Anda di halaman 1dari 20

Budidaya Tanaman Perkebunan Karet

Disusun Oleh :

Wr.Robiatul Adawiyah

Riski ade

Satria Putra

Sidiq

SMK SMTI BANDAR LAMPUNG


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan
nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen.
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak
maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini.
Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka
pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan
produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang
beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di
Sumatera Utara dan Kalimantan.
Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2017, permasalahan karet Indonesia adalah
rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat.
Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya 600 - 650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian,
peranan Indonesia sebagai produsen karet alam dunia masih dapat diraih kembali dengan
memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan
kualitasnya dapat ditingkatkan secara optimal.
Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet
mempunyai/memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi.
Saat ini karet yang digunakan di Industri terdiri dari karet alam dan karet sintetis. Adapun
kelebihan yang dimiliki karet alam adalah:
1. memiliki daya lenting dan daya elastisitas yang tinggi,
2. memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah.
3. mempunyai daya aus yang tinggi.
4. tidak mudah panas (low heat build up) dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap
keretakan (groove cracking resistance).

Selanjutnya karet sintetis memiliki kelebihan tahan terhadap berbagai zat kimia. Karet
sintetis dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perkebunan?
2. Bagaimana Sejarah karet (Hevea brasiliensis)?
3. Apa Aspek Botani tanaman karet?
4. Apa Persyaratan Tumbuh tanaman karet?
5. Apa saja Persiapan Lahan?
6. Bagaimana Persiapan Bahan Tanaman?
7. Bagaimana Pemeliharaan Tanaman Karet?
8. Apa Kriteria Bidang Sadap?

C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui apa itu perkebunan.
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana Sejarah karet (Hevea brasiliensis).
3. Untuk dapat mengetahui apa Aspek Botani tanaman karet.
4. Untuk dapat mengetahui apa Persyaratan Tumbuh tanaman karet.
5.at mengetahui apa saja Persiapan Lahan.
6. Untuk dapat mengetahui bagaimana Persiapan Bahan Tanaman.
7. mengetahui bagaimana Pemeliharaan Tanaman Karet.
8. Untuk dapat mengetahui apa Kriteria Bidang Sadap.

PEMBAHASAN
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis)

A. Perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau
media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa
hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta
manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Lahan perkebunan merupakan lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah
tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditas perdagangan (pertanian)
dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan
dapat ditanami oleh tanaman industri seperti kelapa sawit, karet, kopi, kakao, kelapa, teh, tebu,
dan sebagainya. Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditas
yang dipasarkannya. Namun demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum
untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya.
Ciri perkebunan yaitu menerapkan cara monokultur paling tidak untuk setiap blok yang ada
di dalamnya terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen di
lahan perkebunan itu sebelum produknya dikirim ke pembeli.
Perkebunan sendiri merupakan salah sub sektor dari pertanian yang juga memiliki peranan
besar bagi sektor pertanian dan perokonomian nasional. Tanaman perkebunan memiliki dua
potensi pasar yaitu di dalam dan di luar negeri. Tanaman perkebunan di dalam negeri dapat
dikonsumsi langsung oleh masyarakat, diperlukan sebagai bahan baku industri. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman perkebunan memiliki arti ekonomi yang penting. Artinya, bila
diusahakan secara sungguh-sungguh atau profesional bisa menjadi suatu bisnis yang menjadikan
keuntungan besar (Rahardi dkk, 1993).
Tanaman perkebunan mempunyai peranan sebagai salah satu sumber devisa sektor pertanian,
penyedia bahan baku industri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri
serta berperan dalam kelestarian lingkungan hidup. Pemerintah secara berangsur mengurangi
petani yang tidak mempunyai tanah menjadi pemilik tanah dalam pembangunan sub sektor
perkebunan. Pemilikan lahan secara bertahap dilakukan dengan program Perkebunan Inti Rakyat
(PIR). Tujuan dilaksanakannya pembangunan PIR adalah untuk meningkatkan taraf hidup para
petani atau pengebun dengan jalan pembukaan arel-areal baru kurang produktif atas lahan kritis,
serta menghentikan perladangan berpindah-pindah. Dengan proyek Perkebunan Inti Rakyat maka
petani dapat menjual komoditas hasil kebunnya kepada pemerintah dengan harga pasaran ekspor
serta kualitas komoditas terjamin standarnya.
Potensi sub sektor perkebunan untuk dijadikan ekspor di masa-masa mendatang sebenarnya
sangat besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan
struktur pasar komoditas perkebunan dari sektor hulu sampai ke hilir. Mustahil kinerja ekspor
akan lebih baik jika kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas
perkebunan domestik masih mengalami banyak hambatan.
B. Sejarah karet (Hevea brasiliensis)
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai
lateks), diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet. Sumber utama lateks yang
digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet (Hevea brasiliensis Moel.), diperoleh
dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons dengan
mengeluarkan getah/lateks.
Tanaman karet berasal dari hutan sepanjang sungai Amazone, Amerika Selatan dan mulai
dikenal oleh bangsa Eropa pada tahun 1736 setelah Charles Martie de la Condomine mengirim
contoh tanaman karet dari Peru ke Perancis. Mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1876 dan
ditanam di kebun Raya Bogor, namun perkebunan karetnya sendiri baru dibuka pada tahun 1902
di Sumatera dan tahun 1906 di Jawa.
Jenis-jenis karet alam di antaranya: bahan olah karet (bokar), karet konvensional (sheet,
crepe, dan compo), lateks pekat, karet spesifikasi teknis (crumb rubber) dan karet siap olah.
Karet alam banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri barang antara lain: ban
kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin, pipa karet, isolator, bahan pembungkus logam,
dsb., dihasilkan oleh tidak kurang dari 20 negara di dunia; tiga di antaranya yaitu Malayasia,
Indonesia, dan Thailand, merupakan penghasil karet terbesar yang menguasai lebih dari 83 %
pasar karet dunia.
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia karena
banyak menunjang perekonomian negara. Pasar ekspor karet alam Indonesia di antaranya
Amerika Serikat, Singapura, Eropa Barat, Uni Soviet dan Jepang. Luas areal perkebunan karet
di Indonesia (tahun 2008) mencapai lebih dari 3,4 juta hektar dengan produksi 2,7 juta ton, yang
sebagian besar (85%) merupakan tanaman karet rakyat. Oleh sebab itu, peran karet tidak hanya
sebagai penghasil devisa, juga memiliki arti sosial bagi petani yang mengusahakannya.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengusahaan karet di indonesia, khususnya karet
rakyat adalah produktivitas serta kualitasnya yang masih rendah. Pemerintah telah menetapkan
sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3-4 juta ton/tahun pada tahun
2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet
(rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet
unggul.

C. Aspek Botani tanaman karet


a. Sistematika
Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi/sistematika botani tanaman karet adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Tricoceae
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Sesies : Hevea brasilliensis Moel.Agr.

