karet di Indonesia. Oleh sebab itu upaya peningkatan
produktifitas karet terus dilakukan terutama dalam pengadaan bibit bermutu tinggi
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kebun.

B. Tujuan
Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan acara Pembibitan bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput.
2. Mengetahui pemeliharan pada pembibitan tanaman karet.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus.


Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah
percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di
Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga
sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan
Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman
karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah
menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua
negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan
sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi
setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk
otomotif dan militer (Maryadi, 2005).
Sampai saat ini kebutuhan kayu sebagian besar masih dipenuhi dari hutan
alam. Persediaan kayu dari hutan alam setiap tahun semakin berkurang, baik dari
segi mutu maupun volumenya. Hal ini disebabkan kecepatan pemanenan yang
tidak seimbang dengan kecepatan penanaman, sehingga tekanan terhadap hutan
alam makin besar. Disisi lain kebutuhan kayu untuk bahan baku industri semakin
meningkat, hal ini berarti pasokan bahan baku pada industri perkayuan semakin
sulit, kalau hanya mengandalkan kayu yang berasal dari hutan alam, terutama

setelah kayu ramin, meranti putih, dan agathis dilarang untuk diekspor dalam
bentuk kayu gergajian (Iskandar, 1983).
Kondisi ini perlu ditanggulangi sedini mungkin agar tidak terjadi
kesenjangan antara potensi pasokan kayu hutan dengan besarnya kebutuhan kayu.
Usaha untuk memenuhi permintaan kayu tersebut dapat dipenuhi melalui
pengusahaan hutan produksi, seperti pembangunan hutan tanaman industri,
walaupun hasilnya belum memuaskan. Oleh karena itu perlu dicari jenis kayu
substitusi yang dapat memenuhi persyaratan untuk berbagai keperluan. Kayu karet
yang dihasilkan dari perkebunan karet merupakan alternatif yang dapat
dipertimbangkan. Perkebunan karet di Indonesia cukup luas dan sebagian sudah
waktunya diremajakan (Anwar, 2001).
Potensi kayu karet untuk diolah sebagai bahan baku industri cukup besar.
(Balai Penelitian Karet Sumbawa) menunjukkan bahwa luas tanaman karet yang
perlu diremajakan sampai tahun 1997 sekitar 400 000 hektar atau 11 persen dari
total luas areal karet di Indonesia. Di samping itu, saat ini teknologi pengolahan
kayu karet telah berkembang pesat sehingga prospek pemanfaatan kayu karet
dapat lebih luas. Ditinjau dari sifat fisis dan mekanis, kayu karet tergolong kayu
kelas kuat II yang berarti setara dengan kayu hutan alam seperti kayu ramin,
perupuk, akasia, mahoni, pinus, meranti, durian, ketapang, keruing, sungkai,
gerunggang, dan nyatoh. ); Sedangkan untuk kelas awetnya, kayu karet tergolong
kelas awet V atau setara dengan kayu ramin (Hanum, 2008).

Sifat dasar lainnya yang menonjol dari kayu karet, kayunya mudah digergaji
dan permukaan gergajinya cukup halus, serta mudah dibubut dengan
menghasilkan permukaan yang rata dan halus. Kayu karet juga mudah dipaku, dan
mempunyai karakteristik pelekatan yang baik dengan semua jenis perekat. Sifat
yang khas dari kayu karet adalah warnanya yang putih kekuningan ketika baru
dipotong, dan akan menjadi kuning pucat seperti warna jerami setelah
dikeringkan. Selain warna yang menarik dan tekstur yang mirip dengan kayu
ramin dan perupuk yaitu halus dan rata, kayu karet sangat mudah diwarnai
sehingga disukai dalam pembuatan mebel. Mutu fibreboard asal kayu karet setara
dengan kayu lapis yang berasal dari hutan alam (Sianturi, 1989).
Budidaya tanaman karet akan menghasilkan mutu karet yang tinggi juga
apabila dalam proses budidayanya digunakan tehnik yang baik dari awal
penanaman atau pembibitan hingga pemeliharaan. Tehnik budidaya yang baik
akan menggunakan bahan tanam dari jenis bibit yang pertumbuhanya cepat, atau
penggunaan jenis klon unggul. Penggunaan klon unggul ini terbukti dapat
menaikan produksi yang menyolok dibandingkan dengan tanaman asal biji
(Setyamidjaja, 1983).
Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah.
Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas
lainnya, yaitu dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih
mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, mampu
membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering

beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis,
dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan
memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin
meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia (Junaidi,
2008).
Landuse pada lahan ini sangat cocok digunakan untuk perkebunan karet.
Keadaan pohon karet yang melengkung atau miring dari arah selatan ke timur
disebabkan adanya pengaruh arah lereng serta pengaruh sinar matahari dari pagi
sampai siang. Hal ini menunjukan bahwa tanah mengalami pergeseran atau
pergerakan mengikuti aliran air, sehingga tanah menjadi tidak stabil. Tanahnya
bersifat masam, karena banyak menyerap Al dan Fe dari bahan yang terdapat di
dalam tanah, sehingga daun mudah rontok. Vegetasi yang terdapat di daerah
tersebut selain pohon karet adalah selenium yang digunakan untuk konservasi dan
pupuk daun (Hanani, 2009).
Kebun entres merupakan tempat mengkoleksi material genetik sebagai
sumber mata tunas yang akan tumbuh sebagai batang atas tempat lateks diperoleh.
Dalam budidaya tanaman karet, bahan tanaman yang lazim digunakan sampai saat
ini adalah bahan tanam klonal yang diperbanyak secara okulasi. Hal ini
dikarenakan tanaman karet yang berasal dari biji (seedling) memiliki keragaman
yang cukup besar. Dibandingkan dengan bibit seedling, penggunaan bahan tanam
klonal sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa
tanaman belum menghasilkan lebih cepat dan tanaman lebih seragam. Perbedaan

produksi tanaman karet asal biji (seedling) dan tanaman karet klonal seperti
terlihat pada tabel berikut (Indraty, 1990).

III.

METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain bibit tanaman karet
berumur 9-10 bulan, kayu okulasi, tanah dan plastik polithein. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini, antara lain pisau, cangkul, kamera dan polybag.
B. Prosedur kerja
1. Brown budding, disiapkan bibit tanaman karet yang berumur 9-10 bulan
sebagai batang bawah, dan tidak berada pada stadium membentuk payung.
2. Kayu okulasi diambil dari kebun entres, yang kulitnya berwarna antara
hijau tua dan cokelat.
3. Pangkal batang bawah dibersihkan dari tanah, atau pada tempat yang akan
dibuat keretan atau jendela
4. Dibuat jendela yang tingginya 10 cm dari permukaan tanah. Dibuat sayatan
pada kulit, dengan dua keratan vertikal sepanjang 7 cm dan satu keretan
horizontal 2 cm. Dibiarkan lateksnya keluar dari tempat sayatan
5. Disiapkan kayu okulasi dengan membuat perisai, dengan cara buat dua
keratan memanjang sejajar dengan mata terletak di tengah.

6. Disayatlah kulit kayu entres di bawah keretan tersebut sampai terambil


sedikit lapisan kayunya. Bila sudah terlepas dari kulitnya, letakkan pada
gedebog pisang.
7. Lateks yang keluar tadi, dibersihkan dengan kain lap. Kemudian jendela
batang bawah dibuka dengan ekor pisau secara hati-hati, dan mata okulasi
diselipkan pada kulit jendela dan kambium.
8. Disisakan sedikit bagian bawah kulit jendela, dan ditutup dengan
membalutkan plastik hingga mengitari seluruh bagian yang diokulasikan
dari bagian bawah ke bagian atas.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Praktikum
Prosedur pembibitan yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput diawali
dengan seleksi biji, dengan dua sistem yang digunakan. Seleksi pertama dilakukan
dengan cara direndam dan cara kedua dilakukan dengan proses pelentingan biji
karet. Pada cara perendaman, biji karet dimasukan ke dalam air sampai
tenggelam. Apabila biji karet tidak tenggelam maka biji tersebut bisa dikatakan
mempunya mutu yang buruk. Proses pelentingan dilakukan pada ketinggian 1
meter dari kotak, apabila biji dijatuhkan dapat melenting dengan baik maka biji
tersebut memiliki mutu yang baik.
Setelah diadakan proses seleksi biji, selanjutnya diadakan perkecambahan.
Perkecambahan dilakukan di lahan depan bagian timur dengan lebar jarak tanam 1
meter dan panjang tanamnya disesuaikan. Lebar tanamnya 1 meter karena
disesuaikan dengan jangkauan tangan orang Indonesia. Pada lahan
perkecambahan tanahnya di buat bedengan dengan ditambahkan pasir agar
memudahkan dalam pengambilan bibit. Prosedur kerja perkecambahan yang
pertama, biji yang bermutu baik diletakkan di tanah yang berada di atas polibag
dengan perut biji dihadapkan ke bawah dan kemudian dikrakap dengan
menggunakan karung goni. Krakap dilakukan untuk menghindari penguapan dan
membantu proses pemupukan. Biji yang telah ditanam tadi kemudian diberi air
dan setiap pagi karung goni tersebut dibuka agar mempercepat pertumbuhan.
Tanaman yang dikecambahkan akan tumbuh sekitar 3 4 hari, jika 14 hari
tanaman tidak tumbuh maka dikatakan perkecambahannya gagal karena sudah
kadaluarsa. Penanaman benih yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput

menggunakan sistem Tabela, yaitu tanam benih langsung yang dilakukan kurang
lebih selama 9 bulan. Cara ini sangat efisien, karena jika dilakukan dengan sistem
konvensional bisa mencapai 2 tahun. Pembibitan dilakukan mulai Januari dan
mulai tanam sekitar bulan November sampai Desember.
Persiapan pembibitan selanjutnya menyiapkan kebun entres, kebun bibit
batang bawah (rootstock) dan okulasi. Sebelum okulasi entres diseleksi dengan
diklonkan. Okulasi dilakukan menggunakan batang atas yang berasal dari kebun
entres yang umurnya tidak lebih dari 10 tahun. Okulasi dapat dilakukan dengan
cara yaitu okulasi coklat (brown budding) dan okulasi hijau (green budding).
Brown budding dilakukan pada bibit batang bawah yang umurnya diantara 9-10
bulan, sedangkan green budding dilakukan pada batang bawah yang umurnya 5-6
bulan. Mata okulasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu mata prima, mata sisik,
mata palsu dan mata burung. Mata entres yang digunakan yaitu mata prima karena
hasilnya lebih optimum. Prosedur okulasi yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput
yaitu diawali dengan pembuatan jendela okulasi pada batang bawah, kemudian
pengambilan mata dari batang atas (entres), menempelkan mata entres dijendela
batang bawah, kemudian dan yang terakhir yaitu dengan pengikatan
menggunakan plastik okulasi yang lentur. Okulasi yang bagus dapat dilihat jika
tanaman tingginya mencapai satu meter dan sudah terdapat delapan mata okulasi,
dan dalam satu pohon terdapat dua batang.
Terdapat 3 stadia pertumbuhan benih, yang pertama stadia bintang,
kemudian stadia pancing dan terakhir stadia jarum. Stadia yang terbaik untuk
pemindahan benih adalah stadia pancing karena pada stadia ini akar sudah mulai
memanjang dan keadaannya juga lebih prima. Pada stadia bintang akar mulai

10

tumbuh, namun tunas belum tumbuh dan masih terlalu pendek. Sedangkan pada
stadia jarum tanaman sudah terlalu tinggi dan perlu dilakukan penyulaman.
Waktu okulasi yang baik menurut PTPN IX Krumput yaitu pada pagi hari
dari pukul 06.00-10.00 dan sore hari pada pukul 15.00-17.00. Pada waktu okulasi
dibungkus dengan menggunakan pelepah pisang agar menjaga kelembaban dan
agar tidak lecet. Pemerikasaan okulasi pertama dilakukan setelah 2-3 minggu
pelaksanaan okulasi. Kemudian pemeriksaan kedua dilakukan setelah 2 minggu
pemerikasaan pertama. Okulasi yang tidak berhasil diberi tanda dengan mengikat
plastik dibatangnya. Sehingga dapat dilakukan okulasi kembali pada sisi lain dari
batang bawah. Sedangkan okulasi yang berhasil diberi tanda dengan warna cat.
Warna cat disesuaikan dengan jenis tanamannya. Cat berwarna merah diberikan
pada karet jenis GT I (Gondang Tapen Indonesia), warna biru diberikan pada karet
jenis BBM, warna putih diberikan pada karet jenis RRIC, warna hijau diberikan
pada karet jenis RRIM warna kuning diberikan pada karet jenis PB (Prang
Besar).
Tanaman yang berhasil diokulasi kemudian didogkel. Namun 2 sebelum
dilakukan pendongkelan, tanaman ini dipupuk terlebih dahulu. Kemudian
dilakukan penyerongan 3-5 cm dari mata okulasi. Luka bekas penyerongan
ditutup dengan paraffin. Setelah itu dilakukan pendongkelan untuk kemudian
dipindahkan ke pembibitan polibag. Ciri ciri bibit unggul adalah tanaman tahan
penyakit dan hama, cabang tidak menghasilkan sisi, kuat dan kokoh bagi
berdirinya tanaman, tumbuh lurus keatas, kulit murni (halus, tebal dan cepat pulih
setelah disadap).
B. Pembahasan

11

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki


posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas
usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya.
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk
memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain :
berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan
hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa
syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
1.
2.
3.
4.

Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.


Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun

vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah


secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi adalah salah satu teknik
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu
tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel) yang bertujuan
menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh
perumbuhan dan produksi yang baik. Prinsip okulasi sama yaitu penggabungan
batang bawah dengan batang atas, yang berbeda adalah umur batang bawah dan
batang atas yang digunakan sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai
keberhasilan okulasi. Kebaikan yang diharapkan dari batang bawah secara umum
adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex

12

yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini di tumbuhkan dilapangan dikatakan
tanaman okulasi sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan
disebut tanaman semai.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu (Aidi, 2009) :
1.
2.
3.

Keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi


Pemilihan entres atau kayu okulasi dengan mata tunas yang masih dorman
Keadaan iklim pada musim kemarau tanaman karet mengalami gugur daun,
kurang baik untuk pengokulasian karena adanya gangguan visiologis. Yang
baik adalah pada awal dan akhir musim penghujan, pada musim hujan juga
tidak baik, air hujan dapat meresap pada luka okulasi yang dapat
mengakibatkan busuk. Kelembaban tinggi baik untuk perkembangan jasad
renik pada sisa-sisa latex dari luka okulasi, ini dapat dapat menyebabkan
kegagalan pengokulasian.
Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan. Untuk

mendapatkan batang atas yang berkualitas atau bermutu diperlukan ketersediaan


kebun entres yang terdiri atas klon-klon karet unggul anjuran yang berasal dari
kebun entres yang murni. Untuk memurnikan kebun entres diperlukan
kemampuan pengenalan masing-masing klon anjuran tersebut. Mutu benih perlu
diperhatikan untuk mendapatkan pertumbuhan batang bawah yang baik dari sifat
genetik, fisiologis, dan fisisnya. Dari batang bawah yang akan menentukan daya
gabungnya dengan batang atas, yang selanjutnya akan berpengareuh terhadap
pertumbuhan dan produksi. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan okulasi harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya, karena okulasi yang tidak baik atau kurang baik

13

dapat menyebabkan kematian atau kerusakan pada batang bawah, alat yang
digunakan juga harus bersih dari segala kotoran baik itu tanah, kotoran dedaunan
dan sebagainya, karena dapat menyebabkan terkontaminasinya kambium (tidak
bagus lagi untuk digunakan).
Untuk menunjang keberhasilan pada bangunan perkebunan karet diperlukan
adanya penangkar benih untuk batang bawah dan batang atas yang memiliki
kualitas unggul, disamping pengadaan entres dan bibit hasil okulasi yang
bersekala ekonomis. Untuk mengetahui input-output masing-masing bentuk
diperlukan analisis ekonomi usaha pengadaan bahan tanaman mulai dari kebun
entres sampai bibit siap salur.
Tahapan pembibitan yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput :
1. Pembibitan
a.

Seleksi Biji
Seleksi biji dapat digunakan dengan dua sistem. Seleksi pertama dilakukan
dengan cara direndam dan cara kedua dilakukan dengan proses pelentingan biji
karet. Pengujian kesegaran biji secara acak, yaitu diambil 100 butir biji karet,
kemudian dipecah dengan palu atau batu untuk dinilai kesegarannya. Apabila
belahan biji karet masih putih murni sampai kekuning kuningan dinilai baik,
apabila berwarna kekuning-kuningan berminyak, kuning kecoklatan sampai hitam
atau keriput dinilai jelek. Nilai kesegaran yang baik antara 70-90%.

14

Metode pemilihan biji karet dengan cara :


1.

Biji dilentingkan/dijatuhkan dari ketinggian 70-100 cm pada kotak kayu


berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Apabila biji melenting keluar melewati

2.
3.
b.

dinding kotak, dinilai biji tersebut naik.


Biji dipantulkan di atas lantai semen, jika memantul maka biji baik.
Meredam biji di dalam air, apabila 2/3 bagian biji terendam, maka biji karet

tersebut masih baik.


Waktu Tanam
Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat
tersebut merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus
berakhir sebelum musim kemarau. Pembibitan ilakukan mulai bulan Januari dan
pada bulan November Desember sudah mulai ditanam.
2. Perkecambahan
Setelah diadakan proses seleksi biji, selanjutnya diadakan perkecambahan.
Perkecambahan dilakukan di lahan depan bagian timur dengan lebar jarak tanam 1
meter dan panjang tanamnya disesuaikan. Lebar tanamnya 1 meter karena
disesuaikan dengan jangkauan tangan orang Indonesia. Pada lahan
perkecambahan tanahnya di buat bedengan dengan ditambahkan pasir agar
memudahkan dalam pengambilan bibit. Prosedur kerja perkecambahan yang
pertama, biji yang bermutu baik diletakkan di tanah yang berada di atas polibag
dengan perut biji dihadapkan ke bawah dan kemudian dikrakap dengan
menggunakan karung goni. Krakap dilakukan untuk menghindari penguapan dan
membantu proses pemupukan. Biji yang telah ditanam tadi kemudian diberi air

15

dan setiap pagi karung goni tersebut dibuka agar mempercepat pertumbuhan.
Tanaman yang dikecambahkan akan tumbuh sekitar 3 4 hari, jika 14 hari
tanaman tidak tumbuh maka dikatakan perkecambahannya gagal karena sudah
kadaluarsa. Penanaman benih yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput
menggunakan sistem Tabela, yaitu tanam benih langsung yang dilakukan kurang
lebih selama 9 bulan. Cara ini sangat efisien, karena jika dilakukan dengan sistem
konvensional bisa mencapai 2 tahun.
3. Okulasi
Persiapan pembibitan selanjutnya menyiapkan kebun entres, kebun bibit
batang bawah (rootstock) dan okulasi. Sebelum okulasi entres diseleksi dengan
diklonkan. Okulasi dilakukan menggunakan batang atas yang berasal dari kebun
entres yang umurnya tidak lebih dari 10 tahun. Okulasi dapat dilakukan dengan
cara yaitu okulasi coklat (brown budding) dan okulasi hijau (green budding).
Brown budding dilakukan pada bibit batang bawah yang umurnya diantara 9-10
bulan, sedangkan green budding dilakukan pada batang bawah yang umurnya 5-6
bulan. Mata okulasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu mata prima, mata sisik,
mata palsu dan mata burung. Mata entres yang digunakan yaitu mata prima karena
hasilnya lebih optimum. Prosedur okulasi yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput
yaitu diawali dengan pembuatan jendela okulasi pada batang bawah, kemudian
pengambilan mata dari batang atas (entres), menempelkan mata entres dijendela
batang bawah, kemudian dan yang terakhir yaitu dengan pengikatan
menggunakan plastik okulasi yang lentur. Okulasi yang bagus dapat dilihat jika

16

tanaman tingginya mencapai satu meter dan sudah terdapat delapan mata okulasi,
dan dalam satu pohon terdapat dua batang.
Waktu okulasi yang baik menurut PTPN IX Krumput yaitu pada pagi hari
dari pukul 06.00-10.00 dan sore hari pada pukul 15.00-17.00. Pada waktu okulasi
dibungkus dengan menggunakan pelepah pisang agar menjaga kelembaban dan
agar tidak lecet. Pemerikasaan okulasi pertama dilakukan setelah 2-3 minggu
pelaksanaan okulasi. Kemudian pemeriksaan kedua dilakukan setelah 2 minggu
pemerikasaan pertama. Okulasi yang tidak berhasil diberi tanda dengan mengikat
plastik dibatangnya. Sehingga dapat dilakukan okulasi kembali pada sisi lain dari
batang bawah. Sedangkan okulasi yang berhasil diberi tanda dengan warna cat.
Tanaman yang berhasil diokulasi kemudian didogkel. Namun 2 sebelum
dilakukan pendongkelan, tanaman ini dipupuk terlebih dahulu. Kemudian
dilakukan penyerongan 3-5 cm dari mata okulasi. Luka bekas penyerongan
ditutup dengan paraffin. Setelah itu dilakukan pendongkelan untuk kemudian
dipindahkan ke pembibitan polibag.
Penggunaan bibit klon mulia yang digunakan di kebun pembibitan PTPN
Krumput adalah jenis klon unggul PB 260, RRIC, BPM 24, BPM 1, yang
diperoleh dari Balai Penelitian dan Pengembangan tanaman karet. PB 260
mempunyai tingkat produktivitas getah karet yang sangat tinggi. Potensi Produksi
getah karet yang dihasilkan PB 260 mulai bisa dideres pada rata-rata umur 5
sampai dengan 15 tahun umur sadap.
Kelebihan Bibit Karet klon (tempel) PB 260 menurut Suhendry (2002),
diantaranya adalah :

17

1. Harga lebih murah


2. Mempunyai tingkat produktivitas getah karet yang sangat tinggi.
3. Mulai bisa dideres pada rata-rata umur 5 tahun
Keunggulan yang dimiliki klon RRIC, BPM 24, dan BPM 1 juga tidak jauh
berbeda dengan klon PB 260. Klon klon tersebut memiliki tingkat produktivitas
getah karet yang tinggi.
Dalam masa pertumbuhan, suatu tanaman akan melewati empat fase, yaitu
fase embrio, fase juvenile (bayi), fase dewasa, dan fase senses (mati). Biji karet
termasuk dalam fase embrio. Fase ini waktunya sangat pendek, tidak lebih dari 14
hari. Bila biji telah tumbuh menjadi tanaman kecil berarti telah memasuki fase
juvenil. Pada tanaman karet, fase juvenil ini cukup lama, bias lebih dari 2 tahun
bila pertumbuhannya lurus ke atas, tidak berbunga, dan tidak membentuk
percabangan. Fase dewasa adalah fase saat kanopi tanaman sudah menjauhi
perakaran, mulai membentuk percabangan dan mampu membentuk bunga dan
biji.
Tanaman karet dalam kebun entres dikategorikan telah memasuki fase
antara juvenil dan dewasa karena sudah melewati masa juvenil, namun belum
memasuki masa dewasa penuh karena belum membentuk percabangan, kanopi
belum menjauhi leher akar, dan belum membentuk bunga dan biji. Oleh karena
itu, pada saat memperbanyak tanaman karet digunakan tanaman yang berasal dari
biji sebagai batang bawah, dan diokulasi dengan mata entres pada 10 cm dari
leher akar untuk mendekatkan tanaman pada karakter juvenil. Makin dekat dengan
leher akar, sifat juvenilnya makin tinggi.
Mata entres yang masih berada dalam tegakan entres tidak semuanya
terletak dekat dengan leher akar. Oleh karena itu, penggunaan mata entres dibatasi

