Anda di halaman 1dari 15

Potensi Ekspor Komoditas Kopi di Indonesia

Disusun Oleh:

Astri Nur Aini (F0119025), Mada Dimas (F0119074), Nadea Isna R.R (F0119094), Rayyan
Fida (F0119113), Salma Nur Aini A (F0119123)

Dosen Pembimbing:

Selfia Bintariningtyas S.E., M.Si.

Abstrak

Perdagangan internasional merupakan salah satu jembatan untuk meningkatkan


pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indonesia memiliki produk unggulan dan potensial
yang mendorong pembangunan ekonomi Indonesia. Komoditas yang melimpah membuat
beberapa negara menjual atau mengekspor ke negara lain. Kopi adalah contoh komoditas
yang berkontribusi terhadap pertukaran mata uang negara terbesar bagi Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi pustaka. Dimana
penelitian ini lebih fokus pada penulisan kata-kata deskriptif daripada penggunaan angka,
dengan pengambilan data yang bersumber dari buku dan literatur lain. Hasil dari
penelitian ini adalah bahwa komoditas kopi di Indonesia memiliki potensi yang cukup
besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Komoditas kopi merupakan
komoditas ekspor terbesar di Indonesia. Perkembangan industri kopi yang ada di
Indonesia terus mengalami peningkatan yang dapat dibuktikan dengan kinerja industri
pengolahan kopi dalam negeri yang meningkat. Pada masa pandemi Covid-19 sektor
perkebunan justru mengalami peningkatan pada kwartal 2 dan 3 pada tahun 2020. Hal ini
menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditas perkebunan sebagai salah satu sumber
devisa negara masih terus meningkat meskipun ditengah wabah Covid-19 yang tengah
melanda dunia.
1. Pendahuluan
Perdagangan internasional merupakan salah satu jembatan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indonesia memiliki produk
unggulan dan potensial yang mendorong pembangunan ekonomi Indonesia. Produk
unggulan Indonesia memiliki sepuluh jenis, antara lain Tekstil dan Produk Tekstil
(TPT), produk elektronik, karet dan produk karet, kelapa sawit, hasil hutan, alas kaki,
mobil, udang, kakao dan juga kopi.
Ekspor dan impor merupakan bagian dari perdagangan internasional atau
perdagangan antar negara. Sumber daya alam yang melimpah membuat beberapa
negara yang menjual atau mengekspor ke negara lain. Pertambangan dan pertanian
merupakan dua sumber daya yang paling banyak diekspor (Tambunan, 2001). Kopi
adalah contoh komoditas yang berkontribusi terhadap pertukaran mata uang negara
terbesar bagi Indonesia dengan rata-rata 9% pada tahun 2010-2015.
Kopi mempunyai peranan krusial pada struktur perekonomian Indonesia
khususnya pada hal ekspor. Pusat Data & Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2017
menampakan bahwa dalam tahun 2016 kopi adalah komoditas menggunakan nilai
ekspor terbesar kelima menggunakan nilai perdagangan mencapai 1.01 milyar US$
atau berkontribusi 3.94% terhadap nilai perdagangan komoditas perkebunan yang
mencapai 25.58 milyar US$. Besarnya nilai ekspor tadi menempatkan Indonesia
menjadi negara eksportir kopi keempat terbesar global beserta Brazil, Vietnam, dan
Kolombia.
Selain negara pengekspor, Indonesia juga mengimpor kopi untuk memenuhi
kebutuhan kopi dari negara lain seperti Brazil, Vietnam dan Kolombia. Fluktuasi
harga kopi internasional mempengaruhi harga kopi domestik. Penetapan harga
didorong oleh harga kopi atau mekanisme pasar yang menimbulkan risiko pasar.
Dengan melihat komoditas kopi yang mampu menghidupi dan memberikan lapangan
pekerjaan pagi para petani, diharapkan kopi dapat meningkatkan pendapatan devisa
negara lebih baik untuk kedepanya. Dapat diketahui bahwa industri kopi Indonesia
penting untuk dianalisis daya saingnya dalam menghadapi tingkat persaingan di pasar
internasional. Produk Domestik Bruto (PDB) yang termasuk variabel makro dapat
dipengaruhi oleh volume kenaikan atau kenaikan daya saing ekspor kopi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus permasalahan pada penulisan
ini adalah bagaimana potensi ekspor komoditas kopi di Indonesia, berapa banyak hasil
PDB yang diberikan dari ekspor komoditas kopi terhadap sektor perekonoian
Indonesia, dan apa saja faktor yang mempengaruhi volume ekspor komoditas kopi.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi pustaka.
Dimana penelitian ini lebih fokus pada penulisan kata-kata deskriptif daripada
penggunaan angka yang pengambilan datanya bersumber dari buku dan literatur lain.
Metode analisis data kualitatif adalah metode pengolahan data secara mendalam
dengan data dari hasil pengamatan, wawancara, dan literatur. Penelitian kualitatif
merupakan suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan
pada penciptaan gambaran holistic lengkap yang dibentuk dengan kata-kata,
melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar
alamiah.

3. Hasil dan Pembahasan


A. Potensi Ekspor Komoditas Kopi Indonesia
Indonesia merupakan negara tropis di dunia yang memiliki kenakeragaman
hayati dan sumber daya alam yang melimpah. Indonesia sendiri memiliki berbagi
tanaman khas seperti rempah-rempah, kelapa sawit, kopi, dan lain-lain. Dari beragam
jenis tanaman yang ada di Indonesia, kopi menjadi salah satu produk unggulan
Indonesia yang menembus pasar ekspor karena Indonesia menjadi negara terbesar
keempat yang mampu memproduksi biji kopi setelah Vietnam, Brazil, dan Kolombia
sehingga memiliki volume produksi yang cukup tinggi dibandingkan negara lainnya.
Ruang ekspor kopi Indonesia lebih besar jika dibandingkan dengan konsumsi
dalam negeri. Produksi biji kopi Indonesia sekitar 60-70 persen dikabarkan diekspor
ke pasar global, sedangkan penduduk Indonesia sekitar 270 juta penduduk yang juga
menjadi konsumen kopi. Hal tersebut menandakan bahwa ekspor kopi memiliki ruang
kapasitas yang sangat besar walaupun konsumsi kopi dalam negeri sendiri juga tinggi.
Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki berbagai jenis kopi
terbanyak atau biasa disebut dengan single-origin. Jenis kopi di Indonesia sangat
beragam dan berasal dari berbagai daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali, Flores, hingga
Papua. Masing-masing jenis kopi tersebut telah terbukti memiliki cita rasa yang khas
dan unik. Beragam jenis kopi Indonesia sudah populer di pasar negeri, salah satunya
yaitu Mandailing dan Toraja. Apabila dibandingkan dengan kopi negara-negara
produsen lainnya seperti Brazil dan Vietnam, kopi Indonesia dari segi volume biaya
produksi dan sertifikasi masih kalah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kopi
Indonesia kalah saat bersaing dalam pasar global, antara lain efisiensi produksi yang
jauh lebih rendah dibandingkan dengan pesaing karena 90% produksi kopi Indonesia
didominasi oleh petani kecil. Hal tersebut berdampak pada setifikasi pertanian,
khususnya dalam hal sustainability seperti organik dan fairtrde. Tidak hanya itu saja,
perlu dilihat dari jenis produk, produksi kopi Indonesia sebagian besar adalah kopi
Robusta. Padahal, tingkat konsumsi kopi di dunia khususnya bagi negara maju
didominasi oleh kopi Arabika yang dipercaya dapat menghasilkan kopi berkualitas
tinggi. Namun, kopi Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan kopi yang
berasal dari luar negeri, yaitu jenis kopi Indonesia yang beragam dan berasal dari
berbagai daerah di Indonesia yang memiliki cita rasa khas dan unik. Serta kualitas
kopi Robusta Indonesia yang lebih unggul daripada kopi Robusta dari Vietnam.
Pasar ekspor yang paling potensial bagi kopi Indonesia yaitu Negara Jerman
dan Amerika Serikat. Kedua negara tersebut merupakan negara importir kopi terbesar
yang memiliki potensi pasar ekspor paling besar bagi kopi Indonesia. Sedangkan,
Jerman potensi pasar ekspornya lebih besar daripada Amerika Serikat dikarenakan
nilai impor per kapita yang lebih tinggi serta masih terdapat 71.6% potensi eskpor
yang belum direalisasikan senilai 201 juta USD. Jika dibandingkan dengan potensi
ekspor kopi Indonesia yang belum terealisasikan untuk Amerika Serikat hanya senilai
1 juta USD saja. Sehingga, dapat dilihat bahwa kopi Indonesia belum mampu
mengoptimalkan potensi ekspornya ke Jerman. Hal tersebut menandakan bahwa
masih ada ruang yang besar bagi pelaku UKM di Indonesia untuk mengambil potensi
ekspor kopi Indonesia.

B. Hasil PDB Ekspor Komoditas Kopi Terhadap Sektor Perekonomian


Indonesia
Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan yang cukup penting dalam
rangka meningkatkan perekonomian nasional. Peranan tersebut antara lain mampu
memberikan lapangan pekerjaan, penghasil devisa negara, dan penyumbang
pendapatan nasional. Tidak hanya itu, sektor pertanian di negara berkembang seperti
Indonesia juga berperan penting dalam menyediakan kebutuhan pangan nasional.
Peranan lain dari sektor pertanian juga bisa dilihat dari neraca perdagangan dan
neraca pembayaran, yaitu penerimaan surplus yang didapatkan dari hasil pertanian
yang ekspor ke luar negeri atau pasar internasional, serta adanya substitusi impor.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak
varietas specialty coffee yang menjadi sebuah keunggulan tersendiri dalam
menggarap pasar luar negeri. Adanya peningkatam konsumsi kopi di Indonesia dan
tingginya antusiasme sehingga memunculkan banyak pengusaha kopi baru yang
menjadi suatu peluang dan harus dimanfaatkan oleh Indonesia guna meningkatkan
produksi kopi serta efisiensi proses produksi yang akhirnya dapat meningkatkan
ekspor Indonesia. Kopi menjadi salah satu komoditas yang paling banyak dan
dominan untuk diperdagangkan di pasar global. Guna menjaga kualitas dan ciri khas
kopi Indonesia pemerintah telah mengeluarkan peraturan Nomor
41/M-DAG/PER/9/2009 tentang ketentuan ekspor kopi. Adanya peraturan pemerintah
tersebut bertujuan supaya kopi Indonesia yang diekspor ke luar negeri memiliki
kualitas yang terjamin.
Perkembangan industri kopi yang ada di Indonesia mulai mengalami
peningkatan yang dapat dibuktikan dengan kinerja industri pengolahan kopi dalam
negeri yang meningkat. Pertumbuhan konsumsi olahan produk kopi di dalam negeri
meningkat dengan rata-rata lebih dari 7 persen per tahun. Indonesia sendiri memiliki
berbagai negara tujuan dengan nilai ekspor kopi terbesar Indonesia. Berikut adalah
diagram dari negara tujuan ekspor kopi Indonesia:
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa Filipina menjadi negara
tujuan utama ekspor kopi Indonesia, yaitu sebesar 30% dari total ekspor kopi
Indonesia dengan nilai US$ 421 juta. Ekspor kopi yang dilakukan oleh Indonesia ke
Filipina didominasi oleh Kopi Instan sebesar 99,7%. Negara tujuan berikutnya adalah
Amerika Serikat yang menduduki peringkat kedua sebagai importir kopi Indonesia
dengan nilai sebesar US$ 255 juta atau 19% dari total ekspor kopi Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementrian Perdagangan, tren ekspor kopi Indonesia dalam
lima tahun terakhir meningkat rata-rata 1,14% per tahun. Jika dilihat berdasarkan
jenisnya, ada peningkatan ekspor produk olahan kopi sebesar 20,04% menjadi US$
571,48 juta. Sementara itu, untuk ekspor biji kopi mengalami penurunan sebesar
31,25 % menjadi US$ 815,93 juta dari 2017 yang mencapai US$ 1,2 miliar.
Pada masa pandemi Covid-19 seluruh aspek perekonomian nasional bahkan
dunia terkena dampaknya. Terdapat penurunan pada sejumlah sektor ekonomi. Di saat
sektor yang lain mengalami penurunan, sektor pertanian justru mengalami
peningkatan pada kwartal 2 dan 3 pada tahun 2020. Pada triwulan II PDB sektor
pertanian bertumbuh 16,24% dan pada triwulan III tumbuh sebesar 2,15%. Sehingga
menjadikan kontribusi dari sektor pertanian terhadap ekonomi nasional terus menguat.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kontribusi pada PDB triwulan III yang makin
meningkat menjadi 571,87 triliun rupiah atau sebesar 14,68%.
Pertumbuhan positif PDB salah satunya ditopang oleh sektor pertanian, pada
kuartal lalu yaitu subsektor perkebunan dengan kontribusi pada triwulan III sebesar
163,49 triliun rupiah atau 28,59%. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
telah tercatat ekspor perkebunan pada periode Januari-Oktober 2020 sebesar 359,5
triliun rupiah atau naik 11,6% jika dibandingkan pada periode 2019 sebesar 322,1
triliun. Dari nilai tersebut bisa diketahui bahwa, subsektor perkebunan menjadi
penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 90,92 %.
Ekspor komoditas perkebunan yang meningkat pada Januari-Oktober paling besar
yaitu komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kelapa, dan kopi. Ekspor perkebunan
tertinggi terjadi di bulan Oktober yaitu sebesar 38,46 triliun rupiah dengan kenaikan
sebesar 8,76 persen dari bulan sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditas perkebunan sebagai
salah satu sumber devisa negara masih terus meningkat meskipun ditengah wabah
Covid-19 yang tengah melanda dunia. Selain peningkatan ekspor, sesuai data BPS
bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) pertanian meningkat tajam dari 99,45 pada Juni 2020
menjadi 102,86 pada November 2020. NTP sub sektor tanaman perkebunan bahkan
telah mencapai 110 pada bulan November 2020. Subsektor perkebunan pada
November 2020 atau naik sebesar 2,25 persen dari Bulan Oktober.

C. Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Komoditas Kopi


Komoditas perkebunan merupakan komoditas ekspor sehingga kinerjanya
sangat dipengaruhi oleh daya saing komoditas serta perubahan-perubahan yang terjadi
baik di dalam negeri maupun dunia. Maka tentu saja banyak sekali faktor yang akan
mempengaruhi output, ekspor kopi ke pasar Internasional.
1. Analisa Deskriptif

Gambar 1. Ekspor Kopi Indonesia

Sumber: US Comtrade
Tahun 1981 jumlah ekspor kopi Indonesia sebesar 22.594.440 kg naik menjadi
22.862.260 kg pada tahun 1982. Tahun 1983 hingga 1985 mengalami kenaikan
jumlah ekspor. Pada tahun berikutnya jumlah ekspor kopi meningkat menjadi
27.835.458 kg pada tahun 1986. Kenaikan kembali terjadi pada tahun 1987
menjadi sebesar 33.273.782 kg dan tahun 1988 sebesar 33.063.477 kg. Pada
perkembangan ekspor kopi mengalami perkembangan yang fluktuatif,
perkembangan ekspor kopi Indonesia mencapai titik tertinggi pada tahun 2005
yaitu sebesar 84.426.337 kg. Sedangkan perkembangan ekspor terendah pada
tahun 1994 yaitu sebesar 19.707.140 kg.
Gambar 2. Produksi Kopi Indonesia

Sumber: Pusdatin
Pada tahun 1981 produksi kopi Indonesia sebesar 323.575 ton. Pada tahun
1982 mengalami penurunan sebesar 292.337 ton. Produksi kopi terus meningkat
dari tahun ke tahun, hingga pada tahun 1991 sebesar 507.780 ton. Pada tahun
1992 mengalami penurunan produksi yaitu sebesar 434.620 ton. Pada tahun 1993
mengalami penurunan sebesar 310.800 ton. Pada tahun 1994 mengalami sedikit
kenaikan sebesar 376.800 ton. Pada perkembangan produksi kopi mengalami
perkembangan yang fluktuatif, perkembangan produksi kopi Indonesia mencapai
titik tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 647.857 ton. Sedangkan
perkembangan produksi terendah pada tahun 1982 yaitu sebesar 292.337 ton.
Gambar 3. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Tahun 1981-2016
Sumber: World Bank
Tahun 1989 kurs seharga Rp. 1.770,05, kemudian nilai kurs terus mengalami
kenaikan hingga tahun 1998 yang mencapai Rp. 10.013,62. Selanjutnya pada
tahun 1999 mengalami penurunan yakni menjadi Rp. 7.855,15. Kemudian naik
kembali menjadi Rp. 8.421,77 pada tahun 2000. Nilai kurs terus mengalami
fluktuasi hingga mencapai titik tertinggi pada tahun 2015 yaitu seharga Rp.
13.389,41.
Gambar 4. Inflasi di Indonesia Tahun 1981-2016

Sumber: World Bank


Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui inflasi di Indonesia mengalami
fluktuatif. Pada tahun 1987 sebesar 9,28%, kemudian pada tahun selanjutnya
mengalami peningkatan dan penurunan. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998
sebesar 58,39%, sedangkan inflasi yang terendah terjadi pada tahun 2016 sebesar
3,53%.
2. Hasil Estimasi
Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa produksi kopi memiliki koefisien
regresi sebesar 0.815604. Pola hubungan antara produksi kopi dengan ekspor kopi
Indonesia adalah logaritma-logaritma, artinya apabila produksi kopi naik satu
persen, maka ekspor kopi akan naik sebesar 0.815604 persen. Sedangkan apabila
produksi turun sebesar satu persen, maka ekspor akan turun sebesar 0.815604
persen.
Variabel Inflasi memiliki koefisien regresi sebesar 0.011348. Pola hubungan
antara inflasi dengan ekspor kopi Indonesia adalah logaritma-linier, artinya
apabila inflasi naik satu persen, maka ekspor kopi akan naik sebesar 0.011348.
100 = 1.1348 persen. Sebaliknya apabila inflasi turun satu persen,maka ekspor
kopi akan turun sebesar 0.011348. 100 = 1.1348 persen.
Variabel nilai tukar (kurs) memiliki koefisien sebesar 0.169088. Pola
hubungan antara kurs dengan ekspor kopi Indonesia adalah logaritma-logaritma,
yang artinya apabila kurs naik sebesar satu persen maka ekspor kopi akan naik
sebesar 0.169088 persen. Sedangkan apabila kurs turun satu persen, maka ekspor
kopi akan turun sebesar 0.169088 persen.
Uji kebaikan model menunjukan bahwa: (1) Produksi kopi memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia. (2) Inflasi memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia. (3) Nilai tukar
(kurs) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia.

4. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara tropis di dunia yang memiliki kenakeragaman


hayati dan sumber daya alam yang melimpah. Dari beragam jenis tanaman yang ada
di Indonesia, kopi menjadi salah satu produk unggulan Indonesia yang menembus
pasar ekspor. Ruang ekspor kopi Indonesia lebih besar jika dibandingkan dengan
konsumsi dalam negeri. Jenis kopi di Indonesia sangat beragam dan berasal dari
berbagai daerah. Kopi Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan kopi
yang berasal dari luar negeri, yaitu jenis kopi Indonesia yang beragam dan berasal
dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki cita rasa khas dan unik. Kopi
Indonesia belum mampu mengoptimalkan potensi ekspornya ke Jerman. Hal tersebut
menandakan bahwa masih ada ruang yang besar bagi pelaku UKM di Indonesia untuk
mengambil potensi ekspor kopi Indonesia.

Adanya peningkatam konsumsi kopi di Indonesia dan tingginya antusiasme


sehingga memunculkan banyak pengusaha kopi baru yang menjadi suatu peluang dan
harus dimanfaatkan oleh Indonesia guna meningkatkan produksi kopi serta efisiensi
proses produksi yang akhirnya dapat meningkatkan ekspor Indonesia. Perkembangan
industri kopi yang ada di Indonesia mulai mengalami peningkatan yang dapat
dibuktikan dengan kinerja industri pengolahan kopi dalam negeri yang meningkat.
Berdasarkan data dari Kementrian Perdagangan, tren ekspor kopi Indonesia dalam
lima tahun terakhir meningkat rata-rata 1,14% per tahun.

Pada masa pandemi Covid-19 sektor pertanian justru mengalami peningkatan


pada kwartal 2 dan 3 pada tahun 2020. Sehingga menjadikan kontribusi dari sektor
pertanian terhadap ekonomi nasional terus menguat. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan kontribusi pada PDB triwulan III yang makin meningkat menjadi 571,87
triliun rupiah atau sebesar 14,68%. Peluang ekspor komoditas perkebunan sebagai
salah satu sumber devisa negara masih terus meningkat meskipun ditengah wabah
Covid-19 yang tengah melanda dunia.

Komoditas perkebunan merupakan komoditas ekspor sehingga kinerjanya


sangat dipengaruhi oleh daya saing komoditas serta perubahan-perubahan yang terjadi
baik di dalam negeri maupun dunia. Maka tentu saja banyak sekali faktor yang akan
mempengaruhi output, ekspor kopi ke pasar Internasional.

Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan yang cukup penting dalam


rangka meningkatkan perekonomian nasional. Uji kebaikan model menunjukan
bahwa produksi kopi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi
Indonesia, inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi
Indonesia, serta kurs memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi
Indonesia.
5. Daftar Pustaka

BPS. 2020. Ekspor Kopi Menurut Negara Tujuan Utama 2000-2019.


https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1014/ekspor-kopi-menurut-
negara-tujuan-utama-2000-2019.html (Diakses tanggal 11 Juni 2021).

Databoks. 2019. Inilah Negara Tujuan dengan Nilai Ekspor Kopi Terbesar
Indononesia. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/14/inilah-
negara-tujuan-dengan-nilai-ekspor-kopi-indonesia-terbesar-2018 (Diakses
tanggal 11 Juni 2021).

Densky, R., Syaparuddin, & Aminah, S. (2018). Ekspor kopi Indonesia dan faktor-
faktor yang. Perdagangan, Industri dan Moneter, 23-34.

Dewi, Kartika, Made Dian. (2015). Pengaruh Kurs Dollar, Harga, dan Inflasi
Terhadap Volume Ekspor Kepiting Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana, 4 (7): 746-762.

Ditjenbun. 2020. Peluang Ekspor Perkebunan Masih Bertahan.


http://ditjenbun.pertanian.go.id/2020/ (Diakses tanggal 11 Juni 2021).

F, K. Ge. (1967). 済無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie International


Edition, 6(11), 951–952., 2012, 1–23.

Farmasi, P. S. (2016). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康


関連指標に関する共分散構造分析 Title. 4(4), 1–9.

Ghozali, Imam. (2009). Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS17.
Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.

Jamil, A. S. (2019). Daya Saing Perdagangan Kopi Indonesia di Pasar Global.


Agriekonomika, 8(1), 26. https://doi.org/10.21107/agriekonomika.v8i1.4924

Kemendag. (2018). Specialty Kopi Indonesia. Warta Ekspor, 1–20.


http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/9321548126
511.pdf

Komaling, R. J. (2013). ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KOPI INDONESIA


KE JERMAN PERIODE 1993-2011. EMBA, 2025-2035.

Pusdatin. (2016). Outlook Kopi Tahun 2016. Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian,Un Comtrade. Diunduh dari www.uncomtrade.com.

Rinaldi, B., & F, D. M. (2020). Potensi Ekspor Produk Kopi. Ekspor Impor.

Sakee, U. (2014). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連


指標に関する共分散構造分析 Title. Tetrahedron Letters, 55, 3909.

Widaryanto, G. T. (2018). KONTRIBUSI EKSPOR KOPI TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. 17.

Word Bank. Inflasi dan kurs di indonesia 1981-2016.

Zamai, C. A., Bavoso, D., Rodrigues, A. A., & Barbosa, J. A. S. (2016). No 主観的
健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構
造分析 Title. Resma, 3(2), 13–22.

Anda mungkin juga menyukai