Anda di halaman 1dari 8

Nama : Felix Reyhan

Npm : 42321100008
Matkul : Metode Penelitian Sosial

Analisis Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Internasional

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas utama Indonesia yang memiliki peran penting dalam
perekonomian negara. Sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia, Indonesia memiliki
sejarah panjang dalam industri kopi. Dalam latar belakang ini, akan dibahas tentang analisis
ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, termasuk faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor kopi, tren pasar global, dan peran Indonesia dalam industri kopi dunia.

Kopi tiba pertama kali di Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh Belanda dan ditanam
di Pulau Jawa. Sejak saat itu, kopi telah menjadi salah satu komoditas ekspor utama
Indonesia. Seiring berjalannya waktu, kopi menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia,
seperti Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu
produsen kopi terbesar di dunia.

Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam industri kopi dunia. Selain sebagai salah satu
produsen terbesar, Indonesia juga dikenal dengan kopi-kopi berkualitas tinggi seperti Kopi
Arabika Gayo, Kopi Toraja, dan Kopi Mandailing. Kopi-kopi ini memiliki reputasi yang baik
di pasar internasional dan menjadi daya tarik bagi para pecinta kopi di seluruh dunia.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia di pasar internasional.
Salah satunya adalah kondisi cuaca dan iklim, yang dapat memengaruhi produksi kopi di
berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, fluktuasi harga kopi di pasar global juga memainkan
peran penting dalam ekspor kopi Indonesia. Faktor-faktor eksternal seperti kebijakan
perdagangan internasional dan permintaan pasar juga turut memengaruhi ekspor kopi
Indonesia.
Pasar kopi global terus mengalami perubahan dan perkembangan. Salah satu tren utama
adalah peningkatan permintaan akan kopi berkualitas tinggi, terutama di negara-negara maju.
Selain itu, tren gaya hidup sehat juga memengaruhi permintaan akan kopi organik dan
berkelanjutan. Perubahan preferensi konsumen dan inovasi dalam industri kopi juga menjadi
faktor penting dalam tren pasar global.

Untuk meningkatkan daya saing ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, berbagai upaya
telah dilakukan. Diantaranya adalah peningkatan kualitas dan keberlanjutan produksi kopi,
promosi produk kopi Indonesia di pasar global, serta diversifikasi produk kopi untuk
memenuhi berbagai preferensi konsumen. Selain itu, kerja sama antara pemerintah, produsen,
dan pelaku industri kopi juga menjadi kunci dalam meningkatkan ekspor kopi Indonesia.

Analisis Variabel Independen dalam Ekspor Kopi di Pasar Internasional

X1 Harga

Berdasarkan data yang ditemukan, harga ekspor kopi Indonesia di pasar internasional
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2023, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia
(AEKI) memprediksi harga kopi arabika kembali menanjak ke US$ 1,80 per pon atau US$
3.600 per ton, sementara harga kopi robusta diharapkan naik menjadi US$ 2.200 per ton.
Pada tahun 2022, Indonesia mengekspor kopi seberat 434,19 ribu ton dengan nilai USD 1,13
miliar. Amerika Serikat (AS) merupakan tujuan utama ekspor kopi nasional pada tahun
tersebut, dengan volume mencapai 55,75 ribu ton atau 12,84% dari total ekspor nasional.
Meskipun Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir kopi terbesar di dunia, daya
saing kopi Indonesia di pasar internasional kurang kuat karena tidak memiliki perkebunan
kopi yang besar seperti Vietnam. Selain itu, data menunjukkan bahwa ekspor kopi Indonesia
juga mencapai negara-negara lain seperti Mesir, Jerman, Malaysia, Italia, dan Rusia. Dengan
demikian, ekspor kopi Indonesia mencakup berbagai negara di pasar internasional.

X2 Produksi Kopi:

Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi kopi global
mencapai 170 juta kantong per 60 kg kopi pada periode 2022/2023. Indonesia merupakan
negara penghasil kopi terbesar ke-3 dunia setelah Brazil, dan Vietnam.

Indonesia tercatat sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-3 di dunia pada 2022/2023 yang
telah memproduksi kopi sebanyak 11,85 juta kantong. Rinciannya, Indonesia memproduksi
kopi arabika sebanyak 1,3 juta kantong dan kopi robusta sebanyak 10,5 juta kantong.

jadi negara penghasil kopi terbesar ke-3, produksi kopi Tanah Air pun cenderung meningkat
dalam lima tahun terakhir. Menurut laporan Statistik Indonesia 2023 dari Badan Pusat
Statistik (BPS), produksi kopi Indonesia mencapai 794,8 ribu ton pada 2022, meningkat
sekitar 1,1% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Selama beberapa tahun terakhir, jumlah produksi kopi di Indonesia yang tertinggi yakni pada
2021. Sementara itu, produksi kopi terendah yakni pada 2017 sebanyak 716,10 ribu ton, pada
2018 sebanyak 756 ribu ton. Kemudian, pada 2019 dan 2020 berturut-turut juga meningkat
sebanyak 752,5 ribu ton dan 762,4 ribu ton. Tahun 2021, kembali meningkat sebanyak 786,2
ribu ton.

X3 Negara tujuan

Berdasarkan data yang ditemukan, berikut adalah beberapa negara tujuan ekspor kopi
Indonesia di pasar internasional:

1. Amerika Serikat: Volume ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat mencapai 55,75
ribu ton atau 12,84% dari total ekspor nasional pada tahun 2022, dengan nilai ekspor
mencapai USD 268,04 juta.
2. Mesir: Volume ekspor kopi Indonesia ke Mesir mencapai 37,61 ribu ton dengan nilai
USD 82,17 juta.
3. Jerman: Volume ekspor kopi Indonesia ke Jerman mencapai 36,97 ribu ton dengan
nilai USD 80,93 juta.
4. Malaysia: Volume ekspor kopi Indonesia ke Malaysia mencapai 26,1 ribu ton dengan
nilai USD 53,25 juta.
5. Italia: Volume ekspor kopi Indonesia ke Italia mencapai 24 ribu ton senilai USD
48,98 juta.
6. Rusia: Volume ekspor kopi Indonesia ke Rusia mencapai 22,69 ribu ton senilai USD
44,16 juta.

Selain itu, ekspor kopi Indonesia juga mencakup negara-negara lain seperti Belgia, Inggris,
Jepang, dan Kanada. Dengan demikian, ekspor kopi Indonesia mencakup berbagai negara di
pasar internasional.

X4 Kualitas:

Kualitas kopi Indonesia untuk ekspor di pasar internasional masih menjadi fokus perhatian.
Salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing kopi Indonesia di pasar internasional adalah
rendahnya kualitas kopi yang dihasilkan. Rekomendasi yang diberikan termasuk upaya
peningkatan kualitas dan kuantitas kopi, spesialisasi kopi, penguatan sumber daya manusia,
serta pembuatan kebijakan yang mendukung.

Standar mutu kopi biji yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Standar Nasional Indonesia
Nomor 01-2907-2008 Kopi Biji, yang mempertimbangkan perkembangan pasar global dan
persyaratan internasional. Kopi arabika Indonesia diekspor dalam bentuk mutu 1, sedangkan
kopi robusta sekitar 60% diekspor dalam mutu 4, sekitar 30% diekspor dalam mutu 5 dan
mutu 6, serta sekitar 10% diekspor dalam mutu 1 dan mutu 2.
Meskipun demikian, Indonesia masih menjadi salah satu negara produsen dan eksportir kopi
terbesar di dunia.

Didalam sistem penilaian cacat tersebut, semakin banyak nilai cacatnya sebuah biji kopi
maka mutu dari kopi akan semakin rendah dan sebaliknya apabila semakin kecil nilai cacat
dari kopi maka mutu dari kopi semakin baik.
Pada tahun 2002, International coffee organization (ICO) mengadakan sebuah sidang yang
menghasilkan resolusi ICO 407 tentang adanya larangan yang tegas atas perdagangan kopi
dengan mutu yang rendah dan program perbaikan mutu kopi yang mulai efektif diberlakukan
sejak 1 oktober 2002.

Mengetahui standarisasi minimum di dalam resolusi ICO 407, yaitu:


Kopi Arabika: penilaian cacat maksimal 86/300 gram sampel menurut Standarisasi mutu
Brazil/ New York.
Kopi Robusta: penilaian cacat maksimal 150/300 gram sampel menurut standarisasi mutu
Indonesia/Vietnam.
Kandungan kadar air sebuah biji kopi: maksimal 12,5% yang berdasarkan metode ISO 6673

X5 Permintaan
Berdasarkan data yang ditemukan, permintaan untuk ekspor kopi Indonesia di pasar
internasional dapat dilihat dari beberapa aspek. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS),
Amerika Serikat dan Rusia masuk ke daftar tujuan utama ekspor kopi Indonesia pada 2022.
Amerika Serikat merupakan tujuan utama ekspor kopi nasional pada tahun tersebut, dengan
volume mencapai 55,75 ribu ton atau 12,84% dari total ekspor nasional. Nilai ekspor kopi ke
Amerika Serikat mencapai USD 268,04 juta. Selain itu, negara tujuan ekspor kopi terbesar
lainnya adalah Mesir, Jerman, Malaysia, Italia, dan Rusia.

Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti PDB negara pengimpor,
jarak ekonomi, nilai tukar riil, dan penyederhanaan kebijakan dapat memengaruhi volume
ekspor kopi Indonesia di pasar internasional. Analisis lain menunjukkan bahwa permintaan
kopi biji Indonesia di pasar internasional dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, namun data
spesifik mengenai permintaan tersebut tidak tersedia dalam sumber yang disediakan.

X6 Tarif:
Informasi mengenai tarif untuk ekspor kopi Indonesia di pasar internasional tidak tersedia
dalam sumber yang disediakan. Namun, terdapat informasi mengenai tarif bea masuk untuk
olahan kopi dengan dasar ekstrak, esens atau konsentrat, yang dikenakan tarif sebesar 20%
berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia. Selain itu, terdapat juga informasi mengenai
PPN 1% yang dikenakan pada biji kopi di Indonesia.

Tingkat tarif ekspor yang diterapkan pada kopi dapat mempengaruhi harga jual dan daya
saing kopi di pasar internasional. Menurut data dari International Trade Centre (ITC), tarif
rata-rata yang diterapkan pada ekspor kopi Indonesia adalah sebesar 7,5%. Tingkat tarif
ekspor yang diterapkan pada kopi dapat mempengaruhi harga jual dan daya saing kopi.
faktor-faktor seperti nilai tukar, harga kopi internasional, dan harga kopi domestik
mempengaruhi kinerja ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. Selain itu, data dari Badan
Pusat Statistik menunjukkan bahwa harga kopi Indonesia berfluktuatif dan cenderung
meningkat setiap tahunnya, sementara perkembangan harga kopi dunia tidak stabil dan
cenderung mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa tarif ekspor dapat
mempengaruhi harga jual kopi Indonesia dan daya saingnya di pasar internasional.

X7 Inflasi:
Terdapat penelitian yang membahas pengaruh nilai tukar dan inflasi terhadap ekspor kopi di
Indonesia pada tahun 2012-2016. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah
memiliki efek negatif yang signifikan terhadap ekspor kopi, yaitu ketika nilai tukar
mengalami depresiasi maka akan meningkatkan ekspor kopi.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi di Indonesia pada tahun 2020 sebesar
1,68% 4 . Hal ini menunjukkan bahwa inflasi di Indonesia relatif stabil dan tidak terlalu
mempengaruhi biaya produksi kopi. Namun, inflasi yang tinggi di negara produsen kopi
lainnya seperti Brasil dan Kolombia dapat mempengaruhi biaya produksi kopi dan daya saing
kopi di pasar internasional.

Tingkat inflasi dapat mempengaruhi kebijakan penetapan harga dan margin keuntungan
dalam perdagangan kopi. Analisis data sekunder menunjukkan bahwa inflasi dapat
mempengaruhi harga jual kopi di pasar internasional. Sebagai contoh, pada tahun 2020,
inflasi di Brasil mencapai 4,52%, yang menyebabkan harga kopi dunia naik . Hal ini
menunjukkan bahwa inflasi dapat mempengaruhi harga jual kopi di pasar internasional dan
strategi pemasaran yang diterapkan oleh produsen kopi.
X8 Kurs:
Tingkat kurs mata uang dapat mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap nilai ekspor kopi Indonesia.
Harga kopi internasional juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor kopi.
Secara simultan, nilai tukar rupiah dan harga kopi internasional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai ekspor kopi di Indonesia.

Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa faktor eksternal seperti nilai tukar juga
mempengaruhi permintaan ekspor kopi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
tukar berpengaruh non-signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat.
Namun, untuk Inggris, kurs dan lag volume ekspor terpengaruh secara signifikan dan positif
pada ekspor volume.

Fluktuasi nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi harga kopi dan daya saing kopi di pasar
internasional. Misalnya pada tahun 2015, mata uang Indonesia anjlok sebesar 7,9%. Hal ini
menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi daya saing kopi di
pasar internasional. Fluktuasi nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi harga kopi dan daya
saing kopi di pasar internasional. Misalnya saja pada tahun 2015, nilai tukar mata uang
Indonesia (IDR) dan nilai tukar mata uang Malaysia (MYR) tidak mengalami perubahan dan
meningkat sebesar 1,47%. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar mata uang dapat
mempengaruhi harga jual kopi dan daya saing kopi di pasar internasional.

Anda mungkin juga menyukai