Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS DAYA SAING SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PANGSA PASAR NEGARA EKSPORTIR UTAMA KOPI


DI NEGARA IMPORTIR UTAMA KOPI

Competitiveness Analysis and Factors Affecting the Market Share of the Main
Coffee Exporting Countries in the Main Coffee Importing Countries1

Doni Sahat Tua Manalu 1 Harianto2 Suharno2 Sri Hartoyo3


1Program Studi Manajemen Agribisnis, Sekolah Vokasi IPB University
Jl. Raya Pajajaran, Kota Bogor, Indonesia
2Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, IPB University

Jl. Kamper Wing 5 Level 4, Darmaga, Bogor, Indonesia


3Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen, IPB University

Jl. Kamper Wing 5 Level 4, Darmaga, Bogor, Indonesia


Email: donisahat@apps.ipb.ac.id

Naskah diterima: 03/06/2020; Naskah direvisi: 04/12/2020; Disetujui diterbitkan: 22/03/2022;


Dipublikasikan online: 31/07/2022

Abstrak
Negara eksportir utama kopi dunia dalam kurun waktu 1995-2017 adalah Brazil, Vietnam,
Kolombia dan Indonesia. Sementara importir utama dunia adalah Amerika Serikat, Jepang,
dan Jerman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis daya saing komparatif negara
eksportir utama kopi dunia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pangsa pasar
negara eksportir utama kopi di negara importir utama kopi. Data yang digunakan merupakan
data sekunder menggunakan jenis data time series periode 1995-2017 dengan kode HS
090111. Metode analisis data yang digunakan adalah metode Revealed Comparative
Advantage, Dynamic Revealed Comparative Advantage, dan metode Linear Approximate
Almost Ideal Demand System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat negara eksportir
utama kopi dunia memiliki daya saing yang bervariasi. Faktor-faktor yang memengaruhi
pangsa pasar negara eksportir utama kopi di negara importir utama kopi adalah harga dan
non harga. Rekomendasi yang diberikan memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak (petani,
pengusaha, dan pemerintah) mulai dari cara budidaya, pemeliharaan, panen, dan pasca
panen yang benar dilakukan dengan memberikan penyuluhan melalui program pemerintah,
penerapan sertifikasi mutu kopi serta kebijakan perdagangan dalam bentuk kerja sama
bilateral.
Kata Kunci: Kopi, Ekspor, Persaingan, Pasar Global

Abstract
The main exporting countries of world coffee in the period 1995-2017 were Brazil, Vietnam,
Colombia, and Indonesia. The world's main importers are the United States, Japan, and
Germany. The purpose of this study is to analyze the comparative competitiveness of the
world's main coffee exporters and to analyze the factors that influence the market share of the
major coffee exporting countries in the major coffee importing countries. The data used in this
study is secondary data obtained from various sources using time series data for the period
1995 to 2017 with the HS code 090111. The data analysis method used is the Revealed
Comparative Advantage, Dynamic Revealed Comparative Advantage, and Linear
Approximate Almost Ideal Demand System. The results showed that the four major coffee
exporters in the world had competitiveness. The factors that affect the market share of the
main coffee exporting countries in the main coffee importing countries are price and non-price.

https://doi.org/10.30908/bilp.v16i1.445
Published by Trade Policy Agency, Ministry of Trade. This is an open access article under the CC BY-SA 4.0
license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 1
The recommendations given require the involvement of various parties (farmers,
entrepreneurs, and the governments) starting from the correct way of cultivation, harvesting,
and post-harvest carried out by providing counseling through government programs,
implementing coffee quality certification, and trade policies in the form of bilateral cooperation.
Keywords: Coffee, Export, Competition, Global Market
JEL Classification: C22, F13, O24, Q17

PENDAHULUAN
Pasokan kopi dunia sebagian besar produsen kopi dunia memiliki jenis kopi
berasal dari Brazil (3.212.400 ton), yang berbeda dan secara umum jenis
Vietnam (1.758.000 ton), Kolombia kopi yang diproduksi memiliki dua jenis
(676.284 ton), Indonesia (572.460 ton) kopi yaitu arabika dan robusta.
dengan total kontribusi dari keempat Meskipun beberapa negara eksportir
negara tersebut adalah 67,75% utama tersebut ada yang memproduksi
(Kementan, 2017). Keempat negara jenis kopi arabika dan robusta secara
eksportir utama yaitu Brazil, Vietnam, bersama-sama misalnya Brazil, Vietnam
Kolombia dan Indonesia mengalami dan Indonesia, namun tetap ada jenis
persaingan yang dinamis di pasar kopi yang dominan berasal dari masing-
global. Hal ini dapat dilihat dari setiap masing negara tersebut. Negara Brazil
pangsa kopi biji masing-masing negara dan Kolombia paling dominan
eksportir di negara importir kopi utama memproduksi jenis kopi arabika,
dunia dari waktu ke waktu. Pangsa kopi sedangkan Vietnam dan Indonesia
biji tersebut memberikan gambaran produksi utama kopi robusta.
mengenai kondisi di mana masing- Pengelolaan produksi kopi di
masing negara penghasil kopi di dunia masing-masing negara produsen utama
ternyata mengalami perubahan baik juga berbeda salah satunya dipengaruhi
dalam hal produksi domestik, jumlah oleh masa (waktu) panen kopi yang
ekspor serta kontribusinya terhadap berbeda. Perbedaan yang dimiliki dapat
perdagangan dunia yang berbeda-beda berasal dari perbedaan jenis kopi
dari waktu ke waktu, hal ini dapat maupun perbedaan wilayah geografis
dipengaruhi oleh faktor internal maupun masing-masing negara. Masa panen
faktor eksternal masing-masing Negara kopi di Brazil dan Indonesia berkisar
(Rosiana, 2019). antara bulan April-Maret, sementara
Berdasarkan data ICO (2018) Vietnam dan Kolombia memiliki masa
mencatat bahwa keempat negara panen bulan Oktober-September.

2 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


Kemendag (2018) mengemukakan penelitian ini Jerman digunakan sebagai
bahwa kopi robusta dan arabika memiliki negara yang akan mewakili EU.
karakteristik yang berbeda dan hal Asia khususnya negara Jepang
tersebut akan memengaruhi suatu sebagai negara importir utama kopi biji
negara dalam memproduksi jenis kopi dari Brazil, Vietnam, Kolombia dan
robusta atau arabika, kondisi ini Indonesia yang kemudian dilakukan
menyebabkan terjadinya perbedaan pengolahan di masing-masing negara
jenis kopi yang dimiliki oleh setiap tersebut. Berdasarkan uraian tersebut
negara dan walaupun ada negara yang maka negara importir utama yang
dapat memproduksi keduanya yaitu dianalisis dalam penelitian ini adalah
jenis robusta dan arabika namun akan Amerika Serikat, Jepang dan Jerman,
ada salah satu jenis kopi yang dominan hal ini juga disebabkan besarnya
dan potensial di negara tersebut. Impor pangsa impor kopi ke tiga negara dari
kopi dunia tahun 1995-2016 mencapai Indonesia tersebut, sehingga analisis
6,89 juta ton dengan tingkat yang dilakukan dapat menjadi saran
pertumbuhan rata-rata impor 2,64% per kebijakan yang tepat bagi perdagangan
tahun (UN Comtrade, 2018). Secara kopi Indonesia terlebih lagi dengan
umum, negara importir kopi biji terbesar adanya target yang dicanangkan oleh
dunia yaitu Amerika Serikat sebesar pemerintah dalam RPJPN yaitu
1,42 juta ton (20,58%). Kemudian, peningkatan ekspor kopi sebesar 24,3%
importir utama kopi dunia tahun 2016 pada tahun 2025 dapat tercapai.
didominasi oleh negara-negara yang Adam Smith mengemukakan konsep
tergabung dalam European Union (EU) daya saing yang digunakan untuk
sebesar 58% (ICO, 2017). Negara- mengukur keunggulan komoditas suatu
negara yang tergabung dalam EU yang negara terhadap negara pesaing
menjadi negara importir kopi secara didasarkan pada keunggulan Absolut
berturut-turut mulai dari jumlah impor (Salvatore, 1996), selanjutnya David
paling tinggi hingga rendah adalah Ricardo menyempurnakan teori Adam
Jerman, Italia, Belgia, Prancis, United Smith dengan teori keunggulan
Kingdom (sejak 1 Februari 2020, United komparatif dengan menyatakan bahwa
Kingdom telah menyatakan keluar dari suatu negara lebih baik memilih
EU), serta Belanda sehingga pada spesifikasi ekspor komoditas tertentu

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 3
yang memiliki keunggulan komparatif karena menjadi salah satu indikator
agar alokasi sumber daya ekonomi dalam menentukan tingkat persaingan
negara tersebut menjadi lebih efisien (Kennedy et al, 1998; Polymeros et al,
(Gonarsyah, 2007). Selanjutnya, 2005). Pengukuran pangsa pasar
Krugman & Obstfeld (2012) menyatakan dilakukan dengan menggunakan indeks
bahwa suatu negara memiliki RCA atau biasa disebut indeks Balassa.
keunggulan komparatif dalam Indeks tersebut menunjukkan ekspor
memproduksi suatu barang jika suatu negara dalam suatu industri
opportunity cost dari memproduksi terhadap rata-rata industri dalam
barang lebih kecil daripada negara lain. perdagangan dunia. Dengan kata lain,
Lebih lanjut Pindyck & Rubinfeld (2013) indeks tersebut menunjukkan
mengemukakan bahwa keunggulan perbandingan struktur ekspor suatu
komparatif setiap negara akan negara terhadap struktur ekspor dunia
menentukan apa yang terjadi dalam (Widodo, 2010). Suatu negara memiliki
perdagangan di antara negara tersebut daya saing jika terjadi peningkatan
dan perdagangan antara dua negara pangsa pasar (Coy, 2006). Penentu
dapat memperoleh keuntungan jika daya saing dapat berasal dari mutu
setiap negara mengekspor barang yang produk, diferensiasi produk, economies
memiliki keunggulan komparatif. of scale, biaya input, teknologi, dan
Sementara itu, Gonarsyah (2007) faktor lainnya (Kennedy et al, 1998).
mengemukakan bahwa komoditas yang Mutu atau komposisi ekspor merupakan
memiliki keunggulan komparatif akan penentu utama pangsa ekspor suatu
memiliki daya saing. negara (Voon Xiang-Dong, 1997).
Balassa (1965) mengembangkan Daya saing yang ditunjukkan oleh
metode analisis daya saing yang dapat nilai indeks RCA (Balassa Index)
diukur dengan perhitungan Revealed of menunjukkan sudut pandang statis serta
Comparative Advantage (RCA) Indeks. tidak cukup menjelaskan perubahan
RCA menunjukkan ukuran daya saing daya saing dari waktu ke waktu (Ozcelik
dengan mengukur rasio pangsa pasar di & Erlat, 2013). Sedangkan daya saing
suatu negara terhadap dunia dan bersifat dinamis dan akan mengalami
dibandingkan dengan negara lainnya. fluktuasi dari waktu ke waktu tergantung
Pangsa pasar merupakan ukuran yang pada tingkat kompetisi. Maka, Edwards
berguna dalam menganalisis daya saing & Schoer (2002) mengembangkan suatu

4 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


indeks untuk menganalisis perubahan domestik Malaysia dan konsumsi
daya saing dari waktu ke waktu atau domestik minyak kedelai AS. Konsumsi
biasa disebut Dynamic RCA Index. Hal minyak nabati per kapita AS
tersebut menganalisis pertumbuhan berpengaruh negatif dan signifikan
pangsa pasar komoditas tertentu dalam terhadap impor minyak sawit AS, hal ini
suatu negara dan pasar dunia. Edwards disebabkan karena minyak sawit yang
dan Schoer (2002) menganalisis diimpor oleh AS dikonsumsi oleh industri
dinamika posisi pasar ekspor suatu oleokimia yang produk outputnya
negara dengan mengkategorikan kembali diekspor oleh AS.
menjadi enam kelompok yaitu rising Egwuma et al, (2016) juga
stars, failing stars, lagging retreat, lost mengidentifikasi faktor yang
opportunity, leading retreat, dan lagging memengaruhi industri di Nigeria, faktor
opportunity. yang berpengaruh adalah harga minyak
Penelitian mengenai faktor yang sawit dan tingkat pendapatan.
memengaruhi pangsa pasar komoditas Suherman (2016) menganalisis faktor
suatu negara telah dilakukan oleh yang memengaruhi proporsi impor
beberapa peneliti sebelumnya, minyak (CPO) di Belanda adalah harga
diantaranya Rifin (2013) melakukan minyak kelapa sawit Indonesia, harga
kajian mengenai faktor yang minyak kelapa Malaysia, total nilai
memengaruhi pangsa impor produk impor, nilai tukar riil, dan jumlah populasi
minyak sawit Indonesia di pasar China di Belanda. Berdasarkan penelitian
dan India, dimana dari hasil kajian Zakaria et al, (2017) yang menggunakan
tersebut diperoleh bahwa minyak sawit model Autoregressive Distribusi Lag
Indonesia lebih elastis dibandingkan (ARDL), faktor yang memengaruhi impor
Malaysia di kedua pasar tersebut. Rifai minyak sawit di India dalam jangka
(2014) juga mengidentifikasi faktor yang panjang adalah tingkat Gross Domestic
memengaruhi impor minyak sawit di Product (GDP) negara tersebut, adanya
pasar Amerika dengan menggunakan selisih harga antara minyak sawit dan
model sistem persamaan simultan. minyak kedelai dan semakin
Faktor-faktor tersebut adalah konsumsi meningkatnya proporsi kelompok umur
minyak nabati per kapita Amerika 15-64 tahun. Minyak sawit di India juga
Serikat (AS), pertumbuhan ekonomi AS, merupakan barang inferior karena
ekspor CPO Malaysia, konsumsi CPO penjualannya pada pasar retail melalui

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 5
sistem distribusi publik, pendapatan diperoleh variabel harga kopi Indonesia
nasional, kebijakan liberalisasi untuk kopi biji signifikan dan
perdagangan dan nilai tukar. berpengaruh nyata terhadap proporsi
Pada komoditas kopi, penelitian (pangsa) impor kopi biji Indonesia di
mengenai faktor yang menyebabkan Jerman, faktor harga yang
terjadinya persaingan di pasar memengaruhi permintaan kopi biji
internasional dikaji oleh peneliti-peneliti Indonesia di Jerman lainnya selain
terdahulu, diantaranya Rosiana et.al, harga kopi biji Indonesia adalah harga
(2018) melakukan kajian untuk kopi Vietnam dan harga kopi India.
mengukur kekuatan kompetisi sepuluh Selanjutnya variabel harga kopi biji
negara eksportir utama kopi dunia menunjukkan tanda positif dan dan kopi
dengan menganalisis nilai korelasi dua bubuk Indonesia menunjukkan tanda
negara. Analisis korelasi dilakukan negatif, sementara harga kopi bubuk
dengan menggunakan Rank Spearman Indonesia tidak signifikan, sehingga
Correlation dengan variabel independen variabel tersebut tidak berpengaruh
berskala ordinal (RCA index negara Xi), secara nyata terhadap proporsi impor
dan variabel independen berskala kopi Indonesia, namun penelitian
ordinal (RCA index negara Yi). Fortunika (2019) fokus pada kopi
Dalam penelitian (Komaling, 2013) Indonesia saja dan variabel yang
tentang Analisis Determinan Ekspor digunakan hanya variabel kopi
Kopi Indonesia ke Jerman Indonesia.
menggunakan model regresi berganda Berdasarkan teori dan berbagai
menunjukkan bahwa pendapatan per penelitian yang telah dilakukan
kapita Jerman, harga kopi dunia dan sebelumnya, maka variabel-variabel
konsumsi kopi Jerman berpengaruh yang digunakan pada penelitian ini
secara signifikan terhadap volume adalah seperti yang tersaji pada Tabel 1.
ekspor kopi Indonesia ke Jerman. Diharapkan penelitian ini dapat
Fortunika, (2019) melakukan kajian menyempurnakan kajian yang telah
terhadap posisi kopi robusta indonesia dilakukan oleh peneliti sebelumnya
di pasar Jerman menggunakan metode khususnya pada komoditas kopi.
linear approximate Almost Ideal Berdasarkan penjelasan yang telah
Demand System (AIDS) berdasarkan diuraikan tersebut maka yang menjadi
hasil estimasi model dari kajian tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk

6 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


menganalisis daya saing komparatif Adapun dasar pemilihan tahun pada
negara eksportir utama kopi dunia dan penelitian ini adalah dari sisi
menganalisis faktor-faktor yang kelengkapan data penelitian yang
memengaruhi pangsa pasar negara diperoleh dan pada periode tersebut
eksportir utama kopi di negara importir terdapat kebijakan perdagangan yang
utama kopi. berubah misalnya kebijakan non tarif
METODE seperti Sanitary and Phytosanitary
Penelitian ini menggunakan data (SPS) dan Technical Barrier to Trade
sekunder yang berasal dari berbagai (TBT) (WTO, 2019). Alasan lainnya
sumber (Tabel 1). Data 1995-2017 adalah karena sebesar 97,1% kopi yang
digunakan untuk menganalisis daya di ekspor Indonesia dalam kurun waktu
saing dengan menggunakan metode periode data penelitian adalah kopi biji
RCA dan DRCA, sehingga saat dengan kode HS 090111 (coffee, not
menghitung DRCA dapat roasted, not decaffeinated) (Kementan,
mempermudah dalam mengklasifikasi 2017), maka penelitian ini difokuskan
data ke dalam empat periode waktu. pada kopi dengan kode HS 090111.

Tabel 1. Data dan Sumber Data


No Uraian Sumber Data
1 Volume dan kuantitas ekspor (Ton) UN COMTRADE
2 Harga kopi Indonesia USD WTO
3 Harga kopi Kolombia USD WTO
4 Harga kopi Vietnam USD WTO
5 Harga kopi Brazil USD WTO
6 Harga Rest of the World (ROW) WTO
7 Suku bunga (%) BI
8 Populasi, Inflasi (Jiwa) World Bank
9 Pengeluaran World Bank
10 GDP deflator, GDP, IHK WTO
11 Nilai tukar UNCTAD
12 SPS, TBT (Unit) WTO

Analisis Daya saing digunakan untuk menjawab tujuan


Revealed Comparative Advantage pertama dari penelitian ini, metode RCA
Daya saing suatu negara dapat dikemukakan oleh Balassa (1965)
diukur berdasarkan jumlah ekspornya, dengan tujuan mengukur daya saing
dengan metode Revealed Comparative suatu komoditas di tingkat internasional.
Advantage (RCA). Metode RCA Metode RCA atau yang biasa disebut

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 7
dengan Balassa Index menetralisir efek komoditas tersebut. Secara lebih rinci,
dari ukuran ekonomi atau industri suatu kekuatan daya saing internasional yang
negara sehingga dapat membandingkan ditunjukkan oleh Balassa RCA Index
kinerja ekspor antar negara (Erkan & dikelompokkan menjadi empat
Yildirimci, 2015). Formula RCA dapat klasifikasi Hinloopen (2010), Erkan &
dilihat pada persamaan 1. Yildirimci (2015), yaitu Klasifikasi 1 : 0 <
xij xwj
RCAj = ⁄ ………..(1) RCAij < 1, tidak berdaya saing; Klasifikasi
∑ jXij ∑ jXwj
2 : 1 < RCAij < 2, daya saing lemah;
Dimana: RCAj adalah daya saing
Klasifikasi 3 : 2 < RCAij < 4, daya saing
suatu negara terhadap suatu komoditas
j; xij adalah nilai ekspor komoditas j dari medium; dan Klasifikasi 4 : 4 < RCAij ,

negara i (USD); xwj adalah total nilai daya saing kuat.


Dynamic Revealed Comparative
ekspor komoditas j dari seluruh
Advantage Index
negara/dunia (USD); ∑ j Xij adalah nilai
Analisis perubahan daya saing dari
ekspor seluruh komoditas dari negara i
waktu ke waktu dianalisis dengan
(USD); ∑ j Xwj adalah total ekspor
menggunakan Dynamic Revealed
seluruh komoditas dari seluruh
Comparative Advantage Index (DRCA
negara/dunia (USD); j sama dengan
Index). Pada persamaan (2), bagian
komoditas j; i adalah negara I; w adalah
pertama sisi kanan mencerminkan
seluruh negara (dunia).
pertumbuhan pangsa pasar komoditas j
Secara umum, nilai RCAij berada
dalam total perdagangan negara i.
pada 0 < RCAij < ∞. Jika nilai RCAij lebih
Sedangkan bagian kedua sisi kanan
besar dari satu berarti bahwa negara i
mencerminkan pertumbuhan pangsa
memiliki daya saing pada komoditas j
pasar komoditas j dalam perdagangan
karena pangsa komoditas j di dalam
dunia (w). Formula DRCA dapat dilihat
ekspor total negara i lebih besar dari
pada persamaan 2 berikut.
komoditas yang sama dalam ekspor Xij Xwj
∆(∑ ) ∆(∑ )
∆RCAj
dunia sehingga berspesialisasi di
jXij jXwj
DRCA= = Xij - Xwj ..… (2)
RCAJ
komoditas tersebut. Sebaliknya jika ∑ jXij ∑ jXwj

RCAij bernilai kurang dari satu Edwards & Schoer (2002),


mengindikasikan bahwa negara i tidak menganalisis dinamika posisi pasar
memiliki daya saing pada komoditas j ekspor suatu negara dengan
dan tidak berspesialisasi di kelompok mengkategorikan menjadi enam

8 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


kelompok (Tabel 2). Berdasarkan pergeseran ekspor dari pasar yang
perspektif dinamis bahwa keberhasilan stagnan (leading retreat) dan memasuki
restrukturisasi ekspor tercermin pada pasar yang dinamis (rising stars).

Tabel 2. Dinamika Posisi Pasar Ekspor


Pertumbuhan Pertumbuhan
Pangsa Pangsa
RCAa) komoditas j komoditas j Posisi pasar ekspor a)
Evaluasi Ekspor,a,b)
pada ekspor pada ekspor
negara a) dunia a)
Naik ↑ > ↑ Rising stars Successful restructuring
↑ > ↓ Falling stars Poor restructuring
↓ > ↓ Lagging retreat Poor restructuring
Turun ↓ < ↑ Lost opportunity Poor restructuring
↓ < ↓ Leading retreat Successful restructuring
↑ < ↑ Lagging opportunity Poor restructuring
Sumber: a)Edwards dan Schoer (2002), b)Ozcelik dan Erlat (2013)

Almost Ideal Demand System (Linear menggunakan model Linear


Approximate/AIDS) Approximate AIDS (LA/AIDS) dengan
Penelitian ini juga menggunakan model dasar seperti pada persamaan
model AIDS yang diperkenalkan oleh berikut:
Deaton (1980) untuk menjawab tujuan X
wi =αi + ∑nj=i γij lnpj +βi ln ( * ) + ∑ θ ln Z + ei …….(3)
P
penelitian kedua yaitu untuk
menganalisis faktor-faktor yang Dimana Wi adalah pangsa ekspor

memengaruhi pangsa pasar diantara negara eksportir ke-i di negara tujuan; Pi

negara eksportir utama. Metode adalah harga asal komoditas kopi


estimasi untuk menduga koefisien negara eksportir; X adalah nilai impor

(parameter) pada model AIDS total negara tujuan; P* adalah indeks


menggunakan metode Seemingly harga geometrik Stone = ∑wi.pi; Z
Unrelated Regression (SUR) karena adalah peubah demografi (Coverage
asumsi ini dapat membantu melihat area, populasi, GDP riil, inflasi, nilai
posisi kopi negara eksportir di negara tukar riil)
importir. Data yang digunakan pada Adapun estimasi model pangsa
model AIDS adalah time series dalam pasar ekspor kopi dari negara eksportir
rentang waktu 1995-2017. Data-data utama ke negara importir (tujuan) utama
tersebut kemudian akan diestimasi sebagai berikut:

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 9
W1 = a1 +y11 Inp1 +y12 Inp2 +y13 Inp3 +y14 Inp4 +y15 Inp5 +β1 In( x ) …………………………..(4)
p*

W2 = a2 +y21 Inp1 +y22 Inp2 +y23 Inp3 +y24 Inp4 +y25 Inp5 +β2 In( x ) …………………………..(5)
p*

W3 = a3 +y31 Inp1 +y32 Inp2 +y33 Inp3 +y34 Inp4 +y35 Inp5 +β3 In( x ) …………………………..(6)
p*

W4 = a4 +y41 Inp1 +y42 Inp2 +y43 Inp3 +y44 Inp4 +y45 Inp5 +β4 In( x ) …………………………..(7)
p*

Dimana W1 adalah pangsa ekspor terkoreksi yang menggunakan log-linear


kopi Indonesia di negara tujuan; W2 versi indeks Laspeyres sebagai berikut.
adalah pangsa ekspor kopi Kolombia di ln P* = ∑𝑛𝑖=1 𝑆𝑖 ln
𝑃𝑖𝑡
…………….… (8)
𝑃𝑡0
negara tujuan; W3 adalah pangsa
dimana 𝑃𝑡0 adalah harga di tahun dasar
ekspor kopi Vietnam di negara tujuan;
Selanjutnya, metode Seemingly
W4 adalah pangsa ekspor kopi Brazil di
Unrelated Regression (SUR) yang
negara tujuan; P1 adalah harga kopi
diolah pada program SAS 14.1
Indonesia di negara tujuan; P2 adalah
dilakukan untuk menentukan koefisien
harga kopi Kolombia di negara tujuan;
regresi pada model. Sesuai dengan
P3 adalah harga kopi Vietnam di negara
syarat pada model AIDS maka
tujuan; P4 adalah harga kopi Brazil di
persamaan-persamaan yang dibangun
negara tujuan Carea Coverage area
pada penelitian ini direstriksi
eksportir di negara tujuan; Pop adalah
menggunakan kendala adding up,
populasi negara tujuan; GDPR adalah
homogenity dan symmetry.
GDP riil negara tujuan; INF adalah inflasi
Berdasarkan parameter-parameter
di negara tujuan; NTR adalah nilai tukar
AIDS yang diperoleh dari hasil estimasi
riil negara tujuan; 𝛼, 𝛾, 𝛽, 𝜃 adalah
maka selanjutnya dihitung nilai
parameter regresi.
elastisitas harga sendiri yang dapat
Indeks harga geometrik stone
menggambarkan tingkat persaingan
dapat memengaruhi perhitungan pada
negara eksportir utama dunia di negara
model AIDS, hal ini disebabkan oleh
importir kopi utama dunia. Adapun nilai
tidak invarian terhadap perubahan unit
elastisitas permintaan sendiri
pengukuran Moschini (1995) dalam Rifin
menggunakan rumus elastisitas
(2011). Maka Moschini mengemukakan
uncompensated atau Marshallian yang
bahwa agar indeks harga stone
diadopsi dari penelitian Wan et al,

10 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


(2010) Dihitung berdasarkan rumus tergolong pada daya saing kuat
sebagai berikut : terkecuali pada tahun 2000 semua
Elastisitas harga sendiri negara eksportir kopi tidak berdaya

𝑒𝑖𝑗 =
(ŷ𝑖𝑗 −𝛽𝑖𝑗 𝑤𝑖 )
− 1 ………………….(9) saing. Berdasarkan catatan Kemendag
ẇ𝑖
(2018), negara importir kopi mengalami
Dimana ŷ𝑖𝑗 adalah parameter harga kopi
penurunan produksi pada tahun 2000
Indonesia di pasar j; 𝛽𝑖𝑗 adalah nilai total
akibat dilanda bencana El Nino dan
impor kopi di pasar j; 𝑤𝑖 adalah pangsa
karena perkebunan kopi di Brazil
kopi Indonesia; 𝑤𝑗 adalah pangsa kopi
terkena embun upas (terakhir melanda
negara j Brazil pada tahun 2000).
Hasil estimasi dari model AIDS Tabel 3. Nilai RCA Kopi Negara
digunakan untuk menjawab masalah Eksportir Utama Dunia,
faktor-faktor yang memengaruhi 1997-2017
permintaan impor kopi negara eksportir Tahun Negara Eksportir
Brazil Vietnam Kolombia Indonesia
utama dunia di negara importir utama 1997 40,78 25,23 95,35 4,59
dunia. Nilai signifikansi adalah dasar 1998 38,58 23,73 90,98 6,17
1999 1,41 1,15 2,88 0,23
untuk menetapkan variabel yang
2000 0,05 0,04 0,12 0,01
berpengaruh. Sementara seberapa 2001 30,65 24,59 73,73 3,85

pengaruh variabel tersebut dapat 2002 26,03 26,74 87,76 5,18


2003 34,52 24,51 84,84 5,66
diketahui berdasarkan nilai koefisien
2004 32,59 24,39 76,47 5,30
masing-masing variabel dari hasil 2005 26,10 24,62 80,48 6,74

estimasi. 2006 34,57 24,06 67,82 6,55


2007 41,93 22,39 60,85 5,91
HASIL DAN PEMBAHASAN
2008 34,74 21,56 51,71 7,46
Daya Saing Kopi Negara Eksportir 2009 27,13 22,21 42,43 6,37

Utama Dunia 2010 22,53 22,72 41,88 4,56


2011 19,76 21,87 32,05 3,56
Daya saing kopi masing-masing 2012 24,42 18,81 25,27 5,22
negara eksportir utama akan 2013 20,97 20,85 35,28 7,04
2014 19,78 24,40 41,04 5,32
menunjukkan bagaimana kinerja ekspor
2015 12,04 24,22 58,98 6,59
masing-masing negara di pasar global. 2016 14,10 21,93 65,33 5,81
Berdasarkan Tabel 3, daya saing kopi 2017 12,39 18,72 58,99 6,17

pada empat negara eksportir utama Meskipun sama-sama mengalami


dunia umumnya memiliki daya saing fluktuasi, namun daya saing kopi
karena memiliki nilai RCA>1 dan dengan nilai rata-rata RCA paling tinggi

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 11
adalah kopi Kolombia, Brazil, Vietnam, pada waktunya (Rosiana et al., (2017).,
sementara Indonesia berada pada Nalurita et al, (2014), Hidayat &
posisi terkecil dari nilai RCA yang Soetriono, (2010) dan Fadah, (2016)).
dimiliki. Kondisi ini menggambarkan Senada dengan hal tersebut hasil
bahwa, terjadinya persaingan dalam penelitian Hanani et al, (2014), dan Sinta
perdagangan global yang ditunjukkan et al, (2017) menyatakan bahwa
dengan adanya fluktuasi nilai ekspor tiap produsen kopi Indonesia cenderung
negara dan akan berdampak pada menitikberatkan pada peningkatan
keunggulan komparatif dan kompetitif kuantitas. Hal ini akan berdampak pada
(Baroh et al, 2014). kualitas kopi yang diekspor akan
Nilai RCA Indonesia yang rendah menjadi rendah, lebih lanjut Muzendi
menggambarkan bahwa kopi Indonesia (2014) dan Baroh et al, (2014)
memiliki share ekspor kecil dan juga menyatakan bahwa tidak adanya
harga yang rendah di pasar pengelolaan pasca panen yang baik di
internasional. Selain itu, kopi Indonesia tingkat petani sehingga mengakibatkan
dan Vietnam yang dominan berjenis kopi yang di ekspor adalah dalam
robusta memiliki nilai RCA yang lebih bentuk biji dan pada umumnya kualitas
rendah jika dibandingkan dengan kopi rendah yaitu grade 4, oleh karena itu
Kolombia dan Brazil yang dominan kopi pengelolaan pasca panen dan hilirisasi
arabika. Hal ini juga menunjukkan produk kopi perlu dilakukan di tingkat
bahwa jenis kopi arabika lebih unggul petani serta diperlukan juga
dibandingkan kopi robusta di pasar keterampilan teknis untuk menciptakan
internasional dalam kurun waktu 1997- berbagai produk olahan kopi. Melalui
2017. upaya tersebut diharapkan dapat
Rendahnya daya saing kopi memberikan nilai tambah pada produk
Indonesia disebabkan oleh beberapa kopi Indonesia yang akan diekspor ke
faktor diantaranya pengelolaan kebun negara importir.
yang kurang baik karena lebih dari 90% Analisis lebih lanjut menggunakan
kopi Indonesia dikelola oleh perkebunan DRCA menunjukkan bahwa daya saing
rakyat, dimana umumnya kopi sudah tua negara eksportir utama kopi dunia
dan menggunakan teknologi budidaya berubah pada periode waktu tertentu.
yang sederhana serta tidak jarang juga Pada penelitian ini posisi daya saing
petani kopi melakukan panen belum dibagi menjadi 4 periode (Tabel 4).

12 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


Tabel 4. Dinamika Posisi Negara Utama dalam Persaingan Ekspor Kopi Dunia
Negara Negara Eksportir
No Periode I Periode II Periode III Periode IV
1997-2001 2002-2006 2007-2011 2012-2016
1 Brazil Leading retreat Falling stars Rising stars Rising stars
2 Vietnam Lagging retreat Falling stars Lagging opportunity Rising stars
3 Kolombia Leading retreat Lagging retreat Rising stars Rising stars
4 Indonesia Leading retreat Falling stars Lost opportunity Lost opportunity

Pada periode I, sebagian besar pertumbuhan yang positif diiringi dengan


negara eksportir utama kopi namun pertumbuhan tersebut lebih
dikategorikan leading retreat yaitu rendah dari pertumbuhan pangsa
Brazil, Kolombia, dan Indonesia, ekspor di pasar global.
sementara Vietnam berada pada posisi Pada periode III dinamika terjadi
Lagging retreat. Artinya keempat negara pada Brazil dan Kolombia yaitu berada
pada periode I mampu meningkatkan pada posisi rising star, kemudian
daya saing kopi masing-masing di Vietnam berada pada posisi Lagging
tengah kondisi pasar internasional yang opportunity sementara posisi Indonesia
disebabkan oleh menurunnya jumlah berada pada lost opportunity.
ekspor kopi pada tahun 1999-2000. Selanjutnya dapat dilihat bahwa
Pada kondisi leading retreat, meskipun pertumbuhan pangsa pasar ekspor kopi
Brazil, Kolombia, dan Indonesia Indonesia pada periode III dan periode
mengalami penurunan pangsa ekspor IV bernilai negatif karena pada periode
kopi namun penurunannnya tersebut ini, pertumbuhan pangsa ekspor kopi
tidak melebihi penurunan pertumbuhan dunia lebih besar dari pertumbuhan
pangsa ekspor kopi dunia. pangsa pasar ekspor kopi Indonesia.
Pada periode II Brazil, Vietnam, dan Pada kondisi ini, peluang untuk
Indonesia berada pada posisi Falling meningkatkan ekspor kopi ke pasar
stars berbeda dengan Vietnam yang dunia tidak dapat dimaksimalkan oleh
berada pada posisi Lagging retreat. Indonesia. Sementara Brazil, Kolombia,
Ketiga negara mengalami kenaikan dan Vietnam berada pada posisi rising
ekspor kopi dan pertumbuhannya positif stars di periode IV. Penurunan pangsa
namun pada kondisi yang sama pasar pasar berdampak pada melemahnya
mengalami penurunan. Berbeda dengan posisi dan persaingan kopi Indonesia di
Vietnam yang justru mengalami pasar Global. Hal ini sejalan dengan

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 13
penelitian Kennedy et al. (1998) yang Vietnam yaitu membangun infrastruktur
menyatakan bahwa pangsa pasar seperti irigasi, jalan raya sebagai akses
menjadi salah satu indikator dalam ke sentra-sentra produksi kopi,
menentukan tingkat persaingan. melakukan penelitian komoditi kopi yang
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa gencar, dari sisi pembiayaan
di periode I (1997-2001) nilai rata-rata mengucurkan kredit, memberikan hak
DRCA kopi Vietnam memiliki nilai yang pengolahan dengan luas areal tidak
paling tinggi kemudian Brazil, Kolombia, terbatas hingga 50 tahun, serta
dan Indonesia berada pada posisi daya dukungan melalui kegiatan penyuluhan.
saing yang paling rendah pada periode Produktivitas kopi di Vietnam juga lebih
I. Pada periode ini, Vietnam memiliki tinggi dibandingkan dengan di negara-
nilai tertinggi karena dukungan dan negara produsen kopi lainnya, hal ini
keterlibatan pemerintahnya yang cukup disebabkan kopi di Vietnam sebagian
kuat dalam rangka pengembangan kopi, besar dikelola dengan baik oleh
hal yang dilakukan oleh pemerintah perusahaan negara (Nhien, 2016).

Gambar 1. Nilai Rata-Rata DRCA Kopi di Negara Eksportir Utama Dunia pada
Empat Periode Analisis
Sementara pada periode II (2002- terakhir, Kemudian di periode ke III
2007) kopi Kolombia memiliki (2007-2012), kopi Kolombia masih tetap
pertumbuhan yang paling baik, memiliki nilai daya saing yang paling
selanjutnya diikuti oleh Indonesia, Brazil tinggi dibanding dengan kopi dari negara
dan Vietnam berada pada posisi eksportir utama lainnya. Pada periode II

14 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


dan periode III kopi Kolombia terlihat daya saing kopi Indonesia berfluktuasi
unggul jika dibandingkan kopi dari dan mengalami pergeseran posisi pasar
negara lain, jenis kopi Kolombia adalah ekspor yang dinamis di pasar kopi dunia,
arabika, keunggulan Kolombia diperoleh meskipun kopi Indonesia saat ini masih
dari peranan setiap pihak yang terkait di berdayasaing, namun pangsa ekspor
negara tersebut mulai dari petani kopi kopi Indonesia di pasar internasional
yang mengelola usahataninya dengan semakin menurun. Hal ini disebabkan
baik, sistem pemasaran kopi yang oleh menurunnya volume ekspor per
efisien disertai program promosi yang tahun akibat penurunan produksi per
menarik serta keterlibatan pemerintah tahun. Produksi yang menurun
melalui kebijakan yang dihasilkan untuk disebabkan oleh rendahnya
mendukung ekspor kopi dari Kolombia produktivitas (889 kg/ha) dan
ke negara lain (Giovannucci et al, 2002). menurunnya luas areal sebesar 0,10%
Selanjutnya pada periode IV (2012- per tahun sehingga berdampak pada
2017) nilai daya saing yang paling tinggi menurunnya pendapatan petani
hingga terendah secara berturut-turut sebesar 5,25% per tahun. Pada
yaitu Brazil, Vietnam, Kolombia, dan dasarnya pengaruh daya saing
Indonesia. Pada periode IV Brazil mencerminkan kemampuan suatu
kembali unggul dibandingkan dengan negara dalam bersaing dengan negara
negara eksportir lainnya, melalui uraian eksportir lainnya, yang diakibatkan oleh
dari empat periode waktu analisis ini pertumbuhan produktivitas yang lebih
terlihat bahwa kopi Brazil dan Kolombia rendah maupun lebih tinggi dapat serta
yang sama-sama dominan berjenis kopi diakibatkan oleh undervaluation mata
arabika ternyata lebih disukai dan uang domestik (Basri & Munandar,
unggul di negara importir utama dunia. 2010) dalam (Nurlatifah, 2011).
Sementara itu, daya saing kopi Vietnam Adapun ringkasan hasil estimasi
masih relatif rendah dibawah kopi Brazil model AIDS kopi Indonesia, Kolombia,
dan Kolombia, bahkan kopi Indonesia Vietnam, dan Brazil di pasar Amerika
kalah bersaing dengan Vietnam pada Serikat, Jepang, dan Jerman dapat
periode I, III, dan IV. Hal ini sejalan dilihat pada Tabel 5.
dengan penelitian Rosiana (2019) dan
Jamil (2019) yang menyatakan bahwa

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 15
Tabel 5. Ringkasan Hasil Estimasi Model AIDS Kopi Indonesia, Kolombia,
Vietnam, dan Brazil di Pasar Amerika Serikat, Jepang dan Jerman.
Negara Eksportir
Negara
Importir Indonesia Kolombia Vietnam Brazil
1. Harga kopi 1. Harga kopi Indonesia 1. Harga kopi Brazil (-) 1. Harga kopi Vietnam (-)
Kolombia (-) (-)
2. Populasi Amerika
Serikat (-)
Amerika 3. GDP riil per kapita
Serikat Amerika Serikat (+)
4. Inflasi Amerika
Serikat (-)
1. Harga kopi Brazil 1. Harga kopi Kolombia 1. Harga kopi Brazil (-) 1. Harga kopi Indonesia
(+) (+) (+)
2. Harga row (-) 2. Populasi Jepang (+) 2. Harga row (+) 2. Harga kopi Vietnam (-)
3. Populasi Jepang 3. GDP riil per kapita 3. Carea NTM (+)
(+) Jepang (+)
4. GDP riil per kapita 4. Harga kopi Kolombia 4. Populasi Jepang (-)
Jepang Jepang (-) (+)
5. NTR Jepang terhadap
dolar (-)
1. Harga kopi 1. Harga kopi Kolombia 1. Harga kopi Indonesia 1. Harga kopi Kolombia
Vietnam (+) (-) (+) (+)
2. Populasi Jerman 2. Harga kopi Brazil (+) 2. Harga kopi Brazil (-) 2. Harga kopi Vietnam (-)
(+) 3. Pengeluaran (-) 3. Carea NTM (-) 3. Inflasi Jerman (-)
4. 4. Populasi 4. GDP riil per kapita 4. NTR Jerman terhadap
Jerman (+) Jerman (+) dolar (-)
Jerman

Implikasi dari hasil estimasi pangsa dan Meiri (2014) yang menyatakan
kopi Indonesia, Kolombia, Vietnam, dan bahwa ada hubungan yang terjadi
Brazil di pasar Jerman, diperoleh bahwa antara kopi Indonesia dengan kopi
variabel yang signifikan terhadap Vietnam dan salah satu faktor yang
pangsa kopi Indonesia lebih sedikit jika memengaruhinya adalah karena sama-
dibandingkan dengan variabel yang sama negara yang dominan
berpengaruh pada pangsa kopi memproduksi kopi robusta. Demikian
Kolombia, Vietnam, dan Brazil. Dapat halnya dengan kopi Brazil yang
dilihat bahwa kopi Indonesia lebih berkompetisi (substitusi) dengan kopi
cenderung berkompetisi (substitusi) Kolombia di pasar Jerman dikarenakan
dengan kopi Vietnam di pasar Jerman. kedua negara tersebut juga sama-sama
Sementara Indonesia dengan Vietnam dominan memproduksi kopi arabika,
adalah negara yang memproduksi studi ini juga menunjukkan bahwa jenis
dominan jenis kopi robusta, inilah yang kopi arabika dan robusta saling
menjadi faktor kopi Indonesia dan melengkapi (komplementer) terlihat dari
Vietnam berkompetisi di pasar Jerman, kopi Vietnam dan Brazil yang memiliki
hal ini sejalan dengan penelitian hubungan komplementer.
Rosiana et al. (2018), Meiri et al. (2013),

16 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


Elastisitas Harga Sendiri Brazil di negara Amerika Serikat,
Hasil elastisitas permintaan kopi Jepang dan Jerman disajikan pada
Indonesia, Kolombia, Vietnam, dan Tabel 6.

Tabel 6. Elastisitas Harga Sendiri Kopi Indonesia, Kolombia, Vietnam, dan Brazil
di Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman
Negara Importir
Negara Eksportir Amerika Serikat Jepang Jerman
Indonesia -1,7631 -0,6945 -2,9310
Kolombia -1,1943 -0,3619 -1,8082
Vietnam -0,8674 -0,9913 -1,3325
Brazil -1,0900 -0,7786 -1,2640

Dari Tabel 6 dapat diuraikan di Jerman hingga 29,310%. Hal senada


bahwa nilai elastisitas di pasar Amerika dikemukakan oleh Fortunika (2019) dan
Serikat, elastisitas harga sendiri kopi Rosiana (2019) bahwa harga kopi
Indonesia adalah yang paling tinggi, Indonesia berpengaruh pada
yaitu -1,7631 (elastis). Situasi ini permintaan kopi Indonesia di Jerman.
sebenarnya tidak begitu Kondisi kopi Indonesia yang elastis
menguntungkan bagi Indonesia karena tersebut harus diantisipasi mengingat
jika terjadi perubahan harga, maka pasar kopi Indonesia di Amerika Serikat,
perubahan permintaan kopi Indonesia di Jepang, dan Jerman cukup tinggi maka
Amerika Serikat akan semakin hal ini harus disikapi dengan serius
responsif. Jika harga kopi impor misalnya dengan memperhatikan
masing-masing negara naik sebesar standar mutu yang ditetapkan oleh
10%, maka penurunan permintaan Amerika Serikat, Jepang dan Jerman.
paling besar adalah impor kopi dari Salah satunya adalah melalui
Indonesia sebesar 17,631%. Di pasar penetapan non tarif barrier yaitu berupa
Jerman, nilai elastisitas harga kopi Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan
Indonesia sangat elastis dibandingkan Technical Barrier to Trade (TBT).
dengan yang lain, yaitu –2,931, hal ini Sejumlah studi tentang permintaan
berarti bahwa kenaikan harga kopi kopi di Amerika Serikat menemukan
Indonesia sebesar 10% akan bahwa permintaan harga kopi tidak
menurunkan permintaan kopi Indonesia elastis. Lawrence et al, (1977)

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 17
mengemukakan bahwa perubahan gaya tradisional, kesalahan yang paling fatal
hidup konsumen dapat berkontribusi yang umum dilakukan petani adalah
pada penurunan konsumsi. Studi yang pada fase pemetikan dan penanganan
dilakukan oleh Abaelu & Manderscheid pasca panen. Pada hampir semua
(1968), Lawrence et al. (1977), Okunade sentra produksi kopi di Indonesia
(1992) dan Yeboah (1992), diketahui bahwa petani sebagian besar
mengemukakan bahwa elastisitas melakukan panen dengan memetik
pendapatan yang bernilai negatif buah kopi sebelum usia panen (petik
termasuk pada kategori barang inferior, hijau) sehingga menghasilkan kopi mutu
artinya ketika pendapatan konsumen rendah sementara hasil produksi
meningkat maka pembelian kopi akan sebagian besar diekspor.
menurun karena konsumen beralih Berdasarkan data Ditjenbun (2015)
untuk membeli produk lain. bahwa kopi Indonesia yang diekspor
Dalam upaya peningkatan daya sebagian besar dalam bentuk biji
saing kopi Indonesia perlu melakukan (sebesar 99.5%) dengan grade IV
perbaikan khususnya dalam hal mutu sementara sisanya dalam bentuk olahan
kopi yang diekspor mulai dari tingkat (roasted dan bubuk). Kondisi tersebut
petani, pelaku usaha dan pemerintah menunjukkan bahwa kopi Indonesia
sebagai pengambil kebijakan yang akan yang diekspor tergolong kopi mutu
memengaruhi harga dan non harga rendah dan juga masih ada kondisi
(perilaku konsumen, citarasa, jenis tertentu yang menyebabkan kopi
kopi). Fleming et al, (1956); Ismail et al, Indonesia terkena larangan ekspor,
(2017) menyatakan bahwa suatu negara sehingga perlu penerapan sertifikasi
dapat mengalami perubahan daya saing pada kopi Indonesia (Ibnu, 2017).
karena dipengaruhi oleh faktor harga Selanjutnya, kendala produksi
dan non-harga. Maka fluktuasi daya yang menyebabkan rendahnya mutu
saing yang terjadi di pasar internasional kopi akan berpengaruh terhadap harga
tidak terlepas dari sisi harga yang kopi di pasar domestik maupun pasar
disebabkan oleh rendahnya mutu kopi internasional dan hal ini akan
yang dihasilkan. memengaruhi fluktuasi daya saing yang
Dalam hal budidaya Muzendi terjadi di pasar internasional yaitu tidak
(2014) menyatakan bahwa budidaya terlepas dari sisi harga tentu karena
kopi di Indonesia masih dikelola secara rendahnya mutu kopi. Untuk menangani

18 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


masalah dalam bidang produksi kopi di bahwa kopi negara eksportir utama
Indonesia pemerintah terus melakukan dunia yaitu Brazil, Vietnam, Kolombia,
upaya seperti memberikan penyuluhan dan Indonesia memiliki daya saing,
dan bantuan kepada masyarakat, namun daya saing kopi Indonesia yang
menurut Ndayitwayeko WM et al, (2014) paling rendah jika dibandingkan dengan
dan Nhien (2016) menyatakan bahwa daya saing kopi negara produsen
pemerintah perlu memberikan pelatihan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan
budidaya yang baik bagi para petani bahwa Brazil dan Kolombia adalah
serta menggunakan teknologi yang negara yang menguasai pasar, hal ini
dapat meningkatkan kualitas kopi. Hal menggambarkan bahwa kopi Brazil dan
ini perlu diperhatikan agar keterkaitan Kolombia yang dominan memproduksi
pemerintah dapat dioptimalkan untuk jenis kopi arabika menjadi primadona di
memperbaiki daya saing kopi biji pasar internasional. Selanjutnya,
Indonesia. berdasarkan analisis yang dilakukan
Cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan bahwa kopi Indonesia di
menghindari fluktuasi posisi daya saing pasar internasional belum menjadi kopi
adalah melalui peningkatan kualitas biji primadona yang menjadi pilihan di
kopi yang di ekspor seperti menghindari negara importir utama, jenis kopi
panen dengan sistem petik hijau dan Indonesia yang dominan robusta justru
peningkatan mutu melalui penerapan masih kalah bersaing dengan kopi
sertifikasi pada produk kopi Indonesia, Vietnam yang juga memiliki jenis kopi
selain itu upaya dari pemerintah pun robusta, karena hasil penelitian
perlu dilakukan. Revitalisasi perkebunan menunjukkan bahwa kopi Vietnam lebih
tersebut dapat dilakukan dengan unggul dan menjadi primadona di pasar
mempercepat perluasan areal tanam internasional jika dibandingkan dengan
dan peremajaan tanaman sehingga kopi Indonesia. Terbukti bahwa jenis
dapat meningkatkan produktivitas, kopi arabika lebih diminati daripada kopi
produksi, dan ekspor kopi Indonesia robusta di pasar internasional, sebagian
(Meiri et al. 2013 dan Rosiana, 2019). besar robusta digunakan sebagai
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI campuran.
KEBIJAKAN Perdagangan kopi di pasar global
Daya saing kopi produsen utama menunjukkan bahwa kopi Indonesia
di pasar internasional menunjukkan mengalami persaingan yang cukup ketat

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 19
dengan negara eksportir dunia, faktor- cara yang dapat dilakukan adalah
faktor yang memengaruhi pangsa pasar dengan meningkatkan kualitas kopi agar
negara eksportir utama kopi di negara memenuhi syarat ekspor dan bebas dari
importir utama kopi adalah harga dan hambatan NTM. Revitalisasi
non harga. perkebunan kopi juga perlu dilakukan
Rekomendasi kebijakan yang dengan mempercepat perluasan areal
dapat diberikan berdasarkan penelitian tanam dan peremajaan tanaman
ini adalah perlu adanya upaya sehingga dapat meningkatkan
peningkatan daya saing kopi Indonesia produktivitas, produksi, dan ekspor kopi
di pasar internasional melalui beberapa Indonesia. Selain itu, peningkatan nilai
hal yaitu terkait dengan variabel harga tambah dengan menciptakan produk
kopi Indonesia, yang perlu dilakukan olahan kopi masih menjadi hal yang
untuk dapat meningkatkan pangsa perlu dilakukan, agar kopi yang di
pasar kopi Indonesia adalah keterlibatan ekspor Indonesia tidak hanya dalam
dari pelaku usaha seperti petani kopi bentuk biji namun juga bentuk kopi
meliputi cara budidaya, pemeliharaan, olahan yang dapat meningkatkan daya
dan saat panen harus menghindari saing kopi Indonesia di negara importir
panen dengan sistem petik hijau, hal ini dunia.
dapat dihindari dengan memberikan Dalam bidang kebijakan
penyuluhan yang dilaksanakan melalui perdagangan internasional yaitu upaya
program pemerintah sehingga untuk melakukan kerja sama bilateral
diharapkan dapat membantu petani agar dengan negara eksportir lainnya, kerja
dapat meningkatkan pemahaman yang sama bilateral tersebut dapat dilakukan
baik dalam rangka peningkatan mutu oleh negara penghasil robusta yaitu
kopi, para pelaku usaha seperti eksportir Indonesia dan Vietnam menjalin kerja
kopi di Indonesia perlu memperhatikan sama dengan negara penghasil kopi
kebijakan masing-masing negara arabika yaitu Kolombia dan Brazil
importir yaitu Amerika Serikat, Jepang karena berdasarkan penelitian ini dapat
dan Jerman dalam penetapan NTM disimpulkan bahwa kopi robusta dan
yang semakin ketat, oleh karena itu arabika bersifat komplementer. Selain
dalam rangka meningkatkan jumlah itu, dalam rangka meningkatkan posisi di
ekspor ke negara importir, salah satu pasar internasional, diperlukan juga

20 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


strategi promosi yang dapat Statistik perkebunan Indonesia (2013-
2015 kopi). Jakarta (ID) : Ditjenbun.
menunjukkan keunggulan masing-
Edwards, L., Schoer, V. (2002). Measures of
masing kopi dari setiap negara eksportir. competitiveness: a dynamis approach
to South Africa’s trade performance in
UCAPAN TERIMA KASIH
the 1990s. The South African Journal of
Kami sampaikan terima kasih Economic. Die Suid-Afrikaanse
Tydskrif vir Ekonomie.70(6):1008-
kepada seluruh redaksi Buletin Ilmiah 1046.
Litbang Perdagangan, Mitra Bestari Egwuma, H., Shamsudin, M.N, Mohamed Z,
Kamarulzaman NH, Wong KKS.
serta semua pihak terkait dalam proses (2016). An econometric analysis of the
penyusunan naskah hingga terbitnya determinants of demand for palm oil in
Nigeria. International Journal
jurnal ini, atas seluruh kesempatan, Agriculture Science and Veterinary
Medicine. 4(2): 1-12.
kontribusi dan bantuan yang diberikan.
Erkan B, Yildirimci E. (2015). Economic
DAFTAR PUSTAKA complexity and export competitiveness:
Abaelu, J.N., Manderscheid, L.V. (1968). the case of Turkey. Procedia-Social
U.S. Import Demand for Green Coffee and Behavioral Sciences. 195:254-533.
by Variety. American Journal of Fadah, I. (2016). Potential And Problems Of
Agricultural Economics, 50(1): 232- Small And Large Scale Processed
242. Coffee Businesses In Jember Regency.
Balassa, B. (1965). The Theory of Economic 5(2), 105–113.
Integration. Massachusetts (US): Fleming JM, Tsiang SC. (1956). Changes in
Homewood Illinois: RD Irwin Inc. competitive strength and export shares
Baroh, I., Hanani, N., Setiawan, B dan of major industrial countries. Staff
Koestiono D. (2014). Indonesian Papers. 5(2):218-248.
coffee competitiveness in the Fortunika, SO. (2019). Pengaruh Kebijakan
international market: Armington Perdagangan Terhadap Posisi Kopi
Model Application. American Journal Indonesia di Negara Importir Utama.
of Economics. 4(4):184-194. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut
Basri F., Munandar H. 2010. Dasar-dasar Pertanian Bogor. Bogor.
ekonomi internasional: Pengenalan Giovannucci D, Leibovich J, Pizano D,
dan aplikasi metode kuantitatif. Edisi 1. Paredes G, Montenegro S, Arevalo H,
Jakarta (ID): Kencana. Varangis P. (2002). Colombia Coffee
Coy, J.E.L. (2006). Competitiveness and Sector Study. ISSN 1657-7191.
trade policy problems in agricultural Gonarsyah. (2007). Tentang Pendefinisian
export: a perspective of Daya Saing Komoditas Berbasis
producing/exporting countries in the Sumberdaya Alam. Bahan Ajar
case of banana trade to the European Perdagangan Internasional Lanjutan.
Union [dissertation]. Gottingen (DE): Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian,
George-August- Universitat, Gottingen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Germany.
Hanani, N, Asmara, R. dan Fahriyah, F.
Deaton, A., Muellbauer, J. (1980). An (2014). Persaingan Ekspor Kopi
Almost Ideal Demand System. The Indonesia di Pasar Internasional.
American Economic Review. 70(3): Perhepi, 1(2), 78–91.
312-326.
Hidayat, A, Soetriono. (2010). Daya Saing
Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun). Ekspor Kopi Robusta Indonesia Di
Kementerian Pertanian. (2015).

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 21
Pasar Internasional. JSEP (Journal of Kementerian Pertanian RI (Kementan).
Social and Agricultural Economics), (2017). Informasi Harga Komoditas
4(2), 62–82. Retrieved from Pertanian Provinsi. Jakarta (ID):
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JSE Kementan.
P/article/download/390/248/.
Kennedy PL, Harrison RW, dan Piedra, MA.
Hinloopen J. (2010) On the empirical (1998). Analyzing agribusiness
distribution of the Balassa Index. competitiveness: the case of the United
Review of World Economics. 137(1):1- States sugar industry. International
49. Food and Agribusiness Management
Review. 1(2):245-257.
Ibnu M. (2017). Gatekeepers of
sustainability on coffee smallholders, Komaling RJ. (2013). Analisis Determinan
standards and certification in Ekspor Kopi Indonesia ke Negara
Indonesia. Dissertation. Maastricht importir utama Periode 1993-2011.
University. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan
Ekonomi Pembangunan Universitas
International Coffee Organization (ICO).
Sam Ratulangi Manado.
(2017). Total Production of Exporting
Countries. [Internet]. [Diunduh 25 Krugman PR, Obstfeld M. (2012).
September 2017]. Tersedia pada: International Economics Theory &
http://www.ico.org. Policy. US: Pearson Prentice Hall.
Ninth Edition.
International Coffee Organization (ICO).
(2018). Historical data on The Global Kustiari R. 2007. Perkembangan Pasar Kopi
Coffee Trade [Internet]. [Diunduh 21 Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia.
Agustus 2018]. Tersedia pada: Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol.
http://www.ico.org/new_historical.asp. 25 No 1:43–45.
Ismail D, Mabar R, Yechalad MN, Nasir M. Lawrence A., Phillips H., Riftkin H, Saleh A.
(2017). The analysis of (1977). U.S. coffee consumption,
competitiveness and export demand of 1946›1976. Washington, D.C.: US
acehnese coffee in the International Department of Agriculture, Foreign
market. Journal of Economics and Agricultural Service.
Sustainable Development. 8(8):102-
Meiri A. Rita N, Amzul R. (2013). Analisis
114.
Perdagangan Kopi Indonesia di Pasar
Jamil AS. (2019). Daya Saing Ekspor Kopi Internasional. Buletin Ristri.
Indonesia di Pasar Global. Jurnal http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/ind
Sosial Ekonomi dan Kebijakan ex.php/bultri/article/view/2378/2066.
Pertanian. 8(1).26-35. [Diakses September 2017]
Kementerian Perdagangan RI (Kemendag). Meiri. (2014). Analisis Daya saing dan
(2018). Buletin Info Komoditi Prioritas Perdagangan Kopi Indonesia di Pasar
Kopi. Jakarta (ID): Badan Pengkajian Internasional. Tesis. Fakultas
dan Pengembangan Kebijakan Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Perdagangan. Kementerian Bogor.
Perdagangan RI.
Moschini G. (1995). Units of measurement
Kementerian Perdagangan RI (Kemendag). and the stone price index in demand
(2014). Market Brief Kopi. Atase System estimation. American Journal
Perdagangan Tokyo. Kedutaan Besar of Agricultural Economics. 77(1): 63-68.
Republik Indonesia Tokyo: Tokyo.
Muzendi, AS. (2014). Integrasi Pasar dan
[Internet]. [Diunduh 10 Desember
Dampak Kebijakan Non Tarif terhadap
2019]. Tersedia pada:
Permintaan Ekspor dan Daya Saing
http://djpen.kemendag.go.id/members
Kopi Indonesia di Pasar Internasional.
hip/data/files/d8353-kopi--jepang.pdf.
[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

22 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022


Nalurita, S., Winandi, R., & Jahroh, S. China and India. Journal of Food
(2014). Analitis Daya Saing Dan Products Marketing. 19(4): 299-310.
Strategi Penggembangan Agribisnis
Rosiana N, Nurmalina R, Winandi R, Rifin A.
Kopi Indonesia . 2(1), 63–74.
(2017). Tingkat Keunggulan Komparatif
Ndayitwayeko WM, Odhiambo MO, Korir M, Produsen Utama Kopi Dunia. Buletin
Nyangweso PM, Chepngeno W. Ilmiah Litbang Perdagangan, 11(2),
(2014). Comparative advantage of the 227–246.
Eastern and Central Africa in the coffee
Rosiana N, Nurmalina R, Winandi R, Rifin A.
export sector: the case of Burundi.
(2018). Dynamics Of Indonesian
African Crop Science Journal.
Robusta Coffee Competition Among
22(4):987 – 995.
Major Competitor Countries. Journal of
Nhien, N T H. (2016). The Competitiveness Industrial and Beverage Crops.5(1):1-
of Vietnamese Coffee Into The EU 10.
Market. Thesis. Finlandia: Centria
Rosiana, Nia. (2019). Daya saing dan
University of Applied Sciences.
ekspor kopi Indonesia melalui
Nurlatifah, H. (2011). Analisis Daya Saing pendekatan sistem dinamis. [Disertasi].
Produk-Produk Indonesia di Pasar Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
China. Al-Azhar Indonesia Seri Pranata
Salvatore. (1996). Managerial economics in
Sosial, 1(1), 1–10.
a global economy. New York: McGraw-
Okunade A. (1992). Functional forms and Hill: Universitas Indonesia.
habit effects in the U.S. demand for
Sinta, N. M., Alamsyah, Z. dan Elwamendri.
coffee. Applied Economics.
(2017). Analisis Daya Saing Ekspor.
Ozcelik SE, Erlat G. (2013). Turkey’s Jurnal Ilmiah Sosio Ekonomika Bisnis,
comparative advantages and dynamic 20(1).
market positioning in the EU market.
Suherman T (2016). Analisis permintaan
Topics in Middle Eastern and African
impor minyak kelapa sawit Indonesia di
Economies. 15(2): 42-70.
Eropa 4 [tesis]. Bogor (ID): Institut
Polymeros K, Tsakiridou E, Mattas K. Pertanian Bogor.
(2005). Assessing the competitiveness
United Commodity Trade [UN Comtrade].
of UE Mediterranean fisheries and
(2018). Commodity Statistic.
aquaculture industries in the economics
http://comtrade.un.org/db.
of aquaculture with respect to fisheries.
In: Kenneth J. Thomson and Lorenzo Voon, T.J. and W. Xiang-Dong. (1997).
Venzi, editor. 95th EAAE Seminar; 9-11 Export competition among China and
December 2005; Civitavecchia (Rome). ASEAN in the U.S. market: application
of market share models. Working
Pindyck RS, Rubinfeld DL. (2013).
Paper. 46(2/97):1-33. CAPS (HK):
Microeconomics. US:Person Prentice
Faculty of Social Sciences, Lingman
Hall. 8th Edition.
College.
Rifai N. (2014). Evaluasi kebijakan ekspor
Wan Y, Sun C, Grebner DL. (2010). Analysis
minyak sawit dan produk turunanya ke
of Import Demand fo rWooden Beds in
pasar Amerika Serikat [disertasi].
the U.S. Journal of Agricultural and
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Applied Economics. 42(4): 643-658.
Rifin A. (2011). The role of palm oil industry
Widodo T. (2010). International Trade,
in Indonesian economy and its
Regionalism and Dynamic Market.
competitiveness [disertasi]. Tokyo
Yogyakarta (ID) : Fakultas Ekonomika
[JPN]: University of Tokyo.
dan Bisnis. Universitas Gajah Mada.
Rifin A. (2013). Analysis of Indonesia’s
World Trade Organization (WTO). (2019).
Market Position in Palm Oil Market in
Non-Tariff Measures: Sanitary &

Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 23
Phytosanitary and Technical Barrier to Zakaria K, Salleh KM, Balu N. (2017).
Trade [Internet]. Factors affecting palm oil demand in
India. Oil Palm Industry Economics
Yamarik, Ghosh. (2005). A sensitivity
Journal. 17(2): 25-33.
analysis of the Gravity Model. Int Trade
J., siap terbit. Zuhdi. (2016). Analisis Daya Saing Ekspor
Kopi Indonesia Dan Vietnam Di Pasar
Yeboah, D. (1992). Forecasting coffee
Asean 5 Competitiveness Analysis of
consumption with a flexible consumer
Indonesian and Vietnam Coffee Export
demand function.
in Asean 5 Market.
Voon, T.J. and W. Xiang-Dong. (1997).
Export competition among China and
ASEAN in the U.S. market: application
of market share models. Working
Paper. 46(2/97):1-33. CAPS (HK):
Faculty of Social Sciences, Lingman
College.

24 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 16 NO. 1, JULI 2022

Anda mungkin juga menyukai