Anda di halaman 1dari 63

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN BANDAR


PT. SOCFIN INDONESIA SUMATERA UTARA

PRAWINATA DESIAN GULTOM


A24120132

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemupukan


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin
Indonesia, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

Prawinata Desian Gultom


NIM A24120132
ABSTRAK
PRAWINATA DESIAN GULTOM. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT.Socfin Indonesia, Sumatera Utara.
Dibimbing oleh HARIYADI.
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin
Indonesia, Sumatera Utara sejak Februari sampai Juni 2016. Tujuan kegiatan ini
adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa agar dapat memahami dan
melaksanakan proses kerja secara nyata, meningkatkan pengetahuan tentang
budidaya kelapa sawit dan kemampuan teknis lapangan serta manajerial dalam
melaksanakan kegiatan pengelolaan kebun kelapa sawit. Budidaya yang tepat
mempengaruhi hasil TBS dan salah satu budidaya yang penting adalah pemupukan.
Aspek khusus pengamatan manajemen pemupukan konsep 5 tepat pemupukan (5T)
yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara dan tempat. Pemupukan di Kebun Bangun
Bandar sudah memenuhi kriteria tepat jenis. Ketepatan dosis untilan di Kebun
Bangun Bandar sudah sesuai dengan standar kebun, tetapi ketepatan dosis aplikasi
di lapangan masih belum sesuai dengan rekomendasi. Prinsip ketepatan waktu, cara
dan tempat masih belum berlangsung dengan baik.

Kata kunci: budidaya, kelapa sawit, manajemen pemupukan

ABSTRACT

PRAWINATA DESIAN GULTOM. Fertilization Management of Oil Palm (Elaeis


guineensis Jacq.) Mature Plant at Bangun Bandar Estate, PT Socfin Indonesia,
North Sumatera. Supervised by HARIYADI.
This internship took place at Bangun Bandar Estate, PT. Socfin Indonesia,
North Sumatera from February until June 2016. The aim of this activity was to
improve the student ability trough understanding and carrying out a process of a
work as real, increase knowledge of palm oil cultivation and technical abilities in
the field and managerial aspect of palm oil plantation. A method of the
implementation of the apprentice consisting of both the technical aspects and
management. Apropriate cultivation will imply on fresh fruit bunch production,
including fertilizer application. In Bangun Bandar Estate, fertilizer application must
be implemented recording to standard operating procedure as exactly on fertilizer
kind, dossage, time, method, and place of application.

Key words: cultivation, palm oil, fertilizing management


MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN BANDAR
PT. SOCFIN INDONESIA SUMATERA UTARA

PRAWINATA DESIAN GULTOM


A24120132

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi : Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.)
di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Sumatera Utara
Nama : Prawinata Desian Gultom
NIM : A24120132

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah yang
berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Sumatera Utara merupakan bagian dari
skripsi untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang membantu dalam
pelaksanaan magang, yaitu :
1. Bapak Dr. Ir. Hariyadi, MS. selaku pembimbing atas bimbingan, arahan,
dan petunjuk selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.
2. Bapak Pdt. Biden Gultom dan Ibu Sinta Uli Sinaga sebagai orang tua
yang selalu memberi semangat dan kasih sayang sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik.
3. Bapak Toga selaku Manajer, Bapak Ricky selaku Asisten Kepala, serta
Bapak Sigit selaku Asisten Afdeling I yang memberikan pengarahan dan
bimbingan selama magang.
4. Dr. Ir. Abdul Qadir, MSi. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama melaksanakan studi.
5. Saudara Dharmika, Buldani, Sormin, Raka, Habib, Wanul, Puput, dan
lain-lain yang telah memberi dukungan dan bantuan untuk penulis dapat
menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana.

Bogor, Desember 2016

Prawinata Desian Gultom


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii


DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Magang 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
METODE MAGANG 4
Waktu dan Tempat 4
Metode Pelaksanaan 4
Pengamatan dan Pengumpulan Data 4
Analisis Data dan Informasi 6
KEADAAN UMUM 6
Profil Perusahaan 6
Letak Wilayah Administratif 6
Keadaan Iklim dan Tanah 7
Luas Areal dan Tata Guna Lahan 7
Keadaan Tanaman dan Produksi 7
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Aspek Teknis 8
Aspek Manajerial 22
Pembahasan 23
KESIMPULAN DAN SARAN 29
Kesimpulan 29
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33
RIWAYAT HIDUP 47
DAFTAR TABEL

1. Jumlah Tenaga Kerja di Kebun Bangun Bandar April 2016 8


2. Standar tunas pelepah berdasarkan umur tanaman 10
3. Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar 17
4. Ketepatan dosis aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar 17
5. Ketepatan aplikasi waktu pemupukan Kebun Bangun Bandar 2016 18
6. Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar Divisi I tahun
2016 18
7. Pengamatan ketepatan cara penebaran pupuk di Kebun Bangun
Bandar Divisi I 19
8. Pengamatan ketepatan tempat penebaran pupuk 19
9. Hasil pengamatan difisiensi unsur hara 20
10. Pengamatan kehilangan pupuk di Kebun Bangun Bandar 29

DAFTAR GAMBAR

1 Pembibitan di Kebun Bangun Bandar 9


2 Proses panen dengan egrek 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Kebun Bangun Bandar


PT. Socfin Indonesia 35
2. Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Kebun Bangun Bandar
PT. Socfin Indonesia 36
3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Kebun Bangun Bandar
PT. Socfin Indonesia 37
4. Struktur Organisasi Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 39
5. Stuktur Organisasi Divisi I Kebun Bangun Bandar PT. Socfin
Indonesia 40
6. Peta Lokasi Kebun Bangun Bandar 41
7. Data produksi Kebun Bangun Bandar 5 tahun terakhir 42
8. Curah hujan 5 tahun terakhir 43
9. Luas areal tanaman menghasilkan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin
Indonesia 2016 44
10. Luas areal tanaman belum menghasilkan Kebun Bangun Bandar PT.
Socfin Indonesia 2016 45
11. Luas seluruh tanaman kelapa sawit Kebun Bangun Bandar PT. Socfin
Indonesia 2016 45
12. Tata guna lahan Kebun Bangun Bandar 2016 46
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang


mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.
Kelapa sawit juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting
sebagai penghasil devisa Negara sesudah minyak dan gas. Indonesia merupakan
negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar dunia. Selain peluang ekspor
yang semakin terbuka, pasar minyak sawit dan minyak inti sawit di dalam negeri
masih cukup besar (BPS, 2014). Industri kelapa sawit mempunyai peranan sebagai
sumber lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat
sekitarnya.
Menurut data dari Ditjenbun (2013), Indonesia merupakan salah satu negara
produsen kelapa sawit yang terus berkembang. Perkembangan luas perkebunan
kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir terus meningkat hingga
mencapai 10,01 juta hektar pada tahun 2013 dan merupakan perkebunan kelapa
sawit yang terluas di dunia. Perkembangan produksi minyak sawit CPO (crude
palm oil) meningkat sejalan dengan luas areal. Tahun 2009 produksi CPO sebesar
21,39 juta ton, meningkat menjadi 27,78 juta ton pada tahun 2013 (BPS, 2014).
Peningkatan produksi kelapa sawit selain dengan cara perluasan areal, dapat
juga dilakukan dengan tindakan intensifikasi. Salah satu tindakan intensifikasi yang
penting pada kelapa sawit adalah pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu
upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan
vegetatif tanaman dan produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta dapat
mengatasi persaingan unsur hara dengan gulma. (Sukmo, 2014). Kemampuan tanah
dalam penyediaan unsur hara secara terus-menerus bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangat terbatas. Terkait
beberapa hal tersebut diperlukan manajemen pemupukan yang efektif dan efisien
untuk melengkapi penyediaan unsur hara di dalam tanah sehingga dapat
meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman
menjadi relatif stabil (Pahan, 2011).
Menurut Lubis (2008), pemupukan tanaman menghasilkan (TM) sangat
penting diperhatikan baik jenis, dosis, waktu, cara dan penempatan pemupukan,
karena biaya pemupukan sangat besar yaitu dapat mencapai 60% dari biaya
perawatan. Sehingga dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit,
diperlukan penggunakan pupuk secara efektif dan efisien dalam manajemen
pemupukan.

Tujuan Magang

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan


mahasiswa agar dapat memahami dan melaksanakan proses kerja secara nyata, serta
meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit dan kemampuan teknis
lapangan serta manajerial dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan kebun kelapa
2

sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan


manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit, mencakup efisiensi dan efektivitas
pemupukan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemupukan di perkebunan.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan
tempat dimana fosil tepung sari dari kata miosen yang bentuknya sangat mirip
dengan tepung sari kelapa sawit sekarang. Spesies liar yang ada di Amerika
diasumsikan keluar dari Afrika mengikuti perjalanan manusia pada zaman
prasejarah (Pahan, 2011).
Dunia botani mengklasifikasikan semua tumbuhan untuk memudahkan dalam
identifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit termasuk ordo monokotil. Bagian
vegetatif kelapa sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium).
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dan berbentuk slindris. Daun kelapa
sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Akar keluar dari pangkal batang sangat
banyak jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur
tanaman (Setyamidjaja, 2006).
Menurut Sastrosayono (2003), kelapa sawit memerlukan persyaratan tertentu
untuk tumbuh dan berproduksi optimal antara lain letak tinggi tempat dari atas
permukaan laut, topografi dan iklim. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan
berbuah pada lahan dengan ketinggian diatas 500 m diatas permukaan laut. Namun
secara ekonomis tanaman kelapa sawit hanya akan menguntungkan bila ditanam di
lahan dengan ketinggian maksimum 400 m di atas permukaan laut. Salah satu
kegiatan penting yang berpengaruh dalam pertumbuhan kelapa sawit yaitu kegiatan
pemeliharaan. Salah satu dari kegiatan pemeliharaan yang memerlukan perhatian
intensif yaitu pemupukan.
Pemupukan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah yang
juga akan berdampak pada peningkatan produksi tanaman yang relatif stabil, serta
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim
yang tidak menguntungkan. Pemupukan juga bermanfaat untuk melengkapi
persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan
pada akhirnya tercapai daya hasil (produktivitas) yang maksimal. Pupuk juga
menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui
produk yang dihasilkan (Sunarko, 2008).
Praktik pemupukan memberi kontribusi yang sangat luas dalam
meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pupuk
yang bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat
produktivitas tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak
menguntungkan. Pemupukan juga bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di
dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai
daya hasil (produktivitas) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara
yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui hasil panen (TBS) serta
memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi
3

tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit (Setyamidjaja,
2006).
Menurut Risza (1994), pemupukan memerlukan biaya yang sangat tinggi,
maka perlu diterapkan pedoman pemupukan 5 tepat yakni tepat jenis, dosis, waktu
aplikasi, cara dan tempat pemupukan. Tepat jenis pupuk berkaitan dengan unsur-
unsur yang harus diberikan seperti N, P, K, Mg, dan B, dalam berbagai jenis pupuk
buatan seperti Urea, ZA (Zwavelzuur Amonium), RP (Rock Phosfate), TSP (Triple
Super Phosfate), JRP (Jordan Rock Phosfate), CRP (China Rock Phosfate), CIRP
(Chrismast Island Rock Phosfate), MOP (Muriate Of Potash), Kiserit, Dolomite,
Borate, dan sebagainya.
Unsur hara yang disediakan oleh pupuk tidak semua diserap oleh tanaman.
Hal ini dapat disebabkan hilangnya pupuk akibat penguapan, pemupukan yang
kurang efektif dan efisien serta faktor iklim di lapangan. Kekurangan unsur hara
tersebut dapat menyebabkan tanaman mengalami defisiensi hara. Menurut
Adiwiganda (2005), gejala defisiensi salah satu unsur hara dapat dideteksi secara
visual pada daun. Kelainan pada daun mengindikasikan bahwa tanaman mengalami
defisiensi unsur hara tertentu pada tingkat defisiensi yang cukup lanjut.
Menurut Pahan (2011), persiapan pemupukan terbagi menjadi tiga yaitu
persiapan pupuk, organisasi penguntilan dan persiapan lapangan. Karung bekas
(bekas pembungkus pupuk) dikumpulkan oleh tim pengecer dan disusun di tempat
untilan. Selanjutnya, karung tersebut diserahkan ke kantor afdeling guna
memastikan jumlah untilan yang dibawa ke lapangan sekaligus mengecek apakah
seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada yang hilang. Diperlukan diagnosis
kebutuhan pupuk yang tepat agar pupuk yang diberikan sesuai dengan yang
dibutuhkan tanaman.
Menurut Sunarko (2008), diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk
mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Hal tersebut penting untuk
diperhatikan agar diperoleh hasil yang optimal. Diagnosis dapat dilakukan dengan
menggunakan 3 metode, yaitu diagnosis secara kimia, diagnosis berdasarkan hasil
percobaan pemupukan, dan diagnosis secara visual. Diagnosis secara kimia
dilakukan dengan melakukan analisis tanah dan analisis daun. Diagnosis secara
kimia lebih akurat dan ilmiah jika dibandingkan dengan diagnosis secara visual.
Sastrosayono (2003) berkata bahwa metode diagnosis kebutuhan hara
berdasarkan hasil percobaan pemupukan dilakukan dengan mengambil informasi
dari blok-blok pengamatan yang ada di kebun, dengan pencatatan produksi yang
dilakukan dengan sangat akurat. Diagnosis secara visual dilakukan dengan
pengamatan langsung dengan memperhatikan kriteria perbandingan warna hijau
daun dengan warna hijau yang baku (hijau gelap), adanya tanda dan gejala
(symptom) defisiensi hara dan membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot
tanaman yang tidak mendapat pemupukan (teknik widow).
4

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan magang dimulai pada tanggal 9 Februari 2016 sampai


dengan 8 Juni 2016. Kegiatan magang ini dilakukan di Kebun Bangun Bandar, PT.
Socfin Indonesia yang terletak di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang
Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan magang terdiri atas dua aspek yaitu aspek teknis dan
manajerial. Jadwal di kebun telah ditetapkan sebelumnya dan disetujui oleh pihak
kebun. Pengamatan khusus kegiatan magang diperoleh dari kegiatan di lapangan
dan pengumpulan data sekunder.
Aspek teknis pelaksanaan magang yaitu penulis diposisikan sebagai
karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan pertama. Pada aspek ini penulis
melakukan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan perawatan dan pemanenan
kebun.
Aspek manajerial pelaksanaan magang yaitu penulis diposisikan sebagai
pendamping Mandor pada bulan kedua dan pendamping Asisten Kebun pada bulan
ketiga dan keempat. Posisi sebagai pendamping mandor, penulis mempelajari
kewenangan dan tanggungjawab sebagai seorang mandor tentang pengawasan dan
koordinasi tenaga kerja yang dilakukan di kebun. Posisi sebagai pendamping
Asisten Divisi, penulis dilibatkan dalam kegiatan manajerial tingkat divisi,
misalnya menyusun rencana kerja divisi, melaksanakan rencana kerja yang telah
disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dijadwalkan, dan
mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan.
Secara khusus kegiatan magang diarahkan pada aspek pengamatan tentang
manajemen pemupukan kelapa sawit yaitu dengan cara mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan dan analisis seluruh proses
manajemen distribusi pupuk dari gudang penyimpanan pupuk hingga diaplikasikan
ke lahan. Penulis juga mempelajari tentang pengelolaan analisis daun, rekomendasi
pemupukan, pengawasan tenaga kerja dan kegiatan pemupukan. Perolehan
informasi juga diperoleh dengan cara melakukan wawancara pada beberapa staff
dan karyawan di kebun terkait manajemen pemupukan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akan dilakukan penulis yaitu pengumpulan data


primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh penulis ketika
mengikuti kegiatan di lapangan, diskusi maupun wawancara dengan Mandor dan
Asisten Divisi serta melalui pengamatan di kebun. Pengamatan yang dilakukan
penulis terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan
yaitu:
5

1. Ketepatan cara pemupukan


Data ketepatan cara pemupukan diperoleh dengan mengamati cara
pemupukan yang digunakan serta mengukur jarak pupuk yang terdekat dari
batang tanaman, kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan.
Pengamatan dilakukan pada 3 blok dengan masing-masing blok dipilih 5 baris
tanaman, yaitu baris 1, 3, 5, 7, dan 9, kemudian dari tiap baris diambil 10
tanaman contoh. Masing-masing blok memiliki tahun tanam kelapa sawit yang
berbeda.
2. Ketepatan tempat pemupukan
Data ketepatan tempat pemupukan diperoleh dengan mengamati tempat
aplikasi di piringan atau di rumpukan U-Shape pada 3 blok dengan masing-
masing blok diambil 50 pokok. Masing-masing blok memiliki tahun tanam
kelapa sawit yang berbeda.
3. Ketepatan dosis pupuk
Data ketepatan dosis untilan diperoleh dengan mengamati grup penguntil
dengan 3 kali ulangan, masing-masing ulangan ditimbang 10 contoh untilan.
Ulangan berupa tumpukan pupuk. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi
dilakukan pada 3 blok dengan blok diamati 3 orang penabur. Penabur diamati 3
kali ulangan. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi dilihat dari jumlah pokok
yang terpupuk dan realisasi dosis yang diaplikasikan pada tiap pokok dan
dibandingkan dengan buku rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset PT.
Socfin Indonesia.
4. Ketepatan jenis pupuk
Data ini diperoleh penulis dengan mengamati kebutuhan hara tanaman
berdasarkan rekomendasi Departemen Riset PT. Socfin Indonesia dan
pengamatan di lapangan kemudian membandingkan dengan standar kebun.
5. Ketepatan waktu pemupukan
Data primer ini diperoleh dengan membandingkan waktu rekomendasi
pemupukan dengan waktu realisasinya dan menganalisisnya berdasarkan curah
hujan selama Maret–Juni 2016.
6. Defisiensi unsur hara
Pengamatan ciri-ciri defisiensi tanaman kelapa sawit secara visual.
Pengamatan dilakukan pada 72 pokok yang diambil secara acak dengan 3 kali
ulangan/blok yang berbeda, total seluruh pokok yang diamati adalah 216 pokok.
7. Manajemen distribusi pupuk
Pengamatan terkait rantai pemupukan mulai dari gudang hingga kebun, dan
proses secara teknis di lapangan (bongkar muat, penguntilan, pengeceran, dan
pelangsiran pupuk).
8. Kehilangan pupuk
Pengamatan terkait kehilangan pupuk pada setiap tahap pemupukan mulai
dari proses penerimaan pupuk di gudang, penguntilan pupuk, pemuatan untilan
ke kendaraan untuk mengecer, pengeceran untilan ke lapangan, serta pelangsiran
pupuk ke lapangan dan penaburan pupuk.
Data sekunder diperoleh dari kantor administratif kebun yang terdiri atas
kondisi umum kebun yang meliputi; sejarah dan perkembangan perusahaan, letak
6

administratif, iklim dan jenis tanah, topografi lahan dan areal konsesi, data curah
hujan, data rekomendasi pemupukan kebun, standar dan target kebun yang
meliputi; pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja, organisasi dan
manajemen seperti; struktur organisasi, jumlah dan status karyawan, serta sarana
dan prasarana kebun seperti; alat budidaya dan kelengkapan alat pelindung diri
(APD).

Analisis Data dan Informasi

Seluruh data yang diperoleh di kebun akan diolah dengan metode kualitatif
dan kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu dengan menjabarkan seluruh informasi dan
data yang telah diperoleh, kemudian dibandingkan melalui studi pustaka dan
literatur. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang sifatnya numerik,
seperti: nilai rata-rata dan persentase.

KEADAAN UMUM

Profil Perusahaan

PT. Socfin Indonesia bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan
karet. Pada awal lahirnya PT. Socfin Indonesia bernama PT. Socfin Medan S A
(Societe Financiere des Caoutchoucs Medan Societe’ Anonyme) yang didirikan
pada tahun 1930 berdasarkan akta notaris William Leo No. 45 tanggal 7 Desember
1930. Berdasarkan akta notaris tersebut, PT. Socfin Medan S A adalah perusahaan
yang berkedudukan di Medan dan mengelola perkebunan di daerahSumatera Utara,
Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Timur.

Letak Wilayah Administratif

Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia terletak di Desa Martebing,


Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Letak
geografis Kebun Bangun Bandar berada pada koordinat 99˚04ʼ1,00ˮ BT dan
03˚21ʼ1,00ˮ LU. Perkebunan Bangun Bandar terletak ±70 kilometer dari Kota
Medan. Batas-batas wilayah adiministratifnya adalah sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Bantan, sebelah Utara berbatasan dengan Pekan Dolok Masihul.
Sebelah Barat berbatasan dengan PTPN III Kebun Silau Dunia, dan sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Dolok Sagala. Peta Kebun Bangun Bandar dan Peta Kebun
Divisi I akan disajikan pada lampiran 6.
7

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi iklim di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia berdasarkan


data curah hujan lima tahun terakhir (2011–2015) menurut Schmidt-Ferguson
termasuk tipe iklim A yaitu sangat basah. Rata-rata curah hujan tahunan 2169,6 mm
per tahun, dengan hari hujan rata-rata 127 hari per tahun dan mempunyai kisaran
suhu 24–28ºC. Kondisi tanah di Kebun Bangun Bandar didominasi oleh tanah
alluvial dan podsolik merah kuning 60–70% dan sebagian kecil tanah gambut. Data
curah hujan dapat dilihat pada lampiran 8.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Berdasarkan data Departemen Tanaman PT. Socfin Indonesia (Socfindo)


tahun 2016, Kebun Bangun Bandar memiliki luas areal tanaman kelapa sawit 3
603,78 ha yang terbagi menjadi 4 divisi. Divisi I memiliki luas 1.063,98 ha, divisi
II memiliki luas 920,07 ha, divisi III memiliki luas 1.054,94 ha, dan divisi IV
memiliki luas 564,79 ha. Luas areal tanaman tersebut sudah merupakan luas areal
tanaman menghasilkan dan belum menghasilkan. Luas areal dan tata letak guna
lahan dapat di lihat pada lampiran 9, 10, 11, dan 12.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang ditanam Kebun Bangun Bandar PT. Socfin
Indonesia adalah varietas Tenera yang merupakan persilangan dari varietas Dura
dan varietas Psifera. Varietas Tenera yang ditanam Kebun Bangun Bandar
merupakan hasil dari kebun sendiri yang diproduksi oleh Socfin Indonesia Seed
Production and Labolatorium (SSPL). Jarak tanam kelapa sawit di Kebun Bangun
Bandar 9 meter dengan menggunakan pola tanam segitiga sama sisi. Data produksi
Kebun Bangun Bandar selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 7.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Bangun Bandar dipimpin oleh pengurus yang bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan perkebunan sesuai ketentuan PT. Socfin Indonesia. Bidang
administrasi pengurus dibantu oleh Kepala Tata Usaha (KTU) sedangkan untuk
menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang Asisten Kepala yang membawahi
empat orang asisten. Bidang pengolahan pabrik pengurus dibantu oleh Tekniker I
dan Tekniker II dan dalam bidang pengawasan kualitas buah disetiap divisi
pengurus dibantu oleh Mantri Recolte dan Mantri Tanaman. Asisten mengelola dan
bertanggungjawab atas seluruh aset ditingkat divisi. Asisten dibantu oleh dua orang
Mandor I yaitu Mandor I produksi dan Mandor I perawatan. Asisten divisi dibantu
oleh krani keliling dalam bidang administrasi.
Kebun Bangun Bandar mempunyai pekerja staf dan non staf. Pekerja staf
terdiri dari Pengurus, Asisten Kepala (Askep), Asisten Divisi, Tekniker I dan
8

Tekniker II. Pekerja non staf terdiri dari karyawan harian tetap, mandor, dan
pegawai.
Kebun Bangun Bandar memiliki tenaga kerja dalam tingkat pendidikan mulai
dari lulusan sekolah dasar sampai dengan lulusan perguruan tinggi. Jumlah tenaga
kerja di Kebun Bangun Bandar sebanyak 725 orang baik pria maupun wanita dari
seluruh divisi, pabrik dan kantor pengurus di kebun Bangun Bandar dangan
perincian jumlah tenaga kerja di Divisi I sebanyak 176 orang, Divisi II sebanyak
140 orang, Divisi II sebanyak 166 orang dan Divisi IV sebanyak 86 orang.Stuktur
organisasi kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 4 dan struktur
organisasi divisi I dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja di Afdeling I Kebun Bangun Bandar April 2016
Nomor Status Pegawai Jumlah
1 Staf 1
2 Pegawai 6
3 Karyawan Tetap 8
4 Karyawan Lepas 161
5 On The Job Training 3
Jumlah 179
Sumber : PT. Socfin Indonesia (2016)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Teknis

Pembibitan
Pembibitan adalah kegiatan lapangan yang harus dimulai sebelum penanaman.
Tujuan pembibitan untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang harus tersedia
pada saat penyiapan lahan telah selesai. Areal yang digunakan untuk pembibitan
Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia terletak pada lokasi yang strategis dan
dekat dengan sumber air.
PT. Socfin Indonesia memiliki unit pusat produksi kecambah kelapa sawit
sendiri, yaitu Socfin Indonesia Seed Production and Labolatorium (SSPL) yang
berlokasi di dalam Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia. Benih yang
diproduksi oleh SSPL adalah bibit Tenera yang merupakan hasil dari persilangan
Dura x Psifera. PT. Socfin Indonesia hanya melepas 2 varietas unggul yaitu DxP
Socfin Indonesia Lame dan DxP Socfin Indonesia Yangambi. Varietas terbaru
unggulan PT. Socfin Indonesia adalah DxP Socfin Indonesia MT Gano yang dirilis
pada agustus 2013. Varietas unggul Socfin Indonesia didistribusikan dalam bentuk
kecambah dan bibit polibag kecuali DxP Socfin Indonesia MT Gano yang
didistribusikan dalam bentuk kecambah saja.
Pembibitan di Kebun Bangun Bandar menerapkan sistem dua tahap (double
stage). Tahap pertama (pre nursery) kecambah di tanam terlebih dahulu dibawah
naungan dalam polibag kecil selama 3 bulan. Seleksi di pre nursery dilakukan 2
tahap yaitu tahap pertama saat umur 1–1,5 bulan dan tahap kedua 2–2,5 bulan.
9

Tahap kedua (main nursery) bibit yang telah melewati tahap pre nursery di
pindahkan ke polibag besar. Seleksi di main nursery dilakukan 4 tahap yaitu pada
umur 4 bulan, 6 bulan, 8 bulan, dan sesaat bibit akan ditanam ke lapangan. Bibit
yang siap ditanam ke lapangan pada saat berusia 12–18 bulan.

a b

a. Pre nursery
b. Main nursery
Gambar 1. Pembibitan di Kebun Bangun Bandar
Kegiatan pada saat menjadi KHL di pembibitan yang dilakukan penulis
adalah mengamati fisiologis 9 klon varietas tenera bibit kelapa sawit yang
dihasilkan Socfin dengan arahan asisten dan datanya diserahkan ke asisten. Ciri
fisiologis yang diamati yaitu tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah pelepah. Cara
mengukur dilakukan dengan menggunakan meteran dan mengambil 10 sampel tiap
klon.

Kastrasi
Kastrasi merupakan kegiatan membuang bunga jantan dan bunga betina pada
tanaman belum menghasilkan. Kastrasi bertujuan untuk mendorong pertumbuhan
vegetatif, menghemat penggunaan unsur hara dan air, terutama pada daerah yang
mempunyai curah hujan rendah.
Kastrasi pertama kali dilakukan di Kebun Bangun Bandar pada saat tananam
sudah menghasilkan bunga meskipun belum sempurna biasanya pada saat tanaman
berumur 10 bulan setelah tanam atau tingkat bunga >50%. Kastrasi dilakukan
setiap awal bulan. Kastrasi selektif dilakukan pada saat tanaman berusia 24 bulan
(hanya membuang bunga betina) sedangkan bunga jantan dibiarkan menjadi tempat
berkembangbiaknya kumbang penyerbuk (Elaeidobius cameronicus). Kastrasi
dihentikan pada saat tanaman berusia 28–30 bulan atau 6 bulan sebelum panen
perdana.
Alat yang digunakan pada saat kastrasi adalah chisel dan dodos 8 cm. Chisel
digunakan untuk bunga yang masih kuncup (bunga dompet) sedangkan dodos
digunakan untuk bunga yang sudah terbuka, jantan atau betina yang telah menjadi
tandan buah. Norma kastrasi 2,5–3 Ha per orang.

Penunasan
Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah yang tidak produktif
seperti pelepah sengkleh (pangkal pelepah patah), kering, pelepah terserang hama
dan penyakit dan pembersihan tumbuhan epifit (tumbuhan yang tumbuh di batang
kelapa sawit). Alat yang digunakan seperti dodos, pisau egrek yang telah dipasang
galah bambu (fiber), cakar tunas, batu asah, dan kampak. Sementara APD yang
10

diperlukan adalah kacamata pengaman (google), sepatu safety, helm, kotak P3K
(yang dibawa oleh mandor saja).
Tujuan pelaksanaan penunasan adalah memudahkan pemanen melihat
kematangan buah serta memotong buah, meminimalkan kehilangan brondolan
akibat tersangkut pada pangkal pelepah, memudahkan penyerbukan bantuan, serta
memudahkan pengamatan tajuk dalam melakukan sensus serangan hama dan
penyakit. Menjadi sumber bahan organik yang bermanfaat untuk meningkatkan
kesuburan tanah. Memastikan jumlah daun pada tajuk harus tercukupi untuk suplai
bahan makanan bagi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.
Tunas pasir dilakukan sebelum panen perdana biasanya pada saat tanaman
berumur 22–24 bulan. Tunas pasir dilaksanankan dengan membuang pelepah
paling bawah 1–2 lingkar batang pertama yang biasanya sudah atau hampir kering.
Tunas umum dilakukan setelah tanaman sudah menghasilkan dengan rotasi 9
bulan sekali. Tunas umum tahap awal biasanya dilakukan dengan sistem songgo 3
pada saat tanaman berumur dibawah 5 tahun. Tanaman dengan umur dibawah 12
tahun dilakukan sistem songgo 2 dan pada saat tanaman berumur 12 tahun ke atas
dilakukan sistem songo 1.
Rotasi tunas dilakukan secara rutin dengan setiap 9 bulan sekali dengan
mempertahankan jumlah pelepah berdasarkan umur tanman. Menurut Instruksi
Kerja PT. Socfin Indonesia ketentuan untuk mempertahankan jumlah pelepah dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar tunas pelepah berdasarkan umur tanaman
Umur Tanaman Rotasi Tunas
Lingkaran/spiral pelepah Sistem Songgo
(Tahun) (Bulan)
3–4 7 3 9
5–8 6 3 9
9–12 5 2 9
>12 4 1 9
Sumber: Wawancara dengan Mandar Penunasan

Pengendalian Gulma
A. Pengendalian gulma secara manual
Kegiatan pengendalian gulma secara manual di Kebun Bangun Bandar yaitu
bongkar tanaman pengganggu (BTP) yang meliputi babat gawangan, garuk
piringan dan dongkel anak kayu. Alat yang digunakan untuk bongkar tanaman
pengganggu adalah cangkul dan parang. Gulma yang dikendalikan meliputi
Cidemia hirta, Colocasia sp, dan Curculigo vilosa.
Karyaman yang bertugas pada kegiatan BTP yaitu ibu-ibu yang sedang hamil,
ibu-ibu yang baru melahirkan, dan karyawan yang baru sembuh dari sakit. Prestasi
kerja yang dihasilkan 1,5 ha HK-1. Rotasi untuk pengendalian gulma secara manual
yaitu tiga bulan sekali dalam setahun.

B. Pengendalian gulma secara kimiawi


Pada lahan baru atau dalam keadaan belum ada tanaman (N0), pengendalian
gulma dilakukan dengan herbisida dengan bahan aktif isopropitamina glifosate
(merek Round up) dengan dosis sebesar 0,8 L ha-1. Aplikasi dilakukan dengan
penyemprotan langsung gulma secara merata. Nozzle yang digunakan yaitu connus
11

dengan flowrate 60 ml detik-1. Satu gawangan disemprot oleh 3 tenaga semprot


dengan basis kerja untuk penyemprotan gawangan N0 adalah 0,5 ha/HK.
Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM) yaitu dengan melakukan penyemprotan piringan rintis.
Penyemprotan pada TBM yaitu dengan menggunakan knapsack sprayer kapasitas
15 L. Herbisida yang digunakan untuk aplikasi pada TBM yaitu starane dengan
dosis 2,1 L ha-1. Starane berfungsi untuk mengendalikan gulma daun lebar pada
piringan dan jalan rintis. Hasil penyemprotan dapat dilihat pada 7 hari setelah
aplikasi.
Semprot piringan rintis dan TPH dilakukan dengan menggunakan micron
herby. Jenis herbisida yang digunakan adalah Round up, Gramoxon, Dacomin dan
Ally. Dosis yang digunakan untuk Round up murni adalah 1,8 L ha-1, Gramoxon
0,3 L ha-1, Dacomin 0,6 L ha-1, dan Ally 1,8 L ha-1. Namun sebelum aplikasi
herbisida dicampur air terlebih dahulu dengan perbandingan 1:1. Penggunaan
herbisida tergantung jenis gulma yang dikendalikan. Round up berfungsi untuk
mengendalikan rumput seperti Otocloa nodosa dan Axonopus compressus.
Gramoxon untuk mengendalikan gulma berkayu seperti Clidemia hirta,
Melastroma affine dan Mimosa sp. Sedangkan Dacomin dan Ally untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar. Perbedaan antara keduanya terdapat pada
sasaran jenis gulma yang dikendalikan. Dacomin untuk mengendalikan talas-
talasan seperti Colocasia sp, sedangkan Ally untuk mengendalikan Borreria alata.
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan oleh 11 orang tenaga semprot
dimana satu orang bertugas untuk membawa air dibawah pengawasan mandor
perawatan. Jumlah tenaga semprot tergantung oleh kerapatan dan luasan lahan.
Prestasi kerja rata-rata penyemprot yaitu 5 ha HK-1. Sistem aplikasi herbisida pada
piringan rintis adalah searah jarum jam.
Pada pengamatan saat magang di lapangan masih terdapat penyemprot yang
tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan lengkap serta penggunaan
nozzle yang kurang akurat. Hal tersebut disebabkan hilangnya karet pada nozzle
semprot sehingga air yang keluar pada penyemprotan kurang tepat dan terjadi
kebocoran.

Sensus Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS)


Kegiatan sensus serangan UPDKS dibagi menjadi tiga sistem sensus, yaitu
sensus normal (SN), sensus khusus (SK), dan sensus ulang (SU).
A. Sensus normal
Sensus yang diadakan secara rutin setiap bulan pada semua blok tidak
tergantung pada ada atau tidaknya serangan UPDKS. Pengamatan dilakukan pada
salah satu atau beberapa pokok di setiap titik sensus (TS). Satu TS sensus normal
mewakili 100 pokok (0,7 ha).
B. Sensus khusus
Sensus yang dilakukan jika terdapat serangan yang diketahui dari sensus
normal sebelumnya. Pengamatan dilakukan dengan menambah jumlah TS dengan
cara jarak antar barisan sensus menjadi lima baris dan jarak antar pokok di dalam
barisan sensus menjadi lima pokok. Satu TS sensus khusus mewakili 25 pokok
(0,17 ha).
12

C. Sensus ulang
Sensus yang diadakan setelah dilakukan pemberantasan. Sensus dilakukan 3
atau 4 hari setelah pengendalian (untuk pengendalian dengan cara semprot) dan
setelah 7 hari pengendalian (untuk pengendalian dengan cara injeksi batang)
bertujuan mengetahui tingkat keberhasilan pengendalian sebelumnya berdasarkan
persentase kematian ulat. Jika setelah sensus ulang I keberhasilan pengendalian
tidak mencapai 90%, maka perlu dilakukan sensus ulang II.

Injeksi Batang
Injeksi batang merupakan kegiatan penerapan insektisida dengan cara
memasukkan insektisida melalui lubang pada batang kelapa sawit yang telah dibor
dengan mesin bor. Tujuan injeksi yaitu untuk mengendalikan hama ulat pemakan
daun seperti ulat api Famili Limacodidae, ulat bulu Famili Lymatridae, dan ulat
kantong Famili Psychidae. Namun, ulat pemakan daun dominan menyerang pada
tanaman menghasilkan (TM) yaitu dari Famili Lymatridae (Calliteara horsfieldii).
Sebelum dilakukan aplikasi injeksi batang, perlu dilakukan sensus ulat terlebih
dahulu untuk mengetahui jenis dan tingkat serangan ulat. Injeksi batang dilakukan
pada tanaman menghasilkan (TM) berumur 6 tahun keatas (>N6) dan dijumpai telur
ulat yang baru menetas hingga ulat berukuran ≤ 5mm.
Insektisida yang digunakan saat injeksi batang adalah Startaine dosis 15 ml
pokok-1. Pelaksanaan injeksi batang dimulai dengan menyetel mesin bor, membuat
larutan dan penentuan hanca. Hanca injeksi batang dimulai dari collection road
tembus ke jalan tengah atau jalan collection road tembus jalan collection road
apabila blok tersebut hanya memiliki satu petak. Batang pokok dibor dengan
ketinggian antara 0,4–1 meter dari permukaan tanah, membentuk sudut 45o ke arah
bawah. Satu pokok 1–2 lubang, kemudian pasang corong dengan selang plastik
yang dimasukkan ke dalam lubang dan masukkan larutan ke dalam corong, dan
tunggu sampai semua larutan masuk ke dalam batang. Sifat dari insektisida
Startaine adalah sistemik sehingga untuk melihat hasil dari injeksi batang
membutuhkan waktu 3–4 hari.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung dari tingkat serangan ulat dan
luas blok. Waktu yang diperlukan dalam pengeboran ± 5–6 detik pokok-1. Sistem
organisasi tenaga kerja pada injeksi batang adalah berpasang-pasangan. Satu orang
laki-laki bertugas untuk mengebor batang dan satu orang wanita bertugas mengisi
larutan ke dalam batang.

Pemupukan Secara Mekanis


Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum penebaran pupuk dengan
menggunakan Fertilizer Spreader antara lain ; Bon pengeluaran pupuk dari gudang,
persiapan areal blok aplikasi, tenaga kerja, traktor, dan Fertilizer Spreader.
Pemupukan dilakukan secara mekanis apabila areal blok memenuhi kriteria
sebagai berikut: areal tanaman kelapa sawit dengan tinggi tanaman > 3,5 meter,
areal blok datar (0–8o) dengan luasan minimal 60% dan kerapatan pokok tanaman
minimal 100 pokok ha-1. Areal yang bergelombang, terasan dan rendahan tidak
dilakukan Fertilizer Spreader.
Aplikasi pemupukan dengan menggunakan Spreader dimulai dengan
menyiapkan pupuk di gudang pupuk sesuai rekomendasi, mandor harus memeriksa
13

jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk dimuat ke dalam truk untuk
diecer ke lahan. Pupuk yang diecer tidak dalam bentuk untilan tetapi masih dalam
karung berukuran 50 kg, berbeda dengan aplikasi pupuk secara manual.
Pengeceran pupuk harus dibawah pengawasan mandor untuk keamanan
pupuk dan kemudahan spreader saat aplikasi. Pupuk yang telah diecer, dimasukkan
ke dalam Emdek-350 atau hopper dengan kapasitas 500 kg, akan tetapi saat aplikasi
di lahan pupuk yang dimuat sekitar 600 kg trip-1. Hopper dilengkapi dengan
saringan besi yang berfungsi untuk menyaring pupuk yang berbentuk bongkahan
dan adanya sampah. Pengisian pupuk dilakukan di dalam blok, agar jika terdapat
tumpahan bisa dimanfaatkan oleh tanaman sekitarnya. Setelah pupuk dimuat,
spreader siap dioperasikan mulai dari jalan rintis ke arah gawangan kiri kanan jalan
rintis. Hasil penebaran berupa semburan pupuk yang merata ke arah gawangan
tersebut. Satu kali aplikasi mampu memupuk 220 pokok dengan dosis 2,25 kg.
Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali aplikasi ± 28 menit. Terdapat kendala
ketika Spreader dioperasikan di lapangan meliputi terdapatnya parit yang dalam
pada jalan rintis, areal blok yang bergelombang sehingga menyulitkan spreader
ketika melakukan pemupukan.
Tim pemupukan secara mekanis meliputi satu orang sebagai operator, satu
orang sebagai kernet dan satu orang sebagai pengisi pupuk. Operator wheel tractor
dibantu oleh seorang kernet yang bertugas mengatur Flow control. Flow control
berfungsi untuk mengatur dosis atau semburan pupuk yang dikeluarkan oleh
deflector. Ketika pemupukan dilakukan dengan menggunakan Spreader, beberapa
hal yang harus diperhatikan agar pemupukan lebih efisien diantaranya jenis pupuk,
dosis pupuk, Flow control, RPM pada traktor dan gear pada traktor. Tidak semua
pupuk dapat diaplikasikan dengan spreader, misalnya jenis pupuk yang berbentuk
abu. Jenis pupuk yang diaplikasikan dengan spreader adalah pupuk yang
mempunyai bentuk granular/butiran dan kristal. Dosis pupuk sangat berkaitan
dengan Flow control, ketepatan dosis ditentukan oleh Flow control. Kecepatan
traktor ketika beroperasi juga mempengaruhi ketepatan dosis sehingga perlu
dilakukan pengaturan RPM. RPM adalah alat untuk mengatur kecepatan traktor.
Batasan RPM yang digunakan saat pengoperasian traktor mulai dari 1.500 sampai
dengan 1.750. Pemakaian pada traktor disesuaikan dengan kondisi areal, pada areal
datar menggunakan gear H1 atau H2 sedangkan untuk areal bergelombang
menggunakan gear L2 atau L3.

Pemupukan kompos
Kompos merupakan tandan buah yang telah melalui proses pemipilan
(stripping), pengepresan, dan pembusukan. Pengangkutan kompos dilakukan satu
hari sebelum aplikasi kompos. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi hilangnya
kandungan hara akibat hujan dan kompos tidak terlalu panas saat diaplikasikan.
Aplikasi kompos dilakukan secara manual dan mekanis.
Aplikasi kompos dilakukan secara manual pada areal tanaman baru (N0),
umur satu tahun (N1), dan umur dua tahun (N2) dengan menggunakan kereta
sorong (angkong). Dosis yang diberikan tergantung dari umur tanaman. Dosis yang
diberikan untuk tanaman baru (N0) yaitu ± 50 kg pokok-1 atau untuk lebih
memudahkan pemahaman di lapangan yaitu satu kereta sorong (angkong) untuk
satu pokok. Kompos diaplikasikan dengan cara melingkari tanaman secara merata
dan harus satu lapis. Penebaran kompos harus satu lapis bertujuan untuk
14

menghindari berkembangbiaknya kumbang. Penebaran kompos berjarak ± 20 cm


dari pangkal pokok. Dosis yang diberikan pada tanaman umur satu tahun (N1) dan
dua tahun (N2) yaitu ± 100 kg pokok-1. Perbedaan keduanya yaitu pada penempatan
penebaran kompos. Penebaran kompos pada umur tanaman satu tahun (N1) yaitu
melanjuti batas luar aplikasi pada waktu N0 mengarah keluar piringan. Sementara
pada umur tanaman dua tahun (N2), tempat penebaran kompos yaitu melanjuti
batas luar aplikasi pada waktu N1 mengarah keluar piringan. Kompos diaplikasikan
secara melingkar dan merata.
Tenaga kerja dalam aplikasi kompos yaitu pemborong atau buruh harian
lepas (BHL). Jumlah pemborong tergantung dari banyaknya kompos yang akan
diaplikasikan. Hal tersebut bertujuan agar kompos yang ada di lapangan dapat
selesai dikerjakan dengan cepat. Permasalahan yang ditemukan saat aplikasi
kompos secara manual di lapangan yaitu kacang-kacangan (Mucuna bracteata)
yang menutupi jalan rintis sehingga menghambat pengangkutan kompos dan
jembatan penghubung (titi) yang tidak lengkap pada parit.
Aplikasi kompos secara mekanis dilakukan pada tanaman menghasilkan
(TM) dengan menggunakan pemuat (leoder) dan penebar (giltrap). Pemuat (leoder)
berfungsi untuk memuat kompos ke penebar (giltrap). Penebar (giltrap) berfungsi
untuk menebar kompos di gawangan mati. Kapasitas penebar (giltrap) adalah 6 ton,
sehingga dibutuhkan 6 sampai 7 muatan oleh pemuat (leoder) untuk memenuhi
kapasitas penebar (giltrap). Penebar (giltrap) mampu menebar kompos ± 55 pokok
untuk setiap kali jalan dengan muatan 6 ton. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali
jalan 5 sampai 6 menit tergantung dari kondisi areal. Kompos diaplikasikan secara
merata satu lapisan di gawangan mati dengan lebar tebaran kompos ± 2 meter. Dosis
aplikasi kompos yaitu 15 sampai 20 ton ha-1. Permasalahan yang sering ditemukan
untuk aplikasi kompos secara mekanis yaitu terdapat parit yang dalam sehingga
penebar (giltrap) harus mencari jalan lain untuk menyelesaikan hanca yang dibatasi
oleh parit tersebut.

Pemupukan Anorganik
Penyimpanan pupuk
Permintaan pupuk yang telah disepakati akan dikirim ke kebun dan disimpan
di gudang PKS kebun. Penyimpanan pupuk di gudang bertujuan untuk menjamin
bahwa pupuk tidak terkena air (bocor) dan terekspos sinar matahari langsung
(panas). Pupuk terlebih dahulu ditimbang di jembatan timbang yang ada di PKS
kebun, sehingga diketahui berapa jumlah pupuk yang masuk ke gudang dan akan
disesuaikan dengan jumlah permintaan pupuk. Hasil timbang berat pupuk akan
disesuaikan dengan jumlah pupuk yang diminta kebun kepada supplier. Mandor
gudang melakukan pengecekan terhadap jumlah pupuk yang akan dimasukkan ke
gudang.
Perencanaan dan pengaturan dalam peletakan pupuk di gudang perlu
dilakukan untuk mengefisienkan kapasitas gudang, perhitungan jumlah pupuk teliti
dan mempermudah pada saat pengeluaran pupuk setiap jenisnya. Selain itu,
penempatan tiap jenis pupuk juga harus dipisah seperti kieserite dan urea karena
bersifat antagonis.
15

Penguntilan pupuk
Penguntilan pupuk dilakukan apabila terdapat permintaan dari setiap divisi.
Penguntilan bertujuan untuk menjamin agar pupuk yang diaplikasikan tepat dosis,
pupuk tidak menggumpal, memudahkan dalam pelangsiran dan penebaran pupuk
saat di lapang. Bobot untilan berbeda-beda untuk masing-masing pupuk tergantung
dosis untuk masing-masing pupuk dan jumlah tanaman per pasar rintis.
Tim penguntil membuat takaran untilan dari jeriken yang dipotong bagian
atasnya. Takaran dibuat masing-masing untuk satu jenis pupuk dan satu jenis dosis.
Pengawasan dan kalibrasi takaran perlu dilakukan untuk menjamin ketepatan dosis
untilan. Kalibrasi takaran dilakukan dengan menimbang 3 kali sampel untilan
menggunakan timbangan gantung yang disediakan oleh gudang pupuk. Apabila
takaran sudah sesuai dengan dosis, maka takaran diberi label sesuai jenis dan dosis
pupuk.
Alat pelindung diri (APD) yang digunakan oleh penguntil berupa sarung
tangan karet, sepatu pengaman, dan penutup hidung (masker). Tim penguntil
diwajibkan menggunakan APD. Namun berdasarkan hasil pengamatan, masih
banyak karyawan yang tidak menggunakan APD. Hal tersebut disebabkan oleh
APD yang sudah tidak layak pakai, ketidaknyamanan yang dapat mengganggu
aktifitas penguntilan, dan temperatur udara di dalam gudang yang tinggi.
Kegiatan penguntilan dimulai dengan membuka karung pupuk lalu
mencurahkan pada bagian tengah alas plastik (terpal) agar pupuk tidak terbuang ke
lantai. Pupuk kemudian dimasukkan ke dalam takaran dengan menggunakan sekop,
dipereskan hingga tepat batas takaran dan dimasukkan ke dalam karung untilan
sesuai ukuran dosis untilan yang sudah ditentukan. Berdasarkan pengamatan pada
saat penguntilan, pupuk yang dimasukkan ke dalam takaran langsung dicurahkan
dari karung pupuk. Hal tersebut tidak sesuai dengan SOP Socfin Indonesia,
seharusnya pupuk dimasukkan ke dalam takaran menggunakan sekop tidak
dianjurkan dengan mencurahkan langsung dari karung ke takaran. Berdasarkan
hasil wawancara di lapang, karyawan merasa proses penguntilan tidak efektif dan
terkesan lebih lama selesai apabila menggunakan sekop. Pupuk yang telah
dimasukkan ke dalam karung untilan diikat dengan potongan bekas lapis dalam
karung pupuk.
Hasil untilan dikalibrasi untuk menjamin ketepatan untilan pupuk dengan
cara menimbang hasil untilan pupuk secara acak beberapa kali. Apabila terdapat
untilan pupuk yang beratnya tidak sesuai dengan permintaan, maka untilan tersebut
harus dilakukan penakaran kembali. Tumpukan untilan pupuk yang telah sesuai,
diberi label untuk memudahkan dalam pengontrolan dan pengawasan yang
meliputi: jenis pupuk, jumlah (kg), bobot per untilan, blok yang akan diaplikasikan
serta tanggal penguntilan.

Pengambilan pupuk
Pengambilan pupuk dilakukan pagi hari setelah apel pagi selesai oleh
mandor pemupukan di gudang pupuk. Tenaga bongkar muat pupuk dilakukan oleh
2–6 orang tenaga kerja tergantung dari jumlah permintaan pupuk oleh masing-
masing divisi. Teknis untuk pengambilan pupuk yaitu menunjukkan bon SIR
pemupukan yang telah ditanda tangani oleh asisten kebun, asisten kepala kebun,
dan pengurus. Bon SIR pemupukan bertujuan untuk mengetahui jenis pupuk dan
jumlah pupuk yang akan dikeluarkan untuk kegiatan pemupukan pada hari itu. Truk
16

ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot truk sebelum pupuk dimuat ke
dalam truk. Jumlah pupuk yang dikeluarkan dari gudang tergantung dari permintaan
dari masing-masing divisi.

Pengeceran pupuk
Pengeceran pupuk merupakan kegiatan pengangkutan untilan pupuk dari
gudang ke tempat aplikasi pupuk. Pengeceran dilakukan oleh 1–2 orang tenaga
bongkar muat dengan menggunakan truk. Untilan pupuk yang akan diecer dari truk
diletakkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan disesuaikan dengan jumlah
pokok per jalan rintis dan dosis per pokok. Satu jalan rintis terdapat dua baris pokok,
dimana jumlah pokok per baris ± 26 pokok sehingga 1 TPH terdapat 6 baris dan 3
jalan rintis. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk beberapa lokasi tertentu yang
dianggap rawan, diberikan tenaga pengawas khusus (centeng) terhadap pupuk yang
telah diecer.

Pelangsiran pupuk
Pelangsiran pupuk yaitu kegiatan distribusi untilan pupuk dari TPH ke
setiap jalan rintis. Pelangsiran bertujuan untuk efisiensi waktu pemupukan dan
mempermudah penebar dalam aplikasi. Menurut SOP Socfin Indonesia,
pelangsiran pupuk dilakukan menggunakan kereta sorong yang disesuaikan dengan
jumlah pokok per untilan sehingga dalam 1 tim pemupukan terdiri dari tukang
langsir dan penebar. Namun, berdasarkan pengamatan, tidak terdapat tenaga khusus
untuk pelangsiran saat pelaksanaan magang. Pelangsiran pupuk dikerjaan oleh
penebar pupuk.

Penebaran pupuk
Jumlah pupuk yang ditebar harus sesuai dengan dosis rekomendasi
perusahaan. Penebaran pupuk menggunakan takaran berupa mangkuk yang
dikalibrasi ketepatan dosis per pokok oleh Mandor pupuk. Pengawasan dalam
kalibrasi perlu diperhatikan untuk menjamin ketepatan dosis. Takaran pupuk
berbeda-beda tergantung dari jenis dan dosis pupuk yang dibutuhkan. Sistem
pemupukan di Kebun Bangun Bandar dilakukan blok per blok, artinya jenis pupuk
N, P, dan K sudah selesai diaplikasikan selambat-lambatnya dalam interval waktu
2 minggu. Pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan lebih diutamakan
selanjutnya tanaman menghasilkan.

Premi pemupukan
Premi merupakan upah yang diperoleh oleh tim pemupuk jika mampu
memupuk tanaman melebihi basis yang telah ditentukan. Basis yang diterapkan PT.
Socfin Indonesia tergantung dari dosis yang diberikan per pokok. Dosis ≥ 1kg maka
basis yang harus dicapai oleh pemupuk 400 kg HK-1, jika pemupuk melebihi basis
maka diberikan premi yaitu 1 ton = Rp 10.000,00. Sementara dosis ≤ 1kg maka
basis yang harus dicapai oleh pemupuk 5 ha HK-1, jika pemupuk melebihi basis
maka akan diberikan premi yaitu 1 ha = Rp 5.000,00.

Pengumpulan karung bekas pemupukan


Tim pemupukan dilengkapi dengan tukang karung yang bertugas
mengumpulkan karung bekas pupuk dan limbah tali plastik dan mengirimkannya
17

ke gudang kebun. Karung digulung per 10 karung untuk mempermudah


perhitungan. Pengumpulan karung dilakukan untuk memeriksa apakah seluruh
pupuk sudah ditebar dan tidak ada pupuk yang hilang. Karung bekas pupuk tersebut
dapat digunakan kembali sebagai karung untilan dan alas brondolan.
Pengamatan ketepatan dosis pupuk
Pengamatan ketepatan dosis pupuk diperoleh melalui penguntilan pupuk di
gudang dan jumlah takaran yang diaplikasikan pada tiap pokok tanaman.
Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan saat kegiatan penguntilan
berlangsung di gudang. Data berikut diperoleh pada jenis pupuk NPK 12-12-17 dan
Urea.
Tabel 3. Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar
Bobot untilan Bobot rataan yang Ketepatan dosis
Jenis Pupuk Ulangan
standar (kg) diamati (kg) (%)
1 15 14,8 99,2
NPK 12-12-17 2 15 15,5 96,2
3 15 14,7 98,1
Rata-rata 15,0 99,6
1 13,5 13,4 99,3
Urea 2 13,5 13,2 98,2
3 13,5 13,3 98,8
Rata-rata 13,3 98,8
Ketepatan dosis aplikasi pemupukan dilakukan pada 3 blok. Masing-masing
blok dilakukan pengamatan terhadap 3 orang penebar yang berbeda. Pengamatan
dilakukan dengan melihat langsung takaran yang diaplikasikan per pokok
pengamatan ketepatan dosis aplikasi Borax dan NPK 15-15-15.
Tabel 4. Ketepatan dosis aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar
Dosis (kg % % %
Blok Jenis Pupuk Penebar JP PTD PLD PKD
tanaman-1) TD LD KD
I 72 38 17 27 52,77 23,61 23,61
52 Borax 0,1 II 72 17 9 46 23,61 12,50 63,99
III 72 25 8 39 34,72 11,11 54,16
I 72 33 17 23 44,44 23,61 31,94
53 Borax 0,1 II 72 29 12 31 40,27 16,66 43,05
III 72 57 6 9 79,16 8,33 12,50
I 72 29 16 27 40,27 22,22 37,50
54 Borax 0,1 II 72 36 10 26 50,00 13,88 36,11
III 72 40 14 18 55,55 19,44 25,00
Rata-rata 46,75 16,82 36,41
I 72 32 31 9 44,44 43,05 12,50
NPK
46 2,25 II 72 45 18 9 62,50 25,00 12,50
15-15-15
III 72 31 25 12 43,05 40,27 16,66
I 72 47 18 7 65,27 25,00 9,72
NPK
47 2,25 II 72 48 9 15 66,66 12,50 20,83
15-15-15
III 72 39 12 21 54,16 16,66 29,16
I 72 45 15 12 62,50 20,83 16,66
NPK
49 2,25 II 72 41 21 10 56,94 29,16 13,88
15-15-15
III 72 37 18 17 51,38 25,00 23,61
Rata-rata 56,32 26,38 17,28
Keterangan: JP (jumlah pengamatan); %TD (persentase tepat dosis); PTD
(pemupukan tepat dosis); %LD (persentase lebih dosis); PLD
18

(pemupukan lebih dosis); %KD (persentase kurang dosis); PKD


(pemupukan kurang dosis).
Pengamatan ketepatan waktu pemupukan
Penentuan aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar berdasarkan hari
dan curah hujan. Pengamatan ketepatan waktu pemupukan diperoleh dengan
menganalisis waktu realiasi pemupukan dengan curah hujan selama bulan Februari
sampai dengan Mei 2016. Berdasarkan SOP Socfin Indonesia, pada saat curah
hujan rendah dan musim kering, maka aplikasi pupuk harus mempertimbangkan
waktu aplikasi pupuk, jenis pupuk dan frekuensi curah hujan. Hubungan antara
waktu aplikasi pupuk, jenis pupuk dan curah hujan adalah sebagai berikut :
1. Pupuk Urea dan ZA, segera hentikan aplikasi apabila tidak ada hujan
dalam 3 hari berturut-turut.
2. Pupuk compuond/NPK, MOP/KCL, kieserite, pupuk mikro, segera
hentikan apabila tidak ada hujan dalam 7 hari berturut-turut.
3. Pupuk Rock phospate/TSP dan dolomite dapat diaplikasikan dalam
kondisi tidak ada hujan karena tidak ada resiko penguapan.
4. Pemupukan dapat dilanjutkan dengan curah hujan 25–50 mm atau 1 hari
hjan degan curah hujan 50–80 mm. Dalam kurun waktu 7 hari berturut-
turut setelah hujan tersebut, pemupukan dapat terus dilaksanakan, tetapi
apabila curah hujan >80 mm maka pemupukan dilaksanakan 2 hari
kemudian.
Selain itu, pengamatan ketepatan waktu dilakukan dengan membandingkan
aplikasi pemupukan serta curah hujan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016
di Kebun Bandun Bandar divisi I selama kegiatan magang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Ketepatan aplikasi waktu pemupukan Kebun Bangun Bandar 2016
Jenis Pupuk Rencana Aplikasi Pemupukan Realisasi Aplikasi Pemupukan
Urea Februari–April Februari–Mei
Dolomite Januari–Maret Januari–Maret
Kieserite Maret–April Maret–April
Rock Posphate Januari–Maret Februari–Maret
Borax Maret–April Maret–Mei
NPK 12-12-17 Februari–April Februai–Mei
NPK 15-15-15 April–Mei April–Juni

Pengamatan ketepatan jenis pupuk


Penentuan ketepatan jenis pupuk dengan mengamati jenis pupuk yang
direkomendasikan dengan realisasinya di lahan. Rekomendasi jenis pupuk yang
akan diaplikasikan di Kebun Bangun Bandar disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar Divisi I tahun
2016
Jumlah Hara Jenis Pupuk Kandungan Hara
Urea 46% N
Dolomite 19-21% MgO, 30% CaO
Pupuk Tunggal Kieserite 26% MgO, 22% S
Rock phospate 27% P205
Borax 11-12% B
NPK 12-12-17 12% N, 12% P, 17% K
Pupuk Majemuk
NPK15-15-15 15% N, 15% P, 15% K
19

Pengamatan ketepatan cara pemupukan


Pengamatan ketepatan cara aplikasi pupuk diperoleh dengan mengamati
cara penebaran saat aplikasi pupuk kemudian dibandingkan dengan SOP
pemupukan SOCFIN INDONESIA. Penulis melakukan pengamatan ketepatan cara
aplikasi pada pupuk Urea, NPK 12-12-17, dan Kieserit. Hasil pengamatan
ketepatan cara disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengamatan ketepatan cara penebaran pupuk di Kebun Bangun Bandar
Divisi I
Tanaman
Dosis
Tahun Jenis Jumlah Tanaman tidak % Tepat
Blok pupuk(kg
tanam pupuk tanaman tepat cara tepat cara
tanaman-1)
cara
49 2005 Urea 1,25 50 39 11 78,00
50 2005 Urea 1,25 50 42 8 84,00
65 2004 Urea 1,25 50 41 9 82,00
Rata-rata 50 41 9 81,33
46 2007 NPK 12-12-17 2,25 50 38 12 76,00
49 2007 NPK 12-12-17 2,50 50 41 9 82,00
56 2007 NPK 12-12-17 2,50 50 37 13 74,00
Rata-rata 50 39 11 77,33
52 2012 Kieserite 0.7 50 45 5 90,00
53 2012 Kieserite 0.7 50 34 16 68,00
54 2012 Kieserite 0.7 50 39 11 78,00
Rata-rata 50 39 11 78,66

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata persentase


ketepatan cara penebaran Urea adalah 81,33% , NPK 12-12-12 adalah 77,33% dan
Kieserite adalah 78,66%.
Pengamatan ketepatan tempat pemupukan
Pengamatan ketepatan tempat pemupukan dilakukan pada tiga blok yang
memiliki tahun tanam yang berbeda. Penulis melakukan pengamatan ketepatan
tempat pemupukan pupuk NPK 12-12-17, Kieserite, dan Borax pada tiga blok
berbeda. Masing-masing blok dipilih lima baris tanaman (baris 20, 40, 60, 80, 100)
kemudian tiap baris diambil 10 pokok contoh sehingga total 50 pokok contoh per
blok. Hasil pengamatan ketepatan tempat disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengamatan ketepatan tempat penebaran pupuk
Rataan jarak pupuk ke batas luar Rata-
Tahun Dosis (kg ∑
Blok Jenis pupuk piringan pada baris contoh (cm) rata
tanam tanaman-1) tanaman
20 40 60 80 100 (cm)
51 2000 Dolomit 1 50 86,4 92,5 83 78,9 81,5 84,46
56 2004 Dolomit 1 50 84,3 81,4 90 98,9 103 91,52
57 2004 Dolomit 1 50 77,1 72,9 76,6 83,5 101 82,30
Rata-rata 86,03
61 2000 NPK 15-15-15 1,75 50 93,5 94,3 101 103 96,3 97,64
64 2010 NPK 15-15-15 1,75 50 99,4 94,1 97,8 101 98,1 98,04
66 2004 NPK 15-15-15 1,75 50 101 106 101 89,8 94,4 98,50
Rata-rata 98,06
44 2005 RP 0,5 50 86,4 92,5 83 78,9 81,5 84,46
47 2004 RP 0,5 50 84,3 81,4 90 98,9 103 91,52
48 2004 RP 0,5 50 77,1 72,9 76,6 83,5 101 82,30
Rata-rata 86,09
20

Pengamatan defisiensi unsur hara


Pengamatan defisiensi unsur hara dilakukan secara visual dengan melihat
warna dan bentuk daun kelapa sawit berdasarkan gejala yang tercantum dari
literatur menurut Pahan (2011). Pengamatan dilakukan pada tanaman belum
menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Defisiensi unsur hara yang
diamati meliputi nitrogen (N), magnesium (Mg), besi (Fe), pospat (P), kalium (K),
dan boron (B). Hasil pengamatan unsur hara di lapangan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil pengamatan difisiensi unsur hara
∑ pokok Defisiensi hara
Tahun ∑ pokok
Blok yang
tanam defisiensi N P K Mg B Fe
diamati
48 2012 72 37 7 3 23 1 25 0
TM 52 2012 72 43 4 1 12 3 12 0
53 2012 72 50 12 2 31 2 10 0
Total 216 130 23 6 66 6 47 0
55 2015 72 28 6 0 8 9 2 0
TBM 60 2015 72 31 4 0 3 17 28 1
61 2015 72 24 13 1 7 8 3 1
Total 216 83 23 1 18 34 33 2

Pemanenan
Pemanenan kelapa sawit merupakan kegiatan utama dari budidaya tanaman
kelapa sawit di Kebun Bangun Bandar. Manajemen kebun bertugas untuk memanen
semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada saat kualitas buah
optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit yang maksimum.

Kriteria matang TBS


Kriteria matang TBS dapat diketahui berdasarkan jumlah brondolan yang
jatuh disekitar piringan atau di pokok. Melalui berbagai hasil pengamatan dan
pengujian di lapangan, kriteria matang panen yang diberlakukan di PT. Socfin
Indonesia adalah satu brondolan per TBS pada areal perbukitan, lima brondolan per
TBS di areal bergelombang, dan 10 brondolan per TBS di tanah datar. Brondolan
yang dimaksud sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal dan segar
yang sesuai dengan kriteria matang TBS.
Kriteria matang panen yaitu fraksi 1, fraksi 2, fraksi 3, fraksi 4, dan fraksi 5,
sedangkan untuk buah yang tidak boleh dipanen adalah buah dengan fraksi 00 dan
fraksi 0, karena buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0 memiliki kandungan minyak
yang masih sedikit.

Kadvelt panen
Kadvelt adalah areal panen yang telah ditetapkan untuk satu hari panen.
Penetapan seksi panen berdasarkan pembagian luas seluruh wilayah afdeling dan
jumlah hari panen. Suatu luasan tertentu yang terdiri dari beberapa blok dimana
pada satu seksi panen harus diselesaikan dalam satu hari. Penetapan seksi panen
dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dan membagi hanca panen kepada
setiap pemanen sehingga mempermudah pekerjaan panen dan pengontrolan oleh
Asisten dan Mandor Afdeling I menggunakan 5 seksi panen, setiap bagian ini
disebut kadvelt. Pembagian seksi panen meliputi kadvelt I (Senin), kadvelt II
21

(Selasa), kadvelt III (Rabu), kadvelt IV (Kamis), dan kadvelt V (Jumat). Setiap
seksi panen di Afdeling I mempunyai luas areal yang berbeda. Perbedaan tersebut
dipengaruhi oleh potensi produksi (ton ha-1) per blok, jumlah dan sebaran pokok
produktif, kondisi topografi, dan posisi blok terhadap blok yang lain.

Rotasi panen
Rotasi panen merupakan selang waktu antara panen yang satu dengan panen
berikutnya pada satu hanca panen. Kebun Bangun Bandar dalam setahun membagi
rotasi panen menjadi 2 semester pada semester pertama (Januari-Juni)
menggunakan rotasi 5/7 yang berarti dalam tujuh hari dilakukan pemanenan selama
lima hari sedangankan pada semester kedua (Juli-Desember) menggunakan rotasi
6/7 yang artinya dalam tujuh hari dilakukan pemanenan selama enam hari.

Angka kerapatan panen (AKP)


Angka kerapatan panen merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
menentukan taksasi produksi. Kegiatan taksasi produksi di Kebun Bangun Bandar
dilakukan oleh Kerani AKP pada saat siang hari atau sore hari pada blok yang akan
dipanen esok harinya. Tata cara penghitungan AKP yaitu menentukan blok sampel
terlebih dahulu untuk setiap kapveld. Satu blok sampel dalam satu kapveld
maksimal 50 ha dengan pohon yang diamati 3–5% dari jumlah pohon. Seluruh
pohon dalam blok sampel kemudian diamati jumlah TBS yang siap panen pada
setiap pohon.
Pelaksanaan panen
Kegiatan panen dilakukan pada pukul 07.00–14.00 WIB. Tandan yang telah
memenuhi kriteria matang panen dapat dipanen (Gambar 2). Brondolan yang
terdapat di piringan/gawangan dikutip bersih dan dimasukkan tersendiri dalam
karung untuk dibawa ke tempat pengumpulan brondolan. Gagang TBS dipotong
dengan bentuk “V” (cangkem kodok) dengan panjang maksimal 2,5 cm dari
pangkal buah dan diberi kode mandor dan nomor pemanen. TBS disusun tegak dan
rapi 5 tandan perbaris di tempat pengumpulan hasil (TPH). TBS dengan berat >30
kg dibagi menjadi 2 bagian, untuk memudahkan dalam proses perebusan di pabrik,
sedangkan buah yang telah busuk, buah dibrondolkan dan tandan kosong diletakkan
di pinggir TPH.

Gambar 2. Proses panen dengan egrek


22

Kegiatan pemanenan yang terdapat di Afdeling I Kebun Bangun Bandar


memiliki sistem satu orang pemanen memiliki satu nomor potong buah yang berarti
satu orang pemanen memiliki tugas menurunkan TBS, memotong pelepah, dan
mengutip brondolan. Berdasarkan pengamatan selama di lapangan setiap pemanen
memiliki tenaga bantuan, dengan sistem ini dapat mengefisiensikan waktu dan
jumlah tandan yang dihasilkan karena terdapat satu orang pemanen bertugas
menurunkan TBS sedangkan tenaga bantuan bertugas menyusun pelepah dan
mengutip brondolan.
TBS yang sudah di panen harus secepat mungkin diangkut dan diolah oleh
pabrik. Tujuannya untuk menghindari buah tertinggal lama di lapangan maka
ketersediaan alat transportasi diupayakan memadai. Hal tersebut dilakukan melalui
koordinasi antara Kerani transpor dan petugas traksi.

Alat panen
Semua kebutuhan alat panen di Kebun Bangun Bandar disediakan perusahaan
termasuk alat operasional panen maupun alat pelindung diri (APD). Alat
operasional panen diareal tanaman muda (3–5 tahun) memerlukan alat chisel
(dodos dengan lebar 8 cm), kampak, alat pikul kereta sorong, dan gancu. Panen di
areal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) diperlukan alat kampak, galah egrek, dan
alat pikul kereta sorong dan gancu.

Pengangkutan Buah
Setelah buah diperiksa oleh Mandor dan Kerani transportasi, buah yang sudah
terkumpul di TPH kemudian diangkat ke dalam truk untuk dibawa ke PKS. Setiap
truk yang masuk ke afdeling melapor ke Kantor Afdeling dan sewaktu mengangkat
TBS dari TPH harus diikuti oleh Kerani transport, Kerani transpor mencatat
jumlah TBS dalam formulir pengumpulan buah (PB.24) per tahun tanam per blok
per mandoran dan per pemanen. Kapasitas truk yang dibenarkan masuk ke afdeling
sesuai surat perjanjian. TBS diangkut ke PKS dilengkapi dengan surat pengantar
TBS (PB.25.01/Berstempel CSPO) yang ditanda tangani oleh Kerani produksi dan
Asisten afdeling. Truk yang mengangkut TBS harus dilengkapi jaring pengaman
pengangkutan yang dipasang dengan benar untuk menghindari TBS jatuh di jalan.
Saat pengangkutan buah biasanya terdapat dua orang pemuat di setiap truk.
Pemuat ini bertanggung jawab atas muatan truk serta penyusunan TBS.
Pengangkutan TBS dan brondolan biasanya dimulai pukul 11.00 WIB atau saat
buah yang sudah dipanen sudah terkumpul di TPH dan sudah dapat dimuat ke dalam
bak truk. Teknik pengangkutan yang dilakukan adalah pengambilan TBS dimulai
dari jarak yang terjauh dari jalan utama dan semakin mendekat ke jalan utama
kebun. Kapasitas satu truk angkut TBS adalah 6–7 ton.

Aspek Manajerial

Aspek manajerial merupakan kegiatan yang dilakukan ketika berstatus


sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Kegiatan administrasi
di kantor divisi dan teknis budidaya kelapa sawit secara langsung di lapangan.
23

Pendamping Mandor Perawatan


Mandor perawatan merupakan orang yang mengawasi seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan perawatan tanaman seperti perawatan jalan, pemupukan,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit.
Mandor perawatan yang ada di Divisi I Kebun Bangun Bandar, PT. Socfin
Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan.
Mahasiswa melakukan beberapa kegiatan sebagai pendamping mandor perawatan
seperti, pemupukan, penyemprotan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros),
sensus hama UPDKS, pengendalian hama UPDKS, dan pembongkaran pokok
tanaman yang terkena Ganoderma sp.
Seorang mandor perawatan harus memastikan semua hal mengenai perawatan
di lapangan harus berjalan sesuai dengan SOP Socfin Indonesia. Penyemprotan
dengan mesin HPS (High Power Sprayer) adalah salah satu kegiatan yang harus
diawasi dengan seksama oleh mandor perawatan, karena hasil dari penyemprotan
adalah hal penting. Persentase kematian hama ulat setelah penyemprotan harus
seoptimal mungkin, agar tidak adanya pengendalian yang sama untuk selanjutnya.

Pendamping Mandor Panen


Mandor produksi bertugas untuk memastikan semua pekerjaan berjalan
sesuai aturan seperti buah matang harus dipanen, tidak ada buah mentah, tidak ada
buah matang dan brondolan yang tertinggal di tempat pengumpulan hasil (TPH)
maupun di ancak, mengawasi penyusunan pelepah di gawangan dan di potong
menjadi dua. Mandor panen wajib mengisi buku laporan hasil yang diperoleh hari
itu juga, memeriksa persen panen yang akan dipanen pada esok hari. Setiap pagi
mandor panen menunjukkan buku potong buah kepada pemanen.
Mandor panen mengadakan monitoring terhadap pekerjaan pemanen agar
mutu buah dan ancak yang dihasilkan dalam kualitas baik dan bersih. Pemeriksaan
mutu dan buah dilakukan pada saat pemanen selesai melaksanakan kegiatan potong
buah.

Pendamping Asisten Divisi


Asisten bertanggung jawab penuh terhadap semua pelaksanaan kegiatan di
tingkat divisi baik teknis di lapangan maupun administrasi kebun. Uraian kegiatan
seorang asisten meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Perencanaan pekerjaan dituangkan dalam Rencana Kerja Bulanan
(RKB) dan selanjutnya pada Rencana Kerja Harian (RKH). Pembuatan RKH
bertujuan untuk memudahkan dalam pengalokasian tenaga kerja, sehingga seluruh
kegiatan dapat berjalan baik dan lancar. Sebelum melaksanakan pekerjaan setiap
hari, asisten harus memberikan pengarahan kepada setiap mandor lapangan ketika
antrian pagi.

Pembahasan

Biaya pemupukan yang dibutuhkan pada tanaman kelapa sawit sebesar 60%
dari biaya pemeliharaan. Biaya pemupukan yang tinggi mengharuskan perusahaan
mengaplikasikan pupuk lebih efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan suatu
rekomendasi pemupukan yang lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan
24

produksi (Sugiyono et al. 2005). Selain itu pemupukan juga dapat meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap penyakit karena tanaman tumbuh dan berkembang
dengan normal (Harahap et al. 2005).
Menurut Fauzi et al., (2008) dalam pemberian pupuk harus memperhatikan
kunci keefektifan dan keberhasilan pemupukan diantaranya: ketepatan jenis pupuk,
ketepatan dosis pupuk, ketepatan waktu pemupukan, ketepatan cara pemupukan
dan ketepatan tempat pupuk diaplikasikan.

Tepat Dosis
Jumlah pupuk yang diberikan kepada tanaman kelapa sawit perlu
mempertimbangkan adanya kehilangan hara melalui panen, pencucian, dan aliran
air. Kebutuhan unsur hara dapat dipenuhi dengan upaya pemupukan dengan
menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pusat penelitian berdasarkan hasil
analisis daun dan tanah. Hasil analisis daun dan tanah tersebut digunakan sebagai
acuan untuk menetapkan dosis pemupukan. Dosis adalah jumlah suatu jenis pupuk
yang direkomendasikan per pokok. Rekomendasi pemupukan diperoleh dari hasil
analisi daun dan tanah tahun sebelumnya.
Dua hal yang menentukan ketepatan dosis aplikasi pupuk di Kebun Bangun
Bandar adalah untilan dan aplikasi penebaran pupuk. Penulis mengamati ketepatan
dosis untilan dengan mengambil sampel acak sebanyak 10 karung until sebanyak 3
kali pada tumpukan until. Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada
pupuk NPK 12-12-17 dan Urea. Setiap jenis pupuk memiliki bobot untilan yang
berbeda-beda. Bobot untilan menyesuaikan dengan jumlah pokok setiap barisnya
dengan tujuan untuk mempermudah penebar ketika aplikasi pupuk dan dosis yang
diaplikasikan per pokok sesuai dengan dosis yang ditentukan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 3, hasil rata-rata ketepatan dosis
untilan pada pupuk NPK 12-12-17 adalah 99,6% dan pupuk Urea adalah 98,8%.
Hasil rata-rata dosis untilan tersebut apabila dibandingkan dengan SOP kebun yaitu
95–100%, kedua pupuk tersebut menunjukkan bahwa dosis untilan di kebun
Bangun Bandar sudah tepat. Namun masih terdapat kendala pada saat penguntilan
pupuk yaitu takaran untilan tiap jenis pupuk yang tidak lengkap sehingga tenaga
penguntil harus membuat takaran terlebih dahulu sebelum melakukan penguntilan
pupuk. Hal tersebut menyebabkan waktu penguntilan menjadi kurang efisien.
Ketepatan dosis aplikasi pemupukan dilakukan pada pupuk borax dan NPK
15-15-15. Pupuk Borax dilakukan di blok 52, 53, 54 dan pupuk NPK 15-15-15
dilakukan di blok 46, 47, 49. Takaran untuk aplikasi pemupukan yaitu mangkuk
yang telah dikalibrasi sesuai dengan dosis yang akan diaplikasikan per pokok.
Berdasarkan data pengamatan tepat dosis pada Tabel 4, diketahui bahwa
rata-rata persentase ketepatan dosis pemupukan Kieserite untuk dosis 0,1 kg
tanaman-1 sebesar 46,7%, persentase lebih dosis 16,82%, dan persentase kurang
dosis sebesar 36,41%. Sedangkan rata-rata persentase ketepatan dosis pemupukan
NPK 15-15-15 untuk dosis 2,25 kg tanaman-1 sebesar 56,32%, persentase lebih
dosis 26,38%, dan persentase kurang dosis 17,28%. Apabila hasil rata-rata
persentase tersebut dibandingkan dengan nilai standar kebun yaitu 95–100%, maka
dapat dikatakan bahwa aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar belum
memenuhi prinsip kaidah tepat dosis.
Beberapa hal yang mempengaruhi ketidaktepatan dosis pemupukan yaitu
kesalahan penggunaan alat takar, dan kehilangan pupuk saat distribusi.
25

Ketidaktepatan dosis ini terjadi karena kurangnya pengawasan terhadap penabur


saat proses pemupukan sehingga penabur perlu diberi arahan tentang pentingnya
ketepatan dosis pemupukan. Selain itu, ketidaktepatan dosis juga disebabkan
hilangnya pupuk saat distribusi pupuk mulai dari gudang sampai ke lahan.
Kehilangan pupuk tersebut disebabkan oleh tali pengikat untilan yang
mudah lepas dan karung untilan yang berlubang, sehingga jumlah untilan pupuk
menjadi tidak sesuai dengan dosis rekomendasi oleh asisten. Hal tersebut
menyebabkan jumlah pupuk yang diaplikasikan di lahan menjadi tidak tepat. Upaya
perbaikan dengan pengarahan tentang pentingnya tepat dosis, pengawasan langsung,
serta pengecekan peralatan pemupukan perlu dilakukan agar pemupukan yang
efektif dan efisien dapat terlaksana.

Tepat Waktu
Aplikasi pemupukan di Kebun Bandun Bandar dibagi berdasarkan hara
pupuk yaitu pupuk majemuk dan tunggal. Pupuk tunggal dibagi menjadi dua kali
aplikasi, aplikasi pertama dilaksanakan pada bulan Januari-April dan aplikasi kedua
dilaksanakan pada bulan Juli-September. Sementara pupuk majemuk dibagi
menjadi tiga kali aplikasi, aplikasi pertama dilaksanakan pada bulan Januari-
Februari, aplikasi kedua pada bulan April-Mei, dan aplikasi ketiga pada bulan Juli-
September.
Berdasarkan pengamatan aplikasi pupuk pada bulan Februari sampai Mei
2015, masih terdapat aplikasi pemupukan yang tidak sesuai dengan rencana waktu
pemupukan. Jenis pupuk yang terlambat dalam pengaplikasiannya adalah urea,
NPK 12-12-17, dan borax yang disebabkan tidak adanya ketersediaan pupuk dari
gudang pupuk curah hujan yang rendah pada bulan Februari sampai dengan April.
Sementara pada pupuk NPK 15-15-15, aplikasi pemupukan terlambat disebabkan
penanaman kembali (replanting) yang terlambat karena terbatasnya ketersediaan
bibit.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keefesienan dan keefektifan
pemupukan adalah curah hujan. Pemupukan yang optimum dilakukan pada curah
hujan 100–200 mm per bulan, dengan curah hujan minimum 60 mm per bulan dan
maksimum 300 mm per bulan. Pada saat curah hujan 100–200 mm per bulan
kondisi tanah dalam lembab tetapi tidak jenuh (kapasitas lapang) sehingga
penyerapan unsur hara oleh akar menjadi lebih efektif. Kondisi ini biasanya terjadi
pada awal dan akhir musim hujan.

Tepat Jenis
Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar adalah pupuk
organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah kompos. Kompos
merupakan tandan buah yang telah melalui pemipilan (stripping), pengeppresan,
dan pembusukan. Bahan-bahan untuk pembuatan kompos adalah janjang Kosong,
limbah cair (POME), solid, dan urea. Pupuk anorganik yang digunakan di kebun
Bangun Bandar adalah pupuk tunggal dan majemuk. Jenis pupuk tunggal yang
digunakan adalah urea, rock phospate, kieserite, dolomit, dan borax, sementara
pupuk majemuk yang digunakan adalah NPK 12-12-17 dan NPK 15-15-15. Pupuk
majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupum tunggal, yaitu lebih
praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasi di lapangan
26

karena satu jenis pupuk majemuk mengandung keseluruhan atau sebagian besar
hara yang dibutuhkan tanaman.
Ketepatan jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar diperoleh
dengan cara membandingkan rencana dengan realisasi jenis pupuk di lapangan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara visual, jenis pupuk yang
diaplikasikan di lapangan sudah memenuhi tepat jenis yaitu sesuai dengan
rekomendasi pemupukan kebun Bangun Bandar Tahun 2016.

Tepat Cara
Cara aplikasi pemupukan terdiri atas dua cara yaitu sistem dibenam (pocket)
dan tabur langsung. Pemupukan dengan cara benam hanya dilakukan pada areal
dengan curah hujan tinggi atau sering banjir. Pupuk diaplikasikan dengan cara
dibenam pada dua tempat dengan menggunakan cangkul sedalam ± 20 cm, yaitu
dekat rumpukan dan sebelah rintis. Cara pemupukan yang sering digunakan yaitu
cara tebar. Cara tebar merupakan cara memberikan pupuk dengan menebar pupuk
langsung ke tanah di sekeliling tanaman (Simatupang et al., 2010). Keunggulan dari
cara tebar yaitu lebih praktis dan efisien dalam pengaplikasiannya.
Salah satu faktor penting untuk menentukan jumlah unsur hara yang dapat
diserap oleh akar tanaman adalah cara pemupukan. Syarat yang harus dipenuhi
dalam ketepatan cara adalah pupuk harus ditebar merata di dalam atau di luar
piringan (pupuk makro dan mikro kecuali Rock phospate), ditebar secara strip di
pinggir rumpukan atau bahan organik (pupuk Rock phospate), tidak boleh
menumpuk, tidak boleh menggumpal dan piringan harus bersih dari gulma.
Pengamatan setiap jenis pupuk dilakukan pada tiga blok dengan masing-masing
blok diambil sampel tanaman sebanyak 50 tanaman.
Hasil pengamatan ketepatan cara dalam aplikasi pemupukan urea untuk
dosis 1,25 kg tanaman-1 pada blok 49, 50, dan 65, aplikasi pemupukan NPK 12-12-
17 untuk dosis 2,5 kg tanaman-1 pada blok 46, 49, 56 dan aplikasi pemupukan
kieserite untuk dosis 0,7 kg tanaman-1 pada blok 52, 53, 54 tertera pada Tabel 7.
Berdasarkan hasil pengamatan ketepatan cara di lapang, rata-rata tanaman tepat
cara dari ketiga jenis pupuk yang diamati adalah 40 tanaman dan tanaman tidak
tepat cara adalah 10 tanaman.
Berdasarkan hasil pengamatan ketepatan cara di lapangan, rata-rata tanaman
tepat cara dari ketiga jenis pupuk yang diamati adalah 40 tanaman dan tanaman
tidak tepat cara adalah 10 tanaman. Rata-rata persentase ketepatan cara pada pupuk
Urea adalah 81,33%, NPK 12-12-17 adalah 77,33%, dan Kieserite adalah 78,66%,
jika dibandingkan dengan SOP Socfinfo (95–100%), tingkat ketepatan yang
didapatkan masih belum memenuhi kaidah tepat cara dan perlu ditingkatkan. Hal
tersebut disebabkan pupuk yang masih berbentuk bongkahan dan penebaran pupuk
yang menumpuk dan piringan yang masih banyak gulma. Pupuk yang berbentuk
bongkahan disebabkan tenaga penguntil yang tidak menghancurkan bongkahan
pupuk saat penguntilan dan pupuk yang telah diuntil tidak segera diaplikasikan,
sehingga pupuk menjadi menggumpal.
Menurut PPKS (2005), penebaran pupuk di gulma menyebabkan pupuk
akan terbuang sia-sia. Pupuk yang berbentuk bongkahan disebabkan tenaga
penguntil pupuk tidak menghaluskan terlebih dahulu pupuk yang berbentuk
bongkahan pada saat penguntilan di gudang dan pupuk yang telah diuntil tidak
segera diaplikasikan tetapi disimpan di gudang, sehingga menyebabkan pupuk
27

menggumpal. Setiap penebar mempunyai teknik yang berbeda, tergantung dari


kondisi lapangan dan piringan. Apabila kondisi lapangan seperti jalan rintis ditutupi
oleh LCC (legume cover crop) dan tajuk pelepah tanaman menutupi piringan, maka
akan menyulitkan dalam penebaran pupuk.

Tepat Tempat
Tempat penebaran pupuk yang diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah
pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam
penempatan pupuk adalah kerapatan akar dan sifat pupuk. Kerapatan akar yang
tinggi terjadi pada daerah gawangan dan rumpukan daun-daun hasil tunasan.
Pemberian pupuk di piringan masih dilakukan karena kemudahan untuk mengontrol
dosis dan pelaksanaan pemupukan meskipun akar lebih banyak menyerap pupuk di
areal gawangan. Tempat penebaran pupuk yang diterapkan di Kebun Bangun
Bandar dibedakan berdasarkan umur tanaman, pupuk makro dan mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman.
Data ketepatan tempat pemupukan diperoleh dengan mengamati tempat
penebaran pupuk RP dan mengukur jarak tebaran pupuk kieserite dan dolomit
dengan batas luar piringan, kemudian dibandingkan dengan SOP Socfin Indonesia.
Aplikasi pemupukan RP ditebar secara strip di pinggir rumpukan RP yang disajikan
pada Tabel 8, diketahui bahwa rata-rata tanaman yang tepat tempat penebarannya
adalah 44 pokok dan tanaman yang tidak tepat tempat penebarannya adalah 6 pokok
sehingga rata-rata persentase ketepatan tempat pemupukan RP adalah 87.93%.
Apabila dibandingkan dengan SOP Socfin Indonesia (95–100%), tingkat ketepatan
tempat pupuk RP yang didapatkan kurang baik karena masih ditemukan aplikasi
RP yang ditebar di atas kompos. Tempat penebaran RP tidak diperkenankan ditebar
di atas bahan organik (kompos) karena di atas kompos terlebih dahulu telah
diaplikasikan pupuk urea. Jika RP ditebar di atas bahan organik (kompos) maka
akan menyebabkan berkurangnya penyerapan hara oleh akar tanaman (Pahan 2011).
Apabila tempat penebaran pupuk urea dan RP sama, maka waktu pengaplikasian
pupuk urea harus dilakukan sekitar satu bulan sebelum pupuk RP diaplikasikan, dan
jika pupuk RP diaplikasikan terlebih dahulu, maka pupuk urea diaplikasikan sekitar
tiga bulan kemudian.
Standar jarak penebaran pupuk yang telah ditetapkan oleh perusahaan
adalah 100 cm dari batas luar piringan ke arah luar. Berdasarkan hasil pengamatan
pada Tabel 8, diketahui bahwa rata-rata jarak penebaran pupuk dolomite adalah
86,03 cm dan NPK 15-15-15 adalah 98,06 cm. Terdapat perbedaan yang cukup
tinggi pada jarak penebaran kedua pupuk tersebut yang disebabkan oleh bentuk
pupuk diantara keduanya yang berbeda. Pupuk berbentuk butiran sehingga ketika
aplikasi pupuk jarak penebaran lebih jauh daripada pupuk yang berbentuk serbuk.
Namun, apabila dibandingkan dengan SOP pemupukan Socfin Indonesia (100 cm),
tingkat ketepatan tempat pada pupuk dan yang didapatkan kurang baik. Hal tersebut
diduga disebabkan waktu aplikasi pemupukan di lahan yang terlambat sehingga
berpengaruh terhadap kerja penebaran dan terdapatnya gulma seperti nephrolepis
biserrata yang menyebabkan jarak penebaran menjadi terhambat.

Defisiensi Unsur Hara Tanaman


Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala-
gejala yang terlihat pada tanaman. Menurut Lubis (2008), tanaman yang mengalami
28

kekurangan unsur hara biasanya memperlihatkan gejalanya di lapangan sehingga


akan lebih mudah mengetahui kekurangannya. Defisiensi unsur hara yang
berlebihan dapat menurunkan produktifitas tanaman, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Pengamatan defisiensi unsur hara dilakukan secara visual terhadap gejala
defisiensi hara yang tampak pada tanaman kelapa sawit di Afdeling I Kebun
Bangun Bandar. Pengambilan pengamatan dengan membandingkan gejala
defisiensi unsur hara yang tampak pada daun, batang dan gulma sekitar tanaman
kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara. Pengamatan defisiensi hara
dilakukan pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Setiap
pohon sampel yang teridentifikasi mengalami satu atau lebih defisiensi hara
diasumsikan hanya mengalami satu defisiensi hara dengan gejala yang terlihat
paling dominan.
Hasil pengamatan visual defisiensi unsur hara yang disajikan pada Tabel 9
menunjukkan bahwa pada tanaman menghasilkan, dari 216 pokok yang diamati,
terdapat 23 pokok yang mengalami defisiensi unsur hara nitrogen (N), 6 pokok
mengalami defisiensi hara pospat (P), 66 pokok mengalami defisiensi hara kalium
(K), 6 pokok mengalami defisiensi unsur hara mangesium (Mg), dan 47 pokok
mengalami defisiensi unsur hara boron (B). Defisiensi hara yang dominan pada
tanaman menghasilkan adalah unsur hara kalium (K). Defisiensi unsur hara yang
dominan pada tanaman belum menghasilkan dari 216 pokok yang diamatai yaitu
23 pokok yang mengalami defisiensi unsur hara nitrogen (N), 1 pokok mengalami
defisiensi hara pospat (P), 18 pokok mengalami defisiensi unsur hara kalium (K),
34 pokok mengalami defisiensi unsur hara magnesium (Mg), 33 pokok mengalami
defisiensi unsur hara Boron (B), dan 2 pokok mengalami defisiensi unsur hara besi
(Fe). Defisiensi hara B diduga terjadi karena adanya keterlambatan dalam aplikasi
sehingga kandungan B dalam tanah rendah (tidak cukup) atau tidak tersedia bagi
tanaman. Hasil dari pengamatan defisiensi unsur hara yang dilakukan secara visual
dapat membantu dan mendukung untuk melihat kebutuhan tanaman atau status
unsur hara secara langsung, namun masih bersifat tidak mutlak karena pengamatan
yang dilakukan bersifat subyektif.
Defisiensi unsur hara yang terjadi disebabkan kurang tepatnya dosis, waktu,
cara dan tempat ketika aplikasi pemupukan di lapangan. Salah satu penyebab
tanaman mengalami defisiensi hara adalah akibat dari pemupukan yang kurang
tepat dan pengambilan sampel untuk analisa daun yang kurang tepat, misalnya
pokok sampel yang terkena serangan penyakit dan hama, pokok sampel yang
terdapat di pinggir parit tetap dilakukan pengambilan sampel daun sehingga dapat
menyebabkan gejala defisiensi hara pada tanaman.

Kehilangan Pupuk
Sumber kehilangan pupuk dapat terjadi mulai dari penerimaan pupuk di
gudang, penguntilan pupuk, pemuatan untilan ke kendaraan untuk mengecer,
pengeceran untilan ke lapangan, serta tahap tersebut sangat sedikit. Kehilangan
pupuk tersebut akan menimbulkan kerugian dalam hal biaya, ketepatan dosis
pemupukan, serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan kehilangan pupuk pada Tabel 10, diketahui
bahwa rata-rata kehilangan pupuk di gudang sebesar 1,8 kg, kehilangan pupuk di
transportasi sebesar 1,2 kg. Persentase total kehilangan pupuk sebesar 0,04% untuk
29

setiap kali pemupukan. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar perusahaan yaitu
100%. Kehilangan pupuk tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
karung yang sudah tidak layak untuk penguntilan dan pengikatan untilan yang tidak
kuat (bocor), selain itu juga karena lantai tempat untilan yang tidak diatas sehingga
sisa-sisa pupuk yang tidak bisa disekop menjadi tertinggal atau tersapu. Pada saat
pemuatan untilan ke kendaraan juga terjadi kehilangan pupuk. Pemuat umumnya
melemparkan untilan ke dalam kendaraan sehingga sering menyebabkan karung
untilan tersebut bocor sehingga pupuknya tercecer.
Tabel 10 Pengamatan kehilangan pupuk di Kebun Bangun bandar
Jumlah Persentase
Kehilangan Kehilangan Total
Tahun aplikasi total
Blok pupuk di pupuk kehilangan
tanam pupuk kehilangan
gudang (kg) tercecer (kg) pupuk (kg)
(kg) pupuk (%)
46 2005 5440 1,7 0,9 2,6 0,04
47 2003 7140 1,9 1,4 3,3 0,04
48 2012 5940 1,3 1,7 3,0 0,05
49 2005 9040 2,1 1,3 3,4 0,03
50 2005 7240 2,2 0,9 3,1 0,04
67 2004 4482 1,8 1,1 2,9 0,06
Rata-rata 1,8 1,2 3,0 0,04

Kehilangan pupuk juga terjadi pada saat penurunan pupuk dari kendaraan
dengan cara dilemparkan ke tepi jalan TPH. Lemparan tersebut dapat menyebabkan
terbukanya ikatan untilan dan pecahnya karung sehingga pupuk tercecer.
Kehilangan pupuk tersebut dapat diminimalisir dengan adanya kontrol mandor
terhadap penguntil untuk mengikat untilan dengan kuat, penggunaan karung yang
tidak bocor, dan pemuatan untilan pupuk dengan lebih hati-hati.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemupukan di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia sudah memenuhi


kriteria tepat jenis. Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar sudah sesuai
dengan standar kebun, tetapi ketepatan dosis aplikasi di lapangan masih belum
sesuai dengan rekomendasi. Prinsip ketepatan waktu, cara dan tempat masih belum
berlangsung dengan baik. Gejala defisiensi hara N, P, K, Mg, B dan Fe yang terjadi
kurang memperhatikan prinsip ketepatan dosis dan waktu pemupukan. Gejala
defisiensi hara yang dominan pada TBM yang diamati secara visual adalah Boron,
sementara pada TM adalah Kalium. Kehilangan pupuk terjadi pada saat
penguntilan, pemuatan pupuk ke kendaraan, dan penurunan pupuk dari kendaraan.
30

Saran

Pengawasan pada saat penguntilan pupuk dan kalibrasi kembali alat


sebelum digunakan sebaiknya perlu ditingkatkan guna memenuhi kaidah tepat dosis.
Selain itu, pengawasan ketika proses penguntilan dan distribusi pupuk dari gudang
ke lapangan diperlukan untuk mengurangi hilangnya pupuk. Perencanaan dan
pengawasan pemupukan harus ditingkatkan agar efisiensi dan efektifitas
pemupukan dapat tercapai oleh pihak kebun.
31

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik kelapa sawit Indonesia 2014.
http://www.bps.go.id [25 September 2015].
[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Perkembangan luas areal
perkebunan 2008-2013. http;//ditjenbun.deptan.go.id [27 September 2014].
Adiwiganda R. 2005. Pertimbangan Penggunaan Pupuk Majemuk pada Berbagai
Kelas Kesesuaian Lahan di Perkebunan Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis
Kelapa Sawit PPKS 19-20 April 2005. Medan
Fauzi Y., Widyastuti E., Satyawibawa I., dan Hartono R. 2008. Kelapa Sawit:
Budidaya Pemanfaatan Hasil Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Edisi
Revisi. Penebaran Swadaya, Jakarta.
Harahap IY., Sutarta ES., Purba RY., Darlan NH. 2005. Peran pemupukan terhadap
pertumbuhan dan kesehatan bibit kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
editor. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit : Pemeliharaan Kesehatan
Tanaman Kelapa Sawit melalui Pengendalian Terkini Hama, Penyakit, dan
Gulma serta Aplikasi Pemupukan 13-14 September. Yogyakarta, Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Lubis AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pematang
Siantar: Pusat Penelitian Perkebunan Marihat.
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Pahan I. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir). Penebar Swadaya, Jakarta.
Risza S. 1994. KelapaSawit. Kanisius.Yogyakarta.
Sastrosayono S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Simatupang A. 2010. Pengaruh beberapa dosis pupuk organik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum malongena L.). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas ANDALAS. Padang.
Sugiyono., Sutara ES., Darmosarkoro W., Santoso H., 2005. Peranan perimbangan
K, Ca, dan Mg tanah dalam penyusunan rekomendasi pemupukan kelapa
sawit dalam Sutarta ES, Siregar HH, Erningpraja L, Darnoko, Winarna,
Yudanto BG, Listia E, editor. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit :
Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit melalui Pemupukan dan
Pemanfaatan Limbah PKS; 2005 Apr 19 20; Medan, Indonesia, Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Sukamto H. 2008. Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sukmo A. 2014. Manajemen pemupukan kelapa sawit di sungai cempaga estate, pt.
windu nabatindo abadi, bumitama gunajaya agro group, kalimantan tengah.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Yuniarko Y. 2009. Pengelolaan gulma pada perkebunan kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) tanaman menghasilkan di PT. Jambi Agro Wijaya, Bakrie
Sumatra Pantation , Sarolangun, Jambi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
32
33

LAMPIRAN
34
35

Lampiran 1. Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Kebun Bangun


Bandar PT. Socfin Indonesia
Prestasi Kerja
Tanggal Kegiatan Penulis Karyawan Standar Lokasi
(Satuan/HK)
Penyerahan
10/02/2016 berkas - - - Kantor Besar
11/02/2016 Orientasi lapang - - - Kebun Afdeling 1
12/02/2016 Pembibitan 10 bibit 120 bibit 100 bibit Areal pembibitan
13/02/2016 Pembibitan 10 bibit 120 bibit 100 bibit Areal pembibitan
15/02/2016 Pemanenan 3 janjang 140 janjang 120 janjang Blok 52
16/02/2016 Pemanenan 5 janjang 148 janjang 120 janjang Blok 52
17/02/2016 Pemupukan kimia 10 kg 450 kg 400 kg Blok 54
Penguntilan
18/02/2016 pupuk 10 kg 480 kg 400 kg Gudang pupuk
19/02/2016 Pemanenan 3 janjang 138 janjang 120 janjang Blok 58
20/02/2016 Pemupukan kimia 5 kg 450 kg 400 kg Blok 56
22/02/2016 Pemanenan 4 janjang 150 janjang 120 janjang Blok 53
23/02/2016 Pemanenan 5 janjang 138 janjang 120 janjang Blok 53
24/02/2016 Pemanenan 5 janjang 150 janjang 120 janjang Blok 63
25/05/2016 Semprot pestisida - 64,8 ha 64,8 ha Blok 57
26/02/2016 Pemanenan 4 janjang 140 janjang 120 janjang Blok 59
27/02/2016 Pengomposan - 480 kg 400 kg Blok 60
29/02/2016 Pemupukan kimia 10 kg 450 kg 400 kg Blok 61
01/03/2016 Pemupukan - 550 kg 400 kg Blok 64
02/03/2016 Pemupukan - 550 kg 400 kg Blok 64
03/03/2016 Pemupukan - 450 kg 400 kg Blok 66
04/03/2016 Pemupukan - 550 kg 400 kg Blok 65
05/03/2016 Pemanenan 5 janjang 138 janjang 120 janjang Blok 50
06/03/2016 Libur - - - Rumah warga
07/03/2016 Pemanenan 5 janjang 140 janjang 400 janjang Blok 56
08/03/2016 Pemanenan 5 janjang 138 janjang 122 janjang Blok 56
09/03/2016 Libur - - - Rumah warga
10/03/2016 Pemanenan 5 janjang 138 janjang 122 janjang Blok 62
36

Lampiran 2. Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Kebun Bangun Bandar


PT. Socfin Indonesia
Prestasi Kerja Penulis

Tanggal Kegiatan Jumlah KH Luas Areal Lama Lokasi


yang diawasi yang diawasi kegiatan
(orang) (ha) (jam)

11/03/2016 Mandor panen 9 40,68 7 Blok 62


12/03/2016 Mandor panen 10 32,74 7 Blok 49
7
14/03/2016 Mandor panen 12 34,75 Blok 52
7
15/03/2016 Mandor panen 11 40,68 Blok 62
9
16/03/2016 Krani potongbuah 11 34,75 Blok 52
9
17/03/2016 Cek mutu buah 11 - Pabrik
7
18/03/2016 Mandor panen 10 40,68 Blok 62
7
19/03/2016 Mandor panen 12 34,75 Blok 52

20/03/2016 Libur - - - Rumah warga


7
21/03/2016 Mandor pupuk 10 73,24 Blok 67
7
22/03/2016 Mandor pupuk 11 73,24 Blok 67
23/03/2016 Cek mutu buah 11 - 9 Pabrik
24/03/2016 Mandor panen 10 64,48 7 Blok 58

25/03/2016 Mandor panen 12 64,48 7 Blok 58


26/03/2016 Libur - - - Rumah warga

27/03/2016 Mandor semprot 12 61,77 7 Blok 48


28/03/2016 Mandor pupuk 11 40,95 7 Blok 61
7
29/03/2016 Bongkar tanaman 7 61,38 Blok 65
7
30/03/2016 Mandor semprot 11 32,74 Blok 49
Pengendalian
31/03/2016 injeksi 9 35,09 7 Blok 55
Pengendalian
01/04/2016 injeksi 9 35,09 7 Blok 55
7
02/04/2016 Pengambilan LSU 7 40,68 Blok 62
Krani potong 9
04/04/2016 buah 9 34,34 Blok 64
7
05/04/2016 Mandor hama 11 25,42 Blok 53
06/04/2016 Mandor hama 13 25,42 7 Blok 53
07/04/2016 Mandor hama 12 25,42 7 Blok53
37

Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Kebun Bangun Bandar


PT. Socfin Indonesia
Prestasi Kerja Penulis
Jumlah Mandor Luas Areal Lama
Tanggal Kegiatan Lokasi
yang diawasi yang Diawasi Kegiatan
(orang) (ha) (jam)
08/04/2016 Mengawasi panen 1 117,05 7 Blok 66 dan 67
09/04/2016 Mengawasi panen 1 117,05 7 Blok 66 dan 67
11/04/2016 Penyemprotan 1 60,17 - Blok 52 dan 53
12/04/2016 Mengawasi panen 3 117,05 7 Blok 66 dan 67
13/04/2016 Mengawasi panen 3 115,56 7 Blok 67 dan 68
14/04/2016 Mengawasi panen 1 115,56 7 Blok 67 dan 68
15/04/2016 Mengawasi panen 1 56,09 7 Blok 50 dan 51
16/04/2016 Mengawasi panen 3 56,09 7 Blok 50 dan 51
18/04/2016 Mengawasi panen 3 89,07 7 Blok 62 dan 63
19/04/2016 Mengawasi panen 3 89,07 7 Blok 62 dan 63
20/04/2016 Penyemprotan 1 43,81 7 Blok 66
21/04/2016 Penyemprotan 1 43,81 7 Blok 66
22/04/2016 Bongkar tanaman 1 61,77 7 Blok 48
23/04/2016 Penyemprotan 1 43,81 7 Blok 66
25/04/2016 Mengawasi panen 3 122,72 7 Blok 47 dan 48
26/04/2016 Pemupukan 1 40,68 7 Blok 62
27/04/2016 Pengendalian 1 64,48 7
injeksi Blok 58
28/04/2016 Pengendalian 1 64,48 7
injeksi Blok 58
29/04/2016 Mengawasi panen 3 59,21 7 Blok 49 dan 50
30/04/2016 Mengawasi panen 3 59,21 7 Blok 49 dan 50
01/05/2016 Libur - - - Rumah warga
02/05/2016 Mengawasi panen 3 64,37 7 Blok 51 dan 52
03/05/2016 Mengawasi panen 3 64,37 7 Blok 51 dan 52
04/05/2016 Mengawasi panen 1 117,05 7 Blok 66 dan 67
07/05/2016 Mengawasi panen 1 117,05 7 Blok 66 dan 67
09/05/2016 Mengawasi panen 1 70,32 7 Blok 54 dan 55
10/05/2016 Mengawasi panen 3 70,32 7 Blok 54 dan 55
11/05/2016 Mengawasi panen 3 110,34 7 Blok 56 dan 57
12/05/2016 Mengawasi panen 3 110,34 7 Blok 56 dan 57
13/05/2016 Mengawasi panen 3 87,06 7 Blok 59 dan 60
14/05/2016 Mengawasi 1 - 9
transport Pabrik
16/05/2016 Mengawasi 1 - 9
transport Pabrik
17/05/2016 Mengawasi 1 - 9
transport Pabrik
18/05/2016 Pengendalian 1 25,42 7
injeksi Blok 53
19/05/2016 Pengendalian 1 25,42 7
injeksi Blok 53
20/05/2016 Pengendalian 1 25,42 7
injeksi Blok 53
38

Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi Kerja Penulis
Jumlah Mandor Luas Areal Lama
Tanggal Kegiatan Lokasi
yang diawasi yang Diawasi Kegiatan
(orang) (ha) (jam)
21/05/2016 Mengawasi panen 3 87,06 7 Blok 59 dan 60
23/05/2016 Penyemprotan 1 40,46 7 Blok 68
24/05/2016 Penyemprotan 1 40,46 7 Blok 68
25/05/2016 Penyemprotan 1 40,46 7 Blok 68
26/05/2016 Krani potong buah 3 87,06 7 Blok 59 dan 60
27/05/2016 Krani potong buah 3 87,06 7 Blok 59 dan 60
28/05/2016 Mengawasi 1 - 9
transport Pabrik
30/05/2016 Mengawasi 1 - 9
transport Pabrik
31/05/2016 Mengawasi 1 - 9
transport Pabrik
01/06/2016 Mengawasi panen 3 122,72 7 Blok 47 dan 48
02/06/2016 Mengawasi panen 3 122,72 7 Blok 47 dan 48
03/06/2016 Mengawasi panen 3 94,51 7 Blok 48 dan 49
04/06/2016 Administrasi - - - Kantor kebun
05/06/2016 Administrasi - - - Kantor kebun
06/06/2016 Administrasi - - - Kantor kebun
07/06/2016 Persiapan pulang - - - -
39

Lampiran 4. Struktur Organisasi Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia


Pengurus

Mantri Mantri KTU Asisten Kepala Tekniker I


Recolte tanaman

Asisten Divisi
Tekniker II
I II III IV
Mantri-
mantri
 Mandor Pengolahan
Mandor I Mandor I Krani  kepala Bengkel Umum
Karyawan Produksi Perawatan Keliling  kepala Bengkel Sipil
 kepala Bengkel Listrik
 kepaa Bengkel Motor
Mandor- Mandor-  kepala Kamar Mesin
mandor mandor  Mandor Boiler
 Krani Pabrik

karyawan karyawan Opas Kantor


Tukang-tukang

39
40

40
Lampiran 5. Stuktur Organisasi Divisi I Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia

Asisten

Mandor I Perawatan Mandor I Produksi Krani Keliling

Mandor- Mandor Krani


mandor Potong Buah Potong Buah

Opas
Karyawan Karyawan
Kantor
41

Lampiran 6. Peta Lokasi Kebun Bangun Bandar

41
42

42
Lampiran 7. Data produksi Kebun Bangun Bandar 5 tahun terakhir
Kg TBS CPO (kg/ha)
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 864.706 957.836 1.256.321 1.207.720 1.075.887 364 375 454 429 364
Februari 913.779 1.034.894 1.131.087 1.225.047 1.175.422 385 405 409 435 397
Maret 1.173.794 1.027.696 1.190.277 1.111.475 1.346.490 494 402 430 395 455
April 1.127.388 1.074.116 1.176.674 1.323.191 1.580.422 475 420 425 470 534
Mei 1.265.616 1.157.076 1.180.411 1.149.790 1.455.345 533 453 426 408 492
Juni 1.105.265 1.246.700 1.352.693 1.310.801 1.471.064 465 488 469 465 497
July 1.145.121 1.284.223 1.314.165 1.306.849 1.604.657 482 503 475 464 542
Agustus 1.049.076 1.039.482 984.381 1.433.206 1.870.292 442 407 356 509 632
September 1.157.755 1.223.306 785.922 916.020 1.589.630 488 479 284 325 537
Oktober 1.028.891 941.273 1.200.470 1.262.818 1.548.232 433 368 434 448 532
November 977.970 1.108.043 1.306.597 990.689 1.254.071 412 434 472 352 424
Desember 1.012.348 1.211.028 1.313.600 1.243.393 1.322.544 426 474 474 441 447
Total 12.821.708 13.305.673 14.192.598 14.482.999 17.294.056 5.399 5.209 5.127 5.140 5.846
43

Lampiran 8. Curah hujan 5 tahun terakhir


2011 2012 2013 2014 2015
Bulan CH CH CH CH CH
HH HH HH HH HH
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
January 123 12 47 4 173 10 47 7 98 7
February 102 6 51 7 52 9 47 3 36 4
March 367 15 159 8 58 7 88 3 14 4
April 134 8 364 16 324 13 37 5 48 11
May 171 8 256 13 170 11 274 14 452 14
June 211 13 56 4 84 8 32 4 81 6
July 240 9 277 10 166 10 120 6 98 10
August 365 16 210 11 325 17 174 13 187 15
September 301 14 258 18 158 12 274 13 199 9
October 348 20 162 16 412 21 210 13 85 9
November 134 10 312 14 218 11 296 15 342 14
December 185 11 115 11 234 12 229 13 58 6
Total 2681 142 2267 132 2374 141 1828 109 1698 109
BB 12 9 9 7 4
BK 3 2 4 4

Keterangan :
CH : Curah Hujan Klarifikasi iklim Scmidth-Ferguson
mm : Milimeter CH (mm) 0 < Q < 14.3% = Tipe A (Sangat Basah)
HH : Hari Hujan 14.3% < Q < 33.3% = Tipe B (Basah)
BB : Bulan Basah (>100 mm) 33.3% < Q < 60.0% = Tipe C (Agak Basah)
BK : Bulan Kering (<60 mm) 60.0% < Q < 100% = Tipe D (Sedang)
100% < Q < 167% = Tipe E (Agak Kering)
167% < Q < 300% = Tipe F (Kering)

43
44

Lampiran 9. Luas areal tanaman menghasilkan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 2016

44
Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV Luas
Blok Tahun Luas Blok Tahun Blok Tahun Luas Blok Tahun Luas Areal
Luas (ha)
Tanam (ha) Tanam Tanam (Ha) Tanam (Ha) (Ha)
58 1999 64,48 1988 55,75 8 1989 44,15 89 2008 27,62
61 2000 26,03 39 1999 23,08 13 1989 51,55 70 2009 14,46
47 2003 59,60 41 2000 47,34 14 1998 59,66 86 2009 49,79
57 2003 2,43 38 2000 39,91 11 1990 41,81 91 2009 54,81
65 2004 61,38 42 2002 38,30 15 1990 36,05 75 2010 16,14
66 2004 43,81 35 2003 52,34 19 1990 38,98 80 2010 19,63
67 2004 73,24 27 2003 79,13 20 1990 41,78 87 2010 13,45
46 2005 40,06 40 2004 70,15 24 1990 37,32 93 2010 76,79
49 2005 32,74 32 2004 38,83 16 1991 19,70 80 2012 16,87
50 2005 26,47 33 2006 58,89 21 1991 22,48 77 2013 50,20
47 2007 1,35 28 2006 79,56 22 1991 6,78
56 2007 11,72 34 2008 25,31 23 1991 41,81
68 2007 2,14 45 2010 17,88 7 2001 33,67
51 2008 31,16 30 2011 43,53 12 2004 0,95
62 2009 40,68 29 2011 42,36 9 2009 54,03
63 2009 48,39 36 2011 27,78 10 2010 81,32
64 2010 34,34 43 2013 48,81 17 2010 56,25
48 2012 61,77 37 2013 29,45 26 2011 40,35
52 2012 34,75 44 2013 23,25 12 2012 50,82
53 2012 25,42 45 99 2009 80,85
54 2012 35,23 100 2009 50,96
101 2011 34,50
102 2012 53,30
Total 757,19 841,63 979,07 340,86 2918,77
45

Lampiran 10. Luas areal tanaman belum menghasilkan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 2016
Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV
Luas Areal
Blok Tahun Blok Tahun Luas Blok Tahun Luas Blok Tahun Luas
Lua(ha) (Ha)
Tanam Tanam (Ha) Tanam (Ha) Tanam (Ha)
46 2014 6,84 31 2014 78,42 25 2015 32,37 92 2014 50,01
57 2014 45,05 18 2016 43,50 90 2014 60,24
60 2015 31,06 82 2015 76,17
61 2015 40,95 70 2016 19,28
55 2015 35,09 87 2016 18,23
56 2016 53,48
59 2016 56,00
68 2016 38,32
Total 306,79 78,42 75,87 223,93 685,01

Lampiran 11. Luas seluruh tanaman kelapa sawit Kebun Bangun Bandar PT Socfin Indonesia 2016
Divisi Luas Areal (ha)
I 1063,98
II 920,07
III 1054,94
IV 568,79
Total Seluruh 3603,78

45
46

Lampiran 12. Tata guna lahan Kebun Bangun Bandar 2016

46
Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV Total
Emplacement 23,60 2,85 4,72 31,17
Nursery 3,70 3,70
Bamboo 0,52 0,52
Effluent 4,31 4,31
PLN Line 5,82 5,82
RSPO (HCV) 9,15 4,82 0,25 14,22
Isolation Drainage 2,41 1,65 4,06
Total 43,17 15,66 4,97 63,80
47

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 15 Desember 1994


dari Ayah B. Gultom dan S. Sinaga. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2006 di SD Santo Thomas I
Medan Sumatera Utara, menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP
SUTOMO 1 Medan Sumatera Utara tahun 2009, menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah atas di SMA SUTOMO 1 Medan Sumatera Utara tahun 2012
dan melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor pada Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian melalui jalur tulis SNMPTN.
Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi Himpunan
Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB. Penulis pernah mengikuti kuliah lapang
dan kuliah kerja nyata berbasis profesi (KKN-P) di Desa Bagot, Kecamatan
Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai