Kelompok 20 :
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................ i
DAFTAR TABEL................................................................................. ii
DAFTAR GRAFIK............................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................... 3
BAB II HASIL...................................................................................... 4
2.1 Produksi Kopi........................................................................... 4
2.2 Ketersediaan Kopi.................................................................... 7
2.3 Konsumsi Kopi......................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN....................................................................... 12
3.1 Analisis Potensi dan Permasalahan Menggunakan
Pendekatan Subsistem Produksi............................................. 12
3.2 Analisis Potensi dan Permasalahan Ketersediaan/Distribusi
Kopi.......................................................................................... 14
3.3 Analisis Potensi dan Permasalahan Konsumsi Kopi............... 14
BAB IV PENUTUP.............................................................................. 17
4.1 Kesimpulan.............................................................................. 17
4.2 Rekomendasi........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 20
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GRAFIK
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kedua oleh Vietnam dengan nilai ekspor US$ 3.507 juta dan ketiga
diduduki oleh Kolombia dengan nilai ekspor sebesar US$ 1.909 juta.
Ekspor kopi Indonesia menjangkau berbagai negara di dunia seperti
negara anggota MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa), Amerika Serikat
serta negara dikawasan Asia seperti Jepang (AEKI, 2013).
Pada tahun 2015 rata-rata produksi 679.8412 Ton
(Kementerian Pertanian 2017), dimana 96% hasilnya berasal dari
perkebunan kopi rakyat yang melibatkan 1.765.491 petani
(Kementerian Pertanian Dirjen Perkebunan 2015).
Pada tahun 2012, empat peringkat besar negara pengimpor
utama kopi Indonesia adalah pertama Amerika Serikat yang
melakukan impor sebanyak 69.652 ton dengan nilai US$ 330.815
juta, kedua adalah Jepang dengan jumlah impor sebesar 51.438 ton
dengan nilai US$ 145.734 juta, ketiga adalah Jerman dengan jumlah
impor sebesar 50.978 ton dengan nilai US$ 116.897 juta dan
keempat adalah Italia dengan jumlah impor sebesar 29.081 ton
dengan nilai US$ 64.636 juta (UNCOMTRADE, 2013).
Tambunan (2004), mengatakan bahwa globalisasi akan
menimbulkan persaingan yang semakin ketat, sehingga hanya
negara yang memiliki daya saing yang kuat saja yang mampu
bertahan. Dengan potensi ekonomi yang dimiliki dan ketatnya
persaingan globalisasi dalam produksi kopi membuat pemerintah
sadar akan pentingnya komoditas perkebunan tersebut. Pemerintah
mulai menunjukkan dukungannya terhadap komoditas perkebunan
kopi sehingga mulai terjadi peningkatan ekspor kopi di indonesia. Hal
ini menuntut produsen kopi di dunia khususnya Indonesia untuk
dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara yang lebih
memuaskan daripada yang dilakukan oleh para pesaing.
Berdasarkan kondisi tersebut perlu adanya analisis mengenai
potensi dan permasalahan pada produksi kopi di Indonesia.
2
1.2 Tujuan
Tujuan telaah tentang produksi pangan kopi adalah:
a. Mengetahui produksi pangan kopi.
b. Mengetahui impor pangan kopi dari negara lain.
c. Mengetahui ketersediaan pangan kopi.
d. Menganalisis potensi dan masalah produksi kopi berdasarkan
sistem pangan gizi.
3
BAB II
HASIL
No Negara Produksi
1 Brasil 55.000.000
2 Vietnam 25.500.000
3 Kolombia 14.500.000
4 Indonesia 11.491.000
5 Ethiopia 6.600.000
dalam bungkus 60 kilogram
Sumber: International Coffe Organization
4
Menurut International Coffee Organization (ICO) konsumsi kopi
meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi
di Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke
negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia seperti Uni Eropa,
Amerika Serikat dan Jepang. Luas lahan dapat mempengaruhi
besarnya produksi kopi, seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan luas areal dan produksi kopi perkebunan,
tahun 2000–2012
Luas Lahan Produksi
Tahun
(Ha) (Ton)
2005 1.255.272 640.365
2006 1.308.731 682.158
2007 1.295.911 676.476
2008 1.295.110 698.016
2009 1.266.235 682.290
2010 1.268.476 684.076
2011 1.252.523 633.991
Sumber: DinasPerkebunan, 2013
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jika ketika terjadi
penambahan pada luas lahan maka akan diimbangi dengan produksi
kopi yang meningkat. Namun, peningkatan produksi kopi tidak hanya
dari luas lahan, namun juga dapat dipengaruhi oleh cuaca dan
kondisi tanah seperti pada tahun 2008, dimana terjadi pengurangan
luas lahan, namun produksi kopi semakin meningkat. Lahan terluas
terjadi pada tahun 2006 yaitu dengan luas 1.308.731 ha dan
produksi terbanyak pada tahun 2012 sebanyak 748.109 ton.
sebagian besar hasil produksi biji kopi Indonesia adalah
varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Biji arabika yang
berkualitas lebih tinggi kebanyakan diproduksi oleh negara-negara
Amerika Selatan seperti Brazil, Kolombia, El Salvador dan Kosta
Rika. Oleh karena itu, sebagian besar ekspor kopi Indonesia (kira-
kira 80%) terdiri dari biji robusta. Ekspor kopi olahan hanyalah
bagian kecil dari total ekspor kopi Indonesia.
5
Provinsi-provinsi yang berkontribusi paling besar untuk produksi
kopi Indonesia adalah:
a. Robusta
1) Bengkulu (Sumatra)
2) Sulawesi Selatan
3) Lampung (Sumatra)
b. Arabika
1) Aceh
2) Sumatra Utara
Selain memproduksi kopi biasa, Indonesia juga memproduksi
beberapa kopi spesial. Yang paling terkenal di antara kopi-kopi
spesial ini adalah kopi luwak, kopi Toraja, kopi Aceh dan kopi
Mandailing. Kopi jenis pertama - kopi luwak - mungking merupakan
jenis kopi paling terkenal karena dikenal sebagai kopi termahal di
dunia. Kopi ini diekstrasi dari biji kopi yang telah melalui sistem
pencernaan musang luwak Asia (hewan yang mirip kucing). Karena
proses fermentasi khusus di dalam perut hewan tersebut (dan juga
karena fakta luwak bisa memilih buah kopi yang paling juicy) kopi ini
dipercaya memiliki rasa yang lebih kaya. Proses produksinya yang
memerlukan banyak tenaga kerja dan kelangkaannya di pasar
internasional menyebabkan harganya menjadi mahal.
Produksi kopi nasional pada 2016 mencapai 639.305 ton atau
turun tipis dari tahun sebelumnya. Pada 2017, produksi kopi
diprediksi mencapai 637.539 ton yang berarti kembali turun 0,28
persen dari tahun lalu. Di tengah maraknya kafe-kafe yang
menyajikan minuman dari olahan butiran biji kopi, produksi kopi
nasional justru mengalami penurunan produksi. Turunnya
produktivitas menjadi salah satu penyebabnya. Pada 2013,
produktivitas perkebunan kopi mencapai 739 kg/ha, pada tahun ini
diperkirakan hanya mencapai 704 kg/ha. Produksi ini dapat dilihat
pada grafik 1. Produksi kopi tahun 2012-2017.
