Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI

ACARA “PEMBIBITAN KOPI”

Disusun oleh :

Waldi Pangestu

(20180220018)

AGRIBISNIS A

PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2018
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan
dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia
yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Kopi juga merupakan komoditas
ekspor penting yang ada di Indonesia. Dua varietas pohon kopi yang dikenal
secara umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika
(Coffea arabica).
Produksi kopi yang tinggi dapat dicapai dengan ketersediaan bahan
tanam yang unggul. Bahan tanam unggul dapat diperoleh dengan berbagai
macam metode perbanyakan. Secara umum, kopi dapat diperbanyak secara
generatif ataupun vegetatif. Perbanyakan secara generatif dapat dilakukan
dengan menggunakan biji dan akan menghasilkan keturunan yang memiliki
sifat bervariasi. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan
tanaman yang berasal dari bagian vegetatif tanaman dan tidak didahului
dengan proses peleburan gamet jantan dan betina. Perbanyakan ini akan
menghasilkan keturunan yang seragam sama seperti induknya
(Mangoendidjojo, 2003).
Dalam usaha budidaya agar menghasilkann tanaman unggul, maka
dilakukan perkembangbiakan dengan cara vegetatif, karena
perkembangbiakan secara vegetatif menghasilkann bibit baru yang memiliki
sifat yang sama persis dengan induknya. Ada berbagai macam cara
pengembangbiakan secara vegetatif, salah satunya adalah stek.
Menyetek merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
memperlakukan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan
tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang
selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna. Menyetek bertujuan untuk
mendapatkan tanaman yang sempurna dengan akar, batang, daun dalam waktu
relatif singkat.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara penyetekan kopi
2. Mendapatkan macam dan konsentrasi hormon tumbuh (ZPT) yang
terbaik

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tanaman kopi
Tanaman kopi digolongkan ke dalam genus Coffea keluarga
Rubiaceae. Genus Coffea memiliki lebih dari 100 anggota spesies. Dari
jumlah tersebut hanya tiga spesies yang dibudidayakan untuk tujuan
komersial, yakni Coffea arabica, Coffea canephora, dan Coffea liberica.
Pada umumnya tanaman kopi hanya dimanfaatkan bijinya untuk diekstrak
sebagai minuman. Namun di beberapa tempat ada juga yang
mengkonsumsi daunnya dengan cara diseduh seperti daun teh.
Pemanfaatan kayu pohon kopi sebagai bahan kontruksi dan mebel jarang
dilaporkan.
Budidaya kopi bisa dilakukan baik didataran tinggi maupun
rendah, tergantung dari jenisnya. Secara umum kopi menghendaki tanah
gembur yang kaya bahan organik. Untuk menambah kesuburan berikan
pupuk organik dan penyubur tanah di sekitar area tanaman. Arabika akan
tumbuh baik pada keasaman tanah 5-6,5 pH, sedangkan robusta pada
tingkat keasaman 4,5-6,5 pH.
Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada
ketinggian tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Ketinggian
ideal untuk tanaman kopi yaitu diatas 700 mdpl terutama jenis kopi
robusta. Kopi arabika baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu pada
ketinggian di atas 1000 m dpl. (Prastowo Bambang, dkk. 2010).
Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 –
2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-
rata 15-25 derajat celcius dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006
dalam Prastowo Bambang, dkk. 2010).
B. Stek kopi
Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara generatif
menggunakan biji dan vegetatif bagian lain dari tanaman. Perbanyakan
secara generatif mempunyai kelebihan mudah dalam pelaksanaannya,
lebih singkat untuk menghasilka bibit siap tanam dibandingkan dengan
perbanyakan bbibit secara vegetatif (klonal), beberapa kelebihan yang
dimiliki perbnyakan kopi ssecara klonal adalah sebagai berikut :
 Mempunyai sifat yang sakam dengan tanaman tetuanya
 Mutu hasil seragam
 Memanfaatkan dua sifat unggul batang atas dan batang bawah
 Memiliki umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal

Sambungan dan stek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara


klonal yang umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah
untuk memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan
terhadap hama nematoda parasit akar, dan sifat unggul dari batang atas
yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu biji baik. Sedangkan
perbanyakan klonal tanaman kopo dengan stek hanya memanfaatkan salah
satu sifat keunggulan dari sumber bahan tanaman.

Penyetekan merupakan proses perbanyakan kopi untuk


menumbuhkan akar entres kopi dengan menggunakan media tumbuh dan
lingkungan. Kendala lain yang sering dihadapi adalah tingkat keberhasilan
stek tumbuh masih rendah dikarenakan pertumbuhan akar
lama.pertumbuhan akar pada stek antara lain dipengaruhi oleh media
tanam dan perlaukan lain seperti perendaman stek dalam larutan fungisida
dan hormon. Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan akar dan
meningkatkan keberhasilan stek dilakukan perendaman akar dengan
hormon atau zat pengatur tumbuh dan fungisida serta menggunakan
komposisi media tanam yang standar.
C. Hormon Tumbuh (ZPT)
Dewi (2008) menyebutkan bahwa fungsi auksin antara lain
mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi
dan percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal,
fototropisme dan geotropisme. Auksin terbagi menjadi beberapa jenis
antara lain : Indole Acetic Acid (IAA) , Indole Butyric Acid (IBA), 
Naphtaleneacetic Acid (NAA), dan 2,4-dichlorophenoxy acetic acid (2,4-
D). Zat Pengatur Tumbuh (plant growth regulator) adalah senyawa
organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (<1 mM)
mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Dewi, 2008). Beberapa hormon tubuh adalah
sebagai berikut :
- Root up
Root up adalah sejenis ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang
merupakan hormon yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam proses
pertumbuhan akarnya. Root Up dapat memacu dan merangsang
pertumbuhan akar pada perbanyakan vegetatif seperti tanaman yang di-
cangkok atau di-stek. Pada tanaman yang di-cangkok ataupun di-stek
biasanya rentan terkena penyakit pada bagian sayatan batangnya. Oleh
karena itu, dibutuhkan root up untuk memulihkan kondisi tanaman
tersebut.
Root up mengandung fungisida yang dapat mencegah timbulnya
jamur dan cendawan pada sayatan tanaman yang dicangkok ataupun
distek sehingga tanaman perbanyakan tersebut jauh dari penyakit. Root
up terbuat dari 1-naftalienasetamida, 2-metil-1-naftalen asetat, Indol-3-
butirat dan Thiram.
Adapun cara pemakaiannya adalah root up dicampur dengan air
secukupnya sampai membentuk larutan pasta. Setelah itu, bagian
tanaman yang terluka (stek) dicelupkan pada larutan tersebut atau
dioleskan pada bagian tanaman yang dicangkok. Dengan begitu akar
tanaman perbanyakan vegetatif Anda akan tumbuh dengan baik dan
sehat.
- Urine kelinci
Urine kelinci atau air kencing kelinci merupakan salahsatu
sumber bahan organik yang mempunyai kandungan dan manfaatnya
yang tinggi bagi tanaman, didalam kandungan urine kelinci ini
tersimpan unsur hara mikro dan makro melebihi kandungan yang
dimiliki hewan ternak lainnya.

Urine atau air kencing kelinci dapat dimanfaatkan sebagai pupuk


organik yang kaya akan unsur hara terutama unsur hara N atau sering
kita kenal dengan Urea, urine kelinci ini dapat diaplikasi ketanaman
bisa secara langsung ataupun melalui proses fermentasi. manfaat yang
dihasilkan dari urine kelnici ini dapat membantu pertumbuhan tanaman
pada masa vegetatif yang untuk pembentukan akar, daun, batang dan
anakan jika diaplikasikan ke tanaman padi, selain daripada itu manfaat
urine kelinci juga dapat membantu membentuk zat hijau pada daun
yang berfungsi untuk proses fotosintesis.

Menurut hasil riset penelitian Badan Penelitian Ternak (Balitnak)


di Bogor yang dilakukan pada tahun 2005 telah diketahui bahwa
kandungan rata-rata yang terdapat didalam urine kelinci seperti unsur
hara N, P dan K yaitu untuk Nitrogen (N) 2,72%, Fosfor (P) 1.1%, dan
kandungan Kalium (K) 0,5%. dari data tersebut jika dibandingkan
dengan urine ternak lainnya masih tinggi kandungan urine kelinci,
namun jika dikombinasikan dengan kotorannya, persentase unsur hara
yang terdapat didalam urine kelinci ini bisa lebih meningkat menjadi
2,20% untuk Nitrogen, 87% untuk Fosfor , 2,30% untuk Potassium,
36% untuk Sulfur, 1,26% untuk Kalsium dan 40% untuk Magnesium.

- Fungisida
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia
beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi
atau cendawan. Berdasarkan cara kerjanya mematikan sel cendawan,
fungisida dibedakan menjadi fungisida kontak, fungisida sistemik dan
Fungisida kontak-sistemik.
Apabila dilihat dari fungsi kerjanya, fungisida dibedakan atas:
1. Fungisidal, yaitu membunuh jamur.
2. Fungistatik, yang berarti hanya menghambat pertumbuhan jamur
3. Genestatik yang berarti mencegah terjadinya sporulasi.
Bentuk fungisida bermacam-macam. Ada yang cair untuk
penymprotan, bentuk serbuk padat untuk penyebukan dan bentuk gas
untuk fumugan. Selain untuk mengendalikan serangan cendawan di
areal pertanian, fungisida juga banyak diterapkanpada buah dn sayur
pascapanen.

BAB III. METODELOGI


A. Tempat dan Waktu
Praktikum Budidaya Tanaman Industri pada acara “Pembibitan Kopi”
kelas Agribisnis A 2018 dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Kamis, November 2020
Waktu : 13.00 WIB - selesai
Tempat : Green House FP UMY

B. Alat dan Bahan


Alat : Pisau atau gunting tanaman
: Polibeg atau bak plastik
: Plastik transparan (sungkup)
: Cethok
Bahan : Ranting atau entres kopi
: Kontrol Rootap Up 100 mg/stek, urine kelinci 10%, urine kelinci
20%
: Fungisida
: Medium tanam (tanah, pasir dan pupuk organik)
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan stek kopi dilakukan dengan memberikan perlakuan
yang berbeda terhadap ketiga stek tanaman Kopi. Perlakuan pertama stek
kopi yang dicelupkan dengan rootap up 100 mg/stek, stek kopi kedua diberi
urine kelinci 10% dan stek kopi ketiga diberi urine kelinci 20%. Kemudian
dilakukan setiap minggunya terhadap pertumbuhan tunas yang terjadi.

D. Cara Kerja
1. Siapkan media pembibitan campuran tanah, pasir dan pupuk organik
dengan perbandingan 2:1:1
2. Siapkan entres yang tidak terlalu muda atau tua (warna hijau agak
coklat). Umur entres antara 3-6 bulan, karena pada umur tersebut cukup
baik untuk bahan stek
3. Entres kopi yang digunakan adalah pada ruas 3-4 dari pucuk
4. Pemotongan bahan stek menjadi satu ruas 6-8 cm sepasang daun yang
dikupir, bagian pangkal dipotong miring satu arah
5. Setelah dipotong celupkan stek yang sudah dipotong kedalam larutan zat
pengatur tumbuh (sesuai perlakuan) selama 5-10 menit
6. Stek yang sudah disiapkan ditanam dengan cara menancapkan stek ke
dalam media tumbuh sehingga daunnya menyentuh permukaan media,
selanjutnya tertutup atau diselungkup dengan plastik
7. Setelah stek selesai ditanam media tumbuh segera disiram air dengan
merendam bagian bawah tanaman. Penyiraman dapat dilakukan 1-2 hari
sekali dengan merendam 1/3 bagian bawah stek kopi atau polibag bagian
bawah dengan air.
8. Setelah 10 minggu, amati jumlah stek kopi yang hidup, jumlah tunas,
jumlah daun, panjang, volume dan berat kering akar, panjang dan berat
kering tunas.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Tinggi tunas dan jumlah tunas
Parameter
Perlakuan Ulangan
Tinggi Tunas (cm) Jumlah Tunas Kondisi
1 0 0
2 4.5 2
3 3.0 4
4 2 1
A (Rooton Up) Tumbuh
5 2.5 3
6 16 5
7 0 0
8 0 0
1 5.5 2
2 0 0
3 5 3
B (Urine 4 0 0
Tumbuh
Kelinci 10%) 5 2.5 2
6 19 5
7 3.5 1
8 0 0
1 0 0
2 3 3
3 4 1
C (Urine 4 6 5
Tumbuh
Kelinci 20%) 5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 4.50 2

Tabel. 2. Rata-rata tinggi dan jumlah tunas


Perlakuan Parameter  
Tinggi
  Jumlah Tunas
Tunas
A 3.50 1.88
B 4.44 1.63
C 2.16 1.38

Keterangan:
a. Rootap Up 100 mg/stek
b. urine kelinci 10%,
c. urine kelinci 20%
B.
C. Pembahasan
1. Jumlah Tunas
Diagram 1. Jumlah Tunas

Setalah dilakukannya praktikum setek kopi maka dapat diketahui


jumlah tusnas berdasarkan tabel dan diagram diatas, dapat dilihat bahwa
jumlah tunas untuk tanaman yang yang diberikan perlakuan Rootone Up
atau kopi A sebanyak 2 buah, sedangkan perlakuan yang diberikan urin
kelinci 10% atau kopi B sebanyak 1,8 buah dan perlakuan yang diberikan
urin kelinci 20% atau kopi C sebanyak 2,2 buah. Tunas yang paling
banyak adalah stek kopi C yang menggunakan kontrol urin kelinci 20%,
yaitu dengan jumlah tunas sebanyak 2,2 buah. Dan yang paling sedikit
adalah stek kopi B yang menggunakan kontrol urin kelinci 10%, yaitu
dengan jumlah tunas sebanyak 1,8 buah. Sehingga, dari ke ketiga kontrol
tersebut perlakuan terbaik terdapat pada stek kopi C.
2. Tinggi tunas
Diagram 2. Tinggi tunas

Setalah dilakukannya praktikum setek kopi maka dapat diketahui


tinggi tusnas berdasarkan tabel dan diagram diatas, dapat dilihat bahwa
tinggi tunas untuk tanaman yang diberikan perlakuan Rootone Up atau
kopi A sebanyak 2,27 cm, sedangkan perlakuan yang diberikan urin kelinci
10% atau kopi B sebanyak 2,78 cm dan perlakuan yang diberikan urin
kelinci 20% atau kopi C sebanyak 2,04 cm. Tunas yang paling tinggi
adalah stek kopi B yang menggunakan kontrol urin kelinci 10%, yaitu
dengan jumlah tunas sebanyak 2,78 cm. Dan yang paling rendah adalah
stek kopi C yang menggunakan kontrol urin kelinci 20%, yaitu dengan
jumlah tunas sebanyak 2,04 cm. Sehingga, dari ke ketiga kontrol tersebut
perlakuan terbaik terdapat pada stek kopi B, dan pemberian Rootone Up
atau zat perangsang pertumbuhan tanaman tidak selalu menjadi jaminan
dapat menumbuhkan tanaman secara maksimal.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan stek kopi dan pembahasan maka dapat


disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada praktikum setek kopi ini maka dapat diketahui bahwa cara
stek kopi dapat dilakukan dengan berbagai macam konsentrasi
diantaranya, pemberian rootap up 100 mg/setek, pemberian urine
kelinci 10% dan pemebrian urine 20%.
2. Dapat diketahui dari pertumbuhan jumlah tunas dan tinggi tunas
bahwa konsentrasi hormon pengatur tumbuh (ZPT) yang terbaik
adalah menggunakan urine kelinci.

B. Saran
Sebaiknya menggunakan tanaman stek kopi yang tidak diberikan
kontrol apapun, sehingga bisa membandingkan bagaimana pertumbuhan
tunas pada tanaman yang diberikan kontrol dengan tanaman yang diberikan
kontrol sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Ir., 1993, Zat Pengatur Tumbuh, Angkasa, Bandung Budianto. E.
A., K. Badami, A. Arsyadmunir. 2013. Pengaruh kombinasi macam ZPT
dengan lama perendaman yang berbeda terhadap keberhasilan pembibitan
sirih merah (Piper crocatum ruiz & pav) secara stek. Agrovigor 6(2): 103-
11.1

Dewi, I.R. (2008). Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung.

Mangoendidjojo, W. (2003). Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.


Yogyakarta. 184.

Munarso Joni. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan

Prastowo Bambang, Elna Karmawati, Rubijo, Siswanto, Indrawanto Chandra,


Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya Dan Pengolahan Kopi Arabika
Dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai