Anda di halaman 1dari 15

PAPER

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

PERBANYAKAN TANAMAN KOPI

Oleh :

Aldi Ramadhan Putra (D1A0180113)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Ir. Anis Tatik Maryani, M.P.

Ir. Yg Armando, M.S.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi (Coffea Sp) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang
sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan
tinggi.Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan
26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah
pegunungan di Etopia.Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia
setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di
bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab. Saat ini, peningkatan produksi
kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnyamutu biji kopi yang
dihasilkansehingga mempengaruhi pengembangan produksiakhir kopi.
Perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah proses menciptakan
tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman, seperti biji, stek, umbi,
dan bagian tanaman lainnya. Tujuan utama dari pembiakan tanaman adalah untuk
mencapai pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari tanaman ,dan
juga untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua cara perbanyakan
tanaman, yaitu (1) perbanyakan secara seksual atau generatif dan (2) perbanyakan
secara aseksual atau vegetatif.
Perbanyakan secara seksual atau generatif adalah proses perbanyakan
dengan menggunakan salah satu bagian dari tanaman, yaitu biji. Biji adalah organ
tanaman yang terbentuk setelah terjadinya proses fertilisasi (menyatunya/
meleburnya gamet jantan dan gamet betina). Biji dapat dianggap sebagai tanaman
mini karena di dalamnya sudah terdapat bagian-bagian tanaman yang tersusun
dalam massa yang kompak. Salah satu tujuan perbanyakan tanaman dengan
menggunakan biji adalah untuk memperoleh sifat-sifat baik tanaman, seperti akar
yang kuat, tahan penyakit. Meskipun membutuhkan waktu yang lama tanaman
berproduksi.
Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif adalah proses perbanyakan
tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tertentu dari tanaman seperti, daun,
batang, ranting, pucuk, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang
sama dengan induknya. Prinsip dari perbanyakan vegetatif adalah merangsang
tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi
tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus. perbanyakan
dengan stek pada umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil
masih jarang , namun pada beberapa tanaman seperti asparagus dalam kondisi
terkontrol dapat dilakukan. Selain itu tidak semua tanaman dapat diperbanyak
dengan cara vegetatif, sehingga keberhasilannya sangat rendah.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara perbanyakan tanaman kopi?

1.3 Tujuan

Untuk memgetahui cara perbanyakan tanaman kopi.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Botani Kopi

Kopi merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk dalam famili


Rubiaceae yang bernilai ekonomi tinggi. Kopi pertama kali ditemukan pada abad
IX di Ethiopia, dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran tinggi.
Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika, terutama bangsa Ethiopia, yang
mengonsumsi biji kopi yang dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk
memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh. Akan tetapi, ketika bangsa Arab
mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi pun telah meluas sampai ke Afrika
Utara dan biji kopi disana ditanam secara massal. Dari Afrika Utara itulah biji
kopi mulai meluas dari Asia sampai pasaran Eropa dan ketenarannya sebagai
minuman mulai menyebar. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini
menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh
berbagai kalangan masyarakat (National Geographic, 2013).

Di Indonesia, kopi yang pertama kali dibudidayakan pada tahun 1696


adalah kopi arabika. Namun, karena adanya serangan penyakit Hemileia vastatrik
atau penyakit karat daun, maka pada tahun 1875 Indonesia membudidayakan kopi
liberika. Kopi tersebut juga tidak tahan terhadap penyakit karat daun, sehingga
pada tahun 1900 mulai dibudidayakan jenis kopi robusta yang tahan terhadap
penyakit karat daun. Sampai saat ini, diperkirakan 95 % dari areal perkebunan
kopi di Indonesia membudidayakan jenis kopi robusta (Muljana, 1986).

Perbanyakan tanaman merupakan usaha atau cara untuk menghasilkan


bibit tanaman. Secara teknis perbanyakan tanaman digolongkan menjadi
dua, perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif.

2.2 Morfologi Kopi


Kopi adalah tanaman perdu yang memiliki tinggi antara 2 - 4 meter. Kopi
memiliki sistem perakaran yang dangkal, lebih dari 90 % akar berada pada lapisan
tanah dengan kedalaman kurang dari 30 cm. Oleh karena itu tanaman kopi peka
terhadap kandungan bahan organik maupun perubahan musim Batang tanaman
kopi memiliki dua tipe percabangan, yaitu cabang yang tumbuh tegak (orthotrop)
dan cabang yang tumbuh mendatar. Cabang plagiotrop berfungsi sebagai
penghasil bunga, sedangkan cabang ortotrop tumbuhnya pesat dengan ruas yang
relatif panjang sehingga banyak digunakan sebagai sumber stek. Kopi mempunyai
daun berbentuk bulat telur dengan ujung yang agak meruncing sampai bulat. Pada
ortotrop, daun tersusun berselang- seling pada ruas-ruas berikutnya, sedangkan
pada plagiotrop daun tersusun mendatar dan tidak berselang-seling. Daun kopi
rata-rata berukuran panjang 20 - 30 cm dan lebar sekitar 10 - 16 cm dengan urat
daun tenggelam sehingga permukaan daun nampak berlekuk-lekuk. Tanaman kopi
umumnya berbunga setelah berumur lebih kurang dua tahun. Tanaman kopi
berbunga majemuk yang muncul dari ketiak daun pada cabang plagiotrop. Setiap
bunga tersusun atas 3 - 5 kuntum bunga yang bertangkai pendek. Setiap buku
dapat menghasilkan lebih dari 30 kuntum bunga. Bunga kopi akan mekar pada
permulaan musim kemarau, berwarna putih dan harum dengan panjang tabung
dapat mencapai 1,8 cm. Petala berjumlah 5 – 7 dengan ukuran panjang mencapai
1,3 cm dan lebar mencapai 0,4 cm. Benang sari tertancap pada tabung mahkota
berjumlah lima sampai tujuh tangkai yang berukuran pendek. Tangkai putik
memanjang jauh di luar tabung mahkota dan bercabang dua. Bakal buah
mengandung dua bakal biji.Setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan, bakal
buah kemudian berkembang menjadi buah. Buah tersebut akan terus tumbuh dan
siap panen setelah sembilan bulan sampai satu tahun (Muljana, 1986).

Tanaman kopi hanya menghasilkan buah satu kali dalam satu tahun dan
dipanen pada bulan Maret sampai September (Gambar 2.1.E; Siahaan, 2008).
Buah kopi bertipe drupa dan berbentuk bulat telur, terdiri atas 4 lapisan yaitu
lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), kulit tanduk (parchment),
dan biji. Kulit buah kopi sangat tipis dan mengandung klorofil serta zat – zat
warna lainnya sehingga sewaktu muda biji kopi berwarna hijau dan berubah
menjadi merah jika telah tua. Setiap buah terdapat dua buah biji kopi. Biji kopi
mengandung protein, minyak aromatis, dan asam- asam organik. Pada umumnya,
biji kopi mengandung air (48%), zat bahan kering (50 –52%), karbohidrat (60%),
minyak (13%), protein (13%), asam-asam non volatil (8%), abu (4%), trigonelin
(1%) dan kafein (arabika 1,0%; robusta 2,0%) (Simanjuntak, 2011).

2.3 Varietas Kopi

Ada sekitar 100 jenis kopi yang ditemukan di dunia, tetapi hanya dua jenis
kopi yang dikenal memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan secara komersial,
yaitu kopi arabika (Coffea arabica L.) dan kopi robusta (Coffea canephora). Dua
jenis kopi yang lain yang dibudidayakan dalam skala lebih kecil adalah kopi
liberika (Coffea liberica) dan kopi excelsa (Coffea dewevrei). Kopi arabika
(Gambar 2.2.A) merupakan kopi yang paling banyak diproduksi (60 % produksi
kopi dunia) karena memiliki harga yang lebih baik. Kopi arabika umumnya
tumbuh ideal di tempat pada ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan
(Sofyana, 2011). Kopi arabika tidak tahan terhadap penyakit karat daun dan
perubahan musim, namun biji kopi arabika memiliki rasa yang lebih manis dan
aroma yang kurang kuat sehingga banyak digemari masyarakat di dunia. Kopi
robusta lebih tahan terhadap cuaca dan hama penyakit, serta mudah
pemeliharaannya dibandingkan kopi arabika. Kopi robusta juga bisa hidup di
bawah ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut dan mampu menghasilkan
biji lebih banyak dibandingkan dengan kopi arabika sehingga banyak
dibudidayakan di Indonesia (Sofyana, 2011). Biji kopi robusta memiliki kadar
kafein lebih tinggi dibandingkan dengan kopi arabika dengan aroma kopi yang
lebih kuat. Saat ini sekitar sepertiga produksi kopi dunia adalah kopi robusta.

2.4 Pembibitan Kopi di Indonesia

Pada umumnya petani kopi di Indonesia membudidayakan tanaman tersebut


dengan menggunakan bibit yang diperoleh secara generatif melalui biji (Prastowo
et al., 2010). Biji kopi yang diambil dari buah masak dari tanaman induk unggul
dikecambahkan selama 30 - 40 hari. Kecambah kemudian ditanam pada medium
kompos dan diletakkan di bawah naungan selama sekitar 8 bulan. Bibit yang
diperoleh kemudian siap ditanam di lahan perkebunan (Gambar 2.6). Teknik
tersebut banyak dilakukan oleh petani karena tekniknya mudah dan tidak
membutuhkan biaya besar. Namun demikian, teknik pembibitan melalui biji
memiliki kemungkinan tingginya tingkat heterogenitas tanaman yang dihasilkan.
Hal tersebut karena tanaman kopi khususnya jenis robusta memiliki sifat
menyerbuk silang (Santoso & Rahardjo, 2011). Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan
perbanyakan bibit secara vegetatif. Secara konvensional, perkembangbiakan kopi
melalui cara vegetatif dengan menggunakan teknik stek, okulasi dan sambung
pucuk. Perkembangbiakan melalui stek dilakukan dengan cara memilih cabang
yang masih hijau dan lentur (Gambar 2.7.A). Cabang atau ranting kopi yang
digunakan dalam stek adalah cabang atau ranting yang memiliki 2 - 4 daun dari
pucuk. Stek yang sudah disiapkan kemudian ditanam di media tumbuh dan
disungkup. Setelah stek umur ± 3 bulan dilakukan penyesuaian dengan membuka
sungkup secara bertahap, dan pada umur ± 4 bulan setek dipindahkan ke
pembibitan dengan menggunakan kantong plastik yang berisi media pasir : tanah :
pupuk kandang perbandingan 1 : 2 : 1. Bibit stek siap tanam setelah berumur ± 7
bulan. Teknik stek akan menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya,
namun teknik stek tidak dapat menghasilkan bibit dalam jumlah

besar karena keterbatasan jumlah batang atau ranting dari tanaman induk. Selain

itu, teknik tersebut juga akan merusak tanaman induk serta bibit yang dihasilkan

juga akan memiliki akar serabut sehingga tidak tahan terhadap perubahan musim.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perbanyakan secara generatif

Pada umumnya petani kopi di Indonesia membudidayakan tanaman


tersebut dengan menggunakan bibit yang diperoleh secara generatif melalui biji.
Biji kopi yang diambil dari buah masak dari tanaman induk unggul
dikecambahkan selama 30 - 40 hari. Kecambah kemudian ditanam pada medium
kompos dan diletakkan di bawah naungan selama sekitar 8 bulan. Bibit yang
diperoleh kemudian siap ditanam di lahan perkebunan. Teknik tersebut banyak
dilakukan oleh petani karena tekniknya mudah dan tidak membutuhkan biaya
besar. Namun demikian, teknik pembibitan melalui biji memiliki kemungkinan
tingginya tingkat heterogenitas tanaman yang dihasilkan. Hal tersebut karena
tanaman kopi khususnya jenis robusta memiliki sifat menyerbuk silang.

Pohon induk yang diambil untuk biji sebagai benih dengan syarat :

- Umur tanaman lebih dari 5 tahun dan produksinya tinggi.

- Berukuran normal dan cukup masak.

- Bebas dari hama dan penyakit.

- Berkulit licin, tidak cacat.

- Warna merah hitam.


Pengadaan biji untuk benih dapat dilakukan dengan memetik buah dari
pohon induk yang terpilih kemudian kulit buah dikupas dengan cara di injak-
injak, sedangkan lendir yang masih melekat pada biji dapat digosok-gosok dengan
abu dapur atau diremas-remas dengan tangan kemudian dibersihkan dengan air
bersih dan setelah bersih bisa langsung dederkan di Persemaian. Pembagian
tahapan perbanyakan dengan biji dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memilih lokasi/tempat persemaian.

- Datar dan tidak tergenang

- Dekat dengan sumber air

- Bebas gangguan hewan

- Dekat dengan pembibitan

- Mudah diawasi

2. Penyiapan Persemaian/Persemaian Perkecambahan.

- Tanah di cangkul sedalam 30 cm dan dibersihkan dari berbatuan,

kerikil serta rumput.

- Buat bedengan dengan panjang 10 cm lebar 120 cm serta tinggi 30

cm.

- Bedengan di taburi pasir setebal ± 5 cm.

- Berilah naungan dari daun kelapa, jerami, alang-alang dll.

- Biji disemaikan sedalam 0,5 cm, jarak 3 cm dengan posisi biji

tertelungkup.

-Tutup persemaian dengan potongan-potongan jerami.

- Lakukan penyiraman pagi dan sore sampai kecambah berumur 2,5

bulan.

3. Pembibitan/Persemaian Pemeliharaan.
Persemaian pemeliharaan merupakan lanjutan dari persemaian
perkecambahan dimana kecambah yang telah berumur 2,5 bulan dipindahkan ke
persemaian pemeliharaan.

Pembibitan atau persemaian pemeliharaan dapat dibuat dengan:

a. Dibibitkan langsung di tanah.

- Tanah diolah sedalam 60 cm dan dicampur pupuk kandang.

- Buatkan bedengan seperti pada saat membuat persemaian.

- Pindahkan tanaman muda dari persemaian secara hati-hati dengan menggunakan


solet dari bambu.

- Tanam dengan jarak 20 x 20 cm.

b. Bibitkan ke kantong plastik (koker)

- Bibit dari persemaian (umur 2,5 bl) dipindahkan dengan hati-hati ke dalam
kantong plastik yang telah diisi tanah campur pupuk kandang.

- Koker diletakkan teratur di atas bedengan yang telah disiapkan, serta diberi
naungan

3.2 Perbanyakan vegetatif

Secara konvensional, perkembangbiakan kopi melalui cara vegetatif


dengan menggunakan teknik stek, okulasi dan sambung pucuk.
Perkembangbiakan melalui stek dilakukan dengan cara memilih cabang yang
masih hijau dan lentur. Cabang atau ranting kopi yang digunakan dalam stek
adalah cabang atau ranting yang memiliki 2 - 4 daun dari pucuk. Stek yang sudah
disiapkan kemudian ditanam di media tumbuh dan disungkup. Setelah stek umur
± 3 bulan dilakukan penyesuaian dengan membuka sungkup secara bertahap, dan
pada umur ± 4 bulan setek dipindahkan ke pembibitan dengan menggunakan
kantong plastik yang berisi media pasir : tanah : pupuk kandang perbandingan 1 :
2 : 1. Bibit stek siap tanam setelah berumur ± 7 bulan. Teknik stek akan
menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya, namun teknik stek tidak
dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar karena keterbatasan jumlah batang
atau ranting dari tanaman induk.

Selain itu, teknik tersebut juga akan merusak tanaman induk serta bibit
yang dihasilkan juga akan memiliki akar serabut sehingga tidak tahan terhadap
perubahan musim. Teknik perkembangbiakan vegetatif yang lain adalah teknik
okulasi. Teknik tersebut dilakukan dengan cara menyiapkan batang bawah berupa
bibit yang berasal dari perbanyakan biji serta menyiapkan mata tunas yang berasal
dari pohon induk unggul. Mata tunas ditempelkan pada batang bawah, setelah
ditutup atau diselubungi plastik dilanjutkan dengan pemeliharaan selama sekitar
20 hari. Bibit siap ditanam di lahan setelah 15 bulan. Teknik ini memiliki
keunggulan berupa bibit yang dihasilkan memiliki akar tunggang dan memiliki
sifat sama dengan tanaman induknya. Namun, jumlah mata tunas yang terbatas,
waktu pembuatan bibit yang lama serta memiliki tingkat keberhasilan yang rendah
maka teknik ini tidak mampu menghasilkan bibit dalam jumlah masal. Selain itu
teknik ini juga merusak tanaman induknya.

Teknik vegetatif lain yang sering digunakan oleh petani untuk


menghasilkan bibit adalah teknik sambung pucuk. Teknik ini mirip seperti okulasi
namun tidak digunakan mata tunas melainkan digunakan cabang yang masih
muda. Cabang muda dengan 1 - 3 pasang daun disambungkan ke bibit kopi yang
digunakan sebagai bawang bawah. Keberhasilan sambungan dapat diketahui
setelah dua minggu dan bibit dapat ditanam ke lahan setelah 6 - 8 bulan. Teknik
perbanyakan tersebut mampu menghasilkan bibit dengan kualitas yang seragam
dan sama dengan induknya. Namun, teknik tersebut tidak mampu menghasilkan
bibit dalam jumlah yang masal serta merusak tanaman induk yang digunakan
sebagai sumber batang atas. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengatasi
berbagai kendala perbanyakan bibit kopi secara konvensional tersebut adalah
dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Teknik kultur jaringan atau kultur in
vitro adalah suatu teknik untuk menumbuhkan bagian tanaman tertentu pada
medium yang mengandung nutrisi dan dilakukan secara aseptik, sehingga bagian-
bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
sempurna. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan ini mempunyai
keunggulan seperti tingginya homogenitas tanaman, tingginya vigor tanaman,
memiliki genetik yang sama dengan induknya.

Perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan bagian dari


tanaman seperti batang ataupun cabang. Perbanyakan secara vegetatif dapat
dilakukan dengan 2 cara:

1. Menyambung.

Menyambung memerlukan batang bawah (onderstam) dan batang atas (entrijs).

Syarat batang bawah:

- Tahan terhadap penyakit akar.

- Mempunyai system perakaran yang menyebar luas dan kuat.

- Umur batang bawah ± 1 tahun.

Syarat batang atas:

- Mempunyai pertumbuhan yang baik.

- Produksi tinggi.

Penyambungan dapat dilakukan pada permulaan musim penghujan atau akhir


musim kemarau.

2. Menyetek.

Perbanyakan dengan stek dapat dilakukan dengan menggunakan bedengan.

Bahan stek yang dapat digunakan:

- Stek yang berasal dari tunas orthotrop (tunas ke arah atas) pada ruas ke 2-3 dari
ujung.

- Panjang stek 7-10 cm.

- mempunyai sepasang daun dan dipotong 2/3 dari panjang daun.

- Setelah satu bulan stek dapat dipindahkan ke bedengan pemeliharaan.

- Umur 8 bulan di bedengan pemeliharaan dapat dipindahkan kelapangan.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan


untuk menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun
program penanaman secara luas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara
vegetatif dan generatif. Dengan penerapan teknik pembiakan vegetatif akan
diperoleh bibit yang memiliki struktur genetik yang sama dengan induknya.

Pada umumnya petani kopi di Indonesia membudidayakan tanaman


tersebut dengan menggunakan bibit yang diperoleh secara generatif melalui biji.
Biji kopi yang diambil dari buah masak dari tanaman induk unggul
dikecambahkan selama 30 - 40 hari. Secara konvensional, perkembangbiakan kopi
melalui cara vegetatif dengan menggunakan teknik stek, okulasi dan sambung
pucuk.
DAFTAR PUSTAKA

Chambers, Robert. 2002. Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. Jakarta:


LP3ES.
Najiyati dan Danarti. 2001. Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Jakarta: Sesi Pertanian.

Ernawati, dkk. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Bogor: Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peertanian.

Prastowo, Bambang. (2010). Budidaya dan Pasca Panen Kopi.Perkebunan


Litbang Deptan. 1:15-54. [Sumber online. Tersedia di
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wpcontent/uploads/2012/08/perkebuna
n_budidaya_kopi.pdf diakses 20 desember 2016

Sihombing, TP. 2011. Kopi Arabika (Coffea arabica). Institut Pertanian


Bogor.25(12):1.

Anda mungkin juga menyukai