Anda di halaman 1dari 11

Analisis Potensi Inovasi Produk Kopi Arabika di Fusena Coffee

di Kota Tangerang

Mychael Adrian Inzaggy 1, Muhammad Iqbal Ferdiansyah2, Annisa Meida3


1,2,3
Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
E-mail: saragimychael@gmail.com, muhammad18151@mail.unpad.ac.id, annisa19014@mail.unpad.ac.id

Abstract
Indonesia is the fourth largest coffee producer in the world after Brazil, Vietnam, and Colombia.
In addition to being used as a consumption, coffee is also exporting across the country. In the
modern era of digitalization, the coffee business is getting on a larger scale and dynamic market,
where the conditions require agile innovation and development for keeping up with the market
trends. Based on that need to analyze the potential and innovation of Indonesian specialty coffee.
This research method is descriptive with a mixed approach. The study aims to analyze the
potential and innovation of coffee products in Fusena Coffee, Tangerang descriptively as well as
the formulation of research to develop signature coffee processed products. The analysis used to
generate coffee beverage development using SWOT analysis tools (Strengths, Weaknesses,
Opportunity, and Threats).

Keywords: coffee, development, innovation, potential

Pendahuluan

Perkembangan industri makanan dan sebesar 36,9 ribu ton atau 10,28%, Jepang
minuman domestik, memobilisasi peran sebesar 35,5 ribu ton atau 9,87%, Mesir
strategis dalam meningkatkan PDB sebesar 34,3 ribu ton atau 9,55%, dan Italia
indonesia. Indonesia sebagai negara sebesar 25,6 ribu ton atau 7,13%.
produsen kopi keempat di dunia setelah (Kementerian Perdagangan, 2019). ekspor
Brazil, Vietnam, dan Colombia. memiliki kopi indonesia memiliki volume yang
potensi pengembangan di sektor agrikultur bervariasi, berdasarkan jenis kopinya
subsektor kopi dengan kapasitas produksi terdapat tiga urutan ekspor kopi terbesar
per tahun sebesar 742 ribu ton dan tingkat yaitu: Arabica WIB/Robusta OIB yang tidak
produksi per tahun sebesar 8.5% di roasting sebesar 98,14% dari total ekspor,
(International Coffee Organization, 2021). di posisi kedua produk selain kopi Arabica
terdapat lebih dari 20 negara tujuan ekspor WIB/Robusta OIB yang tidak di roasting
kopi indonesia, yang pada posisi lima negara sebesar 0.95%, dan kopi yang telah di
teratas ditempati negara-negara pengimpor roasting dan digiling halus sebesar 0.68%
kopi indonesia yaitu Amerika Serikat (BPS, 2019).
sebesar 58,7 ribu ton atau 16,34%, Malaysia
Tingkat konsumsi kopi pada bersumber dari munculnya kedai-kedai kopi
masyarakat Indonesia berada di urutan lokal dengan nama dan varian produk yang
terendah jika dibandingkan dengan unik serta beragam. nama kedai kopi yang
negara-negara konsumen kopi lainnya dipilih cenderung melibatkan frasa yang
seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, sering didengar khalayak seperti kopi
Spanyol, Italia, Amerika Serikat, Jepang, kenangan, kopi janji jiwa, kopi tanamera,
Rusia, Kanada, Korea, Australia, Turki, kopi kulo dan fore. untuk biji kopi yang
Aljazair dan Arab Saudi yang tingkat digunakan, rata-rata pemilik kedai kopi lokal
konsumsi kopi per kapitanya lebih tinggi. memilih menggunakan kopi nusantara untuk
saat ini, industri kopi domestik tidak hanya dijadikan sebagai produk signature atau
bergantung pada komoditi produk utama produk unggulan yang menjadi karakteristik
kopi semata (biji kopi), namun jauh lebih dari kedai kopi tersebut. biji kopi yang
terdiversifikasi kedalam bentuk produk dipilih biasanya berasal dari daerah
olahan lain seperti roasting dan ground produsen kopi terbesar seperti Sumatera
untuk memperoleh nilai tambah dengan Selatan, Aceh, Lampung, Bengkulu, dan
menelusuri potensi-potensi pengembangan Sumatera Utara. biji kopi dari daerah
pada produk kopi domestik yang secara tersebut memiliki keunggulan pada tekstur,
langsung akan meningkatkan konsumsi aroma, cita rasa, dan kualitas yang jika
terhadap kopi domestik di indonesia. secara dibandingkan dengan kopi impor maka
sederhana, industri kopi di indonesia terbagi kualitasnya tentu jauh lebih baik.
kedalam tiga skala bisnis, yaitu industri kopi Dewasa ini, pasar konsumen kopi
olahan skala makro, industri kopi olahan Indonesia yang sangat dinamis meningkat
skala medium, industri kopi olahan skala secara signifikan, ini mengacu pada
mikro. rata-rata konsumsi kopi per kapita di bisnis-bisnis kopi lokal yang berani
indonesia dari tahun 2014 - 2019 meningkat menunjukkan eksistensi dan aktivitas
sebesar 19.4% atau 55 - 60 kg per tahunnya transaksi elektronik dari bisnisnya melalui
(katadata, 2019). aplikasi pesan antar go-food dan grabfood
dengan varian produk kopi mulai dari kopi
signature hingga kopi kekinian. varian kopi
signature yang mudah dijumpai diantaranya
seperti pandan latte, cold brew, dan fitter
menjadi target pilihan konsumen untuk
menikmati cita rasa dan aroma dari kopi
yang disajikan.
Mayoritas bisnis kedai kopi di
Gambar 1. Data Konsumsi Kopi per
Indonesia, termasuk di tangerang melakukan
kapita di Indonesia tahun 2014-2019
aktivitas usaha dagang di daerah perkotaan
(diolah peneliti, 2021)
yang memiliki pangsa pasar domestik lebih
besar. kedai kopi yang berada di daerah
Peningkatan konsumsi kopi domestik ini
perkotaan ini pada umumnya memiliki
merupakan bagian dinamika bisnis yang
karakteristik berskala mikro hingga makro, dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan
dengan kemudahan akses informasi, tinggi. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah
manajemen, transaksi non-tunai, pegunungan di Ethiopia. Namun, kopi
permodalan, dan akses ke pemasok. Faktor sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia
lain yang mendukung perkembangan bisnis setelah tanaman tersebut dikembangkan di
kedai kopi adalah kecermatan melihat luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian
peluang dan entrepreneur skill yang selatan Arab (Hamni, 2013).
memadai, hal ini dikarenakan mayoritas
bisnis kedai kopi memiliki prioritas utama Kopi arabika memiliki nama ilmiah yaitu
dalam mengembangkan potensi usaha Coffea arabica. Carl Linnaeus adalah
dagang ke arah pengembangan potensi dan seorang ahli botani asal Swedia. Ia
inovasi bisnis. menggolongkannya ke dalam keluarga
Menimbang bahwa bisnis Fusena Rubiaceae genus Coffea. Sebelumnya
Coffee masih tergolong baru dan tanaman ini sempat diidentifikasi sebagai
memerlukan informasi yang lebih Jasminum arabicum oleh seorang naturalis
mendalam, maka untuk mengoptimalkan asal Perancis. Kopi arabika diduga sebagai
penelitian akan difokuskan pada aspek spesies hibrida hasil persilangan dari Coffea
bisnis yang telah dijalankan selama kurang eugenioides dan Coffea canephora (Hamni,
lebih enam bulan terakhir. Bisnis ini 2013). Ciri – ciri kopi arabika :
memiliki potensi yang dapat dikembangkan 1. Aromanya memiliki wangi sedap
seperti produk cold brew, gulali latte, dan yang mirip dengan pencampuran
fitter yang berpeluang untuk menjadi produk bunga dan buah. Hidup di daerah
unggulan. utamanya seluruh bahan baku yang sejuk dan dingin.
produk biji kopi berjenis arabika diperoleh 2. Memiliki rasa asam yang tidak
dari pemasok yang bekerja sama dengan dimiliki oleh kopi jenis robusta.
pendiri fusena coffee sebagai pihak 3. Memiliki bodi atau rasa kental saat
penyedia biji kopi berkualitas. Biji kopi diserap di mulut.
yang digunakkan pada fusena coffee 4. Rasa kopi arabika lebih mild atau
diantaranya adalah Toraja Coffee, Cianjur halus.
Sarangge 1535, dan Flores Uwu.
Untuk dapat mengembangkan bisnis Inovasi Produk
fusena coffee, diperlukan riset secara Lestari (2019), menafsirkan inovasi sebagai
bertahap dan menyeluruh terkait sistem upaya pemberian solusi baru yang dapat
manajemen bisnis yang terdiri dari empat memberikan nilai tambah kepada pelanggan.
fungsi utama bisnis yaitu operasi, finance, Inovasi produk dilakukan pada suatu produk
human resource dan marketing. dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
inovator atau orang yang menjadi pelaku
Tinjauan Pustaka inovasi. Tujuan inovasi produk adalah untuk
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman menilai perkembangan, siklus, dan tingkat
perkebunan yang sudah lama dibudidayakan kegunaan dari suatu produk. Bentuk dari
inovasi produk diantaranya adalah beberapa kasus tertentu ada sebagian
penciptaan produk baru. dengan kehadiran yang sudah memiliki akses ke
produk baru, maka dapat diartikan bahwa instansi permodalan non-bank.
produk baru membawa sejumlah kelebihan g. Perizinan dan persyaratan legalitas
melalui penyempurnaan produk prototipe, usaha masih belum dilengkapi.
proses modifikasi produk dan Di indonesia, masih terdapat beberapa usaha
pengembangan merek baru. mikro yang belum memperoleh layanan
permodalan maupun kredit perbankan. Hal
Usaha Mikro ini disebabkan oleh berbagai kendala pada
Menurut Undang-Undang Nomor 20 usaha mikro baik dari sisi internal maupun
tahun 2008 tentang UMKM, definisi dan eksternal usaha.
kriteria usaha mikro dijabarkan sebagai
usaha produktif milik perorangan berskala Sektor Usaha Informal
mikro dan bersifat konvensional dalam Berdasarkan Keputusan Menteri
memenuhi kriteria kekayaan bersih, atau Perindustrian dan Perdagangan No:
hasil penjualan tahunan yang diatur sebagai 23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga
berikut: -Lembaga Usaha Perdagangan, yang
a). memiliki kekayaan bersih minimal dijelaskan dalam pasal 4 menyebutkan
sebanyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta bahwa:
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan 1. Pihak yang termasuk Perdagangan
b). memiliki hasil penjualan, tahunan Informal adalah pedagang keliling,
minimal sebanyak Rp 300.000.000 (tiga pedagang kaki lima, pedagang
ratus juta rupiah). asongan, pedagang toko kelontong,
Karakteristik usaha mikro, terdiri dari: bakul gendong, kedai, warung, los
a. Produk/barang dagangan tidak selalu pasar, jasa perbaikan, jasa
tetap. pertukangan, dan jasa-jasa informasi
b. Lokasi usahanya tidak selalu lainnya.
menetap, pada situasi tertentu dapat 2. Pedagang informal harus memenuhi
berpindah tempat. ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
c. Sistem pengelolaan keuangan yang a). Memiliki modal usaha diluar
belum dikelola secara administrasi tanah dan bangunan tempat usaha
dengan baik. tidak lebih dari Rp 5.000.000 (lima
d. Sumber Daya Manusia belum cukup juta rupiah).
kompeten dan belum memiliki jiwa b). Dikerjakan sendiri atau oleh
wirausaha yang proporsional. beberapa pihak
e. Tingkat pendidikan rata-rata c). Jenis kegiatan usaha yang
wirausaha ditentukan pada dijalankan bersifat tidak tetap.
pendidikan terakhir.
f. Umumnya belum memiliki akses ke
perbankan dan permodalan, di
Sektor Ekonomi Kreatif b. Memiliki siklus hidup
Dalam perkembangannya, produk olahan pendek, keragaman produk
kopi mulai dikategorikan ke dalam sektor tinggi, margin produk tinggi,
Ekonomi Kreatif subsektor kuliner. persaingan ketat, dan
Sebagaimana yang dijelaskan mengenai berpotensi untuk saling
pengertian ekonomi kreatif dalam meniru.
Undang-undang No 24 tahun 2019 tentang c. Mengimplementasikan
Ekonomi Kreatif, yang dijelaskan dalam ekosistem kolaborasi antar
pasal 1 menyebutkan bahwa: pihak sebagai pelaku industri
Ekonomi kreatif merupakan bentuk kreatif yang melibatkan
nilai tambah dari kekayaan akademisi atau intelektual,
intelektual individu yang bersumber investor, dan pemerintah.
pada warisan budaya, pengetahuan, d. Unsur ekonomi kreatif terdiri
dan teknologi informasi. dari penyediaan bahan dan
Sedangkan, definisi ekonomi kreatif produk kreatif dan
menurut Departemen Perdagangan Republik mendukung penciptaan unsur
Indonesia (2009:5) yaitu: nilai kreatif dari luar sektor
Ekonomi kreatif adalah yang tidak terikat hubungan
sebuah industri yang menciptakan dengan pelanggan.
ekosistem usaha yakni e. Aktivitas berdasarkan pada
pendayagunaan kreativitas, keahlian, sebuah ide dan gagasan dari
serta bakat manusia dalam pelaku usaha.
menciptakan peluang usaha secara f. Pengembangan ekosistem
kondusif dan kolaboratif. ekonomi kreatif tidak terbatas
pada satu bidang, namun
Karakteristik Ekonomi Kreatif dapat berkembang dengan
Karakteristik ekonomi kreatif menggabungkan bidang
menunjukkan keunggulan dari kreativitas -bidang lainnya.
individu dalam menghasilkan sebuah karya
dan desain kreatif dari produk yang ingin Klasifikasi Sektor Ekonomi kreatif
dihasilkan. Karakteristik sektor ekonomi Badan Ekonomi Kreatif atau yang
kreatif terdiri dari: sekarang menjadi Kementerian Pariwisata
a. Terdapat unsur utama berupa dan Ekonomi Kreatif, melalui buku kinerja
kreativitas, keahlian dan badan ekonomi kreatif (2019:24)
bakat yang dapat mengklasifikasikan subsektor ekonomi
meningkatkan kesejahteraan kreatif kedalam 2 kelompok yaitu:
dan peningkatan kreasi 1) Kelompok Subsektor Prioritas
melalui penawaran a). Subsektor Film, Animasi
kreativitas. dan Video khusus bertujuan untuk
memperbaiki struktur pasar dengan
memberi kesempatan dan perizinan Tujuan Penelitian
kepada investor asing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
b). Subsektor Aplikasi dan potensi dan inovasi produk kopi di Fusena
Game khusus bertujuan untuk Coffee, Tangerang secara deskriptif serta
meningkatkan pangsa pasar aplikasi perumusan hasil penelitian guna
dan game yang berfokus pada mengembangkan produk olahan kopi dengan
olahraga digital atau E-sport. jenis arabika yang lebih bervariasi.
c). Subsektor Musik khusus
bertujuan khusus untuk Metode Penelitian
mengembangkan platform yang Penelitian ini menggunakan hasil
berpihak pada hak cipta. data primer yaitu melalui wawancara untuk
menggali informasi guna mengetahui
2) Kelompok Subsektor Unggulan potensi dan inovasi produk kopi arabika
a). Subsektor Kriya dengan dengan pihak-pihak terkait yaitu pendiri
tujuan untuk mengembangkan usaha kedai kopi yang terdiri dari CEO yaitu Alvin
kriya di indonesia. Leonard, Christian dan Cinsia. dan Data
b). Subsektor Kuliner khusus sekunder yang digunakan terdiri dari data
bertujuan untuk mempromosikan time series produksi kopi per kapita dalam
soto, kopi dan kuliner indonesia kurun waktu 4 tahun (2017-2020), data time
lainnya dengan fokus utama series konsumsi per kapita dalam kurun
terbentuknya usaha kuliner bermerek waktu 4 tahun (2017-2020), dan data
indonesia (Indonesian Brand). penjualan produk bulanan (Feb 2021-Mar
c). Subsektor Fashion khusus 2021). Kopi yang menjadi objek penelitian
bertujuan untuk menjadikan sebagai adalah jenis kopi bubuk yang telah di
pusat busana muslim dan busana roasting dan digiling halus serta digunakan
modis berkelas dunia. sebagai bahan dasar minuman kopi
signature dan non-signature.
Data yang diperoleh kemudian
Subsektor Kuliner dianalisis dengan menggunakan metode
Subsektor kuliner merupakan salah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Potensi
satu sub bidang industri ekonomi kreatif bisnis minuman kopi dianalisis dengan
yang berkontribusi sebesar 30% dari total menggunakan indeks market potential,
pendapatan sektor pariwisata dan industri sedangkan inovasi produk dianalisis
kreatif (Kemenparekraf, 2019). Dalam menggunakan indeks innovation rate dan
proses perkembangannya, kuliner memiliki degree of innovation.
keberagaman dan karakteristik dilihat dari
bentuk dan jenis produk diantaranya yaitu: MARKET POTENTIAL
makanan (soto, sate, rujak, dll), dan Menurut Harris dalam Jacks (2018),
minuman (kopi, dawet, bir pletok, dll). mengartikan potensi pasar sebagai intensitas
kemungkinan yang berhubungan dengan
pasar dan dihitung sebagai jumlah pasar
yang dapat diakses ke titik tertentu melalui Keterangan:
jarak ke pasar dari titik awal. tujuan IR : Innovation Rate
penggunaan indeks market potential adalah NoI : Jumlah inovasi
untuk mengetahui peluang pasar yang NoP : Jumlah produk
memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai lingkup yang digunakan dalam DEGREE OF INNOVATION (DOI)
memasarkan produk minuman kopi Menurut Jurgen Hauschildt (1999), inovasi
signature dan non-signature. dapat diukur secara optimal dengan degree
MP dirumuskan sebagai berikut: of innovation yang digunakan dalam
menghitung tujuan pembaruan dengan
kombinasi medium produk. tujuan
penggunaan indeks Degree of Innovation
dalam penelitian adalah untuk mengetahui
nilai kebaruan dari perkembangan inovasi
Keterangan: produk minuman kopi yang telah dilakukan
MP: Market Potential secara optimal. Variabel yang diukur adalah
N : Jumlah pembeli potensial DOI dirumuskan sebagai berikut:
Yi : Rata-rata Harga Penjualan
Distij : Rata-rata Jumlah Pembelian dari DOI = NoP - MC
Konsumen
Keterangan:
INNOVATION RATE (IR) DoI : Degree of Innovation
Menurut Klaus Reichert dalam Amantha NoP : Kebaruan dari tujuan
(2016), Inovasi dapat diukur dengan MC : Kombinasi medium
menggunakan Innovation rate untuk
menghitung aktivitas inovasi yang telah ANALISIS SWOT
dilakukan pada penjualan produk, dibagi Untuk menganalisis strategi produk
dengan jumlah produk dikalikan seratus yang telah dilakukan oleh pemilik kedai
persen. Tujuan penggunaan indeks fusena coffee, dengan tujuan untuk
Innovation rate dalam penelitian adalah memastikan seberapa kuat daya tahan
untuk mengetahui bahwa pengembangan produk minuman kopi berjenis arabika
produk telah berhasil di pasar atau dengan produk-produk yang menjadi
sebaliknya. Variabel yang diukur adalah ancaman di masa depan. Matriks SWOT
tingkat inovasi dari suatu produk minuman terbagi kedalam 4 kuadran yaitu: Kuadran
kopi yang menggunakan biji kopi berjenis Strength & Opportunity, Kuadran Strength
arabika terhadap keberhasilan suatu bisnis. & Threat, Kuadran Weakness &
IR dirumuskan sebagai berikut: Opportunity, dan Kuadran Weakness &
Threat. Kuadran Strength & Opportunity
𝑁𝑜𝐼
IR = 𝑁𝑜𝑃
x 100% digunakan untuk menganalisis kekuatan dan
kesempatan yang dimiliki suatu produk pasar produk minuman kopi di suatu
minuman kopi untuk dapat menghasilkan wilayah adalah dengan menggunakan
penjualan. Kuadran Strength & Threat metode Market Potential (MP). Nilai MP
digunakan untuk melakukan manuver dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
strategi dengan mengurangi ancaman dari bahwa peningkatan nilai potensi pasar yang
produk pesaing atau substitusi. Sementara, cukup besar yaitu 733,3 atau dibulatkan
kuadran Weakness & Opportunity digunakan menjadi 734. Untuk menganalisis tingkat
untuk menganalisis serta memperbaiki inovasi produk, maka digunakan indeks
kelemahan produk minuman kopi dengan innovation rate. Hasil dari indeks innovation
melakukan inovasi produk yang belum rate untuk produk minuman kopi sebesar
pernah digunakan oleh kompetitor. Kuadran 50%, sedangkan derajat inovasi
Weakness & Threat. Digunakan untuk menunjukkan nilai positif dengan
menganalisis strategi pelindung untuk menghasilkan nilai sharing knowledge
mengurangi kelemahan produk minuman dengan customer yang datang ke Fusena
kopi. (Rangkuti, 2016). Coffee dan memberikan kesan vintage atau
jadul di toko kopinya.
Waktu dan Tempat Penelitian
Kedai kopi yang menjadi tempat penelitian ANALISIS SWOT PRODUK MINUMAN
adalah Fusena Coffee yang berlokasi di Jl. KOPI
Raya Taman Cibodas No.1, RT.002/RW.006, Hasil analisis swot produk minuman
Sangiang Jaya, Kec. Priuk, Kota Tangerang, kopi di fusena coffee disajikan dalam tabel
Banten 15132. Penelitian ini dilakukan pada berikut: Tabel 1.1
bulan April 2021. Nama Analisis
produk
Hasil Penelitian Strength Weak Opportu Threat
ness nity
Hasil Penelitian yang didapat dari
Fusena Coffee yang pertama adalah menu Kopi
minuman mereka yaitu minuman kopi dan
Cold Minuman Hanya Bisa Mulai
minuman non kopi dengan harga rata-rata
Brew Pilihan tersedia menggu banyak
produknya Rp 22.000/Cup. Terdiri dari 8 tepat di pada nakan disajikan
jenis produk yaitu 4 produk minuman kopi negara momen varian es oleh
dan 4 produk minuman non kopi. tropis tertentu atau biji kompetit
dan kopi or
kondisi lainnya
ANALISIS POTENSI INOVASI dingin
PRODUK KOPI ARABIKA DI
TANGERANG Filter Dapat Memaka Dapat Mulai
memilih n waktu memakai banyak
Potensi produk minuman kopi di biji kopi selama biji kopi disajikan
tangerang dapat dilihat dari potensi sesuai menyed arabika oleh
penjualan produknya. Beberapa metode selera uh kopi lokal kompetit
yang digunakan untuk menganalisis potensi dari di or
indonesi
a yaitu menambah biaya operasional karena
dengan membeli produk sachet yang
The Dapat Memaka Berpo- Mudah d harganya cenderung lebih tinggi daripada
Breeze memilih n waktu tensi duplikasi
produk kopi dari pemasok. Maka akan
biji kopi dan menggu oleh
sesuai hanya nakan kompetit menghasilkan ketimpangan biaya
selera dan tersedia Kopi or operasional di fusena coffee.
ada dalam arabika
tambahan kondisi dari
KESIMPULAN
soda dingin indonesi
untuk a Dari penelitian di tempat kopi Fusena
menjadi Coffee dapat dikatakan bahwa Fusena
sensasi Coffee memanfaatkan biji kopi yang ada di
yang baru
Indonesia dan mengembangkannya menjadi
Japanes Dapat Hanya Berpelua Terdapat minuman kopi yang tidak kalah saing
e Ice memilih Tersedia ng produk dengan biji kopi lainnya. Nilai lokal yang
biji kopi kondisi menjadi substitus diberikan Fusena Coffee cukup tinggi
sesuai dingin produk dalam
selera signature bentuk dengan suasana jadul yang menjadi nilai
sachet lebih untuk bersaing.
Berdasarkan matriks tabel 1.1 mengenai
analisis komponen strength, weakness, Daftar Pustaka
opportunity dan threat, menunjukkan di
komponen strength bahwa produk minuman Badan Pusat Statistik. (2019). Indonesian
kopi dapat memberikan opsi custom Coffee Statistics.
menggunakan biji kopi arabika yang tersedia
sesuai selera. Di komponen weakness, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
kekurangan dari penyajian minuman kopi Kreatif. (2019). Kinerja Badan
ditunjukkan melalui terbatasnya Ekonomi Kreatif.
ketersediaan minuman kopi pada
momen-momen tertentu dan hanya tersedia Departemen Perdagangan Republik
dalam kondisi dingin. Di komponen Indonesia. (2009). Pengembangan
opportunity, pemakaian biji kopi dapat lebih Industri Kreatif 2025.
optimal dengan memanfaatkan penggunaan
biji kopi arabika lokal dari sejumlah daerah International Coffee Organization. (2019).
penghasil kopi di indonesia. Dan di Coffee Production by Countries
komponen threat, menunjukkan bahwa Statistics. Accessed on April 11th,
terdapat produk substitusi yang berpotensi 2021. https://www.ico.org/
mengancam kekuatan produk minuman kopi
di fusena coffee. Namun hal ini dapat diatasi International Coffee Organization. (2019).
dengan memanfaatkan kopi sachet sebagai World Coffee Consumption by
salah satu bahan baku minuman kopi, akan Countries Statistics. Accessed on
tetapi dapat menimbulkan permasalahan lain
April 14th, 2021. Agribusiness And Agritourism).
https://www.ico.org/ https://ocs.unud.ac.id/index.php/JAA
/article/view/17392
Jacks. David.J., & Novy. D. (2018). Market
potential and global growth over the Handini, Y. (2020). PENGEMBANGAN
long twentieth Centuries. University INDUSTRI KREATIF KAFE KOPI
of Warwick. Canada. DALAM MENINGKATKAN
SEKTOR PARIWISATA DI
Lestari. Endah. R.,(2019). Manajemen KABUPATEN BONDOWOSO.
Inovasi: Upaya Meraih Keunggulan Journal Of Tourism And Creativity,
Kompetitif. Malang: Universitas 4(1), 73-84.
Brawijaya Press. https://doi.org/10.19184/jtc.v4i1.145
57
Hauschildt. J. (1999). Promotoren:
Champions der Innovation. Springer Khumaira, K., Hakim, D. B., & Sahara, S.
Fachmedien Wiesbaden (2016). Transmisi Harga Kopi
Betriebswirtschaftlicher Verlag. Antara Pasar Indonesia
Dengan Pasar Tujuan Ekspor Utama.
Amantha. I. (2016). The Innovation Jurnal Manajemen & Agribisnis,
Formula: The 14 Science-Based 13(2), 98.
Keys for Creating a Culture Where https://doi.org/10.17358/jma.13.2.98
Innovation Thrives. Wiley
publishing. Narulita, S., Winandi, R., & Jahroh, S.
(2014). Analisis Dayasaing Dan
Burhanuddin, B., Pambudy, R., & Wahyudi, Strategi Pengembangan
A. F. (2019). Analisis Karakteristik Agribisnis Kopi Indonesia. Jurnal
Kewirausahaan Dan Adopsi Inovasi Agribisnis Indonesia (Journal of
Petani Kopi Di Provinsi Lampung. Indonesian
Jurnal Agribisnis Indonesia Agribusiness), 2(1), 63-74.
(Journal of Indonesian https://doi.org/10.29244/jai.2014.2.1.
Agribusiness), 6(2), 73-84. 63-74
https://doi.org/10.29244/jai.2018.6.2.
73-84 Pramatatya, V., Najib, M., & Nurrohmat, D.
R. (2015). Pengaruh Atmosfer Kedai
Dewi, N., Budiasa, I., & Dewi, I. (2016). Kopi Terhadap Emosi Dan
Analisis Finansial dan Nilai Tambah Keputusan Pembelian Ulang. Jurnal
Pengolahan Kopi Arabika di Manajemen & Agribisnis, 12(2),
Koperasi Tani Manik Sedana 126.https://doi.org/10.17358/jma.12.
Kabupaten Bangli. Jurnal Agribisnis 2.126
Dan Agrowisata (Journal Of
Safitri, D., Nur Ikhsan, F., Indrianie, W., &
Indrianie, W. (2019). Fenomena
Coffee Shop Di Kalangan Konsumen
Remaja. Widya Komunika, 9(2),
137-144.doi:10.20884/1.wk.2019.9.2
.1962(2020).

Anda mungkin juga menyukai