Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 – 2500 mm per
tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat
celcius dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006). Ketinggian
tempat penanaman akan berkaitan juga dengan citarasa kopi.
Jarak tanam budidaya kopi yang dianjurkan adalah 2,75×2,75 meter untuk
robusta dan 2,5×2,5 meter untuk arabika. Jarak tanam ini divariasikan dengan
ketinggian lahan. Semakin tinggi lahan semakin jarang dan semakin rendah semakin
rapat jarak tanamnya.
Buat lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm, pembuatan lubang ini
dilakukan 3-6 bulan sebelum penanaman. Saat penggali lubang tanam pisahkan tanah
galian bagian atas dan tanah galian bagian bawah. Biarkan lubang tanam tersebut
terbuka. Dua bulan sebelum penanaman campurkan 200 gram belerang dan 200 gram
kapur dengan tanah galian bagian bawah. Kemudian masukkan kedalam lubang
tanam. Sekitar 1 bulan sebelum bibit ditanam campurkan 20 kg pupuk kompos
dengan tanah galian atas, kemudian masukkan ke lubang tanam.
2.4.1 Penyulaman
2.4.2 Pemupukan
Pupuk organik mampu meningkatkan hara serta senyawa organik bagi tanah
yang kita tanami kopi. Pupuk organik mampu menyuburkan tanah secara alami.
Mampu meningkatkan jasad renik dalam tanah. Mampu membunuh dan
mengendalikan berbagai jenis parasit berbahaya. Mampu membuat tanaman kopi
lebih produktifitas kususnya pada buah. Buah tanaman kopi yang di hasilkan lebih
bagus,besar dan cepat panen.
Beberapa pupuk organik serta bahan yang bisa kita gunakan banyak ragam dan
jenisnya.lain petani biasanya lain pula bahan pupuk organik atau kompos bahan yang
di gunakannya..beberapa kombinasi bahan yang bagus untuk kita buat sebagai pupuk
organik antara lain.
Mungkin di antara anda banyak yang belum mengetahui cara pemupukan buah
tanaman kopi secara benar dan mampu di serap dengan cepat.Pemupukan tanaman
kopi tidak cuma tabur saja,namun semua aspek dan ketepatan perlu di perhatikan.
2.4.3 Pemangkasan
Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih
muda. Lakukan penyiangan setiap dua minggu, dan bersihkan gulma yang ada
dibawah tajuk pohon kopi. Apabila tanaman sudah cukup besar, pengendalian gulma
yang ada diluar tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman penutup tanah.
Penyiangan gulma pada tanaman dewasa dilakukan apabila diperlukan saja.
2.4.5 Penaungan
Ada beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai naungan-sementara yaitu:
- Mogania macrophylla
- Leucaena glauca
- Crotalari anagyroides
- Crotalaria usaramoensis
- Tephrosia candida
- Desmodium gyroides
- Acacia villosa (dapat tumbuh baik di tempat-tempat yang lamtoro sukar tumbuh).
Tanaman penaung tetap yang banyak digunakan pada tanaman kopi adalah:
Tanaman naungan pada pertanaman kop Pada tempat yang tinggi (di atas 1000
1500 m), dimana lamtoro biji (Leucaena glauca) telah banyak di ganti (ditempel)
dengan jenis-jenis lamtoro yang tidak berbiji, yang juga mempunyai pertumbuhan
lebih cepat dan menghasilkan kayu pangkasan lebih banyak. Klon lamtoro yang tahan
terhadap hama kutu loncat adalah PG 79, sangat baik digunakan sebagai penaung
tetap untuk tanaman kopi. Tanaman Sengon hanya dipakai di tempat-tempat tinggi (di
atas 1000-1500 m), dimana lamtoro biji (Leucaena glauca) telah banyak di ganti
(ditempel) dengan jenis-jenis lamtoro yang tidak berbiji, yang juga mempunyai
pertumbuhan lebih cepat dan menghasilkan kayu pangkasan lebih banyak.
