Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Lempuyang merupakan tanaman semak semusim berbatang semu. Batangnya


merupakan perpanjangan pelepah daun yang berbentuk bulat. Daun lempuyang
mempunyai susunan tunggal berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur panjang,
ujungnya meruncing, dan bagian tepi rata. Rangkaian bunga tanaman berbentuk
tandan yang muncul dari batang dalam tanah, yang berwarna hijau atau hijau
kemerahan/keunguan. Bagian tanaman yang banyak dimanfaatkan adalah bagian
rimpang. Rimpang berkhasiat sebagai obat masuk angin, sakit perut, sesak nafas,
pilek, radang usus, syaraf lemah, penambah darah, dan obat penambah nafsu makan.
Rimpang mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan tanin. Kandungan
utama minyak atsiri adalah sesquiterpenoid zerumbone yang memiliki aktivitas
biologis, antara lain sebagai antikanker dan antitumor,
Kami menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun yang telah bersusah
payah sehingga makalah ini dapat diterbitkan dan berharap semoga makalah ini dapat
menjadi acuan dalam mengembangkan usaha tani Lembuyang.

Penulis, april 2018


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lempuyang merupakan tanaman semak semusim berbatang semu. Batangnya


merupakan perpanjangan pelepah daun yang berbentuk bulat. Daun lempuyang
mempunyai susunan tunggal berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur panjang,
ujungnya meruncing, dan bagian tepi rata. Rangkaian bunga tanaman berbentuk
tandan yang muncul dari batang dalam tanah, yang berwarna hijau atau hijau
kemerahan/keunguan. Bagian tanaman yang banyak dimanfaatkan adalah bagian
rimpang. Rimpang berkhasiat sebagai obat masuk angin, sakit perut, sesak nafas,
pilek, radang usus, syaraf lemah, penambah darah, dan obat penambah nafsu makan.
Rimpang mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan tanin. Kandungan
utama minyak atsiri adalah sesquiterpenoid zerumbone yang memiliki aktivitas
biologis, antara lain sebagai antikanker dan antitumor (ABDUL et al., 2009,
CHANDRA et al., 2003).
Di masyarakat/pasar dikenal tiga jenis lempuyang yaitu lempuyang emprit (Zingiber
amaricans), lempuyang gajah (Z. zerumbet), dan lempuyang wangi (Z. aromaticum).
Lempuyang emprit memiliki bentuk rimpang dan tanaman yang lebih kecil, warna
daging rimpang kuning dengan rasa pahit, berkhasiat untuk meningkatkan nafsu
makan. Lempuyang gajah mempunyai ukuran rimpang lebih besar, daging rimpang
berwarna kuning, dan berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Lempuyang wangi
memiliki daging rimpang berwarna keputihan dan berbau harum, dan berkhasiat
sebagai pelangsing (SASTROAMIDJOYO, 2001).
Lempuyang banyak tumbuh di pekarangan dan tumbuh tersebar di berbagai
wilayah Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) memiliki
koleksi plasma nutfah lempuyang yang belum diketahui potensi, sifat-sifatnya, dan
kandungan zat aktif sebagai bahan pemuliaan tanaman untuk menghasilkan bahan
tanaman unggul sebagai sumber bahan baku obat. Untuk mendukung pengembangan
obat dan produk kesehatan berbahan herbal, perlu didukung oleh usaha budidaya
yang menyeluruh mulai dari penyediaan bahan tanaman, teknik bercocok tanam
sampai pascapanen. Hasil pengumpulan lempuyang dari berbagai daerah
menunjukkan fenotipe berbeda dan diduga memiliki keragaman pada hasil dan mutu
rimpang, termasuk kadar bahan aktifnya.
II. ISI

2.1. Klasifikasi

Lempuyang gajah disebut Zingiberis Zerumbeti termasuk ke dalam famili

tumbuhan Zingiberaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama lempuyang kapur,

lempuyang paek, lempuyang kebo.

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas: Commelinidae

Ordo: Zingiberales

Famili: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)

Genus: Zingiber

Spesies: Zingiber zerumbet Linn

2.2. Morfologi

 Batang: batang semu berupa kumpulan pelepah daun yang berseling, di atas tanah,

beberapa batang berkoloni, hijau.

 Rimpang: merayap, berdaging, gemuk, aromatik.

 Daun: tunggal, berpelepah, duduk berseling, pelepah; membentuk batang semu.


 Helaian: bentuk lanset sempit, terlebar di tengah atau di atas tengah, panjang 3-7

kali lebar, pangkal runcing atau tumpul, ujung sangat runcing atau meruncing,

berambut di permukaan atas, tulang daun atau di pangkal, 14-40 x 3-8,5 cm,

tangkai berambut, 4-5 mm.

 Lidah daun: tegak, tumpul, seperti membran, berambut 1,5-3 cm.

 Bunga: susunan majemuk bulir, bentuk bola atau memanjang, muncul di atas

tanah, tegak, berambut halus, ramping tebal, 9-31 cm. 1,5-1,6 kali lebar, ujung

agak membulat melebar, daun pelindung dengan ujung datar, ukuran 1,54 x 1,54

cm, sisik tangkai bulir 4-6, lanset, tumpul, berambut, merah, 3-6,5 cm. Daun

pelindung sangat lebih besar dari kelopak, sama panjang dengan tabung mahkota.

 Ukuran bulir 3,5-10,5 x 1,75-5,5 cm. Kelopak: 13-17 mm.

 Mahkota: kuning terang, hijau gelap, atau putih, tabung 2-3 cm, cuping bulat telur

bulat memanjang, ujung meruncing atau runcing, daun mahkota posterior paling

besar 1,5-2,5 x 1-2 cm, bibir-bibiran bulat telur atau membulat, jingga atau kuning

lemon, 12-20 x 15-20 mm.

 Benang sari: kepala sari elip-bulat memanjang, kuning terang, 8-10 mm,

penghubung 7 mm.

 Putik: bakal buah 3 ruang, bakal biji banyak, posisi aksiler, tangkai putik

bercabang dua bebas.

 Buah: bulat telur terbalik, merah, 12 x 8 mm.

 Biji: bulat memanjang bola, rata-rata 4 mm.


 Waktu berbunga : Januari- April. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya

Tumbuhan dapat ditemukan di Asia tropis, tumbuh liar di hutan dataran dengan

ketinggian hingga 1200 m dpl., di Jawa sering ditanam di pekarangan dan tempat-

tempat lain yang basah, tapi pada umumnya tumbuh liar. Lempuyang dapat

ditanam dari potongan-potongan rimpang yang mempunyal mata tunas atau

anakan muda. Pengolahan tanah dapat dengan bajak dan dicangkul hingga gembur,

kemudian tanah dibuat guludan kecil-kecil dengan jarak 30-50 cm. Pupuk

kandang, penyiangan gulma.

2.3. Syarat Tumbuh

Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan

produksi tanaman lempuyang. Lingkungan alami tanaman lempuyangadalah hutan

tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian

dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang

erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.

Lempuyang dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 1-1200 m dpl, banyak

tumbuh sebagai tumbuhan liar di tempat-tempat yang basah di dataran rendah dan

tinggi. Tumbuh baik di bawah hutan jati.

Lingkungan hidup alami tanaman lembuyang adalah hutan tropis yang di

dalam pertumbuhannya mebutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh.

Tumbuhan ini akan dapat berkembang secara baik di hutan, kebun, pekarangan

dengan intensitas matahari di bawah naungan kurang lebih 11-585 lux..


