Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kopi (Coffea sp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam
famili Rubiaceae dan genus Copea. Tanaman ini tumbuh tegak bercabang dan tingginya
dapat mencapai 12 meter. Kopi adalah sejenis minuman yang biasanya dihidangkan panas,
dan dipersiapkan dari biji kopi yang sudah diolah. Saat ini kopi merupakan komoditas nomor
dua yang paling banyak diperdagangkan selain minyak bumi, dan kopi juga merupakan
sumber utama kafein. Kopi berasal dari Benua Afrika, diperkenalkan ke Indonesia lewat
Srilanka, orang belanda adalah orang yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar
ke Eropa. (Girisanta, 1978)
Kopi adalah produk andalan petani di Aceh Tengah disamping produk-produk lainnya
yaitu padi dan palawija. Untuk mendapatkan hasil dan harga yang lebih tinggi sebagian
petani kopi di Aceh Tengah telah mengembangkan kopi organik. Pertanian organik
merupakan salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan yang di dalamnya meliputi
berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpang sari (intercropping), penggunaan mulsa
(bahan berupa jerami, serbuk gergaji, atau dedaunan), penanganan tanaman, dan pascapanen.
Pertanian organik memiliki ciri khas, terutama dalam hukum dan sertifikasi, berupa larangan
penggunaan bahan sintetik, disamping pemeliharaan produktivitas tanah. (Anonymous, 2002)
Di Aceh, sistem pertanian ini telah dikenal dan dilaksanakan sejak 10 tahun lalu oleh petani
kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah dan 18 Kabupaten lainnya. Produsen kopi dunia,
termasuk petani kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah mengembangkan sistem pertanian
organik, terutama untuk produk kopi arabika, karena permintaan kopi arabika organik
dipasaran dunia terus meningkat, terutama dari Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan lainnya.
Untuk melihat luas tanam dan produksi kopi perkebunan rakyat menurut Kabupaten/ Kota di
Provinsi Aceh, Tahun 2013-2014 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel.1

Luas Tanam Dan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/Kota Di

Provinsi Aceh, Tahun 2013-2014

Kabupaten/Kota
Regency/ City

Luas/

2008*)
Produksi

Area

/
Producti

-1

(ha)
-2

on
(ton)
-3

1.

Simeulue

158

2.

Aceh Singkil

3.

Aceh Selatan

4.

Aceh
Tenggara

2009**)
Luas/
Area

Produksi/
Producti

(ha)
-4

on
(ton)
-5

15

158

13

132

50

121

36

1.590

504

1.544

460

316

47

315

45

5.

Aceh Timur

281

61

281

60

6.

Aceh Tengah

46.493

22.757

46.780

27.789

7.

Aceh Barat

533

181

533

131

8.

Aceh Besar

1.318

772

1.318

760

9.

Pi d i e

9.736

2.377

9.430

1.987

10.

Bireuen

724

461

724

440

11.

Aceh Tengah

3.301

1.137

3.301

1.137

12.

Aceh Utara

975

308

975

231

560

225

562

231

2.929

823

3.628

670

105

14

51

13.
14.
15.

Aceh Barat
Daya
Gayo Lues
Aceh
Tamiang

16.

Nagan Raya

1.360

565

1.360

565

17.

Aceh Jaya

1.654

301

1.479

301

18.

Pidie Jaya

306

79

306

79

19.

Bener Meriah

39.790

12.832

39.490

13.287

20.

Banda Aceh

21.

Sabang

22.
23.
24.

Langsa
Lhokseumaw
e
Subulussalam

Jumlah/Total

18

14

18

14

44

16

44

16

112.113

48.080

111.100

47.602

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam


Pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Aceh Tengah memiliki luas area dan
produktifitas yang paling tinggi yaitu 46.780 Ha dan 27.789 ton. Sedangkan Kota Banda
Aceh dan Sabang tidak memproduksi Tanaman Kopi.
Harga kopi arabika organik juga lebih tinggi dari kopi robusta, karena itu produsen
kopi dunia berlomba-lomba mengembangan kopi arabika organik untuk merebut pangsa
pasar ekspor kopi arabika dunia. Konsumen kopi dunia menyukai kopi arabika organik,
karena budidaya kopi arabika telah menggunakan sistem tanaman kopi secara organik atau
tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia, sehingga tanaman itu mencerminkan produk
tanaman ramah lingkungan dan berkelanjutan. (Anonymous, 2002)
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Tujuan Koperasi adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan angotanya. Anggota koperasi bisa berupa perorangan atau Badan
Hukum Koperasi. Anggota perorangan adalah orang yang secara sukarela menjadi anggota
koperasi, sedangkan Badan Hukum Koperasi adalah suatu koperasi yang menjadi anggota
koperasi yang memiliki lingkup lebih luas atau dikenal dengan koperasi sekunder.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi)
Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998),
disebutkan bahwa perbedaan karateristik utama koperasi dengan badan usaha lain adalah
anggota koperasi memiliki identitas ganda. Maksud identitas ganda adalah bahwa anggota
koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Hal ini dapat dilihat dari
sistem pengendalian koperasi yang pada umumnya dikendalikan secara bersama-sama oleh
seluruh anggotanya serta pembagian keuntungan koperasi kepada anggota dihitung
berdasarkan peran serta anggota tersebut dalam kegiatan utama koperasi.
Kabupaten Aceh Tengah memiliki komoditi unggulan ekspor berupa komoditi kopi
jenis arabika. Pemasaran kopi ini selain menguasai pasaran Nasional juga ke pasaran

Internasional. Masyarakat Aceh Tengah umumnya berpenghasilan dari bercocok tanam kopi.
Hampir di setiap rumah di Kabupaten Aceh Tengah tumbuh subur tanaman kopi ini. Kopi
yang dihasilkan dijual kepada pedagang-pedagang pengumpul yang datang ke lokasi. Harga
jual kopi ditentukan oleh para pedagang tersebut. Situasi ini menyebabkan masyarakat petani
kopi hanya menikmati sebagian kecil dari komoditi ini. Untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat Aceh Tengah Pemerintah Daerah melakukan pembinaan berupa pelatihan dan
mengikutsertakan para petani dan pengusaha kopi dalam beberapa even pameran yang
bertujuan untuk mempromosikan produk unggulan dari Kabupaten Aceh Tengah ini.
Pendidikan dan pelatihan yang diberikan mulai dari penanaman, perawatan tanaman kopi
hingga pada proses pengolahan serta pemasaran kopi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari Praktek Lapang ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
secara langsung proses Budidaya , pengolahan dan juga jaringan pasok kopi Arabika Organik
pada Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan di Kabupaten Aceh Tengah.
1.3. Ruang Lingkup
Kegiatan Praktek Lapang yang akan dilakukan meliputi beberapa aspek, yaitu
mengobservasi dan mempelajari :
1.

Proses budidaya Kopi organik

2.

Proses pengolahan kopi organik

3.

Supply chain kopi organik

1.4. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus (Case Study),
menurut Teken (1965 : 20), Studi Kasus dapat berbentuk suatu individu,institut, ataupun
perusahaan yang dianggap sebagai suatu kesatuan di dalam penelitian yang bersangkutan.
Pengumpulan data diperoleh dari beberapa sumber data, yang meliputi data primer dan
data sekunder. Rincian kedua data tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara (interview) dengan

petani, kolektor dan tenaga kerja pada KBQ Baburrayyan dengan bantuan daftar pertanyaan
yang telah disiapkan terlebih dahulu.
b.

Data sekunder bersumber dari instansi instansi yang dengan penelitian ini baik

instansi pemerintah, swasta maupun perpustakaan yang mendukung terhadap penelitian ini.

Metode Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara pengamatan dan
wawancara terhadap responden yang telah terpilih dan pengisian daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu serta didukung oleh data sekunder /studi kepustakaan.
(Suud.2002 : 77)
1.5. Tempat dan Waktu
a. Tempat
Case Study (study kasus) telah dilaksanakan di Koperasi Baitul Qirald
Baburrayyan Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh
b. Waktu
Praktek lapang dilaksanakan pada tanggal 23 25 April 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Kopi
2.1.1. Sistematika Tanaman Kopi
Kopi (Coffea sp) adalah spesies tanaman yang termasuk dalam famili Rubiaceaedan
genus Coffea. Menurut Najiyati dan Danarti (2004), tanaman kopi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom

: Phyta

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Ordo

: Gentianales

Famili

: Rubiacaceae

Genus

: Coffea L.

Nama ilmiah

: Coffea sp

2.1.2. Morfologi Tanaman Kopi


Sistem Percabangan
Kopi mempunyai sistem percabangan agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini
mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya berbeda.

Cabang Reproduksi (cabang orthotrop)

Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. Cabang ini sering juga
disebut wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang terdapat di setiap ketiak daun
pada batang utama atau cabang primer.

Cabang Primer (cabang plagiotrop)

Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan
berasal dari tunas primer. Setiap ketiak daun hanya mempunyai satu tunas primer sehingga
bila cabang ini mati, di tempat tersebut tidak dapat tumbuh cabang lagi.Ciri-ciri cabang
primer adalah arah pertumbuhannya mendatar, lemah dan berfungsi sebagai penghasil bunga.

Cabang Sekunder

Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas
sekunder. Cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan
bunga.

Cabang Kipas

Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon
sudah tua. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti batang utama dan sering disebut sebagai
cabang kipas.

Cabang Pecut

Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer meskipun
tumbuhnya cukup kuat.

Cabang Balik

Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak
normal dan arah pertumbuhannya menuju ke dalam mahkota tajuk.

Cabang Air

Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuh pesat serta ruas daun relatifpanjang dan
lunak atau banyak mengandung air.
Sistem Perakaran
Secara alami, tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah.
Namun, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang berasal dari bibit
semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang bawahnya berasal dari bibit semai.
Sementara tanaman kopi yang berasal dari bibit setek, cangkok atau okulasi yang batang
bawahnya berasal dari bibit setek tidak memiliki akar tunggang, tetapi akar serabut sehingga
relatif mudah rebah.
Bunga

Bunga kopi berukuran kecil. Mahkota berwarna putih dan berbau harum. Kelopak
bunga berwarna hijau. Pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji.
Benang sari terdiri dari 5-7 tangkai berukuran pendek.
Buah
Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga bagian yaitu lapisan
kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp) dan lapisan kulit tanduk (endokarp)
yang tipis tetapi keras.
Daun
Kopi mempunyai bentuk daun bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat,
tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan pada ketiak (Najiyati
dan Danarti, 2004).
2.1.3. Jenis-Jenis Tanaman Kopi
Kopi Arabika (Coffea arabica)
Budidaya kopi ini secara organik telah dilakukan oleh petani namun belum semua areal
kebun karena keterbasan pengatahuan tentang budidayaka kopi secara organik.Kopi Arabika
merupakan jenis pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling
banyak diusahakan hingga akhir abad ke-19, karena memiliki cita rasa dan aroma yang khas,
akan tetapi kopi ini sangat peka terhadap penyakit karat daun (HV).
Kopi Liberika (Coffea liberica)
Meskipun sudah cukup lama masuk ke Indonesia (sejak tahun 1965), tetapi hingga kini
jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah rendah dan rendemen rendah. Biasanya kopi
Liberika tidak disukai oleh perusahaan karena perbandingan buah basah dan buah kering
(beras) sangat rendah.
Kopi Robusta
Kopi Robusta yang organic sangat cepat berkembang. Bahkan, kopi Robusta termasuk
jenis mendominasi perkebunan kopi di Indonesia hingga saat ini. Akan tetapi harga kopi ini
lebih murah dibanding kopi Arabika karena kualitas masih rendah.
Kopi Golongan Ekselsa
Golongan Ekselsa mempunyai adaptasi iklim lebih luas dan tidak terlalu peka terhadap
penyakit karat daun (HV). Kelemahan jenis kopi ini antara kurang laku di pasaran dibanding
kopi Robusta karena kualitasnya kurang bagus. Jenis kopi ini banyak dibudidayakan di
dataran rendah yang basah, yaitu daerah yang tidak sesuai untuk kopi Robusta.

Kopi Golongan Hibrida


Golongan kopi ini sangat jarang dibudidaya secara organic tetapi ada juga daerahdaerah tertentu dibudidaya seaca organic Kopi golongan hibrida merupakan turunan pertama
dari hasil perkawinan antara dua spesies atau varietas, sehingga mewarisi sifat-sifat unggul
kedua induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat
yang sama dengan induknya. Oleh karena itu, pembiakan hanya dengan cara vegetatif seperti
stek atau sambungan (Najiyati dan Danarti, 2004).
2.2. Syarat Tumbuh
2.2.1. Ketinggian Tempat
Kesesuaian iklim dapat didefenisikan dari ketinggian tempat di atas permukaan laut,
karena ketinggian tempat secara umum menentukan unsur iklim terutama suhu. Beberapa
penelitian dan fakta di lapangan menyatakan bahwa suhu yang tinggi sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman kopi Arabika (Iqbal, 1999). Secara geografis tanaman kopi tumbuh
baik pada zona antara 20o LU dan 20o LS. Tanaman kopi menghendaki ketinggian tempat
antara 800-1700 m di atas permukaan laut. Namun demikian, ketinggian ini berbeda pada
setiap jenis tanaman kopi (Baon, 1988).
Menurut Najiyati dan Danarti (2004), ketinggian tempat sebenarnya tidak berpengaruh
langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi. Pada umumnya, ketinggian tempat dari
permukaan laut akan berpengaruh terhadap suhu. Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau
ketinggian tempat yang berbeda. Misalnya, kopi Robusta dapat tumbuh optimum pada
ketinggian 400-700 m dpl. Kopi Arabika menghendaki ketinggian tempat antara 700-1700 m
dpl. Kopi golongan Liberica menghendaki ketinggian tempat antara 1000-1700 m dpl.
Sedangkan kopi Ekselsa banyak dibudidayakan di dataran rendah yang basah, yaitu daerah
yang tidak sesuai untuk kopi Robusta (Najiati dan Danarti, 2004).
2.2.2. Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan
tanaman. Sementara waktu turunnya hujan berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga
dan buah seperti pada kopi Robusta dan Arabika (Najiyati dan Danarti, 2004). Batas minimal
curah hujan dalam satu tahun adalah 1000-2000- mm/tahun, sedangkan yang optimal adalah
2000-3000 mm/tahun. di Indonesia curah hujan terletak pada 2000-3500 mm/tahun (Redaksi
Agraris Kanisius, 1974).

2.2.3. Penyinaran
Pada umumnya, kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak,
tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Sengatan sinar matahari langsung dalam jumlah
banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah dan daun sehingga mengganggu
keseimbangan proses fotosintesis, terutama pada musim kemarau. Selain berpengaruh
terhadap fotosintesis, sinar matahari juga berpengruh terhadap proses pembentukan kuncup
bunga. Sinar matahari yang cukup banyak akan merangsang terbentuknya kuncup bunga.
Dengan demikian, bila sepanjang tahun tanaman kopi mendapatkan sinar matahari langsung
secara terus-menerus maka tanaman akan membentuk bunga sepanjang tahun. Akibatnya,
pembungaan menjadi tidak teratur dan tanaman menghasilkan bunga melebihi
kemampuannya sehingga jumlah bunga yang berhasil menjadi buah hanya sedikit, selain itu
mutu buah pun rendah (Najiyati dan Danarti, 2004).
2.2.4. Angin
Peranan angin pada tanaman kopi adalah membantu perpindahan serbuk sari bunga dari
tanaman satu ke putik bunga kopi lain yang berbeda klon. Dengan demikian, terjadi
penyerbukan yang dapat menghasilkan buah. Selain berpengaruh positif terhadap tanaman
kopi, terkadang angin juga berpengaruh negatif, terutama bila angin kencang. Angin kencang
secara langsung akan merusak tajuk tanaman atau menggugurkan bunga (Najiyati dan
Danarti, 2004).
Tanaman kopi tidak tahan terhadap angin kencang, lebih-lebih dimusim kemarau,
karena angin ini akan mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah pada areal
pertanaman kopi. Selain mempertinggi penguapan, angin kencang juga dapat mematahkan
dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi (Redaksi Agraris Kanisius, 1974).
2.2.5. Tanah
Secara umum, tanaman kopi menghendaki tanah gembur, subur dan kaya bahan
organik. Oleh karena itu, tanah disekitar tanaman harus sering diberi pupuk organik agar
subur dan gembur sehingga sistem perakaran tumbuh baik. Selain tanah gembur dan kaya
bahan organik, kopi juga menghendaki tanah yang agak masam, yaitu pH 4,5-6,5 untuk kopi
Robusta dan pH 5-6,5 untuk kopi Arabika.
2.3. Aspek Tekhnologi Pengolahan

Kopi adalah produk andalan petani di Aceh Tengah disamping produk-produk lainnya
yaitu padi dan palawija. Untuk mendapatkan hasil dan harga yang lebih tinggi sebagian
petani kopi di Aceh Tengah telah mengembangkan kopi organik. Pertanian organik
merupakan salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan yang di dalamnya meliputi
berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpang sari (intercropping), penggunaan mulsa
(bahan berupa jerami, serbuk gergaji, atau dedaunan), penanganan tanaman, dan pascapanen.
Pertanian organik memiliki ciri khas, terutama dalam hukum dan sertifikasi, berupa larangan
penggunaan bahan sintetik, disamping pemeliharaan produktivitas tanah. Disamping itu,
pengolahannya lebih terkontrol sehingga hasil yang didapat lebih seragam.
Secara garis besar dan berdasarkan cara kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan
buah kopi basah menjadi kopi beras, yaitu yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan
cara kering. Pengolahan buah kopi sccara basah biasa disebut W.I..B. (West lndische
Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering biasa disebut O.I.B (Ost Indische Bereiding).
Perbedaan pokok dari kedua cara tersebut diatas adalah pada cara kering pengupasan daging
buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong), sedangkan cara
basah pengupasan daging buah dilakukan sewaktu masih basah.
2.4. Aspek Pemasaran
Tanaman kopi mempunyai fungsi sosial, sebab dengan adanya perkebunan kopi yang
besar berarti pula memberi pekerjaan bagi orang-orang yang berdekatan. Misalnya saja suatu
perkebunan luasnya 1000 ha. Kalau rata-rata tiap ha satu buruh, dan tiap buruh satu istri
dengan 2-3 anak, berarti satu perkebunan dapat memberi penghidupan tiga - empat ribu
orang. (Kanisius, 1982)
Kopi organik adalah kopi yang dihasilkan dengan cara ekologis, ekonomis,
berkelanjutan, bermutu tinggi dan aman dari bahaya bahan kimia sintetik. Dalam budidaya
pertanian, kopi organik ini hanya mengandalkan bahan-bahan organik seperti sisa tanaman,
pupuk kandang, tanaman penutup tanah dan pupuk hijau. Sedangkan bahan kimia seperti
insektisida, fungisida, nematisida, herbisida dan berbagai macam pupuk kimia tidak
digunakan. (Karim et al, 1997:30).
Menurut Kadariah (1978) dalam pengembangan suatu usahatani perlu dianalisis
beberapa aspek, yaitu:
1. Aspek Teknis
Aspek teknis dalam usahatani kopi adalah dapat dilihat pada keadaan kondisi tanah dan
keadaan iklim dan persyaratan tumbuhnya.

Tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam dan gembur, lebih baik
pada tanah yang bahan organisnya tinggi, lebihlebih bila tanah itu berasal dari abu gunung
berapi.
2. Aspek Komersial
Usahatani yang bertujuan komersil didalam proses produksinya diperlukan pemakaian
faktor-faktor produksi secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.
3. Aspek Ekonomis
Aspek ekonomi menyangkut apakah pembangunan pertanian khususnya usahatani kopi
tersebut akan mampu memberikan sumbangan positif dalam pembangunan ekonomi ditinjau
secara keseluruhan seperti terserapnya tenaga kerja, naiknya produksi dan produktivitas serta
tingkat kemakmuran para petani tersebut. Dengan demikian analisis secara ekonomi ini dititik
beratkan pada hasil secara keseluruhan bukan pada hasil perorangan.
4. Aspek Finansial
Aspek finansial mencakup arus penerimaan dan pengeluaran mulai dari persiapan areal
pembibitan hingga akhir umur ekonomis suatu usahatani. Setiap pelaksanaan kegiatan
usahatani serta keputusan manajemen lainnya perlu pedoman pada analisis finansial.
Pemasaran menurut Carthy (1985) adalah penyelenggaraan kegiatan yang berusaha
mencapai tujuan organisasi dengan cara memperkirakan kebutuhan langganan dan
mengarahkan arus barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dari produsen ke langganan.
Pemasaran dapat dikatakan sebagai penghubung antara pihak produsen dan konsumen
sehingga terjadi pertukaran barang dan jasa serta adanya keinginan atau kebutuhan manusia.
Dalam memasarkan suatu produk hendaknya terlebih dahulu dilakukan penetapan harga,
dimana harga sangat menentukan pendapatan masyarakat di pasar. Penetapan harga tersebut
harus memperhitungkan beberapa faktor, antara lain tujuan penetapan harga dan permintaan
terhadap produk.
Pemasaran dalam lingkup pertanian mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan arus pemindahan barang-barang kebutuhan pertanian dari pihak produsen ke
konsumen, yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan
yang lebih kepada konsumen. Mursid (1993) mengatakan bahwa, pemasaran adalah semua
kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang-barang dan jasa dari produsen
ke konsumen.
(Arntzen et al., 1995 dalam Matthew J. Titus et al) mendefinisikan supply chain
sebagai satu kesatuan dari fasilitas, teknologi, supplier (pemasok), konsumen, produk, dan

metode distribusi. Dari definisi yang tertera diatas dapat disimpulkan bahwa supply chain
management harus didukung oleh fasilitas, teknologi pengolahan, pihak-pihak yang terlibat
dalam kegiatan pasok dan konsumen.
Menurut Indrajit (2003 : 5) untuk mengatasi hal ini dapat ditempuh strategi
Manajemen supply chain yaitu suatu sistem mata rantai penyaluran barang (penyediaan
barang) produksi dan jasanya kepada pelanggannya. Konsep supply chain merupakan konsep
baru di dalam melihat persoalan logistik. Dalam konsep baru ini masalah logistik dilihat
sebagai masalah yang lebih luas hingga masalah mata rantai penyediaan barang.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
3.1. Latar Belakang Perusahaan
Didasari oleh prinsip dan tujuan koperasi dengan potensi sumber daya alam berupa
komoditi kopi yang berlimpah di Kabupaten Aceh Tengah, maka pada tanggal 21 Oktober
2002 didirikan sebuah Koperasi dengan nama Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan yang
berbadan Hukum Nomor 62.01/233/bh/X/2002. Koperasi ini memiliki 2 (dua) unit usaha
yaitu usaha simpan pinjam dan usaha perdagangan kopi serta 1 (satu) pabrik pengolahan
kopi.
Kantor pusat administrasi Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan beralamat di Jalan
Inem Mayak Teri, Lorong 1 Nomor 115 Tetunyung, Takengon Aceh Tengah. Sementara
kedua unit usahanya terletak dilokasi yang berbeda. Unit Usaha Simpan Pinjam berada di
Jalan Mesir Kebet Bebesen Takengon, Aceh Selatan dan Unit Usaha Pemasaran Kopi berada
di Jalan RSU Datu Beru Kebayan Takengon, Aceh Tengah.
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan (KBQB) telah melakukan ekspor perdana kopi
Gayo dengan total 392.700 kilogram ke berbagai negara di dunia. Dengan total perolehan
uang Rp 12.579.651.900,- atau setara (USD$ 1.372.107). Sementara sejak priode Januari-Juni
2007, total ekspor kopi Gayo ke manca negara mencapai 558.000 kilogram dengan total
perolehan Rp 18.462.651.282,- atau setara (USD$ 2.061.090) atau naik sekitar 30 persen.
Petani kopi yag masuk sebagai anggota koperasinya di didik dan dibina dalam hal
budidaya kopi yang tidak memakai pupuk kimia. Pemupukan dilakukan dengan sistem pupuk
kompos. Untuk itu semua produksi kopi milik petani yang tidak mempergunakan pupuk
kimia ditampung langsung oleh KBQ Baburrayyan dengan harga yang sesuai di dunia.

Untuk memotivasi para petani agar menghasilkan produk kopi organik, selain harga
kopi, pihak KBQ Baburrayyan juga memberikan fee untuk masing-masing petani. Untuk
tahun 2006 jumlah premi atau fee yang diberikan kepada petani tercatat sebesar Rp
400.036.000,-. Sementara tahun 2007 diberikan sebesar Rp 800 juta. Dengan
pemberian feeini, para petani tetap bersemangat dan enerjik merawat kebun-kebun kopi
mereka. Disamping memberikan fee, pihak KBQ Baburrayyan juga telah membantu
rehabilitasi kebun petani. Hingga kini luas areal kebun kopi petani yang telah direhabilitasi
tercatat seluas 392,3 hektar dengan jumlah bibit yang disalurkan sebanyak 588,412 batang.
KBQ Baburrayyan juga memberikan jatah hidup (jadup) kepada petani yang
kebunnya direhabilitasi. Jadup yang diberikan sudah tercatat sebanyak 26.005 Kilo gram,
peralatan kerja berupa parang dan cangkul sebanyak 600 unit, mesin babat rumput sebanyak
291 unit. Untuk mewujudkan harapan para pecandu kopi dunia terhadap kopi organik, pihak
KBQ Baburrayyan akan terus melanjutkan program rehabilitasi kebun kopi milik petani.
Karena KBQ Baburrayyan juga kini telah mempersiapkan bibit kopi sebanyak 3.361.588 juta
batang.
Anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan saat ini tercatat sebanyak 5.432 orang.
Dari jumlah itu dibagi dalam empat kelompok yakni, Kelompok Swadaya Masyarakat 51
orang, Kelompok Karyawan 16 orang, Kelompok Petani Kopi Aceh Tengah sebanyak 4.567
orang dan Kelompok petani kopi Bener Meriah 798 orang.
Strategi jitu yang dilakukan oleh manajemen koperasi dalam peningkatan nilai jual
komoditi kopi perlu diberikan ancungan jempol. Pada tahun 2005 Koperasi Baitul Qiradh
Baburrayyan mengantongi 3 (tiga) sertifikat produk organik yang diperoleh dari Lembaga
Internasional. Dengan sertifikat yang didapat ini komoditi kopi tersebut dapat di ekspor ke
negara tujuan sesuai dengan sertifikat yang diperoleh. Strategi ini membawa Koperasi Baitul
Qiradh Baburrayyan menambah aktifitasnya sebagai lembaga peng-eksport kopi.
Tabel 2.
N
o.

Daftar Organik sertifikat yang diperoleh pada Tahun 2005

Sertifikat
Organic

Sertificate

(EU)
Organic
Sertificate

Lembaga

Tujuan

sertifikas

Ekspo

CUC
Indonesia
CUC
Indonesia

Eropa
USA

(USDA/NOP
)
Organic
3

Sertificate

CUC
Indonesia

Jepang

JAS
Sumber : Manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan
Tahun 2006 dan 2007, Koperasi ini menambah sertifikat produk masing-masing 1
sertifikat per tahun yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi CUC Indonesia dan FLO Cert
Jerman.
Tabel 3.

Data Sertifiakat Produk yang Telah Diperoleh Koperasi Baitul Qiradh

Baburrayyan, Aceh Tengah


Tang No

Lem

gal

baga

o Uraian

Dipe Lis

Serti

role

ens

fikas

h
24

i
80

i
CUC

Nov

35

Indo

2005 07
01
80

nesia
CUC

Des

35

Indo

2006 07

nesia
FLO

Organic
1 Produk (EU/
USDA/JAS)
CafPractice/
2 Starbuck
coffee

06
3 FLO Cert

Jul
2007

54

Cert

16

Jerm

an
Sumber : Manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan
3.2. Letak Geografis dan Luas Daerah
Suhu udara di Kecamatan Pegasing relatif sejuk karena topografi yang bergununggunung dan berbukit-bukit serta ketinggian Kecamatan pengasing dari permukaan laut cukup
tinggi mencapai 2.000-2.600 meter. Suhu minimum di Kecamatan Pegasing adalah 150C dan
suhu maksimumnya adalah 280C, kelembaban udara 18%. Lamanya penyinaran sebanyak
35% kabut 65% dan curah hujan 1.816 mm per tahun.

Kecamatan Pegasing merupakan salah satu Kecamatan dari 14 Kecamatan yang ada
di Kabupaten Aceh Tengah. Luas Kecamatan Pegasing keseluruhannya adalah 108.20 Km2.
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pegasing adalah sebagai berikut:
-

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bies dan Kecamatan Silih Nara.

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Linge dan Kecamatan Atu Lintang.

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Aceh Barat.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Laut Tawar dan Kecamatan Bebesen.
Kecamatan pegasing terdiri dari 30 desa namun tidak semua desa ada di Kecamatan

Pegasing memiliki lahan untuk perkebunan kopi. Desa Arul Lantong merupakan desa yang
terdapat di Kecamatan Pegasing, desa ini memiliki perkebunan kopi yang diusahakan oleh
rakyat secara turun temurun.
3.3. Struktur Organisasi
Majunya Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan, Aceh Tengah tidak terlepas dari sistem
manajemen yang diterapkan dan keuletan dari pengurus serta peran serta
anggotanya. Kepengurusan Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan terdiri dari:
1.

Badan Pembina dan Penasehat


a. Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Aceh serta Kepala Dinas Koperindag ESDM
Aceh Tengah.
b. Kepala Dinas Kehutanan dan perkebunan Aceh dan Kepala Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Aceh Tengah.
c. Kadistan Aceh dan Kadistan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah.
d. Kepada Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dan Kepala Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Transmigrasi Kabupaten Aceh Tengah.
e. Kepala Biro Ekonomi Setda Aceh dan Kepala Bagian Ekonomi Sekdakab Aceh Tengah.
f. Ketua Forum Kopi Aceh.

2.

Badan Pengawas
a. Ketua

: Samsul Bahri, SP

b. Anggota

: Sahmida

c. Anggota : Rudi HS
3. Badan Pengurus
a. Ketua

: Rizwan Husin, SE. AK

b. Sekretaris : Armyadi, S.Hut


c. Bendahara : Sugiati

4. Pengelola
a. Unit Simpan Pinjam : Sopian
b. Unit Perdagangan

: Joselito Deleon Bombeta

Jumlah anggota koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan terus meningkat setiap tahunnya.
Berawal dari 35 orang anggota yang berasal dari Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten
Bener Meriah pada tahun 2004 bertambah 4 orang pada tahun 2005 sehingga menjadi 39
orang. Kiprah Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan pada tahun 2005 menampakkan kerja
yang sangat baik dengan mendapatkan 3 (tiga) Sertifikat Organic yaitu Organic Sertificate
(EU), USDA/NOP dan JAS untuk komoditi kopi dari CUC Indonesia yang merupakan
Lembaga Sertifikasi. Dengan sertifikasi ini komoditi kopi dapat diekspor ke Negara Eropa,
USA dan Jepang dengan harga yang sangat tinggi. Dari hasil kerja keras inilah anggota
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan pada tahun 2006 meningkat sangat drastis hingga
mencapai 5.432 orang. Pada tahun 2008 mencapai 6.776 orang meningkat 1,195% dari tahun
2007 yang beranggota 6.696 orang.
Data perkembangan jumlah anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan sejak tahun
2004 sampai dengan tahun 2008 ditampilkan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 4. Data Perkembangan anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan 2004 - 2008
JUMLAH
ANGGOTA
N

TAH

o.

UN

(ORG)
ACEH
TENG
AH

BENE
R
MERI

TOT
AL
(OR
G)

AH
1 2004
25
10
35
2 2005
29
10
39
3 2006
4.634
798
5.432
4 2007
5.474
1.222
6.696
5 2008
5.539
1.237
6.776
Sumber : Manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan
Anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan pada tahun 2008 yang mencapai 6.776
orang terdiri dari kelompok petani kopi organik 6.642 orang, Kelompok petani kopi Un
organik 107 orang dan kelompok Non Petani Kopi 27 orang. Kegiatan koperasi pada

kelompok petani kopi organik adalah perdagangan kopi dan simpan pinjam. Sementara pada
kelompok petani kopi Unorganik dan kelompok Non petani kopi kegiatan di koperasi hanya
pada usaha Simpan Pinjam.
Tabel 5.

Data anggota Menurut Kegiatan Usaha


Jumlah
Anggota

N Kelomp
o. ok

(org)
Ace

Ben

er

Ten

Mer

gah

iah

Tot Kegiata
al

n di

(or

Koperas

g)

Klp.
petani
1 kopi
organi

Perdaga
5.43

1.21

6.6

42

k
Klp.

kopi dan
simpan
pinjam

petani
2 kopi

ngan

10

Simpan

pinjam

82

25

27

27

5.53

1.23

6.7

anorg
anik
Klp.
3

non
petani

Simpan
pinjam

kopi
Jumlah

9
7
76
Sumber : Manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tata Laksana Kegiatan Perkebunan Kopi Organik Petani
A.

Pembabatan

Sebelum melakukan penanaman bibit di lapangan, lahan perlu dipersiapkan dan diolah
terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan hidup tanaman kopi, lahan yang baru dibuka
harus dibersihkan terlebih dahulu dari rerumputan di semak-semak. Secara umum, tanaman
kopi membutuhkan tanah yang gembur, subur, dan kaya bahan organik. Selain tanah gembur
dan kaya bahan organik, kopi juga menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 56,5 untuk kopi arabika dan pH 4,5-6,5. Apabila pH tanah kurang dari angka tersebut tanaman
kopi masih dapat tumbuh, tetapi kurang bisa menyerap beberapa unsur hara sehingga
terkadang pelu diberi kapur.
B.

Pengolahan Tanah
Pengerjaan tanah perlu memperhatikan keadaan tanah itu sendiri, baik mengenai

kesuburan, tirai tanahnya, dan bekas tanaman. Bila tanah itu dalam keadaannya masih cukup
subur dapat dikerjakan pada tahun itu juga dan waktu pengerjaan yang tepat bila keadaan
tanahnya masih cukup basah. Untuk keperluan tersebut sebaiknya dikerjakan sekitar bulan
Februari sampai dengan Mei atau Juni. Sedangkan pada bulan Juli atau Agustus istirahat.
Selanjutnya pada saat sudah jatuh hujan, pekerjaan dapat dimulai lagi.
Bila keadaan tanahnya kurang subur, misalnya keadaan tanahnya cukup miring dan
lapisan maka pekerjaan harus dilakukan seawal mungkin, 3-4 tahun sebelum penanaman
sudah mulai dipersiapkan yakni dibuat teras dan lubang-lubang ditanami pupuk hijau.
C.

Penggalian Lubang Tanam


Lubang tanaman dibuat pada teras atau pada anjir yang telah ditetapkan dengan ukuran

rata-rata 60 x 60 cm, artinya lebar dan dalamnya 60 cm. waktu membuat lubang, lapisan
tanah atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bawah ditaruh di sebelah kiri atau diratakan
dengan maksud supaya bercampur dengan tanah sekitar lubang. Hanya membutuhkan 2 hari
sebelum dilakukan penanaman, lubang dipilih tanah yang berasal dari lapisan atas karena
tanah lapisan atas banyak mengandung humus, jadi subur, dan akan lebih baik bila dicampur
dengan pupuk kandang.
D.