Secara garis besar penurunan produktivitas kopi ditentukan oleh berbagai faktor,
di antaranya oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Terdapat tiga (3) jenis
OPT utama yang menyerang tanaman kopi yaitu hama (Hama Penggerek Buah Kopi
atau PBKO), nematoda parasit (Pratylenchus coffeae) dan penyakit (Penyakit Karat
Daun Kopi).
2.5.1 Hama
PHT hama PBKO telah diterapkan di Amerika Latin. Tiga komponen utama
yang diintegrasikan adalah :Pengendalian secara kultur teknik atau agronomis yang
meliputi pemangkasan setelah panen pada pohon kopi penunjangnya, Sanitasi buah
yang tersisa di pohon dan pangkasan cabang dan Pemangkasan perangkap untuk
menangkap sehingga secara massal. Tingkat keefektifan ini bisa mencapai 90%
dibanding kontrol. Di Indonesia pemasangan perangkap Brocap trap cukup efektif
menekan tingkatserangan pada kopi Robusta di Lampung (Wiryadiputra et al., 2008)
Menurut Puslitkoka (2006), hama utama pada tanaman kopi adalah : Nematoda
parasit, yaitu Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Pengendalian disarankan
menggunakan metode kimiawi seperti karbofuran (Curaterr 3 G) ataupun tanaman
tahan, seperti klon BP 961, Hama penggerek buah kopi, yaitu Hypothenemus hampei
Untuk pengendalian disarankan melakukan pengaturan naungan agar pertanaman
tidak terlalu gelap, atau penggunaan parasitoid Cephalonomia stephanoderis ataupun
menggunakan tanaman yang masak serentak seperti USDA 762 untuk arabika dan BP
234 dan BP 409, Kutu dompolan atau kutu putih Planococcus citri, yang disarankan
dikendalikan dengan pengaturan naungan maupun cara kimia dengan insectisida
propoksur (poxindo 50 WP), Kutu hijau (Coccus viridis) atau kutu coklat (Saesetia
coffeae), pengendalian yang disarankan dengan pemeliharaan dan pemupukan yang
berimbang atau cara kimia menggunakan tepung Sividol atau Karbaril) maupun
penyemprotan insektisida (Anthio 330n EC), Penggerek cabang Xylosandrus spp.
yang dikendalikan dengan memotong cabang terserang, pemangkasan dan membakar
2.5.2 Penyakit
Rendahnya produksi nasional kopi Arabika tidak terlepas dari terbatasnya lahan
yang sesuai untuk penanamannya, yaitu berupa persyaratan ketinggian tempat
penanaman di atas 1000 m di atas permukaan laut. Pada lahan tinggi tersebut selain
aroma kopi Arabika lebih baik, serangan jamur penyebab penyakit karat daun,
Hemileia vastatrix B. et Br. juga akan terhambat. Sementara itu lahan yang masih
tersedia sebagian besar terletak pada lahan ketinggian menengah (700 – 900 m dpl.),
yaitu suatu area yang selama ini telah banyak ditanami kopi Robusta. Jadi salah satu
cara menghindari penyakit karat daun pada kopi arabika adalah dengan menanam
pada lahan dengan ketinggian yang cukup, yaitu di atas 1000 m dpl.
2.5.3 Nematoda
2.6.1 Panen
Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang
telah masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 – 3 tahun. Buah
matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua
adalah buah masih, berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah
maka buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak
penuh terlampaui (over ripe) (Starfarm, 2010a).
Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik dalam
keadaan masak penuh. Kopi robusta memerlukan waktu 8–11 bulan sejak dari kuncup
sampai matang, sedangkan kopi arabika 6 sampai 8 bulan. Beberapa jenis kopi seperti
kopi liberika dan kopi yang ditanam di daerah basah akan menghasilkan buah
sepanjang tahun sehingga pemanenan bisa dilakukan sepanjang tahun. Kopi jenis
robusta dan kopi yang ditanam di daerah kering biasanya menghasilkan buah pada
musim tertentu sehingga pemanenan juga dilakukan secara musiman. Musim panen
ini biasanya terjadi mulai bulan Mei/Juni dan berakhir pada bulan Agustus/September
Panen budidaya kopi dilakukan secara bertahap, panen raya bisa terjadi dalam 4-5
bulan dengan interval waktu pemetikan setiap 10-14 hari (Ridwansyah, 2003).
Pada tanaman kopi arabika, buah kopi yang telah matang cenderung mudah
rontok. Apabila dibiarkan jatuh ke tanah, buah tersebut akan menyerap bau-bauan di
Setelah buah kopi dipanen, segera lakukan sortasi. Pisahkan buah dari kotoran,
buah berpenyakit dan buah cacat. Pisahkan pula buah yang berwarna merah dengan
buah yang kuning atau hijau. Pemisahan buah yang mulus dan berwarna merah (buah
superior) dengan buah inferior berguna untuk membedakan kualitas biji kopi yang
dihasilkan.
Pengupasan kulit buah
Kupas kulit buah kopi, disarankan dengan bantuan mesin pengupas. Terdapat
dua jenis mesin pengupas, yang diputar manual dan bertenaga mesin. Selama
pengupasan, alirkan air secara terus menerus kedalam mesin pengupas.
Fungsi pengaliran air untuk melunakkan jaringan kulit buah agar mudah terlepas dari
bijinya. Hasil dari proses pengupasan kulit buah adalah biji yang masih memiliki kulit
tanduk, atau disebut juga biji kopi HS.
Fermentasi biji kopi HS
Lakukan fermentasi terhadap biji yang telah dikupas. Terdapat dua cara,
pertama dengan merendam biji dalam air bersih. Kedua, menumpuk biji basah dalam
bak semen atau bak kayu, kemudian atasnya ditutup dengan karung goni yang harus
selalu dibasahi.
Lama proses fermentasi pada lingkungan tropis berkisar antara 12-36 jam.
Proses fermentasi juga bisa diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji. Apabila
lapisan sudah hilang, proses fermentasi bisa dikatakan selesai.
Setelah difermentasi cuci kembali biji dengan air. Bersihkan sisa-sisa lendir dan kulit
buah yang masih menempel pada biji.
Pengeringan biji kopi HS
Setelah biji kopi HS mencapai kadar air 12%, kupas kulit tanduk yang
menyelimuti biji. Pengupasan bisa ditumbuk atau dengan bantuan mesin pengupas
(huller). Dianjurkan dengan mesin untuk mengurangi resiko kerusakan biji kopi.
Hasil pengupasan pada tahap ini disebut biji kopi beras (green bean).
Sortasi akhir biji kopi
Setelah dihasilkan biji kopi beras, lakukan sortasi akhir. Tujuannya untuk
memisahkan kotoran dan biji pecah. Selanjutnya, biji kopi dikemas dan disimpan
sebelum didistribusikan.
Pengolahan dengan proses kering
Proses kering lebih sering digunakan untuk mengolah biji kopi robusta.
Pertimbangannya, karena robusta tidak semahal arabika. Peralatan yang diperlukan
untuk pengolahan proses kering lebih sederhana dan beban kerja lebih sedikit,
sehingga bisa menghemat biaya produksi. Berikut tahapan untuk mengolah biji kopi
dengan proses kering.
Tidak berbeda dengan proses basah, segera lakukan sortasi begitu selesai panen.
Pisahkan buah superior dengan buah inferior sebagai penanda kualitas.
Pengeringan buah kopi
Jemur buah kopi yang telah disortasi di atas lantai penjemuran secara merata.
Ketebalan kopi yang dijemur hendaknya tidak lebih dari 4 cm. Lakukan pembalikan
minimal 2 kali dalam satu hari. Proses penjemuran biasanya memerlukan waktu
sekitar 2 minggu dan akan menghasilkan buah kopi kering dengan kadar air 15%.
Bila kadar air masih tinggi lakukan penjemuran ulang hingga mencapai kadar air
yang diinginkan.
Pengupasan kulit buah dan kulit tanduk
Buah kopi yang telah dikeringkan siap untuk dikupas kulit buah dan kulit
tanduknya. Usahakan kadar air buah kopi berada pada kisaran 15%. Karena, apabila
lebih akan sulit dikupas, sedangkan bila kurang beresiko pecah biji.
Pengupasan bisa dilakukan dengan cara ditumbuk atau menggunakan mesin huller.
Kelemahan cara ditumbuk adalah prosentase biji pecah tinggi, dengan mesin resiko
tersebut lebih rendah.
Sortasi dan pengeringan biji kopi
Setelah buah kopi dikupas, lakukan sortasi untuk memisahkan produk yang
diinginkan dengan sisa kulit buah, kulit tanduk, biji pecah dan kotoran lainnya. Biji
kopi akan stabil bila kadar airnya 12%.
Bila belum mencapai 12% lakukan pengeringan lanjutan. Bisa dengan penjemuran
atau dengan bantuan mesin pengering. Apabila kadar air lebih dari angka tersebut, biji
akan mudah terserang jamur. Apabila kurang, biji kopi mudah menyerap air dari
udara yang bisa mengubah aroma dan rasa kopi. Setelah mencapai kadar air
kesetimbangan, biji kopi tersebut sudah bisa dikemas dan disimpan.
Pengemasan dan Penyimpanan
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa syarat tumbuh tanaman kopi
sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, curah hujan dan lahan. Ketingggian
tempat memilik temperatur yang cocok dalam pertumbuhan tanaman kopi kerena
kopi tdk membutuhkan banyak cahaya dan tempat yang sejuk.Curah hujan dan lahan
merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman kopi, karena kopi dapat
tumbuh secara baik apabila lahannya subur dan curah hujan pada wilayah itu 1500 –
2500 mm per tahun maka tempat tersebut menjadi tempat budidaya kopi yang ideal.
Perbanyakan kopi dapat dilakukan dengan cara fegetatif dan generatif, pembiakan
vegetatif berupa penyetekan, dimana batang atas telah terpilih menjadi batang yang
unggul dari aspek-aspek tertentu, sedangkan cara generative menggunakan
perbanyakan tanaman dengan penanaman biji yang telah di selesik sebelumnya
Karena tanaman kopi merupakan tanaman C3 maka diperlukan tanaman
naungan. Naungan bertujuan agar tanaman kopi tidak kepanasan atau mengurangi
penerimaan cahaya matahari secara total, karena dapat mengakibatkan pertumbuhan
tanaman kopi menjadi tidak baik sehingga tanaman tersebut kurang produktif.
Naungan pada tanaman kopi terbagi atas 2 macam yaitu naungan sementara dan
naungan tetap, tanaman naungan harus melakukan pemangkasan supaya tanaman
kopi tetap mendapatkan cahaya matahari yang nantinya digunakan dalam proses
fotosintesi.
Pemeliharaan tanaman kopi bertujuan agar kwalitas hasil dan produksi dapat
terjaga secara baik. Pemeliharaan bisa dilakukan dengan cara memupuk tanaman,
menaungi tanaman, melakukan pemangkasan, dan melakukan pengendalian terpadu
terhadap hama, penyakit, dan nematode tanaman kopi.
Panen dan pengolahan. Proses panen yang dilakukan pada tanaman kopi bisa
dilakukan dengan cara memetik biji kopi pada pohon tanaman. Sedangkan untuk
Hartoyo, Ando Yakub, dan Ruliandi Han. 1987. Pembuatan arang briket dari lima
jenis kayu. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 12 hal.
Hindorf, H., Girma Adugna, Challa Jefuka, Chemeda Abedeta and Vitor Varzea.
2010. Phytomedical studies supporting conservation efforts in wild coffee
populations of Ethiopia. Jima Agricultural Research Center (JARC) Addis Ababa
University. Jima, Ethiopia. Http://www.coffee.unibonn.de/subproject-2.html.
Diunduh tgl. 22 Juli 2010.
Nichholls, Sean and Jessica Mahar. So you'll pass on the coffee?. Brisbane Times. 12
Maret 2010.
Rubiyo, Jemmy Rinaldi dan Suharyanto, 2005. Kajian Rehabilitasi Tanaman Kopi
Robusta Menjadi Kopi Arabika Dengan Teknik Sambung di Kabupaten Bangli.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali