PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kopi sudah lama dibudidayakan baik oleh rakyat maupun
perkebunan besar. Di Indonesia, tanaman kopi dibudidayakan oleh rakyat dan
perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain DI Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Bali,
Sulawesi Selatan, NTT dan Timor-Timur. Dari keseluruhan sentra produksi
tersebut, produksi kopinya mencapai 88,37% dari total produksi Indonesia. Pada
tahun 1997, luas areal perkebunan kopi diperkirakan 1.179.843 ha dengan
produksi 485.889 ton. Nilai tersebut lebih tinggi 1.480 ha dan 7.038 ton dari tahun
sebelumnya. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan untuk perkebunan
kopi diperkirakan sekitar 790.676 ha. (Anonim, 2014).
Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia cenderung berkurang. Jika pada
tahun 1992 luas lahan 1.333.898 ha, maka pada tahun 1997, berkurang 154.055 ha
menjadi 1.179.843 ha. Namun demikian, produksinya meningkat dari 463.930 ton
pada tahun 1992 menjadi 485.889 ton pada tahun 1997. Pada tahun 1992 ekspor
kopi Indonesia mencapai 259.349 ton atau 59% dari total produksi dan nilai yang
didapatkan adalah US$ 236.775.000. Sedangkan volume ekspor sampai dengan
September 1997 mencapai 372.958 ton atau 77% dari total produksi dengan nilai
US$ 577.914. Peningkatan persentase volume kopi yang di ekspor ini cenderung
meningkatkan dengan harga kopi pasaran dunia yang dinilai dengan US$. Hal ini
juga menyebabkan harga kopi arabika di beberapa daerah meningkat dari Rp.
15.000/kg pada bulan Desember 1997 menjadi Rp. 31.000/kg pada minggu I
bulan Agustus 1998. Hal ini juga terjadi pada kopi robusta, walaupun
peningkatannya tidak sebesar kopi arabika, yaitu dari Rp. 5.250 pada bulan
Desember 1997 menjadi Rp. 22.000/kg pada minggu I bulan Agustus 1998. Harga
kopi robusta tersebut adalah harga untuk kualitas I. (Anonim, 2014)
BAB II
PEMBAHASAN
2
lingkungan;
pembukaan
lahan;
penanaman
dan
penaungan;
matahari dalam jumlah banyak pada awal musim kemarau atau akhir musim
hujan. Hal ini diperlukan untuk merangsang pertumbuhan kuncup bunga. Angin
berperan dalam membantu proses perpindahan serbuk sari bunga kopi dari
tanaman kopi yang satu dengan yang lainnya. Kondisi ini sangat diperlukan
terutama untuk jenis kopi yang self steril. (Hilman, 2013)
Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan
kaya bahan organik. Selain itu, tanaman kopi juga menghendaki tanah yang agak
masam, yaitu dengan pH 4,5 - 6 untuk robusta dan pH 5,0 - 6,5 untuk kopi
arabica.
2. Pembukaan lahan
Lahan yang digunakan untuk penanaman kopi dapat berasal dari lahan
alang-alang dan semak belukar, lahan primer atau lahan konversi. Pada lahan
alang-alang dan semak belukar, cara pembukaan lahan dilakukan dengan
pembabatan secara manual atau dengan menggunakan herbisida. Pada lahan
primer dilakukan dengan cara menebang pohon-pohon, sedangkan yang dari lahan
konversi dilakukan dengan menebang atau membersihkan tanaman yang
terdahulu.
3. Penanaman dan penaungan
Penanaman bibit kopi sebaiknya dilakukan pada awal atau pertengahan
musim hujan, sebab tanaman kopi yang baru ditanam pada umumnya tidak tahan
kekeringan. Tanaman kopi robusta dianjurkan untuk ditanam dengan jarak 2,5 x 2,
5 m atau 2, 75 x 2, 75 m, sedangkan untuk jenis arabika jarak tanamnya adalah 2,5
x 2,5 m, dengan demikian jumlah pohon kopi yang diperlukan sekitar 1.600
pohon/ha. Untuk penyulaman, sebaiknya dicadangkan lagi 400 pohon/ha.
Sebelum tanaman kopi ditanam, harus terlebih dahulu ditanam tanaman
pelindung, seperti lamtoro gung, sengon laut atau dadap yang berfungsi selain
untuk melindungi tanaman muda dari sinar matahari langsung, juga meningkatkan
penyerapan N (Nitrogen) dari udara pada tanaman-tanaman pelindung yang
mengandung bintil akar. (Hilman, 2013)
Adapun jenis gulma yang sering menganggu tanaman kopi antara lain
adalah alang-alang (Imperata Cylindrica), teki (cyperus rotudus), cyanodon
dactylon, Salvia sp, Digitaria sp, Oxalis sp, dan Micania cordata. (Rudy, 2014)
6. Pemangkasan
Tanaman kopi jika dibiarkan tumbuh terus dapat mencapai ketinggian 12
m dengan pencabangan yang rimbun dan tidak teratur. Hal ini akan menyebabkan
tanaman terserang penyakit, tidak banyak menghasilkan buah dan sulit dipanen
buahnya. Untuk mengatasi hal itu, perlu dilakukan pemangkasan pohon kopi
terhadap cabang-cabang dan batang-batangnya secara teratur.
Ada empat tahap pemangkasan tanaman kopi yang sering dilakukan, yaitu
pemangkasan pembentukan tajuk, pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan
cabang primer dan pemangkasan peremajaan. (Hilman, 2013)
7. Panen dan pascapanen
Tanaman kopi yang terawat dengan baik dapat mulai berproduksi pada
umur 2,5 - 3 tahun tergantung dari lingkungan dan jenisnya. Tanaman kopi
robusta dapat berproduksi mulai dari 2,5 tahun, sedangkan arabika pada umur 2,5
- 3 tahun.
a. Faktor Lamanya Pemanenan
1) Sifat Genetis,
2) Cara bercocok tanam,
3) Iklim (masa berbunga, kematangan, periode)
b. Teknik Pemanenan
1) Petik Bubuk (Longsongan) - dilaksanakan menjelang panen besar. Tujuan:
Memetik buah yg terserang hama bubuk.
2) Lelesan - memungut buah yg luruh ke tanah (pada buah yg terserang hama
bubuk).
3) Panen Raya - hanya memetik buah yg masak/tua.
4) Racutan (Rampasan) - memetik semua buah yg tertinggal di pohon sampai
habis. Tujuan: memutuskan siklus hama bubuk buah. (Hilman, 2013)
dan warna.
- Kopi yang pecah, kecil dan banyak cacat dalam bentuk dan warna.
2) Pengolahan Cara Kering
- Kopi yang utuh, tidak ada cacat dalam bentuk dan warna.
- Kopi yang utuh, ada cacat sedikit dalam bentuk dan warna.
- Kopi yang pecah, terlalu kecil dan banyak cacat. (Anonim1, 2011)
b. Pengupasan Buah
1) Dilakukan secara mekanik
Pengupasan buah biji kopi dapat dilakukan secara mekanik
menggunakan mesin pulper untuk pengolahan basah. Ada dua jenis mesin
pulper, yaitu :
- Vis-pulper
-
pengupasan.
Raung pulper : pengupasan dan membersihkan lendir, sehinga
tidak diperlukan proses fermentasi dan pencucian terdiri 4 silinder,
masing-masing
berfungsi:
mendorong
buah
kopi
masuk,
10
11
12
penguapan air pada suhu 100o C dan pirolisis pada suhu 180o - 225o C. Pada tahap
pirolisis, kopi mengalami perubahan-perubahan kimia antara lain penggarangan
serat kasar, terbentuknya senyawa volatil, pengguapan zat-zat asam, dan
terbentuknya zat beraroma khas kopi. (Anonim2, 2013)
Perendangan bisa dilakukan secara terbuka atau tertutup. Perendangan
secara tertutup banyak dilakukan oleh pabrik atau industri-industri pembuatan
kopi bubuk untuk mempercepat proses perendangan. Perendangan secara tertutup
akan menyebabkan kopi bubuk yang dihasilkan mempunyai rasa agak asam akibat
tertahannya air dan beberapa jenis asam yang mudah menguap, tetapi aromanya
akan lebih tajam karena senyawa kimia yang mempunyai aroma khas kopi tidak
banyak yang menguap. Selain itu kopi akan terhindar dari pencemaran bau yang
berasal dari luar seperti bau bahan bakar atau bau gas hasil pembakaran yang tidak
sempurna. Kini, BPP Bogor telah berhasil merancang mesin penyangrai sederhana
dengan kapasitas + 15 kg kopi beras yang harganya cukup murah. Mesin ini
mempunyai prinsip hampir sama dengan mesin yang digunakan oleh pabrik
sehingga bisa menghasilkan kopi bubuk yang tidak kalah mutunya.
Bagian terpenting dari alat penyangrai adalah silinder, pemanas, dan alat
penggerak atau pemutar silinder. Cara menggunakannya, pertama-tama silinder
dipanaskan hingga suhu tertentu dan diputar dengan kecepatan tertentu tergantung
dari tipe alatnya. Pada alat rancangan BPP Bogor silinder dipanaskan hingga suhu
+ 340o C dengan putaran 20 putaran/menit. Setelah silinder dipanaskan pada suhu
dan putaran tertentu, kemudian kopi dimasukkan ke dalam silinder. Sementara itu
pemanasan dan pemutaran silinder tetap berlangsung. Bila kopi sudah mencapai
tahap roasting point (kopi masak sangrai) pemanasan segera dihentikan dan kopi
segera diangkat dan didinginkan. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tahap
roasting point tergantung pada jumlah kopi yang disangrai dan jenis alat
penyangrai yang digunakan. Pada alat yang dirancang oleh BPP Bogor, untuk
menyangrai 15 kg kopi diperlukan waktu + 1 jam, untuk 3 kg kopi diperlukan
waktu hanya 15 menit. (Anonim2, 2013)
13
2) Penggilingan (Penumbukan)
Penggilingan adalah proses pemecahan (penggilingan) butir-butir biji kopi
yang telah direndang untuk mendapatkan kopi bubuk yang berukuran maksimum
75 mesh. Ukuran butir-butir (partikel-partikel) bubuk kopi akan berpengaruh
terhadap rasa dan aroma kopi. Secara umum, semakin kecil ukurannya akan
semakin baik rasa dan aromanya, karena sebagian besar bahan-bahan yang
terdapat di dalam kopi bisa larut dalam air ketika diseduh. Namun ada sementara
orang yang lebih suka bubuk kopi yang tidak terlalu lembut.
Penggilingan oleh industri kecil atau oleh pabrik dilakukan dengan
menggunakan mesin giling. Mesin ini biasanya sudah dilengkapi alat pengatur
ukuran partikel kopi sehingga secara otomatis bubuk kopi yang keluar sudah
mempunyai ukuran seperti yang diinginkan dan tidak perlu disaring lagi. Kopi
yang sudah direndang dan digiling mudah sekali mengalami perubahanperubahan, misalnya perubahan aroma, kadar air, dan ketengikan. Kopi bubuk
yang disimpan di tempat yang terbuka akan kehilangan aroma dan berbau tengik
setelah 2-3 minggu. Kehilangan aroma ini disebabkan karena menguapnya zat
caffeol yang beraroma khas kopi, sedangkan ketengikan disebabkan karena
adanya reaksi antara lemak yang terdapat dalam kopi dengan oksigen yang
terdapat dalam udara.
Untuk menghindari penurunan mutu kopi yang telah direndang selama
penyimpanan, sebaiknya kopi disimpan sebelum digiling. Karena kopi rendang
yang belum digiling mempunyai daya simpan 2-3 kali kopi yang telah digiling.
Kopi yang sudah digiling sebaiknya segera disimpan dan dipak dengan lapisan
yang kedap udara (misalnya plastik atau alumunium foil). Di pabrik yang cukup
modern kopi bubuk biasanya dipak dalam kemasan atau kaleng yang hampa udara
sehingga kopi dapat disimpan lebih lama. (Anonim2, 2013)
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam aspek pembudidayaan ini, hal-hal yang dibahas menyangkut kesesuaian
lingkungan; pembukaan lahan; penanaman dan penaungan; pemupukan;
pengendalian hama; penyakit dan gulma; pemangkasan; pemanenan; serta
pascapanen dan mutu kopi.
2. Pengolahan secara tradisional masih menggunakan alat yang sederhana dengan
menerapkan pengolahan secara kering. Adapun tahapannya, yaitu biji kopi
dijemur selama 10-14 hari dengan suhu 35 0C menghasilkan kopi glondongan
dengan kadar air 18 20 %, kemudian ditumbuk dan diayak untuk melapas kulit
dan menghasilkan kopi asalan dengan kadar air 18% selanjutnya pengeringan
kembali dengan suhu 50 60 0C dan melakukan sortasi kadar air 13 14 %
menghasilkan kopi beras 14,5%. Pengolahan modern dilakukan di industri besar
dengan menggunakan alat dan mesin yang sudah canggih dalam proses
pengolahannya. Pengolahan secara modern memanfaatkan teknologi untuk
meningkatkan kuliatas dan kuantitas kopi yang dihasilkan. Pengolahan industri
yang besar menerapkan pengolahan secara basah.
B. Saran
Adapun saran penulis yaitu buku penunjang matakuliah di kampus sebaiknya
ada untuk menambah reverensi mahasiswa dalam membuat karya tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Budidaya Tanaman Perkebunan.
http://budidayatanamanperkebunaan.blogspot.co.id/2014/03/budidayatanaman-kopi.html. Diakses 4 Oktober 2015
15
16