Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN DAN INDUSTRI


Aspek Budidaya Dan Prospek Pemasaran Produk Tanaman Kopi

Dosen Pengampu :
Ir. Maria Ulfa, MP.

Disusun Oleh :
Nama : Erwin
NPM : 21801031055
Kelas : Agroteknologi 5B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kopi (Coffea spp.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis
tanaman berasal dari benua Afrika. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi
sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa
Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Tanaman kopi
dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada waktu itu masih dalam taraf
percobaan. Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor unggulan yang
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi
di pasaran dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat
karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta
kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik
dan ekselen.
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan penghasilan kopi. Semua
kopi yang tersebar di dunia merupakan jenis kopi yang terdapat di indonesia. Selain
memiliki rasa yang unik, kopi indonesia juga memiliki aroma yang khas sehingga
masyarakat eropa menyukai akan kopi tersebut. Tak sedikit pula perkebunan
perkebunan besar baik itu milik pemerintah maupun swasta membudidayakan
tanaman kopi untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin hari semakin
banyak.
Semua keunikan kopi di indonesia tidak terlepas dari pembudidayaan yang baik
untuk mendapatkan kualitas kopi yang baik pula. Pengetahuan pengetahuan tentang
tanaman kopi pun saat ini merupakan topik terhangat yang perlu dipahami
masyarakat khususnya petani kopi. Kwalitas kopi yang baik tentu bukan hanya
ditentukan dari varietas atau klon saja. Pemeliharaan juga merupakan kunci dalam
pembudidayaan tanaman kopi. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kualitas
kopi tersebut, pengolahan pun merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi
kualitas kopi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana syarat tumbuh tanaman kopi?
2. Bagaimana teknik budidaya tanaman kopi?
3. Bagaimana prospek pemasaran tanaman kopi?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana syarat tumbuh tanaman kopi.
2. Mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman kopi.
3. Mengetahui bagaimana prospek pemasaran tanaman kopi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Tanaman Kopi
Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya sangat
berbeda dengan tanaman musiman, dan dalam tata nama secara taksonomi ini
terdapat klasifikasi-klasifikasi dari tanaman kopi adalah sebagai berikut:
 Kindom : Plantae
 Divisio : Spermatophita
 Sub-divisio : Angeospermae
 Kelas : Dicotiledónea
 Ordo : Rubiales
 Family : Rubiaceae
 Genus : Coffea
 Species : Coffea sp

2.2 Morfologi Tanaman Kopi


Morfologi tanaman kopi yaitu memilki akar tunggal, berbatang tegak lurus dan
beruas-ruas, daun bulat telur dan ujungnya agak meruncing hingga bulat yang
tumbuh pada batang. bungatanaman kopi tumbuh di ketiak-ketiak cabang primer
yang tersusun berkelompok, yang terdiri atas 4-6 bunga. Sedangkan buah
tanaman kopi yang masih muda berwarna hijau, dan buah yang telah masak
berwarna merah.

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi


2.3.1. Tanah
 pH tanah : 5,5 – 6,5
 Top soil : Minimal 2%
 Stuktur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.
2.3.2. Iklim
 Tinggi tempat : 700 – 2000 m dpl
 Suhu : 15º C – 25º C
 Curah hujan : 1.500 – 2500 mm/thn

2.4 Tahapan Budidaya Tanaman Kopi


2.4.1 Pemilihan Bibit
Memilih bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan
budidaya tanaman kopi. Pemilihan bibit tanaman kopi mencakup - berbagai aspek
yakni, pemilihan varitas unggul yang sesuai, macam bibit, serta sumber bibit dan
benih. Tanaman kopi sangat banyak jenisnya, bisa mencapai ribuan. Namun yang
banyak dibudidayakan hanya empat jenis saja yakni arabika, robusta, liberika dan
excelsa.
Bibit yang akan ditanam dapat berasal dari :
 Biji (zaaling), pembiakan secara genertaif.
 Sambungan atau stek, pembiakan secara vegetatif.
Pembiakan Bibit Tanaman Kopi dari Biji
Cara Pembibitan
 Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya
biasanya dari penangkar benih terpercaya.
 Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian dengan tebal lapisan pasir
sekitar 5 cm.
 Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan pengurangan bertahap
jika bibit telah tumbuh
 Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah
 Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan
lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur
bibit 2 - 3 bulan sejak awal pembibitan
 Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat tabel) hingga umur 12
bulan
 Siramkan SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10 liter air, ambil 250 ml
per pohon dari larutan tersebut
 Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC NASA per tangki sebulan
sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam.

2.4.2 Persiapan Lahan


Tanaman kopi yang baru saja ditanam biasanya tidak tahan kekeringan.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau pertengahan bulan
November-Desember, Sehingga pada musim kemarau berikutnya tanaman kopi
sudah cukup kuat menahan kekeringan.
Lahan yang akan ditanami kopi bisa dibedakan menjadi 3.
1. Lahan bukaan baru yang belum pernah ditanami tanaman kopi ataupun
tanaman perkebunan lainnya, persiapan lahannya dilakukan berikut:
 Sekitar 2-3,5 tahun sebelum kopi ditanam, diadakan penebangan pohon-
pohon serta tunggul-tunggulnya,
 Pengolahan tanah dilakukan secara hati-hati agar lapisan humus tidak
hilang dan rusak,kurang lebih 2-3 tahun sebelum tanam, lahan ditanami
dengan tanaman pelindung (Najiati dan Danarti, 1990:88).
2. Lahan bekas tanaman perkebunan atau tanaman usaha lainnya selain tanaman
kopi, persiapan lahannya dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
 1,5-3 tahun sebelum kopi ditanam, dilakukan penebangan pohon-pohon
dan sisa-sisanya,
 mengolah tanah dan memperbaiki teras-teras, jalan dan aluran drainase
yang rusak.
 Lahan ditanami dengan tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung
(Najiati dan Danarti, 1990:88).
3. Lahan yang ditanami kopi tetapi tidak produktif, persiapan lahannya
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
 Seluruh tanaman kopi ditebangi,
 Memperbaiki teras, jalan-jalan, dan saluran drainase yang rusak,
 Bila tanaman pelindungnya masih baik, maka tidak perlu dibongkar,
cukup dipangkas saja, tetapi apabila tanaman pelindung sudah rusak
maka perlu diganti.
 Penanaman kopi bisa dimulai jika tanaman pelindung sudah rindang
(Najiati dan Danarti, 1990:89).

2.4.3 Penanaman Tanaman Pelindung


Sayarat tanaman pelindung adalah sebagai berikut :
 Memiliki percabangan yang mudah diatur.
 Pohon penaung memiliki perakaran yang dalam agar dapat menyerap unsur
hara dari tanah sisi di dalam.
 Daun-daun pohon penaung yang gugur dapat terurai menjadi pupuk organik
yang bisa menyuburkan tanah sisi atas sehingga bisa diserap oleh tanaman kopi.
 Gampang diatur secara periodik sehingga tidak menghalangi pembungaan
tanaman kopi.
 Tidak menjadi tanaman inang hama serta penyakit untuk tanaman kopi.
 Tergolong sebagai type tanaman leguminosa berumur
panjang yang menghasilkan banyak bahan organik.
 Pohon penaung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau
memanfaatkan tanaman penaung yang ada.
 Jenis tanaman untuk pohon penaung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.
 Tinggi pencabangan pohon penaung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi
 Pemangkasan pohon penaung dilakukan pada musim hujan
Manfaat tanaman pelindung adalah sebagai berikut :
 Mengurangi penyinaran segera hingga humus tidak gampang hilang.
 Mengurangi berlangsungnya erosi terlebih pada tempat miring.
 Menghindari embun upas ( frost ) pada daerah-daerah tinggi.
 Sebagai sumber bahan organik.
 Bisa menahan laju perkembangan gulma.

4.4.4 Pembuatan Lubang Tanam


Lubang tanam dibuat 3-6 bulan sebulum tanam. Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki struktur tanah dan untuk membunuh bibit penyakit (Najiati dan
Danarti, 1990:89). Sebelum pembuatan lubang tanam dimulai, kita harus
menentukan letak lubang-lubang yang akan digali. Letak lubang harus berurutan
dengan jarak tertentu, supaya memudahkan pemeliharaan tanaman. Jarak tanam
kopi yang dianjurkan Dirjen Perkebunann adalah 2,5 m x 2,5 m x 2,5 m (Najiati
dan Danarti, 1990:89).
Jarak tanam tersebut bisa sedikit berubah, dengan ketentuan semakin tinggi
suatu tempat dari permukaan air laut, jarak tanam semakin renggang. Semakain
rendah dari permukaan air laut, jaraknya semakin rapat (Najiati dan Danarti,
1990:89).

4.4.5 Penanaman
Setelah pohon pelindung dan lubang tanamnya dipersiapkan, maka tahap
selanjutnya adalah penanaman. Penanaman dilakukan dengan tahap-tahap berikut:
 Lubang tanam yang semula sudah ditutup digali lagi, tetapi dengan ukuran
yang lebih kecil. Kira-kira sedikit lebih besar daripada gumpalan tanah yang
membungkus akar bibit
 Pembungkus gumpalan tanah pada bibit seperti plastik dan pelepah batang
pisang dilepas pelan-pelan. Tanahnya sedikit dikorek-korek agar akar yang
ruet bisa lurus. Akar tunggang yang belum dipotong, dipotong hingga tinggal
25-30 cm. Daun-daun yang masih utuh dipotong hingga 1/4-1/3 bagian untuk
mengurangi pnguapan.
 Bibit berikut gumpalan tanahnya dimasukkan kedalam lubang sampai batas
leher akar
 Lubang ditutup dengan tanah sampai agak menggunung agar bila tanah agak
memadat, bibit tidak tergenang air kalau hujan, selanjutnya disiram dengan air
(Najiati dan Danarti, 1990:91-93).

2.4.6 Pemeliharaan
Langkah yang diperlukan untuk pemeliharaan budidaya kopi adalah
penyulaman, pemupukan pemangkasan dan penyiangan.
2.4.6.1 Penyulaman
Setelah bibi ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut
setidaknya seminggu dua kali. Setelah bibit berumur 1-6 bulan periksa
sedikitnya satu bulan sekali. Selama periode pemeriksaan tersebut, bila ada
kematian pada pohon kopi segera lakukan penyulaman. Penyulaman
dilakukan dengan bibit yang sama. Lakukan perawatan yang lebih instensif
agar tanaman penyulam bisa menyamai pertumbuhan pohon lainnya.

2.4.6.2 Pemupukan
Pemberian pupuk untuk budidaya kopi bisa menggunakan pupuk organik
atau pupuk buatan. Pupuk organik bisa didapatkan dari bahan-bahan sekitar
kebun seperti sisa-sisa hijauan dari pohon pelindung atau kulit buah kopi sisa
pengupasan kemudian dibuat menjadi kompos. Kebutuhan pupuk untuk setiap
tanaman sekitar 20 kg dan diberikan sekitar 1-2 tahun sekali.
Cara memberikan pupuk dengan membuat lubang pupuk yang mengitari
tanaman. Kemudian masukkan kompos kedalam lubang pupuk tersebut. Bisa
juga dicampurkan pupuk buatan kedalam kompos. Untuk tanah yang asam
dengan pH dibawah 4,5 pemberian pupuk dicampur dengan setengah
kilogram kapur. Pemerian kapur dilakukan 2-4 tahun sekali.
Untuk memperkaya bahan organik areal perkebunan bisa ditanami dengan
tanaman penutup tanah. Tanaman yang biasa dijadikan penutup tanah dalam
budidaya kopi diantaranya bunguk (Mucuna munanease) dan kakacangan
(Arachis pintol). Tanaman penutup tanah berfungsi sebagai pelindung dan
penyubur tanah, selain itu hijauannya bisa dijadikan sumber pupuk organik.

2.4.6.3 Pemangkasan
Terdapat dua tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan
berbatang tunggal dan pemangkasan berbatang ganda. Pemangkasan
berbatang tunggal lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai
banyak cabang sekunder semisal arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak
diaplikasikan diperkebunan rakyat yang menanam robusta. Pemangkasan ini
lebih sesuai pada perkebunan di daerah dataran rendah dan basah.
Berdasarkan tujuannya, pemangkasan dalam budidaya kopi dibagi menjadi
tiga macam yaitu:
 Pemengkasan pembentukan, bertujuan membentuk kerangka tanaman seperti
bentuk tajuk, tinggi tanaman dan tipe percabangan.
 Pemangkasan produksi, bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak
produktif atau cabang tua. Hal ini dilakukan agar tanaman lebih fokus
menumbuhkan cabang yang produktif. Selain itu, pemangkasan ini juga untuk
membuang cabang-cabang yang terkena penyakit atau hama.
 Pemangkasan peremajaan, dilakukan pada tanaman yang telah mengalami
penurunan produksi, hasil kuranng dari 400 kg/ha/tahun atau bentuk tajuk
yang sudah tak beraturan. Pemangkasan dilakukan setelah pemupukan untuk
menjaga ketersediaan nutrisi.

2.4.6.4 Penyiangan Gulma


Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih
muda. Lakukan penyiangan setiap dua minggu, dan bersihkan gulma yang ada
dibawah tajuk pohon kopi. Apabila tanaman sudah cukup besar, pengendalian
gulma yang ada diluar tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman
penutup tanah. Penyiangan gulma pada tanaman dewasa dilakukan apabila
diperlukan saja.
2.4.6.5 Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut Puslitkoka (2006), hama utama pada tanaman kopi adalah:
 Nematoda parasit, yaitu Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis.
Pengendalian disarankan menggunakan metode kimiawi seperti karbofuran
(Curaterr 3 G) ataupun tanaman tahan, seperti klon BP 961.
 Hama penggerek buah kopi, yaitu Hypothenemus hampei. Untuk
pengendalian disarankan melakukan pengaturan naungan agar pertanaman
tidak terlalu gelap, atau penggunaan parasitoid Cephalonomia stephanoderis
ataupun menggunakan tanaman yang masak serentak seperti USDA 762 untuk
arabika dan BP 234 dan BP 409.
 Kutu dompolan atau kutu putih Planococcus citri, yang disarankan
dikendalikan dengan pengaturan naungan, maupun cara kimia dengan
insectisida propoksur (poxindo 50 WP).
 Kutu hijau (Coccus viridis) atau kutu coklat (Saesetia coffeae), pengendalian
yang disarankan dengan pemeliharaan dan pemupukan yang berimbang atau
cara kimia menggunakan tepung Sividol atau Karbaril maupun penyemprotan
insektisida (Anthio 330n EC).
 Penggerek cabang Xylosandrus spp. yang dikendalikan dengan memotong
cabang terserang, pemangkasan, dan membakar ranting-rantingnya.
 Penggerek batang merah Zeuzera coffeae, disarankan dikendalikan dengan
memotong batang terserang maupun cara kimia dan biologis lainnya.
Menurut Puslitkoka (2006), penyakit utama pada tanaman kopi adalah :
 Karat daun, dikendalikan dengan menanam tanaman tahan (misal S 795) serta
pemangkasan dan pemupukan agar tanaman cukup kuat dan bugar serta
menggunakan cara kimiawi dengan fungisida kontak (misal Cupravit OB 21,
dll.).
 Bercak daun, dikendalikan dengan pemberian naungan yang cukup tapi
pertanaman tidak lembab serta cara kimiawi dengan penyemprotan Bavistin
50 WP, dll.
 Jamur upas, dikendalikan dengan memotong batang sakit dan dibakar
potongan-potongan tersebut ataupun dengan pemberian fungisida Calixin RP,
dll.
 Busuk buah dan busuk cabang, dikendalikan dengan memetik buah terserang
dan buah tersebut dibakar atau dipendam ataupun cara kimiawi dengan
pemberian fungisida Delsene MX 200 atau sejenisnya.
 Jamur akar coklat, dikendalikan dengan membongkar akar tanaman yang
terserang lalu dibakar dan bekasnya tidak ditanami lagi minimal 2 tahun.
 Penyakit rebah batang, dikendalikan dengan pengaturan naungan agar cukup
sinar matahari ataupun menyemprot pembibitan dengan Delsene MX 200.
2.5 Panen Tanaman Kopi
Tanaman kopi yang kita lakukan perawatan secara benar dan dari jenis bibit
varietas unggul,akan panen pertama di usia 3-4 tahun.Semua tergantung dari
perawatan,pupuk,serta bibit yang kita gunakan.dan akan mampu membuahkan
hasil buah yang sangat berlimpah ketika tanaman kopi telah mencapai umur 10
tahun..
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah
yang telah masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit
buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika
setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-
hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).
Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen
senyawa gula di dalam daging buah. Buah kopi yang masak mempunyai daging
buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi
sehingga rasanya manis. Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak
berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula masih belum terbentuk
maksimal. Sedangkan kandungan lender pada buah yang terlalu masak cenderung
berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami
akibat proses respirasi
Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa
cara pemetikan:
 Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
 Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
 Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat
pemetikan.
 Secara racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi
yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.

2.6 Prospek Pemasaran Kopi


Kopi merupakan salah satu komoditas dunia yang membawa nama Indonesia,
khususnya Jawa. Dalam perkopian dunia, secangkir kopi diistilahkan sebagai a cup
of java. Indonesia (khususnya Jawa) sejak Jaman Belanda dikenal sebagai
produsen kopi dengan cita rasa terbaik di dunia.
Saat ini, Indonesia merupakan produsen dan juga sekaligus konsumen penting
komoditas kopi. Sebagai produsen, Indonesia menempati urutan keempat setelah
Brasil, Vietnam dan Kolombia, dan sebagai konsumen berada dalam urutan
ketujuh (International Coffee Organization (ICO), 2017). Bagi masyarakat
Indonesia pada umumnya, minum kopi telah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari terutama bagi orang-orang tua dan sekarang juga anak-anak muda dan
remaja.
ICO (2015) menunjukkan pertumbuhan peminum kopi di Indonesia
berkembang pesat, lebih daripada pertumbuhan dunia, yaitu 8% untuk
pertumbuhan peminum kopi Indonesia sedangkan pertumbuhan peminum kopi
dunia hanya mencapai 6%. Asosisasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia
(AEKI) menyebutkan pertumbuhan konsumsi kopi nasional meningkat dari 0,8
kilogram per kapita menjadi 1,3 kilogram per kapita. Perkembangan industri kopi
dunia juga berimbas pada industri kopi Indonesia. Industri kopi Indonesia
mengalami peningkatan pada industri hilir sebagaimana terlihat pada maraknya
kafe-kafe dan kedai kopi dewasa ini.
Kopi sebagai produk perkebunan di Indonesia juga cukup penting, menempati
urutan keenam setelah kelapa sawit, karet, gula, teh, dan kakao. Posisi Indonesia
sebagai konsumen penting karena kenaikan permintaan dalam negeri dapat
mengurangi ketersediaannya untuk pasar ekspor bagi pasar dunia. Kecenderungan
penting industri kopi terangkum dalam review tahunan ICO tahun 2016. Pertama,
dalam hal produksi, ketersediaan kopi robusta akan mendapat tekanan, karena
cuaca telah memengaruhi produksi kopi di Vietnam dan Indonesia.
Dalam jangka panjang, konsumsi dunia dapat terus meningkat, pada tingkat
sedikit dibawah 2% per tahun, namun Asia Timur dan Tenggara tumbuh di atas
5%. Total konsumsi dunia diprediksi meningkat apabila produksi bisa
mengimbangi. Apabila produksi terus dalam tekanan, diperkirakan harga akan
cenderung naik. Tantangan global industri kopi dewasa ini adalah defisit produksi,
yaitu dalam beberapa tahun terakhir (2005-2016) konsumsi telah melebihi
kemampuan produksi, meskipun belum menyebabkan kekurangan pasokan karena
masih tersedia surplus kopi pada tahun 2012-2013 dan 2013-2014.
Setelah mengalami penurunan sejak tahun 2010- 2011 dan terendah 2015-
2016, industri kopi mulai bangkit setelah Januari tahun 2016. Harga indikator
komposit ICO mencapai titik terendah yaitu 106,74 sen USD/lb pada bulan
Januari, sebelum pulih dan kemudian mencapai level tertinggi sebesar 151,69 sen
pada akhir Juli 2016.
Pasar kopi dunia yang didominasi robusta dengan harga lebih stabil, namun
sejak 2016 pasar robusta juga telah tampak naik, dengan indikasi pasar berjangka
London naik lebih dari sepertiga sejak Maret 2016. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kekhawatiran pasokan atas ketersediaan Robusta. ICO (2015)
menerbitkan hasil studi yang melihat biaya produksi dan keberlanjutan ekonomi
dari budidaya kopi yang menunjukkan bahwa bagi banyak produsen, produksi kopi
tidak lagi menguntungkan. Pendapatan dari usaha tani kopi tidak mampu menutupi
biaya produksi. Masalah di hulu ini merupakan ancaman terhadap keberlanjutan
dan tantangan utama industri kopi.
Sebagian besar pergerakan harga kopi internasional akhir-akhir ini didorong
oleh perubahan nilai tukar terhadap mata uang negara produsen utama, yaitu
terhadap peso Brasil dan peso Kolombia. Perubahan itu mendorong perbaikan
harga di Negara-negara produsen lainnya. Tantangan lainnya, kecenderungan
pertumbuhan pasar sejak tahun 2001, didominasi hanya tiga produsen yaituBrasil,
Vietnam dan Kolombia dengan pangsa pasar terus meningkat. Hal ini berisiko
karena membuat pasar kopi jauh lebih rentan terhadap kejadian cuaca.
Di sisi konsumsi, konsolidasi sektor swasta menghasilkan lebih sedikit
perusahaan yang memiliki lebih banyak pasar. Sejumlah akuisisi swasta telah
menyebabkan konsolidasi pasar yang cepat, dan walaupun jumlahnya agak sulit
didapat, beberapa perkiraan menunjukkan bahwa 40-50% pasar kopi ritel global
dibagi oleh hanya tiga perusahaan. Bagi Indonesia, pasokan dunia kopi robusta
yang berkurang memberi kesempatan untuk mengisi celah, meskipun kejadian
cuaca yang tidak dapat diprediksi bisa juga menjadi masalah. Ini dapat memicu
penggunaan kopi arabika lebih banyak, sehingga dapat diharapkan harga akan
naik.
Era ini adalah kesempatan untuk mempromosikan kopi arabika yang bisa
mendapatkan harga lebih tinggi dan memperoleh pendapatan dari ekspor. Pasar
domestik yang dinamis menjadi alternatif dan jaring pengaman melawan
volatilitas harga internasional. Indonesia memiliki sektor kopi yang kompetitif dan
memerlukan kolaborasi dan koordinasi antara sektor publik dan swasta.

2.6.1 Saluran Pemasaran


Distribusi atau tata niaga kopi pada umumnya terdiri atas pelaku IKM, lembaga
pemasaran, dan saluran distribusi. Lembaga yang terlibat dalam memasarkan
produk kopi pada umumnya pengecer besar dan pedagang kecil yang menyalurkan
produk hingga ke konsumen akhir. Hasil penelitian Purnama et al. menyimpulkan
pelaku IKM mendapatkan harga jual, keuntungan maupun pendapatan yang
tertinggi pada saluran distribusi langsung kepada konsumen akhir, dibandingkan
dengan saluran distribusi melalui pedagang pengecer.
Namun volume penjualan melalui saluran distribusi langsung tersebut sangat
sedikit (hanya sekitar 10%) dibandingkan apabila menggunakan saluran distribusi
melewati pengecer besar dan pedagang pengecer kecil. Saluran distribusi melalui
jalur pengecer besar maupun kecil juga memberikan jumlah dan nilai penjualan
produk kopi olahan yang paling tinggi dibandingkan dengan saluran distribusi lain,
yakni sekitar 35-40% dari total jumlah dan nilai penjualan yang diperoleh
produsen.

2.6.2 Promosi
Fungsi dari promosi ini adalah memperkenalkan kepada konsumen yang belum
tahu bahwa anda mendirikan usaha pengolahan kopi. Anda dapat menggunakan
cara online maupun offline. Jika anda sudah menjalankan konsep bisnis offline,
maka anda bisa menggunakan sosial media untuk memasarkan bisnis kopi anda
secara online, seperti instagram, facebook, dan twitter.
Di samping itu, promosi melalui mulut ke mulut ini diyakini sebagai cara paling
mujarab, bisa juga dengan menggunakan website, membuat video dan unggah ke
youtube dan selanjutnya mengiklankan tayangan video youtube anda. Langkah
promosi berikutnya bisa dilakukan juga dengan mengikuti beberapa acara promosi
di dalam kota. Jadi akan semakin banyak yang mengenal bisnis kopi yang anda
jalankan.

2.6.3 Harga
Penetapan harga produk kopi olahan salah satunya ditentukan oleh panjang
tidaknya saluran distribusi yang dipilih mulai dari pelaku IKM sampai ke
konsumen akhir dan dibedakan dari kualitas produk kopi itu sendiri. Kopi specialty
yang memang benar benar kopi murni berkualitas tinggi akan memiliki harga yang
jauh lebih mahal dari pada kopi yang kualitasnya rendah. Selain itu jenis kopi juga
menentukan harga jual produk. Seperti halnya kopi jenis arabika memiliki harga
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kopi jenis robusta.
Sebagai contoh Sam’s Farm Coffee yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat,
membedakan harga jual produknya berdasarkan jenis kopi dan hasil
penyangraiannya. Produk kopi sangrai jenis Red Wine Coffee terbaik dengan
kadar penyangraian Full City ukuran 200 gram dibandrol dengan harga
Rp250.000, sedangkan jenis Red Wine Coffee dengan kadar penyangraian
medium ukuran berat yang sama dibandrol dengan harga Rp125.000. Demikian
pula dengan produk kopi sangrai merek Mountain Manglayang dengan kadar
penyangraian Dark seberat 250 gram dibandrol dengan harga jual Rp80.000.
Kualitas kopi sangrai kelas dua yang diberi merek Beleduk Coffee dengan kadar
penyangraian Medium seberat 100 gram, hanya dibandrol seharga Rp20.000.
Harga juga merupakan atribut utama yang diperhatikan oleh konsumen kelas
menengah ke bawah dalam memutuskan pembelian kopi bubuk, Untuk segmen ini
kenaikan harga sensitif memengaruhi permintaan. Oleh karena itu, efisiensi
merupakan kata kunci untuk menjalankan bisnis untuk segmen kelas ini.

2.6.4 Pasar Ekspor


Kopi merupakan komoditas ekspor. Untuk bermain di pasar ini, banyak
ketentuan yang harus diperhatikan. Kopi termasuk komoditas yang diatur tata
niaga ekspornya, masuk dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia HS dengan
Nomor 09.01 dan Nomor 21.01.
Ketentuan tentang ekspor kopi diatur beberapa kali dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia, yaitu peraturan Nomor 26/M -
DAG/PER/12/2005, yang telah diubah dengan diganti 27/M-DAG/PER/7/2008
dan 41/M-DAG/PER/9/2009 tentang Ketentuan Ekspor Kopi. Peraturan yang
terakhir kali pun masih mengalami perubahan dengan diterbitkannya Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 10/M-DAG/PER/5/2011.
Menurut Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI), syarat ekspor kopi
adalah sebagai berikut:
 Ekspor kopi hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah diakui sebagai
Eksportir Terdaftar Kopi (ETK) dan Eksportir Kopi Sementara (EKS) oleh
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan.
 Setiap ekspor kopi harus dilengkapi dengan Surat Persetujuan Ekspor Kopi
(SPEK). SPEK adalah surat persetujuan pelaksanaan ekspor kopi ke seluruh
negara tujuan yang dikeluarkan oleh Dinas yang bertanggung jawab dibidang
perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota. SPEK juga dapat digunakan untuk
pengapalan dari pelabuhan ekspor di seluruh Indonesia.
 Kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan
Menteri Perdagangan dan harus disertai dengan Surat Keterangan Asal
(SKA/Certificate of Origin Form ICO), yaitu surat keterangan yang digunakan
sebagai dokumen penyerta barang (kopi) yang diekspor dari seluruh
Indonesia, yang membuktikan bahwa barang (kopi) tersebut berasal,
dihasilkan dan/atau diolah di Indonesia.
Produk kopi biji arabika/robusta (Arabica wib or robusta oib, not roasted not
decaffeinated) dengan Kode HS 0901111000 merupakan produk yang paling
banyak diekspor dari Indonesia ke berbagai negara tujuan, baik dari sisi volume
maupun nilai ekspornya. Berikutnya diikuti oleh jenis produk Kopi Bubuk
(Coffee, roasted, not decaffeinated, ground) dengan Kode HS dan Kopi Biji
Lainnya (Oth coffee, not roasted, not decaffeinated) dengan Kode HS
0901119000.
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) menyebutkan bahwa Pelabuhan
Panjang (Lampung) merupakan pintu gerbang ekspor kopi robusta Indonesia,
sedangkan Pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) menjadi pintu gerbang ekspor
kopi arabika dari Sumatera. Adapun wilayah Jawa Timur dan Indonesia bagian
timur lainnya melakukan ekspor kopi robusta maupun kopi arabika dari
Pelabuhan Tanjung Perak sebagai pintu gerbang ke berbagai negara tujuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah sebagai berikut :
1. Tanaman kopi memiliki syarat tumbuh pH tanah 5,5 – 6,5 ,Top soil Minimal
2%, Stuktur tanah Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm, Tinggi tempat
700 – 2000 m dpl, Suhu 15º C – 25º , Curah hujan 1.500 – 2500 mm/thn.
2. Teknik budidaya tanaman kopi adalah Pemilihan bibit, Persiapan lahan,
Penanaman pohon penaung, Pembuatan lubang tanam, Penanaman,
pmeliharaan dan panen.
3. Pasar kopi dunia yang didominasi robusta dengan harga lebih stabil, namun
sejak 2016 pasar robusta juga telah tampak naik, Sebagian besar pergerakan
harga kopi internasional akhir-akhir ini didorong oleh perubahan nilai tukar
terhadap mata uang negara produsen utama, yaitu terhadap peso Brasil dan peso
Kolombia.
DAFTAR PUSTAKA
Aak.1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius, Yogyakarta. Pusat Data dan
Statistik Pertanian. 2006. Statistik Perkebunan. Departemen Pertanian.
AAK.1991.Budidaya Tanaman Kopi. penerbit kanisius :jogjakarta
Anonim, 2012. Laporan Serangan OPT Penting Tanaman Perkebunan Provinsi
Sulawesi Selatan. Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.
Direktorat Jenderal Perkebunan Direktorat Bin. Produksi, Buku Kegiatan Teknis
Operasional Budidaya 1 (Jakarta : Direktorat Bina Produksi Ditjen Perkebunan,
1986).
Najiati, S. & Danarti. 1990. Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Notodimejo,soewarno, dr.ir. 1985. Budidaya Tanaman Kopi Dan Karet. fakultas
pertanian universitas brawijaya : malang
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008.Kopi Arabika Klon BP 416 A Tahan
Penyakit Karat Daun. No Seri 02.006.08.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008. Perbanyakan Klonal Kopi. No Seri
02.004.05. Puslitkoka. 2006. Pedoman Teknis Tanaman Kopi. 96 hal. Jember.
Semangun Haryono, PENYAKIT TANAMAN PERTANIAN di Indonesia, Fak
Pertanian Univ. Gajah Mada, Yogya

Anda mungkin juga menyukai