b. Morfologi Tanaman karet


Tanaman karet memiliki perakaran yang ekstensif, akar tunggangnya mampu tumbuh
menembus tanah sampai 2 m, sedangkan akar lateralnya menyebar sepanjang lebih dari 10 m.
Tanaman karet berbentuk pohon dengan tinggi 15-25 m, tipe pertumbuhan tegak dan
memperlihatkan pola pertumbuhan berirama (ritme), yakni terdapat masa tumbuh (flush) dan
masa istirahat (latent) yang bergantian dalam periode sekali dalam dua bulan. Batangnya
berkayu, dengan susunan dari luar ke dalam sebagai berikut:
1) kulit keras, terdiri dari lapisan gabus, kambium gabus, lapisan sel batu;
2) kulit lunak, di dalamnya terdapat floem dan pembuluh lateks;
3) kambium;
4) kayu/xylem.
Pembuluh lateks melingkar di dalam jaringan floem seperti spiral, membentuk sudut 3,7 o - 5o
terhadap garis vertikal dari kanan (atas) ke kiri (bawah).
Daun tanaman karet merupakan daun majemuk, dimana satu tangkai daun umumnya
memiliki 3-5 anak daun. Tangkai daun panjangnya 3-20 cm, anak daun eliptis memanjang
dengan ujung runcing, tepi rata dan gundul. Daun tumbuh pada buku-buku membentuk karangan
daun yang disebut payung. Termasuk tanaman decidious, menggugurkan daunnya pada musim
kering.
Bunga tersusun dalam rangkaian (malai) berbentuk seperti kerucut. Termasuk tanaman
monoceous (bunga jantan dan betina letaknya terpisah dalam satu malai), bunga jantan terletak di
bagian bawah/pangkal dari cabang-cabang malai sedangkan bunga betina terletak di ujung malai.
Bunga betina memiliki 3 bakal buah yang beruang 3 dengan kepala putik yang duduk, bunga
jantan memiliki 10 benang sari yang bersatu membentuk tiang, serbuk sari lengket, kecil dengan
diameter 25-30 mikron.
Buah karet mempunyai garis tengah antara 3-5 cm, dengan bagian ruang yang berbentuk
setengah bola; biji besar, berbercak/bernoda (khas dan beracun). Masak buah yang normal
sekitar 5 bulan, buah masak pecah dengan kuat menurut ruang.

D. Persyaratan Tumbuh tanaman karet


a) Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar
itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat
(Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal rata-
rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5
sampai 7 jam (Santosa. 2007.).

b) Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,
dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150 HH/tahun. Namun demikian, jika
sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).

c) Tinggi Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m
dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh
tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).

d) Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa
mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang
tinggi di atas.

e) Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat
fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar
sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah
dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis
muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang
cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi
sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial
biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi
tanah berkisar antara pH 3,0-pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
1. Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
2. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
3. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
4. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
5. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
6. Kemiringan tanah < 16% dan
7. Permukaan air tanah < 100 cm

E. Persiapan Lahan
a) Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman karet bisa berupa lahan yang baru dibuka
(perluasan/new planting), lahan bekas tanaman karet yag dibongkar (peremajaan/replantig), atau
lahan bekas tanaman lain (konversi).
b) Kegiatan pada areal yang baru dibuka meliputi
1. Penebangan pohon,
2. pembongkaran tunggul,
3. pembabadan/penebasan semak, dan
4. pembersihan sisa-sisa tumbuhan tersebut (pembakaran).

Pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan untuk meratakan dan memperbaiki
sifat fisik tanah. Pembuatan saluran drainase, pembuatan teras, dan pembuatan jalan kebun.

c) Kegiatan pada pembukaan ulangan/peremajaan atau konversi meliputi


Pembongkaran tanaman tua dan pembersihan sisa-sisa tanaman tersebut; pengolahan tanah;
perbaikan teras, saluran dan jalan kebun.

d) Konservasi Lahan
Cara yang biasa digunakan untuk mencegah kerusakan lahan, meliputi:
1. penanaman menurut kontur;
2. pembuatan teras (bisa berbentuk teras individu atau teras kolektif);
3. penanaman tanaman penutup tanah.

e) Pengajiran
Tujuanya adalah untuk memperoleh barisan tanaman yang teratur sesuai jarak tanam dan
naungan tanaman. Barisan tanaman karet yang terbentuk ada dua macam:
(1) barisan lurus, untuk lahan yang datar dan agak miring;
(2) barisan kontur, pada lahan yang bergelombang atau berbukit.
Hubungan antar tanaman pada lahan datar atau agak miring dapat berbentuk segitiga sama
sisi, bujur sangkar atau hubungan jalan.

f) Penanaman penutup tanah


Manfaat tanaman penutup tanah, diantaranya yaitu:
1. melindungi permukaan tanah terhadap erosi;
2. menekan pertumbuha gulma;
3. mengurangi penguapan dan membantu menyimpan air tanah;
4. meningkatkan kesuburan tanah;
5. memperbaiki pertumbuhan tanaman pokok;
6. memperlama masa peremajaan;
7. meningkatkan hasil dan pertumbuhan kulit yang lebih baik.
Tanaman penutup tanah yang banyak digunakan yaitu dari keluarga Leguminosa
(disebut LCC=Legum Cover Crops), antara lain Calopogonium mucunoides, C. caeruleum,
Centrosema pubescens, C. plumieri, Mucuna colchichinensis, dsb.
Penanaman dilakukan secara campuran dengan komposisi untuk 1 ha lahan sbb:
1. campuran C. mucunoides (2,8 kg) + C. phaseloides (2,3 kg) + C caeruleum
(0,6 kg);
2. campuran C. phaseloides (3,4 kg) + C. caeruleum (0,6 kg) + M.
colchichinensis (1,7 kg);
3. campuran C. pubescens (3,9 kg) + C. phasoloides (1,2 kg) + C caeruleum (0,6
kg).

Cara menanam LCC, diantaranya:


1) jarak barisan pertama dengan tanaman karet 1 m, barisan berikutnya berjarak 1 m pada lahan
datar atau landai, dan 1,8-2,4 m pada lahan bergelombang atau berbukit;
2) benih ditanam pada lubang sedalam 5-10 cm dalam barisan sesuai dengan jarak tanam LCC
tsb;
3) sebelum ditanam benih LCC terleih dahulu direndam dalam air panas (70 oC) selama 2 jam,
kemudian dicampur dengan pupuk fosfat (misal CIRP) dengan perbandingan yang sama;
4) LCC perlu dipelihara dan dijaga jangan sampai mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
F. Persiapan Bahan Tanaman
Tanaman karet dapat diperbanyak dengan biji atau dengan cara okulasi menggunakan batang
bawah asal biji. Bahan tanaman, baik untuk batang bawah maupun batang atas, berupa klon-klon
yang dianjurkan yang mempunyai produksi dan sifat-sifat sekunder yang baik.
Sifat-sifat ideal untuk klon unggul:
a. produksi lateksnya tinggi sejak awal dan mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan produksi;
b. resisten terhadap hama dan penyakit serta pengaruh angin;
c. batang tumbuh lurus, membentuk as yang silindris, serta tumbuh jagur;
d. cabang relatif kecil dan menyebar, membentuk sudut yang besar dengan batang.

1. Batang bawah
Persyaratan untuk batang bawah, diantaranya:
a) perakaran kuat dan berkembang baik serta tahan terhadap penyakit akar;
b) mempunyai daya gabung yang baik dengan batang atas;
c) memberi pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan batang atas, Klon yang dianjurkan
untuk batang bawah adalah AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260 dan RRIC 100.

Biji diambil dari kebun induk khusus atau dari kebun produktif yang menghasilkan biji yang
diketahui kedua induknya (legitiem) atau minimal salah satu induknya (propelegitiem). Biji yang
baik berasal dari tanaman yang telah berumur minimal 8 tahun, dengan ciri-ciri:
1. bila dijatuhkan melenting ke atas;
2. kulit jernih mengkilat;
3. nilai kesegaran biji minimal 80 %;
4. daya kecambah (dalam waktu 21 hari) minimal 80 %;
5. kadar air 32-45 %;
6. kemurnian minimal 90 %.

2. Batang atas
Persyaratan untuk batang atas, meliputi:
(a)pertumbuhan jagur dan berpotensi produksi tinggi;
(b) memiliki tajuk yang baik dan tahan angin kencang;
(c) toleran terhadap penyakit;
(d) respon terhadap stimulasi;
(e) memiliki sifat sekunder (pemulihan kulit sadap, daya adaptasi, dll) yang baik.
Klon-klon unggul karet yang direkomendasikan Pusat Penelitian Karet untuk periode 2010-
2017 terdiri dari dua kelompok.
1) Klon anjuran komersial adalah sekelompok klon dengan data yang lebih lengkap dan sudah
dapat dikembangkan oleh pengguna. Klon-klon ini sudah berupa benih bina, kecuali klon IRR 42
dan IRR 112 masih dalam proses pengajuan untuk pelepasannya sebagai benih bina. Klon-klon
anjuran komersial terdiri dari tiga katagori.
a) klon penghasil lateks: BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260.
b) klon penghasil lateks-kayu: BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, I RR 5, IRR
32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118,
c) klon penghasil kayu: IRR 70, IRR 71, IRR 72 dan IRR 78.
2) Klon harapan, merupakan kelompok klon yang mempunyai potensi pertumbuhan dan
produksi tinggi tetapi belum berupa benih bina. Klon harapan terdiri dari: IRR 24, IRR 33, IRR
41, IRR 54, IRR 64, IRR 105, IRR 107, IRR 111, IRR 119, IRR 141, IRR 208, IRR 211 dan IRR
220.

3. Pesemaian pengecambahan
Pesemaian pengecambahan merupakan tempat untuk mengecambahkan benih karet sebelum
dipindahkan ke pembibitan. Maksud pengecambahan adalah:
(1) untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam;
(2) untuk memisahkan/menyeleksi bibit yang pertumbuhannya cepat dan baik dari bibit
yang lambat dan kurang baik.

4. Persiapan bedengan
Lokasi datar, dekat dengan sumber air dan dekat dengan lokasi pembibitan, Tanah
dibersihkan, dicangkul dan diratakan, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1-1,2 m
dan panjang sesuai tempat (biasanya 5-10 m), dengan jarak antar bedengan 0,5-1 m. Bagian
samping bedengan diberi penahan dari bambu/batu bata kemudian diberi pasir diatasnya setebal
5 cm. Bedengan diberi naungan (bisa individu atau kolektif) dengan tinggi sebelah timur 1,5 m
dan barat 2m, dengan atap terbuat dari anyaman bambu atau alang-alang.

5. Menyemai benih
Sebelum disemai benih direndam terlebih dahulu dalam larutan KNO3 0,2% selama 24
jam atau air bersih selama 48 jam. Benih disemai dengan cara dibenamkan sedalam 2/3 bagian
ke dalam tanah dengan bagian perut menghadap ke bawah. Jarak antara barisan 5 cm dan dalam
barisan 3 cm. Persemaian disiram tiap pagi dan sore hari dengan menggunakan embrat. Benih
biasanya akan berkecambah setelah 10-14 hari.

6. Pemindahan kecambah
Benih yang telah berkecambah secara bertahap dipindahkan ke pesemaian bibit.
Pemindahan kecambah bisa dilakukan pada stadium pancing, stadium bintang, maupun stadium
jarum. Pemindahan paling baik pada stadium pancing. Pemindahan dilakukan dengan hati-hati
menggunakan alat mencungkil (solet).

7. Pembibitan
Pembibitan/pesemaian bibit adalah tempat pemeliharaan bibit sebelum dipindah ke
lapangan dengan tujuan memperoleh bbit yang jagur dan homogen.
a) Persiapan lokasi pembibitan
Lokasi dipilih lahan yang datar, dekat dengan sumber air, tidak bercadas, dan dekat dengan
lokasi penanaman. Lahan dicangkul sedalam 60-75 cm, dan dibersihkan dari sisa-sisa akar dan
kotoran lainnya. Tanah dihaluskan dan diratakan, kemudian dibuat petak-petak/bedengan
setinggi 20 cm. Jarak tanam bibit disesuaikan dengan kesuburan tanah serta lamanya bibit di
pesemaian.
1. bibit umur 1 tahun: jarak tanamnya 35 x 35 x 50 cm (47.320 bibit/ha)
2. bibit umur 2 tahun: jarak tanamnya 45 x 45 x 50 cm (34.080 bibit/ha)
3. bibit stum tinggi: jarak tanamnya 70 x70 cm (17.664 bibit/ha).

b) Penanaman kecambah
Kecambah dipindahkan pada stadium pancing agar akar tunggang dan pucuknya tidak rusak.
Penanaman dilakukan pada lubang tanam dengan kedalaman sesuai dengan panjang akar dan
tebalnya benih.

c) Pemeliharaan
Pemeliharaan pembibitan meliputi kegiatan penyiraman, penyulaman, pemberian mulsa,
pengendalian gulma dan pemupukan. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari.
Penyulaman perlu dilakukan pada bulan-bulan pertama untuk mengganti bibit yang mati atau
pertumbuhannya kurang baik. Sampai umur 3 bulan (terutama pada musim kemarau) pembibitan
perlu diberi mulsa. Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali secara manusl menggunakan
cangkul/kored, penggunaan herbisida hanya dilakukan setelah bibit berumur 4-5 bulan.

Pemupukan

a. aplikasi dilakukan dengan cara melingkar di bawah tajuk tanaman;


b. pemupukan dihentikan satu bulan menjelang okulasi.

d) Okulasi
Okulasi/penempelan bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh batang
bawah (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan kepadanya.
1. Macam-macam okulasi, diantaranya:
a) Okulasi coklat (brown budding)
Batang bawah yang digunakan berumur 9-18 bulan, diameter berkisar ± 1-2 cm dan tidak
berada pada stadium membentuk payung. Mata entres diambil dari kebun entres, dari batang
yang telah berwarna coklat, dengan diameter 1,5-3 cm.

b) Okulasi hijau
Batang bawah yang digunakan berumur 3-8 bulan, masih berwarna hijau dengan diameter 1-
1,5 cm. Kayu okulasi (entres) menggunakan cabang yang diambil dari kebun entres yang
berumur 1-3 bulan setelah pemangkasan, warnanya masih hijau dan telah membentuk 1-2
payung/tajuk.

2. Pelaksanaan okulasi
Pada batang bawah, pada ketinggian 7-10 cm dari permukaan tanah dibuat jendela dengan
menyayat kulit sampai batas kayu. Sayatan dilakukan dengan membuat dua sayatan vertikal
berukuran 5-7 cm, dan satu sayatan horizontal pada ujung sayatan bagian atas atau bawah.
Perisai (mata entres) diambil dari kayu entres dengan ukuran sedikit lebih kecil dari; pada
okulasi coklat bagian kayunya dilepas, sedangkan pada okulasi hijau tidak perlu dilepas. Perisai
kemudian diselipkan pada jendela yang telah dibuat, diantara kulit jendela dengan kambium.
Balut dengan pembalut yang tersedia (plastik atau rapia) dengan arah dari bawah ke atas.

3. Pemeriksaan hasil okulasi


Dua sampai tiga minggu setelah penempelan, pembalut dibuka dan perisai
diperiksa dengan cara menggores sedikit dengan pisau; bila masih berwarna hijau segar
menunjukkan perisai masih hidup. Pemeriksaan diulang 1-2 minggu kemudian, bila tetap dalam
keadaan segar menunjukkan okulasi berhasil.

4. Pemotongan batang bawah


Pemotongan batang bawah bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan ke atas sehingga zat
makanan dapat digunakan untuk pertumbuhan okulasi. Waktu pemotongan tergantung pada
macam bibit yang akan ditanam. Batas pemotongan sekitar 10 cm di atas tempelan dengan arah
miring (bagian yang tinggi berada di atas tempelan.

5. Macam-macam bibit hasil okulasi


Bibit hasil okulasi yang dipindahkan ke lapangan/kebun dapat berbentuk
stum mata tidur, stum mini, stum tinggi dan bibit dalam polibeg.
a. Stum mata tidur (budded stump)
Stum mata tidur adalah bibit hasil okulasi dalam bentuk stum dengan mata
tunas yang belum tumbuh pada saat pemindahan ke lapangan. Stum mata tidur berasal dari hasil
okulasi coklat, dan dipindahkan dua minggu setelah pemotongan. Panjang stum ± 50 cm dengan
panjang akar tunggang 40 cm dan akar lateral 5-10 cm.
Kelebihan menggunakan pembibitan stum mata tidur yaitu mudah dalam
pengangkutan dan penanaman, serta biaya pemeliharaan pembibitan lebih murah.
Kekurangan menggunakan pembibitan stum mata tidur adalah persentase
kematian di lapangan tinggi, ada resiko kerusakan tunas sehingga biaya lebih tinggi.

b. Stum mini (mini stump)


Stum mini adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan di pembibitan selama 8-
12 bulan setelah pemotongan sehingga bagian batangnya sudah berwarna coklat. Tunas yang
tumbuh dipotong setinggi 50 cm dari pertautan, dengan panjang akar tunggang 40 cm dan akar
lateral 10 cm.
Kelebihan menggunakan pembibitan stum mini adalah kematian di
lapangan rendah, kemungkinan tumbuh tunas palsu kecil, biaya pembibitan rendah.
Kekuranggan menggunakan pembibitan stum mini adalah sampai umur 3
tahun tanaman masih bengkok sehingga sulit untuk penyadapan.

c. Stum tinggi (advanced budded material)

Stum tinggi adalah bibit hasil okulasi yang diperoleh dengan cara menumbuhkan tanaman di
pembibitan selama 2-3 tahun setelah pemotongan. Tunas yang tumbuh dipotong sepanjang 275-
300 cm dari leher akar dengan panjang akar tunggang 45-60 cm dan akar lateral 15 cm.
Pemotongan akar tunggang dilakukan 3-4 minggu sebelum pembonghkaran dan pemotongan
batang atas dilakukan 2 minggu kemudian tepat di atas payung.

Kelebihan menggunakan pembibitan stum tinggi adalah persentase kematian rendah baik
utuk penyulaman agar matang sadap seragam mudah dilaksanakan seleksi di pembibitan lebih
teliti.

Kekuranggan menggunakan pembibitan stum tinggi adalah areal pembibitan harus luas,
terjadi kesulitan dalam pengangkutan, serta waktu penanaman memerlukan curah hujan yang
tinggi.
d. Bibit okulasi dalam kantong plastik/polibag
Merupakan bibit okulasi yang telah ditumbuhkan dalam kantung plastik/polibeg hingga
diperoleh bahan tanaman yang mempunyai 2-3 payung (umur 1 tahun). Dibuat dengan cara
memindahkan stum mata tidur dalam kantong plastik merukuran 25x55 cm.
Kelebihan mengunakan pembibitan bibit okulasi dalam kantong plastik adalah tidak terjadi
stagnasi di lapangan, tanaman seragam, perawatan di pembibitan mudah, penanaman dapat
dilakukan kapan saja.
Kekuranggan mengunakan pembibitan bibit okulasi dalam kantong plastik/polibag adalah
biaya bibit lebih tinggi serta sulit dalam pengangkutan.

G. Pemeliharaan Tanaman Karet


Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi
pengendalian penyakit, gulma dan hama pada tanaman karet (Deptan, 2006).
1. Penyakit
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang
ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya
yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian
secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan.
Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat
digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya.
Penyakit yang menyerang bagian akar, batang, daun dan bidang sadap karet, sebagian besar
disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut antara lain :
a. Penyakit pada akar: Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah (Jamur
Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium salmonicolor).
b. Penyakit pada batang: Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora), Busuk pangkal
batang (Jamur Botrydiplodia theobromae).
c. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora palmivora), Mouldy rot
(Jamur Ceratocystis fimbriata).
d. Penyakit pada Daun: Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit colletorichum (Jamur
Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit Phytophthora (Jamur Phytophthora botriosa).

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena jamur:


a. Menanam bibit sehat dan dari klon resisten
b. Pemupukan lengkap dan seimbang (makro-mikro) dengan jenis pupuk, dosis dan waktu yang
tepat
c. Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam sanitasi kebun
d. Pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat
e. Bagian yang terserang segera dimusnahkan
f. Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah
g. Pisau sadap steril
h. Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk nitrogen
dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3-5 tutup/tangki.

2. Gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman
sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang alang, Mekania, Eupatorium, dll
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Maryadi, 2005).

3. Hama
a. Kutu tanaman (Planococcus citri). Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari
pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering.
Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
b. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus). Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua,
pucuk, sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan BVR
atau Pestona.