2.4. Teknik Budidaya

2.4.1. Penanaman

a. Jarak Tanam

- jarak tanam yang digunakan 60 x 40 cm

b. penyiapan benih

Benih yang digunakan untuk penanaman adalah rimpang yang sehat, telah

cukup tua (dipanen 10 bulan setelah tanam). Rimpang kemudian dipotong dengan

ukuran 80-100 gram, mempunyai mata tunas setidaknya dua buah. Rimpang benih

kemudian direndam dalam larutan fungisida dengan dosis 2 g/liter selama 20 menit

kemudian rimpang ditiriskan dan disemai pada media lembab agar muncul inisiasi

tunas. Rimpang yang telah bertunas siap ditanam di lapang.

2.4.2. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore)

b. Pemupukan

Dosis pemupukan per hektar yang digunakan adalah pupuk kandang sebanyak

10 ton, dan pupuk buatan Urea, SP36, dan KCl masing-masing 100 kg. Pupuk SP36

dan KCl diberikan pada saat tanam, sedangkan pupuk urea setengah dosis diberikan

pada saat tanam dan setengah dsis lagi diberikan pada umur tanaman satu bulan

c. Penyiangan

Penyiangan tanaman dilakukan setidaknya sebulan sekali atau tergantung

kondisi lahan. Pada waktu penyiangan dilakukan pembumbunan, agar rimpang yang
terbentuk tertutup tanah karena rimpang yang terbuka kualitas, penampakan dan

ukurannya kurang baik

2.4.3 Panen

Panen dapat dilakukan dengan melihat daun yang mulai kering, dan biasa

berumur 10-12 bulan. Proses pemanenan telah selesai kemudian rimpang segar

dibersihkan dalam air mengalir hingga bersih, kemudian diiris tipis menggunakan

pisau dan hasil irisannya dikeringkan pada wadah tampah dibawah sinar matahari

sampai kering. Irisan rimpang yang telah kering disimpan dalam wadah plastik kedap

udara dan diikat rapat. Dan untuk pemanenan dilakuan dengan membongkar tanaman

dan mengambil rimpangnya.

2,5 Manfaat

Lempuyang merupakan tanaman obat-obatan sehingga manfaatnya sangat

bervariasi bagi manusia dalam bentuk sebagai obat. Lembuyang memiliki kegunaan

seperti obat penyakit batu ginjal, disentri, kejang-kejang pada anak-anak, mencret,

sakit kuning, sakit kulit dan selesma serta lempuyang juga dapat menjadi pembangkit

nafsu makan dan penyegar.


III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Lempuyang merupakan tanaman obat-obatan yang memiliki banyak manfaat


dalam mengobati serta mudah dibudidayakan. Bagian dari lempuyang yang
digunakan untuk obat-obatan yaitu rimpangnya.

3.2. Saran

Semoga karya tulis ilmiah yang kami buat, dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua para pembaca. Terutama untuk lebih mengetahui informasi mengenai cara
pembudidayaan tanaman lembuyang serta manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA

ABDUL, A.B., S.I. ABDELWAHAB, J.B. JALINAS, A.S. ALZHUBAIRI, and


M.M.E. TAHA. 2009. Combination of zerumbone and cisplatin to treat
cervical intraepithelial neoplasia in female BALB/c mice. International
Journal of Gynecological Cancer, Vol. 19 (6) : 1004-1010.

CHANDRA, K., G.H. MCINTOSH, R.R. IAN and J. GRAHAM P. 2003. Antitumor
activity of extract of Zingiber aromaticum and its bioactive
sesquiterpenoid zerumbone. Nutrition and cancer 45(2):218-225.

SASTROAMIDJOJO S. 2001. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat, Jakarta. 170 hlm.

SRI WAHYUNI, NURLIANI BERMAWIE, dan NATALINI NOVA KRISTINA,


2013. Karateristik Morfologi, Potensi Produksi dan Komponen Utama
Rimpang Sembilan Nomor Lempuyang Wangi. Jurnal Littri 19(3),
September 2013. Hlm. 99 – 107 ISSN 0853-8212

Anda mungkin juga menyukai