Anda di halaman 1dari 33

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari
Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia meng-ekspor kopi ke berbagai negara
senilai US$588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$
9,740,453.00 (Pusat Data dan Statistik Pertanian, 2006).
Di luar dan di dalam negeri kopi juga sudah sejak lama dikenal oleh
masyarakat. Di Indonesia sudah lama dikenal ada beberapa jenis kopi, diantaranya
adalah :
Kopi arabika. Penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang
berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan
bijiarabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur Jenderal Belanda di
Malabar dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman ini kemudian
mati oleh banjir, pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang
kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke
berbagai bagian di kepulauan Indonesia (Gandul, 2010).
Sekitar satu abad kopi arabika telah berkembang sebagai tanaman rakyat.
Perkebunan kopi pertama diusahakan di Jawa Tengah (Semarang dan Kedu) pada
awal abad ke-19, sedang perkebunan kopi di Jawa Timur (Kediri dan Malang) baru
dibuka pada abad ke-19, dan di Besuki bahkan baru pada akhir tahun 1900an.
Hampir dua abad kopi arabika menjadi satu-satunya jenis kopi komersial yang
ditanam di Indonesia. Budidaya kopi arabika ini mengalami kemunduran karena
serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang masuk ke Indonesia sejak
tahun 1876. Kopi arabika hanya bisa bertahan di daerah-daerah tinggi (1000 m ke
atas), di mana serangan penyakit ini tidak begitu hebat.
Kopi robusta. Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia
pada tahun 1900 (Gandul, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun,
dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya

Budidaya tanaman kopi 1


jauh lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopi-
kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas
kopi Robusta.
Kopi spesial Indonesia. Di dunia termasuk di Indonesia dikenal kopi khas
yang citarasanya khas. Contoh kopi tersebut di Indonesia antara lain kopi lint
ong, kopi toraja dan lainnya, yang umumnya adalah jenis kopi arabika. Secara
historis dikenal juga kopi luwak yang sangat terkenal citarasanya karena cara panen
dan prosesnya yang melalui hewan luwak.

Budidaya tanaman kopi 2


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Syarat Tumbuh

2.1.1 Ketinggian Tempat


Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian
tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dalam perkembangannya
dengan adanya introduksi beberapa klon baru dari luar negeri, beberapa klon
saat ini dapat ditanam mulai di atas ketinggian 500 m dpl, namun demikian
yang terbaik seyogyanya kopi ditanam di atas 700 m dpl, terutama jenis kopi robusta.
Kopi arabika baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas
1000 m dpl. Namun demikian, lahan pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia
sampai saat ini sebagian besar berada di ketinggian antara 700 sampai 900 m dpl.
Mungkin hal ini yang menyebabkan mengapa sebagian besar (sekitar 95%) jenis
kopi di Indonesia saat ini adalah kopi robusta. Oleh sebagian besar negara
pengguna, kopi arabika dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak dibanding kopi
robusta. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan cara minum kopi, yaitu dua-pertiga
atau lebih campuran seduhan merupakan kopi arabika, sedangkan sisanya adalah
kopi robusta. Secara tidak langsung kebiasaan tersebut juga mempengaruhi
pangsa pasar kopi dunia terhadap kebutuhan kopi arabika. Kondisi pasar kopi ini
justru bertolak belakang dengan produksi kopi Indonesia yang hingga saat ini
masih didominasi jenis robusta.

2.1.2 Curah Hujan dan Lahan

Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 – 2500 mm per
tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat
celcius dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006). Ketinggian
tempat penanaman akan berkaitan juga dengan citarasa kopi.

Budidaya tanaman kopi 3


2.2 Persiapan lahan tanaman kopi
Persiapan lahan diperlukan agar bibit yang sudah dipindahkan ke lapangan
dapat cepat tumbuh dengan baik dan segera mampu menghadapi keadaan lingkungan
lapangan yang sangat beragam terutama lingkungan yang kurang menguntungkan.
Areal pertanaman dapat berasal dari tanah bukaan baru (hutan cadangan), tanah
terlantar, tanah tegalan, areal peremajaan, konversi maupun rotasi dari komoditi lain.
Selama persiapan lahan di lapangan ini, areal masih bisa dimanfaatkan untuk
penanaman tanaman sela yang berumur pendek seperti jagung, kacang tanah dan
lainnya. Kegiatan pokok persiapan lahan meliputi :

2.2.1 Pembukaan lahan


Pembukaan lahan bertujuan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman
sebelumnya. Pada prinsipnya pekerjaan persiapan areal untuk tanah bukaan baru dan
lainnya sama. Pembukaan areal dari hutan cadangan akan mengalami kesulitan dalam
sanitasi, baik sisa dari tajuk tanaman maupun pembuangan kayu-kayu bekas
tebangan. Pemerintah dalam hal ini melarang pembukaan lahan dengan pembakaran,
tetapi di lain pihak persiapan lahan areal tanaman kopi yang memerlukan lahan yang
bersih tidak memungkinkan untuk tidak membakar sisa-sisa pembukaan hutan.
Tindakan sanitasi dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya dan
menghindarkan sumber infeksi penyakit akar atau nematoda.

2.2.2 Pembuatan teras


Penanaman kopi pada lahan-lahan yang miring dapat dilakukan dengan system
tanam 9 tata tanam dan jarak tanam) tertentu untuk mengurangi erosi. Penanaman
kopi pada lahan semacam ini tidak boleh dilakukan searah lereng, tetapi dilakukan
menurut kontur. Penanaman menurut kontur mempunyai kemampuan yang lebih
besar dalam mengurangi dan menahan aliran permukaan (run off) dibandingkan
dengan system tanam searah lereng.
Di samping itu upaya mengurangi aliran permukaan dan erosi dapat pula
dilakukan dengan mempergunakan jarak tanam yang lebih rapat. Peningkatan

Budidaya tanaman kopi 4


kerapatan tanaman berarti meningkatkan penutupan tajuk terhadap permukaan tanah
serta meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi karena makin rapatnya
tanaman/pokok dan makin besarnya volume akar.
Pembuatan teras juga dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemeliharaan
dan pelaksanaan panen. Hal ini yang sering dilupakan oleh petani maupun
perkebunan. Teras-teras tersebut akan sangat penting dalam pelaksanaan
pemeliharaan baik itu pekerjaan pemangkasan, pemupukan pengedalian hama dan
penyakit maupun pekerjaan panen. Karena kalau tidak ada teras, lahan dengan
kemiringan yang cukup tinggi akan menyulitkan dalam distribusi berbagai saprodi
baik itu bibit, pupuk, hasil panen dari tenaga panen maupun dalam pelaksanan
pengedalian hama dan penyakit yang memerlukan tindakan penyemprotan dan lain-
lain pekerjaan. Tanpa teras, tenaga kerja akan kesulitan menapakkan kakinya di tanah
dan akan sangat membahayakan tenaga kerja.

2.2.3. Penanaman pohon pelindung

Setelah lahan bersih, selanjutnya dilakukan penanaman pohon penaung. Tanaman


naungan sebaiknya tanaman leguminosa, yang dapat mengikat nitrogen pada akar-
akarnya (memperkaya kandungan N tanah melalui daun-daun yang gugur). Tujuan
penanaman pohon penaung adalah :
Memberi cukup cahaya matahari. Untuk merangsang pertumbuhan primordia
bunga. Primordia bunga terbentuk pada akhir musim hujan dan awal musim hujan
dan awal musim kemarau (April-Juni).
Mempermudah peredaran udara atau airasi dalam pertanaman. Bila cabang pohon
naungan terlalu rendah dan rimbun, udara sukar beredar Peredaran udara penting
untuk penyerbukan (pollination), terutama bagi pertanaman robusta klonal
(penyerbuk-silang).
Mengurangi kelembaban udara yang tinggi selama musim hujan. Bila terlalu
lembab banyak buah gugur bisa mencapai 20-30% yang gugur. Untuk mencegah agar
pertumbuhan cabang-cabang primer tidak lemas (ruas panjang dan lembek).

