Disusun oleh
Kelompok 3
Dela Triastuti
150510130103
Sakti Pamungkas
150510130105
Deyanica Putri
150510130110
150510130114
Rina Komalasari
150510130122
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Masalah Gulma pada Budidaya Tanaman Kopi.
Kendala yang kami alami dalam penulisan ini adalah penyusunan kata
yang tepat. Sebagai penulis sudah sebaik mungkin untuk dapat menyusun
makalah. Namun, kami yakin makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu
penulis memohon maaf atas kekurangan dan kata yang kurang tepat dalam
penulisan makalah ini.
Selama penyusunan makalah ini, banyak sekali pihak yang telah
membantu kami. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat.
Kami berharap pengerjaan makalah ini bukan hanya sebagai bentuk
pemenuhan kewajiban atas tugas yang telah diberikan akan tetapi dapat
bermanfaat juga sebagai salah satu sumber daripada informasi dan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan mata kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman
III.
Seandainya terdapat kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan
kami berharap akan kritik dan saran yang membangun agar kelak di kemudian
hari dapat memperbaiki segala bentuk kekurangan dan kesalahan tersebut. Akhir
kata kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
...
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
.... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan..
BAB II ISI
2.1 Tanaman Kopi
..........................
ABSTRACT
weeds are plants whose undesirable qualities outweigh their good points, at least
according to humans. Weeds in coffee farm is a problem for coffees farmer. Weeds
can have a negative effect on crops because of competition (nutrients, water, light
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia. Sebagian besar
penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sehingga
sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan dan
menjadi sumber kehidupan yang utama. Banyak ditemui perkebunanperkebunan seperti perkebunan teh, perkebunan kelapa sawit, perkebunan
kopi, dan masih banyak komoditas pertanian lain di Indonesia. Salah satu
komoditas pertanian yang banyak dikembangkan adalah tanaman kopi
yang banyak dikelola dalam bentuk perkebunan oleh pihak perorangan
maupun perusahaan swasta. Produksi kopi nasional mencapai 633.991 ton
tahun 2011, dengan produktivitas rata-rata nasional 672 kg/ha. Luas areal
perkebunan kopi Indonesia pada tahun 2011 mencapai 1,29 juta ha atau
96,3 % yakni sebesar 1.24 juta ha merupakan perkebunan rakyat, terdiri
atas 1,04 juta ha kopi robusta dan 251 ribu ha kopi arabika. Berkaitan
dengan prospek tanaman kopi yang cukup bagus di pasar dunia, maka
pemerintah melaksanakan kegiatan intensifikasi dan perluasan areal
pertanaman kopi (Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian
RI, 2012). Terdapat masalah yang mempengaruhi produktivitas kopi di
Indonesia. Salah satunya adalah masalah gulma. Gulma merupakan
tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak
diinginkan manusia (Sukman dan Yakup
dalam
Muhabbibah, 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
Bandung dan daerah Priangan lainnya melalui sistem tanam paksa yang
selanjutnya di kembangkan juga di Sumatra, Bali dan sebagian Sulawesi.
Tanaman kopi termasuk dalam famili Rubiaceae dan terdiri atas banyak jenis,
yakni Coffea arabica, Coffea robusta dan Coffea liberica. Tanaman kopi Robusta
tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian
permukaan laut dan daerah- daerah dengan suhu sekitar 20oC. Untuk tanaman
kopi arabika tumbuh di daerah - daerah yang lebih tinggi sampai ketinggian
sekitar 1700 m di atas permukaan laut dan
dengan suhu sekitar 10-16C. Sedangkan tanaman kopi liberika dapat tumbuh di
dataran rendah. Tanaman kopi dalam sistematikanya dalam dunia botani dapat
diklasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea canephora (Andrifah, 2012).
untuk pertumbuhan tanaman kopi. Selain itu t anaman kopi menghendaki kondisi
tanah dengan reaksi yang agak asam dengan PH 5,5 6,5. Tetapi hasil yang lebih
optimum sering kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam dengan keadaan
fisik yang baik (Rumah Kopi, 2012).
Suhu mempunyai korelasi yang erat dengan ketinggian tempat, sehingga
pengembangan tanaman kopi yang menghendaki suhu tertentu untuk masingmasing jenis tanaman kopi perlu diketahui dengan baik. Kopi jenis robusta
menghendaki tumbuh pada daerah dengan suhu rata-rata tahunan sekitar 21-240
C. Faktor suhu berperan penting terhadap masa pertumbuhan vegetatif, makin
tinggi elevasi akan makin lambat pertumbuhan kopi yang pada akhirnya akan
mempengaruhi umur tanaman kopi saat produktif.
Tanaman kopi akan tumbuh baik bila suplai air cukup tersedia, walaupun
kelembaban nisbi yang rendah. Udara yang sangat kering selama periode
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi akan menyebabkan penurunan
hasil. Sebaliknya kelembaban nisbi yang berlebihan akan merangsang
pertumbuhan jamur yang serius bagi tanaman kopi. Untuk itu upaya pengaturan
kelembaban nisbi perlu dilakukan dengan mengatur naungan (Syamsulbahri,
1996).
2.3 Permasalahan Gulma di Perkebunan Kopi
Masalah gulma di perkebunan kopi selalu dijumpai baik pada saat tanaman kopi
masih muda (TBM) maupun pada saat tanaman kopi sudah dewasa (TM). Gulma
yang dominan di perkebunan kopi antara lain :
a. Alang- alang (Imperata cylindrica)
Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) merupakan tumbuhan rumput
menahun yang tersebar hampir di seluruh belahan bumi dan dianggap sebagai
gulma di lahan pertanian. Menurut Garrity et al. (1997), di wilayah Asia Tenggara
dapat dijumpai sekitar 35 juta ha, dan sekitar 8,5 juta ha tersebar di Indonesia.
berpotensi
dapat
menimbulkan
bahaya
kebakaran
terutama
pada
Genus: Imperat
Spesies: Imperata cylindrica (L.) Beauv.
b. Grinting (Cynodon dactylon)
Batang tumbuh menjalar membentuk rimpang, buluh yang berbunga tegak atau
menanjak hingga 40 cm, buluh samping panjang, yang tua berongga, berumur
tahunan. Ruas buluh berseling antara yang panjang dan yang pendek, daun dalam
dua baris. Bunga berbentuk bulir ganda terdiri dari dua sampai beberapa cabang,
anak bulir berwarna putih lembayung. Berkembang biak dengan biji dan setek
batang. Tumbuh di tempat terbuka/terlindung hingg 1.650 m dpl. Rumput
Bermuda tumbuh paling bagus pada suhu di atas 24 C. Jenis ini toleran terhadap
kekeringan. Tumbuh paling baik pada tanah berdrainase baik tetapi toleran
terhadap banjir yang berkepanjangan. Toleran terhadap kisaran pH tanah yang
luas, tetapi pH optimal adalah di atas 5.5. Juga toleran terhadap kesuburan tanah
yang rendah tetapi tidak toleran terhadap naungan.
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Poales
Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di
lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah
jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip.
Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit
dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari
batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter,
sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar
di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap
genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.
Cyperus rotundus dapat tumbuh pada bermacam-macam keadaan tanah dengan
ketinggian 11000 m. Gulma ini termasuk gulma tahunan yang berkembang biak
terutama dengan umbinya. Umbi gulma ini dapat tumbuh pada suhu sekitar 13
14C dan suhu optimum untuk pertumbuhan teki berkisar antara 3035C.
Berdasarkan habitatnya gulma Cyperus rotundus termasuk gulma sawah tanaman
palawija. Gulma ini sering ditemukan bersamaan dengan gulma rerumputan pada
habitat yang sama.
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi
Kelas
Ordo
: Cyperales
Famili
: Cyperaceae
Genus
: Cyperus
Spesies
: Cyperus rotundus L.
d. Mikania micrantha
Pada areal pertanaman kopi yang tumbuh tanpa naungan, maka akan didapati
gulma golongan rumput
Faktor yang harus diperhatikan ketika aplikasi herbisida adalah suhu, angin, dan
kelembaban udara.
2.6 Kasus Gulma Pada Petani Kopi
Gulma adalah momok bagi para petani, karena bisa menghambat pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang mereka budidayakan. Hal ini juga dialami para
petani kopi di Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat. Gulma seringkali
menyaingi tanaman kopi di daerah yang sekitar 70%-nya dipenuhi kebun kopi ini.
Bagaimana petani setempat mengatasinya? Di wilayah ini, gulma umumnya
menjadi masalah di kebun kopi naungan sederhana (kopi yang ditanam dengan
tanaman penaung jenis polong-polongan) dan kebun kopi muda. Pada kedua jenis
kebun kopi ini, kerapatan tajuknya relatif terbuka, apalagi jika pohon penaungnya
menggugurkan daun di musim kemarau. Celah antar tajuk memungkinkan sinar
matahari menembus permukaan tanah dan memicu pertumbuhan berbagai jenis
gulma. Para petani biasanya membersihkan seluruh atau sebagian gulma dengan
menggunakan koret(sejenis cangkul kecil). Pembersihan dengan cara ini dapat
memicu terbukanya permukaan tanah yang mengawali terjadinya erosi, terutama
pada musim hujan. Biasanya petani menyisakan gulma di sebagian area kebun
untuk menghalangi terjadinya erosi. Aktivitas pembersihan gulma ini menuntut
alokasi waktu, tenaga, bahkan biaya untuk upah jika menggunakan jasa orang
lain. elain disebabkan oleh metode pembersihan gulma, erosi juga dipengaruhi
oleh ketebalan serasah pada kebun kopi. Serasah yang relatif tebal pada kebun
kopi multistrata mengurangi terjadinya erosi tanah sehingga kesuburan tanah tetap
terpelihara. Sedangkan, serasah yang relatif sedikit pada kebun kopi naungan
sederhana dan kebun kopi muda memungkinan terjadinya lebih banyak erosi,
sehingga penurunan kesuburan tanah menjadi lebih cepat. Hal ini terutama terjadi
pada kebun yang berada pada tempat-tempat berlereng curam. Sebagai upaya
konservasi tanah, para petani kopi umumnya membuat teras dan rorakdi antara
kebun kopi sehingga tanah yang hanyut, masuk ke dalam roraktersebut dan tidak
terbuang. Untuk mengatasi dua masalah ini, para petani kopi di Sumberjaya
bersama World Agroforestry Centre(ICRAF) berupaya mencari metode yang lebih
menguntungkan secara ekonomi dan ekologis. Memanfaatkan Arachis pintoi
lebih dikenal sebagai pintoi di kalangan petani kemudian menjadi pilihan
bersama. Tanaman sejenis kacang-kacangan ini diperkenalkan oleh ICRAF yang
bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanah (BPT) Bogor, sebagai sarana
konservasi tanah sekaligus untuk menekan pertumbuhan gulma.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang
tidak diinginkan manusia. Pada perkebunan kopi gulma menjadi masalah yang
cukup serius karena dapat menurunkan produktivitas hasil. Gulma yang dominan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.[Online].Tersedia
di
http://digilib.unila.ac.id/768/9/BAB
Barat,
Agrivita
26:98-107.
Tersedia