H. Kriteria Bidang Sadap


Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai
apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan
dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan
“umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100
cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.
Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur
tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya (Santosa, 2007).
Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan
sesudah berumur tahun produksinya menurun.
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium
dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan
kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan
sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum kambium
(Radjam, 2009).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan
sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V.
Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu
dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke
bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan
mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang
digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir
lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Anwar,
2001).

1. Waktu Penyadapan
Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00-7.30 pagi dengan dasar pemikirannya:
Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel.
Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari
semakin siang. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup
terang (Nazaruddin dan Paimin, 1998).
Tanda-tanda kebun mulai disadap adalah umur rata-rata 6 tahun atau 55% dari areal 1 hektar
sudah mencapai lingkar batang 45 Cm sampai dengan 50 Cm. Disadap berselang 1 hari atau 2
hari setengah lingkar batang, denga sistem sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3 hari (Maryadi,
2005).
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan
(b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis
tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut
di atas tiba (Anwar, 2001).

2. Bagian-Bagian Tanaman Karet Yang Disadap


Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai
apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan
dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan
“umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100
cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.
Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur
tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya
dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun
(Santosa, 2007).
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan
menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan
tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak
menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin,
1995).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut
kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin
dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan
pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui
saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks
yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada
bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan
menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Maryadi, 2005).

3. Pemulihan Bidang Sadap


Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika terkena udara.
Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin,
resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang
berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan
harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta
berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman agar tanaman dapat
berproduksi secara optimal dan dalam waktu yang lama (Siregar, 1995).
Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi, hal yang sangat mendasar adalah di dalam
pemulihan bidang sadap. Agar bidang sadap dapat kembali pulih tentu ada yang dipelukan di
dalam penyadapanya. Menghindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur
sadap adalah salah satu cara agar bidang sadp dapat kembali pulih dan pohon yang mengalami
kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan
kulit (Santosa, 2007).
Memperistirahtkan tanaman dalam waktu tertentu juga merupakan konsep pemulihan bidang
sadap, karena tanaman akan mengoptimalakan kembali bagian-bagian tanaman yang telah
mengalami pelukaan. Begitu juga dengan pemberian unsur hara untuk kelnjutan tanaman itu
sendiri sehingga pertumbuhanya akan lebih optimal tentunya pemulihan bagian-bagian yang
disadap (Nazaruddin dan Paimin, 1998).

KESIMPULAN

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau
media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa
hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta
manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai
lateks), diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet. Sumber utama lateks yang
digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet (Hevea brasiliensis Moel.), diperoleh
dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons dengan
mengeluarkan getah/lateks.
Persyaratan Tumbuh tanaman karet meliputi Iklim daerah yang cocok untuk tanaman karet
adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak
terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal rata-
rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5
sampai 7 jam (Santosa. 2007.).
Curah Hujan tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering
hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.)
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m
dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh
tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa
mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang
tinggi di atas.
DAFTAR PUSTAKA

endarwati, S. (2016, 02 04). Makalah perkebunan. Retrieved 03 31, 2017, from


http://mampirkebun.blogspot.co.id/2016/02/makalah-perkebunan.html.
Galeries. (2017, 01 07). Makalah tentang budidaya tanaman karet. Retrieved 03 31, 2017, from
http://umangagro.blogspot.co.id/2017/01/makalah-tentang-tanaman-karet.html.
jutek, D. (2014, 02 25). MAKALAH "KARET". Retrieved 03 31, 2017, from
http://daniati16.blogspot.co.id/2014/02/makalah-karet.html.
Mizan. (2012, 05 25). makalah perkebunan karet. Retrieved 03 31, 2017, from
http://mizanorganik.blogspot.co.id/2012/05/makalah-perkebunan karet.html.
satria, V. (2010, 12 30). Makalah budidaya karet. Retrieved 03 31, 2017, from
http://satriatugas.blogspot.co.id.
uthyyshining. (2011, 12 05). MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN KARET. Retrieved 03 31, 2017,
from http://uthyyshining-fullmoon.blogspot.co.id/2011/12/makalah-budidaya-tanaman-
karet.html.

Anda mungkin juga menyukai