DISUSUN OLEH
PARAMITA (PO713251201085)
SUHARA (PO713251201094)
JURUSAN FARMASI
2021
DAFTAR ISI
i
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kopi menjadi komoditi penting dalam perdagangan internasional sejak
abad ke-19. Kebutuhan kopi di dunia setiap tahunnya terus meningkat. Data
International Coffee Organization (ICO) tahun 2014 menunjukkan bahwa
pertumbuhan konsumsi kopi dunia periode tahun 2008 – 2012 sebesar 6,9%,
dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya 1,7%. Berdasarkan data Asosiasi
Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) tahun 2014, konsumsi kopi di
Indonesia pun mengalami pertumbuhan, tercatat dalam periode tahun 2008 –
2012 meningkat sebesar 9,1% atau rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya 2,3%.
1
yang biasa dibudidayakan di area tersebut sebagai bagian dari kriteria
penilaian keberhasilan untuk pencairan jaminan reklamasi (Dirjen Minerba,
2012).
B. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah melakukan ekstraksi pada simplisia
biji kopi (Coffea Semen) dengan metode Sokhlet. Mengidentifikasi komponen
senyawa kimia dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
C. Tujuan Percobaan
1. Untuk melakukan ekstraksi simplisia biji kopi (Coffea Semen) dengan
metode ekstraksi Sokhlet.
2. Untuk menentukan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak biji
kopi (Coffea Semen) melalui Skrining fitokimia.
3. Untuk mengisolasi dan mengidentifikasi komponen senyawa kimia ekstrak
biji kopi (Coffea Semen) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
D. Prinsip Percobaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kigdom : Plantae
Subkigdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
3
(Sumber: https://images.app.goo.gl/gGzmKygTegxr8S7H7)
(Sumber: https://images.app.goo.gl/8gfZfGzeLoL69jKH7)
4
Kopi adalah tumbuhan yang berbuah kecil, bulat dengan ukuran
maksimal sebesar biji kelereng. Tumbuhan kopi ini seringkali di buat
bubuk, dengan tujuan diminum, dibuat makanan, atau keperluan lainnya.
(Sumber: https://images.app.goo.gl/FpefSkvSpj39AhAJ9)
5
dengan ketinggian sekitar 1,98 hingga 4,88 meter saat tumbuh liar di
kawasan hutan. Pada saat dibudidayakan melalui pemangkasan, tingginya
sekitar 1,98 hingga 2,44 meter (Retnandari dan Tjokrowinoto 1991).
Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok. Batang pokok
memiliki ruas-ruas yang tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda.
Pada tiap ruas tumbuh sepasang daun yang berhadapan, selanjutnya
tumbuh dua macam cabang, yakni cabang orthotrop (cabang yang tumbuh
tegak lurus atau vertikal dan dapat menggantikan kedudukan batang bila
batang dalam keadaan patah atau dipotong) dan cabang plagiotrop (cabang
atau ranting yang tumbuh ke samping atau horizontal) (PTPN XII 2013).
6
Asam klorogenat termasuk keluarga dari ester yang terbentuk dari
gabungan asam kuinat dan beberapa asam trans-sinamat, umumnya
caffeic, pcoumaric dan asam ferulat. Asam klorogenat dapat melindungi
tumbuhan kopi dari mikroorganisme, serangga dan radiasi UV sedangkan
manfaat asam klorogenat bagi kesehatan manusia yaitu sebagai
antioksidan, antivirus, hepatoprotektif, dan berperan dalam kegiatan
antispasmodik. (Farhaty dan Muchtaridi 2016).
7
jenis metode ekstraksi yaitu maserasi, perkolasi, sokhletasi, dan refluks.
(Mukhriani, 2014).
C. Metode Ekstraksi
1. Pengertian Metode Sokhletasi
8
Metode ekstraksi sokhletasi adalah metode ekstraksi dengan
prinsip pemanasan dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan
terjadinya pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan
antara di dalam dan di luar sel. Dengan demikian, metabolit sekunder yang
ada di dalam sitoplasma akan terlarut ke dalam pelarut organik. Larutan itu
kemudian menguap ke atas dan melewati pendingin udara yang akan
mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang akan terkumpul
kembali. Bila larutan melewati batas lubang pipa samping sokhlet, maka
akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan
ekstrak yang baik. (Febriyanto, 2017).
9
Gambar II.4. Alat Sokhletasi (Sumber: Febriyanto, 2017)
10
Kelebihan ekstraksi bahan alam dengan metode sokhletasi antara lain
(Febriyanto, 2017):
• Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam
secara berulang kali.
• Waktu yang digunakan lebih efisien.
• Proses ekstraksi berjalan terus-menerus sesuai dengan keperluan
tanpa menambah volume pelarut. Hal ini sangat menguntungkan
karena selain ekonomis, akan diperoleh ekstrak yang lebih pekat.
2. Kekurangan ekstraksi bahan alam dengan metode sokhletasi antara lain
(Febriyanto, 2017):
• Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga kurang sesuai untuk
zat aktif yang tidak tahan panas. Hal ini dapat diperbaiki dengan
menambah peralatan yang dapat mengurangi tekanan udara.
• Cairan penyari dididihkan terus-menerus, sehingga cairan penyari
harus murni atau campuran azeotrop.
D. Skrining Fitokimia
11
2. Pereaksi Pada Skrining Fitokimia
12
buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
sampai 10 cm kemudian pada penambahan 1 tets HCl 1%, buih atau
busa tidak hilang. (Maulidiyah & dkk., 2020).
d. Skrining fitokimia senyawa steroid
E. ekstraksi Cair-Cair
a. Pengertian Ekstraksi Cair-Cair
13
b. Prinsip Kerja Ekstraksi Cair-Cair
Prinsip dasar ekstraksi cair-cair ini melibatkan pengontakan suatu
larutan dengan pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarut (immisible)
dengan pelarut asal yang mempunyai densitas yang berbeda sehingga akan
terbentuk dua fasa beberapa saat setelah penambahan solvent. Hal ini
menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari pelarut asal ke pelarut
pengekstrak (solvent). Perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut baru yang
diberikan, disebabkan oleh adanya daya dorong (dirving force) yang
muncul akibat adanya beda potensial kimia antara kedua pelarut. Sehingga
proses ektraksi cair-cair merupakan proses perpindahan massa yang
berlangsung secara difusional. (Mirwan, 2013).
14
Gambar II.6. Corong pisah dan tiang statif
15
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi
kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa
murni skala kecil.
16
rumus (Rosamah, 2019).
jarak yang ditempuh oleh senyawa(b)
Rf =
jarak yang ditempuh oleh eluen(a)
17
tidak diketahui. (Rosamah, 2019)
Sedangkan beberapa kerugian dari KLT diantaranya, yaitu
KLT bisa menjadi pekerjaan yang kurang bersih, khususnya bila plat
disiapkan sendiri. Para peneliti disarankan untuk menggunakan plat
yang siap pakai. KLT dapat dibuat sebagai kromatografi kuantitatif
dengan memodifikasi peralatan kromatografi. Dan ini memerlukan
biaya yang tidak sedikit. Lebih baik untuk menggunakan analisa semi
kuantitatif. (Rosamah, 2019).
18
BAB III
METODE KERJA
a. Alat
b. Bahan
2. Metode Kerja
b. Ditimbang biji kopi yang diperoleh, kemudian dicuci bersih biji kopi, lalu
dikupas kulit dari biji kopi.
c. Dipotong kecil-kecil biji kopi yang telah bersih dari kulitnya, lalu
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 100ºC selama 20 jam.
d. Dihaluskan biji kopi yang telah kering menggunakan blender, lalu
ditempatkan pada toples dan ditutup rapat.
e. Diberikan label simplisia pada toples.
19
saring, kondensor bola, label kecil, labu alas bulat, mantel pemanas,
pipa selongsong, rotary evaporator, sendok tanduk, timbangan
analitik, dan wadah.
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah air, metanol, dan simplisia biji kopi.
2. Metode Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Ditimbang dan dicatat berat cawan porselen kosong.
c. Ditimbang simplisia biji kopi sebanyak 50 gram di atas wadah dengan
timbangan analitik, lalu disisihkan.
d. Diambil pipa selongsong yang telah dicuci bersih dan dikeringkan, lalu
digunting kertas saring dengan bentuk bulat sebagai alas simplisia
pada bagian dalam pipa selongsong, kemudian digunting lagi kertas
saring dengan bentuk persegi panjang yang digunakan untuk melapisi
dinding bagian dalam pipa selongsong.
e. Diambil simplisia biji kopi yang telah ditimbang sebanyak 50 gram,
kemudian dimasukkan ke dalam pipa selongsong sedikit demi sedikit
dengan sendok tanduk hingga mendekati lengkungan atas dari pipa
sifon.
f. Diambil labu alas bulat, lalu dipasang labu alas bulat pada bagian
bawah pipa selongsong.
g. Diambil gelas beaker 1 liter, lalu diukur metanol sebanyak 1 liter, lalu
dituang perlahan ke dalam pipa selongsong hingga metanol mengalir
ke dalam labu alas bulat hingga dicapai volume metanol sebanyak 1/3
dari volume labu alas bulat, kemudian dicatat jumlah metanol yang
digunakan.
h. Diletakkan di atas mantel pemanas, lalu dipasang kondensor pada
bagian atas pipa selongsong, kemudian dinyalakan keran air yang
dihubungkan dengan selang pada kondensor sebagai pendingin, lalu
dinyalakan mantel pemanas dengan suhu 60°C (sesuai dengan titik
20
didih metanol).
i. Dilakukan ekstraksi hingga cairan penyari (metanol) yang melewati
pipa sifon tidak berwarna lagi (berlaku untuk simplisia dengan
ekstrak yang berwarna), kemudian dilepas kondensor dari pipa
selongsong, lalu labu alas bulat yang berisi ekstrak cair dilepas dari
pipas selongsong.
j. Disiapkan gelas beaker, corong gelas, dan kain kasa, kemudian ekstrak
cair biji kopi pada labu alas bulat disaring ke dalam gelas beaker.
k. Diuapkan ekstrak cair biji kopi dengan alat rotary evaporator hingga
larutan penyari (metanol) terpisah dari ekstrak.
l. Diambil cawan porselen, lalu dituang ekstrak biji kopi yang telah
diuapkan dengan rotary evaporator ke dalam cawan porselen,
kemudian dipanaskan di atas hot plate hingga diperoleh ekstrak kental
biji kopi.
m. Ditimbang cawan porselen yang berisi ekstrak kental biji kopi untuk
memperoleh berat ekstrak, lalu dihitung rendemen ekstrak biji
rambutan.
n. Diambil vial dan aluminium foil, lalu dimasukkan sebagian ekstrak
kental biji kopi ke dalam vial dengan batang pengaduk, kemudian
ditutup mulut vial berisi ekstrak dengan aluminium foil.
o. Ditutup cawan porselen yang berisi sisa ekstrak biji kopi dengan
aluminium foil yang akan digunakan pada metode ekstraksi cair-cair.
p. Diberi label dengan tulisan ‘ekstrak metanol biji kopi’ pada vial berisi
ekstrak kental biji kopi yang digunakan untuk identifikasi senyawa
kimia dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
C. Skrining Fitokimia
1. Alat dan Bahan
a. Alat
21
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, corong gelas, gelas
beaker 100 ml, hot plate, kertas saring, label, pipet tetes, sendok
tanduk, dan tabung reaksi.
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquadest, ekstrak kental biji kopi,
etanol, asam klorida (HCl) 1%, asam klorida (HCl) pekat, asam sulfat
(H2SO4) pekat, besi (III) klorida (FeCl3), dan serbuk magnesium.
2. Metode Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Diambil ekstrak kental biji kopi dengan batang pengaduk, lalu
dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi.
c. Ditambahkan etanol sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi berisi ekstrak, lalu diaduk hingga ekstrak larut.
d. Ditambahkan aquadest secukupnya (3-5 ml) ke dalam tabung reaksi,
diaduk hingga homogen, lalu disimpan sebagai larutan ekstrak.
e. Dilakukan skrining fitokimia senyawa alkaloid:
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji alkaloid” untuk
skrining alkaloid, dipipet larutan ekstrak ke dalam tabung reaksi
sebanyak 3 ml, lalu ditambahkan dengan 3 tetes larutan mayer.
• Diambil gelas beaker 100 ml, diisi gelas beaker dengan air
secukupnya, kemudian diletakkan tabung reaksi yang berisi larutan
ekstrak dan larutan meyer ke dalam gelas beaker, lalu dipanaskan
di atas hot plate selama 20 menit.
• Diambil tabung reaksi setelah 20 menit dipanaskan, lalu ditunggu
hingga dingin, kemudian disaring ke dalam tabung reaksi dengan
corong gelas dan kertas saring.
• Kemudian tunggu hingga larutan berubah menjadi keruh atau
terbentuk endapan yang menandakan bahwa ekstrak positif
mengandung alkaloid.
22
• Dilakukan skrining fitokimia senyawa flavonoid:
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji flavonoid” untuk
skrining flavonoid, dipipet larutan ekstrak ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1 ml, ditambahkan dengan HCl pekat sebanyak 1 ml, lalu
ditambahkan sedikit serbuk magnesium (seujung sendok tanduk).
• Ditunggu hingga larutan berubah warna menjadi kuning, jingga,
merah, atau ungu yang menandakan bahwa ekstrak positif
mengandung flavonoid.
f. Dilakukan skrining fitokimia senyawa saponin:
• Diambil gelas beaker 100 ml, lalu diukur aquadest secukupnya dan
dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian dipanaskan di atas
hot plate hingga hangat.
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji saponin” untuk
skrining steroid, dipipet larutan ekstrak ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1 ml, ditambahkan 10 ml aquadest hangat.
• Dikocok kuat hingga menghasilkan busa yang stabil, lalu diamati
busanya. Apabila busa tidak hilang, maka ekstrak positif
mengandung saponin.
g. Dilakukan skrining fitokimia senyawa steroid:
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji steroid” untuk
skrining steroid, dipipet larutan ekstrak sebanyak 1 ml ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml
secara perlahan melalui dinding tabung reaksi.
• Diamati ada atau tidaknya cincin kemerahan yang terbentuk, yang
menandakan bahwa ekstrak positif mengandung steroid.
h. Dilakukan skrining fitokimia senyawa tanin:
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji tanin” untuk
skrining tanin, dipipet larutan ekstrak sebanyak 1 ml ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan FeCl3 sebanyak 3 tetes ke
dalam tabung reaksi.
23
• Diamati perubahan warna larutan yang terjadi. Perubahan warna
larutan menjadi hijau atau biru kehitaman menandakan bahwa
ekstrak positif mengandung tanin.
Diamati dan dicatat hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak kental biji
kopi.
24
• Dilepas corong pisah dari tiang statif, lalu dihomogenkan kedua
larutan di dalam corong pisah dengan cara dikocok (pastikan tutup
corong pisah sudah dilepas sebelum dikocok).
• Dipasang kembali corong pisah pada tiang statif, didiamkan hingga
terjadi pemisahan antara kedua larutan (eter berada di bagian atas
dan air berada di bagian bawah).
• Diambil gelas beaker 100 ml, dikeluarkan ekstrak air dari dalam
corong pisah ke dalam gelas beaker hingga melewati batas atas dari
pemisahan ekstrak lalu disisihkan untuk pemisahan ekstrak n-
butanol biji kopi.
• Diambil vial, lalu dikeluarkan ekstrak eter dari dalam corong pisah
ke dalam vial.
• Ditutup mulut vial dengan aluminium foil dan diberi label pada
vial bertuliskan “ekstrak eter biji kopi”.
c. Dilakukan ekstraksi cair-cair untuk memperoleh ekstrak n-butanol biji
kopi:
• Disiapkan corong pisah 250 ml yang telah dibersihkan, lalu
dipasang pada tiang statif.
• Diambil ekstrak air biji kopi yang tadi disisihkan, lalu dimasukkan
ke dalam corong pisah.
• Diukur n-butanol jenuh air sebanyak 20 ml, lalu dimasukkan ke
dalam corong pisah.
• Dilepas corong pisah dari tiang statif, lalu dihomogenkan kedua
larutan di dalam corong pisah dengan cara dikocok (pastikan tutup
corong pisah sudah dilepas sebelum dikocok).
• Dipasang kembali corong pisah pada tiang statif, didiamkan hingga
terjadi pemisahan antara kedua larutan (n-butanol jenuh air berada
di bagian atas dan air berada di bagian bawah).
• Diambil gelas beaker 100 ml, dikeluarkan ekstrak air dari dalam
corong pisah ke dalam gelas beaker hingga melewati batas atas dari
pemisahan ekstrak.
25
• Diambil vial, lalu dikeluarkan ekstrak n-butanol jenuh air dari
dalam corong pisah ke dalam vial.
• Ditutup mulut vial dengan aluminium voil dan diberi label pada
vial bertuliskan “ekstrak n-butanol jenuh air biji kopi”.
d. Disimpan ekstrak metanol, ekstrak eter, dan ekstrak n-butanol jenuh
air biji kopi untuk identifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
26
• Dimasukkan larutan homogen ke dalam Erlenmeyer berisi
kloroform sedikit demi sedikit sembari dihomogenkan hingga
diperoleh larutan yang jernih.
c. Dibuat eluen etil asetat - etanol - aquadest dengan perbandingan 10 :
2 : 1 sebanyak 150 ml.
• Diambil gelas beaker 500 ml dan Erlenmeyer 250 ml.
• Diukur etil asetat sebanyak 115 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
• Diukur etanol sebanyak 23 ml dengan gelas ukur, lalu dimasukkan
ke dalam gelas beaker.
• Diukur aquadest sebanyak 12 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian dihomogenkan.
• Dimasukkan larutan homogen ke dalam Erlenmeyer berisi etil
asetat sedikit demi sedikit sembari dihomogenkan hingga diperoleh
larutan yang jernih.
d. Dibuat eluen benzena - etil asetat dengan perbandingan 8 : 2 sebanyak
150 ml.
• Diambil Erlenmeyer 250 ml.
• Diukur heksana sebanyak 120 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
• Diukur etil asetat sebanyak 30 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian dihomogenkan
hingga diperoleh larutan yang jernih.
e. Dibuat eluen heksana - etil asetat dengan perbandingan 8 : 2 sebanyak
100 ml.
• Diambil Erlenmeyer 250 ml.
• Diukur heksana sebanyak 120 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
• Diukur etil asetat sebanyak 30 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian dihomogenkan
hingga diperoleh larutan yang jernih.
27
f. Diambil 4 chamber KLT yang telah diberi label bertuliskan nama
setiap eluen (contoh: chamber 1 untuk eluen kloroform - metanol - air),
kemudian dimasukkan setiap eluen ke dalam masing-masing chamber
KLT ± 1 cm dari permukaan chamber (eluen tidak boleh berada tepat
atau di atas dari garis bawah pada lempeng KLT).
g. Dimasukkan kertas saring ke dalam chamber berisi eluen, lalu ditutup
chamber, kemudian ditunggu hingga kertas saring basah sempurna
yang menandakan bahwa chamber telah jenuh oleh eluen, lalu
dikeluarkan kertas saring.
h. Diambil lempeng KLT, kemudian ditotolkan ekstrak pada lempeng
KLT (ekstrak ditotolkan di bagian tengah pada garis bawah lempeng
KLT,) dengan pipa kapiler.
i. Dimasukkan lempeng KLT ke dalam chamber KLT dengan pinset
(lempeng KLT yang ditotolkan ekstrak polar dimasukkan ke dalam
chamber berisi eluen polar, lempeng KLT yang ditotolkan ekstrak non
polar dimasukkan ke dalam chamber berisi eluen non polar, dan
lempeng KLT yang ditotolkan ekstrak semipolar dimasukkan ke dalam
masing-masing chamber berisi eluen polar dan non polar), ditutup
chamber KLT, kemudian ditunggu hingga eluen mendekati garis atas
lempeng KLT.
j. Dikeluarkan lempeng KLT dari dalam chamber KLT dengan pinset,
diberi tanda jarak tempuh eluen, kemudian ditunggu hingga kering,
lalu diamati noda dengan sinar UV.
k. Dihitung nilai Rf masing-masing noda pada setiap lempeng KLT, lalu
dicatat.
28
BAB IV
A. Hasil
1. Hasil skrining fitokimia
1 ml ekstrak + 1 ml
1 ml ekstrak +1 ml
2. Flavonoid etanol + 1 ml HCl pekat
+ serbuk magnesium
1 ml ekstrak + 10 ml
3. Saponin
air hangat, kocok kuat
4. Steroid 1 ml ekstrak + 1 ml
H2SO4 pekat
1 ml ekstrak + 3
5. Tanin
tetes FeCl3
29
2. Hasil kromatografi lapis tipis
Rf 5 = 0,09
1. Polar Rf 1 = 0,89
Ekstrak metanol biji Rf 2 = 0,79
kopi
Eluen 2 = etil asetat Rf 3 = 0,63
Rf 5 = 0,19
2. Non polar Eluen 3 = benzena Ekstrak metanol biji Rf 1 = 0,95
(C6H6) - etil asetat kopi
Rf 2 = 0,86
(C4H8O2)
Rf 3 = 0,73
(7 : 3)
Rf 4 = 0,63
Rf 5 = 0,34
Rf 6 = 0,19
30
Rf 1 = 0,52
Rf 2 = 0,34
Ekstrak eter biji kopi
Rf 3 = 0,25
Rf 4 = 0,15
Elue 4 = Ekstrak metanol biji Rf 1 = 0,95
kopi Rf 2 = 0,84
B. Pembahasan
31
pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa
senyawa dapat hilang, sedangkan kelebihan metode ini merupakan
metode sederhana dan dapat juga menghindari resiko rusaknya senyawa-
senyawa dalam tanaman yang bersifat termolabil.
32
pengekstrak. Adapun pelarut pengekstrak yang digunakan pada
praktikum ini adalah nbutanol yang bersifat polar, metanol yang bersifat
semipolar, dan eter yang bersifat non polar, sehingga diperoleh ekstrak n-
butanol Biji Kopi (koffea), ekstrak metanol Biji Kopi (koffea) dan ekstrak
eter Biji Kopi (koffea). Ketiga ekstrak Biji Kopi (koffea) yang diperoleh
pada ekstraksi cair-cair merupakan ekstrak yang akan diidentifikasi
dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).
33
digunakan untuk mengelusi ekstrak n-butanol Biji Kopi (koffea), ekstrak
metanol Biji Kopi (koffea), dan ekstrak eter Biji Kopi (koffea), sesuai
dengan kepolarannya. Ekstrak metanol Biji Kopi (koffea), akan dielusi
pada keempat eluen karena sifatnya yang semipolar. Sedangkan ekstrak
n-butanol Biji Kopi (koffea), akan dielusi pada eluen ke 1 dan 2 karena
sifatnya yang polar. Pada ekstrak eter Daun Sisrak akan dielusi pada
eluen ke 3 dan 4 karena sifatnya yang non polar.
34
membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada proses identifikasi dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT), chamber yang digunakan
merupakan chamber kecil dengan penutupnya yang berupa potongan kaca
tebal berbentuk persegi. Penutup chamber yang tidak sesuai ditakutkan
akan mempengaruhi proses penjenuhan chamber dan elusi ekstrak.
Terbatasnya jumlah alat sinar UV menyebabkan proses pengamatan noda
menggunakan sinar UV membutuhkan waktu yang lama karena
digunakam secara bergantian.
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
36
B. Saran
Pada praktikum ini, disarankan kepada praktikan agar lebih sabar pada
saat proses ekstraksi berlangsung misalnya pada proses ekstraksi cair-cair
karena pada proses ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memisahkan kedua fase cair. Selain itu, diharapkan praktikan berhati-hati
dalam menggunakan peralatan laboratorium
37
LAMPIRAN
38
DAFTAR PUSTAKA
Dewatisari, F. W., & dkk. (2017). Rendemen dan Skrining Fitokimia pada
Ekstrak Daun Sanseviera sp. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 197-
202.
Dirjen Minerba. 2012. Tata cara pencairan jaminan reklamasi. Kementrian Energi
Sumber Daya Mineral.
Farhaty, Naeli dan Muchtaridi. 2015. Tinjauan Kimia dan Aspek Farmakologi
Senyawa Asam Klorogenat pada Biji Kopi: Review. Bandung: Universitas
Padjadjaran.
Ganmaa, D., Willet, W., Li, T., Feskanich, D., Dam, R., Lopez-Garcia, E., et al.
(2008). Coffee, tea, caffeine and risk breasts cancer. A 22-year follow up.
International Journal Cancer.
Najiyati, S. dan Danarti. 2007. Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya. 167 hal. Jakarta.
39
Nainggolan, M., & dkk. (2019). Penuntun dan Laporan Praktikum Fitokimia.
Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Rahardjo P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Jakarta : Penerbar Swadaya.
40