Competitiveness Analysis and Factors Affecting the Market Share of the Main
Coffee Exporting Countries in the Main Coffee Importing Countries1
Abstrak
Negara eksportir utama kopi dunia dalam kurun waktu 1995-2017 adalah Brazil, Vietnam,
Kolombia dan Indonesia. Sementara importir utama dunia adalah Amerika Serikat, Jepang,
dan Jerman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis daya saing komparatif negara
eksportir utama kopi dunia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pangsa pasar
negara eksportir utama kopi di negara importir utama kopi. Data yang digunakan merupakan
data sekunder menggunakan jenis data time series periode 1995-2017 dengan kode HS
090111. Metode analisis data yang digunakan adalah metode Revealed Comparative
Advantage, Dynamic Revealed Comparative Advantage, dan metode Linear Approximate
Almost Ideal Demand System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat negara eksportir
utama kopi dunia memiliki daya saing yang bervariasi. Faktor-faktor yang memengaruhi
pangsa pasar negara eksportir utama kopi di negara importir utama kopi adalah harga dan
non harga. Rekomendasi yang diberikan memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak (petani,
pengusaha, dan pemerintah) mulai dari cara budidaya, pemeliharaan, panen, dan pasca
panen yang benar dilakukan dengan memberikan penyuluhan melalui program pemerintah,
penerapan sertifikasi mutu kopi serta kebijakan perdagangan dalam bentuk kerja sama
bilateral.
Kata Kunci: Kopi, Ekspor, Persaingan, Pasar Global
Abstract
The main exporting countries of world coffee in the period 1995-2017 were Brazil, Vietnam,
Colombia, and Indonesia. The world's main importers are the United States, Japan, and
Germany. The purpose of this study is to analyze the comparative competitiveness of the
world's main coffee exporters and to analyze the factors that influence the market share of the
major coffee exporting countries in the major coffee importing countries. The data used in this
study is secondary data obtained from various sources using time series data for the period
1995 to 2017 with the HS code 090111. The data analysis method used is the Revealed
Comparative Advantage, Dynamic Revealed Comparative Advantage, and Linear
Approximate Almost Ideal Demand System. The results showed that the four major coffee
exporters in the world had competitiveness. The factors that affect the market share of the
main coffee exporting countries in the main coffee importing countries are price and non-price.
https://doi.org/10.30908/bilp.v16i1.445
Published by Trade Policy Agency, Ministry of Trade. This is an open access article under the CC BY-SA 4.0
license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 1
The recommendations given require the involvement of various parties (farmers,
entrepreneurs, and the governments) starting from the correct way of cultivation, harvesting,
and post-harvest carried out by providing counseling through government programs,
implementing coffee quality certification, and trade policies in the form of bilateral cooperation.
Keywords: Coffee, Export, Competition, Global Market
JEL Classification: C22, F13, O24, Q17
PENDAHULUAN
Pasokan kopi dunia sebagian besar produsen kopi dunia memiliki jenis kopi
berasal dari Brazil (3.212.400 ton), yang berbeda dan secara umum jenis
Vietnam (1.758.000 ton), Kolombia kopi yang diproduksi memiliki dua jenis
(676.284 ton), Indonesia (572.460 ton) kopi yaitu arabika dan robusta.
dengan total kontribusi dari keempat Meskipun beberapa negara eksportir
negara tersebut adalah 67,75% utama tersebut ada yang memproduksi
(Kementan, 2017). Keempat negara jenis kopi arabika dan robusta secara
eksportir utama yaitu Brazil, Vietnam, bersama-sama misalnya Brazil, Vietnam
Kolombia dan Indonesia mengalami dan Indonesia, namun tetap ada jenis
persaingan yang dinamis di pasar kopi yang dominan berasal dari masing-
global. Hal ini dapat dilihat dari setiap masing negara tersebut. Negara Brazil
pangsa kopi biji masing-masing negara dan Kolombia paling dominan
eksportir di negara importir kopi utama memproduksi jenis kopi arabika,
dunia dari waktu ke waktu. Pangsa kopi sedangkan Vietnam dan Indonesia
biji tersebut memberikan gambaran produksi utama kopi robusta.
mengenai kondisi di mana masing- Pengelolaan produksi kopi di
masing negara penghasil kopi di dunia masing-masing negara produsen utama
ternyata mengalami perubahan baik juga berbeda salah satunya dipengaruhi
dalam hal produksi domestik, jumlah oleh masa (waktu) panen kopi yang
ekspor serta kontribusinya terhadap berbeda. Perbedaan yang dimiliki dapat
perdagangan dunia yang berbeda-beda berasal dari perbedaan jenis kopi
dari waktu ke waktu, hal ini dapat maupun perbedaan wilayah geografis
dipengaruhi oleh faktor internal maupun masing-masing negara. Masa panen
faktor eksternal masing-masing Negara kopi di Brazil dan Indonesia berkisar
(Rosiana, 2019). antara bulan April-Maret, sementara
Berdasarkan data ICO (2018) Vietnam dan Kolombia memiliki masa
mencatat bahwa keempat negara panen bulan Oktober-September.
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 3
yang memiliki keunggulan komparatif karena menjadi salah satu indikator
agar alokasi sumber daya ekonomi dalam menentukan tingkat persaingan
negara tersebut menjadi lebih efisien (Kennedy et al, 1998; Polymeros et al,
(Gonarsyah, 2007). Selanjutnya, 2005). Pengukuran pangsa pasar
Krugman & Obstfeld (2012) menyatakan dilakukan dengan menggunakan indeks
bahwa suatu negara memiliki RCA atau biasa disebut indeks Balassa.
keunggulan komparatif dalam Indeks tersebut menunjukkan ekspor
memproduksi suatu barang jika suatu negara dalam suatu industri
opportunity cost dari memproduksi terhadap rata-rata industri dalam
barang lebih kecil daripada negara lain. perdagangan dunia. Dengan kata lain,
Lebih lanjut Pindyck & Rubinfeld (2013) indeks tersebut menunjukkan
mengemukakan bahwa keunggulan perbandingan struktur ekspor suatu
komparatif setiap negara akan negara terhadap struktur ekspor dunia
menentukan apa yang terjadi dalam (Widodo, 2010). Suatu negara memiliki
perdagangan di antara negara tersebut daya saing jika terjadi peningkatan
dan perdagangan antara dua negara pangsa pasar (Coy, 2006). Penentu
dapat memperoleh keuntungan jika daya saing dapat berasal dari mutu
setiap negara mengekspor barang yang produk, diferensiasi produk, economies
memiliki keunggulan komparatif. of scale, biaya input, teknologi, dan
Sementara itu, Gonarsyah (2007) faktor lainnya (Kennedy et al, 1998).
mengemukakan bahwa komoditas yang Mutu atau komposisi ekspor merupakan
memiliki keunggulan komparatif akan penentu utama pangsa ekspor suatu
memiliki daya saing. negara (Voon Xiang-Dong, 1997).
Balassa (1965) mengembangkan Daya saing yang ditunjukkan oleh
metode analisis daya saing yang dapat nilai indeks RCA (Balassa Index)
diukur dengan perhitungan Revealed of menunjukkan sudut pandang statis serta
Comparative Advantage (RCA) Indeks. tidak cukup menjelaskan perubahan
RCA menunjukkan ukuran daya saing daya saing dari waktu ke waktu (Ozcelik
dengan mengukur rasio pangsa pasar di & Erlat, 2013). Sedangkan daya saing
suatu negara terhadap dunia dan bersifat dinamis dan akan mengalami
dibandingkan dengan negara lainnya. fluktuasi dari waktu ke waktu tergantung
Pangsa pasar merupakan ukuran yang pada tingkat kompetisi. Maka, Edwards
berguna dalam menganalisis daya saing & Schoer (2002) mengembangkan suatu
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 5
sistem distribusi publik, pendapatan diperoleh variabel harga kopi Indonesia
nasional, kebijakan liberalisasi untuk kopi biji signifikan dan
perdagangan dan nilai tukar. berpengaruh nyata terhadap proporsi
Pada komoditas kopi, penelitian (pangsa) impor kopi biji Indonesia di
mengenai faktor yang menyebabkan Jerman, faktor harga yang
terjadinya persaingan di pasar memengaruhi permintaan kopi biji
internasional dikaji oleh peneliti-peneliti Indonesia di Jerman lainnya selain
terdahulu, diantaranya Rosiana et.al, harga kopi biji Indonesia adalah harga
(2018) melakukan kajian untuk kopi Vietnam dan harga kopi India.
mengukur kekuatan kompetisi sepuluh Selanjutnya variabel harga kopi biji
negara eksportir utama kopi dunia menunjukkan tanda positif dan dan kopi
dengan menganalisis nilai korelasi dua bubuk Indonesia menunjukkan tanda
negara. Analisis korelasi dilakukan negatif, sementara harga kopi bubuk
dengan menggunakan Rank Spearman Indonesia tidak signifikan, sehingga
Correlation dengan variabel independen variabel tersebut tidak berpengaruh
berskala ordinal (RCA index negara Xi), secara nyata terhadap proporsi impor
dan variabel independen berskala kopi Indonesia, namun penelitian
ordinal (RCA index negara Yi). Fortunika (2019) fokus pada kopi
Dalam penelitian (Komaling, 2013) Indonesia saja dan variabel yang
tentang Analisis Determinan Ekspor digunakan hanya variabel kopi
Kopi Indonesia ke Jerman Indonesia.
menggunakan model regresi berganda Berdasarkan teori dan berbagai
menunjukkan bahwa pendapatan per penelitian yang telah dilakukan
kapita Jerman, harga kopi dunia dan sebelumnya, maka variabel-variabel
konsumsi kopi Jerman berpengaruh yang digunakan pada penelitian ini
secara signifikan terhadap volume adalah seperti yang tersaji pada Tabel 1.
ekspor kopi Indonesia ke Jerman. Diharapkan penelitian ini dapat
Fortunika, (2019) melakukan kajian menyempurnakan kajian yang telah
terhadap posisi kopi robusta indonesia dilakukan oleh peneliti sebelumnya
di pasar Jerman menggunakan metode khususnya pada komoditas kopi.
linear approximate Almost Ideal Berdasarkan penjelasan yang telah
Demand System (AIDS) berdasarkan diuraikan tersebut maka yang menjadi
hasil estimasi model dari kajian tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 7
dengan Balassa Index menetralisir efek komoditas tersebut. Secara lebih rinci,
dari ukuran ekonomi atau industri suatu kekuatan daya saing internasional yang
negara sehingga dapat membandingkan ditunjukkan oleh Balassa RCA Index
kinerja ekspor antar negara (Erkan & dikelompokkan menjadi empat
Yildirimci, 2015). Formula RCA dapat klasifikasi Hinloopen (2010), Erkan &
dilihat pada persamaan 1. Yildirimci (2015), yaitu Klasifikasi 1 : 0 <
xij xwj
RCAj = ⁄ ………..(1) RCAij < 1, tidak berdaya saing; Klasifikasi
∑ jXij ∑ jXwj
2 : 1 < RCAij < 2, daya saing lemah;
Dimana: RCAj adalah daya saing
Klasifikasi 3 : 2 < RCAij < 4, daya saing
suatu negara terhadap suatu komoditas
j; xij adalah nilai ekspor komoditas j dari medium; dan Klasifikasi 4 : 4 < RCAij ,
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 9
W1 = a1 +y11 Inp1 +y12 Inp2 +y13 Inp3 +y14 Inp4 +y15 Inp5 +β1 In( x ) …………………………..(4)
p*
W2 = a2 +y21 Inp1 +y22 Inp2 +y23 Inp3 +y24 Inp4 +y25 Inp5 +β2 In( x ) …………………………..(5)
p*
W3 = a3 +y31 Inp1 +y32 Inp2 +y33 Inp3 +y34 Inp4 +y35 Inp5 +β3 In( x ) …………………………..(6)
p*
W4 = a4 +y41 Inp1 +y42 Inp2 +y43 Inp3 +y44 Inp4 +y45 Inp5 +β4 In( x ) …………………………..(7)
p*
𝑒𝑖𝑗 =
(ŷ𝑖𝑗 −𝛽𝑖𝑗 𝑤𝑖 )
− 1 ………………….(9) saing. Berdasarkan catatan Kemendag
ẇ𝑖
(2018), negara importir kopi mengalami
Dimana ŷ𝑖𝑗 adalah parameter harga kopi
penurunan produksi pada tahun 2000
Indonesia di pasar j; 𝛽𝑖𝑗 adalah nilai total
akibat dilanda bencana El Nino dan
impor kopi di pasar j; 𝑤𝑖 adalah pangsa
karena perkebunan kopi di Brazil
kopi Indonesia; 𝑤𝑗 adalah pangsa kopi
terkena embun upas (terakhir melanda
negara j Brazil pada tahun 2000).
Hasil estimasi dari model AIDS Tabel 3. Nilai RCA Kopi Negara
digunakan untuk menjawab masalah Eksportir Utama Dunia,
faktor-faktor yang memengaruhi 1997-2017
permintaan impor kopi negara eksportir Tahun Negara Eksportir
Brazil Vietnam Kolombia Indonesia
utama dunia di negara importir utama 1997 40,78 25,23 95,35 4,59
dunia. Nilai signifikansi adalah dasar 1998 38,58 23,73 90,98 6,17
1999 1,41 1,15 2,88 0,23
untuk menetapkan variabel yang
2000 0,05 0,04 0,12 0,01
berpengaruh. Sementara seberapa 2001 30,65 24,59 73,73 3,85
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 11
adalah kopi Kolombia, Brazil, Vietnam, pada waktunya (Rosiana et al., (2017).,
sementara Indonesia berada pada Nalurita et al, (2014), Hidayat &
posisi terkecil dari nilai RCA yang Soetriono, (2010) dan Fadah, (2016)).
dimiliki. Kondisi ini menggambarkan Senada dengan hal tersebut hasil
bahwa, terjadinya persaingan dalam penelitian Hanani et al, (2014), dan Sinta
perdagangan global yang ditunjukkan et al, (2017) menyatakan bahwa
dengan adanya fluktuasi nilai ekspor tiap produsen kopi Indonesia cenderung
negara dan akan berdampak pada menitikberatkan pada peningkatan
keunggulan komparatif dan kompetitif kuantitas. Hal ini akan berdampak pada
(Baroh et al, 2014). kualitas kopi yang diekspor akan
Nilai RCA Indonesia yang rendah menjadi rendah, lebih lanjut Muzendi
menggambarkan bahwa kopi Indonesia (2014) dan Baroh et al, (2014)
memiliki share ekspor kecil dan juga menyatakan bahwa tidak adanya
harga yang rendah di pasar pengelolaan pasca panen yang baik di
internasional. Selain itu, kopi Indonesia tingkat petani sehingga mengakibatkan
dan Vietnam yang dominan berjenis kopi yang di ekspor adalah dalam
robusta memiliki nilai RCA yang lebih bentuk biji dan pada umumnya kualitas
rendah jika dibandingkan dengan kopi rendah yaitu grade 4, oleh karena itu
Kolombia dan Brazil yang dominan kopi pengelolaan pasca panen dan hilirisasi
arabika. Hal ini juga menunjukkan produk kopi perlu dilakukan di tingkat
bahwa jenis kopi arabika lebih unggul petani serta diperlukan juga
dibandingkan kopi robusta di pasar keterampilan teknis untuk menciptakan
internasional dalam kurun waktu 1997- berbagai produk olahan kopi. Melalui
2017. upaya tersebut diharapkan dapat
Rendahnya daya saing kopi memberikan nilai tambah pada produk
Indonesia disebabkan oleh beberapa kopi Indonesia yang akan diekspor ke
faktor diantaranya pengelolaan kebun negara importir.
yang kurang baik karena lebih dari 90% Analisis lebih lanjut menggunakan
kopi Indonesia dikelola oleh perkebunan DRCA menunjukkan bahwa daya saing
rakyat, dimana umumnya kopi sudah tua negara eksportir utama kopi dunia
dan menggunakan teknologi budidaya berubah pada periode waktu tertentu.
yang sederhana serta tidak jarang juga Pada penelitian ini posisi daya saing
petani kopi melakukan panen belum dibagi menjadi 4 periode (Tabel 4).
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 13
penelitian Kennedy et al. (1998) yang Vietnam yaitu membangun infrastruktur
menyatakan bahwa pangsa pasar seperti irigasi, jalan raya sebagai akses
menjadi salah satu indikator dalam ke sentra-sentra produksi kopi,
menentukan tingkat persaingan. melakukan penelitian komoditi kopi yang
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa gencar, dari sisi pembiayaan
di periode I (1997-2001) nilai rata-rata mengucurkan kredit, memberikan hak
DRCA kopi Vietnam memiliki nilai yang pengolahan dengan luas areal tidak
paling tinggi kemudian Brazil, Kolombia, terbatas hingga 50 tahun, serta
dan Indonesia berada pada posisi daya dukungan melalui kegiatan penyuluhan.
saing yang paling rendah pada periode Produktivitas kopi di Vietnam juga lebih
I. Pada periode ini, Vietnam memiliki tinggi dibandingkan dengan di negara-
nilai tertinggi karena dukungan dan negara produsen kopi lainnya, hal ini
keterlibatan pemerintahnya yang cukup disebabkan kopi di Vietnam sebagian
kuat dalam rangka pengembangan kopi, besar dikelola dengan baik oleh
hal yang dilakukan oleh pemerintah perusahaan negara (Nhien, 2016).
Gambar 1. Nilai Rata-Rata DRCA Kopi di Negara Eksportir Utama Dunia pada
Empat Periode Analisis
Sementara pada periode II (2002- terakhir, Kemudian di periode ke III
2007) kopi Kolombia memiliki (2007-2012), kopi Kolombia masih tetap
pertumbuhan yang paling baik, memiliki nilai daya saing yang paling
selanjutnya diikuti oleh Indonesia, Brazil tinggi dibanding dengan kopi dari negara
dan Vietnam berada pada posisi eksportir utama lainnya. Pada periode II
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 15
Tabel 5. Ringkasan Hasil Estimasi Model AIDS Kopi Indonesia, Kolombia,
Vietnam, dan Brazil di Pasar Amerika Serikat, Jepang dan Jerman.
Negara Eksportir
Negara
Importir Indonesia Kolombia Vietnam Brazil
1. Harga kopi 1. Harga kopi Indonesia 1. Harga kopi Brazil (-) 1. Harga kopi Vietnam (-)
Kolombia (-) (-)
2. Populasi Amerika
Serikat (-)
Amerika 3. GDP riil per kapita
Serikat Amerika Serikat (+)
4. Inflasi Amerika
Serikat (-)
1. Harga kopi Brazil 1. Harga kopi Kolombia 1. Harga kopi Brazil (-) 1. Harga kopi Indonesia
(+) (+) (+)
2. Harga row (-) 2. Populasi Jepang (+) 2. Harga row (+) 2. Harga kopi Vietnam (-)
3. Populasi Jepang 3. GDP riil per kapita 3. Carea NTM (+)
(+) Jepang (+)
4. GDP riil per kapita 4. Harga kopi Kolombia 4. Populasi Jepang (-)
Jepang Jepang (-) (+)
5. NTR Jepang terhadap
dolar (-)
1. Harga kopi 1. Harga kopi Kolombia 1. Harga kopi Indonesia 1. Harga kopi Kolombia
Vietnam (+) (-) (+) (+)
2. Populasi Jerman 2. Harga kopi Brazil (+) 2. Harga kopi Brazil (-) 2. Harga kopi Vietnam (-)
(+) 3. Pengeluaran (-) 3. Carea NTM (-) 3. Inflasi Jerman (-)
4. 4. Populasi 4. GDP riil per kapita 4. NTR Jerman terhadap
Jerman (+) Jerman (+) dolar (-)
Jerman
Implikasi dari hasil estimasi pangsa dan Meiri (2014) yang menyatakan
kopi Indonesia, Kolombia, Vietnam, dan bahwa ada hubungan yang terjadi
Brazil di pasar Jerman, diperoleh bahwa antara kopi Indonesia dengan kopi
variabel yang signifikan terhadap Vietnam dan salah satu faktor yang
pangsa kopi Indonesia lebih sedikit jika memengaruhinya adalah karena sama-
dibandingkan dengan variabel yang sama negara yang dominan
berpengaruh pada pangsa kopi memproduksi kopi robusta. Demikian
Kolombia, Vietnam, dan Brazil. Dapat halnya dengan kopi Brazil yang
dilihat bahwa kopi Indonesia lebih berkompetisi (substitusi) dengan kopi
cenderung berkompetisi (substitusi) Kolombia di pasar Jerman dikarenakan
dengan kopi Vietnam di pasar Jerman. kedua negara tersebut juga sama-sama
Sementara Indonesia dengan Vietnam dominan memproduksi kopi arabika,
adalah negara yang memproduksi studi ini juga menunjukkan bahwa jenis
dominan jenis kopi robusta, inilah yang kopi arabika dan robusta saling
menjadi faktor kopi Indonesia dan melengkapi (komplementer) terlihat dari
Vietnam berkompetisi di pasar Jerman, kopi Vietnam dan Brazil yang memiliki
hal ini sejalan dengan penelitian hubungan komplementer.
Rosiana et al. (2018), Meiri et al. (2013),
Tabel 6. Elastisitas Harga Sendiri Kopi Indonesia, Kolombia, Vietnam, dan Brazil
di Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman
Negara Importir
Negara Eksportir Amerika Serikat Jepang Jerman
Indonesia -1,7631 -0,6945 -2,9310
Kolombia -1,1943 -0,3619 -1,8082
Vietnam -0,8674 -0,9913 -1,3325
Brazil -1,0900 -0,7786 -1,2640
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 17
mengemukakan bahwa perubahan gaya tradisional, kesalahan yang paling fatal
hidup konsumen dapat berkontribusi yang umum dilakukan petani adalah
pada penurunan konsumsi. Studi yang pada fase pemetikan dan penanganan
dilakukan oleh Abaelu & Manderscheid pasca panen. Pada hampir semua
(1968), Lawrence et al. (1977), Okunade sentra produksi kopi di Indonesia
(1992) dan Yeboah (1992), diketahui bahwa petani sebagian besar
mengemukakan bahwa elastisitas melakukan panen dengan memetik
pendapatan yang bernilai negatif buah kopi sebelum usia panen (petik
termasuk pada kategori barang inferior, hijau) sehingga menghasilkan kopi mutu
artinya ketika pendapatan konsumen rendah sementara hasil produksi
meningkat maka pembelian kopi akan sebagian besar diekspor.
menurun karena konsumen beralih Berdasarkan data Ditjenbun (2015)
untuk membeli produk lain. bahwa kopi Indonesia yang diekspor
Dalam upaya peningkatan daya sebagian besar dalam bentuk biji
saing kopi Indonesia perlu melakukan (sebesar 99.5%) dengan grade IV
perbaikan khususnya dalam hal mutu sementara sisanya dalam bentuk olahan
kopi yang diekspor mulai dari tingkat (roasted dan bubuk). Kondisi tersebut
petani, pelaku usaha dan pemerintah menunjukkan bahwa kopi Indonesia
sebagai pengambil kebijakan yang akan yang diekspor tergolong kopi mutu
memengaruhi harga dan non harga rendah dan juga masih ada kondisi
(perilaku konsumen, citarasa, jenis tertentu yang menyebabkan kopi
kopi). Fleming et al, (1956); Ismail et al, Indonesia terkena larangan ekspor,
(2017) menyatakan bahwa suatu negara sehingga perlu penerapan sertifikasi
dapat mengalami perubahan daya saing pada kopi Indonesia (Ibnu, 2017).
karena dipengaruhi oleh faktor harga Selanjutnya, kendala produksi
dan non-harga. Maka fluktuasi daya yang menyebabkan rendahnya mutu
saing yang terjadi di pasar internasional kopi akan berpengaruh terhadap harga
tidak terlepas dari sisi harga yang kopi di pasar domestik maupun pasar
disebabkan oleh rendahnya mutu kopi internasional dan hal ini akan
yang dihasilkan. memengaruhi fluktuasi daya saing yang
Dalam hal budidaya Muzendi terjadi di pasar internasional yaitu tidak
(2014) menyatakan bahwa budidaya terlepas dari sisi harga tentu karena
kopi di Indonesia masih dikelola secara rendahnya mutu kopi. Untuk menangani
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 19
dengan negara eksportir dunia, faktor- cara yang dapat dilakukan adalah
faktor yang memengaruhi pangsa pasar dengan meningkatkan kualitas kopi agar
negara eksportir utama kopi di negara memenuhi syarat ekspor dan bebas dari
importir utama kopi adalah harga dan hambatan NTM. Revitalisasi
non harga. perkebunan kopi juga perlu dilakukan
Rekomendasi kebijakan yang dengan mempercepat perluasan areal
dapat diberikan berdasarkan penelitian tanam dan peremajaan tanaman
ini adalah perlu adanya upaya sehingga dapat meningkatkan
peningkatan daya saing kopi Indonesia produktivitas, produksi, dan ekspor kopi
di pasar internasional melalui beberapa Indonesia. Selain itu, peningkatan nilai
hal yaitu terkait dengan variabel harga tambah dengan menciptakan produk
kopi Indonesia, yang perlu dilakukan olahan kopi masih menjadi hal yang
untuk dapat meningkatkan pangsa perlu dilakukan, agar kopi yang di
pasar kopi Indonesia adalah keterlibatan ekspor Indonesia tidak hanya dalam
dari pelaku usaha seperti petani kopi bentuk biji namun juga bentuk kopi
meliputi cara budidaya, pemeliharaan, olahan yang dapat meningkatkan daya
dan saat panen harus menghindari saing kopi Indonesia di negara importir
panen dengan sistem petik hijau, hal ini dunia.
dapat dihindari dengan memberikan Dalam bidang kebijakan
penyuluhan yang dilaksanakan melalui perdagangan internasional yaitu upaya
program pemerintah sehingga untuk melakukan kerja sama bilateral
diharapkan dapat membantu petani agar dengan negara eksportir lainnya, kerja
dapat meningkatkan pemahaman yang sama bilateral tersebut dapat dilakukan
baik dalam rangka peningkatan mutu oleh negara penghasil robusta yaitu
kopi, para pelaku usaha seperti eksportir Indonesia dan Vietnam menjalin kerja
kopi di Indonesia perlu memperhatikan sama dengan negara penghasil kopi
kebijakan masing-masing negara arabika yaitu Kolombia dan Brazil
importir yaitu Amerika Serikat, Jepang karena berdasarkan penelitian ini dapat
dan Jerman dalam penetapan NTM disimpulkan bahwa kopi robusta dan
yang semakin ketat, oleh karena itu arabika bersifat komplementer. Selain
dalam rangka meningkatkan jumlah itu, dalam rangka meningkatkan posisi di
ekspor ke negara importir, salah satu pasar internasional, diperlukan juga
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 21
Pasar Internasional. JSEP (Journal of Kementerian Pertanian RI (Kementan).
Social and Agricultural Economics), (2017). Informasi Harga Komoditas
4(2), 62–82. Retrieved from Pertanian Provinsi. Jakarta (ID):
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JSE Kementan.
P/article/download/390/248/.
Kennedy PL, Harrison RW, dan Piedra, MA.
Hinloopen J. (2010) On the empirical (1998). Analyzing agribusiness
distribution of the Balassa Index. competitiveness: the case of the United
Review of World Economics. 137(1):1- States sugar industry. International
49. Food and Agribusiness Management
Review. 1(2):245-257.
Ibnu M. (2017). Gatekeepers of
sustainability on coffee smallholders, Komaling RJ. (2013). Analisis Determinan
standards and certification in Ekspor Kopi Indonesia ke Negara
Indonesia. Dissertation. Maastricht importir utama Periode 1993-2011.
University. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan
Ekonomi Pembangunan Universitas
International Coffee Organization (ICO).
Sam Ratulangi Manado.
(2017). Total Production of Exporting
Countries. [Internet]. [Diunduh 25 Krugman PR, Obstfeld M. (2012).
September 2017]. Tersedia pada: International Economics Theory &
http://www.ico.org. Policy. US: Pearson Prentice Hall.
Ninth Edition.
International Coffee Organization (ICO).
(2018). Historical data on The Global Kustiari R. 2007. Perkembangan Pasar Kopi
Coffee Trade [Internet]. [Diunduh 21 Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia.
Agustus 2018]. Tersedia pada: Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol.
http://www.ico.org/new_historical.asp. 25 No 1:43–45.
Ismail D, Mabar R, Yechalad MN, Nasir M. Lawrence A., Phillips H., Riftkin H, Saleh A.
(2017). The analysis of (1977). U.S. coffee consumption,
competitiveness and export demand of 1946›1976. Washington, D.C.: US
acehnese coffee in the International Department of Agriculture, Foreign
market. Journal of Economics and Agricultural Service.
Sustainable Development. 8(8):102-
Meiri A. Rita N, Amzul R. (2013). Analisis
114.
Perdagangan Kopi Indonesia di Pasar
Jamil AS. (2019). Daya Saing Ekspor Kopi Internasional. Buletin Ristri.
Indonesia di Pasar Global. Jurnal http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/ind
Sosial Ekonomi dan Kebijakan ex.php/bultri/article/view/2378/2066.
Pertanian. 8(1).26-35. [Diakses September 2017]
Kementerian Perdagangan RI (Kemendag). Meiri. (2014). Analisis Daya saing dan
(2018). Buletin Info Komoditi Prioritas Perdagangan Kopi Indonesia di Pasar
Kopi. Jakarta (ID): Badan Pengkajian Internasional. Tesis. Fakultas
dan Pengembangan Kebijakan Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Perdagangan. Kementerian Bogor.
Perdagangan RI.
Moschini G. (1995). Units of measurement
Kementerian Perdagangan RI (Kemendag). and the stone price index in demand
(2014). Market Brief Kopi. Atase System estimation. American Journal
Perdagangan Tokyo. Kedutaan Besar of Agricultural Economics. 77(1): 63-68.
Republik Indonesia Tokyo: Tokyo.
Muzendi, AS. (2014). Integrasi Pasar dan
[Internet]. [Diunduh 10 Desember
Dampak Kebijakan Non Tarif terhadap
2019]. Tersedia pada:
Permintaan Ekspor dan Daya Saing
http://djpen.kemendag.go.id/members
Kopi Indonesia di Pasar Internasional.
hip/data/files/d8353-kopi--jepang.pdf.
[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Analisis Daya Saing Serta Faktor-Faktor .., Doni Sahat Tua Manalu, Harianto, Suharno, Sri Hartoyo | 23
Phytosanitary and Technical Barrier to Zakaria K, Salleh KM, Balu N. (2017).
Trade [Internet]. Factors affecting palm oil demand in
India. Oil Palm Industry Economics
Yamarik, Ghosh. (2005). A sensitivity
Journal. 17(2): 25-33.
analysis of the Gravity Model. Int Trade
J., siap terbit. Zuhdi. (2016). Analisis Daya Saing Ekspor
Kopi Indonesia Dan Vietnam Di Pasar
Yeboah, D. (1992). Forecasting coffee
Asean 5 Competitiveness Analysis of
consumption with a flexible consumer
Indonesian and Vietnam Coffee Export
demand function.
in Asean 5 Market.
Voon, T.J. and W. Xiang-Dong. (1997).
Export competition among China and
ASEAN in the U.S. market: application
of market share models. Working
Paper. 46(2/97):1-33. CAPS (HK):
Faculty of Social Sciences, Lingman
College.