Anda di halaman 1dari 23

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi (Coffea Sp) merupakan tanaman yang berasal dari Ethiopia yang

tumbuh di daerah pegunungan dan hampir di seluruh pegunungan ethiopia. Tanaman

kopi mulai masuk ke Indonesia diperkirakan pada tahun 1698-1699 yang dibawa

oleh Belanda yang ditanam secara percobaan dalam masa tanam paksa karena

memiliki nilai ekonomis tinggi. Sentara produksi tanaman kopi di Indonesia yaitu

provinsi Bali, Sumatra Utara, Aceh, Lampung, Sumatra Barat, Jawa Barat dan

Sumatra Selatan.

Perkembangan kopi sangat dewasa saat ini semakin meningkat, terbukti

pemerintah sedang meningkatkankan ekspor non migas terutama kopi yang

belakanan ini memiliki pasaran dunia. Seperti yang kita ketahui bahwa kopi sangat

banyak yang menyukainya untuk dijadikan minuman, dan khusus di Kalimantan

Timur ini sendiri sangat kebun kopi sangat banyak dari tahun ketahun mengalami

peningkatan. Terkadang jika sudah panen raya sudah tiba biasanya biji kopi akan

mengalami penurunan harga sehingga banyak petani yang memilih menyimpan biji

kopi yang telah diolah didalam gudang.

Dan bahkan terkadang ada biji kopi yang disimpan sampai satu tahun atau

bahkan lebih dari satu tahun. Sehingga mempengaruhi bau biji kopi. Yang akan

dihasilkan. Pada tahun 1974-1975 kuas areal rakyat meliputi 90% dari seluruh areal

tanaman kopi di negara kita (AAK, 1991).Luas areal yang sudah ada menunjang

produksi ekspor kopi di Indonesia.

Pada era industri sekarang ini, upaya peningkatan mutu biji kopi rakyat sudah

saatnya diarahkan melalui pendekatan agrobisnis. Dengan pola ini, petani tidak lagi
2

di lihat sebagai individu dengan kemampuan bidang plroduksi yang terbatas. Para

pertani mampu berusaha tani secara kelompok, membentuk badan usaha yang

berorientasi pada profit serta mengadopsi teknologi produksi yang bercirikan

efisiensi tinggi dan produk yang kompetitif.

Sebagian besar dari luas areal perkebunan kopi yang di budidayakan adalah

dari jenis kopi robusta (Coffea canephora). Jenis kopi ini hampir 95% dari luas

tanaman yang di budidayakan di Indonesia. Tanaman kopi itu sendiri dibudidayakan

oleh lebih dari 50 negara yang berada di kawasan tropis membentang dari Amerika

Tengah dan Selatan, Afrika hingga Asia Pasifik.

Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan

penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit

untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan. Hanya butuh

sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat, niscaya harapan kita menjadi kenyataan.

Teknologi budidaya tersebut, meliputi persiapan lahan, pembibitan, penanaman,

penyulaman, penyiraman. pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan

penyakit, panen, serta pengolahan hasil.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana teknik perbanyakan secara vegetatif dan generatif

pada tanam kopi.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya sangat

berbeda dengan tanaman musiman, dan dalam tata nama secara taksonomi ini

terdapat klasifikasi-klasifikasi dari tanaman kopi adalah sebagai berikut : Kindom :

Plantae, Divisio : Spermatophita, Sub-divisio : angeospermae, Kelas : dicotiledónea,

Ordo : Rubiales, Family : Rubiaceae, Genus : Coffea, Species : Coffea Sp.

(Anonimus. 2014).

Tanaman kopi termasuk tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) yang

memiliki bentuk batang yang bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin

mengecil. Berkaitan dengan bentuk batang biasanya yang dimaksud adalah bentuk

batang pada penampang melintangnya, maka bentuk batang tanaman kopi adalah

bulat (teres). Sedangkan permukaan batang tanaman kopi memperlihatkan sifat

lepasnya kerak yaitu bagian kulit yang mati (Desy. P. I. 2015).

Daun kopi mempunyai bentuk bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai

bulat, tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting, tersusun berdampingan pada

ketiak. Pada batang dan cabang-cabang yang tumbuhnya tegak lurus susunan

pasangan daun ini berselang-seling pada ruas-ruas berikutnya. Sedangkan daun pada

ranting dan pada cabang-cabang mendatar pasangan daun ini terbentuk pada bidang

yang sama dan tidak berselang-seling (Ahmad. Dkk. 2014).

Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 – 2500 mm

per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat

celcius dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006). Ketinggian tempat

penanaman akan berkaitan juga dengan citarasa kopi (M. Syakir. 2010).
4

Umumnya pangkasan dengan sistem berbatang ganda tidak tergantung pada

individu pohon, oleh karena itu banyak dikembangkan di negara-negara yang sukar

dan mahal tenaga kerja. Oleh karena itu umumnya perusahaan perkebunan besar di

Indonesia banyak yang menggunakan pemangkasan dengan sistem berbatang

tunggal, sedangkan perkebunan rakyat kebanyakan menggunakan sistem berbatang

ganda (M. Syakir. 2010).

Tujuan pangkasan bentuk dalam budidaya kopi bertujuan membentuk

kerangka tanaman yang kuat dan seimbang. Tanaman menjadi tidak terlalu tinggi,

cabangcabang lateral dapat tumbuh dan berkem-bang menjadi lebih kuat dan lebih

panjang. Selain itu kanopi pertanaman lebih cepat menutup. Hal ini penting untuk

mencegah rumpai dan erosi (M. Syakir. 2010).

Pangkasan produksi bertujuan untuk menjaga keseimbanga kerangka

tanaman yang telah diperoleh melalui dari pangkasan bentuk. Pemangkasan

cabangcabang yang tidak produktif yang biasanya tumbuh pada cabang primer, dan

cabang balik, cabang cacing (adventif). Pemangkasan cabang-cabang tua yang tidak

produktif biasanya telah berbuah 2-3 kali, hal ini bertujuan agar dapat memacu

pertumbuhan cabang-cabang produksi. Apabila tidak ada cabang-cabang reproduksi,

cabang tersebut harus dipotong juga agar zat hara dapat dimanfaatkan untuk

pertumbuhan cabang lain yang lebih produktif. Pemangkasan juga dilakukan

terhadap cabang yang terserang hama hal ini agar tidak menjadi sumber inang (M.

Syakir. 2010).

Bunga banyak, sehingga disebut dengan tumbuhan berbunga banyak (planta

multiflora). Sedang letak bunga kopi adalah pada ketiak daun maka disebut dengan

flos lateralis atau flos axillaris. Dengan bunga yang membentuk suatu rangkaian
5

dengan susunan bergerombol. Suatu rangkaian tersebut dinamakan dengan bunga

majemuk (anthotaxis atau inflorescentia) (Desy. P. I. 2015).

Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian

tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dalam perkembangannya dengan

adanya introduksi beberapa klon baru dari luar negeri, beberapa klon saat ini dapat

ditanam mulai di atas ketinggian 500 m dpl, namun demikian yang terbaik

seyogyanya kopi ditanam di atas 700 m dpl, terutama jenis kopi robusta. Kopi

arabika baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000 m

dpl. Namun demikian, lahan pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia sampai saat

ini sebagian besar berada di ketinggian antara 700 sampai 900 m dpl (M. Syakir.

2010).

Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai

perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan

pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa. Kopi

termasuk keluarga (suku rubiaceae ), keluarga coffea, bijinya berkeping dua (dikotil),

sehingga memiliki akar tunggang. Akar tunggang tumbuh dari akar lembaga yang

tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar yang lebih

kecil (Desy. P. I. 2015).

 Perbanyakan secara generatif

Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Biji masak terdiri dari

3 bagian yaitu embrio, endosperm (hasil pembuahan ganda), dan kulit biji yang

dibentuk oleh dinding bakal biji termasuk kedua integumennya. Embrio adalah

sporofit muda yang tidak segera melanjutkan pertumbuhannya, melainkan memasuki

masa dorman. Saat itu biasanya embrio tahan stres. Embrio senantiasa diiringi
6

cadangan makanan baik organik maupun anorganik yang berada disekeliling embrio

atau di dalam jaringannya sendiri. Kulit biji atau testa bersifat tahan atau kadang-

kadang memiliki permukaan yang memudahkan penyebarannya oleh angin. Biji

mampu bertahan pada lingkungan yang keras.

Cadangan makanan dalam biji menunjang sporofit muda yang muncul dari

biji yang berkecambah sampai mampu berfotosintesis. Sebab itu, penyimpanan

cadangan makanan merupakan salah satuu fungsi utama biji. Penyimpanan makanan

terutama dilakukan di luar embrio, yakni dalam endosperm atau perisperm.

Endosperm dibentuk oleh hasil pembelahan penyatuan inti sel jantan dengan inti sel

sentral. Perisperm merupakan jaringan nuselus yang menyimpan cadangan makanan.

Namun, dibanyak tumbuhan dikotil, kedua jenis jaringan tersebut hidup singkat saja

dan amkana diserap oleh embrio yang sedang berkembang sebelumbiji memasuki

masa istirahat. Dalam hal itu, makanan disimpan dalam tubuh embrio, yakni dalam

keping bijinya (Estiti, 1995).

 Perbanyakan secara vegetatif

Pembibitan secara vegetatif merupakan pembibitan yang menggunakan

bagian vegetatif tanaman (daun, tunas, batang, akar, jaringan, organ) dapat menjadi

alternatif bagi industri bibit karena tidak tergantung pada musim buah. Keberhasilan

pembibitan sangat dipengaruhi oleh kecocokan metode, kondisi lingkungan, dan

jenis tanaman (Djam’an, 2009).

Perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting artinya untuk

pengembangan klon dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan

pemuliaan pohon karena, karanannya yang sangat besar dalam meningkatkan

perolehan genetik bandingkan dengan benih hasil, penyerbukan alam (Shelbourne,

1992 dan Rimbawanto, 2000).


7

Keberhasilan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan

pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name atau true to

type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu dari tanaman itu

sendiri dan ekstern yaitu dari lingkungan sekitar. Salah satu faktor intern yang

mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai

zat pengatur tumbuh.

Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan

pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai

regenerasi yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman

dengan cara stek, tanaman sumber seharusnya memiliki sifat-sifat unggul serta tidak

terkena hama dan penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan

status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan

stek tinggi. Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman

sumber diantaranya:

1. Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam

keadaan turgid.

2. Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga

27°C.

3. Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber

tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya

ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.

4. Kandungan karbohidrat. Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan stek

yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk

menghalangi translokasi karbohidrat.


8

Faktor lingkungkan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada

terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran

seharusnya kondusif untuk regerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi

rendah, sistem drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak

terkena cahaya penuh, dan bebas dari hama atau penyakit.(Hartmann et al., 1997).
9

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini di laksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km 11, Kelurahan simpang tiga,

Kecamatan Bukit Raya, Kotamadya Pekanbaru. Praktikum ini dilaksanakan selama 3

bulan, terhitung dai bulan Oktober 2016 sampai Desember 2016. (Lampiran 1)

B. Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan dalam pelaksanaan pada praktikum ini adalah biji

kopi, zpt (growton), cabang orthrotrop dari tanaman induk. sedangkan alat yang di

gunakan adalahcangkul, Pisau carter, gunting stek, plastikdan polybag.

C. Pelaksanaan Pratikum Perbanyakan Generatif

1. Penyiapan benih

Biji tanaman kopi di kupas dari buahnya, biji-biji tersebut kemudian

dibersihkan dari lendir (pulp) yang menempel. Caranya, campurkan serbuk gergaji

atau abu gosok pada biji yang berlendir, namun disini kami hanya menggunakan

pasir untuk membersihkan lendir (pulp) yang menempel pada biji kakao.

2. Penanaman benih

Penanaman benih di laksanakan di kebun percobaan pada hari kamis tanggal

01 Desember 2016, dengan menggunakan polybag. Biji kopi yang dikecambahkan

hanya 4 biji, Setelah itu biji kopi yang telah dipilih di tanam pada polybag.

dilengkapi shading net sebagai naungan untuk menghindarkan pembibitan dari

teriknya sinar matahari atau tetesan air hujan secara langsung. Setelah itu, lobang

tanam setelah menanam di taburi sedikit tanah.


10

3. Pemeliharaan

Untuk tahap pemeliharaan ada beberapa bagian, yaitu :

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 1 atau 2 hari sekali apabila musim kamarau. Karna

untuk menjaga tingkat kelembaban tanah.

b. Penyiangan

Karna dalam praktikum ini menggunakan polybag maka penyiangan hanya

dilakukan sekali seminggu, hal ini dikarnakan gulma tidak terlalu banyak dan mudah

untuk membersihkan dari gulma yang mengganggu, hanya dengan menggunakan

tangan gulma yang mengganggu bisa di cabut dan dibuang.

D. Pelaksanaan Praktikum Stek

Siapkan terlebih dahulu plastik bening dan plastik tersebut lalu di

lobangi dengan alat yang tajam. Pada stek tanaman kopi ini yang di gunakan adalah

cabang orthrotrop, cabang tersebut di potong menggunakan gunting stek dengan arah

miring, tujuannya untuk memunculkan akar primer. Lalu daun pada cabang tersebut

di hilangkan dan di potong 1/3 dengan tujuan mengurangi transpirasi. Setelah itu di

celupkan ke dalam ember berisikan air, kemudian cabang bekas potongan yang ingin

di tanam di celupkan ke dalam ZPT (growton) dan dibiarkan hingga kering.

Penanaman stek tanaman kopi ini di tanam dalam dua polybag. Cara

penanamannya, buat lubang tanam kedalaman sekitar 3-5 cm, lalu masukan ujung

cabang yang telah di celupkan ke dalam ZPT (growton) tadi. Cara memasukannya

tidak boleh sampai tergesek oleh dinding tanah pada lubang tanam tersebut, setelah

itu tutup tanah dengan cara menekan menggunakan jari telunjuk dan jari jempol.
11

E. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan pada praktikum ini mengamati :

1. Hari berkecambah

Untuk parameter pengamatan hari kecambah ini dihitung mulai dari saat

penanaman sampai pada berkecambah.

2. Jumlah benih kopi yang berekecambah dalam polybag

Untuk jumlah benih yang berkecambah ni menghitung berapa benih yang

berkecambah dari 4 benih yang dikecambahkan.

3. Keberhasilan untuk pertumbuhan stek pada tanaman kopi.

Untuk keberhasilan stek pada tanaman kopi ini melihat berapa hasil stek yang

tumbuh di antara dua cabang orthrotop yang di stek.


12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Perbanyakan Generatif Tanaman Kopi

Dari pengamatan yang telah dilakukan di lapangan diketahui hasil

pertumbuhan benih kopi sebanyak 4 benih dari 4 benih yang disemai. Dari hasil

tersebut dapat dibuat persentase perkecambahan sebagai berikut :

% pertumbuhan benih kopi = benih yang tumbuh x 100%


Benih yang disemai

= 0/4 x 100 %
=0%

Jadi persentase pertumbuhan benih kopi di tempat persemaian adalah 0 %

Pada praktikum ini hasil yang didapatkan tidak seperti yang diharapkan, tidak

ada biji/benih yang berkecambah, ini disebabkan teknik pembibitan yang dilakukan

tidak tepat sehingga kegagalan besar terjadi. Adapun faktor yang mepengaruhi

kegagalan dalam pembibitan yang saya lakukan dijabarkan sebagai berikut :

Pembiakan dari biji hasilnya kurang memuaskan untuk kopi karena benih

mengalami segregasi genotipe, Untuk mengatasi segregasi genotype, bisa digunakan

benih propelegitim, yaitu benih dari kebun biklonal (terdiri 2 klon), sehingga pohon

jantan dan betina dikenali dan dipilih dari klon-klon yang unggul. Sedangkan benih

illegitim adalah benih yang berasal dari pertanaman poliklonal (terdiri atas lebih dari

2 klon), sehingga benih tersebut hanya dikenal pohon betinanya saja.

Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi:

tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan,

serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya. Biji/benih yang

di kecambahkan tidak ada satupun yang berkecambah, hal ini juga mungkin karna
13

teknik pembibitan yang saya lakukan tidak tepat cara. Namun tidak hanya teknik

pembibitan saja, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih

tersebut, yaitu:

1. Faktor Internal

a. Tingkat Kemasakan Benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tidak

mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberarapa jenis tanaman menyebabkan

tidak dapat berkecambah. Benih yang belum masak secara fisiologis belum memiliki

cadangan makanan yang cukup dan embrio belum sempurna.

b. Ukuran Benih

Benih yang berukuran besar diduga memiliki cadangan makanan lebih

banyak dibandingkan benih yang kecil, serta embrionya juga besar. Makin

besar/berat suatu benih maka kandungan kabrbohidrat, protein, lemak dan mineral

yang diperlukan untuk perkecambahan semakin banyak pula. Maka benih besar dan

berat akan menghasilkan kecambah yang besar pula.

Walaupun benih berasal dari varietas yang sama, ukuran yang lebih besar

akan mampu tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan ukuran benih yang lebih

kecil. Kandungan cadangan makanan akan mempengaruhi berat suatu benih. Hal ini

tentu akan mempengaruhi kecepatan tumbuh benih, karena benih yang berat dengan

kandungan cadangan makanan yang banyak akan menghasilkan energi yang lebih

besar saat mengalami proses perkecambahan. Hal ini akan mempengaruhi besarnya

kecambah yang keluar dan berat tanaman saat panen.

Jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan

mineral. Bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio

pada saat perkecambahan.


14

c. Dormansi

Benih yang mengalami dormansi tidak mau berkecambah meskipun

sebenarnya hidup dan kondisi lingkungan optimum (sesuai). Dormansi dapat

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : impermeabilitas kulit biji terhadap air

atau gas, resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis dll.

d. Penghambat Perkecambahan

Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih,

misalnya herbisida, lendir yang melapisi biji biji kakao. Misalnya asam absisat

(ABA) yang merupakan zat penghambat (inhibitor) perkecambahan. Dan jugaAsam

askorbat yang mengganggu penyerapan panjang gelombang cahaya, sehingga

menghambat perkecambah-an benih.

2. Faktor Eksternal

a. Air

Syarat penting berlangsungnya perkecambahan yaitu adanya air. Dua faktor

penting yang mempengaruhi penyerapan air pada benih yaitu sifat pelindung kulit

benih dan jumlah air yang tersedia disekitarnya. Sedangkan jumlah air yang

diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air

turut dipengaruhi oleh suhu. Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum

terserap masuk ke dalam benih hingga 80 - 90 % dan umumnya dibutuhkan kadar air

benih sekitar 30 - 55 %.

b. Temperatur

Pengaruh suhu terhadap perkecambahan benih dapat dicerminkan melalui

suhu kardinal, yaitu suhu minimum, optimum, dan maksimum dimana

perkecambahan dapat terjadi. Suhu minimum yaitu suhu terendah dimana

perkecambahan dapat terjadi, suhu di bawah suhu tersebut tidak memungkinkan


15

perkecambahan terjadi. Suhu optimum yaitu suhu di mana perkecambahan tertinggi

dicapai pada periode terpendek. Suhu maksimum yaitu suhu tertinggi di mana

perkecambahan dapat terjadi, di atas suhu tersebut tidak terjadi perkecambahan

karena merupakan batas ambang kritis benih tidak dapat hidup (mati).Temperatur

yang paling optimum untuk perkecambahan benih antara 20-35°C.

c. Oksigen

Saat perkecambahan, berlangsung proses respirasi disertai peningkatan

pengambilan oksigen, pelepasan karbondioksida, dan air serta energi berupa panas.

Terbatasnya oksigen yang dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses

perkecambahan benih.

d. Cahaya

Benih yang dikecambahkan pada keadaan kekurangan cahaya atau gelap

dapat mengalami etiolasi. Etiolasi yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal

pada hipokotil atau epikotil dan kecambah berwarna pucat serta lemah.

e. Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan harus bersifat gembur, mempunyai

kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama

cendawan.

B. Hasil Perbanyakan Vegetatif Tanaman Kopi

No. Tanggal Penanaman Sampel

1 2 3 4
16

1 10 November 2016 Mati Mati Mati Mati

Dari pengamatan yang telah dilakukan di lapangan diketahui hasil

pertumbuhan stek kopi sebanyak 4 stek yang ditanam. Dari hasil tersebut dapat

dibuat persentase tumbuh sebagai berikut :

% pertumbuhan stek kopi = stek yang tumbuh x 100%


stek yang ditanam

= 0/4 x 100 %

=0%

Jadi persentase pertumbuhan stek kopi di tempat persemaian adalah 100 %

Pemakaian ZPT pada bahan stek tanaman kopi berfungsi untuk merangsang

pertumbuhan akar tanaman yang lebih banyak, mengaktifkan penyerapan unsur hara,

meningkatan keluarnya kuncup, buah serta memperbaiki kualitas panen. Untuk

meningkatkan keberhasilan penggunaan zat tersebut maka cara pemakaiannya harus

diperhatikan dengan baik. Zpt ini sangat cepat masuk kedalam tanaman,

mempercepat aliran protoplasma sel dan meningkatkan pertumbuhan akar karna itu

atonik akan bekerja mengaktifkan metabolisme di dalam sel.

Kegagalan dalam melakukan stek kemungkinan disebabkan karena batang

stek yang masih muda, temperatur yang terlalu tinggi, kurangnya ketersediaan air

bagi batang yang telah distek, gunting stek tidak tajam sehingga batang yang akan

distek memar. Pada dasarnya cara perbanyakan stek akan kurang menguntungkan

jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk

tidak tahan stress lingkungan. Selain itu penyebab kegagalan stek yaitu tanaman

yang di stek tidak sehat terdapat bercak merah pada tanaman utama saat kulitnya di

buka setelah di sayat/ dipotong, tanaman yang di stek bagian yang telah dibelah /
17

disayat terkena / kemasukan sesuatu, terlalu lama dalam memasang tetapi tidak di

ulang, entres yang di pakai terlalu tua.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan penyetekan yaitu

bahan stek, umur bahan stek, adanya tunas dan daun pada stek, kandungan bahan

makanan pada stek, kandungan zat tumbuh, pembentukan kalus, media pertumbuhan,

kelembaban, temperatur, cahaya, perlakuan sebelum pengambilan bahan stek, waktu

pengambilan stek, pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan zat tumbuh,

kebersihan dan pemeliharaan.

Faktor media tanam stek juga mempengaruhi pertumbuhan stek, pengaturan

media tanam dengan komposisi tertentu sehingga dapat menyediakan

lingkungan/kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar. Media

tanam berfungsi sebagai tempat berjangkarnya akar, penyedia air dan unsur hara,

penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta kehidupan dan

aktivitas mikrobia tanah. Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama

pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi

udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik adalah yang dapat memberikan

aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang

dapat merusak stek.


18

Series 3
100%
90%
80%
70%
60%
Axis Title

50%
Series 3
40%
30%
20%
10%
0%
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Gambar Grafik 1 : Perbandingan Pertumbuhan Stek Tanaman Kopi

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman stek pada

kopi . pada saat pembungkus dibuka stek pertumbuhan steknnya mencapai 100 %,

minggu kedua dilihat pertumbuhan stek terjadi penurunan yaitu menjadi 75 %.

pertumbuhan stek yang 25 % lagi mati diakibatkan oleh jamur dan batang

membusuk . Minggu ketiga pertumbuhannya menurun 50 % dan minggu ke empat

pertumbuhannya menjadi 0 % . Jadi pertumbuhan stek yang awal mulannya

tumbuh 100% menjadi 0 % di karenakan oleh jamur dan batang membusuk.


19

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemakaian ZPT pada bahan stek tanaman kopi dan kakao berfungsi untuk

merangsang pertumbuhan akar tanaman yang lebih banyak, mengaktifkan

penyerapan unsur hara, meningkatan keluarnya kuncup, buah serta memperbaiki

kualitas panen. Untuk meningkatkan keberhasilan penggunaan zat tersebut maka

cara pemakaiannya harus diperhatikan dengan baik.

Zpt ini sangat cepat masuk kedalam tanaman, mempercepat aliran

protoplasma sel dan meningkatkan pertumbuhan akar karna itu atonik akan bekerja

mengaktifkan metabolisme di dalam sel. Kegagalan yang terjadi pada

perkecambahan biji/benih dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang menghambat perkecambahan itu misalnya seperti biji yang

belum masak, ukuran biji, asam absisat (ABA), dormansi benih, dll. Faktor enternal

ini lebih kepada gen dan hormon.Sementara itu faktor eksternal yang menghambat

perkecambahan itu seperti cahaya, air, suhu (temperatur), oksigen, medium, dll.

Faktor eksternal ini lebih kepada faktor lingkungan.

Selain faktor internal dan faktor eksternal kegagalan perkecambahan benih

juga dapat terjadi apa bila teknik kita dalam melakukan perkecambahan tidak tepat

cara.Stek pada tanaman kopi juga sama halnya di pengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal.

B. Saran

Saran saya sebaiknya mahasiswa/i diberi buku panduan dalam praktikum agar

mahasiswa jauh lebih memahami kegiatan dalam praktikum ini.


20

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Kanisius.

Gardner, F, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Cetakan ke 1. Jakarta : UI Press

Husain, I dan Tuiyo, R. 2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites


moluccana ,L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur Tumbuh
Organik Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih.

Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan

Praktikum.Cetakan Ke-4. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Loo, T.G. 1983. Penuntun Praktis Mengelola Teh dan Kopi. Jakarta: P.T. Kinta.

Mustika, S, dkk. 2010. Perkecambahan Benih Pinang pada Berbagai Cara

Penanganan Benih dan Cahaya. Agroland, 17 (2) : 108 – 114

Najiyati, S. dan Danarti. 1990. Budidaya dan Penanganan Lepas Panen Kopi,
Jakarta: Penebar Swadaya.

Pramono, E. Tanpa Tahun. Perkecambahan Benih. Bahan Kuliah Dasar Dasar

Setiowati, T dan Deswaty F. 2007. Biologi Interaktif untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Azka Press

Siregar, N. 2010. Pengukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih dan

Pertumbuhan Bibit Gmelina (Gmelina arborea Linn). Tekno Hutan Tanaman 3 (1): 1
–5

Susilowarno, dkk. 2007. Biologi Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakrta : Grasindo

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Cetakan 5. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih Edisi Revisi. Cetakan 7. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Yahmadi, Mudrig. 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan


Pengolahan Kopi di Indonesia. Surabaya: Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia
(AEKI)
21

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum Agronomi Tanaman Perkebunan II

No. Tanggal Praktikum Kegiatan Praktikum

1. 13 Oktober 2016 - Pengisian Polybag

2. 10 November 2016 - Penanaman stek kopi

3. 14 November 2016 - Pemeliharaan Tanaman

4. 21 November 2016 - Pemeliharaan Tanaman

5. 28 November 2016 - Pegamatan Tanaman

- Pembukaan Plastik dari polybag

6. 01 Desember 2016 - Penanaman Kopi

7. 05 Desember 2016 - Pemeliharaan Tanaman

8. 13 Desember 2016 - Pertemuan Terakhir dengan asisten

dosen
22

Lampiran 2. Dokumentasi

Biji Kopi

Batang kopi yang


ZPT growtone
digunakan untuk stek

Pemotongan bahan Perendaman bahan


stek kopi stek didalam air
23

Pembungkusan Stek Pembukaan sungkup


stek

Penanaman bibit kopi

Anda mungkin juga menyukai