Anda di halaman 1dari 4

a.

Mengetahui kondisi perkebunan dan perkembangan komoditas kopi robusta


di Indonesia beserta syarat tumbuhnya.
b. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kerja secara langsung bagi
mahasiswa mengenai kegiatan budidaya komoditas kopi dari persiapan bibit
dan lahan hingga proses pasca panen kopi robusta dalam bentuk “green bean”
di pabrik.
c. Memahami bagaimana proses perawatan tanaman kopi robusta agar
menghasilkan produksi yang maksimal di PT. Perkebunan Nusantara XII
Kebun Bangelan.
1.3 Tujuan
Manfaat yang di harapkan dari kegiatan magang di PT Perkebunan Nusantara
XII Kebun Bangelan Afdeling Kampung Baru yang memiliki komoditas Kopi
Robusta, ialah:
a. Bagi Mahasiswa
Menjadikan mahasiswa yang kreatif, inofatif, bertanggung jawab, memiliki
etos kerja kerja, pengalaman yang berguna dalam menghadapi dunia kerja,
serta dapat mengetahui dan mempraktekan langsung terkait proses budidaya
tanaman kopi dari pemilihan jenis dan varietas hingga pasca panen nya di
PTPN XII Kebun Bangelan.
b. Program Studi/Fakultas
Fakultas menjadi lebih di kenal dengan lulusan yang memiliki etos kerja yang
baik sehingga peminat untuk program studi Agroteknologi meningkat.
c. PT Perkebunan Nusantara XII Kebun Bangelan Afdeling Kampung Baru
Dengan adanya kegiatan magang, dapat mendapatkan manfaat dengan adanya
bantuan pekerja dari mahasiswa magang seingga dapat mempermudah
pekerjaan.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Perkebunan di Indonesia


Indonesia sebagai negara berkembang menjadikan sektor pertanian sebagai
basis perekonomiannya. Dari kelima subsektor pertanian yang ada, Subsektor
perkebunan merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia dan
juga mempunyai prospek masa depan yang sangat menguntungkan bagi devisa
negara. Tanaman perkebunan merupakan pendukung utama sektor pertanian dalam
menghasilkan devisa. Ekspor komoditas pertanian indonesia yang utama adalah
hasil perkebunan. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditas
ekspor konvensional terdiri atas kelapa sawit, karet, teh, kopi dan tembakau.
(Dumairy,1997).
Subsektor perkebunan sebagai penghasil bahan baku telah berhasil
meningkatkan pendapatan petani perkebunan, memperluas lapangan kerja dan
mengurangi kemiskinan. Hal ini terbukti bahwa pada tahun 2008, Subsektor
perkebunan merupakan penyumbang terbesar dalam sektor pertanian yaitu sebesar
89.17 juta dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 97,77 juta.
Kemudian pada tahun 2010 sub sektor perkebunan ini mengalami kenaikan sebesar
5,7 juta, sehingga sumbangan subsektor perkebunan ini menjadi 103,4 juta. dan
kembali meningkat pada tahun 2011 yakni sebesar 108,41 juta, sedangkan yang
memberikan kontribusi terkecil pada tahun 2008 adalah subsektor kehutanan yakni
sebesar 7,8 juta, dan pada tahun 2011 yaitu sebesar 8,59juta.(BPS, 2012).
Namun dibalik itu semua, ada beberapa komoditas perkebunan yang
menalami penurunan di tiap tahun terakhir dari segi areal luas lahan dan hasil
produksi. Berkurangnya luas lahan perkebunan dikarenakan salah satunya adanya
alih fungsi lahan. Hal tersebut terjadi karena jumlah penduudk Indonesia yang terus
meningkat sehingga kebutuhan produk pertanian juga meningkat sehingga
permintaan terhadap sumberdaya lahan terus meningkat setiap waktunya dan akan
terdapat lahan yang kurang produktif fikarenakan tidak sesuai dengan syarat
tumbuh suatu komoditas.
2.2 Perkembangan Komoditas Kopi di Indonesia
Perkebunan kopi di Indonesia menurut pengusahaannya dibedakan menjadi
Perkebunan Besar (PB) dan Perkebunan Rakyat (PR). Perkebunan Besar terdiri dari
Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Pada tahun
2017 hingga 2019 areal perkebunan kopi selalu menurun di PBN dan PBS yang
disebabkan adanya alih fungsi lahan di beberapa provinsi. Hal tersebut sesuai
berdasarkan data BPS Tanaman Perkebunan (2019) pada tahun 2017 lahan PBN
kopi Indonesia seluas 23,63 ribu hektar kemudian turun menjadi 19,92 ribu hektar
pada 2018 dan turun lagi di tahun 2019 menjadi 14,5 ribu hektar. Sedangkan lahan
PBS kopi Indonesia pada tahun 2017 seluas 23,19 ribu hektar lalu menurun hingga
4,05 persen menjadi 22,25 ribu hektar pada tahun 2018, dan turun lagi menjadi 9,71
ribu hektar di tahun 2019. Sebaliknya, pada Perkebunan Rakyat Kopi mengalami

