Anda di halaman 1dari 23

20

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kopi (Coffea sp.) termasuk kelompok tanaman semak belukar


dengan genus Coffea. Linnaeus merupakan orang pertama yang mendeskripsikan
spesies kopi arabika (Coffea arabica) pada tahun 1753. Kopi di Indonesia pertama
kali dibawa oleh pria berkebangsaan Belanda sekitar tahun 1646 yang
mendapatkan biji arabika mocca dari Arab. Tanaman kopi kemudian ditanam
hingga tersebar di berbagai provinsi di Indonesia (Panggabean, 2011; Prastowo
dkk, 2010).
Tanaman kopi telah menjadi komoditas yang di perhitungkan dalam
penguatan devisa negara .Indonesia adalah penghasil kopi Arabika terbaik di
dunia dan juga sebagai penghasil kopi Robusta kedua di dunia setelan Negara
Vietnam.Secara geografis, Indonesia terletak cukup strategis dalam perdagangan
kopi dunia, dan menempati menempati posisi keempat yaitu Negara produsen dan
pengekspor kopi di dunia setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Rukmana,
2014).
Luas areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,2 juta ha. Luas areal
tersebut di dominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 95,46%, milik perusahaan
swasta sebasar 2,37% dan BUMN sebesar 2,17 %. Perkebunan rakyat
memproduksi 636.702 ton setiap tahun, dengan produktifitas kopi setiap
hektarnya hanya mencapai 716 kg dan di Lampung sendiri produksi pertahunnya
mencapai 116.345 ton dengan produktifitas 831 kg setiap hektarnya (Badan Pusat
Statistik, 2018).
Dari data Badan Pusat Statistik (2018) 149.143 ha tanaman kopi di Indonesia
banyak yang sudah tua atau tidak menghasilkan, dan di Lampung sendiri
mencapai 10.722 ha. Tanaman kopi yang sudah tua ini diduga menjadi salah satu
faktor penyebab rendahnya produktifitas kopi, untuk itu tanaman kopi yang sudah
tua perlu dilakukan peremajaan.Made same dan any kusumastuti (2018)
mengatakan dalam bukunya pemangkasan rejuvinasi adalah salah satu usaha
dalam merehabilitasikan tanaman kopi yang sudah mundur atau turun
2

produksinya. Diharapkan taanaman dapat diremajakan kembali sehingga


mempunyai potensi produksi yang lebih tinggi.
Penggunaan klon kopi unggulan itu sangat berpengaruh untuk meningkatkan
produktivitas tanaman kopi contohnya klon BP 936. Menurut menteri pertanian
RI (2003), dalam keputusan menteri pertanian nomor: 419/Kpts/SR.120/8/2003
menyatakan bahwa tanaman kopi robusta klon BP 936 mempunyai potensi
produktivitas yang tinggi. Jadi untuk meningkatkan produktifitas pada tanaman
kopi maka dilakukan rejuvinasi dengan penyambungan klon BP 936.

1.2 Tujuan

1. Memahami pemangkasan (rejuvinasi) dan penyambungan pucuk dengan


klon BP 936 pada tanaman kopi.
2. Mampu merencanakan anggaran pelaksanaan peremajaan (rejuvinasi) dan
penyambungan pucuk pada tanaman kopi.

1.3 Kontribusi

KontribusiyangdiharapkandariproposalProyekMandiriiniadalah menjadi
sumber informasi tentang pemangkasan peremajaan (rejuvinasi) dan sambung
pucuk (grafting) untuk meningkatkan produksi kopi yang ada di Indonesia.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi Robusta

Kopi jenis robusta(Coffea canephora) merupakan kopi yang paling akhir


dikembangkan oleh pemerintahan Belanda di Indonesia. Kopi ini lebih tahan
terhadap cendawan Hemileia vastatrix dan memiliki produksi yang tinggi
dibandingkan kopi liberika. Akan tetapi, citarasa yang dimilikinya tidak sebaik
dari kopi jenis arabika, sehingga dalam pasar Internasional kopi jenis ini memiliki
indeks harga yang rendah dibandingkan kopi jenis arabika (Indrawanto dkk,
2010).

Gambar 1. Tanaman kopi robusta yang sudah tua

Adapun syarat tumbuh kopi robusta Kopi Rebusta (Coffea canephora.)


antara lain:

2.1.1 Ketinggian tempat

Ketinggian tempat sebenarnya tidak di berpengaruh langsung terhadap


tanaman kopi, akan tetapi terhadap tinggi rendahnya suhu. Di Indonesia umumnya
tinggi rendahnya suhu ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat dari permukaan
laut. Kopi robusta tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl (Najiyati dan
Danarti, 2001).
4

2.1.2 Curahhujan

Tanaman kopi akan tumbuh optimum pada daerah dengan curah hujan
2.000-3000 mm pertahun. Namum kopi masih bisa tumbuh baik pada daerah
bercurah hujan 1.300-2000 mm pertahun. Curah hujan sangat mempengaruhi
pertumbuhan kopi terutama pada masa pembungaan (Najiyati dan Danarti, 2001).
Kuncup bunga yang istirahat akan segera tumbuh kembali setelah turun
hujan kiriman dan akan menjadi bunga dewasa 7-8 hari.bila hujan kiriman tidak
datang, calon bunga tidak akan tumbuh dan mekar menjadi bunga dewasa,
sehingga tanaman aka gagal menghasilkan buah (Najiyati dan Danarti, 2001).

2.1.3 Penyinaran

Sinar matahari juga berpengaruh terhadap pembentukan bunga, karena


dengan sinar matahri yang cukup banyak akan merangsang terbentuknya kungcup
bunga. Itulah sebabnya apabila sepanjang tahun tanaman kopi mendapatkan sinar
matahari langsung secara terus-menerus maka tanaman kopi akan berbunga
sepanjang tahun dan pembungaan menjadi tidak teratur (Najiyati dan Danarti,
2001).
Untuk mengatur datangnya sinar matahari, maka diantara tanaman kopi
harus ditanam tanaman pelindung. Tanaman pelindung harus diatur sehingga pada
waktu-waktu tertentu tanaman kopi bisa tumbuh ditempat yang teduh dan bisa
mendapatkan sinar matahari dalam jumlah yang cukup (Najiyati dan Danarti,
2001).

2.1.4 Angin

Peran angin pada tanaman kopi adalah membantu penyerbukan pada kopi
yang bersifat self steril, angina membantu berpindahnya serbuk sari dari tanaman
kopi yang satu ke putuk Bungan kopi yang lain sehingga terjadi penyerbukan
yang dapat menghasilkan buah (Najiyati dan Danarti, 2001).

2.1.5 Tanah

Tanaman kopi akan menghendaki tanah yang subur, gembur dan kaya
organik untuk membantu pertumbuhan kopi secara maksimal. Kopi jiga
menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 4,5-5,6 untuk kopi robusta,
5

dan tanaman kopi tidak menghendaki tanah yang agak basa (pH lebih dari 6,5)
oleh kerena itu pemberian kapur tidak boleh berlebihan (Najiyati dan Danarti,
2001).

2.2Pemangkasan Tanaman Kopi

Dalam budidaya tanaman kopi, memengkas tanaman kopi adalah tindakan


yang perlu dilakukan karena produktifitas tanaman kopi sendiri berada pada
cabang cabang primer atau sekunder. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan
pertumbuhan tanaman kopi agar menjadi sehat, kuat, mempunyai keseimbangan
antara pertumbuhan vegetatif dan generative, sehingga tanaman lebih produktif.
Tujuan pemangkasan tanaman kopi adalah:
a) Agar tanaman kopi tetap rendah sehingga mempermudah pemanenan.
b) Untuk medapatkan cabang-cabang produktif baru secara terus menerus.
c) Mempermudah masuknya cahaya ke dalam tubuh tanaman kopi untuk
merangsang pembentukan bunga.
d) Memperlancar peredaran udara didalam kebun sehingga dapat
memperlancar penyerbukan dan mengurangi kelembaban daun.
e) Mengatur letak, umur dan bentuk dari cabang produktif sesuai pola yang
dikehendaki.
f) Membuang cabang-cabang yang tidak dikehendaki, misalnya cabang yang
telah tua dan tidak produktif lagi, serta cabang-cabang yang tidak
diperlukan.
g) Membantu mencegah tersebarnya hama dan penyakit.
h) Mengurangi “biennial bearing” supaya hasil atau produksi stabil setiap
tahun. (Same dan Any, 2018).

2.3Rejuvinasi

Pemangkasan rejuvinasi merupakan salah satu usaha di dalam merehabilitasi


tanaman kopi yang peroduktifitasnya rendah bahkan menurun. Hal ini
mengharapkan tanaman dapat diremajakan kembali sehingga produktifitasnya
kembali tinggi. pemangkasan rejuvinasi juga mempunyai manfaat yaitu,
Pemotongan cabang atau batang dapat mempermuda tanaman dan Dapat
6

memperbaiki mutu bahan tanam yaitu disambung dengan klon-klon yang lebih
unggul (Same dan Any, 2018).

2.3.1 Peremejaan secara selektif

Tidak semua pohon diremajakan, tetapi hanya diplih pohon-pohon yang


kurang baik hasilnya atau memang jenisnya tidak baik, dan pohon-pohon yang
rusak. Jadi pohon-pohon jenis dan produksinya baik, akan tetap dipertahankan.

Pohon yang akan diremajakan dipangkas pada tinggi 120 cm atau 150 cm
dari leher akar. Hal ini dapat dilakukan pada kebun-kebun yang masih banyak
tanamannya, maka pemangkasan agak tinggi bermaksud supaya tidak tertutup
oleh tanaman yang lain. Setelah pemangkasan, maka akan tumbuh tunas , lalu
tunas-tunas itu dipelihara satu atau dua batang (Kanisius, 1974).

2.3.2 Peremajaan pohon secara radikal

Peremajaan dilakukan pada kebun yang luas, semua pohon yang ada
dipotong setinggi 30 cm dari leher akar. Setelah tumbuh tunas biarkan sampai
tunas-tunas tumbuh baik dan kuat, kemudian rawat satu atau dua tunas untuk di
jadikan sebagai calon batang.

Peremajaan secara radikal ini dilakukan pada awal musim hujan, dan
sekaligus diadakan penyulaman pada tempat-tempat yang mati. Dengan demikian
seluruh areal tidak ada yang kosong. Agar semua peremajan itu cepat
menghasilkan, maka perlu pemeliharaan yang istimewa, misalnya diadakan
pendangiran secara total, pemupukan tepat waktu, pembuangan wiwilan tidak
terlambat, dll (Kanisius, 1974).

2.4Sambung Pucuk (grafting)

Sambung pucuk merupakan penggabungan batang bawah dengan batang


atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa menjadi penyatuan. terjadi
penyatuanini di sebabkan oleh penyatuannya kambium batang bawah dengan
kambium batang atas. Pada dasarnya banyak sambung yang dapat kita gunakan
tergantung dari berbagai macam tanaman yang akan kita jadikan media untuk
perkembangbiakannya. Sambung pucuk adalah penyatuan pucuk (sebagai calon
7

batang atas) dengan batang bawah sehingga terbentuk tanaman baru yang mampu
saling menyesuaikan diri secara kompleks.

Gambar 2. Sambung pucuk (grafting) pada tanaman kopi

Sambung pucuk dilakukan agar produksi lebih dipercepat, dengan cara ini
tanaman akan berproduksi hanya dengan jangka waktu 2 tahun. Prinsif dasar
perbanyakan sambung pucuk adalah penyatuan kambium dari batang bawah dan
batang atas, untuk terbentukknya pertautan antara batang atas dan batang bawah,
kambium sangat berperan penting dengan dibuatnya luka pada batang (Basri,
2009).

2.5Klon Tanaman Kopi

Menurut menteri pertanian RI (2003), dalam keputusan menteri pertanian


nomor: 419/Kpts/SR.120/8/2003 melepas varietas atau klon robusta BP 962
sebagai varietas unggul. Klon BP 936 merupakan hasil seleksi individual pada
keturunan persilangan antara SA 164 – 11 asal biji x BP 42 dengfan nomor induk
Samb 54. Buah kopi yang dihasilkan dari klon BP 936 bulat besar dengan
permukaannya yang halus. Untuk bijinya berukuran sedang yang mempunyai
berat 34 g per 100 butir biji dengan rendemen 20,3%. Daya produksi klon ini
mencapai 1.600 kg – 2.200 kg per hektar untuk populasi tanaman 1.600 per hektar
dengantipe iklim basah.
8

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan proyek mandiri ini, yaitu kebun kopi DesaHarapan


Jaya, Kec. Way Ratai, Kab. Pesawaran, Lampung.Waktu pelaksanaan peremajaan
tanaman kopi ini pada bulan September 2021 sampai dengan Maret 2022 di
Perkebunan Kopi seluas 10 ha.

3.2 Alat dan Bahan

Kegiatan Proyek Mandiri ini memerlukan alat dan bahan sebagai menunjang
kegiatan tersebut. Alat yang dibutuhkan yaitu gunting stek, gergaji, penggaris, dan
pisau atau cutter. Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pemangkasan peremajaan ini adalah tanamn kopi yang berumur lebih dari 20
tahun, sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk penyambungan pucuk
(grafting) adalah plastik dan entres.

3.3 Prosedur Kerja

Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan proyek mandiri ini yaitu :

3.3.1 Survei

Melakukan kegiatan survei tempat sebelum dilaksanakannya pemangkasan


untuk proyek mandiri ini dilakukan guna mengetahui berapa banyak tanaman kopi
yang akan diremajakan. Peremajaan dilakukan terhadap seluruh tanaman di
kebun atau tanaman tertentu saja. Peremajaan menyeluruh dilakukan bila
minimum 50% tanaman di kebun sudah rusak atau tua sehingga seluruhnya harus
diremajakan. Peremajaan menyeluruh dilakukan secara serentak pada waktu
bersamaan atau bertahap. Tahap pertama, 100% tanaman pada baris yang sama
diremajakan. Alat yang digunakan untuk kegiatan pengamatan adalah buku dan
pena untuk mencatat berapa banyak tanaman yang akan diremajakan.
9

3.3.2Pemangkasan peremajaan (rejuvinasi)

a. Lahan yang di rejuvinasi adalah 10 ha dengan jarak tanam kopi 2,5m x


2,5m sehingga dalam satu hektar populasi tanaman kopi yaitu 1.600
tanaman, jadi untuk luasan 10 ha maka tanaman kopi yang akan di
rejuvinasi adalah 16.000 tanaman.
b. Kegiatan dilakukan dengan melakukan pemotongan atau pemangkasan
untuk menumbuhkan tunas baru. Pemangkasan dilakukan dengan
ketinggian 40 cm dari leher akar.
c. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gergaji untuk memotong
batang tanaman kopi, setelah itu menunggu 3 – 4 bulan sampai tumbuh
tunas air, dipelihara yang paling bawah dan paling kuat untuk dijadikan
bakal batang.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3. Rejuvinasi pada tanaman kopi: (a) Pohon yang akan di rejuvinasi, (b)
Pengukuran ketinggian pangkasan, (c) Pemangkasan dengan tinggi 40
cm dari leher akar, dan (d) Hasil pangkas rejuvunasi
10

3.3.2 Penyambungan pucuk (grafting)

a) Siapkan entres kopi kemudian runcingkan bagian bawahnya menggunakan


cutter.
b) Setelah enter diruncingkan, Potong wiwilan kemudian sayat tengahnya
agar terdapat celah untuk entres dapat masuk .
c) Kemudian, masukan batang entres yang sudah diruncingkan tadi kedalam
wiwilan yang telah disayat, kemudian Ikat dengan plastik sampai rapat
agar dapat melekat.
d) kemudian bungkus wiwilan yang sudah disambung dengan plastikdan
biarkan sampai tunas pada entres tumbuh.Bila selama 3 – 4 minggu sudah
ada tanda pertumbuhan tunas makan segera dibuka bungkusan plastik
tersebut.

3.4 Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan kegiatan Proyek Mandiri

             
2021-2022
No Jenis kegiatan September Oktober Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survey    
2 Pemangkasan      
3 Pemesanan entres        
4 Penyambungan                        
11

IV. ANGGARAN BIAYA

Jumlah anggaran yang dibutuhkan pada proyek mandiri ini sebesar,


Rp.49.162.700. Anggaran tersebut untuk biaya tenaga kerja, alat dan bahan,
dengan lahan seluas 10 ha dan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m. Biaya tersebut sudah
dihitung berdasarkan norma kerja dan alat yang digunakan dengan rincian sebagai
berikut:

luaslahan
Populasi per ha =
jarak tanam

2
10.000 m
=
2,5 m x 2,5 m

10.000 m2
=
6,25 m2

= 1.600 tanaman/ha

Total populasi = Populasi per ha x Luas Lahan

= 1.600 Tanaman x 10 ha

= 16.000 Tanaman

4.1 Kegiatan Survey

a. Tenaga kerja tidak tetap (KTT)

waktu kerja harian


Norma =
waktu pengerjaan

60 menit x 8
=
1menit per tanaman

480 menit
=
1menit per tanaman

= 480 tanaman/HK atau 0,3 ha/HK

populasi per ha
Jadi =
populasi per HK
12

1.600tanaman per ha
=
480 tanaman per HK

= 3,3 HK/ha

Biaya =norma x Luas Lahan x Rotasi x Harga Satuan

= 3,3HK/Ha x 10 ha x 1 x Rp 90.000

= Rp. 2.970.000

b. Alat dan Bahan


1. Pena

Diasumsikan masa ekonomis pena 1 bulan, dalam 1 bulan terdapat 24


hari kerja, maka norma pena didapat dengan perhitungan :

unit
Norma =
umur ekonomis x jumlah hari kerja per bulan

1 unit
=
1 x 24 hari

= 0,04 unit/HK

Kebutuhan alat = Norma x KTT

= 0,04 unit/HK x 3,3 HK/ha

= 0,13 unit/ha

Biaya = kebutuhan alat x harga satuan x luas lahan

= 0,13 unit/ha x Rp 2.000 x 10 ha

= Rp. 2.600
2. Buku

Diasumsikan masa ekonomis buku 1 bulan, dalam 1 bulan terdapat 24


hari kerja, maka norma buku didapat dengan perhitungan :

unit
Norma =
umur ekonomis x jumlah hari kerja per bulan

1 unit
=
1 x 24 hari
13

= 0,04 unit/HK

Kebutuhan alat = Norma x KTT

= 0,04 unit/HK x 3,3 HK/ha

= 0,13 unit/ha

Biaya = kebutuhan alat x harga satuan x luas lahan

= 0,13 unit/ha x Rp 5.000 x 10 ha

= Rp. 6.500
Jadi biaya yang di butuhkan untuk kegiatan survey yaitu biaya KTT + biaya
Kebutuhan pena + biaya kebutuhan buku (Rp 2.970.000 + Rp 2.600 + Rp 6.500 =
Rp. 2.979.100).

4.2Pemangkasan Peremajaan (Rejuvinasi)


a. Tenaga kerja tidak tetap (KTT)
waktu kerja harian
Norma =
waktu pengerjaan

60 menit x 8
=
6 menit

480 menit
=
6 menit

= 80 tanaman/HK atau 0,05 ha/HK

populasi per ha
Jadi =
Populasi per HK

1.600tanaman per ha
=
80tanaman per HK

= 20 HK/ha

Biaya = KTT x Luas Lahan x Rotasi x Harga Satuan

= 20 HK/Ha x 10 ha x 1 x Rp 90.000

= Rp. 18. 000.000

b. Tenaga kerja Tetap (KTB)


14

Diasumsikan untuksetiap KTB atau mandor dapat mengawasi 20 KTT


atau buruh harian, maka kebutuhan KTB yaitu :

Jumlah KTT
KTB =
Jumlah KTT yang di awasi

20 KTT /ha
=
20 KTT

= 1 HK/ha atau 1 ha/HK

Biaya = KTT x Luas Lahan x Rotasi x Harga Satuan

= 1 HK/ha x 10 ha x 1 x Rp 100.000

= Rp. 1.000.000
c. Alat dan bahan
1. Gergaji

Diasumsikan masa ekonomis gergaji 2 tahun, dalam 1 tahun terdapat


288 hari kerja, maka norma gergaji didapat dengan perhitungan :

unit
Norma =
umur ekonomis x jumlah hari kerja per tahun

1 unit
=
2 x 288 hari

= 0,0017 unit/HK

Kebutuhan alat = Norma x KTT

= 0,0017 unit/HK x 20 HK/ha

= 0,034 unit/ha

Biaya = kebutuhan alat x harga satuan x luas lahan

= 0,034 unit/ha x Rp 50.000 x 10 ha

= Rp. 17.000
2. Gunting stek

Diasumsikan masa ekonomis gunting stek 2 tahun, dalam 1 tahun


terdapat 288 hari kerja, maka norma gunting stek didapat dengan perhitungan :
15

unit
Norma =
umur ekonomis x jumlah hari kerja per tahun

1 unit
=
2 x 288 hari

= 0,0017 unit/HK

Kebutuhan alat = Norma x KTT

= 0,0017 unit/HK x 20 HK/ha

= 0,034 unit/Ha

Biaya = kebutuhan alat x harga satuan x luas lahan

= 0,034 unit/ha x Rp 60.000 x 10 ha

= Rp. 20.400
3. Penggaris

Diasumsikan masa ekonomis gunting stek 1 tahun, dalam 1 tahun


terdapat 288 hari kerja, maka norma gunting stek didapat dengan perhitungan :

unit
Norma =
umur ekonomis x jumlah hari kerja per tahun

1 unit
=
1 x 288 hari

= 0,0034 unit/HK

Kebutuhan alat = Norma x KTT

= 0,0034 unit/HK x 20 HK/ha

= 0,068 unit/ha

Biaya = kebutuhan alat x harga satuan x luas lahan

= 0,068 unit/ha x Rp 45.000 x 10 ha

= Rp. 30.600

Jadi biaya yang di butuhkan untuk kegiatan pemangkasasan peremajaan


(rejuvinasi) yaitu biaya KTT + biaya KTB + biaya Kebutuhan gergaji + biaya
16

kebutuhan gunting stek+ biaya kebutuhan penggaris (Rp 18. 000.000 +Rp. 1.
000.000 + Rp 17.000 + Rp 20.400 + Rp. 30.600= Rp. 19.068.000).

4.3 Penyambungan Pucuk (Grafing)

a. Tenaga kerja tidak tetap (KTT)

waktu kerja harian


Norma =
waktu pengerjaan

60 menit x 8 menit
=
3 menit

480 menit
=
3 menit

= 160 tanaman/HK atau 0,1 ha/HK

populasi per ha
Jadi =
norma

1.600tanaman per ha
=
160 tanaman per HK

= 10 HK/ha

Biaya = KTT x Luas Lahan x Rotasi x Harga Satuan

= 10 HK/ha x 10 Ha x 1 x Rp 90.000

= Rp. 9. 000.000

b. Tenaga kerja Tetap (KTB)


Diasumsikan untuk setiap KTB atau mandor dapat mengawasi 20
KTT atau buruh harian, maka kebutuhan KTB yaitu :

Jumlah KTT
KTB =
Jumlah KTT yang di awasi

10 KTT /ha
=
20 KTT

= 0,5 HK/ha atau 2 ha/HK

Biaya = KTT x Luas Lahan x Rotasi x Harga Satuan

= 0,5 HK/ha x 10 ha x 1 x Rp 100.000


17

= Rp. 500.000
c. Alat dan Bahan
1. Gunting stek

Diasumsikan masa ekonomis gunting stek 2 tahun, dalam 1 tahun


terdapat 288 hari kerja, maka norma gunting stek didapat dengan perhitungan :

unit
Norma =
umur ekonomis x jumlah hari kerja per tahun

1 unit
=
2 x 288 hari

= 0,0017 unit/HK

Kebutuhan alat = Norma x KTT

= 0,0017 unit/HK x 20 HK/ha

= 0,034 unit/ha

Biaya = kebutuhan alat x harga satuan x luas lahan

= 0,034 unit/ha x Rp 60.000 x 10 ha

= Rp. 20.400
2. Cutter

Diasumsikan masa ekonomis cutter 1 tahun, dalam 1 tahun terdapat 288


hari kerja, maka norma gunting cutter didapat dengan perhitungan :

unit
Norma =
umur ekonomis x jumlah hari kerja per tahun

1 unit
=
1 x 288 hari

= 0,0034 unit/HK

Kebutuhan alat = Norma x KTT

= 0,0034 unit/HK x 20 HK/ha

= 0,068 unit/ha

Biaya = kebutuhan alat x harga satuan x luas lahan


18

= 0,068 unit/ha x Rp 15.000 x 10 ha

= Rp. 10.200

3. Plastik pengikat sambungan

Untuk mengikat sambungan menggunakan plastik ukuran 5 cm x 200 m atau


5 x 20.000 cm , diasumsikan kebutuhan plastic 20 cm setiap penyambungan, jadi
untuk kebutuhan plastik untuk pengikat yaitu:

panjang plastik
Norma plastik =
kebutuhan ikatan per tanaman

20.000 cm
=
20 cm

= 1000 tanaman/plastik

populasi
Kebutuhan plastic =
norma plastik

16.000
=
1000

= 16 buah

Biaya = kebutuhan plastik x harga satuan

= 16 x Rp. 30.000

= Rp. 480.000

4. Plastik sungkup sambugan

Untuk menutup sambungan kopi menggunakan plastic bening berukuran 10


x 20 cm, setiap pak berisi 75 pcs plastik jadi kebutuhan plastik untuk menutup
sambungan yaitu:

populasi per ha
Norma plastik =
isi plastik per pak

1.600
=
75

= 21,3 pak/ha
19

Kebutuhan plastik = Norma x Luasan

= 21,3 pak/ha x 10 ha

= 213 pak

Biaya = kebutuhan plastik x harga satuan

= 213 pak x Rp 5000

= Rp 1.065.000

5. Tali

Dibutuhkan tali untuk mengikat sungkup agar tidak lepas atau terbang tertiup
angin. Untuk mengikatnya menggunakan tali rafia, diasumsikan kebutuhan tali 10
cm setiap wiwilan yang di sambung dan panjang raffia setiap unit 1.000 m atau
100.00 cmjadi kebutuhan tali raffia untuk mengikat sungkup yaitu:
panjangtali
Norma tali =
kebutuhanikatan sungkup

100.000 cm
=
10 cm

= 10.000 tanaman/gulung

populasi
Kebutuhan tali =
normatali

16.000
=
10.000

= 1,6 gulung

Biaya = kebutuhan plastik x harga satuan

= 1,6 x Rp. 25.000

= Rp. 40.000

6. Entres

Untuk entres kopi klon BP 936 diperoleh dengan membeli entres, harga
setiap entres Rp. 1000 dengan 3 mata tunas jadi biaya yang di perlukan untuk
kebutuhan entres yaitu:
20

Biaya = Batang yang disambung (populasi) x Harga per


entres

= 16.000 batang x Rp. 1000

= Rp. 16.000.000

Jadi biaya yang di butuhkan untuk kegiatan pemangkasasan penyambungan


yaitu biaya KTT + biaya KTB + biaya Kebutuhan gunting stek + biaya kebutuhan
cutter + biaya kebutuhan entres (Rp. 9. 000.000 + Rp. 500.000 + Rp. 20.400 + Rp.
10.200 + Rp. 16.000.000= Rp. 27.115.600).
20

Tabel 2. Anggaran biaya tenaga kerja, alat dan bahankegiatan rejuvinasi dengan penyambungan pucuk tanaman kopi robusta seluas 10 ha.

HARGA
ROTASI PER NAMA HARGA
LUAS LAHAN (ha) VOLUME (%) NORMA SATUAN JUMLAH SATUAN TOTAL NORMA SATUAN JUMLAH SATUAN TOTAL BIAYA TOTAL (Rp)
TAHUN BAHAN\ALAT SATUAN (Rp)
(Rp)
10 100 1 3.3 HK/ha 33 Rp 90,000 Rp 2,970,000 Pena 0.13 unit/ha 1.3 unit Rp 2,000 Rp 2,600
Buku 0.13 unit/ha 1.3 unit Rp 5,000 Rp 6,500
Rp 2,970,000 Rp 9,100 Rp 2,979,100

10 100 1 20 HK/ha 200 Rp 90,000 Rp 18,000,000 Gergaji 0.034 unit/ha 0.34 unit Rp 50,000 Rp 17,000
10 100 1 1 HK/ha 10 Rp 100,000 Rp 1,000,000 Gunting stek 0.034 unit/ha 0.34 unit Rp 60,000 Rp 20,400
Penggaris 0.068 unit/ha 0.68 unit Rp 45,000 Rp 30,600
Rp 19,000,000 Rp 68,000 Rp 19,068,000

10 100 1 10 HK/ha 100 Rp 90,000 Rp 9,000,000 Gunting stek 0.034 unit/ha 0.34 unit Rp 60,000 Rp 20,400
10 100 1 0.5 HK/ha 5 Rp 100,000 Rp 500,000 cutter 0.068 unit/ha 0.68 unit Rp 15,000 Rp 10,200
plastik pengikat 1000 tnm/unit 16 unit Rp 30,000 Rp 480,000
Plastik sungkup 21.3 unit/ha 213 unit Rp 5,000 Rp 1,065,000
tali raffia 10000 tnm/unit 1.6 unit Rp 25,000 Rp 40,000
entres kopi 1 entres/tnm 16000 entres Rp 1,000 Rp 16,000,000
Rp 9,500,000 Rp 17,615,600 Rp 27,115,600
Empat Puluh Sembilan juta Seratus Enam Puluh Dua RibuTujuh Ratus Rupiah Rp 49,162,700
20

Anda mungkin juga menyukai