Budidaya tanaman kopi 5


Jarak tanam pohon penaung atau kerapatan dari pohon penaung sebaiknya
disesuaikan dengan jarak tanam kopi yang akan ditentukan dan kondisi iklim di mana
kopi akan ditanam. Penetuan jarak tanaman naungan berdasarkan iklim di suatu
daerah, semakin tinggi curah hujan dan rendah intensitas sinar matahari jarak
tanaman penanung pada suatu daerah sebaiknya jarak penaung agak lebar dan
sebaliknya untuk daerah yang curah hujan tegas dan intensitas sinar matahari tinggi
jarak tanaman naungan semakin rapat. Pohon penaung tetap basanya untuk daerah
dengan iklim tegas ditanam dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m sedangkan naungan
sementara ditanam dalam barisan pohon penaung tetap membujur arah utara selatan
atau ditanam pada bagia luar teras apabila ada teras.

2.2.4 Pembuatan lubang dan Jarak Tanam

Jarak tanam budidaya kopi yang dianjurkan adalah 2,75×2,75 meter untuk
robusta dan 2,5×2,5 meter untuk arabika. Jarak tanam ini divariasikan dengan
ketinggian lahan. Semakin tinggi lahan semakin jarang dan semakin rendah semakin
rapat jarak tanamnya.
Buat lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm, pembuatan lubang ini
dilakukan 3-6 bulan sebelum penanaman. Saat penggali lubang tanam pisahkan tanah
galian bagian atas dan tanah galian bagian bawah. Biarkan lubang tanam tersebut
terbuka. Dua bulan sebelum penanaman campurkan 200 gram belerang dan 200 gram
kapur dengan tanah galian bagian bawah. Kemudian masukkan kedalam lubang
tanam. Sekitar 1 bulan sebelum bibit ditanam campurkan 20 kg pupuk kompos
dengan tanah galian atas, kemudian masukkan ke lubang tanam.

2.3 Penanaman kopi


Sebelumnya papas daun yang terdapat pada bibit hingga tersisa ⅓ bagian
untuk mengurangi penguapan. Keluarkan bibit kopi dari polybag, kemudian gali
sedikit lubang tanam yang telah dipersiapkan. Kedalaman galian menyesuaikan
dengan panjang akar. Bagi bibit yang memiliki akar tunjang usahakan agar akar

Budidaya tanaman kopi 6


tanaman tegak lurus. Tutup lubang tanam agar tanaman berdiri kokoh, bila diperlukan
beri ajir untuk menopang tanaman agar tidak roboh.
Dalam rangka bercocok tanam kopi, selain memperhatikan keadaan iklim, jenis
dan varietas yang akan ditanam, juga harus diperhatikan pekerjaan‐pekerjaan yang
akan dilaksanakan, seperti: Bibit yang akan ditanam dapat berasal dari : (a)biji
(zaaling), pembiakan secara genertaif.(b)Sambungan atau stek, pembiakan secara
vegetatif.

2.3.1 Pembiakan Secara Generatif

Keberhasilan budidaya tanaman kopi ditentukan oleh kualitas benihnya. Oleh


karena itu pilih benih dari tanaman yang sudah diseleksi sehingga sifat unggulnya
tidak tercemar. Tidak disarankan mengambil benih dari tanaman kopi yang
keunggulannya tidak dapat diduga.
Secara umum terdapat dua macam cara untuk memperbanyak tanaman kopi,
yakni perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan generatif
dilakukan dengan cara menyemaikan benih atau bijinya. Sedangkan perbanyakan
vegetatif dilakukan dengan setek, cangkok, okulasi dan kultur jaringan.
Memperbanyak tanaman kopi secara generatif cukup mudah dan sederhana.
Keunggulan teknik ini adalah praktis, mudah dilakukan secara massal, benih mudah
untuk didistribusikan dan disimpan. Keunggulan lainnya akar tunjang hasil
perbanyakan biji akan tumbuh sempurna sehingga tanaman kopi yang dihasilkan
lebih kokoh. Sedangkan kelemahannya adalah sifat tanaman kopi yang dihasilkan
kurang seragam dan jangka waktu dari mulai menanam hingga berbuah relatif lebih
lama.
Tahap ini dilakukan untuk benih yang diseleksi sendiri. Setelah mendapatkan
buah kopi yang memenuhi persyaratan sebagai benih, lakukan penanganan benih
sebagai berikut:

Budidaya tanaman kopi 7


Kupas kulit buah tanpa mengupas kulit tanduk, caranya bisa dengan
dimasukkan kedalam kain karung dan celupkan dalam air hingga basah semua,
kemudian angkat dan diinjak-injak. Kemudian cuci biji tersebut hingga bersih, untuk
menghilangkan lendirnya gosok dengan abu.
Lakukan sortasi terhadap berat, bentuk dan ukuran benih. Untuk menyeleksi
berat, rendam dalam air dan buang biji yang mengapung. Untuk menyeleksi bentuk,
pilih bentuk buah kopi yanng sempurna, tidak cacat dan bukan biji lanang. Untuk
menyeleksi ukuran, pilih ukuran biji yang seragam, tidak terlalu besar atau kecil.
Kemudian kering anginkan biji-biji tersebut selama 1-2 hari. Hindari sinar
matahari secara langsung. Setelah itu rendam dalam fungisida sekitar 5 menit, jangan
lupa baca aturan pakai fungisida sesuai merek.
Apabila benih akan disimpan, pilih tempat yang gelap, kering dan sejuk.
Penyimpanan bisa menurunkan kemampuan tumbuh benih kopi. Benih yang baru
memiliki kemungkinan tumbuh 100-90%, setelah 6 bulan disimpan turun menjadi 70-
60%.
Hal pertama yanng harus disiapkan adalah media persemaian, pilih tempat yang
ternaungi pohon peneduh. Buat bedengan dengan lebar satu meter, panjangnya
menyesuaikan. Lapisi bedengan dengan pasir halus setebal 5-10 cm.Untuk
menghindari jamur, taburi dengan furadan atau siram dengan fungisida secukupnya.
Benamkan benih kopi secara berbaris dengan kedalaman 0,5-1 cm. Jarak tanam untuk
benih kopi adalah 5 cm antar larik dan 3 cm antar baris dalam larikan (3×5).
Benamkan benih kopi dengan bagian punggung menghadap ke atas. Benih kopi bisa
ditanam dengan lapisan tanduk atau tanpa lapisan tanduk. Agar lebih cepat, sebagian
orang melepas lapisan tanduknya. Kemudian berikan potongan jerami atau alang-
alang sebagai mulsa untuk menjaga kelembaban areal tanam.
Siram bedengan sebanyak 2 kali sehari, pagi dan sore. Di dataran tinggi yang
bersuhu sejuk, benih kopi akan berkecambah pada umur 4-8 minggu, sedangkan di
dataran rendah yang panas 3-4 minggu sudah mulai berkecambah. Kecambah baru
bisa dipindahkan apabila sudah mencapai fase kepelan, cirinya telah keluar dua

Budidaya tanaman kopi 8


keping daun. Sebelum mencapai fase kepelan akan mengalami fase serdadu,
kecambah dengan kepala seperti biji bulat. Pada fase ini kecambah seperti berhenti
tumbuh selama satu bulan sebelum keping daun keluar. Biasanya kepelan akan keluar
pada umur kecambah 2-3 bulan.
Siapkan tempat pembibitan, buat naungan beratapkan paranet satu lapis untuk
mencegah terik matahari dan air hujan secara langsung. Kemudian siapkan polybag,
isi dengan media tanam terdiri dari pasir, kompos dan tanah dengan perbandingan
1:2:1. Letakkan polybag dalam tempat pembibitan.
Pindahkan kecambah yang sudah pada tahap kepelan kedalam polybag. Cara
memindahkan kecambah adalah dengan mencungkil dengan beserta tanahnya, bukan
mencabut akarnya. Pencabutan dikhawatirkan akan merusak perakaran tanaman kopi
yang baru tumbuh. Pada tahap ini juga bisa dilakukan sortasi benih, pilih kecambah
yang berakar lurus. Akar kecambah yang tidak lurus biasanya akan tumbuh kerdil.
Kecambah yang terlihat kerdil dan tidak lurus sebaiknya dibuang saja.Tahap
selanjutnya adalah perawatan bibit tanaman kopi. Lakukan penyiraman tanaman
sebanyak 1-2 kali sehari, tergantung kelembaban tanah. Pemupukan susulan minimal
dilakukan pada bulan ke-3 dan ke-5. Bibit tanaman kopi bisa ditanam ke areal
perkebunan setelah berumur 8-9 bulan.

2.3.2 Pembiakan Secara Vegetatif

Beberapa kelebihan yang dimiliki perbanyakan kopi secara klonal adalah


sebagai berikut: Mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya, Mutu hasil
seragam, Memanfaatkan dua sifat unggul batang atas dan batang bawah, Memiliki
umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal
Sambungan dan setek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal
yang umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah untuk memanfaatkan
dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit akar,
dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu

Budidaya tanaman kopi 9


biji baik. Sedangkan perbanyakan klonal tanaman kopi dengan setek hanya
memanfaatkan salah satu sifat keunggulan dari sumber bahan tanaman.
Penyetekan merupakan proses perbanyakan kopi untuk menumbuhkan akar
entres kopi dengan menggunakan media tumbuh dan lingkungan. Media tumbuh
yang digunakan untuk penyetekan kopi terdiri dari campuran pasir, pupuk
kandang/humus dengan perbandingan 3:1. Hal ini dimaksudkan agar mampu
menahan lengas tanah cukup lama tetapi aerasi dan drainasinya baik. Untuk bagian
paling bawah media tumbuh diberi pecahan batu dan kerikil setebal 30 cm.
Kondisi lingkungan untuk penyetekan kopi, disusun dalam bedengan yang dibuat
memanjang dengan ukuran lebar 1,25 m dengan panjang 5 -10 meter atau dapat
menyesuaikan dengan keadaan tempat yang tersedia, kemudian di buat tutup
bedengan/sungkup plastik dengan tinggi 60 cm. Bedengan setek di beri naungan yang
cukup terbuat dari para-para (dari anyaman daun kelapa), disarankan penyetekan
dilakukan di bawah pohon pelindung lamtoro atau jenis pepohonan lainnya yang
dapat meneruskan cahaya.
Pelaksanaan penyetekan dilakukan sebagai berikut : Entres yang digunakan
masih hijau dan lentur tidak terlalu muda atau tua. Umur entres antara 3-6
bulan, karena pada umur tersebut cukup baik untuk bahan setek. Entres kopi yang
digunakan adalah pada ruas 2-4 dari pucuk. Pemotongan bahan setek menjadi satu
ruas 6-8 cm sepasang daun yang dikupir, bagian pangkal dipotong miring satu
arah Setek yang sudah disiapkan ditanam dengan cara menancaapkan setek ke
dalam media tumbuh sehingga daunnya menyentuh permukaan media. Setek
ditanam dengan menggunakan jarak tanam 5-10 cm, dan setelah setek tertanam
tertutup/disungkup dengan plastik. Setelah setek selesai ditanam media tumbuh
segera di siram air dengan menggunakan gembor secara hati hati agar tidak merusak
media tumbuh. Penyiraman dapat dilakukan 1-2 hari sekali dengan membuka
sungkup dan segera ditutup kembali.
Pemindahan setek dilakukan : Setelah setek umur kurang lebih 3 bulan
dilakukan penyesuaian dengan membuka sungkup secara bertahap, dan pada

Budidaya tanaman kopi 10


umur kurang lebih 4 bulan setek dipindahkan ke pembibitan dengan menggunakan
kantong plastik yang berisi media pasir : tanah : pupuk kandang perbandingan 1 : 2 :
1. Bibit setek siap tanam di kebun setelah berumur kurang lebih 7 bulan di
pembibitan.
Penyambungan kopi adalah penggabungan batang atas atau disebut entres
pada bibit kopi dewasa yang digunakan sebagai batang bawah. Pelaksanaan
penyambungan dilakukan di pembibitan menggunakan bibit kopi batang bawah
umur 5-6 bulan, dari saat benih disemaikan. Teknik dan tata cara penyambungan
bibit kopi dilakukan mengikuti prosedur sebagai berikut : Menyiapkan entres batang
atas dan bibit batang bawah umur 5-6 bulan, kriteria bibit siap sambung ukuran
batang bawah sebesar pensil. Penyambungan dilakukan dengan memotong batang
bibit batang bawah ketinggian 15-20 cm dan daun bibit batang bawah disisakan 1-3
pasang. Batang bibit batang bawah yang telah dipotong, diiris dibagian tengah
sepanjang 2-3 cm, untuk penyambungan entres batang atas. Entres batang atas
diambil dari kebun entres, dan dipotong satu ruas panjang 7 cm (3 cm di atas ruas
dan 4 cm di bawah ruas). Daun pada entres dihilangkan, dan pangkal entres diiris dua
sisi menbentuk huruf V. Penyambungan entres batang atas ke batang bibit batang
bawah, dan sambungan diikat dengan tali rafia atau plastik. Sambungan diberi
sungkup kantung plastik transparan, pangkal sungkup diikat agar kelembaban dan
penguapan terkendali serta air tidak masuk. Pengamatan hasil sambungan dilakukan
setelah dua minggu, sambungan hidup bila entres masih segar atau hijau dan bila
sambungan mati entres berwarna hitam,sungkup dibuka/dilepas apabila tunas
tumbuh yang cukup besar. Tali ikatan dibuka apabila pertautan telah kokoh dan tali
ikatan mulai mengganggu pertumbuhan batang.
Untuk mengganti pertananam kopi robusta menjadi pertanaman kopi arabika
sudah ada caranya. Teknologi rehabilitasi kopi robusta menjadi kopi arabika dapat
dilakukan tanpa harus membongkar tanaman kopi robusta yang tua, yaitu dengan cara
klonalisasi. Teknik klonalisasi ini sangat diminati oleh petani. Umumnya
ketertarikan para petani dikarenakan teknologi klonalisasi ini cukup mudah

Budidaya tanaman kopi 11


dilakukan dan produksi kopi robusta masih dapat dipanen hasilnya (Rubiyo et
al., 2005). Klonalisasi kopi robusta menjadi kopi arabika dilakukan dengan
teknik sambung pucuk melalui tunas air. Salah satu kelemahan yang dirasakan
waktu penyambungan adalah pada saat musim kering, karena kondisi tanaman
kopi robusta kambiumnya tidak aktif sehingga persentase sambungan hidupnya
sangat kecil. Oleh karena itu disarankan kepada para petani sebaiknya
penyambungan dilakukan pada saat kondisi tanaman kopi tumbuh sehat, dan
dilakukan pada musim hujan.

2.4 Pemeliharaan Tanaman Kopi

2.4.1 Penyulaman

Setelah bibi ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut


setidaknya seminggu dua kali. Setelah bibit berumur 1-6 bulan periksa sedikitnya satu
bulan sekali. Selama periode pemeriksaan tersebut, bila ada kematian pada pohon
kopi segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang sama.
Lakukan perawatan yang lebih instensif agar tanaman penyulam bisa menyamai
pertumbuhan pohon lainnya.

2.4.2 Pemupukan

Tujuan pemupukan adalah untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan


produksi dan mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Seperti
tanaman lainnya, pemupukan secara umum harus tepat waktu, dosis dan jenis pupuk
serta cara pemberiannya. Semuanya tergantung kepada jenis tanah, iklim dan
umur tanaman.
Untuk saat ini,banyak petani kopi yang beralih menggunakan pupuk
organik sebagai pupuk andalannya.selain mudah dalam mendapatkannya,modal yang
di keluarkan juga tidak terlalu banyak,sebab pupuk organik mampu kita produksi
sendiri dengan menggunakan bahan sampah yang kita olah menjadi kompos..

Budidaya tanaman kopi 12


Banyak manfaat yang akan kita dapat jika menggunakan pupuk tanaman kopi
berupa Organik,selain murah dan mampu kita buat sendiri,masih banyak kelebihan
yang mungkin belum anda ketahui selama ini.salah satunya adalah.

Pupuk organik mampu meningkatkan hara serta senyawa organik bagi tanah
yang kita tanami kopi. Pupuk organik mampu menyuburkan tanah secara alami.
Mampu meningkatkan jasad renik dalam tanah. Mampu membunuh dan
mengendalikan berbagai jenis parasit berbahaya. Mampu membuat tanaman kopi
lebih produktifitas kususnya pada buah. Buah tanaman kopi yang di hasilkan lebih
bagus,besar dan cepat panen.

Beberapa pupuk organik serta bahan yang bisa kita gunakan banyak ragam dan
jenisnya.lain petani biasanya lain pula bahan pupuk organik atau kompos bahan yang
di gunakannya..beberapa kombinasi bahan yang bagus untuk kita buat sebagai pupuk
organik antara lain.

Pupuk kandang yang berupa kotoran ternak bisa dari hewan


sapi,kambing,kerbau,kuda dan ayam. Pupuk organik bisa kita buat dengan
menggunakan bahan berasal dari guguran tanaman antara lain lamtoro,dadap,akasia
dll tidak ada patokan kusus. Pupuk berupa kompos bahan yang bisa kita gunakan dari
limbah pertanian serta dari berbagai sisa tanaman.

Mungkin di antara anda banyak yang belum mengetahui cara pemupukan buah
tanaman kopi secara benar dan mampu di serap dengan cepat.Pemupukan tanaman
kopi tidak cuma tabur saja,namun semua aspek dan ketepatan perlu di perhatikan.

Hal ini bertujuan supaya pupuk lebih efektif dan mampu


di serap oleh sistem perakaran kopi.dengan demikian pupuk tidak akan mubazir dan
tepat pada sasaran yang di target.teknik pemberian pupuk organik pada tanaman kopi
antara lain; Dengan di tebar di ujung tajuk batang tanaman kopi,Di pendam di
sekeliling batang dengan cara melingkari batang kopi

Budidaya tanaman kopi 13


Waktu pemupukan tanaman kopi juga wajib kita perhitungkan.kopi akan lebih
bagus di berikan pupuk selama 2 tahun sekali saja.namun untuk tanaman kopi
muda,bisa di berikan pemupukan hingga 3-4 kali dalam satu tahun. Untuk tanaman
kopi yang telah dewasa,akan lebih bagus jika pupuk organik di berikan sebelum
tanaman kopi berbunga dan menjelang pembentukan buah kopi/Ketika kopi muda.
Dosis pemupukan kopi juga akan mempengaruhi kualitas serta kesuburan
kopi,semakin subur tanaman buah kopi,maka buah yang akan di hasilkan juga akan
meningkat. Biasanya jika menggunakan pupuk organik atau pupuk kompos,dalam
satu batang bisa menghabiskan 4 kg dalam setahun.berarti dalam setiap pemupukan
membutuhkan 2 Kg pupuk organik untuk kita terapkan 2 kali setahu dengan dosis 4
Kg setahun.
Menggunakan pupuk yang dari bahan hijauan,lembah daun busuk,kompos dan
jenis pupuk organik akan lebih bagus untuk meningkatkan buah kopi.hal ini sudah
teruji dari berbagai ragam penelitian jika kita bandingkan dengan pemberian pupuk
Kimia. Lakukan Pemupukan secara teratur untuk setiap tahunnya.selain mampu untuk
meningkatkan pruduktifitas juga mampu untuk menetralkan dari berbagai jenis
kendala yang mungkin saja di sebabkan oleh cuaca atau alam sekitar.sebagai contoh
saja.musim kemarau panjang,genangan air yang lama,perubahan temperatur yang
terlalu tinggi dan rendah.

2.4.3 Pemangkasan

Manfaat dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar pohon tetap


rendah sehingga mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang
baru, mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan
penyakit. Pangkasan juga dapat dilakukan selama panen sambil menghilangkan
cabang-cabang yang tidak produktif, cabang liar maupun yang sudah tua.
Cabang yang kurang produktif dipangkas agar unsur hara yang diberikan dapat
tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif. Secara morfologi buah kopi
akan muncul pada percabangan, oleh karena itu perlu diperoleh cabang yangbanyak.

Budidaya tanaman kopi 14


Pangkasan dilakukan bukan hanya untuk menghasilkan cabang-cabang saja,
(pertumbuhan vegetatif) tetapi juga banyak menghasilkan buah. Umumnya
pangkasan dengan sistem berbatang ganda tidak tergantung pada individu
pohon, oleh karena itu banyak dikembangkan di negara -negara yang sukar dan
mahal tenaga kerja. Oleh karena itu umumnya perusahaan perkebunan besar di
Indonesia banyak yang menggunakan pemangkasan dengan sistem berbatang tunggal,
sedangkan perkebunan rakyat kebanyakan menggunakan sistem berbatang ganda
(Yahmadi, 2007). Untuk menentukan terhadap pilihan sistem mana yang lebih
baik sangat dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem dan jenis kopi yang ditanam.
Sistem berbatang tunggal lebih sesuai untuk jenis kopi arabika karena jenis kopi
ini banyak membentuk cabang-cabang sekunder dan sistem ini lebih banyak
diarahkan pada pengaturan peremajaan cabang. Sehubungan dengan hal tersebut,
apabila peremajaan cabang yang merupakan inti dan sistem ini, kurang
diperhatikan produksi akan cepat menurun, karena pohon-pohon menjadi
berbentuk payung. Untuk daerah daerah yang basah dan letaknya rendah, dimana
pertumbuhan batang-batang baru berjalan lebih cepat sistem berbatang ganda
lebih diarahkan pada peremajaan batang oleh karena itu lebih sesuai.
Sebaliknya, sistem ini pada umumnya kurang sesuai untuk pertanaman kopi yang
sudah tua yang telah lemah daya regenerasinya (Yahmadi, 2007).

Terdapat dua macam sistem pemangkasan, yaitu pemangkasan berbatang


tunggal (single stem) dan pemangkasan berbatang ganda (multiple stem). Perusahaan
Perkebunan besar di Indonesia pada umum-nya menggunakan sistem berbatang
tunggal. Umumnya perkebunan-perkebunan rakyat kebanyakan menggunakan sistem
berbatang ganda.
Sistem berbatang ganda pada umumnya kurang bersifat individu atau
tergantung keadaan antar pohon tanaman kopi. Untuk negara-negara yang
mengalami kendala tenaga kerja seperti Hawaii, Amerika Tengah/Selatan dan
Afrika Timur sistem ini banyak dikembangkan. Sistem mana yang lebih baik

Budidaya tanaman kopi 15


sangat dipengaruhi oleh kondisi ekologis dan jenis kopi yang ditanam. Sistem
berbatang tunggal lebih sesuai bagi jenisjenis kopi yang banyak membentuk
cabang-cabang sekunder misal kopi arabika, karena sistem ini lebih banyak diarahkan
pada pengaturan peremajaan cabang. Oleh karena itu apabila peremajaan cabang,
yang merupakan inti dan sistem ini, kurang diperhatikan produksi akan cepat
menurun, karena pohon-pohon menjadi berbentuk payung.
Sistem berbatang ganda lebih diarahkan pada perema-jaan batang oleh
karena itu lebih sesuai bagi daerah-daerah yang basah dan letaknya rendah,
dimana pertumbuhan batang-batang baru berjalan lebih cepat. Sebaliknya, sistem
ini pada umumnya kurang sesuai bagi tanaman-tanaman tua yang telah lemah daya
regenerasinya (kecuali apabila tanpa peremajaan periodik).
Kedua sistem tersebut dapat dibedakan tiga macam pemangkasan yaitu:
pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi (pemangkasan pemeliharaan),
pemangkasan rejuvinasi (peremajaan)
Tujuan pangkasan bentuk dalam budidaya kopi bertujuan membentuk
kerangka tanaman yang kuat dan seimbang. Tanaman menjadi tidak terlalu
tinggi, cabangcabang lateral dapat tumbuh dan berkem-bang menjadi lebih kuat
dan lebih panjang. Selain itu k anopi pertanaman lebih cepat menutup. Hal ini
penting untuk mencegah rumpai dan erosi.
Pangkasan produksi bertujuan untuk menjaga keseimbangan kerangka
tanaman yang telah diperolehmelalui dari pangkasan bentuk. Pemangkasan
cabangcabang yang tidak produktif yang biasanya tumbuh padacabang primer,
dan cabang balik, cabang cacing (adventif).
Pemangkasan cabang-cabang tua yang tidak produktif biasanya telah
berbuah 2-3 kali, hal ini bertujuan agar dapat memacu pertumbuhan cabang-cabang
produksi. Apabila tidak ada cabang-cabang reproduksi, cabang tersebut harus
dipotong juga agar zat hara dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan cabang lain
yang lebih produktif. Pemangkasan juga dilakukan terhadap cabang yang
terserang hama hal ini agar tidak menjadi sumber inang.

Budidaya tanaman kopi 16


Pangkasan rejuvinasi bertujuan untuk memperoleh batang muda, untuk
sistem berbatang ganda pangkasan produksi adalah juga merupakan pangkasan
rejuvinasi Pangkasan ini dilakukan apabila produksi rendah tetapi keadaan pohon-
pohon masih cukup baik. Untuk lokasi kebun yang banyak diperoleh tanaman
yang mati (lebih 50%) sebaiknya didongkel dan dilakukan penanaman ulang
(replanting). Pemangkasan ini dilakukan terhadap batang pada tinggi ± 50 cm, pada
menjelang musim hujan. Apabila batang nampak “halus”, biasanya wiwilan sukar
keluar, kurang lebih 1 tahun sebelum dilakukan rejuvenasi tanaman harus dipotong
(distump). Agar produksi tidak menurun secara drastis, maka pemangkasan
rejuvinasi hendaknya dilakukan pada akhir suatu tahun panen besar (akhir
onyear).

2.4.4 Penyiangan Gulma

Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih
muda. Lakukan penyiangan setiap dua minggu, dan bersihkan gulma yang ada
dibawah tajuk pohon kopi. Apabila tanaman sudah cukup besar, pengendalian gulma
yang ada diluar tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman penutup tanah.
Penyiangan gulma pada tanaman dewasa dilakukan apabila diperlukan saja.

2.4.5 Penaungan

Penaungan ada yang membagi menjadi penaungan sementara dan penaungan


tetap (Puslitkoka, 2006). Penaung sementara sebaiknya dirapikan pada awal musim
hujan agar tidak terlalu rimbun. Pada penaungan tetap, percabangan paling bawah
hendaknya diusahakan 1-2 meter di atas pohon kopi, oleh karena itu harus dilakukan
pemangkasan secukupnya. Ada juga yang mengatur pemangkasan sehingga
percabangannya diatur agar dua kali tinggi pohon kopinya agar tetap terjaga
peredaran udaranya (Yahmadi, 2007). Jika diperlukan bahkan dilakukan penjarangan,
sehingga populasi pohon naungan menjadi sekitar 400-600 pohon/ha, terutama

Budidaya tanaman kopi 17


setelah kanopi pohon kopi sudah saling menutup. Selama musim hujan, pohon
lamtoro sebagai pohon naungan dapat dipangkas agar matahari masuk dan
merangsang pembentuk-an pembungaan kopi. Penjarangan dilakukan tidak harus
dengan cara mendongkel pohon, tetapi bisa mempertahankan menjadi setinggi satu
meter, sehingga apabila diperlukan pohon naungan masih dapat tumbuh lebih tinggi
lagi.
Tanaman naungan ada dua macam, yaitu (a) tanaman naungan sementara dan
(b) tanaman naungan tetap. Tanaman naungan sebaiknya tanaman leguminosa, yang
dapat mengikat nitrogen (N) pada akar-akarnya (memperkaya kandungan N tanah
melalui daun-daun yang gugur).

Tanaman penaung sementara bertujuan untuk memberikan naungan kepada


tanaman kopi sebelum penaung pohon naungan tetap dapat berfungsi dengan baik
(belum cukup besar).

Ada beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai naungan-sementara yaitu:
- Mogania macrophylla
- Leucaena glauca
- Crotalari anagyroides
- Crotalaria usaramoensis
- Tephrosia candida
- Desmodium gyroides
- Acacia villosa (dapat tumbuh baik di tempat-tempat yang lamtoro sukar tumbuh).

Untuk lahan yang endemik nematoda, hendaknya dipakai crotalaria (tidak


terserang). Sedangkan untuk tempat yang memiliki ketinggian di atas 1000 m
sebaiknya meng-gunakan Tephrosia yang pertumbuhannya lebih cepat (Yahmadi,
2007).

Tanaman penaung tetap yang banyak digunakan pada tanaman kopi adalah:

Budidaya tanaman kopi 18


- Lamtoro (Leucaena glauca)
- Dadap (Erythrina subumbrans, dadap serep)
- Sengon (Albizzia falkata; A. sumatrana)
Saat ini di perkebunan, tanaman dadap jarang digunakan lagi karena :
- Tajuknya sukar diatur;
- Banyak mengalami serangan hama dan penyakit;
- Tidak memberi kayu bakar yang baik (nilai bakar rendah).

Tanaman naungan pada pertanaman kop Pada tempat yang tinggi (di atas 1000
1500 m), dimana lamtoro biji (Leucaena glauca) telah banyak di ganti (ditempel)
dengan jenis-jenis lamtoro yang tidak berbiji, yang juga mempunyai pertumbuhan
lebih cepat dan menghasilkan kayu pangkasan lebih banyak. Klon lamtoro yang tahan
terhadap hama kutu loncat adalah PG 79, sangat baik digunakan sebagai penaung
tetap untuk tanaman kopi. Tanaman Sengon hanya dipakai di tempat-tempat tinggi (di
atas 1000-1500 m), dimana lamtoro biji (Leucaena glauca) telah banyak di ganti
(ditempel) dengan jenis-jenis lamtoro yang tidak berbiji, yang juga mempunyai
pertumbuhan lebih cepat dan menghasilkan kayu pangkasan lebih banyak.

Dalam pengelolaan tanaman naungan tetap umumnya dilakukan melalui


pemangkasan. Tujuan pengaturan naungan adalah :
1. Memberi cukup cahaya matahari.
- Untuk merangsang pertumbuhan primordia bunga.
- Primordia bunga terbentuk pada akhir musim hujan dan awal musim hujan
dan awal musim kemarau (April-Juni)
2. Mempermudah peredaran udara atau airasi dalam pertanaman.
- Bila cabang pohon naungan terlalu rendah dan rimbun, udara sukar beredar;
- Peredaran udara penting untuk penyerbukan (pollination), terutama bagi
pertanaman robusta klonal (penyerbuk-silang).
3. Mengurangi kelembaban udara yang tinggi selama musim hujan.
- Bila terlalu lembab banyak buah gugur bisa mencapai 20-30% yang gugur.

Budidaya tanaman kopi 19


- Untuk mencegah agar pertumbuhan cabang-cabang primer tidak lemas (ruas
panjang dan lembek).
Untuk pangkasan bentuk diusahakan agar tinggi percabangan ±2 kali tinggi
pohon kopi, untuk memperlancar peredaran udara. Oleh karena itu, semakin tinggi
pohon kopi, harus semakin dipertinggi letak percabangan pohon naungan. Cabang-
cabang di bagian bawah harus sering dipangkas (dibuang). Untuk pertanaman kopi
dewasa, tinggi percabangan pohon naungan. Agar percabangan segera mencapai
tinggi yang dikehendaki cabang-cabang bagian bawah harus sering dipangkas
(dibuang). Untuk pertanaman kopi dewasa, tinggi percabangan pohon naungan harus
berkisar antara 3,0-3,5 m. Letak cabang harus menyebar, supaya mahkota lebih
melebar dan memberi cahaya diffus.
Pada umumnya pertumbuhan pohon penaung waktu musim hujan banyak
cabang pohon naungan telah tumbuh. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan
perempesan (dipotong) pada akhir musim hujan, hal ini mempunyai tujuan untuk
merangsang pembentukan primordia bunga kopi. Rempesan ini ditujukan terutama
terhadap pohon-pohon yang tidak dipenggal, tetapi juga terhadap pohon-pohon yang
telah dipenggal pada awal musim hujan, apabila pertumbuhan cabang-cabang terlalu
lebat.
Pada saat kanopi daun tanaman kopi telah menutup dengan pertumbuhan yang
baik, sehingga dapat member naungan terhadap satu sama lainnya, maka jumlah
pohon naungan dapat dilakukan penjarangan. Intensitas penjarangan ini tergantung
pada pohon naungan dan tata tanam serta jarak tanam kopi. Apabila dipergunakan
lamtoro tempelan (misalnya PG 79), penjarangan dapat dilakukan hingga
perbandingan antara jumlah lamtoro dan pohon kopi menjadi 1 : 2, atau 1 : 4,
tergantung kondisi naungan dan tanaman kopi yang ada di kebun. Untuk
mengantisipasi kemungkinan yang tidak dikehendaki keadaan lingkungan yang
terjadi, penjarangan ini dapat dilakukan dengan memotong lamtoro pada tinggi
kurang lebih 1m sehingga dalam keadaan darurat masih bisa ditumbuhkan kembali
(tidak sekaligus didongkel).

Budidaya tanaman kopi 20


2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit

Secara garis besar penurunan produktivitas kopi ditentukan oleh berbagai faktor,
di antaranya oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Terdapat tiga (3) jenis
OPT utama yang menyerang tanaman kopi yaitu hama (Hama Penggerek Buah Kopi
atau PBKO), nematoda parasit (Pratylenchus coffeae) dan penyakit (Penyakit Karat
Daun Kopi).
2.5.1 Hama

PHT hama PBKO telah diterapkan di Amerika Latin. Tiga komponen utama
yang diintegrasikan adalah :Pengendalian secara kultur teknik atau agronomis yang
meliputi pemangkasan setelah panen pada pohon kopi penunjangnya, Sanitasi buah
yang tersisa di pohon dan pangkasan cabang dan Pemangkasan perangkap untuk
menangkap sehingga secara massal. Tingkat keefektifan ini bisa mencapai 90%
dibanding kontrol. Di Indonesia pemasangan perangkap Brocap trap cukup efektif
menekan tingkatserangan pada kopi Robusta di Lampung (Wiryadiputra et al., 2008)
Menurut Puslitkoka (2006), hama utama pada tanaman kopi adalah : Nematoda
parasit, yaitu Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Pengendalian disarankan
menggunakan metode kimiawi seperti karbofuran (Curaterr 3 G) ataupun tanaman
tahan, seperti klon BP 961, Hama penggerek buah kopi, yaitu Hypothenemus hampei
Untuk pengendalian disarankan melakukan pengaturan naungan agar pertanaman
tidak terlalu gelap, atau penggunaan parasitoid Cephalonomia stephanoderis ataupun
menggunakan tanaman yang masak serentak seperti USDA 762 untuk arabika dan BP
234 dan BP 409, Kutu dompolan atau kutu putih Planococcus citri, yang disarankan
dikendalikan dengan pengaturan naungan maupun cara kimia dengan insectisida
propoksur (poxindo 50 WP), Kutu hijau (Coccus viridis) atau kutu coklat (Saesetia
coffeae), pengendalian yang disarankan dengan pemeliharaan dan pemupukan yang
berimbang atau cara kimia menggunakan tepung Sividol atau Karbaril) maupun
penyemprotan insektisida (Anthio 330n EC), Penggerek cabang Xylosandrus spp.
yang dikendalikan dengan memotong cabang terserang, pemangkasan dan membakar

Budidaya tanaman kopi 21


ranting-rantingnya, Penggerek batang merah Zeuzera coffeae, disarankan
dikendalikan dengan memotong batang terserang maupun cara kimia dan biologis
lainnya
Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr). Hama ini dikenal
sebagai hama Bubuk Buah Kopi (BBK) termasuk kedalam famili Scolytdae, ordo
Coleoptera. Hama hanya menyerang dan berkembangbiak pada berbagai jenis kopi.
Serangga dewasa berwarna hitam kecoklatan. Panjang tubuh serangga betina 2 mm,
sedang jantan lebih kecil 1.2 mm, perbandingan antara betina dan jantan rata-rata 10 ;
1. serangga jantan tidak bisa terbang, sedang betina terbang sore hari dari pukul 16.00
sampai 18.00 dengan umur rata-rata 103 hari dan 150 hari. Serangga masuk dari
ujung buah baik biji yang masih di pohon maupun yang telah jatuh ke tanah.
Pengendalian harus dilakukan bila intensitas serangan >10%. Pengendalian dapat
dilakukan melalui sanitasi kebun, pembiakan dan pelepasan parasitoid Cephalonomia
stepiana Deri serta penggunaan jamur Beauveria basiana. Sanitasi dilakukan dengan
petik buah, petik buah adalah mengambil semua buah yang rusak awal karena
serangan, rampasan adalah mengambil semua buah yang ada di panen dan lelesan
adalah mengambil buah yang ada di tanah.

2.5.2 Penyakit
Rendahnya produksi nasional kopi Arabika tidak terlepas dari terbatasnya lahan
yang sesuai untuk penanamannya, yaitu berupa persyaratan ketinggian tempat
penanaman di atas 1000 m di atas permukaan laut. Pada lahan tinggi tersebut selain
aroma kopi Arabika lebih baik, serangan jamur penyebab penyakit karat daun,
Hemileia vastatrix B. et Br. juga akan terhambat. Sementara itu lahan yang masih
tersedia sebagian besar terletak pada lahan ketinggian menengah (700 – 900 m dpl.),
yaitu suatu area yang selama ini telah banyak ditanami kopi Robusta. Jadi salah satu
cara menghindari penyakit karat daun pada kopi arabika adalah dengan menanam
pada lahan dengan ketinggian yang cukup, yaitu di atas 1000 m dpl.

Budidaya tanaman kopi 22


Penyakit karat daun kopi (KDK) disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix,
penyakit ini hanya menyerang kopi Arabika. Itulah sebabnya kopi di Indonesia
didominasi oleh Robusta kecuali di dataran tinggi. Pada penyakit ini, spora
memegang peranan penting dalam penyebarannya disebut Urediospora, dibentuk
dalam jumlah besar. Jamur ini hanya menginfeksi daun dari mulut kulit daun pada
sisi bawahnya. Penularan melalui bantuan air, angin, serangga, burung dan manusia.
Waktu berkecambah tergantung darisuhu dan diperlukan air. Suhu optimal adalah
21 -25oC.
Daun-daun yang berada pada buku ke-2 dan ke-3 lebih rentan terhadap
serangan jamur. Gejala serangan sangat spesifik yaitu pada permukaan bawah daun
terdapat bercak yang semula kuning muda selanjutnya kuning tua. Pada bercak
tersebut terbentuk tepung berwarna jingga cerah yang terdiri dari Urediospora.
Bercak yang sudah lanjut berwarna coklat tua sampai hitam dan mengering. Pada
serangan berat bercak memenuhi lembar daun sehingga daun gugur dan gundul.
Tindakan pengendalian, bila serangannya mulai dari sedang sampai berat.
Pengendalian hanya mungkin dilakukan dengan varietas tahan, pestisida kimia dan
kultur teknis. Penyemprotan harus dilakukan setempat –setempat pada areal yang
terserang. Early Warning System sangat diperlukan dan harus dievaluasi setiap 0,5
– 1 bulan.
Karat daun, dikendalikan dengan menanam tanaman tahan (misal S 795)
serta pemangkasan dan pemupukan agar tanaman cukup kuat dan bugar serta
menggunakan cara kimiawi dengan fungisida kontak (m isal Cupravit OB21).

2.5.3 Nematoda

Budidaya tanaman kopi 23


Program konversi penanaman kopi Robusta menjadi kopi Arabika di lahan
ketinggian menengah memang diakui sebagian besar menemui beberapa kendala dan
ternyata menimbulkan masalah baru, yaitu munculnya serangan nematoda
Radopholus similis Cobb. Namun berdasarkan pengujian ketahanan fase bibit
diketahui bahwa sebagian besar klon kopi Robusta anjuran rentan terhadap serangan
nematoda Pratylenchus coffeae, sedang kopi Arabika tipe katai selain rentan terhadap
R. similis, juga rentan serangan P. coffeae. Kopi Robusta klon BP 308 yang
mempunyai sifat tahan terhadap nematoda, menyerbuk silang, sehingga apabila
diperbanyak dengan benih, sifat ketahanan tersebut akan mengalami segregasi. Untuk
mempertahankan sifat ketahanan, cara perbanyakan yang dianjurkan adalah secara
klonal, salah satunya dengan setek.
Hampir semua sentra produksi kopi di Indonesia terserang nematoda
Pratylenchus coffeae sehingga merupakan kendala utama dalam pengembangan kopi.
Penurunan produksi kopi Robusta oleh nematoda ini bisa mencapai 78.4%. pada kopi
arabika, tanaman hanya bisa hidup 2 tahun. Dikenal sebagai nematoda luka akar kopi
dan mempunyai daur hidup 45-48 hari. Masa inkubasi telur 15-17 hari, masa larva
15-17 hari dan masa pra peletakan telur 15 hari. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan populasi adalah tanaman inang, tempertaur dan kondisi tanah. Lebih
dari 200 spesies merupakan tanaman inang. Nematoda mampu bertahan 8 bulan
ditanah tanpa tanaman inang. Tapi pada musim kemarau, nematoda tidak dapat tahan
pada suhu 38oC dan peka terhadap kelembaban tanah tinggi serta sinar Ultra violet.
Gejala kerusakan di atas tanah tidak spesifik. Bibit yang terserang kerdil, kurus,
daun kecil, menguning dan gugur. Daun yang tertinggal biasanya hanya daun pucuk.
Proses kematian tanaman oleh serangan nematoda berlangsung perlahan-lahan. Pada
bagian tanaman di bawah tanah sangat spesifik sehingga dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya serangan nematoda. Apabila menyerang akar serabut yang masih
aktif menyerap unsur hara, mengakibatkan akar membusuk dan tidak berfungsi.
Tanaman mudah digoyang dan dicabut. Serangan nematoda kadang-kadang diikuti
oleh serangan kutu putih akar (Planococcus sp).

Budidaya tanaman kopi 24


Pengendalia nematoda ini dapat dilakukan dengan a). Melakukan rotasi
tanaman dengan bukan tanaman inang yaitu koro benguk (Mucuna sp), kakao lindak
dan tebu, b). Menanam batang bawah dengan yang tahan nematode seperti kopi
ekselsa dan beberapa klon kopi konuga, kopi Robusta klon BP 961 dan BP 595, c).
Penggunaan nematode dazoment dan methansodium dipembibitan serta oksamil,
karbofuran, etoprofos dan kadusafos di lapangan, serta d). Aplikasi bahan organik
(pupuk kandang dan kulit kopi).

2.6 Panen dan pasca penen

2.6.1 Panen
Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang
telah masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 – 3 tahun. Buah
matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua
adalah buah masih, berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah
maka buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak
penuh terlampaui (over ripe) (Starfarm, 2010a).
Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik dalam
keadaan masak penuh. Kopi robusta memerlukan waktu 8–11 bulan sejak dari kuncup
sampai matang, sedangkan kopi arabika 6 sampai 8 bulan. Beberapa jenis kopi seperti
kopi liberika dan kopi yang ditanam di daerah basah akan menghasilkan buah
sepanjang tahun sehingga pemanenan bisa dilakukan sepanjang tahun. Kopi jenis
robusta dan kopi yang ditanam di daerah kering biasanya menghasilkan buah pada
musim tertentu sehingga pemanenan juga dilakukan secara musiman. Musim panen
ini biasanya terjadi mulai bulan Mei/Juni dan berakhir pada bulan Agustus/September
Panen budidaya kopi dilakukan secara bertahap, panen raya bisa terjadi dalam 4-5
bulan dengan interval waktu pemetikan setiap 10-14 hari (Ridwansyah, 2003).
Pada tanaman kopi arabika, buah kopi yang telah matang cenderung mudah
rontok. Apabila dibiarkan jatuh ke tanah, buah tersebut akan menyerap bau-bauan di

Budidaya tanaman kopi 25


atas tanah yang bisa menurunkan mutu kopi. Sehingga dianjurkan untuk segera
memetik buah kopi arabika begitu terlihat berwarna merah penuh.
Buah kopi tidak dipanen serentak, proses pemetikan dilakukan secara bertahap.
Berikut ini beberapa cara pemetikan buah kopi: Pemetikan selektif. Pemetikan
dilakukan hanya pada buah yang telah berwarna merah penuh atau telah matang
sempurna. Sisanya dibiarkan untuk pemetikan selanjutnya.
 Pemetikan setengah selektif. Pemetikan dilakukan pada semua buah dalam satu
dompol. Syaratnya dalam dompolan tersebut terdapat buah yang telah berwarna
merah penuh.
 Pemetikan serentak atau petik racutan. Pemetikan dilakukan terhadap semua
buah kopi dari semua dompolan, termasuk yang berwarna hijau dipetik habis.
Biasanya pemetikan seperti ini dilakukan diakhir musim panen.
 Lelesan. Pemanenan dengan cara memungut buah kopi yang gugur berjatuhan
di tanah karena sudah kelewat matang.
Untuk menjaga produktivitas tanaman kopi, pemetikan harus dilakukan dengan
cara yang benar. Cabut buah secara vertikal agar tidak merusak tangkai buah,
sehingga akan tumbuh kembali buah pada tangkai tersebut. Memetik buah kopi
dengan cara merampas tidak dianjurkan karena bisa merusak tangkai.

2.6.2 Pasca panen


Pengolahan biji kopi dapat dilakukan dengan cara penolahan basah dan pengolahan kering,
berikut penjelasannya :
 Pengolahan dengan proses basah
Biaya produksi proses basah lebih mahal dibanding proses kering. Proses basah
sering dipakai untuk mengolah kopi arabika. Alasannya, karena kopi jenis ini dihargai
cukup tinggi. Sehingga biaya pengolahan yang dikeluarkan masih sebanding dengan
harga yang akan diterima. Berikut tahapan untuk mengolah kopi dengan proses basah.

Budidaya tanaman kopi 26


 Sortasi buah kopi

Setelah buah kopi dipanen, segera lakukan sortasi. Pisahkan buah dari kotoran,
buah berpenyakit dan buah cacat. Pisahkan pula buah yang berwarna merah dengan
buah yang kuning atau hijau. Pemisahan buah yang mulus dan berwarna merah (buah
superior) dengan buah inferior berguna untuk membedakan kualitas biji kopi yang
dihasilkan.
 Pengupasan kulit buah

Kupas kulit buah kopi, disarankan dengan bantuan mesin pengupas. Terdapat
dua jenis mesin pengupas, yang diputar manual dan bertenaga mesin. Selama
pengupasan, alirkan air secara terus menerus kedalam mesin pengupas.
Fungsi pengaliran air untuk melunakkan jaringan kulit buah agar mudah terlepas dari
bijinya. Hasil dari proses pengupasan kulit buah adalah biji yang masih memiliki kulit
tanduk, atau disebut juga biji kopi HS.
 Fermentasi biji kopi HS

Lakukan fermentasi terhadap biji yang telah dikupas. Terdapat dua cara,
pertama dengan merendam biji dalam air bersih. Kedua, menumpuk biji basah dalam
bak semen atau bak kayu, kemudian atasnya ditutup dengan karung goni yang harus
selalu dibasahi.
Lama proses fermentasi pada lingkungan tropis berkisar antara 12-36 jam.
Proses fermentasi juga bisa diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji. Apabila
lapisan sudah hilang, proses fermentasi bisa dikatakan selesai.
Setelah difermentasi cuci kembali biji dengan air. Bersihkan sisa-sisa lendir dan kulit
buah yang masih menempel pada biji.
 Pengeringan biji kopi HS

Langkah selanjutnya biji kopi HS hasil fermentasi dikeringkan. Proses


pengeringan bisa dengan dijemur atau dengan mesin pengering. Untuk penjemuran,

Budidaya tanaman kopi 27


tebarkan biji kopi HS di atas lantai jemur secara merata. Ketebalan tumpukan biji
sebaiknya tidak lebih dari 4 cm. Balik biji secara teratur terutama ketika masih dalam
keadaan basah.
Lama penjemuran sekitar 2-3 minggu dan akan menghasilkan biji kopi dengan
kadar air berkisar 16-17%. Sedangkan kadar air yang diinginkan dalam proses ini
adalah 12%. Kadar air tersebut merupakan kadar air kesetimbangan agar biji kopi
yang dihasilkan stabil tidak mudah berubah rasa dan tahan serangan jamur.
Untuk mendapatkan kadar air sesuai dengan yang diinginkan lakukan
penjemuran lanjutan. Namun langkah ini biasanya agak lama mengingat sebelumnya
biji kopi sudah direndam dan difermentasi dalam air.
Biasanya, pengeringan lanjutan dilakukan dengan bantuan mesin pengering hingga
kadar air mencapai 12%. Langkah ini akan lebih menghemat waktu dan tenaga.
 Pengupasan kulit tanduk

Setelah biji kopi HS mencapai kadar air 12%, kupas kulit tanduk yang
menyelimuti biji. Pengupasan bisa ditumbuk atau dengan bantuan mesin pengupas
(huller). Dianjurkan dengan mesin untuk mengurangi resiko kerusakan biji kopi.
Hasil pengupasan pada tahap ini disebut biji kopi beras (green bean).
 Sortasi akhir biji kopi

Setelah dihasilkan biji kopi beras, lakukan sortasi akhir. Tujuannya untuk
memisahkan kotoran dan biji pecah. Selanjutnya, biji kopi dikemas dan disimpan
sebelum didistribusikan.
 Pengolahan dengan proses kering
Proses kering lebih sering digunakan untuk mengolah biji kopi robusta.
Pertimbangannya, karena robusta tidak semahal arabika. Peralatan yang diperlukan
untuk pengolahan proses kering lebih sederhana dan beban kerja lebih sedikit,
sehingga bisa menghemat biaya produksi. Berikut tahapan untuk mengolah biji kopi
dengan proses kering.

Budidaya tanaman kopi 28


 Sortasi buah kopi

Tidak berbeda dengan proses basah, segera lakukan sortasi begitu selesai panen.
Pisahkan buah superior dengan buah inferior sebagai penanda kualitas.
 Pengeringan buah kopi
Jemur buah kopi yang telah disortasi di atas lantai penjemuran secara merata.
Ketebalan kopi yang dijemur hendaknya tidak lebih dari 4 cm. Lakukan pembalikan
minimal 2 kali dalam satu hari. Proses penjemuran biasanya memerlukan waktu
sekitar 2 minggu dan akan menghasilkan buah kopi kering dengan kadar air 15%.
Bila kadar air masih tinggi lakukan penjemuran ulang hingga mencapai kadar air
yang diinginkan.
 Pengupasan kulit buah dan kulit tanduk

Buah kopi yang telah dikeringkan siap untuk dikupas kulit buah dan kulit
tanduknya. Usahakan kadar air buah kopi berada pada kisaran 15%. Karena, apabila
lebih akan sulit dikupas, sedangkan bila kurang beresiko pecah biji.
Pengupasan bisa dilakukan dengan cara ditumbuk atau menggunakan mesin huller.
Kelemahan cara ditumbuk adalah prosentase biji pecah tinggi, dengan mesin resiko
tersebut lebih rendah.
 Sortasi dan pengeringan biji kopi

Setelah buah kopi dikupas, lakukan sortasi untuk memisahkan produk yang
diinginkan dengan sisa kulit buah, kulit tanduk, biji pecah dan kotoran lainnya. Biji
kopi akan stabil bila kadar airnya 12%.
Bila belum mencapai 12% lakukan pengeringan lanjutan. Bisa dengan penjemuran
atau dengan bantuan mesin pengering. Apabila kadar air lebih dari angka tersebut, biji
akan mudah terserang jamur. Apabila kurang, biji kopi mudah menyerap air dari
udara yang bisa mengubah aroma dan rasa kopi. Setelah mencapai kadar air
kesetimbangan, biji kopi tersebut sudah bisa dikemas dan disimpan.
 Pengemasan dan Penyimpanan

Budidaya tanaman kopi 29


Kemas biji kopi dengan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bauan. Untuk
penyimpanan yang lama, tumpuk karung-karung tersebut diatas sebuah palet kayu
setebal 10 cm. Berikan jarak antara tumpukan karung dengan dinding gudang.
Kelembaban gudang sebaiknya dikontrol pada kisaran kelembaban (RH) 70%.
Penggudangan bertujuan untuk menyimpan biji sebelum didistribusikan kepada
pembeli.
Biji kopi yang disimpan harus terhindar dari serangan hama dan penyakit.
Jamur merupakan salah satu pemicu utama menurunnya kualitas kopi terlebih untuk
daerah tropis.

Budidaya tanaman kopi 30


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa syarat tumbuh tanaman kopi
sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, curah hujan dan lahan. Ketingggian
tempat memilik temperatur yang cocok dalam pertumbuhan tanaman kopi kerena
kopi tdk membutuhkan banyak cahaya dan tempat yang sejuk.Curah hujan dan lahan
merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman kopi, karena kopi dapat
tumbuh secara baik apabila lahannya subur dan curah hujan pada wilayah itu 1500 –
2500 mm per tahun maka tempat tersebut menjadi tempat budidaya kopi yang ideal.
Perbanyakan kopi dapat dilakukan dengan cara fegetatif dan generatif, pembiakan
vegetatif berupa penyetekan, dimana batang atas telah terpilih menjadi batang yang
unggul dari aspek-aspek tertentu, sedangkan cara generative menggunakan
perbanyakan tanaman dengan penanaman biji yang telah di selesik sebelumnya
Karena tanaman kopi merupakan tanaman C3 maka diperlukan tanaman
naungan. Naungan bertujuan agar tanaman kopi tidak kepanasan atau mengurangi
penerimaan cahaya matahari secara total, karena dapat mengakibatkan pertumbuhan
tanaman kopi menjadi tidak baik sehingga tanaman tersebut kurang produktif.
Naungan pada tanaman kopi terbagi atas 2 macam yaitu naungan sementara dan
naungan tetap, tanaman naungan harus melakukan pemangkasan supaya tanaman
kopi tetap mendapatkan cahaya matahari yang nantinya digunakan dalam proses
fotosintesi.
Pemeliharaan tanaman kopi bertujuan agar kwalitas hasil dan produksi dapat
terjaga secara baik. Pemeliharaan bisa dilakukan dengan cara memupuk tanaman,
menaungi tanaman, melakukan pemangkasan, dan melakukan pengendalian terpadu
terhadap hama, penyakit, dan nematode tanaman kopi.
Panen dan pengolahan. Proses panen yang dilakukan pada tanaman kopi bisa
dilakukan dengan cara memetik biji kopi pada pohon tanaman. Sedangkan untuk

Budidaya tanaman kopi 31


pengolahan biji kopi bisa melakukan dengan cara pengolahan cara basah dan
pengolahan kering.
3.2 Saran
Dalam penyusunan Makalah ini tentunya masih terdapat kekeliruan dan
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari Dosen dan rekan-rekan mahasiswa
yang membangun sangat kami harapkan, guna mengevaluasi diri kami agar
penyusunan Makalah selanjutnya lebih baik lagi.

Budidaya tanaman kopi 32


DAFTAR PUSTAKA

Hartoyo, Ando Yakub, dan Ruliandi Han. 1987. Pembuatan arang briket dari lima
jenis kayu. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 12 hal.

Gandul, 2010. Sejarah Kopi. http://sekilap.blog.com/ 2010/ 01/05/sejarah


kopi/diunduh 22 juli 2010. Posted by ajhi in Jan 05, 2010

Hindorf, H., Girma Adugna, Challa Jefuka, Chemeda Abedeta and Vitor Varzea.
2010. Phytomedical studies supporting conservation efforts in wild coffee
populations of Ethiopia. Jima Agricultural Research Center (JARC) Addis Ababa
University. Jima, Ethiopia. Http://www.coffee.unibonn.de/subproject-2.html.
Diunduh tgl. 22 Juli 2010.

Nichholls, Sean and Jessica Mahar. So you'll pass on the coffee?. Brisbane Times. 12
Maret 2010.

Prastowo, Bambang. 2009. Reorientasi rancangbangun alat dan mesin pertanian


menuju efisiensi dan pengembangan bahan bakar nabati. Orasi Pengukuhan
Profesor Riset. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Badan Litbang
Pertanian. Bogor, 26 Nopember 2009. Pusat Data dan Statistik Pertanian. 2006.
Statistik Perkebunan. Departemen Pertanian.

Rubiyo, Jemmy Rinaldi dan Suharyanto, 2005. Kajian Rehabilitasi Tanaman Kopi
Robusta Menjadi Kopi Arabika Dengan Teknik Sambung di Kabupaten Bangli.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Ridwansyah, 2003. Pengolahan Kopi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas


Pertanian, Universitas Sumatra Utara. ©2003 Digitized by USU digital library.
Starfarm. 2010a. Pengolahan Pasca Panen Kopi.
(http://www.starfarmagris.co.cc/2009/06/pengolahanpasca- panen-kopi.html)

Budidaya tanaman kopi 33

Anda mungkin juga menyukai