3
kenaikan di tahun 2017 hingga 2019. Berdasarkan gambar 1, menurut data BPS
Tanaman Perkebunan (2019) pada tahun 2017 luas Perkebunan Rakyat di Indonesia
1,192 juta hektar, kemudian meningkat menjadi 1,210 juta hektar pada 2018, dan
di 2019 meningkat lagi menjadi 1,215 juta hektar.

Gambar 1. Perkembangan Luas Perkebunan Kopi di Indonesia (sumber: BPS Perkebunan, 2019)

Sama seperti luas areal kopi, perkembangan produksi kopi juga mengalami
fluktuasi tepatnya pada Perkebunan Besar miliki Swasta maupun Negeri.
Sedangkan pada Perkebunan Rakyat mengalami peningkatan di tahun 2017 hinga
2019, dengan produks tertinggi dari provinsi Jawa Timur. Hal tersebut sesuai data
dari BPS Tanaman Perkebunan (2019) pada tahun 2017 produksi kopi dari
Perkebunan Besar sebanyak 30,29 ribu ton dan di tahun 2018 mengalami penurunan
menjadi 28,14 ribu ton kemudian menjadi 10,01 ribu ton di tahun 2019. Data
perkembangan produksi kopi di Indonesia dapat dilihat di gambar 2.

Gambar 2. Produksi Kopi di indonesia (sumber:BPS Tanaman Perkebunan, 2019)

Produksi kopi Indonesia sebagian besar diekspor ke mancanegara dan sisanya


dipasarkan di dalam negeri. Daya saing global saat ini, Indonesia menduduki
peringkat ke 3 sebagai negara pengekspor kopi terbesar di dunia setelah negara
Brazil dan Vietnam. Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua
pihak yang terkait dalam proses produksi kopi mulai dari penyediaan benih unggul
hingga pengolahan dan pemasaran komoditas kopi. Maka dari itu untuk
meningkatkan daya saing global kopi Indonesia diperlukan peningkatan
produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan untuk dapat bersaing di pasar dunia.
Pada tahun 2019, Indonesia mengekspor kopi terbanyak ke 5 negara yaitu United
States, Malaysia, Italy, Egypt, dan Jepang (BPS Tanaman Perkebunan, 2019) yang
dapat dilihat di gambar 3.

4
Gambar 3. Volume Ekspor Kopi Indonesia (BPS Tanaman Perkebunan, 2019)

2.3 Tanaman Kopi Robusta


2.3.1 Klasifikasi Tanaman Kopi Robusta
Tanaman kopi termasuk dalam famili Rubiaceae yang memiliki banyak jenis,
namun jenis kopi yangdikenal secara umum antara lain Coffea arabica, Coffea
robusta, dan Coffea liberica. Klasifikasi tanaman kopi (Coffea robusta L.)
menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea canephora
2.3.2 Morfologi Tanaman Kopi Robusta
Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan yang memiliki bagian-bagian pada
tanamannya seperti akar, daun, batang, bunga, dan buah.
a. Akar
Tanaman kopi merupakan jenis tanaman berkeping dua (dikotil) dan memiliki
akar tunggang. Akar kopi memiliki akar tunggal yang tumbuh tegak lurus
kebawah dengan kedalaman > 45 cm. Pada akar tunggang, ada beberapa
akar kecil yang tumbuh ke samping (melebar) yang sering disebut akar lebar.
Pada akar lebar ini tumbuh akar rambut, bulu-bulu akar, dan tudung akar yang
berfungsi untuk melindungi akar ketika mengisap unsur hara dari tanah
(Panggabean, 2011).

Anda mungkin juga menyukai