Latar Belakang Dari penelitian tersebut diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian
ini disimpulkan bahwa dalam merumuskan kebijakan untuk
perlindungan lahan pertanian pangan yang berkelanjutan harus
mengedepankan prinsip deliberatif, dan mengarah pada
pembangunan yang berorientasi pada masyarakat. Instrumen pasar
dan instrumen yang bersifat sukarela menjadi jawaban untuk
menciptakan kesejahteraan petani, fungsi pemerintah di sini akan
difasilitasi dalam rangka meningkatkan petani SDM, instrumen
subsidi dapat terus disediakan, tetapi seiring dengan penciptaan
instrumen petani ini independensi dapat dikurangi secara bertahap.
Terciptanya kesejahteraan dan kemandirian petani akan membuat
sektor pertanian menjadi unggul, sehingga tidak ada alasan bagi
mereka untuk mengkonversi pertanian dan beralih ke sektor bisnis
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis
karakteristik instrumen kebijakan mengendalikan konversi lahan
pertanian di Jombang dan karakteristik instrumen kebijakan yang
terkandung dalam UU No. 41 tahun 2009 tentang perlindungan
pertanian pangan berkelanjutan. (2) Merumuskan model instrumen
kebijakan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di
Jombang. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian
kualitatif.
Tujuan Penelitian Data penelitian bertujuan: (1) Menganalisis karakteristik instrumen
kebijakan mengendalikan konversi lahan pertanian di Jombang dan
karakteristik instrumen kebijakan yang terkandung dalam UU No.
41 tahun 2009 tentang perlindungan pertanian pangan berkelanjutan.
(2) Merumuskan model instrumen kebijakan perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan di Jombang.
Subjek Penelitian Subjek pada penelitian tersebut telah dijelaskan bahwa ada adanya
analisis yang lebih dalam tentang instrumen kebijakan yang
dibutuhkan oleh masing-masing pemangku kepentingan, sesuai
dengan tujuan utama dalam kebijakan perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan. Pemilihan instrumen kebijakan yang tepat
dengan menggunakan Synthetic Model diharapkan dapat menjawab
tujuan dari kebijakan PLP2B, karena tidak semua instrumen
kebijakan yang dianggap sukses bagi kebijakan sebelumnya sesuai
untuk kebijakan yang lain, untuk itu diperlukan peran serta
stakeholders untuk mengontrol pelaksanaan setiap kebijakan yang
diambil oleh Pemerintah dalam pemilihan instrumen kebijakan
pemerintah, sehingga pelaksanaan setiap program atau kebijakan
dapat tepat guna, tepat cara, dan tepat sasaran. Terdapat juga pelaku
seperti pemerintah, para warga atau penduduk dan peran peran yang
dapat membantu kebijakan ini berjalan dengan baik.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen.
Analisis data dilakukan melalui berbagai tahapan, yaitu identifikasi
stakeholders dan identifikasi instrumen kebijakan, kemudian
melakukan analisis instrumen kebijakan, sehingga dapat dirumuskan
instrumen kebijakan yang ideal. Sementara validitas data dilakukan
dengan melakukan metode triagulasi.
Pembahasan Dalam rangka perumusan model kebijakan perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Jombang, peneliti akan
memasukkan konsep keberlanjutan kebijakan sebagaimana
disampaikan oleh Arnstain kedalam model pemilihan instrumen
kebijakan sintetis.
Hasil Penelitian Instrumen kebijakan yang dibutuhkan dalam perspektif petani guna
peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten Jombang
sehingga bisa menekan alih fungsi lahan pertanian adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Pasar, yang diberikan dalam bentuk insentif kestabilan harga
panen dan jaminan gagal panen;
2. Instrumen Subsidi, yang diberikan dalam bentuk subsidi bunga, bantuan
kredit lunak dan bantuan saprodi;
3. Instrumen Kebijakan Langsung, diberikan dalam bentuk pengembangan
infrastruktur pertanian
4. Instrumen Pajak, berupa bantuan keringanan pajak bumi dan
bangunan
Kekuatan Penelitian Isi artikel memiliki relevansi dengan bidang ilmu administrasi
negara dan data yang disajikan diperjelas. Penulis memberikan saran
atas masalah dalam penelitian ini berupa rekomendasi-rekomendasi
agar memicu penguatan Instrumen kebijakan yang bersifat sukarela
(penguatan lembaga masyarakat petani).
Kelehaman Penelitian Kurangnya landasan-landasan Teori untuk memperkuat hasil
penelitian atau jurnal yang ada.
Kesimpulan Instrumen yang berorientasi pasar dan bersifat sukarela
masih sangat kurang, dan sekalipun ada, keberadaannya
belum cukup berfungsi dengan baik, sementara dalam
pandangan petani untuk menciptakan kemandirian dan
kesejahteraan petani yang dibutuhkan adalah perlindungan
atas harga untuk hasil produksi mereka (pasar), meskipun
bentuk instrumen wajib dan instrumen campuran tidak serta
merta dihilangkan, namun seiring dengan tujuan pemerintah
dalam rangka menciptakan kemandirian dan partisipasi
masyarakat petani, perlu adanya pergeseran level instrumen
kebijakan yang lebih bersifat sukarela dan tanpa paksaan.
Pemerintah mengambil peran utama dibidang pemberdayaan
masyarakat dan kelompok masyarakat, melalui pembinaan
dan pendampingan.
(a) Penetapan LP2B dalam RTRW dan (b) Pengembangan
Infrastruktur Pertanian; Instrumen Campuran : (a)
kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi (b)
pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas
unggul (c) penyediaan sarana produksi pertanian (d) bantuan
keringanan pajak bumi dan bangunan (e) bantuan dana
penerbitan sertipikat hak atas tanah pada Lahan pertanian
Pangan Berkelanjutan. Instrumen jaminan pasar masih belum
ada.
Guna meningkatkan kesejahteraan petani perlu adanya
instrumen kebijakan yang memiliki intensitas pemaksaan
paling rendah, instrumen yang dapat dipertimbangkan adalah
Instrumen pasar, Instrumen Family and Community serta
Instrumen Voluntary Organizations, sedangkan untuk
instrumen kebijakan yang berupa regulasi hanya bersifat
komplementer dengan ditetapkannya LP2B dalam RTRW
untuk mempertegas batasan- penggunaan lahan, sehingga
adanya kepastian lokasi bagi semua pihak, sementara
instrumen subsidi dan kebijakan langsung dapat terus
diberikan, namun secara bertahap dapat dikurangi seiring
dengan peningkatan partisipasi dan kemandirian petani.
Peningkatan kesejahteraan petani secara signifikan dapat
mengurangi kecenderungan petani untuk melakukan alih
fungsi lahan ke sektor lain, sehingga upaya Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) dapat
tercapai dengan baik.