18

paling banyak 2-3 m dari pertautan okulasi; lebih dari itu tidak dianjurkan untuk
bahan okulasi karena mengakibatkan kemunduran mutu tanaman.
Produktivitas tanaman karet klonal bisa lebih rendah daripada pohon
induknya bila digunakan mata entres yang tidak benar. Misalnya, mata entres
tidak terpelihara atau berasal dari percabangan entres. Tanaman karet klonal yang
demikian sulit diharapkan produktivitasnya meningkat karena masa
pertumbuhannya tidak melewati fase juvenil sebagaimana induknya. Kebun entres
karet harus selalu diperbarui karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman maupun produktivitasnya, penampilan klon, dan kemunduran sifat
juvenilnya.
Tanaman karet dari biji akan melalui tahapan juvenil ke dewasa. Perubahan
fase juvenil ke fase dewasa ditandai dengan mulai terbentuknya percabangan.
Tanaman karet yang berasal dari biji tampak jelas menunjukkan karakter juvenil,
yaitu bentuk pertumbuhan batang meruncing, permukaan kulit kasar dan tinggi
batang (bidang sadap) makin bertambah, tebal kulit semakin berkurang dan
jumlah cincin pembuluh lateks makin menurun. Tanaman karet fase dewasa
ditandai dengan bentuk batang yang tidak meruncing, tetapi hampir silindris,
permukaan kulit lebih halus, ketinggian tanaman bertambah, tebal kulit dan
jumlah cincin pembuluh lateks relatif tetap. Batang atas tidak melalui fase juvenil
dan tumbuh tanpa memiliki karakteristik juvenil. Oleh karena itu, okulasi dekat
pangkal batang atau perakaran pada tanaman asal biji sebagai batang bawah akan
membuat batang atas memiliki karakter juvenil. Bagian tanaman yang telah
menjauhi perakaran cenderung untuk berubah menjadi dewasa.
Sumber mata entres sangat berpengaruh terhadap mutu tanaman. Karena
kekurangan mata entres pada waktu membuat bibit, petani sering menggunakan

19

mata entres seadanya tanpa memperhitungkan akibatnya. Standar mutu kebun


entres sering tidak bisa dipenuhi sehingga produktivitas menurun meskipun
pemeliharaan cukup baik.
Selama entres masih dalam tegakan tanaman, mata entres dalam kondisi
segar. Namun bila telah dipotong, daya tumbuhnya cepat menurun, bahkan tidak
mampu bertahan lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, begitu entres dipotong, mata
entres harus segera ditempelkan ke batang bawah. Menurut Rio (2008), ciri ciri
mata entres atau mata okulasi yang baik untuk tanaman karet diantaranya :
1.
Mampu menempel pada batang bawah;
2.
Mampu pecah atau melentis tepat pada waktunya (15-21 hari )
3.
Mampu tumbuh menjadi tunas sebagai calon tanaman dewasa.
Batang entres yang normal memiliki diameter 2,0-2,5 cm, telah cukup tua,
dan siap dipotong untuk digunakan sebagai bahan okulasi. Kemampuan mata
okulasi untuk menempel pada batang bawah merupakan penggabungan antara
kambium yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada
permukaan kayu batang bawah. Dalam satu batang kayu okulasi, terdapat tiga tipe
mata okulasi, yaitu mata prima, mata burung, dan mata sisik. Agar okulasi
berhasil dengan baik harus digunakan mata prima, sedangkan mata burung dan
mata sisik tidak dianjurkan untuk digunakan karena pertumbuhannya akan kerdil.
Mata tunas dari pohon induk kebun entres yang sudah berumur lebih dari 15
tahun tidak dianjurkan untuk perbanyakan tanaman dan harus dimudakan kembali
dengan membuat kebun entres yang baru. Kebun entres yang paling bagus
berumur 1-10 tahun. Oleh karena itu, pemeliharaan kebun entres harus mendapat
prioritas agar tanaman sumber entres tidak terjadi percabangan, tidak terjadi
pembungaan, sudut antara batang bawah dan batang atas tetap lurus ke atas, dan
mata okulasi prima setinggi 2-3 m di atas pertautan.

20

Pada praktikum kali ini pembibitan yang dilakukan di kebun pembibitan


milik Perkebunan karet PTPN Krumput dilakukan dengan 2 kali pemindahan
lapangan. Pembibitan dilakukan dengan bahan tanam menggunakan cara generatif
yaitu penggunaan klon. Hal ini dikarenakan untuk mendukung produktivitas karet
dengan tujuan menghasilkan karet dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi,
seperti menurut Setyamidjaja (1983) Penggunaan klon unggul ini terbukti dapat
menaikan produksi yang menyolok dibandingkan dengan tanaman asal biji.
Kendala yang sering terjadi di Perkebunan karet PTPN Krumput diantaranya
kegagalan okulasi yang disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang profesional.
Tenaga kerja yang kurang profesional biasanya kurang teliti dan cekatan dalam
melakukan teknik okulasi. Pencurian pada lateks yang jatuh ke tanah oleh para
pekerja juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi, pasalnya perusahaan akan
kehilangan hasil yang cukup signifikan.

21

V.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :


1. Pembibitan dilakukan dengan teknik okulasi. Okulasi yang dilakukan
yaitu brown budding dan green budding. Waktu okulasi yang baik
menurut PTPN IX Krumput yaitu pada pagi hari dari pukul 06.00-10.00
dan sore hari pada pukul 15.00-17.00.
2. Pemerikasaan okulasi pertama dilakukan setelah 2-3 minggu
pelaksanaan okulasi.
B. Saran

Pembibitan sebaiknya menggunakan bibit unggul agar memperoleh hasil


yang optimum dan para praktikan diharapkan fokus mendengarkan penjelasan
dari petugas di perkebunan.

22

DAFTAR PUSTAKA

Aidi, Daslin. 2009. Perkembangan Penelitian Klon Karet Unggul IRR Seri 100
sebagai Penghasil Lateks Terbaik. Jurnal Littri. Vol. 10, No.2 : 250 266.

Anwar, Chairil. 2001. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.

Hanani, Nuhfil. 2009. Produksi Tanaman Karet pada Pemberian Stimulan


Etephon. Journal of Natural Rubber Research. Vol 27, no. 2 : 56 62.

Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 3. Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Indraty, S.I. 1990. Pemindahan Kecambah Karet Stadia Berdaun. Pusat Penelitian
Perkebunan Getas. Palembang.
Iskandar, S.H. 1983. Pengantar Budidaya Karet. IPB Press. Bogor.
Junaidi, G.H. 2008. Ketahanan Genetik Berbagai Klon Karet Introduksi Terhadap
Penyakit Gugur Daun. Jurnal Penelitian Karet, 31 (2) : 79 - 87.
Maryadi, W. 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Rio, Argia.M. 2008. Kajian Kesuburan Tanah Perkebunan Karet Rakyat di
Provinsi Bengkulu. Jurnal Agrisistem. Vol 20, no. 2 : 17 26.
Setyamidjaja, Djohana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius.
Yogyakarta.
Sianturi, H.A. 1989. Budidaya Tanaman Karet. USU Press, Medan.

23

Suhendry, I. 2002. Kajian finansial penggunaan klon karet unggul generasi IV.
Jurnal Penelitian Karet. vol 21, no. 1 : 11- 15.

24

BIODATA PRAKTIKAN

TTL

Nama

: Syarifah Fauziah

NIM

: A1L012127

Prodi

: Agroteknologi

: Bekasi, 14 Desember 1994


Alamat kos

: Jl. Madrani Gg. Arjuna No. 9 RT 007 RW

007 Purwokerto
Email

Utara

: fauziah.syarifah14@gmail.com

25

Anda mungkin juga menyukai