6
Grafik 1. Produksi Kopi Indonesia Tahun 2012-2017
700000
690000
691200
680000
670000 675900
660000
650000 Ton
647900
640000
639400 639305 637500
630000
620000
610000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
No Negara Volume
1 Brasil 34.500.000
2 Vietnam 23.200.000
3 Kolombia 12.800.000
4 Indonesia 6.891.000
5 Honduras 5.589.000
dalam bungkus 60 kilogram
Sumber: International Coffe Organization
7
Pada tahun 2012, empat peringkat besar negara pengimpor
utama kopi Indonesia adalah pertama Amerika Serikat yang
melakukan impor sebanyak 69.652 ton dengan nilai US$ 330.815
juta, kedua adalah Jepang dengan jumlah impor sebesar 51.438 ton
dengan nilai US$ 145.734 juta, ketiga adalah Jerman dengan jumlah
impor sebesar 50.978 ton dengan nilai US$ 116.897 juta dan
keempat adalah Italia dengan jumlah impor sebesar 29.081 ton
dengan nilai US$ 64.636 juta (UNCOMTRADE, 2013).
Tabel 4. Volume dan Nilai Ekspor-Impor Kopi Tahun 2011-2016
EKSPOR IMPOR
TAHUN Volume Nilai Volume Nilai
(Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$)
2011 346.493 1.036.671 18.108 49.119
2012 448.591 1.249.520 52.645 117.175
2013 534.023 1.174.029 15.800 38.838
2014 384.816 1.039.341 19.111 46.768
2015 502.021 1.197.735 12.462 31.492
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
Keterangan / Note : *) Angka sampai dengan Bulan September
Sumber / Source : Badan Pusat Statistik
Central Bureau Of Statistics
Berdasarkan informasi diatas dapat diketahui jika setiap
tahunnya Indonesia melakukan ekspor-impor kopi. Pada tahun 2011
sampai dengan 2013 ekspor kopi mengalami kenaikan dengan nilai
US$ yang juga meningkat. Namun pada tahun 2013 nilai US$
mengalami penurunan dengan volum yang meningkat dari tahun
sebelumnya. Tahun 2014 volume ekspor kopi mengalami
peningkatan dan nilai US$ juga meningkat sedangkan pada tahun
2016 hingga bulan september volume ekspor kopi mengalami
kemerosotan yang cukup banyak dan juga diikuti dengan nilai US$
yang menurun. Indonesia telah mengekspor kopi ke berbagai negara
seperti Amerika serikat, jerman, malaysia, italia, jepang rusia, dan
negara lainnya. Jika volume ekspor kopi mengalami penurunan
dapat dikatakan jika persaingan kopi dari negara lain sangat ketat
yaitu negara yang banyak memproduksi pangan kopi seperti brazil,
vietnam, kolombia.
8
Sedangkan untuk impor kopi, berdasarkan tabel diatas dapat
kita ketahui jika impor kopi terbanyak ada pada tahun 2012 dan
impor kopi dengan volume paling sedikit pada tahun 2015. Namun,
jika dilihat dari ekspor kopi yang menurun pada tahun 2016,
seharusnya impor kopi juga menurun, yang artinya ketersediaan kopi
dalam negeri sangat tercukupi, karena kopi yang diekspor hanya
sedikit. Namun kenyataannya ekspor yang menurun diikuti dengan
volume impor yang meningkat.
Pada tahun 2016, Amerika Serikat masih menjadi negara
tujuan ekspor kopi Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat bahwa ekspor kopi Indonesia ke Negeri Paman Sam
seberat 67.309,2 ton, naik 2,79 persen dari tahun sebelumnya
65.482,3 ton. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar
dibandingkan dengan ekspor ke negara lainnya. Adapun nilainya
mencapai US$ 269,9 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun. Sementara total
ekspor kopi Indonesia mencapai 412 ribu ton dengan nilai US$ 1
miliar.Luas areal tanaman kopi Nusantara mencapai 1,23 juta
hektare (ha) terdiri atas Perkebunan Rakyat 1,18 juta ha,
Perkebunan Besar Negara 22.525 ha, serta Perkebunan Besar
Swasta 25.493 ha. Berikut 10 negara tujuan utama ekspor kopi
Indonesia 2016.
Grafik 2. Sepuluh negara tujuan utama ekspor kopi Indonesia 2016
Databoks.co.id
Statistics & data portal
9
Menurut Asosiasi Ekspor dan Industri Kopi Indonesia (AEKI)
(2011), dari total produksi kopi, sekitar 67 persen diekspor
sedangkan sisanya 33 persen untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbesar di
dunia dengan produksi mencapai 639 ribu ton pada tahun 2016.
Beberapa jenis kopi Nusantara bahkan dikenal oleh penikmat kopi di
seluruh dunia seperti kopi Toraja, kopi lampung, kopi mandailing,
maupun luwak/musang sangat terkenal kenikmatannya sehingga
harganya sangat mahal hingga mencapai jutaan rupiah perkilogram.
10
Konsumsi
No Negara
(dalam 1.000 bungkus 60 kg)
6 Rusia 4,6 juta
7 Jepang 7,9 juta
8 Brasil 21,2 juta
9 Amerika 25,8 juta
10 Uni Eropa 42,6 juta
Databoks.co.id
Statistics & data portal
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
tambah tinggi mengakibatkan harga jual kopi yang diterima petani
rendah.
Kopi yang sejak ditanam dipelihara dengan baik, dipetik dalam
kondisi matang, ketika bijinya merah, serta melewati proses panen
dan pascapanen yang baik, akan menghasilkan kopi dengan kualitas
tinggi.
Kopi berkualitas tinggi akan mendapatkan klasifikasi kopi
“premium” atau “gourmet”. Setelah melewati proses
penilaian cupping score, maka sebuah kopi bisa mendapatkan
status specialty grade coffee, yang dapat meningkatkan harga jual
kopi.
Specialty coffee paling terkenal yang berasal dari Indonesia
adalah kopi luwak, yakni biji kopi yang telah melewati proses
fermentasi melalui sistem pencernaan hewan luwak. Kopi ini langka
karena harus mencari kotoran luwak yang telah memakan kopi
matang. Kelangkaan dan keistimewaan kopi ini menyebabkan harga
kopi luwak mencapai US$100 per 450 gram.
Keistimewaan ini pula yang menyebabkan petani
mengandangkan luwak, dan diberikan pakan biji kopi, agar
menghasilkan kopi luwak. Namun dengan budidaya seperti ini,
artinya penawaran kopi luwak di pasaran bertambah dan harganya
tidak lagi setinggi di awal, tetapi tetap lebih tinggi dibandingkan
kopi specialtylainnya.
Selain kopi luwak, Indonesia memiliki specialty coffee lainnya.
Beberapa kopi specialty dari Indonesia dan telah dikenal di pasar
kopi internasional di antaranya adalah Kopi Gayo, Kopi Mandailing,
Kopi Lintong, Kopi Java, Kopi Toraja, Kopi Bali Kintamani, dan Kopi
Flores.
Selain itu, terdapat juga beberapa kopi yang telah memiliki
sertifikasi Indikasi Geografis (IG) seperti Kopi Arabika Kintamani Bali,
Kopi Arabika Gayo, Kopi Arabika Flores Bajawa, Kopi Arabika Kalosi
Enrekang, Kopi Arabika Java Ijen-Raungdan Kopi Arabika Java
13
Preanger. Jenis-jenis kopi ini adalah kopi specialty yang memiliki
nilai jual yang tinggi.
Kopi yang telah mendapatkan sertifikasi specialty dan berbagai
sertifikasi lainnya umumnya memiliki nilai jual yang tinggi.
Permasalahannya, seperti komoditas lainnya, proses untuk
mendapatkan sertifikasi umumnya berbiaya tinggi. Meski demikian,
saat ini telah banyak lembaga nirlaba yang melakukan edukasi dan
pembinaan pada petani kopi untuk mendapatkan sertifikasi untuk
kopinya.
3.2 Analisis potensi dan permasalahan distribusi/ketersediaan kopi
Beberapa permasalahan ketersediaan kopi diantaranya,
maraknya sertifikasi bahan baku oleh lembaga atau eksportir asing,
meningkatnya impor produk kopi kualitas rendah dan memiliki kadar
gula yang tinggi, bea masuk ekspor produk kopi olahan sangat
besar yang membuat persaing di pasar global semakin sulit.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian memutuskan untuk
merevisi Standar Nasional Indonesia (SNI) kopi instant yang
selanjutnya akan diberlakukan secara wajib. Standar nasional
tersebut bertujuan untuk melindungi industri kopi nasional.
Sedikitnya industri makanan yang memiliki sertifikasi SNI ini
disebabkan oleh semua makanan dan minuman yang beredar
harus memenuhi parameter setara SNI.
Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya
komoditi ekspor dari wilayah tengah Aceh ini, seperti pengaruh iklim
global, tanaman sudah tua, intesitas serangan hama penyakit,
kesuburan tanah, pemangkasan dan tanaman pelindung.
14
sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0
miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap
100 gram Kopi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100
%.
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kopi
berdasarkan sumber informasi gizi dari berbagai publikasi
kementerian kesehatan republik indonesia serta sumber lainnya :
Nama Bahan Makanan : Kopi
Nama Lain / Alternatif : Kopi, Bagian Yang Dapat Larut
Banyaknya Kopi yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Kopi yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Kopi = 352 kkal
Jumlah Kandungan Protein Kopi = 17,4 gr
Jumlah Kandungan Lemak Kopi = 1,3 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Kopi = 69 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Kopi = 296 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Kopi = 368 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Kopi = 4 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Kopi = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Kopi = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Kopi = 0 mg
Dalam periode ini, secara rata-rata konsumsi kopi dunia
meningkat 2%. Negara konsumen kopi terbesar dunia bukan negara
produsen kopi. Brazil, sebagai produsen kopi terbesar, juga
merupakan konsumen terbesar ketiga. Indonesia sendiri masuk
dalam 5 negara konsumen kopi terbesar.
Sepanjang periode 2011 hingga 2017, berdasarkan data yang
dirilis oleh International Coffee Organization, konsumsi kopi
Indonesia menunjukkan tren yang meningkat. Minuman kopi dan teh
merupakan bagian dari budaya di Indonesia. Oleh sebab itu,
Indonesia dapat menjadi konsumen kopi terbesar. Ditambah lagi,
gaya hidup yang terjadi pada kaum urban memperbesar peluang
15
pasar kopi, tidak hanya secara global, tapi juga di negeri sendiri.
Dapat dikatakan kopi memiliki peluang besar untuk dikembangkan.
Konsumsi kopi di pasar dunia khususnya di negara-negara
importir kopi seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan Italia.
Sedangkan peningkatan terjadi disebabkan oleh seiring
meningkatnya selera dan berkembangnya industri-industri minuman
yang mempengaruhi volume impor dan nilai impor di negara
konsumen kopi dunia.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam
subsector perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar
yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian besar
produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang
dijual ke pasar dunia. Kopi yang dijual di dunia biasanya adalah
kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon kopi:
arabika dan robusta. Wilayah subtropis dan tropis merupakan lokasi
yang baik untuk budidaya kopi.
Menurut International Coffee Organization (ICO) konsumsi kopi
meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi
di Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke
negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia seperti Uni Eropa,
Amerika Serikat dan Jepang. Sebagian besar hasil produksi biji kopi
Indonesia adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah.
Selain memproduksi kopi biasa, Indonesia juga memproduksi
beberapa kopi spesial. Yang paling terkenal di antara kopi-kopi
spesial ini adalah kopi luwak, kopi Toraja, kopi Aceh dan kopi
Mandailing.
Menjamurnya kafe-kafe yang menjajakan minuman maupun
kemasan kopi dapat meningkatkan konsumsi minuman hasil olahan
biji kopi nasional. Selain menaikkan nilai jual, munculnya kedai-kedai
tersebut juga bakal mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif dari
komoditas kopi, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
17
4.2 Rekomendasi
Dilihat dari analisis permasalahan yang ada beberapa
rekomenadasi yang dapat diberikan bagi peningkatan sistem pangan
kopi yaitu:
a. Pemerintah berupaya untuk menggerakkan kepedulian lebih
terhadap kopi dengan cara mengembangkan bibit kopi dengan
baik, melakukan penanaman bibit kopi yang tepat untuk jenis
tertentu sesuai dengan keadaan wilayah.
b. Kementerian Koordinator (Komenko) Bidang Perekonomian telah
menyiapkan beberapa strategi yaitu dengan memangkas pohon
kopi yang bisa dilakukan dalam 2 tahun , kemudian dengan
mengembangkan keahlian para petani kopi agar bisa berdampak
lebih baik terhadap hasil panen, dan memisahkan lahan pertanian
kopi jenis robusta dan arabika dengan tujuan meningkatkan
produksi kopi menjadi tiga sampai empat kali lipat. Hal tersebut
dilakukan karena market keduanya berbeda, robusta untuk
mendorong mass market sedangkan arabika untuk high value
produk kopi.
c. Mengutamakan kebutuhan kopi dalam negeri yang disesuaikan
dengan konsumsi domestik akan kopi serta mempelajari dan
mengembangkan keahlian para petani kopi supaya hasil panen
kopi seperti di brasil, vietnam, kolombia dapat pula di tanam di
lahan dalam negeri, sehingga Indonesia tidak perlu mengimpor
kopi.
d. Dengan memperluas lahan kopi dan mengembangkan keahlian
para petani kopi dapat menyeimbangkan kemampuan produksi
kopi dan konsumsi kopi dalam negeri.
e. Memperkenalkan industri kopi ke sektor pendidikan.
f. Mendirikan koperasi-koperasi yang bertujuan untuk membantu
proses pemasaran kopi dari petani kopi kecil ke eksportir kopi
besar. Koperasi ini juga dapat dilengkapi peralatan pengolahan
18
yang cukup modern dan berskala besar mulai dari mesin Huller,
Grader, Desimetri dan lain-lainnya.
g. Membantu memasarkan produk kopi Indonesia baik didalam
maupun luar negeri dan memantau perkembangan ekspor kopi
Indonesia di pasar luar negeri melalui lembaga organisasi
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AKEI) dan Gabungan Eksportir
Kopi Indonesia (GAEKI). Melalui lembaga tersebut dapat
membantu membuka akses bagi para petani lokal dalam
memasarkan hasil produksinya ke pasar luar negeri.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sari, D.R. dkk. 2016. Analisis Posisi Ekspor Kopi Indonesia Di Pasar Dunia. Jom
Faperta Vol 3 No. 1 Februari 2016. [Online]
Suprayogi, B.M. dkk. 2017. Analisis Daya Saing Ekspo Kopi Indonesia,
Brazil, Kolombia, Dan Vietnam. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol.
50 No. 2 September 2017. [Online]
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/12/05/inilah-10-negara-
tujuan-utama-ekspor-kopi-indonesia. Diakses pada 21 Maret 2019.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/07/03/berapa-produksi-
kopiindonesia. Diakses pada 21 Maret 2019.
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186?.
Diakses pada 22 Maret 2019
https://www.validnews.id/POTENSI-KOPI-INDONESIA-DALAM-GAYA-
HIDUP-MASA-KINI-SZJ. Diakses pada 22 Maret 2019.
http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-kopi-komposisi-
nutrisi-bahan-makanan.html#.XJgGUckzbIV. Diakses pada 22 Maret
2019.
20