Penanaman

1.

Mengatur Jarak tanam


Pengaturan jarak tanam, terutama bermaksud agar tiap-tiap tanaman tidak saling

mengganggu sehingga tanaman dapat memperoleh intensitas penyinaran optimal. Daun kopi

yang memperoleh intensitas penyinaran yang rendah akibat rapatnya tanaman, daunnya
menandu lebar, tipis dan lembek dan produksinya pun rendah.
Ukuran jarak yang digunakan pada kebun kopi adalah 2,5 x 2,5 m sehingga tanah dapat
dimanfaatkan lagi untuk tanaman tumpang sari.
2. Pembibitan
Pembibitan kopi yang baru ditanam biasanya tidak tahan kekeringan. Oleh karena itu,
sebaiknya penanaman dilaukan pada awal musim hujan atau pertengahan bulan NovemberDesember. Dengan demikian, pada musim kemarau berikutnya tanaman kopi sudah cukup
kuat menahan kekeringan.
Kemudian tanah penutup lubang digali 20 cm atau sedalam leher akar. Setelah itu bibit
ditanam dan tanah disekitar tanaman dipadatkan.
3. Penyulaman
Beberapa minggu setelah selesai penanaman, hendaknya diadakan pemeriksaan kebun.
Bila ternyata ada yang menunjukkan pertumbuhan yang kurang baik atau mati, segera
diadakan penyulaman.
Penyulaman dilakukan pada musim-musim keadaan tanahnya masih memungkinkan.
Misalnya penyulaman pertama pada bulan November, sewaktu hujan belum begitu banyak,
sedangkan penyulaman kedua pada bulan Maret, dimana hujan sudah berkurang, sesudah
bulan Maret jangan dilakukan penyulaman karena menghadapi musim kemarau. Kalau
sesudah bulan Maret ternyata ada yang mati, lebih baik ditangguhkan.
Agar sulaman itu cepat menyamai tanaman yang lain, hendaknya dipilih bibit yang baik
dan penyelenggaraan atau perawatan yang lebih baik.
E.

Pemeliharaan

1.

Pengendalian Hama dan penyakit


Di beberapa perkebunan kopi banyak dikenal gangguan-gangguan tanaman kopi yang

merugikan. Gangguan-gangguan tersebut kebanyakan disebabkan oleh hama dan penyakit,


juga disebabkan keadaan sekeliling, yang umumnya menyerang pada akar batang, ranting,
bunga, buah, dan daun. Adapun jenis-jenis yang sering menyerang tanaman kopi adalah :
a. Penyakit Karat daun Kopi
Pengendaliannya :

Tebang dan bakar.

Tanaman yang belum terserang juga disemprot dengan fungisida tersebut.

Sebagai pencegahan, penyemprotan dilaksanakan setiap menjelang musim hujan

dengan interval penyemprotan sekali dalam tiga Minggu.


b. Penyakit Jamur Upas
Pengendaliannya :

Kurangi kelembaban dengan cara mengurangi naungan.

Olesi fungisida bubur Bordeaux Carbolineum 5% pada bagian yang terserang.

Kemudian, potong dan musnahkan (bakar) batang dan ranting yang terserang. Pemotongan
dilakukan pada bagian yang masih sehat.

Perhatikan bila disekitar kebun ada tanaman Theprosia sp, dan Leucaenakarena

tanaman tersebut bisa menjadi inang jamur upas. Bila tanaman tersebut terserang maka
bagian yang terserang harus diobati dan dipangkas.
c. Penyakit akar cokelat dan akar hitam
Pengendaliannya :

Segera bongkar pohon kopi hingga akarnya yang menunjukkan gejala terserang,

kemudian singkirkan dan bakar.

Periksa kemungkinan ikut terserangnya pohon kopi yang berdampingan dengan pohon

yang sakit.

Beri tepung belerang sebanyak 200 gram pada lubang bekas bongkaran yang

dimasukkan ke dalam tanah, lalu diaduk. Lubang ini tidak boleh ditanami kopi hingga satu
tahun ke depan.
d. Penyakit bercak cokelat pada daun dan bercak hitam pada buah.
Pengendaliannya :

Kurangi kelembaban kebun dengan cara mengatur atau mengurangi naungan,

pemangkasan bagian tanaman kopi yang sudah diproduktif, penjarangan bibit, dan membuat
parit untuk membuang air hujan.
F.

Pemangkasan
Tanaman kopi apabila dibiarkan saja dari kecil hingga besar akan mencapai 7-10 m,

sehingga akan menyulitkan pemeliharaan dan pemungutan hasil. Disamping itu produksinya
pun akan kurang. Oleh sebab itu, pemangkasan adalah salah satu segi di dalam pemaliharaan
yang perlu dilaksanakan. Pada kopi, pemangkasan biasanya dilakukan pada batang maupun
cabang. Pemangkasan dilakukan dalam tiga kali setahun sesuai dengan kebutuhan.

Pada perkebunan kopi yang baik harus selalu diadakan pemangkasan, baik mengenai
tanaman pokok maupun pohon pelindung. Bila dibiarkan tumbuh tinggi, tanaman kopi dapat
mencapai 12 m dengan percabangan rimbun dan tidak teratur. Akibatnya, tanaman mudah
terserang penyakit serta buah yang dihasilkan sedikit dan sulit dipanen. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu dilakukan pemangkasan pada batang maupun cabang.
Pada tanaman kopi pemangkasan dilakukan pada cabang gila, maksudnya yang tidak
ada buahnya harus dibuang karena tidak berguna. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada
awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan. Maksudnya, agar tanaman telah memiliki
simpanan makanan yang cukup sebelum dipangkas.
4.2. Aspek Tekhnologi Hasil Pertanian
Pengolahan kopi organik secara umum dilakukan oleh petani dan koperasi KBQ
Baburrayyan. Petani mengolah kopi gelondong merah sampai menjadi gabah berkadar air 4045 %. Gabah tersebut dijual ke kolektor dan kolektor menjual ke KBQ Baburrayyan dengan
harga yang telah ditentukan. Kopi yang dibeli kolektor masih dalam bentuk gabah.
Selanjutnya KBQ Baburrayyan mengolah kopi gabah tersebut menjadi kopi beras. Setelah
proses pengolahan selesai, kopi digudangkan sampai pada tahap pengeksporan dilakukan.
Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang sudah
terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, kadar airnya berkisar antara 12 13 %, butiran biji kopi yang demikian ini disebut kopi beras (coffea beans). Kopi beras
berasal dari buah kopi basah yang telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan.

Proses pengolahan kopi organik secara basah


Adapun tahap-tahap proses pengolahan kopi organik secara basah yang dilakukan oleh petani
dan koperasi KBQ Baburrayyan antara lain sebagai berikut:
Pengolahan Ditahap Petani
1) Panen kopi
Kopi Arabika Gayo dipanen tanpa menggunakan mesin yaitu dilakukan secara
manual dengan cara memetik pilih buah yang telah masak, baik yang ditanam oleh petani
kecil atau oleh perkebunan ukuran menengah. Ukuran kematangan buah ditandai oleh
perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna
kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitamhitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).
Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 2,5-3 tahun. Petikan buah kopi dilakukan pada
buah yang sudah masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas
dan Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/ cabang/
ranting) yang rusak.
Karena buah kopi tidak matang pada waktu yang bersamaan, petani harus
melakukan panen sekali setiap sepuluh hari, dalam periode lima hingga enam bulan,
untuk mendapatkan kualitas terbaik dalam penampilan, aroma, dan rasa. Panen kopi
dilakukan atas bantuan tenaga kerja dari keluarga ataupun penduduk setempat dan ada
juga yang memperkerjakan orang lain. Belum adanya pemakaian teknologi atas panen

seperti yang dilakukan di Brazil. Ini merupakan keunggulan dalam panen kopi dengan
biaya tenaga kerja, karena bila panen dilakukan menggunakan mesin, buah yang belum
matang benar akan menghasilkan aroma kopi yang tipis dan profil cupping yang keras.
Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara
pemetikan :
a.

Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.

b.

Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.

c.

Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan.
Setelah buah kopi masak optimum sebaiknya secepatnya dipanen Agar buah tidak

jatuh ketanah dan menyiapkan tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga penyimpanan
hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses
maksimal 20- 36 jam jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik. (mempetahankan
mutu terbaik).
Berikut adalah kopi yang dihasilkan :

2) Pullping
Kopi masak yang baru dipanen kemudian dikupas kulit buahnya dengan cara
dimasukkan ke dalam mesin penggiling kopi (pulper). Pulping merupakan proses yang
bertujuan memisahkan biji kopi dari pulp yang terdiri dari daging buah dan kulit buah dimana
hasilnya berupa kopi berkulit ari dan kulit tanduk atau disebut gabah basah. Di dalam mesin
penggiling kopi dilengkapi dengan beberapa selinder yang bergigi, dengan pelat-pelat logam
pemecah kulit.
Adapun susunan buah kopi dengan penampang melintang dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

3) Fermentasi Gabah
Setelah digiling atau kopi sudah terlepas dari kulitnya kopi dimasukkan ke dalam goni
atau didalam bak semen untuk diendapkan selama satu malam.Proses fermentasi bertujuan
untuk melepaskan daging buah berlendir yang masih melekat pada kulit tanduk dan pada
proses pencucian akan mudah terlepas (terpisah) sehingga mempermudah proses
pengeringan. Proses fermentasi juga dapat memperbaiki citarasa dari kopi. Fermentasi yang
terlalu lama dapat mempengaruhi mutu dari kopi tersebut seperti rasa kopi menjadi asam.
Adapun perubahan-perubahan yang terjadi selama proses fermentasi antara lain sebagai
berikut :
a.

Pemecahan Komponen mucilage


Bagian yang tepenting dari lapisan berlendir (getah) ini adalah komponen protopektin

yaitu suatu insoluble complex tempat terjadinya meta cellular lactice dari daging buah.
Material inilah yang terpecah dalam proses fementasi. Ada yang berpendapat bahwa tejadinya
pemecahan getah itu adalah sebagai akibat bekerjanya suatu enzim yang terdapat dalam buah
kopi. Enzim ini termasuk sejenis katalase yang akan memecah protopektin didalam buah
kopi.
b.

Pemecahan Gula

Sukrosa merupakan komponen penting dalam daging buah kopi. Kadar gula akan
meningkat dengan cepat selama proses pematangan buah yang dapat dikenal dengan adanya
rasa manis.
Gula adalah senyawaan yang larut dalam air, oleh karena itu dengan adanya proses
pencucian lebih dari 15 menit akan banyak menyebabkan terjadinya banyak kehilangan
konsentrasinya. Proses difusi gula dari biji melalui parchment ke daging buah yang berjalan
sangat lambat. Proses ini terjadi sewaktu perendaman dalam bak pengumpul dan pemisahan
buah. Oleh karena itu kadar gula dalam daging biji akan mempengaruhi konsentrasi gula di
dalam getah beberapa jam setelah fermentasi.
Sebagai hasil proses pemecahan gula adalah asam laktat dan asam asetat dengan kadar
asam laktat yang lebih besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari proses fermentasi ini
adalah etanol, asam butirat dan propionat. Asam lain akan memberikan onion flavor.
c.

Perubahan Warna Kulit


Biji kopi yang telah terpisahkan dari pulp dan parchment maka kulit ari akan bewarna

coklat. Juga jaringan daging biji akan bewarna sedikit kecoklatan yang tadinya bewarna abuabu ata.u abu-abu kebiruan. Proses browning ini terjadi akibat oksidasi polifenol.
Terjadinya warna kecoklatan yang kurang menarik ini dapat dicegah dalam proses fermentasi
melalui pemakaian air pencucian yang bersifat alkalis.
4) Pencucian
Pencucian secara manual dilakukan pada biji kopi didalam bak semen yang dialirkan
dengan air melalui saluran dalam bak pencucian yang segera diaduk dengan tangan dan
cangkul. Proses ini dilakukan sampai berulang kali untuk mendapatkan gabah kopi yang
bersih (tidak terasa licin). Selama proses ini, air di dalam bak dibiarkan terus mengalir keluar
dengan membawa bagian-bagian yang terapung berupa sisa-sisa lapisan lendir yang terlepas.
5) Pengeringan awal
Pengeringan awal gabah basah bertujuan untuk memudahkan dalam proses pengupasan
kulit ari dan tanduk. Kadar air pada pengeringan awal berkurang dari 60 % menjadi 40-45 %.
Gabah basah dikeringkan dengan sinar matahari selama 6- 7 jam dan sering dibolak balik
selama 1 jam sekali sampai. Penjemuran dilakukan di lantai jemur yang terbuat dari semen
dengan tebal tumpukan 2 cm.

Hasil dari pengeringan ini (gabah berkadar air 40-45 %) dijual ke kolektor dengan
harga yang telah ditetapkan. Kolektor tidak mengolah gabah tersebut sama sekali, melainkan
langsung dijual ke Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan.
Pengolahan Ditahap KBQ Baburrayyan
1) Penggerbusan (Hulling)
Proses ini dilakukan dan selanjutnya dilakukan oleh karyawan KBQ Baburrayyan.
Sebelum dilakukan proses ini, gabah tersebut terlebih dahulu dikeringkan sampai kadar
airnya mencapai 40 %. Pengeringan ini dilakukan diatas terpal atau lantai semen
menggunakan sinar matahari selama 1 hari. Ini bertujuan untuk mengurangi biji yang pecah
dan memudahkan pengupasan kulit tanduk pada saat proses pengerbusan.
Gabah berkadar air 40 % dimasukkan kedalam huller untuk dilakukan pengerbusan.
Tujuan hulling/ penggerbusan adalah untuk memisahkan kulit-kulit tanduk dan ari dari gabah
sehingga didapatkan kopi labu.
2) Pengeringan Akhir
Kopi beras yang didapatkan dari hasil pengerbusan dikeringkan lagi sampai didapatkan
kadar air mencapai 12-13 %. Pengeringan ini dilakukan pada sinar matahari hingga
didapatkan kadar air dibawah 13 % yang pada akhirnya dapat menjaga stabilitas
penyimpanan. Pengeringan biasanya dilakukan di lantai jemur yang terbuat dari semen
dengan tebal tumpukan 2 cm selama 2-3 hari.
3) Sortasi Biji Kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan kopi pasar berdasarkan nilai cacatnya dan
grading/ ukuran. Untuk memisahkan berdasarkan ukurannya digunakan alat glender (ayakan),
sedangkan untuk memisahkan berdasarkan nilai cacatnya digunakan tenaga manusia (sortasi
tangan/ meja). Sortasi meja ini merupakan sortasi terakhir untuk menentukan mutu kopi beras
dengan syarat mutu ditentukan oleh direksi.
Cara sortasi ini dilakukan diatas meja dimana setiap meja terdapat 10 orang tenaga
sortasi wanita yang masing-masing bertanggung jawab atas mutu yang dihasilkannya, antara
lain : Mutu I, Mutu II, Mutu III, Mutu IV dan Mutu V. kategori mutu yang paling bagus yaitu
mutu I (warna merata, Tidak cacat, tidak ada bubuk dan kotoran).

Tabel. jenis mutu kopi berdasarkan system nilai cacat


4) Pengemasan
Tujuan pengemasan kopi beras antara lain untuk mempertahankan mutu fisik dan cita
rasa, mengamankan dari serangan hama dan penyakit, memperindah kenampakan,
mempermudah penanganan, pengangkutan, perhitungan jumlah dan identifikasi.
Proses pengemasan di pabrik KBQ Baburrayyan menggunakan karung goni (pasar eksport)
dan karung plastik (pasar local). Kemasan tersebut dijahit dengan benang 2 kali dengan
masing-masing beratnya 60 kg/ karung. Pada kemasan kopi organik dicantumkan beberapa
informasi ekspor yang langsung disablon pada goni seperti jenis kopi, nomor goni, grade
mutu kopi, ICO, negara pengekspor, negara tujuan.
4.3. Syarat Mutu Kopi
Pengolahan Basah

Kadar air maksimum 12 % (bobot/bobot).

Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan benda-benda asing lainnya maksimum
0,5 % (bobot/bobot).

Bebas dari serangga hidup.

Bebas dari biji yang berbau dan berbau kapang (apek).

Pengeringan Kering

Kadar air maksimum 13 % (bobot/bobot).

Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan benda-benda asing lainnya maksimum
0,5 % (bobot/bobot).

Bebas dari serangga hidup.

Bebas dari biji yang berbau dan berbau kapang (apek).

Biji tidak lolos ayakan ukuran 3 mm x 3 mm (8 mesh) dengan maksimum lolos 1 %


(bobot/bobot).

Untuk bisa disebut biji ukuran besar, harus memenuhi persyaratan tidak lolos ayakan
ukuran 5,6 mm x 5,6 mm (3,5 mesh) dengan maksimum lolos 1 % (bobot/bobot).

4.4. Aspek Agribisnis


Pemasaran kopi yang dilakukan oleh petani kopi di daerah biasanya menggunakan jalur
pemasaran berantai. Pemasaran kopi dilakukan rutin dalam satu minggu. Dalam satu minggu
pemasaran dilakukan hanya satu kali. Para petani akan membawa kopi ke pedagang
pengumpul yang ada di desa, pemasaran seperti ini sudah sering dilakukan dan sudah menjadi
suatu kebiasaan yang rutin.
Ditinjau dari saluran pemasaran kopi pada Koperasi Baitul Qirald Baburrayyan ada satu
macam cara penyampaian barang :
a. Distribusi barang dari petani kepada pedangang pengumpul (kolektor), dilanjutkan
kepada Koperasi Baitul Qirald Baburrayyan, dan kepada Eksportir.

Gambar 1. Skema Saluran Pemasaran Kopi di Koperasi Baitul Qiradh

Baburrayyan 2010

Dari skema di atas dapat dijelaskan Distribusi barang dari petani kepada pedangang
pengumpul (kolektor), dilanjutkan kepada Koperasi Baitul Qirald Baburrayyan, dan kepada
Eksportir. Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan mampu mengekspor kopi ke beberapa negara
antara lain USA, Australia, Canada, Inggris, Singapura, Mexico dan New Zealand.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pada bagian ini penulis akan mengemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan kultur teknis yang sangat penting dan
harus diperhatikan dalam areal perkebunan, karena pemeliharaan tanaman akan

mempengaruhi produksi tanaman.


Kegiatan pemeliharaan pada tanaman kopi yang sudah menghasilkan meliputi
pemupukan, pemangkasan (baik pada tanaman kopi maupun pada tanaman

pelindung), serta pengendalian hama, penyakit dan gulma.


Teknik budidaya Kopi Arabika Organik dilakukan dengan melihat kesuburan tanah,

kaya bahan organik, ketinggian tempat, serta perawatan dan pemeliharaan.


Bisnis Kopi Arabika Organik pada Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan sangat
menguntungkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini bukan saja berpengaruh

pada pendapatan petani, namun dapat memenuhi permintaan Kopi Arabika Organik

oleh konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.


Produk yang dihasilkan pada Koperasi ini dapat bersaing dengan produk yang
didatangkan dari luar daerah dan luar negeri.

5.2. Saran
Meskipun manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan sudah memadai, namun
untuk meningkatkan efektifitasnya berikut ini kami dapat memberikan saran-saran yang
membangun sebagai berikut :

Untuk meningkatkan produktivitas tanaman Kopi Arabika Organik supaya dapat


berproduksi dalam jangka waktu yang lama maka teknik perawatan tanaman perlu
ditingkatkan lagi ke arah yang lebih sempurna, dengan mempersiapkan dan mengolah

lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman kopi.


Untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pemeliharaan tanaman kopi organik
terutama dalam meningkatkan hasil serta mutu kopi yang dihasilkan, diharapkan
adanya penelitian yang lebih intensif sehingga tujuan dari pemeliharaan tanaman kopi

organik dapat tercapai.


Manajemen yang baik sangatlah diperlukan dalam melakukan kegiatan pemasaran,
dimana petani dapat langsung memasarkan hasil panen dengan mudah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2002a. Profil Komoditi Unggulan perdagangan Daerah Kabupaten Aceh
Tengah. Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Aceh Tengah.
Anonymous. 2002b. Kelayakan Dan Rencana Komoditi Ekspor Unggulan Kabupaten
Aceh Tengah. Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Aceh Tengah.
Anonymous. 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi. Diakses 17 Mei 2015.
Girisanta. 1978. Bercocok Tanam Kopi. Kanisus. Yogyakarta.
Sukirno, S. 2003. Pengantar Bisnis. Prenada Media : Jakarta.

Suud, Hassan. 2002. Metode Penelitian Aplikasi Dalam Menyusun Usul


Penelitian. YCMC : Jakarta.
Suud, Hassan. 2004. Pengantar Ilmu Pertanian. YCMC : Jakarta.
Suud, Hassan. 2007. Manajemen Agribisnis Dalam Perspektif Pendekatan. YCMC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai