Anda di halaman 1dari 87

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMUTUSAN

ALIRAN NUTRISI SECARA TERPUTUS (Intermittent) TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN KAILAN (Brassica oleracea var. Full White)
DENGAN SISTEM HIDROPONIK DFT (Deep Flow Technique)

SKRIPSI

Skripsi disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Disusun oleh:
MUHAMMAD AHNAF ANANTA
134170171

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemutusan


Aliran Nutrisi Secara Terputus (Intermittent) Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kailan (Brassica oleracea var.
Full White) dengan Sistem Hidroponik DFT (Deep
Flow Technique)

Nama Mahasiswa : Muhammad Ahnaf nanta

Nomor Induk Mahasiswa : 134170171

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui,

Pembimbing I Tanda Tangan Tanggal


Ir. Ari Wijayani, MP. .................................. .....................................
Pembimbing II
Ir. Tutut Wirawati, M.Si. .................................. .....................................
Penelaah I
Ir. Ellen Rosyelina S, MP.
.................................. .....................................
Penelaah II

Dr. Ir. Tuti Setyaningrum, M.Si. .................................. .....................................

Dekan Fakultas Pertanian


UPN ”Veteran” Yogyakarta

Dr. Ir. Budiarto, MP.


Tanggal: ............................

ii
PERNYATAAN

Saya dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi
dan Interval Waktu Pemutusan Aliran Nutrisi Secara Terputus (Intermittent)
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kailan (Brassica oleracea var. Full White)
dengan Sistem Hidroponik DFT (Deep Flow Technique)” adalah karya penelitian
saya dan tidak terdapat karya serupa yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi lain. Saya juga menyatakan
bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis mengacu dalam Skripsi ini
dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila pernyataan saya ini terbukti tidak
benar, maka saya sanggup menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Yogyakarta, Desember 2021


Yang membuat pernyataan

Muhammad Ahnaf Ananta


NIM 134170171

iii
PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMUTUSAN
ALIRAN NUTRISI SECARA TERPUTUS (Intermittent) TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KAILAN (Brassica oleracea var. Full White)
DENGAN SISTEM HIDROPONIK DFT (Deep Flow Technique)

Oleh : Muhammad Ahnaf Ananta


Dibimbing oleh : Ari Wijayani dan Tutut Wirawati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi nutrisi dan


pemutusan aliran nutrisi secara terputus (Intermittent) terbaik terhadap
pertumbuhan tanaman kailan serta interaksi yang terjadi antara kedua faktor
tersebut. Penelitian dilakukan di Desa Plumbungan, Bambanglipuro, Bantul.
Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Petak Terbagi (Split
Plot - RAK) Faktorial dengan 2 Faktor. Main plot terdiri 3 aras konsentrasi nutrisi,
yaitu : P1 = AB Mix 1800ppm + urin kelinci 0ml/l, P2 = AB Mix 1200ppm + urin
kelinci 10ml/l, dan P3 = AB Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l. Sub plot terdiri 3
aras interval waktu pemutusan aliran nutrisi secara terputus (Intermittent), yaitu :
I1 = pemutusan aliran nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit, I2 =
pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan selama 15 menit, dan I3 =
pemutusan aliran nutrisi selama 30 menit dialirkan selama 15 menit. Parameter
yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang helai
daun, lebar helai daun, bobot segar, dan bobot kering. Data dianalisis
menggunakan analisis of varian (ANOVA) pada taraf 5%, apabila terjadi
pengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan atau (DMRT)
pada taraf 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya interaksi antara kedua
faktor pada seluruh parameter. Perlakuan konsentrasi nutrisi AB Mix 1200ppm +
nutrisi organik cair urin kelinci 10ml/l menunjukkan pengaruh terbaik pada
parameter tinggi tanaman. Perlakuan pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit
dialirkan selama 15 menit menunjukkan pengaruh terbaik pada parameter tinggi
tanaman dan jumlah daun.

Kata Kunci : Kailan, urin kelinci, hidroponik, Intermittent.

iv
THE EFFECT OF CONCENTRATION AND CURRENT’S
DISCONNECTED OF NUTRITION FLOW WITH THE BEST
INTERMITTENT ON THE GROWTH OF KAILAN PLANT (Brassica
oleracea var. Full White) BY USING DFT HYDROPONIC SYSTEM (DEEP
FLOW TECHNIQUE)

By : Muhammad Ahnaf Ananta


Supervised by : Ari Wijayani dan Tutut Wirawati

ABSTRACT

This research is to find out the nutrition’s concentration and the current’s
disconnected of nutrition flow with the best intermittent to growth of kailan’s
plant. This research be held at Plumbungan Village, Bantul. The used of this
method is Split Plot-RAK Factorial with 2 Factors. The main plot consist of 3
concentration’s nutrition levels, it is: P1= AB Mix 1800ppm+rabbit’s urine 0ml/1,
P2= AB Mix 1200ppm+rabbit’s urine 10ml/1, and P3= AB Mix 600ppm+rabbit’s
urine 15ml/1. The sub plot consist of 3 levels of time’s interval of the
disconnection of current by intermittent way, it is: I1= the nutrition’s
disconnection for 90 minutes flowed for 15 minutes, I2= the nutrition’s
disconnection for 60 minutes flowed for 15 minutes, and I3= the disconnection
current nutrition for 30 minutes flowed for 15 minutes. The parameter that have
been observed is plant height, stem diameter, number of leaves, the long of leaf
blade, the width of leaf blade, fresh weight, and dry weight. The data analyzed
using the analysis of variance (ANOVA) on 5% level if the real effect will
followed by the multiple distance test Duncan or (DMRT) on 5% level. The
results showed that there was interaction between two factors for all parameters.
The concentration’s of nutrition AB Mix 1200ppm + rabbit’s urine 10ml/1 give
the better effect of growth for plant height parameter. The intermittent treatment
of nutrition’s disconnection for 60 minutes flowed for 15 minutes give the better
effect of growth for plant height and number of leaves parameters.

Key words : Kailan, Rabbit’s urine, Hydroponic, Intermittent.

v
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bantul Hari pada tanggal 28 Oktober 1998 dari ayah Kirta

dan ibu Sri Supardiani. Saat menulis skripsi ini penulis berumur 23 tahun. Penulis

merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SD

Muhammadiyah Sapen, Yogyakarta. Tahun 2014 penulis lulus dari SMP Negeri

15, Yogyakarta dan tahun 2017 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Banguntapan,

Bantul, Kemudian pada tahun 2017 penulis lulus seleksi masuk UPN “Veteran”

Yogyakarta melalui jalur Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SMPTN) dan mengambil program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemutusan Aliran Nutrisi Secara
Terputus (Intermittent) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kailan (Brassica
oleracea var. Full White) dengan Sistem Hidroponik DFT (Deep Flow
Technique)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
yang terhormat Ibu Ir. Ari Wijayani, MP. dan Ir. Tutut Wirawati, M.Si. Selaku
pembimbing serta Ir. Ellen Rosyelina Sasmita, MP. dan Dr. Ir. Tuti Setyaningrum,
M.Si. selaku penelaah yang telah memberikan banyak saran.
Penulis juga memberikan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir. Budiarto, MP.
selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas segala dukungan semangat dalam
terselesaikannya skripsi ini.

Yogyakarta, Desember 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
PERNYATAAN.................................................................................................iii
ABSTRAK..........................................................................................................iv
ABSTRACT........................................................................................................ v
RIWAYAT HIDUP........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5
A. Tinjauan Umum Tanaman Kailan.......................................................5
B. Budidaya Tanaman Kailan Dengan Cara Hidroponik.......................10
C. Perlakuan...........................................................................................13
D. Kerangka Pemikiran..........................................................................16
E. Hipotesis............................................................................................18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................19
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 19
B. Alat dan Bahan..................................................................................19
C. Metode Penelitian............................................................................. 19
D. Pelaksanaan Penelitian......................................................................20
E. Parameter Pengamatan......................................................................22
F. Analisis Data..................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN ANALISIS................................................................... 24
A. Tinggi Tanaman Umur 10, 20, 30, dan 40 HST(cm)........................24

viii
B. Diameter Batang Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)...................... 25
C. Jumlah Daun Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (helai)......................... 26
D. Panjang Helai Daun Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)................. 27
E. Lebar Helai Daun Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm).....................28
F. Bobot Segar Umur 45 HST (g/tan)................................................... 29
G. Bobot kering Umur 45 HST (g/tan).................................................. 30
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................31
A. Faktor Konsentrasi Nutrisi................................................................ 31
B. Faktor Intermittent............................................................................ 35
C. Interaksi Antara Konsentrasi Nutrisi dengan Intermittent................ 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tinggi Tanaman Umur 10, 20, 30, dan 40 HST(cm)......................... 24
Tabel 4.2 Diameter Batang Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)........................25
Tabel 4.3 Jumlah Daun Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (helai)...........................26
Tabel 4.4 Panjang Helai Daun Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)...................27
Tabel 4.5 Lebar Helai Daun Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)...................... 28
Tabel 4.6 Bobot Segar Umur 45 HST (g/tan).....................................................29
Tabel 4.7 Bobot kering Umur 45 HST (g/tan)....................................................30

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kailan (Brassica oleraceae var. Full White) adalah jenis tanaman
sayuran famili sawi - sawian (Brassica) yang berasal dari negeri Cina atau
wilayah Asia timur yang memiliki iklim sedang serta memiliki prospek yang
baik untuk dikembangkan di Indonesia karena kandungan gizi seperti vitamin
A, vitamin C, thiamin, dan kapur. Tanaman ini juga memiliki nilai ekonomi
yang tinggi karena pemasarannya ditujukan untuk kalangan menengah ke atas,
terutama banyak tersaji di restoran Cina, Jepang, hotel, dan restoran
berbintang Samadi (2013).
Produksi tanaman Sawi (Brassica juncea L.) pada tahun 2019 di
Indonesia mencapai 652 727 ton. Seiring bertambahnya jumlah penduduk
setiap tahun peningkatan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.) perlu
ditingkatkan Balai Pusat Statistik (2019).
Upaya untuk mensiasati peningkatan kebutuhan tanaman sawi
(Brassica juncea L.) tersebut salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan budidaya tanaman dengan cara hidroponik. Hidroponik adalah cara
yang sesuai untuk diterapkan pada lahan sempit karena tidak memerlukan
lahan yang luas dalam proses budidayanya Vidianto dkk. (2012). Hidroponik
secara harfiah Hydro = air dan Phonic = pengerjaan yang berarti sistem
budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang
berisi larutan nutrient. Budidaya tanaman dengan cara hidroponik biasanya
dilaksanakan di dalam rumah kaca untuk menjaga pertumbuhan tanaman
dapat optimal dan benar - benar terlindung dari pengaruh luar seperti hujan,
hama penyakit, iklim, dan lain sebagainya Roidah (2014).
Pada budidaya tanaman dengan cara hidroponik larutan nutrisi yang
umumnya digunakan adalah AB Mix. AB Mix digunakan karena mengandung
unsur hara yang lengkap dan mudah untuk diaplikasikan, akan tetapi nutrisi
AB Mix memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut yaitu terbuat dari bahan

1
kimia sintetis yang tidak ramah lingkungan dan kurang ekonomis Hambali
dkk. (2018).
Pupuk organik cair dapat dijadikan salah satu alternatif sebagai larutan
nutrisi untuk budidaya tanaman dengan cara hidroponik, dikarenakan proses
pembuatannya yang mudah sehingga lebih ekonomis, terdiri dari bahan bahan
alami yang ramah lingkungan dan praktis dapat diaplikasikan langsung di
daun melalui penyemprotan. Urin kelinci adalah salah satu pupuk organik cair
yang dapat digunakan sebagai sumber nutrisi karena memiliki kandungan
unsur nitrogen (N) yang melimpah. Kandungan unsur nitrogen (N) penting
bagi pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga penggunaannya dapat
menekan penggunaan nutrisi non organik AB Mix yang tidak ramah
lingkungan Rosdiana (2015).
Respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak secepat
pupuk kimia serta jumlah kandungan unsur hara dalam pupuk organik yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan pupuk kimia. Hal ini akan
memungkinkan petani memberikan pupuk organik dalam jumlah besar
sehingga menjadi beban biaya bagi petani, dengan demikian pemberian pupuk
semi organik dapat dilakukan dengan menggabungkan nutrisi organik dan
anorganik Sundari dkk. (2016).
Dalam budidaya tanaman dengan cara hidroponik tidak hanya
berorientasi pada peningkatan produktifitas tanaman kailan. Proses produksi
tanaman kailan dengan cara hidroponik harus dilakukan seefisien mungkin,
dikarenakan larutan nutrisi yang dialirkan secara terus menerus akan
memerlukan banyak energi dan biaya operasional yang tinggi. Upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan membatasi
pengaliran nutrisi secara terputus (Intermittent), sehingga diperoleh lama
waktu pengaliran dan pemutusan aliran nutrisi terbaik untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman kailan Ningrum dkk. (2014).
Penelitian akan dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
nutrisi dan menentukan interval waktu pemutusan aliran nutrisi secara
terputus (Intermittent) yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan

2
tanaman kailan. Peningkatan pertumbuhan tanaman kailan dapat tercapai
dengan menerapkan penggunaan nutrisi AB Mix dan nutrisi organik urin
kelinci dimana pengaliran nutrisinya diputus secara terputus (Intermittent)
yang akan dibuktikan dengan interaksi yang terjadi pada kedua kombinasi
perlakuan dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman
kailan ?
2. Bagaimana pengaruh interval waktu pemutusan aliran nutrisi terhadap
pertumbuhan tanaman kailan ?
3. Adakah interaksi yang terjadi antara konsentrasi nutrisi dengan interval
waktu pemutusan aliran nutrisi ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman
kailan yang terbaik.
2. Menentukan interval waktu pemutusan aliran nutrisi yang terbaik untuk
pertumbuhan tanaman kailan.
3. Mengetahui interaksi yang terjadi antara konsentrasi larutan nutrisi
dengan interval waktu pemutusan aliran nutrisi.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pembaca hasil penelitian dapat menjadikan wawasan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman
kailan.
2. Untuk masyarakat pemerhati tanaman dapat menjadikan sumber referensi
dalam menentukan pemutusan aliran nutrisi terbaik dengan cara terputus
(Intermittent) untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kailan.

3
3. Untuk masyarakat pemerhati tanaman dapat menjadikan sumber referensi
untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi larutan nutrisi dengan
interval waktu pemutusan aliran nutrisi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Kailan


Kailan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kailan berdaun halus dan kailan
berdaun keriting. Kailan berdaun halus umumnya dijadikan sebagai pakan
ternak sedangkan kailan berdaun keriting dapat diolah dan dikonsumsi.
Tanaman kailan dapat dipanen pada umur 45 - 50 Hari setelah pindah tanam
dan dapat juga dipanen sebagai baby kailan pada umur 20 - 30 hari setelah
pindah tanam Samadi (2013).
Menurut Samadi (2013), taksonomi tanaman kailan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophya
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea var. Full White
1. Morfologi dan Anatomi Tanaman
Menurut Samadi (2013), morfologi dan anatomi tanaman kailan
dibagi menjadi beberapa bagian tanaman, yaitu :
a. Akar
Sistem perakaran tanaman kailan adalah berjenis akar tunggang
dengan cabang - cabang akar yang kokoh dan memiliki serabut yang
banyak. Dalam sistem perakaran terdapat jaringan parenkim,
epidermis, endodermis, dan pembuluh angkut (xylem dan floem)
sebagai jalur distribusi nutrisi dan fotosintat. Tanaman kailan
memiliki perakaran yang panjang, pada akar tunggang dapat
mencapai 40cm dan pada akar serabut dapat mencapai 20cm. Cabang
akar atau akar sekunder tumbuh dan menghasilkan akar tersier yang
berfungsi menyerap unsur hara dalam tanah.

5
b. Batang
Batang tanaman kailan berwarna hijau muda berbentuk bulat
dengan diameter antara 3cm hingga 4cm, berjumlah tunggal, dan
bercabang. Bagian atas Batang tanaman kailan dilapisi oleh zat lilin,
sehingga tampak mengkilap dan dibagian dalam batang juga terdapat
epidermis, endodermis, dan pembuluh angkut (xylem dan floem)
sebagai jalur distribusi nutrisi dan fotosintat. Pada bagian batang
tersebut akan muncul daun yang letaknya berselang - seling. Di
sekeliling batang tanaman kailan hingga titik tumbuh terdapat tangkai
daun yang berukuran pendek.
c. Daun
Tanaman kailan memiliki daun majemuk menyirip, berwarna
hijau muda dengan anak daun berseling, memiliki bentuk daun jorong
dengan panjang daun berkisar 25 - 35cm dan lebar berkisar 20 - 25cm.
Ujung dari anak daun berbentuk membulat sedangkan pangkal daun,
permukaan daun, dan sembir daun memiliki permukaan yang rata.
Daun tanaman kailan terdiri atas sel - sel parenkim yang terstuktur
dan terdapat kloroplas yang berfunsi menyimpan klorofil atau zat
hijau daun, sehingga warna daun kailan bewarna hijau.
d. Bunga
Tanaman kailan memiliki bunga majemuk berwarna putih
terdapat di dalam tandan yang muncul dari ujung batang tunas.
Tanaman kailan memiliki bunga sempurna dengan enam benang sari.
e. Buah dan Biji
Tanaman kailan memiliki buah berbentuk polong, panjang, dan
ramping berisi biji. Biji tanaman kailan berbentuk bulat kecil
berwarna coklat sampai kehitam - hitaman. Biji - biji inilah yang
digunakan sebagai bahan perbanyakan generatif tanaman kailan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Kailan
Pertumbuhan tanaman secara umum dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang

6
berasal dari dalam tubuh tanaman, sedangkan faktor eksternal merupakan
faktor luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor
eksternal yang mempengaruhi yaitu lingkungan tumbuh tanaman seperti
cahaya, udara, air dan tanah Krisnawati dkk. (2014).
a. Internal
1) Fitohormon
Menurut Asra (2020), hormon pada tumbuhan
(fitohormon) merupakan bagian dari proses adapatasi maupun
pertahanan yang digunakan oleh tumbuhan untuk menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup dari spesiesnya. Sejumlah
gen yang awalnya tidak aktif akan mulai berekespresi jika
hormon pada tumbuhan telah mencapai tingkatan tertentu.
Hormon merupakan senyawa organik non-nutrisi yang disintetis
pada suatu bagian tumbuhan kemudian ditransport ke bagian lain
pada suatu tumbuhan dan kemudian akan memberikan respon.
Respon yang diberikan tidak hanya bersifat memacu, sebab
proses pertumbuhan ataupun diferensiasi justru terkadang
terhambat oleh adanya hormon.
2) Genetik
Gen atau yang sering dikenal dengan istilah DNA,
merupakan materi genetik yang bertanggung jawab terhadap
semua sifat yang dimiliki oleh makhluk hidup sekaligus substansi
atau materi pembawa sifat keturunan dari induk. Gen
mempengaruhi ciri dan sifat dari makhluk hidup, misalnya
bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna bunga, dan sebagainya. Gen
juga menentukan kemampuan metabolisme makhluk hidup,
sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya
Sanger (2017).

7
b. External
1) Unsur hara
Lakitan (2012), menyatakan jika kandungan unsur hara
cukup tersedia bagi tanaman, maka luas daun tanaman kailan
akan semakin bertambah. Sebagian asimilat dialokasikan untuk
pembentukan daun, pembentukan buah, dan biji serta akan
mengakibatkan luas daun menjadi bertambah. Diduga karena
ketersediaan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman
akan mendukung laju fotosintesis yang cepat dan sempurna,
sehingga proses pembentukan karbohidrat, lemak, dan protein
juga dapat berjalan dengan baik yang akhirnya tanaman akan
memperoleh hasil yang maksimal Krisnawati dkk. (2014).
Disisi lain Haryadi dkk (2015), juga berpendapat laju
fotosintesis yang dikendalikan oleh ketersedian unsur hara akan
berdampak terhadap pertumbuhan dan produksi suatu tanaman.
Unsur hara dan air yang diserap tanaman merupakan cerminan
bobot segar tanaman. Unsur hara yang diserap tanaman melalui
akar bersama air akan mempengaruhi pertumbuhan seperti tinggi,
jumlah daun dan luas daun.
2) Suhu dan kelembaban
Suhu yang baik untuk kailan berkisar 18oC sampai 32oC
serta kelembaban 60% hingga 90% dan curah hujan 1000 hingga
1500 mm/tahun Samadi (2013). Tanaman kailan menyukai suhu
dingin 15 - 20ºC, khususnya menjelang matang panen. Suhu lebih
tinggi menyebabkan pemanjangan batang yang berlebihan,
perkembangan serat dan pertumbuhan dini. Walaupun suhu
rendah tidak diperlukan untuk pembungaan, kondisi tersebut
menyebabkan bolting (flowering). Tanaman kailan merupakan
tanaman sayuran yang sesuai pada musim dingin dan pada musim
panas dalam jangka pendek. Curah hujan yang terlalu tinggi

8
dapat menyebabkan kerusakan pada daun, akibat tekanan dari
tetesan air yang menyentuh daun.
3) Ketinggian wilayah
Tanaman kailan dapat tumbuh dengan baik di dataran
rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian tempat berkisar
antara 700 - 1500m dari permukaan laut. Beradaptasi pada
hampir semua jenis tanah, baik pada tanah lempung berpasir,
gembur, berstrektur ringan, sedang sampai tanah berstrektur berat
(liat) dan juga pada tanah organik seperti tanah gambut Suharyon
dan Susilawati (2012).
4) Keasaman tanah
Tingkat keasan atau pH tanah yang optimal bagi
pertanaman kailan adalah antara 6,0 - 6,8. Karena
pemeliharaannya mudah, cepat, seragam, dan adaptasinya luas,
tanaman kailan ini banyak ditanam di lahan pekarangan Suharyon
dan Susilawati (2012).
5) Cahaya
Penggunaan greenhouse mempengaruhi besarnya intensitas
cahaya yang diterima oleh tanaman yang akan berpengaruh
terhadap temperatur dan kelembaban. Hasil penelitian Krisnawati
dkk. (2014), menunjukkan bahwa intensitas cahaya matahari di
dalam greenhouse relatif lebih kecil dibandingkan di luar
greenhouse. Rata - rata intensitas cahaya maksimum pada siang
hari di dalam greenhouse mencapai 20060,44lux sedangkan di
luar greenhouse mencapai 37912,83lux. Intensitas cahaya pada
sore hari di dalam greenhouse mencapai 1771,44lux sedangkan di
luar greenhouse mencapai 37912,83lux. Hasil penelitian tersebut
sejalan dengan pernyataan Tando (2019), bahwa pemanfaatan
greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara
untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi
optimum sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

9
B. Budidaya Tanaman Kailan Dengan Cara Hidroponik
Dalam budidaya tanaman dengan cara hidroponik petani harus dapat
memenuhi kebutuhan hidup tanaman selayaknya tanaman yang
dibudidayakan dengan cara konvensional atau di alam terbuka dengan tanah
sebagai media tanamnya. Oleh karena itu, petani harus memahami beberapa
ketentuan untuk membudidayakan tanaman dengan cara hidroponik.
1. Kandungan Larutan Nutrisi Hidroponik
Larutan hara atau nutrisi merupakan faktor penting yang mendasari
budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah. Larutan nutrisi yang
diracik harus mencukupi kebutuhan tanaman untuk dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Kandungan larutan nutrisi tersebut meliputi
unsur nitrogen (N), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), belerang
(S), besi (Fe), boron (B), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), dan
molybdenum (Mo) Ginting (2016).
2. Jenis Nutrisi yang Digunakan Pada Budidaya Tanaman Dengan Cara
Hidroponik
Penambahan nutrisi mutlak dibutuhkan untuk budidaya tanaman
dengan cara hidroponik, nutrisi tersebut harus memiliki kandungan unsur
hara yang sesuai untuk tanaman baik unsur makro maupun mikro.
a. Kimia
Nutrisi hidroponik AB Mix adalah nutrisi yang berasal dari
bahan kimia sintetik yang biasa digunakan oleh petani dan sudah
tersedia di pasaran sehingga dapat langsung digunakan untuk
penambahan nutrisi tanaman hidroponik. Kandungan pada larutan
nutrisi AB Mix yang diberikan kepada tanaman terdiri dari garam -
garam makro dan mikro yang dibuat dalam larutan stok A dan B
Samanhudi dan Harjoko (2010).
Kandungan nutrisi AB Mix dalam volume air 1000liter
dibutuhkan larutan stok A berisi kalsium nitrat (Ca(No3)2) 1176gram,
kalium nitrat (KNO3) 616 gram, dan Fe EDTA 38 gram. Sedangkan
pada larutan stok B berisi kalium dihidro fosfat (KH2PO) 335 gram,

10
amonium sulfat ((NH4)2SO4) 122 gram, kalium sulfat (K2SO4)
36gram, magnesium sulfat (MgSO4) 0,79gram, cupri sulfat (CuSO4)
0,4gram, zinc sulfat (ZnSO4) 1,5gram, asam borat (H2BO3) 4gram,
mangan sulfat (MnSO4) 8gram, amonium hepta molibdat
((NH4)6Mo7O24) 0,1gram Sastro dan Nofi (2016).
b. Organik
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil dekomposisi bahan
- bahan organik yang berasal dari sisa - sisa tanaman, kotoran hewan,
dan manusia. Nutrisi organik cair memiliki kelebihan mampu
mengatasi defisiensi hara dengan cepat pada tanaman budidaya,
pencucian hara yang tidak menimbulkan masalah, mudah
diaplikasikan pada tanaman hidroponik maupun di lahan, dan tidak
merusak tanah walaupun sering digunakan. Pupuk organik cair
memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan pada
permukaan tanaman dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman
Sukamto (2012).
Rosdiana (2015), berpendapat bahwa unsur nitrogen (N) yang
terdapat dalam urin kelinci berperan penting pada saat tanaman
melakukan fotosintesis serta diperlukan oleh tanaman untuk
pembentukan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan
akar. Pendapat tersebut didukung oleh kajian dari Badan LITBANG
Pertanian Indonesia (2013), pupuk organik cair urin kelinci
mengandung unsur hara makro yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman. Berbagai macam unsur hara yang terkandung dalam urin
kelinci diantaranya adalah nitrogen (N) 2,6%, fosfor (P) 2,5%,
kalsium (K) 1,9%, kalsium (Ca) 2,1%, magnesium (Mg) 0,5%, dan
sulfur (S) 0,4%. Pemanfaatan urin kelinci sebagai pupuk organik cair
diharapkan dapat mengurangi pemakaian nutrisi hidroponik sintetis
dan dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas. Oleh karena itu,
pupuk organik cair urin kelinci dapat menekan penggunaan nutrisi

11
non organik AB Mix serta dapat mendukung pertumbuhan dan hasil
tanaman.
3. Sistem Hidroponik
Anisa (2016), berpendapat bahwa terdapat berbagai macam
sistem hidroponik, diantaranya adalah :
a. NFT (Nutrient film technique)
Sistem kerja NFT adalah mengalirkan nutrisi terus-menerus
melalui akar tanaman. Nutrisi tersebut diserap oleh akar. Penyerapan
nutrisi berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dengan teknik NFT, pasokan nutrisi dapat terbagi rata pada setiap
tanaman.
b. Drip irrigation
Teknik drip irrigation mengalirkan nutrisinya melalui sistem
irigasi tetes. Nutrisi mengalir melalui selang secara terus - menerus
dan dikontrol oleh pengatur waktu (timer). Walaupun modal awal
yang dibutuhkan besar, teknik ini dapat menghasilkan kualitas
produksi yang baik dalam jumlah yang lebih banyak.
c. Ebb and flow system
Merupakan teknik hidroponik yang bekerja dengan cara
mengalirkan banyak nutrisi untuk beberapa waktu, lalu
mengembalikan nutrisi tersebut kembali ke bak penampung. Nutrisi
dialirkan dengan menggunakan pompa. Umumnya teknik ini
menggunakan teknik bertanam secara bertingkat.
d. Rakit apung
Water culture atau rakit apung adalah jenis teknik hidroponik
yang bekerja dengan sistem pompa udara. Udara dipompa, lalu
terbentuk gelembung-gelembung kecil pada air. Gelembung tersebut
merupakan suplai oksigen bagi akar tanaman. Umumnya, wadah yang
menyangga terbuat dari styrofoam. Jenis sayuran yang umum ditanam
pada teknik ini adalah kangkung dan bayam, selada.

12
f. Deep Flow Technique (DFT)
Prinsip kerja hidroponik sistem DFT yaitu mengalirkan larutan
nutrisi dan aerasi secara berkelanjutan selama 24 jam pada rangkaian
aliran tertutup. Hidroponik sistem DFT memiliki keuntungan yaitu
kebutuhan nutrisi yang cukup sedikit dan memiliki sistem aerasi yang
baik dengan rongga udara yang menyediakan oksigen bagi tanaman
Fitmawati dkk. (2018).

C. Perlakuan
1. Konsentrasi Nutrisi
Penggunaan nutrisi pada budidaya tanaman dengan cara hidroponik
harus mengacu pada hasil penelitian sehingga dalam penggunaannya
sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan tanaman kailan.
a. AB Mix
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2017),
Konsentrasi nutrisi AB Mix yang diuji pada tanaman sawi (Brassica
juncea L.) dengan sistem hidroponik DFT sebesar 1.000ppm
menunjukkan hasil pertumbuhan yang paling rendah, dikarenakan
kurang mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman untuk menunjang
tanaman tumbuh normal. Disisi lain pemberian nutrisi AB Mix
dengan konsentrasi 1.400ppm mendapat hasil tertinggi pada panjang
daun, jumlah daun, klorofil, bobot segar, dan bobot kering, sedangkan
pemberian nutrisi AB Mix dengan konsentrasi 1.200ppm mampu
memberi hasil yang mendekati dengan tanaman yang diberi nutrisi
dengan konsentrasi 1.400ppm, dalam hal ini konsentrasi 1.200ppm
telah mencukupi kebutuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.) untuk
tumbuh normal.
b. Nutrisi Organik Urin Kelinci
Penggunaan urin kelinci sebagai sumber nutrisi harus diberikan
dengan konsentrasi yang sesuai agar penyerapan nutrisi dapat optimal.
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2019), konsentrasi

13
nutrisi organik urin kelinci yang diterapkan pada tanaman pakcoy
(Brassica rapa L.) yaitu 0 ml/l, 10 ml/l, 15 ml/l, dan 20 ml/l.
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2019),
menunjukkan bahwa pemberian nutrisi organik urin kelinci sebanyak
20ml/l mendapat hasil yang tertinggi untuk parameter jumlah daun,
bobot total tanaman, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering
tajuk, bobot kering akar, volume akar, dan jumlah klorofil daun. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan pernyataan Siregar (2017), bahwa
tersedianya unsur hara yang cukup akan mempengaruhi kandungan
klorofil pada daun. Unsur hara yang terpenuhi menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi maksimal sehingga proses fotosintesis
berlangsung dengan baik pula dan mengoptimalkan pembentukan
klorofil.
c. Kombinasi AB Mix dan Nutrisi Organik Urin Kelinci
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Sundari dkk. (2016),
pemberian nutrisi organik cair sebagai faktor pertama dan AB Mix
sebagai faktor kedua pada tanaman pakcoy (Brassica chinensis L.),
pemberian nutrisi organik cair divariasikan menjadi 4, yaitu : (0)
konsentrasi 0ml/l, (1) konsentrasi 5ml/l, (2) konsetrasi 10ml/l, dan (3)
15ml/l. Pemberian AB Mix divariasikan menjadi 4, yaitu : (0)
konsentrasi 0ppm, (1) konsentrasi 600ppm, (2) konsentrasi 1200ppm,
dan (3) konsentrasi 1800ppm. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
pemberian nutrisi AB Mix 1200ppm dan nutrisi organik cair 10ml/l
mendapat hasil tertinggi pada parameter jumlah daun dan indeks
panen.
2. Interval waktu Pemberian Nutrisi
Interval waktu pemberian nutrisi pada budidaya tanaman dengan
cara hidroponik harus mengacu pada hasil penelitian sehingga dalam
pemberiannya sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh
tanaman kailan. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2019),
menunjukkan bahwa interval waktu pemberian nutrisi setiap 6 hari sekali

14
pada tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) mendapat hasil tertinggi pada
parameter jumlah daun, bobot kering tajuk, volume akar, dan jumlah
klorofil daun dan shoot root rasio. Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan pernyataan Rajak dkk. (2016), bahwa pemberian nutrisi organik
cair dengan interval waktu 6 hari sekali pada tanaman sawi (Brassica
juncea L.) memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun.
Hal ini dikarenakan unsur nitrogen (N) yang terkandung dalam nutrisi
organik cair berperan penting dalam pembelahan sel yang berperan dalam
peningkatan jumlah daun.
3. Umur bibit
Menurut hasil penelitian Ainy dan Sitawati (2019), menunjukkan
bahwa umur bibit dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kailan
(Brassica oleraceae L.). Umur bibit yang tepat untuk budidaya tanaman
kailan dengan cara hidroponik adalah umur 10 hari setelah semai. Umur
tanaman tersebut dapat menghasilkan total bobot segar tanaman paling
tinggi dibandingkan umur bibit lainnya.
4. Interval Waktu Pemutusan aliran Nutrisi Secara Terputus (Intermittent)
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Ningrum dkk. (2014),
pemutusan aliran nutrisi secara terputus (Intermittent) terhadap tanaman
sawi (Brassica juncea L.) divariasikan menjadi 4, yaitu : (1) pengaliran
selama 24 jam, (2) pemutusan aliran nutrisi selama 30 menit dialirkan
selama 15 menit, (3) pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan
selama 15 menit, dan (4) pemutusan aliran nutrisi selama 90 menit
dialirkan selama 15 menit. Saleh dkk. (2019) juga telah mengembangkan
penelitian yang dilakukan oleh Ningrum dkk. (2014) tersebut pada
tanaman selada (Lactuca sativa L.) dengan menerapkan pengaliran nutrisi
secara terputus (Intermittent) yang divariasikan menjadi 4, yaitu : (1)
pengaliran selama 24 jam, (2) pengaliran selama 15 menit diputus 60
menit, (3) pengaliran selama 30 menit diputus 60 menit, dan (4)
pengaliran selama 45 menit diputus 60 menit.

15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum dkk. (2014),
terhadap tanaman sawi (Brassica juncea L.) dan Saleh dkk. (2019),
terhadap tanaman selada (Lactuca sativa L.) pemutusan aliran nutrisi
selama 60 menit dialirkan selama 15 menit mendapat hasil tertinggi pada
parameter tinggi tanaman, bobot segar, dan panjang akar tanaman.

D. Kerangka Pemikiran
Kailan (Brassica oleracea L.) merupakan tanaman sayuran yang baik
untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Kandungan gizi dan nilai ekonomi yang
cukup tinggi memungkinkan tanaman kailan memiliki prospek yang baik
untuk dikembangkan. Kailan jarang ditemukan di pasaran karena harga jual
yang tinggi dan sistem budidaya sayuran di Indonesia umumnya masih secara
konvensional, sehingga mengakibatkan hasil dan kualitas kailan masih kurang
maksimal. Upaya meningkatkan pertumbuhan tanaman kailan secara
konvensional telah banyak dilakukan petani namun hasilnya kurang
memuaskan Nugraha (2015).
Budidaya tanaman secara hidroponik merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas tanaman Kailan (Brassica oleracea L.). Hidroponik
merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, akan tetapi dengan
memanfaatkan air dan lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
tanaman. Pada dasarnya, sistem hidroponik mengandalkan media tanam yang
mampu menopang akar tanaman sekaligus menahan larutan dari unsur hara
agar cukup waktu bagi tanaman untuk menyerapnya Alviani (2015).
Dalam budidaya tanaman secara hidroponik larutan nutrisi merupakan
aspek yang perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan larutan nutrisi merupakan
sumber pasokan nutrisi bagi tanaman untuk mendapatkan makanan. Penelitian
tentang konsentrasi nutrisi telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya
Wahyuni (2017), Susilo (2019) dan Sundari dkk. (2016). Penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuni (2017), menunjukkan bahwa pemberian nutrisi AB
Mix pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) dengan konsentrasi 1.400ppm
mendapat hasil tertinggi pada panjang daun, jumlah daun, klorofil, bobot

16
segar, dan bobot kering. Penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2019),
menunjukkan pemberian nutrisi organik urin kelinci sebanyak 20ml/l pada
tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) mendapat hasil yang tertinggi untuk
parameter jumlah daun, bobot total tanaman, bobot segar tajuk, bobot segar
akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, volume akar, dan jumlah klorofil
daun. Penelitian yang dilakukan oleh Sundari dkk. (2016), pemberian nutrisi
organik cair sebagai faktor pertama dan AB Mix sebagai faktor kedua pada
tanaman pakcoy (Brassica rapa L.), pemberian nutrisi organik cair
divariasikan menjadi 4, yaitu : (0) konsentrasi 0ml/l, (1) konsentrasi 5ml/l, (2)
konsetrasi 10ml/l, dan (3) 15ml/l. Pemberian AB Mix divariasikan menjadi 4,
yaitu : (0) konsentrasi 0ppm, (1) konsentrasi 600ppm, (2) konsentrasi
1200ppm, dan (3) konsentrasi 1800ppm. Berdasarkan Hasil penelitian
tersebut menunjukkan pemberian nutrisi AB Mix 1200ppm + nutrisi organik
cair 10ml/l mendapat hasil tertinggi pada parameter tinggi tanaman, jumlah
daun, bobot segar dan indeks panen.
Aliran larutan nutrisi yang diputus secara terputus (Intermittent)
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Penelitian tentang pemutusan aliran nutrisi secara terputus (Intermittent) yang
dilakukan oleh Ningrum dkk. (2014), menunjukkan pengaruh yang nyata
terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.) penerapan
pemutusan aliran nutrisi secara terputus (Intermittent) divariasikan menjadi 4,
yaitu : (1) pengaliran selama 24 jam, (2) pemutusan aliran nutrisi selama 30
menit dialirkan selama 15 menit, (3) pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit
dialirkan selama 15 menit, dan (4) pemutusan aliran nutrisi selama 90 menit
dialirkan selama 15 menit. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ningrum dkk. (2014), pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan
selama 15 menit mendapat hasil tertinggi pada parameter tinggi tanaman,
bobot segar, dan panjang akar tanaman.

17
E. Hipotesis
Diduga pemberian konsentrasi nutrisi AB Mix 1200ppm + nutrisi
organik cair urin kelinci 10ml/l yang aliran nutrisinya diputus secara terputus
(Intermittent) dengan pengaliran selama 15 menit dan diputus selama 60
menit akan meningkatkan pertumbuhan tanaman kailan.

18
BAB III
METODOLOGI PENELITAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan pada bulan November sampai Desember 2021 di
Desa Plumbungan RT 9 Kelurahan Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro,
Kabupaten Bantul. Lokasi penelitian memiliki suhu tempat tertinggi mencapai
31oC dan suhu terendah 23oC sedangkan suhu relatif mencapai 27oC,
ketinggian tempat 0 - 50mdpl (meter di atas permukaan laut). Curah hujan
mencapai 90,76mm/tahun Data Pokok Kabupaten Bantul (2020).

B. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan yaitu : benih tanaman kailan varietas Full white
(lampiran V), nutrisi AB Mix (lampiran VI), nutrisi organik urin kelinci
(lampiran VII), rockwool, asam sulfat, dan kalium hidroksida. Alat yang
digunakan yaitu : oven, timbangan digital, penggaris, jangka sorong,
termometer, EC meter, TDS meter, pH meter, pompa air celup AA - 105
(lampiran VIII), aerator, one way valve (lampiran IX), dan hidroponik kit.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Petak Terbagi
atau (Split Plot - RAK) Faktorial dengan 2 Faktor. Main plot terdiri atas 3
aras konsentrasi nutrisi, yaitu :
1. P1 = Konsentrasi AB Mix 1800ppm + urin kelinci 0ml/l
2. P2 = Konsentrasi AB Mix 1200ppm + urin kelinci 10ml/l
3. P3 = Konsentrasi AB Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l
Sub plot terdiri atas 3 aras interval waktu pemutusan aliran nutrisi secara
terputus (Intermittent), yaitu :
1. I1 = Pemutusan aliran nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit
2. I2 = Pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan selama 15 menit
3. I3 = Pemutusan aliran nutrisi selama 30 menit dialirkan selama 15 menit

19
Dari kedua faktor tersebut terdapat 9 kombinasi perlakuan, dimana
masing - masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga
didapatkan 27 unit perlakuan. Setiap unit perlakuan terdiri atas 10 tanaman
termasuk 3 diantaranya tanaman sampel, sehingga jumlah tanaman kailan
yang dibutuhkan sebanyak 3 x 3 x 3 x 10 = 270 tanaman.

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian akan meliputi beberapa kegiatan, diantaranya
adalah :
1. Persiapan Instalasi Hidroponik
Pembuatan kit hidroponik sistem DFT dilakukan sebagai media
tumbuh tanaman kailan yang menggunakan net pot berlubang dan
rockwool, kemudian diletakkan pada pipa air PVC 3inch, kemudian kapas
filter air diletakkan di lubang keluar air pada talang.
2. Pembibitan Benih
Benih tanaman kailan disemai pada media rockwool yang dipotong
- potong 2,5cm x 2,5cm, kemudian rockwool ditempatkan pada nampan
lalu dibasahi dengan air secukupnya, kemudian benih dibenamkan pada
rockwool.
3. Penanaman
Bibit tanaman kailan yang telah melalui proses pembibitan
kemudian dilakukan penyeleksian dengan kriteria bibit sudah memiliki 3
helai daun sejati, selanjutnya bibit dipindah tanam ke instalasi hidroponik
sistem DFT pada umur 10 hari setelah semai.
4. Pemberian Perlakuan
a. Pemberian Kombinasi AB Mix dengan Nutrisi Organik Urin Kelinci
Nutrisi AB Mix disiapkan dengan melarutkan stok A dan stok
B dengan air sebelum keduanya dicampurkan ke dalam tong tertutup.
Pemberian nutrisi organik AB Mix dan urin kelinci dilakukan setiap 6
hari sekali dengan 3 taraf konsentrasi berbeda, yaitu AB Mix

20
1800ppm + urin kelinci 0ml/l, AB Mix 1200ppm + urin kelinci
10ml/l, dan AB Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l.
b. Pemutusan Aliran Nutrisi Secara Terputus (Intermittent)
Pemutusan aliran larutan nutrisi dalam instalasi hidroponik
divariasikan menjadi 3, yaitu pemutusan aliran nutrisi selama 30
menit dialirkan selama 15 menit, pemutusan aliran nutrisi selama 60
menit dialirkan selama 15 menit, dan pemutusan aliran nutrisi selama
90 menit dialirkan selama 15 menit.
5. Pemeliharaan
a. Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, dilakukan
penyemprotan fungisida atau pestisida pada tanaman kailan secara
berkala setiap 2 minggu sekali, yaitu pada umur 14 HST dan 28 HST.
Fungisida yang digunakan adalah Antracol dengan bahan aktif
Probineb 70%.
b. Pembersihan
Pembersihan dilakukan pada aliran nutrisi yang tersumbat
untuk menjaga aliran nutrisi dapat mengaliri tanaman dengan baik
c. Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan penggantian tanaman yang
mati, rusak, atau pertumbuhannya tidak normal. Bibit yang digunakan
untuk penyulaman berasal dari penanaman yang sama dengan bibit
yang digunakan sebelumnya, hal ini dimaksudkan agar ukuran relatif
dan umur tanaman serupa dengan tanaman lainnya, sehingga dalam
pelaksanaan persemaian harus disiapkan bibit - bibit cadangan yang
akan digunakan untuk menyulam tanaman yang pertumbuhannya
tidak normal atau mati. Penyulaman dilakukan satu kali paling lambat
pada umur 1 MST setelah pindah tanam.
d. Pengontrolan pH
Pengontrolan pH tanaman dikondisikan pada pH 6.5, pH diukur
menggunakan pH meter dengan cara mencelupkannya ke dalam

21
larutan nutrisi. Untuk menurunkan pH larutan menggunakan asam
sulfat (H2SO4). Untuk menaikkan pH menggunakan larutan kalium
hidroksida (KOH). Apabila larutan nutrisi memiliki pH yang terlalu
basa (diatas pH 6,8), pH diturunkan dengan menambahkan asam
sulfat 10% sedikit demi sedikit sampai didapatkan pH 6,5 dan apabila
pH larutan nutrisi terlalu asam (dibawah pH 6), pH dinaikkan dengan
menambahkan KOH 10% sedikit demi sedikit sampai didapatkan pH
6,5.
e. Pengontrolan Kepekatan Nutrisi
Kepekatan nutrisi diukur menggunakan TDS meter dengan cara
mengaduk larutan dan mencelupkan TDS meter ke dalam penampung
nutrisi yang akan diukur sedalam 5cm kemudian didiamkan selama 3
menit, jika kepekatan larutan sudah menurun bisa dinaikkan dengan
menambahkan nutrisi. Pengecekan kepekatan nutrisi dilakukan setiap
3 hari sekali.
6. Panen
Pemanenan dilakukan pagi hari pada saat tanaman berumur 45 hari
setelah pindah tanam.
E. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan yang dilakukan pada tanaman kailan adalah
sebagai berikut :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada tanaman sampel secara
berkala pada umur 10 HST, 20 HST, 30 HST, dan 40 HST. Pengamatan
dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari pangkal batang sampai
ujung daun terpanjang menggunakan penggaris.
2. Diameter Batang (cm)
Pengamatan diameter batang dilakukan pada tanaman sampel
secara berkala pada umur 10 HST, 20 HST, 30 HST, dan 40 HST.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter pangkal batang
menggunakan jangka sorong.

22
3. Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada tanaman sampel secara
berkala pada umur 10 HST, 20 HST, 30 HST, dan 40 HST. Pengamatan
dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang sudah mekar sempurna.
4. Panjang Helai Daun (cm)
Pengamatan panjang helai daun dilakukan pada tanaman sampel
secara berkala pada umur 10 HST, 20 HST, 30 HST, dan 40 HST.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang dari pangkal hingga
ujung daun pada setiap daun menggunakan penggaris.
5. Lebar Helai Daun (cm)
Pengamatan lebar daun dilakukan pada tanaman sampel secara
berkala pada umur 10 HST, 20 HST, 30 HST, dan 40 HST. Pengamatan
dilakukan dengan mengukur jarak antar tepi daun yang paling panjang
pada setiap daun menggunakan penggaris.
6. Bobot Segar (g/tan)
Pengamatan bobot segar dilakukan saat panen pada tanaman
sampel, yaitu umur 45 HST. Pengamatan dilakukan dengan menimbang
tanaman menggunakan timbangan digital.
7. Bobot kering (g/tan)
Pengamatan bobot kering dilakukan saat panen pada tanaman
sampel, yaitu umur 45 HST. Pengamatan dilakukan dengan menimbang
tanaman yang telah dikeringkan dalam oven menggunakan timbangan
digital.

F. Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis of
varian (ANOVA) dengan taraf 5%, apabila F hitung lebih besar dari F tabel
atau menunjukkan adanya pengaruh nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji
Jarak Berganda Duncan atau DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada
taraf 5%.

23
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

A. Tinggi Tanaman Umur 10, 20, 30, dan 40 HST(cm)


Hasil analisis keragaman untuk parameter tinggi tanaman menunjukkan
adanya interaksi antara faktor konsentrasi nutrisi (P) dengan Intermittent pada
umur 10, 20, dan 30 HST (Tabel 4.1). Perlakuan konsentrasi nutrisi (P) umur
30 dan 40 HST menunjukkan adanya pengaruh nyata, tetapi pada umur 10
dan 20 HST tidak ada pengaruh nyata. Faktor Intermittent (I) umur 10, 30,
dan 40 HST menunjukkan adanya pengaruh nyata, tetapi pada umur 20 HST
tidak ada pengaruh nyata.
Tabel 4.1 Rata - rata tinggi tanaman umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)

Keterangan : Rata - rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom, sesuai uji
DMRT taraf 5% menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Tanda (+)
menunjukkan ada interaksi.

Tabel 4.1, menunjukkan bahwa nilai rata - rata tinggi tanaman pada
umur 10 dan 20 HST pada faktor konsentrasi nutrisi (P) tidak ada pengaruh
nyata. Pada umur 30 HST, nilai perlakuan P1 nyata lebih tinggi dari nilai
perlakuan P3, namun tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan P2. Pada
umur 40 HST nilai perlakuan P2 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan P3,
namun tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan P1.
Nilai rata - rata tinggi tanaman pada umur 20 HST pada faktor
Intermittent (I) tidak ada pengaruh nyata. Pada umur 10 dan 40 HST, nilai
perlakuan I2 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan I1, namun tidak

24
berpengaruh nyata dengan perlakuan I3. Pada umur 30 HST, nilai perlakuan
I2 dan I3 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan I1.

B. Diameter Batang Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)


Hasil analisis keragaman untuk parameter diameter batang
menunjukkan adanya interaksi antara faktor konsentrasi nutrisi (P) dengan
Intermittent (I) pada umur 20, 30, dan 40 HST (Tabel 4.2). Perlakuan
konsentrasi nutrisi (P) umur 20 dan 30 HST menunjukkan adanya pengaruh
nyata, tetapi pada umur 10 dan 40 HST tidak ada pengaruh nyata. Faktor
Intermittent (I) umur 10, 20, 30, dan 40 HST menunjukkan tidak ada
pengaruh nyata.
Tabel 4.2 Rata - rata diameter batang umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)

Keterangan : Rata - rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom, sesuai uji
DMRT taraf 5% menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Tanda (+)
menunjukkan ada interaksi.

Tabel 4.2, menunjukkan bahwa nilai rata - rata diameter batang pada
umur 10 dan 40 HST pada faktor konsentrasi nutrisi (P) tidak ada pengaruh
nyata. Pada umur 20 HST, nilai perlakuan P2 nyata lebih tinggi dari nilai
perlakuan P1, namun tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan P3. Pada
umur 30 HST nilai perlakuan P2 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan P1 dan
P3, selanjutnya nilai perlakuan P1 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan P3
namun tidak lebih tinggi dari perlakuan P2.
Nilai rata - rata diameter batang pada umur 10, 20, 30, dan 40 HST
pada faktor Intermittent (I) tidak ada pengaruh nyata.

25
C. Jumlah Daun Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (helai)
Hasil analisis keragaman untuk parameter jumlah daun menunjukkan
adanya interaksi antara faktor konsentrasi nutrisi (P) dengan Intermittent (I)
pada umur 30 dan 40 HST (Tabel 4.3). Perlakuan konsentrasi nutrisi (P) umur
10, 20, 30, dan 40 HST tidak ada pengaruh nyata. Faktor Intermittent (I) umur
30, dan 40 HST menunjukkan adanya pengaruh nyata, tetapi pada umur 10
dan 20 HST tidak ada pengaruh nyata.
Tabel 4.3 Rata - rata jumlah daun umur 10, 20, 30, dan 40 HST (helai)

Keterangan : Rata - rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom, sesuai uji
DMRT taraf 5% menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Tanda (+)
menunjukkan ada interaksi.

Tabel 4.3, menunjukkan bahwa Nilai rata - rata jumlah daun pada umur
10, 20, 30, dan 40 HST pada faktor konsentrasi nutrisi (P) tidak ada pengaruh
nyata. Nilai rata - rata jumlah daun pada umur 10 dan 20 HST pada faktor
Intermittent (I) tidak ada pengaruh nyata. Pada umur 30 HST, nilai perlakuan
I2 dan I3 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan I1. Pada umur 40 HST, nilai
perlakuan I1 dan I3 nyata lebih rendah dari nilai perlakuan I2.

26
D. Panjang Helai Daun Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)
Hasil analisis keragaman untuk parameter panjang helai daun
menunjukkan adanya interaksi antara faktor konsentrasi nutrisi (P) dengan
Intermittent (I) pada umur 10, 20, 30, dan 40 HST (Tabel 4.4). Perlakuan
konsentrasi nutrisi (P) umur 30 HST menunjukkan adanya pengaruh nyata,
tetapi pada umur 10, 20, dan 40 HST tidak ada pengaruh nyata. Faktor
Intermittent (I) umur 10 dan 30 HST menunjukkan adanya pengaruh nyata,
tetapi pada umur 20 dan 40 HST tidak ada pengaruh nyata.
Tabel 4.4 Rata - rata panjang helai daun umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)

Keterangan : Rata - rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom, sesuai uji
DMRT taraf 5% menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Tanda (+)
menunjukkan ada interaksi.

Tabel 4.4, menunjukkan bahwa nilai rata - rata panjang helai daun pada
umur 10, 20, dan 40 HST pada faktor konsentrasi nutrisi (P) tidak ada
pengaruh nyata. Pada umur 30 HST, nilai perlakuan P2 dan P1 nyata lebih
tinggi dari nilai perlakuan P3.
Nilai rata - rata panjang helai daun pada umur 20 dan 40 HST pada
faktor Intermittent (I) tidak ada pengaruh nyata. Pada umur 10 HST, nilai
perlakuan I3 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan I1, namun tidak
berpengaruh nyata dengan perlakuan I2. Pada umur 30 HST, nilai perlakuan
I2 dan I3 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan I1.

27
E. Lebar Helai Daun Umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)
Hasil analisis keragaman untuk parameter lebar helai daun
menunjukkan adanya interaksi antara faktor konsentrasi nutrisi (P) dengan
Intermittent (I) pada umur 20, 30, dan 40 HST (Tabel 4.5). Perlakuan
konsentrasi nutrisi (P) umur 30 HST menunjukkan adanya pengaruh nyata,
tetapi pada umur 10, 20, dan 40 HST tidak ada pengaruh nyata. Faktor
Intermittent (I) umur 30, dan 40 HST menunjukkan adanya pengaruh nyata,
tetapi pada umur 10 dan 20 HST tidak ada pengaruh nyata.
Tabel 4.5 Rata - rata lebar helai daun umur 10, 20, 30, dan 40 HST (cm)

Keterangan : Rata - rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom, sesuai uji
DMRT taraf 5% menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Tanda (+)
menunjukkan ada interaksi.

Tabel 4.5, menunjukkan bahwa nilai rata - rata lebar helai daun pada
umur 10, 20, dan 40 HST pada faktor konsentrasi nutrisi (P) tidak ada
pengaruh nyata. Pada umur 30 HST, nilai perlakuan P1 dan P2 nyata lebih
tinggi dari nilai perlakuan P3.
Nilai rata - rata lebar helai daun pada umur 10 dan 20 HST pada faktor
Intermittent (I) tidak ada pengaruh nyata. Pada umur 30 dan 40 HST, nilai
perlakuan I3 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan I1, namun tidak
berpengaruh nyata dengan perlakuan I2.

28
F. Bobot Segar Umur 45 HST (g/tan)
Hasil analisis keragaman untuk parameter bobot segar menunjukkan
adanya interaksi antara faktor konsentrasi nutrisi (P) dengan Intermittent (I)
(Tabel 4.6). Perlakuan konsentrasi nutrisi (P) menunjukkan adanya pengaruh
nyata. Faktor Intermittent (I) menunjukkan tidak ada pengaruh nyata.
Tabel 4.6. Rata - rata bobot segar umur 45 HST (kg/tan)

Keterangan : Rata - rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom, sesuai uji
DMRT taraf 5% menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Tanda (+)
menunjukkan ada interaksi.

Tabel 4.6, menunjukkan bahwa nilai rata - rata bobot segar pada umur
45 HST pada faktor konsentrasi nutrisi (P) ada pengaruh nyata. Nilai
perlakuan P1 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan P2 dan P3, selanjutnya
nilai perlakuan P2 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan P3, namun tidak
lebih tinggi dari perlakuan P1. Nilai rata - rata bobot segar pada faktor
Intermittent (I) tidak ada pengaruh nyata.

29
G. Bobot kering Umur 45 HST (g/tan)
Hasil analisis keragaman untuk parameter bobot kering menunjukkan
adanya interaksi antara faktor konsentrasi nutrisi (P) dengan Intermittent (I)
(Tabel 4.7). Perlakuan konsentrasi nutrisi (P) menunjukkan adanya pengaruh
nyata. Faktor Intermittent (I) menunjukkan tidak ada pengaruh nyata.
Tabel 4.7. Rata - rata bobot kering umur 45 HST (kg/tan)

Keterangan : Rata - rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom, sesuai uji
DMRT taraf 5% menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Tanda (+)
menunjukkan ada interaksi.

Tabel 4.7, menunjukkan bahwa nilai rata - rata bobot kering pada umur
45 HST pada faktor konsentrasi nutrisi (P) ada pengaruh nyata. Nilai
perlakuan P1 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan P2 dan P3, selanjutnya
nilai perlakuan P2 nyata lebih tinggi dari nilai perlakuan P3, namun tidak
lebih tinggi dari perlakuan P1. Nilai rata - rata bobot segar pada faktor
Intermittent (I) tidak ada pengaruh nyata.

30
BAB V
PEMBAHASAN

A. Faktor Konsentrasi Nutrisi


Faktor konsentrasi nutrisi (P) menunjukkan pengaruh nyata pada
parameter tinggi tanaman (30 dan 40 HST), diameter batang (20 dan 30 HST),
panjang helai daun (30 HST), lebar helai daun (30 HST), bobot segar (45
HST), dan bobot kering (45 HST).
1. Parameter Tinggi Tanaman
Pada parameter tinggi tanaman (Tabel 4.1) umur 30 HST
menunjukkan perlakuan konsentrasi AB Mix 1200ppm + urin kelinci
10ml/l (P2) tidak berpengaruh nyata bila dibandingkan dengan perlakuan
konsentrasi AB Mix 1800ppm (P1) dan konsentrasi AB Mix 600ppm +
urin kelinci 15ml/l (P3), selanjutnya perlakuan konsentrasi AB Mix
1800ppm (P1) berpengaruh nyata menuai nilai tinggi tanaman yang lebih
tinggi bila dibandingkan perlakuan konsentrasi AB Mix 600ppm + urin
kelinci 15ml/l (P3). Pada umur 40 HST perlakuan konsentrasi AB Mix
1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2) berpengaruh nyata menuai nilai tinggi
tanaman yang lebih tinggi bila dibandingkan perlakuan konsentrasi AB
Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l (P3), namun tidak berpengaruh nyata
bila dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi AB Mix 1800ppm (P1).
Pada parameter tinggi tanaman, perlakuan konsentrasi AB Mix
1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2) menuai nilai pertumbuhan tinggi
tanaman yang terbaik, hal ini dikarenakan perlakuan tersebut mampu
memberikan unsur hara yang cukup dan lengkap bila dibandingkan
dengan perlakuan lainnya, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tinggi
tanaman. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Yuliani dkk.
(2017), yang menyatakan bahwa pupuk organik cair urin kelinci memiliki
keunggulan pada kandungan unsur hara nitrogen (N) yang tinggi untuk
mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga dapat memaksimalkan
pertumbuhan tinggi tanaman. Disisi lain Wibawa (2013), berpendapat

31
nutrisi hidroponik AB Mix adalah pupuk yang telah diformulasikan
khusus dari garam - garam mineral yang larut dalam air, juga
mengandung unsur hara penting yang diperlukan tanaman untuk
menunjang pertumbuhan tinggi tanaman bila diaplikasikan dalam
konsentrasi yang tepat.
2. Parameter Diameter Batang
Pada parameter diameter batang (Tabel 4.2) umur 20 HST
perlakuan konsentrasi AB Mix 1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2)
berpengaruh nyata menuai nilai diameter batang yang lebih tinggi bila
dibandingkan perlakuan konsentrasi AB Mix 1800ppm (P1), namun tidak
berpengaruh nyata bila dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi AB
Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l (P3). Pada umur 30 HST nilai
perlakuan konsentrasi AB Mix 1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2)
berpengaruh nyata menuai nilai diameter batang yang lebih tinggi dari
nilai perlakuan konsentrasi AB Mix 1800ppm (P1) dan konsentrasi AB
Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l (P3), selanjutnya nilai perlakuan
konsentrasi AB Mix 1800ppm (P1) berpengaruh nyata menuai nilai
diameter batang yang lebih tinggi dari nilai perlakuan konsentrasi AB
Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l (P3) namun tidak melampaui
perlakuan konsentrasi AB Mix 1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2).
Perlakuan konsentrasi AB Mix 1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2)
menuai nilai pertumbuhan diameter batang yang terbaik, hal ini
dikarenakan perlakuan tersebut mampu memberikan unsur hara yang
lengkap dan berada pada jumlah yang optimal serta seimbang bila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga dapat menunjang
pertumbuhan diameter batang tanaman. Hasil penelitian ini sejalan
dengan pernyataan Hambali dkk. (2018), yang menyatakan bahwa pupuk
organik cair urin kelinci yang telah terdekomposisi sempurna dapat
mencukupi ketersediaan unsur hara yang diperlukan, sehingga dapat
diserap oleh akar untuk menunjang pertumbuhan diameter batang
tanaman. Disisi lain Muhadiansyah dkk. (2016), berpendapat bahwa

32
penambahan POC pada nutrisi AB Mix dengan konsentrasi yang sesuai
bagi tanaman mampu memaksimalkan pertumbuhan tanaman baik tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun.
Penelitian yang dilakukan oleh Hambali dkk. (2018), menunjukkan
bahwa kombinasi antara pupuk organik cair urin kelinci dengan AB Mix
memberikan pengaruh nyata yang lebih baik terhadap parameter
pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang.
3. Parameter Jumlah Daun
Pada parameter jumlah daun (Tabel 4.3) umur 10, 20, 30, dan 40
HST menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Hal ini dikarenakan unsur
hara yang tersedia dalam perlakuan konsentrasi AB Mix 1800ppm (P1),
konsentrasi AB Mix 1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2), dan konsentrasi
AB Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l (P3) mampu untuk menunjang
pertumbuhan daun dan memicu pertumbuhan daun muda.
4. Parameter Panjang Helai Daun dan Lebar Helai Daun
Pada parameter panjang helai daun (Tabel 4.4) dan lebar helai daun
(Tabel 4.5) umur 30 HST menunjukkan perlakuan konsentrasi AB Mix
1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2) dan konsentrasi AB Mix 1800ppm
(P1) berpengaruh nyata menuai nilai panjang helai daun dan lebar helai
daun yang lebih tinggi bila dibandingkan perlakuan konsentrasi AB Mix
600ppm + urin kelinci 15ml/l (P3). Pada umur 40 HST menunjukkan
tidak ada pengaruh nyata, hal ini dikarenakan tanaman sudah mencapai
pertumbuhan maksimalnya.
Perlakuan konsentrasi AB Mix 1800ppm (P1) dan konsentrasi AB
Mix 1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2) menunjukkan pengaruh nilai
pertumbuhan panjang helai daun (Tabel 4.4) dan lebar helai daun (Tabel
4.5) yang cukup kompetitif pada umur 30 HST. Hal ini dikarenakan
kedua perlakuan tersebut dapat mencukupi kebutuhan unsur hara yang
lengkap dan berada pada jumlah yang optimal serta seimbang bila
dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi AB Mix 600ppm + urin
kelinci 15ml/l (P3) pada parameter panjang helai daun dan lebar helai

33
daun, Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Prastowo (2013),
yang menyatakan bahwa kandungan nitrogen (N) yang cukup dalam
pupuk akan meningkatkan laju sintesis protein pada jaringan tanaman,
selanjutnya sebagian karbohidrat sebagai energi dan sebagian protein
akan digunakan untuk pertumbuhan tinggi tanaman juga sebagian
digunakan untuk aktivitas pertumbuhan lainnya seperti perpanjangan
daun dan pelebaran daun.
5. Parameter Bobot Segar dan Bobot Kering
Pada parameter bobot segar (Tabel 4.6) dan bobot kering (Tabel 4.7)
umur 45 HST menunjukkan nilai perlakuan konsentrasi AB Mix
1800ppm (P1) berpengaruh nyata menuai nilai bobot segar dan bobot
kering yang lebih tinggi dari nilai perlakuan konsentrasi AB Mix
1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2) dan konsentrasi AB Mix 600ppm +
urin kelinci 15ml/l (P3), selanjutnya nilai perlakuan konsentrasi AB Mix
1200ppm + urin kelinci 10ml/l (P2) berpengaruh nyata menuai nilai bobot
segar dan bobot kering yang lebih tinggi dari nilai perlakuan konsentrasi
AB Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l (P3) namun tidak melampaui
perlakuan konsentrasi AB Mix 1800ppm (P1).
Pada parameter bobot segar dan bobot kering, perlakuan
konsentrasi AB Mix 1800ppm (P1) menuai nilai bobot segar dan bobot
kering yang terbaik, hal ini dikarenakan perlakuan tersebut mampu
memberikan unsur hara makro terutama nitrogen (N) yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Terpenuhinya unsur hara
tersebut dengan diiringi penyinaran cahaya matahari yang cukup akan
meningkatkan hasil fotosintesis atau fotosintat yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada parameter bobot segar dan
bobot kering. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Sarif dkk.
(2015), yang menyatakan bahwa tanaman memerlukan energi maupun
unsur hara terutama nitrogen (N) yang cukup untuk meningkatkan jumlah
dan ukuran sel sehingga dapat memaksimalkan bobot segar dan
kandungan air pada tanaman, hal ini dikarenakan kadar air yang

34
terkandung dalam tanaman berperan dalam peningkatan turgiditas sel
untuk pembesaran sel. Disisi lain, peningkatan bobot kering tanaman
dipengaruhi oleh tercukupinya unsur hara nitrogen (N) yang diserap oleh
tanaman. Nitrogen (N) berperan dalam proses penyusunan protein,
sehingga akan memacu pembelahan jaringan meristem, pertumbuhan akar,
dan perkembangan daun. Peningkatan bobot kering tanaman tanaman
juga mengindikasikan bahwa tanaman mampu memaksimalkan efisiensi
pada saat berlangsungnya proses fotosintesis, hal ini turut memacu
perkembangan sel - sel pada jaringan tanaman, sehingga dapat
memaksimalkan biomassa tanaman.

B. Faktor Intermittent
Faktor Intermittent (I) menunjukkan pengaruh nyata pada parameter
tinggi tanaman (10, 30 dan 40 HST), jumlah daun (30 dan 40 HST) panjang
helai daun (10 dan 30 HST), dan lebar helai daun (30 dan 40 HST).
1. Parameter Tinggi Tanaman
Pada parameter tinggi tanaman (Tabel 4.1) umur 30 HST
menunjukkan perlakuan pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit
dialirkan selama 15 menit (I2) dan pemutusan aliran nutrisi selama 30
menit dialirkan selama 15 menit (I3) berpengaruh nyata menuai nilai
tinggi tanaman yang lebih tinggi bila dibandingkan perlakuan pemutusan
aliran nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit (I1). Pada umur
10 dan 40 HST perlakuan pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit
dialirkan selama 15 menit (I2) berpengaruh nyata menuai nilai tinggi
tanaman yang lebih tinggi bila dibandingkan perlakuan pemutusan aliran
nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit (I1), namun tidak
berpengaruh nyata bila dibandingkan dengan perlakuan pemutusan aliran
nutrisi selama 30 menit dialirkan selama 15 menit (I3).
Perlakuan pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan
selama 15 menit (I2) menuai nilai pertumbuhan tinggi tanaman yang
terbaik, hal ini dikarenakan perlakuan tersebut memberikan suplai

35
oksigen (02) yang cukup pada akar tanaman bila dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tinggi
tanaman. Dalam hal ini, aerator yang diletakkan dalam tampungan nutrisi
selalu dalam keadaan aktif, namun ketika pompa air tidak aktif maka
aliran oksigen (O2) yang dihasilkan oleh aerator di dalam tampungan juga
akan ikut terhenti, sehingga suplai oksigen (O2) pada akar tanaman juga
terhenti. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Wibowo (2020)
yang menyatakan bahwa oksigen terlarut sebagai faktor pembatas
pertumbuhan tanaman yang terkandung dalam larutan nutrisi diperlukan
oleh tanaman untuk proses respirasi akar. Proses respirasi akan
menghasilkan energi yang digunakan untuk penyerapan air dan hara pada
larutan nutrisi. Apabila suplai oksigen terlarut dalam larutan nutrisi
dibatasi, maka akan mengganggu proses respirasi pada akar tanaman,
sehingga pertumbuhan tinggi tanaman akan terhambat. Pendapat tersebut
didukung oleh pernyataan Fauzi dkk. (2013), yang menyatakan bahwa
peningkatan konsentrasi oksigen (O2) terlarut yang sesuai dalam media
tumbuh hidroponik menunjukkan bahwa kondisi fisik dan kimia media
tumbuh lebih baik bila dibandingkan dengan media tumbuh yang
kekurangan suplai oksigen (O2). Kedua pendapat tersebut sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningrum dkk. (2014), yang
menunjukkan bahwa penerapan Intermitten dengan pemutusan aliran
nutrisi selama 60 menit dan dialirkan selama 15 menit pada tanaman sawi
(Brassica juncea L.) dengan sistem hidroponik Deep Flow Technique
(DFT) menuai hasil tertinggi pada parameter tinggi tanaman.
2. Parameter Diameter Batang
Pada parameter diameter batang (Tabel 4.2) umur 10, 20, 30, dan
40 HST menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Hal ini dikarenakan
ketersediaan oksigen dalam larutan nutrisi pada perlakuan pemutusan
aliran nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit (I1), pemutusan
aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan selama 15 menit (I2), dan
pemutusan aliran nutrisi selama 30 menit dialirkan selama 15 menit (I3)

36
mampu untuk mencukupi kebutuhan tanaman untuk menunjang
pertumbuhan diameter batang dengan baik.
3. Parameter Jumlah Daun
Pada parameter jumlah daun (Tabel 4.3) umur 30 dan 40 HST
menunjukkan perlakuan pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit
dialirkan selama 15 menit (I2) berpengaruh nyata menuai nilai jumlah
daun yang lebih tinggi bila dibandingkan perlakuan pemutusan aliran
nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit (I1) dan pemutusan
aliran nutrisi selama 30 menit dialirkan selama 15 menit (I3).
Perlakuan pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan
selama 15 menit (I2) menuai nilai jumlah daun terbaik bila dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Pengaruh nyata ini sama baiknya dengan
parameter tinggi tanaman. Hal ini mengindikasikan bahwa aliran nutrisi
dan kandungan oksigen yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan
oleh akar untuk proses respirasi akar secara optimal, sehingga dapat
memaksimalkan akar dalam proses penyerapan nutrisi. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzi dkk. (2013), yang
menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan tanaman searah dengan
suplai oksigen (O2) dalam jumlah yang sesuai pada media tanam. Dengan
demikian, suplai oksigen (O2) yang cukup pada zona perakaran tanaman
dapat merangsang respirasi akar untuk mengoptimalkan penyerapan unsur
hara pada media tanam. Disisi lain, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ningrum dkk. (2014), menunjukkan bahwa pada perlakuan pemutusan
aliran nutrisi selama 30 menit dan dialirkan selama 15 menit mengalami
evapotranspirasi yang tertinggi, hal ini diduga karena pengaruh aerasi
yang kontinyu sehingga meningkatkan pengadukan dan turbulensi yang
berakibat pada peningkatan laju evaporasi.
4. Parameter Panjang Helai Daun
Pada parameter panjang helai daun (Tabel 4.4) umur 10 HST
menunjukkan perlakuan pemutusan aliran nutrisi selama 30 menit
dialirkan selama 15 menit (I3) berpengaruh nyata menuai nilai panjang

37
helai daun yang lebih tinggi bila dibandingkan perlakuan pemutusan
aliran nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit (I1). Hal ini
disebabkan karena pada saat masa awal pindah tanam, kondisi tanaman
pada perlakuan pemutusan aliran nutrisi selama 90 menit dialirkan selama
15 menit (I1) mengalami stres pada periode kritis tanaman karena
minimnya suplai kandungan oksigen dalam larutan nutrisi, sehingga
respirasi akar menjadi terhambat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
pernyataan Ahmad dkk. (2015), yang menyatakan bahwa Tanaman sawi
adalah tanaman yang berumur pendek, apabila faktor pembatas
pertumbuhan tanaman tidak terpenuhi maka akan menghambat
pertumbuhan, khususnya selama periode kritis tanaman yaitu umur 0-15
hari setelah tanam. Hasil ini juga mendukung data parameter lebar helai
daun, dimana tidak terpenuhinya faktor pembatas dalam hal ini suplai
oksigen (O2) pada periode kritis tanaman, maka akan menghambat
pertumbuhan tanaman.
5. Lebar Helai Daun
Pada parameter lebar helai daun (Tabel 4.5) umur 30 dan 40 HST
menunjukkan perlakuan pemutusan aliran nutrisi selama 30 menit
dialirkan selama 15 menit (I3) berpengaruh nyata menuai nilai lebar helai
daun yang lebih tinggi bila dibandingkan perlakuan pemutusan aliran
nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit (I1). Hal ini
dikarenakan perlakuan tersebut memperoleh selang waktu pengaliran
nutrisi yang lebih lama dari perlakuan lainnya, sehingga suplai oksigen
(O2) pada perakaran tanaman menjadi sangat terbatas yang berakibat pada
terhambatnya proses respirasi dan penyerapan nutrisi pada akar juga
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan termasuk lebar helai daun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Hodson dan Bryant (2012)
yang menyatakan bahwa perakaran tanaman yang kekurangan suplai
oksigen (O2) pada kondisi tercekam genangan, maka respirasi aerob
berubah menjadi respirasi anaerob sehingga menyebabkan kerusakan
bahkan kematian sel pada tanaman. Kematian sel mulai terjadi pada

38
daerah perakaran tanaman secara terpusat akibat cekaman genangan,
sehingga pertumbuhan tanaman secara keseluruhan akan terhambat
karena terganggunya proses respirasi dan penyerapan nutrisi pada akar
tanaman.
6. Parameter Bobot Segar dan Bobot Kering
Pada parameter bobot segar (Tabel 4.6) dan bobot kering (Tabel 4.7)
umur 45 HST menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Hal ini
dikarenakan ketersediaan oksigen dalam larutan nutrisi pada perlakuan
pemutusan aliran nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit (I1),
pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan selama 15 menit (I2),
dan pemutusan aliran nutrisi selama 30 menit dialirkan selama 15 menit
(I3) tidak berperan secara langsung dalam penambahan biomassa
tanaman.

C. Interaksi Antara Konsentrasi Nutrisi dengan Intermittent


Interaksi antara konsentrasi nutrisi dengan Intermiten berpengaruh
nyata terhadap seluruh parameter pengamatan. Pengaruh nyata tersebut
menunjukkan bahwa terdapat aktivitas yang saling mendukung antara
konsentrasi nutrisi dengan Intermittent terhadap pertumbuhan tanaman kailan
(Brassica oleracea L.) pada sistem hidroponik Deep Flow Technique (DFT).
Dalam hal ini, apabila konsentrasi nutrisi yang diberikan kepada tanaman
sudah sesuai, pertumbuhan tanaman belum dapat dimaksimalkan jika suplai
oksigen (O2) yang terkandung dalam nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan akar tanaman untuk melakukan proses respirasi, sehingga
penyerapan nutrisi belum dapat dimaksimalkan oleh akar. Hasil penelitian ini
menunjukkan kombinasi perlakuan konsentrasi nutrisi 1200ppm + pupuk
organik cair 10ml/l dengan pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dan
dialirkan selama 15 menit mampu memberi pengaruh yang terbaik bagi
pertumbuhan tanaman kailan (Brassica oleracea L.).

39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Konsentrasi nutrisi AB Mix 1200ppm + urin kelinci 10ml/l menunjukkan
nilai pertumbuhan tanaman terbaik pada parameter tinggi tanaman
2. Pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dan dialirkan selama 15 menit
(I2) secara intermittent menunjukkan nilai pertumbuhan terbaik pada
parameter parameter tinggi tanaman dan jumlah daun.
3. Terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi nutrisi dengan pemutusan
aliran nutrisi secara terputus (intermittent) terhadap parameter tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang helai daun, lebar helai
daun, bobot segar, dan bobot kering tanaman kailan (Brassica oleracea
var. Full White) secara hidroponik DFT (Deep Flow Technique).

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh konsentrasi

nutrisi AB mix + urin kelinci dan berbagai variasi perlakuan pemutusan

aliran nutrisi secara terputus (intermittent) untuk memaksimalkan

pertumbuhan tanaman kailan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S.P., S.B. Fitria, dan P. Wawan. 2015 Respon Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Berdasarkan Waktu Penyiangan
dan Jarak Tanam. Gorontalo: Jurnal Agroteknotropika 2:79-88.

Ainy, S. dan Sitawati. 2019. Pengaruh Umur Bibit pada Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kailan (Brassica oleracea L.) Sistem Ratun Secara
Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique). Malang: Jurnal Produksi
Tanaman 7:1742-1751.

Alviani. P. 2015. Bertanam Hidroponik untuk Pemula. Bibit Publisher. Jakarta


152 hlm.

Anisa, Febri, dan Leni. 2016. Urban Farming bertani kreatif sayur, hias, & buah.
Penebar Swadaya. Jakarta. 144 hlm.

Asra, R.R.A., M. Samarlina, dan Silalahi. 2020. Hormon Tumbuhan. UKI Press.
Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Produksi Tanaman Sayuran. Kementrian


Pertanian. Jakarta. https://www.bps.go.id/ indicator/55/61/1/produksi -
tanaman - sayuran.html. [30 Maret 2021]

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2013. Inovasi


Teknologi Penanganan Limbah. Kementrian Pertanian Badan Litbang
Pertanian Indonesia. http:// www.litbang.pertanian.go.id/download/396/
[2 Februari 2021]

Data Pokok Kabupaten Bantul. 2020. Kondisi Klimatologi.


https://bantulkab.go.id/data_pokok/index/0000000021/kondisi-klimatol
ogi.html. [23 Januari 2021]

Fauzi, R., E.T.S. Putra, dan E. Ambarwati. 2013. Pengayaan Oksigen di Zona
Perakaran untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca
sativa L.) Secara Hidroponik. Yogyakarta: Jurnal Vegetalika. 4:63–74.

Fitmawati, S. Isnain, N. Fatonah, N. Sofiyanti, dan R.R. Mustika. 2018.


Penerapan Teknologi Hidroponik Sistem DFT (Deep Flow Technique)
sebagai Usaha Peningkatan Pendapatan Petani di Desa Sungai Bawang.
Riau: Journal of Empowerment 1:23-29.

Ginting, C. 2016. Teknik Budidaya Tanpa Tanah “Tanaman Hortikultura” Solusi


untuk Pertanian Kota. Lintang Pustaka Utama. Yogyakarta.
Hambali, P.F., W.E. Murdiono, dan Koesriharti. 2018. Pengaruh Substitusi AB
Mix Dengan Pupuk Organik Cair Kelinci pada Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Selada Merah (Lactuca Sativa L.) Dengan Sistem Rakit
Apung. Malang: Jurnal Produksi Tanaman 6:3096-3105.

Haryadi, D., H. Yetti, dan Yoseva, S. 2015. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis
Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica
alboglabra L.). Riau: Jom Faperta 2:1-10.

Hodson, M.J. dan J.A. Bryant. 2012. Functional Biology of Plants. USA : Willey
Blackwell, A John Willey & Sons, Ltd., Publication.

Krisnawati, D., S. Triyono, dan M.Z. Kadir. 2014. Pengaruh Aerasi Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Baby Kailan (Brassica oleraceae var. achepala)
pada Teknologi Hidroponik Sistem Terapung di Dalam dan di Luar
Greenhouse. Lampung: Jurnal Teknik Pertanian 3:213-222.

Lakitan, B. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali press. Jakarta.

Muhadiansyah, T.O., Setyono, dan S.A. Admiharja. 2016. Efektifitas


Pencampuran Pupuk Organik Cair dalam Nutrisi Hidroponik pada
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Bogor:
Jurnal Agronida. 1:37-46.

Ningrum, D.Y., S. Triyono., dan A. Tusi. 2014. Pengaruh Lama Aerasi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juneca L.) pada
Hidroponik DFT (Deep Flow Technique). Lampung: Jurnal Teknik
Pertanian 3:83-90.

Prastowo, B., E. Patola, dan Surwono. 2013. Pengaruh Cara Penanaman dan Dosis
Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Daun
(Lactuca sativa L.). Surakarta: Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian
12:41-52.

Rajak, O., J.R. Patty, dan J.I. Nendissa. 2016. Pengaruh Dosis dan Interval Waktu
Pemberian Pupuk Organik Cair BMW Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Maluku: Jurnal
Budidaya Pertanian 12:66-73.

Roidah, I.S. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.


Tulungagung: Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo 1:43-49.

Rosdiana. 2015. Pertumbuhan Tanaman Pakcoy Setelah Pemberian Pupuk Urin


Kelinci. Jakarta: Jurnal Matematika, Saint, dan Teknologi 16:1-9.
Saleh, I., S.S. Ningrum, dan D. Budirokhman. 2019. Pengaruh Interval Aliran
Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca
sativa) pada Sistem Deep Flow Technique. Cirebon: Agroscript
1:36-40.

Samadi, B. 2013. Budidaya Intensif Kailan Secara Organik dan Anorganik.


Pustaka Mina. Jakarta. 107 hlm.

Samanhudi dan D. Harjoko. 2010. Pengaturan Komposisi Nutrisi dan Media


dalam Budidaya Tanaman Tomat Dengan Sistem Hidroponik. Surakarta:
Jurnal Ilmiah Pertanian Biofarm 13:1-10.

Sanger, G. 2017. Bioteknologi Hasil Perikanan. Lembaga Penelitian dan


Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPKM) Universitas Sam Ratulangi.
Manado. 236 hlm.

Sarif, P., A. Hadid, dan I. Wahyudi. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea.
Palu: e-J. Agrotekbis 5:585-591.

Sastro, Y. dan A.R. Nofi. 2016. Hidroponik Sayuran di Perkotaan. BPTP. Jakarta.
hlm 18-19.

Siregar, M. 2017. Respon Pemberian Nutrisi AB Mix pada Sistem Tanam


Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi
(Brassica Juncea). Medan: Journal of Animal Science and Agronomy
Panca Budi 2:18-24.

Suharyon dan E. Susilawati. 2012. Teknologi Budidaya Kailan dalam Pot. BPPT.
Jambi.

Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
18 hlm.

Sundari, I. Raden, dan U.S. Hariadi. 2016. Pengaruh POC dan AB Mix
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica
chinensis L.) Dengan Sistem Hidroponik. Kutai: Magrobis Jurnal
16:9-19.

Susilo, I.B. 2019. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk
Organik Cair Terhadap Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)
Dengan Sistem Hidroponik DFT. Jember: Berkala Ilmiah Pertanian 2:
34-41.
Tando, E. 2019. Pemanfaatan Teknologi Greenhouse dan Hidroponik sebagai
Solusi Menghadapi Perubahan Iklim dalam Budidaya Tanaman
Hortikultura. Sulawesi Tenggara: Buana Sains 19: 91-102.

Vidianto, D.Z., S. Fatimah, dan C. Wasonowati. 2012. Penerapan Panjang Talang


dan Jarak Tanam Dengan Sistem Hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) pada Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra).
Madura: Agrovigor 6:128-135.

Wahyuni, E.S. 2017. Pengaruh Konsentrasi Nutrisi Hidroponik DFT Terhadap


Pertumbuhan Sayuran Sawi. Jakarta: Jurnal Bioshell 6:333-339.

Wibawa, I. 2013. Pupuk nutrisi hidroponik ab mix. http// imamwibawa.


blogspot.co.id /2013/05/pupuk-nutrisi-hidroponik-abmix.html?m=1().
[7 Desember 2021]

Wibowo, S. 2020. Pengaruh Aploikasi Tiga Model Hidroponik DFT Terhadap


Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.). Banjarnegara: Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem. 3:245-252.

Yuliani, I., S.D. Utami, dan I. Efendi. 2017. Pengaruh Kombinasi Pupuk Kandang
dengan Urea terhadap Pertumbuhan Sawi (Brassica juncea L.).
Mataram: Bioscientist 6:10-18.
LAMPIRAN
LAMPIRAN I

TATA LETAK PENELITIAN

ULANGAN 1 ULANGAN 2 ULANGAN 3

P2 P1 P3 P1 P3 P2 P3 P1 P2

I3 I1 I1 I3 I1 I2 I3 I2 I1
I1 I2 I2 I2 I3 I1 I1 I3 I3
I2 I3 I3 I1 I2 I3 I2 I1 I2

Keterangan :

Main plot :
P1 = Konsentrasi AB Mix 1800ppm + urin kelinci 0ml/l
P2 = Konsentrasi AB Mix 1200ppm + urin kelinci 10ml/l
P3 = Konsentrasi AB Mix 600ppm + urin kelinci 15ml/l
Sub Plot :
I1 = Pemutusan aliran nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit
I2 = Pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan selama 15 menit
I3 = Pemutusan aliran nutrisi selama 30 menit dialirkan selama 15 menit
LAMPIRAN II
TATA LETAK INSTALASI HIDROPONIK

P1I3 P1I2
P2I3

P1I1

P3I1

P2I1

P3I3

P2I2

P3I2

ULANGAN 1 ULANGAN 2 ULANGAN 3


LAMPIRAN III

TATA LETAK TANAMAN DALAM SATU UNIT PENELITIAN

10 cm Keterangan :

 S : Tanaman Sampel
20 cm

 : Tanaman Kailan
S

10 cm  : Pipa PVC ukuran panjang 200cm x


lebar 20cm

 Jarak antar tanaman: 20 cm


 Jumlah tanaman setiap pipa PVC: 10
 Panjang pipa PVC 200 cm
 Lebar pipa PVC 20cm
200 cm
S

20 cm
LAMPIRAN IV

PEMUTUSAN ALIRAN NUTRISI SECARA TERPUTUS (Intermittent)


DALAM KURUN WAKTU 24 JAM

Keterangan :
= Nutrisi dialirkan = Satu kolom mewakili 15 menit

= Aliran nutrisi diputus

I3 = Pemutusan aliran nutrisi selama 30 menit dialirkan selama 15 menit

Selama kurun waktu 24 jam, total waktu pemutusan aliran nutrisi


dilakukan selama 1.234 menit atau 20 jam 34 menit, sedangkan total
waktu pengaliran nutrisi dilakukan selama 205 menit atau 3 jam 25
menit

I2 = Pemutusan aliran nutrisi selama 60 menit dialirkan selama 15 menit

Selama kurun waktu 24 jam, total waktu pemutusan aliran nutrisi


dilakukan selama 1.152 menit atau 19 jam 12 menit, sedangkan total
waktu pengaliran nutrisi dilakukan selama 288 menit atau 4 jam 48
menit

I1 = Pemutusan aliran nutrisi selama 90 menit dialirkan selama 15 menit

Selama kurun waktu 24 jam, total waktu pemutusan aliran nutrisi


dilakukan selama 960 menit atau 16 jam, sedangkan total waktu
pengaliran nutrisi dilakukan selama 480 menit atau 8 jam
LAMPIRAN V

DESKRIPSI KAILAN VARIETAS FULL WHITE

Golongan varietas : bersari bebas


Kemurnian : 95%
Daya kecambah : 85%
Umur panen : 40 – 50 hari setelah pindah tanam
Tinggi tanaman : 30 – 35 cm
Bentuk penampang batang : bulat
Diameter batang : tebal
Warna batang : hijau muda
Bentuk daun : bulat
Warna daun : hijau tua
Kerenyahan daun : renyah
Rasa daun : tidak pahit
Bentuk biji : bulat agak pipih
Warna biji : coklat kehitaman
Bobot 1.000 biji : 1,3 – 1,5 g
Bobot per tanaman : 175,0 – 185,0 g
Daya simpan kalian pada suhu : 20 – 21oC 4 – 6 hari setelah panen
Hasil kailan : 27,1 – 30,1 ton/ha
Populasi per hektar : 150.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 500 – 700 g
Produsen : PT. KNOW YOU SEED INDONESIA
Sumber :https://lite.shopee.co.id/Benih-Bibit-Sawi-Kailan-Full-White--Known-Y
ou-Seed--i.263588690.6641259735?smtt=307.1.2&gclid=Cj0KCQjwk4
yGBhDQARIsACGfAevm1Bdv2FKnVG4J8ESxtO3Mpi8AVI0eI6iueo
H-f5o6j_HWznHNt4saAlUxEALw_wcB
LAMPIRAN VI

NUTRISI HIDROPONIK AB MIX

Sumber :
https://www.bukalapak.com/p/rumah-tangga/furniture-interior/furniture-lainnya/1
nyvawy-jual-nutrisi-pupuk-hidroponik-ab-mix-j-mix-sayur-daun-pekatan-500-ml
LAMPIRAN VII

DESKRIPSI NUTRISI ORGANIK URIN KELINCI MEREK BIOURINE


EFEKTIF BOOSTER

Produsen : UD. AGRINDO BERKAH TANI


Proses produksi : diproses secara aerasi dengan metode fermentasi
aerob
Manfaat : 1. sebagai pupuk cair alami (organik)/non-kimia
dan hormon pertumbuhan tanaman
2. sebagai pestisida nabati untuk
penanggulangan hama (insektisida) dan ulat
Dosis pemakaian : sebagai larutan nutrisi hidroponik diberikan
10ml/l
Komposisi : 100% fermentasi urin kelinci
NETTO : 1L

Sumber :
https://shopee.co.id/Biourine-Efektif-Booster-POC-Hormon-Tanaman-i.71000468.
3268443217
LAMPIRAN VIII

POMPA AIR AA - 105

Spesifikasi :
Power : 50 watt
Ketinggian max : 3 Meter
Kapasitas. max : 3000 Liter /jam
Arus Listrik : AC 220-240V 50Hz/60Hz
Sumber :
https://lite.shopee.co.id/AA105-AA-105-Sakkai-Pro-Pompa-Aquarium-Powerhea
d-Kolam-Ikan-Akr-Mancur-3000-Ltr-H-max-3Mtr-i.12657835.6549639663?smtt
=307.1.2&gclid=Cj0KCQjwk4yGBhDQARIsACGfAes2EQrjR0nYLoE0mX7C0
GdMwNjzBQocXFRY0ja7SJo3LQwIRsRjBxUaAr9nEALw_wcB
LAMPIRAN IX

KATUP POMPA 0,5inc (One Way Valve)

Prinsip kerja :
Pada pipa hisap sebuah mesin pompa air, tusen klep berfungsi sebagai
penahan aliran air yang telah berada pada pipa agar tidak kembali turun ke bawah.
Ketika mesin pompa bekerja menghisap air, maka klep akan terbawa aliran
sehingga dapat terbuka dan bertumpu pada dudukannya sampai mesin berhenti
menghisap kemudian klep menutup kembali dengan sempurna.

Sumber :
https://lite.shopee.co.id/Tusen-Klep-1-2-3-4-1-Inci-Inch-Tosen-Tossen-Pvc-i.196
130788.9906881482?smtt=307.1.2&gclid=Cj0KCQjwk4yGBhDQARIsACGfAetl
Z1gihmHPMEtvTnz5OsySvEanoLV7dQB8me1gJAAprutCelSoA1QaAnWiEAL
w_wcB
LAMPIRAN X

TABEL SIDIK RAGAM

Lampiran X.1 Tabel Sidik Ragam Parameter Timggi Tanaman

Umur 10 HST

Umur 20 HST

Umur 30 HST
Umur 40 HST

Keterangan : P : Konsentrasi Nutrisi IP : Interaksi antar faktor


I : Intermittent
TN : Tidak berpengaruh nyata
* : Berpengaruh nyata

Lampiran X.2 Tabel Sidik Ragam Parameter Diameter Batang

Umur 10 HST

Umur 20 HST
Umur 30 HST

Umur 40 HST

Keterangan : P : Konsentrasi Nutrisi IP : Interaksi antar faktor


I : Intermittent
TN : Tidak berpengaruh nyata
* : Berpengaruh nyata

Lampiran X.3 Tabel Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun


Umur 10 HST
Umur 20 HST

Umur 30 HST

Umur 40 HST

Keterangan : P : Konsentrasi Nutrisi IP : Interaksi antar faktor


I : Intermittent
TN : Tidak berpengaruh nyata
* : Berpengaruh nyata
Lampiran X.4 Tabel Sidik Ragam Parameter Panjang Helai Daun

Umur 10 HST

Umur 20 HST

Umur 30 HST
Umur 40 HST

Keterangan : P : Konsentrasi Nutrisi IP : Interaksi antar faktor


I : Intermittent
TN : Tidak berpengaruh nyata
* : Berpengaruh nyata
Lampiran X.5 Tabel Sidik Ragam Parameter Lebar Helai Daun

Umur 10 HST

Umur 20 HST

Umur 30 HST
Umur 40 HST

Keterangan : P : Konsentrasi Nutrisi IP : Interaksi antar faktor


I : Intermittent
TN : Tidak berpengaruh nyata
* : Berpengaruh nyata

Lampiran X.6 Tabel Sidik Ragam Parameter Bobot Segar Umur 45 HST

Keterangan : P : Konsentrasi Nutrisi IP : Interaksi antar faktor


I : Intermittent
TN : Tidak berpengaruh nyata
* : Berpengaruh nyata
Lampiran X.7 Tabel Sidik Ragam Parameter Bobot Kering Umur 45 HST

Keterangan : P : Konsentrasi Nutrisi IP : Interaksi antar faktor


I : Intermittent
TN : Tidak berpengaruh nyata
* : Berpengaruh nyata
LAMPIRAN XI

CONOTH PERHITUNGAN BOBOT SEGAR

A. Tabel Pembantu Main Plot Terhadap Subplot

B. Tabel Pembantu Main Plot Terhadap Ulangan


C. Faktor Koreksi
(577) 2 332.929

FK= = = = 12.330.704
3x3x3 27

D. Derajat Bebas
 Derajat Bebas Ulangan =r–1 = 3-1=2
 Derajat Bebas P =k–1 = 3-1=2
 Derajat Bebas Galat P = (r – 1) x (j – 1) = 2x2=4
 Derajat Bebas I =m–1 = 3-1=2
 Derajat Bebas IxP = (k – 1) × (m – 1) = 2×2=4
 Derajat Bebas Galat I = r x (k-1) x (m-1) = 3 x 2 x 2 = 12
 Derajat Bebas Total = (r × k × m) – 1 = (3 × 3 × 3) – 1 = 26

E. Jumlah Kuadrat
 JK Ulangan

(173 2 + 203,33 2 + 200,67 2)


= - 12.330.704 =62,69135802
3x3

 JK P

(480,63 2 + 192,33 2 +161,67 2)

= = - 12.330.704 = 208,9876543
3x3

 JK G (P)

= 〖∑(RT)^2/(P) - FK - JK Ulangan - JK Faktor P

= (702 + 76,33 2 +76,67 2+...+56,33 2) - 12.330.704 - 62,69135802 - 208,9876543


3x3

= 7,728395062
 JK I

(189,33 2 + 194 2 +193,67 2)

= = - 12.330.704 = 1,50617284
3x3

 JK I x P

= 〖∑(JP)^2/r – FK – JK ulangan – JK I

782 + 62,672 + 82,332+…+632


= - FK – JK ulangan – JK M
3
= 411,3580247

 JK G (I)
= JK Total – JK Ulangan – JK Faktor P – JK Faktor I - JK IxP
= 840,7407407 - 62,6913 - 208,9876543 - 31,84 - 1,50617284 - 411,3580247
= 148,4691358
F. Kuadrat Total
JK Ulangan 62,6913580
 Kuadrat Tengah Ulangan = DB = = 31,345679
2
Ulangan
JK P 208,987654
 Kuadrat Tengah P = = = 104,493827
DB p 2
JK I 1,50617284
 Kuadrat Tengah I = = = 0,75308642
DB I 2
JK In. IP 411,358024
 Kuadrat Tengah interaksi I x P = = = 102,839506
DB In. IP 4
JK Galat P 7,72839506
 Kuadrat Tengah Galat P = = = 1,93209876
DB Galat P 4
= JK Galat I = 148,469135
 Kuadrat Tengah Galat I = 12,3724279
DB Galat I 2

G. F Hitung
KT Ulangan 31,345679
6) F Hitung Ulangan = = = 16,22364217
KT Galat P 1,93209876

KT P 104,493827
7) F Hitung P = = = 54,083067
KT Galat P 1,93209876

KT I 0,75308642
8) F Hitung I = = = 0,060868119
KT Galat I 12,3724279

KT In. IP 102,839506
9) F Hitung I x P = = = 8,311990687
KT Galat I 12,3724279
H. Tabel Anova Bobot Segar

Keterangan : P : Konsentrasi Nutrisi IP : Interaksi antar faktor


I : Intermittent
TN : Tidak berpengaruh nyata
* : Berpengaruh nyata

I. Uji Lanjut DMRT


J. TABEL F 5%
DAFTAR GAMBAR
PEMBUATAN MEDIA TANAM DAN PENYEMAIAN

Gambar 1. Pembuatan Gambar 2. Peletakan


media tanam media tanam pada tray

Gambar 3. Gambar 4. penanaman


Penyemprotan nutrisi benih tanaman kailan
pada media tanam
PENGAMATAN 10 HST

Gambar 5. Gambar 6.
Pengamatan tinggi Pengamatan panjang
tanaman 10 HST helai daun umur 10
HST

Gambar 7. Tanaman
kailan pada saat umur
10 HST

Gambar 8. Gambar 9.
Pengamatan diameter Pengamatan lebar
batang tanaman 10 helai daun umur 10
HST HST
PENGAMATAN 20 HST

Gambar 10. Gambar 11.


Pengamatan tinggi Pengamatan panjang
tanaman 20 HST helai daun umur 20
HST

Gambar 12. Proses


pengamatan tanaman
kailan pada saat umur
20 HST

Gambar 13. Gambar 14.


Pengamatan diameter Pengamatan lebar
batang tanaman 20 helai daun umur 20
HST HST
PENGAMATAN 30 HST

Gambar 15. Gambar 16.


Pengamatan tinggi Pengamatan panjang
tanaman 30 HST helai daun umur 30
HST

Gambar 17. Gambar 18.


Pengamatan diameter Pengamatan lebar
batang tanaman 30 helai daun umur 30
HST HST
PENGAMATAN 40 HST

Gambar 19. Gambar 20.


Pengamatan tinggi Pengamatan panjang
tanaman 40 HST helai daun umur 40
HST

Gambar 21. Proses


pengamatan tanaman
kailan pada saat umur
40 HST

Gambar 22. Gambar 23.


Pengamatan diameter Pengamatan lebar
batang tanaman 40 helai daun umur 40
HST HST
PERAWATAN

Gambar 24. Gambar 25.


Penyulaman Penstabilan pH dan
ppm larutan nutrisi
setiap 3 hari sekali

Gambar 26.
Penyemprotan
fungisida serta
pestisida

Gambar 27. Gambar 28. Penakaran


Pengendalian hama larutan fungisida
secara mekanis
PEMANENAN DAN PENGAMATAN BOBOT SEGAR SERTA BOBOT
KERING

Gambar 29. Gambar 30.


Pemanenan tanaman Penimbangan bobot
kailan umur 45 HST segar tanaman

Gambar 31.
Pembalutan tanaman
kailan dengan
aluminium foil

Gambar 32. Proses Gambar 33. Kondisi


pemanggangan tanaman kailan setelah
tanaman kailan dengan proses pemanggangan
oven kompor selama 6 jam

Gambar 34. Penimbangan bobot


kering tanaman kailan menggunakan
timbangan logam mulia

Anda mungkin juga menyukai