Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada dasarnya, petani telah memiliki pengetahuan lokal mengenai ekologi, pertanian
dan kehutanan yang terbentuk secara turun temurun dari nenek moyang mereka dan
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pengetahuan lokal ini berupa
pengalaman bertani dan berkebun serta berinteraksi dengan lingkungannya. Pengetahuan
lokal yang dimiliki petani bersifat dinamis, karena dapat dipengaruhi oleh teknologi dan
informasi eksternal antara lain kegiatan penelitian para ilmuwan, penyuluhan dari
berbagai instansi, pengalaman petani dari wilayah lain, dan berbagai informasi melalui
media masa. Meskipun berbagai teknologi dan informasi masuk ke lingkungannya, tetapi
tidak semua diterima, diadopsi dan dipraktekkan oleh petani lokal. Sebagai aktor yang
paling mengenal kondisi lingkungan dimana ia tinggal dan bercocok tanam, petani
memiliki kearifan

(farmer wisdom) tertentu dalam mengelola sumber daya alam.

Kearifan inilah yang kemudian menjadi dasar dalam mengadopsi informasi dan teknologi
sehingga menghasilkan pengetahuan lokal yang sesuai dengan kondisi pertanian
setempat (Sinclair dan Walker, 1998).
Pengetahuan lokal merupakan hasil dari proses belajar berdasarkan persepsi petani
sebagai pelaku utama pengelola sumber daya lokal. Dinamisasi pengetahuan sebagai
suatu proses sangat berpengaruh pada corak pengelolaan sumber daya alam khususnya
dalam sistem pertanian lokal. Seringkali praktek sistem pertanian lokal dapat
memberikan ide yang potensial dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang
ada secara lestari (Sunaryo dan Joshi, 2003).
Dengan demikian, upaya penggalian pengetahuan lokal untuk menambah khasanah
dalam pemanfaatan, pengelolaan dan pengembangan sumber daya alam perlu dilakukan.
Penggalian informasi mengenai pengetahuan lokal masyarakat dan inovasi yang diadopsi
oleh petani dapat menggambarkan pola pengelolaan sumber daya alam di sekitarnya.
Selain itu, dapat juga dijadikan sebagai input dalam meningkatkan kehidupan petani,
baik dari segi ekonomi, ekologi dan sosialnya. Pengetahuan lokal dan inovasi yang
diadopsi petani tersebut dikumpulkan, kemudian dirangkai dan dianalisa menjadi model
pengetahuan petani yang lebih terstruktur sehingga mudah diterapkan oleh masyarakat
lain.
1

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari ciri ciri umum pertanian
lokal setempat

BAB II
PEMBAHASAN
2

Konsep kearifan lokal atau kearifan tradisional atau sistem pengetahuan lokal
(indigenous knowledge system) adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau
budaya tertentu yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal-balik
antara masyarakat dengan lingkungannya. Pertanian lokal setempat memiliki suatu sistem
pertanian yang mengembangkan berbagai macam teknik pertanian yang menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan setempat. Adanya gaya hidup yang konsumtif dapat mengikis
norma-norma kearifan lokal di masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut maka normanorma yang sudah berlaku di suatu masyarakat yang sifatnya turun menurun dan
berhubungan erat dengan kelestarian lingkungannya perlu dilestarikan yaitu kearifan lokal.
Adapun ciri-ciri pertanian lokal setempat adalah sebagai berikut:
a) Pandangan dunia holistik
Petani mengaggap dirinya sebagai bagian dari alam, sehingga usaha tani bukan
hanya sekedar produksi, melainkan merupakan salah satu cara hidup.
b) Pertanian berdasar masyarakat
Masyarakat berperan dalam menjunjung tinggi budaya dan pengetahuan
setempat, merancang dan mengontrol pemanfaatan lahan, mengatur tenaga kerja,
dan mengelola perubahan. Misalnya pembuatan terasering, pembuatan kolam,
perawatan bangunan irigasi, dan pengaturan waktu tanam.
c) Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal
Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal dilakukan tanpa adanya sarana
produksi atau dukungan teknis dari luar.
d) Ketergantungan atas keanekaragaman genetik dan fisik
Sumber daya genetik (tanaman,ternak,pohon, dll) dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan suatu keluarga atau masyarakat (seperti untuk bahan pangan, pakan,
bahan bangunan, bahan bakar, obat-obatan, dll) secara ekologis.
e) Perlindungan tanah dan daur ulang unsur hara alami
Adanya penekanan pada pemberaan dan daur ulang sampah hewan atau
tumbuhan seperti pupuk organik dengan mulsa, pupuk hijau, dan pupuk kompos
f)

sebagai upaya dalam mendukung metode konservasi tanah dan air.


Peminimalan resiko
Minimalisasi resiko dimaksudkan untuk memaksimalkan produksi agar dapat
menguntungkan bagi petani. Misalnya dengan menyelenggarakan tanaman yang
toleran terhadap kondisi iklim yang ekstrem atau tahan terhadap serangan hama

dan penyakit tanaman.


g) Teknik-teknik yang khas setempat
Teknik-teknik pertanian yang diterapkan terkadang tidak sesuai dibeberapa
tempat karena berbagai faktor, maka teknik tersebut hanya sesuai pada suatu
3

tempat. Oleh karena itu pemilihan teknik yang tepat dalam usaha pertanian
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan suatu
usaha tani.
Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia:
1. Pertanian Tropika
Sebagian besar daerah di Indonesia berada di dekat khatulistiwa yang berarti
merupakan daerah tropika. Dengan demikian jenis tanaman, hewan, perikanan,
dan hutan sangat dipengaruhi oleh iklim tropis (pertanian tropika). Di samping itu
ada pengaruh lain yang menentukan corak pertanian kita yaitu bentuk negara
berkepulauan dan topografinya yang bergunung-gunung. Letaknya yang di antara
Benua Asia dan Australia serta antara Lautan Hindia dan Pasifik, memberikan
pengaruh pada suhu udara, arah angin yang berakibat adanya perbedaan iklim di
Indonesia,

sehingga

menimbulkan

ciri

pertanian

Indonesia

merupakan

kelengkapan ciri-ciri pertanian yang lain.


2. Pertanian Dataran Tinggi dan Rendah
Indonesia merupakan daerah volkano (memiliki banyak gunung), sehingga
memungkinkan mempunyai daerah yang mempunyai ketinggian dan dataran
rendah. Dataran tinggi mempunyai iklim dingin, sehingga bisa ditanami tanaman
beriklim subtropis.
3. Pertanian Iklim Basah ( Indonesia Barat) dan Pertanian Iklim Kering
( Indonesia Timur)
Indonesia merupakan daerah volkano(memiliki banyak gunung), sehingga
memungkinkan mempunyai daerah yang mempunyai ketinggian dan dataran
rendah. Dataran tinggi mempunyai iklim dingin, sehingga bisa ditanami tanaman
beriklim subtropis.
4. Adanya Hutan Tropika dan Padang Rumput
Karena iklimnya basah dan berada di daerah tropika maka banyak hujan
terbentuk hutan tropika, sedangkandidaerah kering tumbuh padang rumput.
5. Perikanan Darat dan Laut
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau, sehingga
daerahnya terdiri dari darat dan perairan. Keadaan ini memungkinkan terdapatnya
perikanan darat dan laut.
6. Pertanian di Jawa dan Luar Jawa
Daerah Jawa dan luar Jawa mempunyai pesifikasi yang berbeda, Jawa
umumnya tanah subur, penduduk padat, sedangkan luar Jawa umumnya tanah
kurang subur, penduduk jarang. Corak pertanian di jawa umumnya merupakan

tanaman bahan pangan, berskala kecil, sedangkan pertanian di luar jawa


umumnya perupakan perkebunan, kehutanan,berskala lebih luas.
7. Pertania Rawa, Pertanian Darata/ Kering, Pertanian Beririgasi/Basah
Daratan Indonesia terbagi menjadi :
Tanah rawa yaitu lahan yang tergenang sepanjang masa,
Lahan kering yaitu lahan yang tidak mendapat air irigasi, dan
Pertanian basah yaitu lahan yang beririgasi.
8. Pertanian/tanah sawah beririgasi, tadah hujan, sawah lebak, sawah pasang
surut
Penggolongan ini adalah penggolongan lahan yang ditanami padi. Sawah yang
beririgasi bersumberkan bendung sungai, dam/waduk, mata air, dll. Berdasarkan
fasilitas teknisnya dibagi menjadi irigasi teknis, setengah teknis, dan sederhana.
Lahan/sawah tadah hujan sebenarnya juga mempunyai saluran irigasi tetapi
sumber airnya berasal dari air hujan. Sawah lebak mendapat air terus menerus
sepanjang masa. Sawah pasang surut mendapat air dari air sungai yang pasang
karena air laut yang sedang pasang, sering juga terdapat saluran irigasi.

Studi Kasus
Contoh pertanian di daerah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Sukalarang Kabupaten
Sukabumi
a. Pertanian primitif
Pertanian berpindah, ialah perladangan bakar (milpa) yang dewasa ini disebut
perladangan liar. Caranya adalah: penduduk desa membuka sebagaian dari hutan
milik desa dengan menebang pohon-pohonnya dan membakarnya. Tanah yang telah
terbukadiratakan dan ditanami. Karena pengerjaannya sederhana, alatnya hanya
parang ataugolok, dan kapak untuk menebang kayu, sebab tanah tidak memerlukan
pengerjaandengan alat-alat besi. Tubuh tanah tidak dibalik (dicangkul) sehingga
humus yangterdapat dibagian atas tubuh tanah dapat berguna bagi tanaman.
b. Pertanian maju
Pertanian yang telah maju dilakukan secara teratur dan dicirikan oleh adanya
peralatan besi yang cukup (cangkul, bajak, traktor), pengairan, pemupukan,
pemeliharaan benih,tanaman begilir (crop rotation yang dilakukan terutama pada
pertanian lahan kering).Pengairan, penyiangan, penumpasan hama, pencegahan
kikisan, dan sebagainya.Dalam pertanian (bersawah) terdapat 2 cara: 1. Sistem tadah
hujan dan 2. Sistem irigasi.Sistem tadah hujan adalah menampung air hujan dan
5

menyebarkan atau memperluasgenangan air hujan(atau air banjir) itu, tetapi sistem
irigasi adalah menggunakan air yang mengalir dalam kanal atau parit-parit. Jadi,
sistem tadah hujan adalah pengelolaan banjir dan sistem irigasi adalah pengelolaan air
mengalir. Kedua sistem ini digunakan diIndonesia.
Penggunaan lahan di pedesaan
Menurut Jayadinata (1999) tanah di pedesaan digunakan bagi kehidupan sosial
dankehidupan ekonomi. Kehidupan sosial, seperti berkeluarga, bersekolah, beribadat,
berekreasi, berolah raga, dan sebagainya, dilakukan di dalam kampung, dan
kegiatanekonomi seperti bertani, berternak, memelihara/menangkap ikan, menebang
kayu dihutan, dan sebagainya, umumnya dilakukan di luar kampung, walaupun ada
kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan di luar kampung, seperti industri kecil,
perdagangan,dan jasa-jasa lain misalnya: guru, bidan, pegawai koperasi, dan lain-lain
Kecamatan Sukaraja
Berdasarkan pewilayahan, Kecamatan Sukaraja mempunyai beberapa desa diantaranya:Desa
Sukaraja, Pasir Halang, Limbangan, Langensari, Selaawi, Selawangi, Sukamekar dan lain
sebagainya. Kecamatan Sukaraja sendiri berada diantara perbatasan KotaSukabumi dan
Kabupaten Sukabumi. Jarak dari Kecamatan Sukaraja menuju KotaSukabumi yaitu 6 km dan
jarak dari Kecamatan Sukaraja menuju KecamatanSukalarang sekitar 6 km. Mata
pencaharian penduduk setempat juga beragam selainyang tentunya dominan yaitu pertanian,
disamping itu juga banyak masyarakat yang bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri sipil,
karyawan, dan juga paramedik (dokter/bidan).
Pola penggunaan lahan pertanian
Jika dilihat dari pola penggunaan lahan pertanian di beberapa desa yang ada di
Sukarajaini, kebanyakan cara pengelolaan lahan pertaniannya itu bercorak pertanian
modern.Halini ditunjukan dengan adanya penggunaan traktor dan pembajakan pada proses
pengelolaan hasil pertanian. Mungkin sepuluh tahun sebelumnya proses penggarapansawah
hanya dilakukan oleh kerbau, berbeda dengan keadaan sekarang ini. Hampir disetia p desa
cara penggarapan sawahnya dilakukan oleh mesin (traktor), tapi tentunyamasih ada sebagian
petani yang masih menggunakan kerbau untuk menggarap sawah-sawah mereka.
Kecamatan Sukalarang
Kecamatan Sukalarang secara astronomis ter letaka antara 106 55 12 BT - 107 04BT
dan 6 48 00 LU - 6 57 36 LS.
6

Secara administratif
Kecamatan Sukalarang mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cireunghas

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

Kecamatan Sukalarang terletak di wilayah perhubungan antara Sukalarang danSukabumi Km


12 ke arah Timur Kota Sukabumi. Kecamatan Sukalarang terdiri dari enam desa. Keenam
desa itu antara lain, Sukalarang, Cimangkok, Titisan, Sukamaju,Priangan Jaya, dan Semplak.
Corak mata pencaharian penduduk setempat adalah pertanian. Potensi yang berkembang di
masing-masing desa yang ada di Kecamatan Sukalarang ini merupakan pertanian, dan
peternakan. Pada saat panen datang para petani tersebut menjual sebagian besar hasil
buminya ke pasar-pasar tradisional dansisinya untuk mereka konsumsi sendiri. Namun
dewasa ini banyak juga masyarakatsetempat yang bekerja sebagai buruh pabrik.
Penggunaan Lahan
Kecamatan Sukalarang mempunyai beragam jenis guna lahan. Diantaranya: permukiman,
sawah, ladang, dan tegalan. Namun yang dominan atau sekitar dari 33,3%dari jumlah lahan
yang ada di Kecamatan Sukalarang ini masih hutan. Untuk lebih jelasnya dibawah telah
disediakan tabel guna lahan di Kecamatan SukalarangKabupaten Sukabumi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ciri-ciri umum pertanian lokal setempat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pandangan dunia holistik


Pertanian berdasar masyarakat
Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal
Ketergantungan atas keanekaragaman genetik dan fisik
Perlindungan tanah dan daur ulang unsur hara alami
Peminimalan resiko
Teknik-teknik yang khas setempat

DAFTAR PUSTAKA
Reijntjes. et., al. 1992. Pertanian Masa Depan. ILEIA (Information Centre for Low-External
Input and Suistainable Agriculture). Kanisius. Yogyakarta.
Yuwariah, Y. 2012. Sistem Pertanian Berkelanjutan (Sistem Pertanian Terpadu). Universitas
Padjdjaran. Bandung. Jawa Barat.
Baladina Nur,dkk.2013.Karakteristik Ekonomi Pertanian Indonesia.diakses pada September
2014

di

http://baladina.lecture.ub.ac.id/files/2013/04/TM-4.-Karakteristik-

Ekonomi-Pertanian-Indonesia-NBD.pdf
Dikses September 2014 di
http://www.academia.edu/4736644/PENGGUNAAN_LAHAN_PEDESAAN_DI_KECAM
ATAN_SUKARAJA_DAN_KECAMATAN_SUKALARANG_KABUPATEN
_SUKABUMI_TUGAS_BESAR_TATA_GUNA_DAN_PENGEMBANGAN
_LAHAN_Disusun_Oleh_JURUSAN_PERENCANAAN_WILAYAH_DAN_
KOTA

Anda mungkin juga menyukai