Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH FISIOLOGI BENIH


“PENGARUH SUHU PERENDAMAN TERHADAP
PERKECAMBAHAN BENIH KOPI ROBUSTA ”

oleh
1. Kasmawati A41222936
2. Putri Septian Anugrah Wardani A41222733
3. Prabasari Tribhuana Tunggadewi A41222041
4. Muhammad Raihan Satria Buana A41222217

Dosen
Putri Santika, S.ST, M.Sc
Dr. Ir. Rahmat Ali Syaban, M.si

Teknisi
Rina Sofiana, S.ST
Prayitno, S.P

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia adalah kopi. Kopi telah
menjadi komoditas penting dalam perdagangan internasional sejak abad ke-19.
Permintaan kopi dunia terus meningkat setiap tahun. Peningkatan konsumsi
(permintaan) kopi harus diimbangi dengan peningkatan produksi namun saat ini
produksi kopi Indonesia cenderung menurun.

Tanaman kopi dapat diperbanyak baik secara vegetatif maupun generatif.


Perbanyakan generatif adalah perbanyakan melalui biji. Perbanyakan secara generatif
memiliki beberapa keunggulan, yaitu sistem perakaran yang lebih kuat dan tahan
terhadap kekeringan. Perbanyakan kopi secara generatif biasanya mengalami kendala
karena benih kopi mengalami masa istirahat yaitu mengalami fase dorman atau tidak
dapat berkecambah, meskipun berada di lokasi yang ideal. Penyebab terjadinya
dormansi biji kopi adalah karena kondisi kulit biji yang keras, sehingga air dan udara
yang diperlukan untuk proses perkecambahan tidak dapat masuk ke dalam biji,
sehingga perkecambahan membutuhkan waktu yang lama.

Dormansi adalah suatu kondisi dimana benih tidak menunjukkan gejala


tumbuh atau tidak mampu berkecambah sekalipun pada lingkungan yang mendukung
untuk perkecambahan. Dormansi primer merupakan bentuk dormansi eksogen
(berkaitan dengan sifat fisik kulit benih) dan dormansi endogen (berkaitan dengan
sifat fisiologis).dormansi yang disebabkan oleh kulit benih terjadi karena adanya
komponen penyusun benih baik yang bersifat fisik atau kimia. Pemecahan dormansi
dapat dilakukan secara mekanik, fisik, kimia, biologis, dan penambahan zat yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

1.2 Tujuan
1. mengetahui pengaruh perlakuan berbagai cara pemecahan dormansi benih
kopi robusta dan untuk mendapatkan informasi perlakuan terbaik untuk
memecahkan dormansi benih kopi robusta.
2. Mengetahui lama perkecambahan pada berbagai suhu perlakuan kopi robusta
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Kopi (Coffea sp.)


Kopi (Coffea sp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk ke
dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan
dapat mencapai tinggi 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing.Daun
tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting rantingnya (Najiyati dan
Danarti, 1999).
Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan Kopi Robusta (Coffea canephora)
adalah salah satu jenis kopi yang umumnya dibudidayakan olehpetani di daerah
dataran rendah (< 700 m dpl) karena relatif lebih tahan terhadap serangan penyakit
karat daunbila dibandingkan dengan kopi jenis Arabika (Coffea arabica).Menurut
para petani, keunggulan lainny aadalah pemeliharaan kopi jenis Robusta dianggap
lebih mudah dan sederhana atau tidak terlalu rumit(Risandewi, 2013).
Ciri-ciri morfologi penyusun tanaman kopi itu sendiri, diantaranya:
a. Akar
Sistem perakaran pada Tanaman kopi memiliki akar tunggang, dimana akar
tunggangnya ini tumbuh dari akar lembaga yang mana terus menerus tumbuh hingga
akhirnya menjadi akar pokok yang bercabang banyak lalu kemudian menjadi akar
yang ukurannya lebih kecil lagi. Pada akar tunggang, biasanya akan terdapat akar-
akar kecil yang tumbuh ke samping, yang mana sering disebut akar lebar. Dari akar
lebar inilah, bulu-bulu atau rambut-rambut akar dan tudung akar akan
muncul.Rambut-rambut akar memiliki fungsi untuk memperluas area penyerapan air
serta nutrisi yang terdapat di dalam tanah, yang pastinya berguna untuk tanaman
kopi. Sedangkan untuk tudung akar sendiri memiliki fungsi untuk melindungi akar
ketika sedang melakukan penyerapan unsur hara dari dalam tanah. Akar tunggang
pada tanaman kopi ini juga berfungsi sebagai penyokong tanaman agar
dapat berdiri kokoh.
b. Daun
Daun pada tanaman Pada tanaman kopi, daunnya berbentuk jorong dan tumbuh di
bagian batang, cabang serta ranting tanaman dimana tersusun secara berdampingan
pada bagian ketiak. Tanaman kopi sendiri memiliki daun berwarna hijau, memiliki
bentuk daun runcing pada bagian ujungnya, sedangkan pada bagian pangkalnya
memiliki tepi yang tidak pernah bertemu, hal disebabkan terpisah oleh pangkal ujung
tangkai daun yang bentuknya tumpul. Tanaman kopi sendiri memiliki tulang daun
yang menyirip dimana tulang daun ini terbentang dari pangkal hingga ujung
daunnya.
Pada bagian tepi daun tanaman kopi memiliki bentuk berombak, dan daunnya
memiliki permukaan yang licin serta mengkilat. Namun ciri morfologi dari daun kopi
bisa beragam tergantung dari jenis varietas kopinya.
c. Bunga
Bunga pada Tanaman kopi bisa disebut dengan planta multiflora karena
kemampuannya dalam menghasilkan bunga yang banyak. Bunga tanaman kopi
sendiri letaknya berada pada ketiak daun dimana bunganya membentuk suatu
rangkaian yang bergerombol. Rangkaian inilah yang biasa disebut dengan bunga
majemuk. Bunga tanaman kopi juga termasuk bunga sempurna karena memiliki alat
kelamin jantan yaitu benang sari dan alat kelamin betina yaitu putik, dan termasuk
golongan berumah satu karena bunga jantan dan bunga betinanya terdapat pada
satu batang tumbuh.
d. Buah
Buah yang dihasilkan dari tanaman kopi sendiri memiliki warna yang berubah-
ubah, dari mulai hijau muda lalu menjadi hijau tua kemudian kuning, dan ketika
matang akan berubah menjadi merah atau merah tua. Daging buah kopi sendiri ketika
sudah matang akan mengandung glukosa yang rasanya manis.
e. Biji
Biji pada tanaman Tanaman kopi sendiri termasuk tanaman berbiji tertutup.
Terdiri dari 2 lapisan, lapisan pertama yaitu kulit luar dengan tekstur keras seperti
kayu, dan yang kedua kulit dalam berupa selaput tipis yang biasa disebut kulit ari.
d. Batang
Batang tanaman kopi tegak lurus dan bercabang, ketinggiannya bisa
mencapai 12 meter. Memiliki batang yang lebih besar di bagian bawahnya dan
semakin mengecil di bagian ujung. Morfologi batangnya beruas-ruas dimana tumbuh
kuncup-kuncup pada bagian batang dan cabangnya.
2.2 Perkecambahan Tanaman Kopi
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman
yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Perkecambahan sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air akan diabsorbsi
dan digunakan untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan
(Agustrina, 2008).
Fase perkecambahan diawali dengan imbibisi yang menjadikan kulit biji
lunak dan terjadinya peningkatan aktivitas enzimatik. Pada saat perkecambahan,
imbibisi air merangsang aktivitas giberelin yang diperlukan untuk mengaktivasi
enzim amilase. Enzim ini selanjutnya masuk ke dalam cadangan makanan dan
mengkatalis proses perubahan cadangan makanan, pati menjadi gula yang kemudian
digunakan sebagai sumber energi untuk pembelahan dan pertumbuhan sel.
Guna memaksimalkan bibit yang tumbuh di persemaian maka terlebih dahulu
dilakukan perkecambahan benih. Perlakuan pada benih dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain dengan cara mekanis, fisik maupun kimia. metode yang
paling praktis karena dalam perkecamabahan adalah dengan merendam benih
kopipada air bersuhu tinggi. Perendaman menggunakan air bersuhu tinggi teruji
efektif menghilangkan bahan-bahan penghambatperkecambahan dan memicu
pembentukan hormon pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah (Raharjo,
2002).
Menurut Desmawan et,al (2017) perendaman biji kopi setiap hari selama 7 hari
perbedaan suhu air awal perendaman mampu meningkatkan daya tumbuh benih
dimana suhu 90⁰C menunjukkan daya tumbuh benih paling tinggi dibanding benih
yang direndam dengan suhu 30⁰C dan 60⁰C. Pada waktu perendaman
berpengaruhterhadap kenaikan daya tumbuh benih dimana waktu perendaman 30
menit memiliki nilai daya tumbuh paling tinggi dibanding waktu perendaman 10 dan
20 menit.Menurut Cahyanti (2009) menyatakan bahwa penyimpanan benih pada
suhu 10°C selama 12 jam mampu mempercepat laju perkecambahan benih kopi.
Masa dormansi yang dimiliki oleh benih kopi mengakibatkan lamanya proses
perkecambahan, sehingga diperlukan upaya untuk mempercepat perkecambahan
benih kopi. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah merendam benih ke
dalam air dengan suhu tertentu.
BAB 3. METEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum “Pengaruh suhu perendaman terhadap perkecambahan benih kopi
robusta ” dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 30 Oktober 2023 pada pukul 07.00-
09.00 WIB. Di Laboratorium TPB lantai 2 Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan


Alat :
1. Panci
2. Termometer suhu air
3. Beaker glass
4. Bak perkecambahan
Bahan:
1. Kopi
2. Air

3.3 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Panaskan air sampai mendidih
3. Pisahkan benih kopi dengan kulit tanduknya
4. Masukkan benih kopi ke dalam 4 beaker glass masing-masing 50 butir untuk
diberi perlakuan
5. Perlakuannya antara lain:
 Perlakuan 1: Kontrol (benih langsung dikecambahkan, dihilangkan
kulit tanduknya)
 Perlakuan 2: Benih tanpa kulit tanduk, direndam selam 1 hari dengan
suhu awal 30°c
 Perlakuan 3: Benih tanpa kulit tanduk, direndam selam 1 hari dengan
suhu awal 60°c
 Perlakuan 4: Benih tanpa kulit tanduk, direndam selam 1 hari dengan
suhu awal 90°c
6. Setelah air mendidih, ukur suhu air panas menggunakan termometer suhu air
sampai suhu yang diinginkan
7. Jika air panas telah mencapai suhu yang diinginkan, tuang air panas ke dalam
beaker glass
8. Tanam perlakuan kontrol pada bak perkecambahan
9. Setelah direndam 1 hari, benih kopi pada perlakuan 2, 3, dan 4 di tanam pada
bak perkecambahan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
First Count Final Count Viabilitas
No Perlakuan Ulangan
KN KAbn BM BK BSTT KN KAbn BM BK BSTT (%)
1 0 3 22 12
2 0 19 6 76
3 0 0 25 0
1 A 4 0 1 24 4
5 0 0 25 0
6 0 0 25 0
Rata - Rata Viabilitas (%) 15,3
1 0 11 14 44
2 0 9 16 36
3 0 3 22 12
2 B 4 0 10 15 40
5 0 12 13 48
6 0 6 0 19 24
Rata - Rata Viabilitas (%) 34
1 0 7 18 28
2 0 6 19 24
3 0 11 1 13 48
3 C 4 0 5 1 19 24
5 0 1 24 4
6 0 6 0 19 24
Rata - Rata Viabilitas (%) 25,3
1 0 0 25 0
2 0 0 25 0
3 0 0 25 0
4 D 4 0 0 25 0
5 0 0 25 0
6 0 0 25 0
Rata - Rata Viabilitas (%) 0

Keterangan:
A = Control atau tidak direndam
B = Rendam 1 hari dengan suhu awal 30oC
C = Rendam 1 hari dengan suhu awal 60oC
D = Rendam 1 hari dengan suhu awal 90oC

4.2 Pembahasan
Menurut Schmidth (2002), air panas mematahkan dormansi fisik pada
Leguminoseae melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereid
atau merusak tutup strophiolar. Metode ini paling efektif jika merendam benih
menggunakan air mendidih. Sebaiknya direndam sementara untuk menghindari
kerusakan embrio. Cara yang umum dilakukan adalah dengan menuangkan benih ke
dalam air mendidih dan membiarkannya dingin selama 12 hingga 24 jam agar airnya
terserap. Cara stratifikasi merupakan cara yang paling praktis karena cukup dengan
merendam biji kopi dalam air panas dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Sandi, Indriyanto, dan Duryat (2014), menyatakan bahwa


perendaman benih di dalam air panas dapat melunakan dan membuka pori-pori kulit
benih yang kering dan keras, sehingga dapat meningkatkan proses imbibisi pada
benih. Proses imbibisi pada benih merupakan awal dari perkecambahan.
Perendamanan menggunakan air bersuhu tinggi teruji efektif menghilangkan bahan-
bahan penghambat perkecambahan dan memicu pembentukan hormon pertumbuhan
sehingga biji dapat berkecambah (Raharjo, 2002).

Hasil pada pengamatan tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada
nilai rata-rata viabilitas benih kopi. Pada perlakuan A memiliki rata-rata viabilitas
sebesar 15,3%. Pada perlakuan B memiliki rata-rata viabilitas sebesar 34%. Pada
perlakuan C memiliki rata-rata viabilitas sebesar 25,3%. Pada perlakuan D memiliki
rata-rata viabilitas sebesar 0%. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa metode
pemecahan dormansi benih kopi dengan merendam benih dalam air panas sangat
efektif dalam benih kopi sesuai dengan pernyataan dari Schmidth, Raharjo, Sylva
Lestari. Selain itu, perlakuan B memiliki rata-rata viabilitas yang paling tinggi
daripada ketiga perlakuan tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk perlakuan
perendaman selama 1 hari pada suhu air 30 oC paling efektif. Namun, jika suhu airnya
mencapai 90oC tidak akan efektif, karena suhu air yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kerusakan pada struktur benih tersebut.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini disimpulkan bahwa metode pemecahan dormansi benih
kopi dengan merendam benih dalam air panas sangat efekti dalam benih kopi dimana
perlakuan B memiliki rata-rata viabilitas yang paling tinggi daripada ketiga
perlakuan tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk perlakuan perendaman
selama 1 hari pada suhu air 30 oC paling efektif. Perendaman benih di dalam air panas
dapat melunakan dan membuka pori-pori kulit benih yang kering dan keras, sehingga
dapat meningkatkan proses imbibisi pada benih. Proses imbibisi pada benih
merupakan awal dari perkecambahan. Perendamanan menggunakan air bersuhu
tinggi teruji efektif menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan dan
memicu pembentukan hormon pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah.

5.2 Saran
Mahasiswa disarankan pada saat melakukan praktikum melaksanakan proses
praktikum dengan teliti agar praktikum berjalan dengan lancar dan tidak terjadi
adanya kecelakaan pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, S. N. dan R. N. Sesanti. 2018. Upaya mempercepat perkecambahan benih


kopi arabika (coffea arabica, l.) dan kopi robusta (coffea canephora var. robusta)
dengan penggunaan air kelapa. Jurnal Wacana Pertanian. 14(1):10–18.
Perendaman, S. 2017. PENGARUH suhu perendaman terhadap pertumbuhan
vigorbiji kopi lampung (coffeacanephora) oleh junaidi1), fandi ahmad2)
agroteknologi fakultas pertanian, universitas madako tolitoli
Pramono, P. 2020. SKRIPSI: PENGARUH SUHU AIR DAN LAMA
PERENDAMAN PADA PERKECAMBAHAN BIJI KOPI (Coffea Canephora).
2020.
Rahardjo.2002, Beberapa Cara yang Perlu Dalam Perkecambahan Kopi, Sub
PenelitianBudidaya Perkebunan Kopi, Bogor.
Sandi, A. L. I., Indriyanto, dan Duryat. 2014. Ukuran benih dan skarifikasi dengan
air panas terhadap perkecambahan benih pohon kuku (pericopsis mooniana).
Jurnal Sylva Lestari. 2(3):83–92.
Schmidth L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Subtropis.Jakarta: Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Departemen Kehutanan.
LAMPIRAN

First count

Anda mungkin juga menyukai