Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PRODUKSI PANGAN KOPI

Tugas Ekologi Pangan dan Gizi

Kelompok 20 :

Silvia Putri Sintia Dewi (101811123014)


Yuni Kusuma Wati (101811123020)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor
penting dalam sektor pertanian Indonesia. Salah satu komoditas
unggulan perkebunan yang memiliki kontribusi signifikan dalam
perekonomian Indonesia adalah kopi. Indonesia adalah produsen
kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan
menyumbang sekitar 6% dari produksi total kopi dunia, dan
Indonesia merupakan pengekspor kopi terbesar keempat dunia
dengan pangsa pasar sekitar 11% di dunia (Raharjo, 2013). Kopi
adalah salah satu komoditi yang masuk dalam produk unggulan
pada beberapa negara, keberadaanya sangat diperhitungkan dipasar
lokal maupun internasional, dimana komoditi ini dinilai dapat
meningkatan pendapatan negara dan menjadi sumber mata
pencaharian bagi sebagian masyarakatnya. Akan tetapi, tidak semua
negara dengan tingkat konsumsi kopi yang tinggi dapat
memproduksi dan membudidayakannya.
Kopi adalah suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh
dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi
dengan temperatur yang sangat tinggi atau daerah-daerah tandus
yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Sudah
beberapa abad lamanya tanaman kopi menjadi bahan perdagangan
karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat dan
berkhasiat.
Indonesia memiliki total luas areal keseluruhan perkebunan
kopi seluas 1.237.001 Ha. Berdasarkan data UN COMTRADE
Statistsic (2013), pada tahun 2012 Indonesia tercatat menjadi negara
produsen pengekspor kopi terbesar keempat di dunia dengan nilai
ekspor sebesar US$ 1.243 juta. Sementara itu posisi pertama
diduduki oleh Brazil dengan nilai ekspor sebesar US$ 5.721 juta,
kedua oleh Vietnam dengan nilai ekspor US$ 3.507 juta dan ketiga
diduduki oleh Kolombia dengan nilai ekspor sebesar US$ 1.909 juta.
Ekspor kopi Indonesia menjangkau berbagai negara di dunia seperti
negara anggota MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa), Amerika Serikat
serta negara dikawasan Asia seperti Jepang (AEKI, 2013).
Pada tahun 2015 rata-rata produksi 679.8412 Ton
(Kementerian Pertanian 2017), dimana 96% hasilnya berasal dari
perkebunan kopi rakyat yang melibatkan 1.765.491 petani
(Kementerian Pertanian Dirjen Perkebunan 2015).
Pada tahun 2012, empat peringkat besar negara pengimpor
utama kopi Indonesia adalah pertama Amerika Serikat yang
melakukan impor sebanyak 69.652 ton dengan nilai US$ 330.815
juta, kedua adalah Jepang dengan jumlah impor sebesar 51.438 ton
dengan nilai US$ 145.734 juta, ketiga adalah Jerman dengan jumlah
impor sebesar 50.978 ton dengan nilai US$ 116.897 juta dan
keempat adalah Italia dengan jumlah impor sebesar 29.081 ton
dengan nilai US$ 64.636 juta (UNCOMTRADE, 2013).
Tambunan (2004), mengatakan bahwa globalisasi akan
menimbulkan persaingan yang semakin ketat, sehingga hanya
negara yang memiliki daya saing yang kuat saja yang mampu
bertahan. Dengan potensi ekonomi yang dimiliki dan ketatnya
persaingan globalisasi dalam produksi kopi membuat pemerintah
sadar akan pentingnya komoditas perkebunan tersebut. Pemerintah
mulai menunjukkan dukungannya terhadap komoditas perkebunan
kopi sehingga mulai terjadi peningkatan ekspor kopi di indonesia. Hal
ini menuntut produsen kopi di dunia khususnya Indonesia untuk
dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara yang lebih
memuaskan daripada yang dilakukan oleh para pesaing.
Berdasarkan kondisi tersebut perlu adanya analisis mengenai
potensi dan permasalahan pada produksi kopi di Indonesia.
1.2 Tujuan
Tujuan telaah tentang produksi pangan kopi adalah:
a. Mengetahui produksi pangan kopi.
b. Mengetahui impor pangan kopi dari negara lain.
c. Mengetahui ketersediaan pangan kopi.
d. Menganalisis potensi dan masalah produksi kopi berdasarkan
sistem pangan gizi.
BAB II
HASIL

Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam


subsector perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar
yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian besar
produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang
dijual ke pasar dunia. Kopi yang dijual di dunia biasanya adalah
kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon kopi:
arabika dan robusta. Perbedaan di antara kedua varietas ini
terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji arabika, lebih
mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki
kandungan kafein 70% lebih rendah dibandingkan dengan biji
robusta.

2.1 Produksi Kopi


Wilayah subtropis dan tropis merupakan lokasi yang baik untuk
budidaya kopi. Oleh karena itu, negara-negara yang mendominasi
produksi kopi dunia berada di wilayah Amerika Selatan, Afrika, dan
Asia Tenggara.
Tabel 1. Lima negara produsen kopi terbesar di dunia-musim
tanaman 2016-2017

No Negara Produksi
1 Brasil 55.000.000
2 Vietnam 25.500.000
3 Kolombia 14.500.000
4 Indonesia 11.491.000
5 Ethiopia 6.600.000
dalam bungkus 60 kilogram
Sumber: International Coffe Organization
Menurut International Coffee Organization (ICO) konsumsi kopi
meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi
di Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke
negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia seperti Uni Eropa,
Amerika Serikat dan Jepang. Luas lahan dapat mempengaruhi
besarnya produksi kopi, seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan luas areal dan produksi kopi perkebunan,
tahun 2000–2012
Luas Lahan Produksi
Tahun
(Ha) (Ton)
2005 1.255.272 640.365
2006 1.308.731 682.158
2007 1.295.911 676.476
2008 1.295.110 698.016
2009 1.266.235 682.290
2010 1.268.476 684.076
2011 1.252.523 633.991
Sumber: DinasPerkebunan, 2013
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jika ketika terjadi
penambahan pada luas lahan maka akan diimbangi dengan produksi
kopi yang meningkat. Namun, peningkatan produksi kopi tidak hanya
dari luas lahan, namun juga dapat dipengaruhi oleh cuaca dan
kondisi tanah seperti pada tahun 2008, dimana terjadi pengurangan
luas lahan, namun produksi kopi semakin meningkat. Lahan terluas
terjadi pada tahun 2006 yaitu dengan luas 1.308.731 ha dan
produksi terbanyak pada tahun 2012 sebanyak 748.109 ton.
sebagian besar hasil produksi biji kopi Indonesia adalah
varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Biji arabika yang
berkualitas lebih tinggi kebanyakan diproduksi oleh negara-negara
Amerika Selatan seperti Brazil, Kolombia, El Salvador dan Kosta
Rika. Oleh karena itu, sebagian besar ekspor kopi Indonesia (kira-
kira 80%) terdiri dari biji robusta. Ekspor kopi olahan hanyalah
bagian kecil dari total ekspor kopi Indonesia. Provinsi-provinsi yang
berkontribusi paling besar untuk produksi kopi Indonesia adalah:
a. Robusta
1) Bengkulu (Sumatra)
2) Sulawesi Selatan
3) Lampung (Sumatra)
b. Arabika
1) Aceh
2) Sumatra Utara
Selain memproduksi kopi biasa, Indonesia juga memproduksi
beberapa kopi spesial. Yang paling terkenal di antara kopi-kopi
spesial ini adalah kopi luwak, kopi Toraja, kopi Aceh dan kopi
Mandailing. Kopi jenis pertama - kopi luwak - mungking merupakan
jenis kopi paling terkenal karena dikenal sebagai kopi termahal di
dunia. Kopi ini diekstrasi dari biji kopi yang telah melalui sistem
pencernaan musang luwak Asia (hewan yang mirip kucing). Karena
proses fermentasi khusus di dalam perut hewan tersebut (dan juga
karena fakta luwak bisa memilih buah kopi yang paling juicy) kopi ini
dipercaya memiliki rasa yang lebih kaya. Proses produksinya yang
memerlukan banyak tenaga kerja dan kelangkaannya di pasar
internasional menyebabkan harganya menjadi mahal.
Produksi kopi nasional pada 2016 mencapai 639.305 ton atau
turun tipis dari tahun sebelumnya. Pada 2017, produksi kopi
diprediksi mencapai 637.539 ton yang berarti kembali turun 0,28
persen dari tahun lalu. Di tengah maraknya kafe-kafe yang
menyajikan minuman dari olahan butiran biji kopi, produksi kopi
nasional justru mengalami penurunan produksi. Turunnya
produktivitas menjadi salah satu penyebabnya. Pada 2013,
produktivitas perkebunan kopi mencapai 739 kg/ha, pada tahun ini
diperkirakan hanya mencapai 704 kg/ha. Produksi ini dapat dilihat
pada grafik 1. Produksi kopi tahun 2012-2017.
Grafik 1. Produksi Kopi Indonesia Tahun 2012-2017
700000

690000
691200
680000

670000 675900

660000

650000 Ton
647900
640000
639400 639305 637500
630000

620000

610000
2012 2013 2014 2015 2016 2017

* 2016 Angka Sementara; 2017 Estimasi


Databoks.co.id
Statistics & data portal

2.2 Ketersediaan Kopi


Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir
kopi paling besar di dunia. Kebanyakan hasil produksinya adalah
varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Indonesia juga
terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus seperti 'kopi luwak'
(dikenal sebagai kopi yang paling mahal di dunia) dan 'kopi
Mandailing' (lihat di bawah). Berkaitan dengan komoditi-komoditi
agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk
Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.
Tabel 3. Lima negara eksportir kopi terbesar di dunia pada musim
2016-2017

No Negara Volume
1 Brasil 34.500.000
2 Vietnam 23.200.000
3 Kolombia 12.800.000
4 Indonesia 6.891.000
5 Honduras 5.589.000
dalam bungkus 60 kilogram
Sumber: International Coffe Organization

Pada tahun 2012, empat peringkat besar negara pengimpor


utama kopi Indonesia adalah pertama Amerika Serikat yang
melakukan impor sebanyak 69.652 ton dengan nilai US$ 330.815
juta, kedua adalah Jepang dengan jumlah impor sebesar 51.438 ton
dengan nilai US$ 145.734 juta, ketiga adalah Jerman dengan jumlah
impor sebesar 50.978 ton dengan nilai US$ 116.897 juta dan
keempat adalah Italia dengan jumlah impor sebesar 29.081 ton
dengan nilai US$ 64.636 juta (UNCOMTRADE, 2013).
Tabel 4. Volume dan Nilai Ekspor-Impor Kopi Tahun 2011-2016
EKSPOR IMPOR
TAHUN Volume Nilai Volume Nilai
(Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$)
2011 346.493 1.036.671 18.108 49.119
2012 448.591 1.249.520 52.645 117.175
2013 534.023 1.174.029 15.800 38.838
2014 384.816 1.039.341 19.111 46.768
2015 502.021 1.197.735 12.462 31.492
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
Keterangan / Note : *) Angka sampai dengan Bulan September
Sumber / Source : Badan Pusat Statistik
Central Bureau Of Statistics
Berdasarkan informasi diatas dapat diketahui jika setiap
tahunnya Indonesia melakukan ekspor-impor kopi. Pada tahun 2011
sampai dengan 2013 ekspor kopi mengalami kenaikan dengan nilai
US$ yang juga meningkat. Namun pada tahun 2013 nilai US$
mengalami penurunan dengan volum yang meningkat dari tahun
sebelumnya. Tahun 2014 volume ekspor kopi mengalami
peningkatan dan nilai US$ juga meningkat sedangkan pada tahun
2016 hingga bulan september volume ekspor kopi mengalami
kemerosotan yang cukup banyak dan juga diikuti dengan nilai US$
yang menurun. Indonesia telah mengekspor kopi ke berbagai negara
seperti Amerika serikat, jerman, malaysia, italia, jepang rusia, dan
negara lainnya. Jika volume ekspor kopi mengalami penurunan
dapat dikatakan jika persaingan kopi dari negara lain sangat ketat
yaitu negara yang banyak memproduksi pangan kopi seperti brazil,
vietnam, kolombia.
Sedangkan untuk impor kopi, berdasarkan tabel diatas dapat
kita ketahui jika impor kopi terbanyak ada pada tahun 2012 dan
impor kopi dengan volume paling sedikit pada tahun 2015. Namun,
jika dilihat dari ekspor kopi yang menurun pada tahun 2016,
seharusnya impor kopi juga menurun, yang artinya ketersediaan kopi
dalam negeri sangat tercukupi, karena kopi yang diekspor hanya
sedikit. Namun kenyataannya ekspor yang menurun diikuti dengan
volume impor yang meningkat.
Pada tahun 2016, Amerika Serikat masih menjadi negara
tujuan ekspor kopi Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat bahwa ekspor kopi Indonesia ke Negeri Paman Sam
seberat 67.309,2 ton, naik 2,79 persen dari tahun sebelumnya
65.482,3 ton. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar
dibandingkan dengan ekspor ke negara lainnya. Adapun nilainya
mencapai US$ 269,9 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun. Sementara total
ekspor kopi Indonesia mencapai 412 ribu ton dengan nilai US$ 1
miliar.Luas areal tanaman kopi Nusantara mencapai 1,23 juta
hektare (ha) terdiri atas Perkebunan Rakyat 1,18 juta ha,
Perkebunan Besar Negara 22.525 ha, serta Perkebunan Besar
Swasta 25.493 ha. Berikut 10 negara tujuan utama ekspor kopi
Indonesia 2016.

Amerika Serikat 67300


Jerman 42600
Malaysia 39000
Italia 35800
Jepang 35400
Rusia 24200
Mesir 21100
Inggris 18400
Belgia 12200
Canada 4300
Lainnya 112,000
0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

Grafik 2. Sepuluh negara tujuan utama ekspor kopi Indonesia 2016

Databoks.co.id
Statistics & data portal

Menurut Asosiasi Ekspor dan Industri Kopi Indonesia (AEKI)


(2011), dari total produksi kopi, sekitar 67 persen diekspor
sedangkan sisanya 33 persen untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbesar di
dunia dengan produksi mencapai 639 ribu ton pada tahun 2016.
Beberapa jenis kopi Nusantara bahkan dikenal oleh penikmat kopi di
seluruh dunia seperti kopi Toraja, kopi lampung, kopi mandailing,
maupun luwak/musang sangat terkenal kenikmatannya sehingga
harganya sangat mahal hingga mencapai jutaan rupiah perkilogram.

2.3 Konsumsi Kopi


Menjamurnya kafe-kafe yang menjajakan minuman maupun
kemasan kopi dapat meningkatkan konsumsi minuman hasil olahan
biji kopi nasional. Selain menaikkan nilai jual, munculnya kedai-kedai
tersebut juga bakal mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif dari
komoditas kopi, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Sebagai
informasi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi
kopi terbesar di dunia. Data International Coffee Organization (ICO)
mencatat konsumsi kopi Indonesia periode 2016/2017 mencapai 4,6
juta kemasan 60 kg/lb (60 kg) berada di urutan ke-6 negara dengan
konsumsi kopi terbesar di dunia di bawah Rusia. Sementara
konsumsi kopi terbesar di dunia adalah negara-negara yang
tergabung dalam Uni Eropa dengan konsumsi lebih dari 42,6 juta lb
(60 kg).
Tabel 5. Sepuluh Negara dengan Konsumsi Kopi Terbesar Dunia
2016/2017
Konsumsi
No Negara (dalam 1.000 bungkus 60
kg)
1 Vietnam 2,4 juta
2 Filipina 3 juta
3 Ethiopia 3,7 juta
4 Kanada 3,8 juta
5 Indonesia 4,6 juta
6 Rusia 4,6 juta
7 Jepang 7,9 juta
8 Brasil 21,2 juta
9 Amerika 25,8 juta
10 Uni Eropa 42,6 juta
Databoks.co.id
Statistics & data portal
Tabel 6. Konsumsi domestik kopi di Indonesia
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Konsumsi Nasional 3.333 3.584 4.042 4.167 4.333 4.500 4.600
(dalam 1.000
bungkus 60 kg)
Sumber: International Coffee Organization

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui jika konsumsi domestik kopi di


Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini memiliki
dampak baik bagi produsen kopi di Indonesia dan bagi para pelaku bisnis
dapat menjadikan sesuatu yang menjanjikan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis potensi dan permasalahan menggunakan pendekatan


subsistem produksi
Rendahnya produktivitas kopi di Indonesia di antaranya
disebabkan tanaman yang sudah tua, rusak, dan tidak produktif.
Permasalahan ini sebetulnya sudah terjadi sejak. Kementerian
Pertanian saat ini memiliki program intensifikasi dan ekstensifikasi
lahan kopi. Program intensifikasi di antaranya berupa perbaikan
tanaman kopi robusta seluas 4.900 hektare di beberapa provinsi
yaitu Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu,
dan Sulawesi Barat.
Sedangkan, perbaikan tanaman kopi jenis arabika akan
dilakukan di provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara
Timur (NTT) dan Papua, dengan total luas lahan mencapai 3.750
hektare.
Selain permasalahan produktivitas, petani kopi juga
menghadapi permasalahan yaitu pengolahan pascapanen dan
teknologi pengolahan dan kemasan pada insdustri skala kecil dan
menengah masih sangat sederhana, para pelaku usaha kecil dan
menengah belum memiliki teknologi yang memadai. Petani seringkali
tidak tahu bagaimana cara mengolah kopi yang berkualitas,
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah kopinya tersebut.
Ada berbagai cara untuk mengolah biji kopi, agar dapat
memunculkan rasa spesifik dari setiap kopi. Rasa spesifik yang
dihasilkan kopi berbeda tidak hanya berdasarkan cara pengolahan
biji kopi, tetapi juga daerah dari mana kopi tersebut berasal.
Ketidaktahuan petani dalam pengolahan kopi agar memiliki nilai
tambah tinggi mengakibatkan harga jual kopi yang diterima petani
rendah.
Kopi yang sejak ditanam dipelihara dengan baik, dipetik dalam
kondisi matang, ketika bijinya merah, serta melewati proses panen
dan pascapanen yang baik, akan menghasilkan kopi dengan kualitas
tinggi.
Kopi berkualitas tinggi akan mendapatkan klasifikasi kopi
“premium” atau “gourmet”. Setelah melewati proses
penilaian cupping score, maka sebuah kopi bisa mendapatkan
status specialty grade coffee, yang dapat meningkatkan harga jual
kopi.
Specialty coffee paling terkenal yang berasal dari Indonesia
adalah kopi luwak, yakni biji kopi yang telah melewati proses
fermentasi melalui sistem pencernaan hewan luwak. Kopi ini langka
karena harus mencari kotoran luwak yang telah memakan kopi
matang. Kelangkaan dan keistimewaan kopi ini menyebabkan harga
kopi luwak mencapai US$100 per 450 gram.
Keistimewaan ini pula yang menyebabkan petani
mengandangkan luwak, dan diberikan pakan biji kopi, agar
menghasilkan kopi luwak. Namun dengan budidaya seperti ini,
artinya penawaran kopi luwak di pasaran bertambah dan harganya
tidak lagi setinggi di awal, tetapi tetap lebih tinggi dibandingkan
kopi specialtylainnya.
Selain kopi luwak, Indonesia memiliki specialty coffee lainnya.
Beberapa kopi specialty dari Indonesia dan telah dikenal di pasar
kopi internasional di antaranya adalah Kopi Gayo, Kopi Mandailing,
Kopi Lintong, Kopi Java, Kopi Toraja, Kopi Bali Kintamani, dan Kopi
Flores.
Selain itu, terdapat juga beberapa kopi yang telah memiliki
sertifikasi Indikasi Geografis (IG) seperti Kopi Arabika Kintamani Bali,
Kopi Arabika Gayo, Kopi Arabika Flores Bajawa, Kopi Arabika Kalosi
Enrekang, Kopi Arabika Java Ijen-Raungdan Kopi Arabika Java
Preanger. Jenis-jenis kopi ini adalah kopi specialty yang memiliki
nilai jual yang tinggi.
Kopi yang telah mendapatkan sertifikasi specialty dan berbagai
sertifikasi lainnya umumnya memiliki nilai jual yang tinggi.
Permasalahannya, seperti komoditas lainnya, proses untuk
mendapatkan sertifikasi umumnya berbiaya tinggi. Meski demikian,
saat ini telah banyak lembaga nirlaba yang melakukan edukasi dan
pembinaan pada petani kopi untuk mendapatkan sertifikasi untuk
kopinya.
3.2 Analisis potensi dan permasalahan distribusi/ketersediaan kopi
Beberapa permasalahan ketersediaan kopi diantaranya,
maraknya sertifikasi bahan baku oleh lembaga atau eksportir asing,
meningkatnya impor produk kopi kualitas rendah dan memiliki kadar
gula yang tinggi, bea masuk ekspor produk kopi olahan sangat
besar yang membuat persaing di pasar global semakin sulit.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian memutuskan untuk
merevisi Standar Nasional Indonesia (SNI) kopi instant yang
selanjutnya akan diberlakukan secara wajib. Standar nasional
tersebut bertujuan untuk melindungi industri kopi nasional.
Sedikitnya industri makanan yang memiliki sertifikasi SNI ini
disebabkan oleh semua makanan dan minuman yang beredar
harus memenuhi parameter setara SNI.
Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya
komoditi ekspor dari wilayah tengah Aceh ini, seperti pengaruh iklim
global, tanaman sudah tua, intesitas serangan hama penyakit,
kesuburan tanah, pemangkasan dan tanaman pelindung.

3.3 Analisis potensi dan permasalahan konsumsi kopi


Kopi adalah bahan minuman yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Kopi mengandung energi sebesar 352
kilokalori, protein 17,4 gram, karbohidrat 69 gram, lemak 1,3 gram,
kalsium 296 miligram, fosfor 368 miligram, dan zat besi 4
miligram. Selain itu di dalam Kopi juga terkandung vitamin A
sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0
miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap
100 gram Kopi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100
%.
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kopi
berdasarkan sumber informasi gizi dari berbagai publikasi
kementerian kesehatan republik indonesia serta sumber lainnya :
Nama Bahan Makanan : Kopi
Nama Lain / Alternatif : Kopi, Bagian Yang Dapat Larut
Banyaknya Kopi yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Kopi yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
 Jumlah Kandungan Energi Kopi = 352 kkal
 Jumlah Kandungan Protein Kopi = 17,4 gr
 Jumlah Kandungan Lemak Kopi = 1,3 gr
 Jumlah Kandungan Karbohidrat Kopi = 69 gr
 Jumlah Kandungan Kalsium Kopi = 296 mg
 Jumlah Kandungan Fosfor Kopi = 368 mg
 Jumlah Kandungan Zat Besi Kopi = 4 mg
 Jumlah Kandungan Vitamin A Kopi = 0 IU
 Jumlah Kandungan Vitamin B1 Kopi = 0 mg
 Jumlah Kandungan Vitamin C Kopi = 0 mg
Dalam periode ini, secara rata-rata konsumsi kopi dunia
meningkat 2%. Negara konsumen kopi terbesar dunia bukan negara
produsen kopi. Brazil, sebagai produsen kopi terbesar, juga
merupakan konsumen terbesar ketiga. Indonesia sendiri masuk
dalam 5 negara konsumen kopi terbesar.
Sepanjang periode 2011 hingga 2017, berdasarkan data yang
dirilis oleh International Coffee Organization, konsumsi kopi
Indonesia menunjukkan tren yang meningkat. Minuman kopi dan teh
merupakan bagian dari budaya di Indonesia. Oleh sebab itu,
Indonesia dapat menjadi konsumen kopi terbesar. Ditambah lagi,
gaya hidup yang terjadi pada kaum urban memperbesar peluang
pasar kopi, tidak hanya secara global, tapi juga di negeri sendiri.
Dapat dikatakan kopi memiliki peluang besar untuk dikembangkan.
Konsumsi kopi di pasar dunia khususnya di negara-negara
importir kopi seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan Italia.
Sedangkan peningkatan terjadi disebabkan oleh seiring
meningkatnya selera dan berkembangnya industri-industri minuman
yang mempengaruhi volume impor dan nilai impor di negara
konsumen kopi dunia.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam
subsector perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar
yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian besar
produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang
dijual ke pasar dunia. Kopi yang dijual di dunia biasanya adalah
kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon kopi:
arabika dan robusta. Wilayah subtropis dan tropis merupakan lokasi
yang baik untuk budidaya kopi.
Menurut International Coffee Organization (ICO) konsumsi kopi
meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi
di Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke
negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia seperti Uni Eropa,
Amerika Serikat dan Jepang. Sebagian besar hasil produksi biji kopi
Indonesia adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah.
Selain memproduksi kopi biasa, Indonesia juga memproduksi
beberapa kopi spesial. Yang paling terkenal di antara kopi-kopi
spesial ini adalah kopi luwak, kopi Toraja, kopi Aceh dan kopi
Mandailing.
Menjamurnya kafe-kafe yang menjajakan minuman maupun
kemasan kopi dapat meningkatkan konsumsi minuman hasil olahan
biji kopi nasional. Selain menaikkan nilai jual, munculnya kedai-kedai
tersebut juga bakal mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif dari
komoditas kopi, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
4.2 Rekomendasi
Dilihat dari analisis permasalahan maka saran yang dapat
diberikan kepada pihak produsen/petani yaitu memberikan edukasi
bagaimana cara mengelola kopi yang berkualitas sehingga dapat
meningkatkan nilai dari produksi kopi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

AEKI. 2012. Kopi Lampung Dominasi Ekspor Nasional. Jakarta.


http://www.republika.
co.id/berita/ekonomi/makro/12/04/25/m30grhkopi-lampung-dominasi-
ekspor nasional. Diakses tanggal 30 Mei 2013.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. STATISTIK PERKEBUNAN


INDONESIA Tree Crop Estate Statistics Of Indones 2015 – 2017 K O
P I Coffee. http://ditjenbun.pertanian.go.id

Skripsi https://repository.usd.ac.id/6908/2/121434016_full.pdf

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/12/05/inilah-10-negara-
tujuan-utama-ekspor-kopi-indonesia

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/07/03/berapa-produksi-
kopiindonesia

https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186?

https://www.validnews.id/POTENSI-KOPI-INDONESIA-DALAM-GAYA-
HIDUP-MASA-KINI-SZJ

Anda mungkin juga menyukai