PENDAHULUAN
Tanaman kopi dimulai pada abad ke-9 di Ethiopia dan diperkenalkan ke Eropa
pada abad ke-17. Tetapi tanaman kopi tidak tumbuh dan berkembang dengan baik
di daerah tersebut, sehingga Bangsa Eropa memanfaat wilayah jajahannya sebagai
tempat menanam tanaman kopi. Indonesia dikuasai oleh Belanda dan berperan
penting dalam sejarah dan persebaran varietas kopi di dunia. Menurut literatur
sejarah kopi, minuman ini pernah menjadi komoditas utama masyarakat Islam.
Minuman kopi sangat populer di kalangan peziarah di Mekkah, meski sudah
berkali-kali dinyatakan sebagai minuman dilarang. Peziarah meminumnya untuk
mencegah kantuk dan tetap terjaga saat shalat malam.
Jenis kopi yang populer dan banyak diminati oleh pecinta kopi di dunia yaitu
Arabika (Coffea arabica), Robusta (Coffea canephora), dan Liberika (Coffea
liberica). Kopi Arabika adalah kopi pertama yang ditemukan di Ethiopia dan
orang Arab menyebarkannya ke seluruh dunia, sehingga digunakan sebagai nama
jenis kopi. Kopi arabika juga merupakan jenis kopi pertama yang dibawa oleh
Belanda ke Indonesia. Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo yang
merupakan variaetas Coffea canephora. Disebut kopi robusta karena berasal dari
kata robust yang berarti kuat (rasa pahit yang tajam). Meskipun tanaman ini lebih
kuat dari arabika dan lebih tahan hama, namun kualitas buahnya lebih rendah.
Kopi liberika pertama kali ditemukan di Liberia, sehingga banyak
1
orang mengira tanaman ini berasal dari daerah tersebut. Meski masih ditanam di
beberapa daerah, tingkat produksi di Liberia paling rendah di antara jenis lainnya,
yaitu sekitar 1-2% dari produksi kopi dunia.
1.3 Tujuan
2
II. PEMBAHASAN
Sumber : Databooks
3
Menurut International Coffee Organization (2004), berikut daftar lima negara
produsen dan pengekspor kopi di dunia :
Produksi kopi di Indonesia berfluktuasi setiap tahun kecuali DKI Jakarta, hampir
seluruh provinsi di Indonesia bisa menghasilkan kopi. Kebun kopi terbesar berada
di Sumatera Selatan dengan luas 277.542 Ha dan hasil panen 140.812 ton.
Distribusi produksi kopi di Indonesia tidak merata antar daerah, sehingga akan
4
menyebabkan daerah basis produk kopi Indonesia terkonsentrasi hanya di satu
daerah. Terkonsentrasinya areal basis komoditas kopi pada suatu wilayah saja
akan mempengaruhi daya dukung komoditas kopi Indonesia terhadap kegiatan
penanaman. Sekitar 95% produksi kopi di Indonesia adalah kopi rakyat, dan
sisanya kopi manor. Jumlah persentase kopi Indonesia didominasi oleh kopi
robusta yaitu sebesar 83% dari jumlah produksi kopi di Indonesia dan sisanya
17% berupa kopi arabika. Beberapa produk kopi Indonesia yang terkenal secara
komersial adalah kopi Arabika yaitu Kopi Gayo, Kopi Protong, Kopi Mandering,
Kopi Jawa, Kopi Kintamani Bali, Kopi Toraja dan Kopi Flores / Bahawa dan
menjadi ikon kopi Indonesia di luar negeri karena memiliki keunikan karakteristik
dan rasa. Hasil produksi kopi di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan
dengan negara produsen kopi seperti pada Negara Vietnam dan Brazil, oleh
karena itu produktivitas kopi perlu ditingkatkan lagi agar jumlah ekspor semakin
tinggi pula (Najiyati dkk, 2007).
5
3. Bengkulu Kepahiang, Curup, Rejang Lebong
4. Jawa Timur Kab.Jember, Banyuwangi. Situbondo, Bondowoso,
Malang, Jombang
5. Sumatera Utara Tapanuli, Pematang Siantar, Samosir, Sidikalang
6. Aceh Aceh Tengah, Bener Meriah
7. Sulawesi Selatan Kab. Tana Toraja, Polmas dan Enrekang
8. Sumatera Barat Kab. Agam, Padang Pariaman, Tanah Datar, Solok
dan Pasaman
Menurut Banowati (2013) produksi kopi Kabupaten Lampung Barat naik menjadi
52.644 ton. Faktor yang mempengaruhi produksi kopi umumnya dibagi menjadi
faktor genetik, faktor alam, faktor tenaga kerja, faktor modal dan Faktor
manajemen. Jadi kelima faktor tersebut haruslah lengkap sehingga menghasilkan
hasil produksi kopi yang terbaik. Pada proses produksi kopi, terdapat proses
pemeliharaan dan pemanenan, dimana proses pemeliharaan mencakup kegiatan
pemupukan, penyiangan, dan pemangkasan sehingga tanaman kopi tidak hanya
lebat pada daun saja. Dalam proses pemeliharaan faktor alam seperti hujan dan
angin kencang sangat berpengaruh, karena dapat mengurangi jumlah buah dan
merusak buah pada tanaman kopi.
6
Panen adalah tahap akhir dari proses budidaya tanaman, pada tanaman kopi yang
dapat berbuah biasanya jika sudah berumur 2,5 - 3 tahun. Dalam pemanenan hal
yang perlu diperhatikan yaitu cara panen, panen dapat dilakukan secara mekanis
dan tradisional. Pemanenan mekanis dilakukan dengan menggunakan teknologi,
sehingga sangat mendukung kegiatan pemanenan dan meningkatkan produktivitas
tanaman. Alat dan mesin yang dapat digunakan yaitu Derricadeira, Picker dan
Stripping Machine. Perkebunan kopi di Indonesia belum terkondisikan dari
tanaman kopinya yang memiliki tinggi berbeda-beda serta keadaan tanah
perkebunan yang sebagian besar berbentuk pegunungan, selain itu faktor biaya
juga menyebabkan petani kopi Indonesia memilih memanen dilakukan secara
konvensional (Ernawati, 2008).
Pemanenan buah secara tradisional dilakukan dengan cara memetik buah yang
matang pada tanaman kopi. Buah masak ditandai dengan perubahan warna kulit
dari berwarna hijau tua (buah kopi muda) hingga warnanya menjadi merah (buah
kopi sudah masak sempurna) saat kondisi ini adalah waktu yang tepat dilakukan
pemanenan. Bila terlambat memanen buah kopi, maka buah kopi akan over ripe
dengan ditandai perubahan warna menjadi kehitaman (Ernawati, 2008). Beberapa
petani akan memperkirakan waktu panen sendiri, lalu memetik buah yang sudah
tua dan yang masih berwarna hijau dari pohonnya. Selain dipetik satu-satu, cara
pemanenan dapat dilakukan dengan cara menggoyangkan dahan dengan tangan
agar buah jatuh ke dalam keranjang atau di terpal yang telah direntangkan di
bawah pohon. Cara ini memang lebih cepat, tetapi akan menurunkan kualitas biji
kopi.
7
pengolahan kering yaitu pengolahan buah kopi setelah dipanen langsung
dikeringkan saja (Najiyati dkk, 2007). Berikut tahapan pengolahan basah dan
kering pada biji kopi :
Sortasi Buah
Fermentasi Pengupasan
Kering
Pencucian
Penjemuran
Sortasi
Penggudangan
Gambar skema tahapan pengolahan kopi secara basah
Sortasi Buah
Penjemuran
Pengeringan Mekanis
Sortasi
Pengupasan
Penggudangan
Gambar skema tahapan pengolahan kopi secara kering
8
Tujuan sortasi atau adalah untuk memisahkan biji kopi yang sudah matang,
mentah dan seragam dari buah yang cacat / pecah, serta biji kopi yang terserang
hama dan penyakit. Penyortiran juga digunakan untuk membersihkan benda asing
seperti ranting, daun dan kerikil. Tujuan pengupasan adalah untuk memisahkan
kulit kopi dari biji kopi yang dapat dikupas dengan menggunakan mesin. Proses
dilakukannya fermentasi bertujuan agar lapisan lendir yang dimiliki biji kopi
dapat hilang, sedangkan fermentasi pada kopi robusta bertujuan untuk mengurangi
rasa pahit. Biasanya setelah proses fermentasi masih ada lendir yang menempel
pada kulit tanduk sehingga perlu dilakukan pencucian. Penjemuran bertujuan
untuk mengeringkan / menurunkan kadar air pada biji kopi. Tujuan penggudangan
/ penyimpanan adalah untuk menjaga biji kopi dalam kondisi aman sebelum biji
kopi dijual kepada konsumen (Edowai dkk, 2018).
Hanya kopi kering yang dapat dilakukan proses penggilingan. Penggilingan biji
kopi menggunakan mesin huller sehingga mendapatkan biji kopi pasar. Kopi perlu
digiling untuk mendapatkan kopi bubuk dan menambah luas permukaan kopi.
Dalam hal ini, rasa kopi akan lebih mudah larut selama penyeduhan, sehingga
seluruh rasa kopi akan terlarut dalam air dan nikmat untuk diminum (Ernawati,
2008).
9
Pengemasan sangat mempengaruhi kadar air dalam bubuk kopi. Pemilihan
kemasan harus sesuai dengan kebutuhan produk di dalamnya, sehingga mampu
melindungi produk dari kelembaban. Jika dalam kemasan lembab, dapat
menyebabkan bubuk kopi menjadi menggumpal dan mengeras, serta terjadinya
penurunan kualitas pada bubuk kopi. Suhu penyimpanan akan mempengaruhi
aktivitas air. Menurut Pradana (2012) kemasan aluminium foil memiliki
keunggulan karena memiliki sifat impermeabilitas cahaya, gas, air, bau dan
pelarut yang tidak dimiliki bahan kemasan fleksibel lainnya. Dengan kemampuan
tersebut, kopi yang bersifatnya mudah menyerap kelembapan dari udara
(higroskopis) dapat tertahan dengan kemasan aluminium foil. Semakin lama
waktu penyimpanan, semakin tinggi kadar air dari bubuk kopi yang dapat
menyebabkan bubuk kopi menggumpal.
10
III. KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Lampung. 2014. Statistik Daerah Kabupaten 2014. BPS Provinsi
Lampung. Lampung.
Edowai, Desi Natalia., Tahoba, Afia E. 2018. Proses Produksi dan Uji Mutu
Bubuk Kopi Arabika (Coffea arabica L) Asal Kabupaten Dogiyai, Papua.
Agriovet, 1(1):1-18.
Najiyati., Danarti. 2007. Kopi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penebar
Swadaya. Jakarta.
12
Rendah Lemak”. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
13