Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PERLINDUNGAN TANAMAN III

(Masalah Gulma pada Budidaya Tanaman Kopi)

Disusun oleh
Kelompok 3

Dela Triastuti

150510130103

Sakti Pamungkas

150510130105

Deyanica Putri

150510130110

Bayu Adji Purwokom

150510130114

Rina Komalasari

150510130122

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Masalah Gulma pada Budidaya Tanaman Kopi.
Kendala yang kami alami dalam penulisan ini adalah penyusunan kata
yang tepat. Sebagai penulis sudah sebaik mungkin untuk dapat menyusun
makalah. Namun, kami yakin makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu
penulis memohon maaf atas kekurangan dan kata yang kurang tepat dalam
penulisan makalah ini.
Selama penyusunan makalah ini, banyak sekali pihak yang telah
membantu kami. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat.
Kami berharap pengerjaan makalah ini bukan hanya sebagai bentuk
pemenuhan kewajiban atas tugas yang telah diberikan akan tetapi dapat
bermanfaat juga sebagai salah satu sumber daripada informasi dan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan mata kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman
III.
Seandainya terdapat kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan
kami berharap akan kritik dan saran yang membangun agar kelak di kemudian
hari dapat memperbaiki segala bentuk kekurangan dan kesalahan tersebut. Akhir
kata kami ucapkan terimakasih.

Jatinangor , 08 Maret 2015


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

...

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

.... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan..
BAB II ISI
2.1 Tanaman Kopi

2.2 Agroekosistem Tanaman Kopi.

..........................

2.3 Permasalahan Gulma di Kebun Kopi.. ..


2.4 Kerugian Akibat Gulma..
2.5 Pengendalian Gulma di Kebun Kopi
2.6 Contoh Kasus Gulma di Kebun Kop.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA

ABSTRACT
weeds are plants whose undesirable qualities outweigh their good points, at least
according to humans. Weeds in coffee farm is a problem for coffees farmer. Weeds
can have a negative effect on crops because of competition (nutrients, water, light

and CO2), the production of growth inhibitory compounds (residues), as a host of


other plant pests (insects pests or pathogens disease), and the quality of the
results due to contamination of parts of the weeds. There are some dominate
weeds in coffee plantation such as Imperata cylindrica, Cynodon dactylon,
Ottochloa nodusa , Cyperus rotundus, C. kyllingia and Mikania micrantha. To
control weeds in coffee plantations can be weeded three times (twice at the time of
fertilization and once the appropriate circumstances) (Center Koka, in Mahfud
1998b, 2012). Chemical control is done by the frequency of 1-5 times / year.
Herbicide that used is glyphosate herbicide. To control Imperata cylindrica used
a dose of 5 l / ha, while the common weed 2 -3 l / ha (IPB Lecturer Team, 2011).

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia. Sebagian besar
penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sehingga
sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan dan

menjadi sumber kehidupan yang utama. Banyak ditemui perkebunanperkebunan seperti perkebunan teh, perkebunan kelapa sawit, perkebunan
kopi, dan masih banyak komoditas pertanian lain di Indonesia. Salah satu
komoditas pertanian yang banyak dikembangkan adalah tanaman kopi
yang banyak dikelola dalam bentuk perkebunan oleh pihak perorangan
maupun perusahaan swasta. Produksi kopi nasional mencapai 633.991 ton
tahun 2011, dengan produktivitas rata-rata nasional 672 kg/ha. Luas areal
perkebunan kopi Indonesia pada tahun 2011 mencapai 1,29 juta ha atau
96,3 % yakni sebesar 1.24 juta ha merupakan perkebunan rakyat, terdiri
atas 1,04 juta ha kopi robusta dan 251 ribu ha kopi arabika. Berkaitan
dengan prospek tanaman kopi yang cukup bagus di pasar dunia, maka
pemerintah melaksanakan kegiatan intensifikasi dan perluasan areal
pertanaman kopi (Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian
RI, 2012). Terdapat masalah yang mempengaruhi produktivitas kopi di
Indonesia. Salah satunya adalah masalah gulma. Gulma merupakan
tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak
diinginkan manusia (Sukman dan Yakup

dalam

Muhabbibah, 2009).

Gulma dapat memberikan pengaruh negatif pada tanaman budidaya karena


kompetisi (nutrisi, air, cahaya dan CO2), produksi senyawa penghambat
pertumbuhan (alelopati), sebagai inang jasad pengganggu tanaman lain
(serangga hama atau patogen penyakit), serta menurunkan kualitas hasil
karena adanya kontaminasi dari bagian-bagian gulma. Pada makalah ini
akan dibahas mengenai gulma pada perkebuanan kopi
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu mengetahui gulma apa saja yang dapat
menghambat atau mempengaruhi produktivitas tanaman kopi serta
bagaimana pengendalian gulma yang ada pada perkebunan kopi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Kopi


Kopi pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 17 dibawa oleh bangsa
Belanda yang pada masa itu mengembangkan tanaman kopi di sekitar Jakarta
kemudian meluas ke beberapa daerah di Jawa barat seperti Sukabumi, Bogor,

Bandung dan daerah Priangan lainnya melalui sistem tanam paksa yang
selanjutnya di kembangkan juga di Sumatra, Bali dan sebagian Sulawesi.
Tanaman kopi termasuk dalam famili Rubiaceae dan terdiri atas banyak jenis,
yakni Coffea arabica, Coffea robusta dan Coffea liberica. Tanaman kopi Robusta
tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian

sekitar 1000 m diatas

permukaan laut dan daerah- daerah dengan suhu sekitar 20oC. Untuk tanaman
kopi arabika tumbuh di daerah - daerah yang lebih tinggi sampai ketinggian
sekitar 1700 m di atas permukaan laut dan

daerah- daerah yang umumnya

dengan suhu sekitar 10-16C. Sedangkan tanaman kopi liberika dapat tumbuh di
dataran rendah. Tanaman kopi dalam sistematikanya dalam dunia botani dapat
diklasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea canephora (Andrifah, 2012).

2.2 Agroekosistem Tanaman Kopi


Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau
dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Tanah yang dibutuhkan untuk tanaman
kopi berbeda beda menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya
tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur,
banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah
harus baik. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, yang bera r ti
tanah dengan sistem drainase yang kurang baik dan tanah liat berat tidak cocok

untuk pertumbuhan tanaman kopi. Selain itu t anaman kopi menghendaki kondisi
tanah dengan reaksi yang agak asam dengan PH 5,5 6,5. Tetapi hasil yang lebih
optimum sering kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam dengan keadaan
fisik yang baik (Rumah Kopi, 2012).
Suhu mempunyai korelasi yang erat dengan ketinggian tempat, sehingga
pengembangan tanaman kopi yang menghendaki suhu tertentu untuk masingmasing jenis tanaman kopi perlu diketahui dengan baik. Kopi jenis robusta
menghendaki tumbuh pada daerah dengan suhu rata-rata tahunan sekitar 21-240
C. Faktor suhu berperan penting terhadap masa pertumbuhan vegetatif, makin
tinggi elevasi akan makin lambat pertumbuhan kopi yang pada akhirnya akan
mempengaruhi umur tanaman kopi saat produktif.
Tanaman kopi akan tumbuh baik bila suplai air cukup tersedia, walaupun
kelembaban nisbi yang rendah. Udara yang sangat kering selama periode
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi akan menyebabkan penurunan
hasil. Sebaliknya kelembaban nisbi yang berlebihan akan merangsang
pertumbuhan jamur yang serius bagi tanaman kopi. Untuk itu upaya pengaturan
kelembaban nisbi perlu dilakukan dengan mengatur naungan (Syamsulbahri,
1996).
2.3 Permasalahan Gulma di Perkebunan Kopi
Masalah gulma di perkebunan kopi selalu dijumpai baik pada saat tanaman kopi
masih muda (TBM) maupun pada saat tanaman kopi sudah dewasa (TM). Gulma
yang dominan di perkebunan kopi antara lain :
a. Alang- alang (Imperata cylindrica)
Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) merupakan tumbuhan rumput
menahun yang tersebar hampir di seluruh belahan bumi dan dianggap sebagai
gulma di lahan pertanian. Menurut Garrity et al. (1997), di wilayah Asia Tenggara
dapat dijumpai sekitar 35 juta ha, dan sekitar 8,5 juta ha tersebar di Indonesia.

Alang-alang (Imperata cylindrica (L), Beauv) merupakan tanaman yang sulit


diberantas dan banyakmengganggu tanaman utama, sehingga tanaman ini
dikatagorikan sebagai gulma yang banyak merugikan pertanian. Alang-alang
dapat tumbuh hampir disetiap jenis tanah, mulai dari tanah yang kurus sampai
tanahsubur. Alang-alang menyebar melalui biji-bijian yang terbawa oleh angin,
burung, air, binatang dan bahkan oleh manusia sedangkan penyebaran lain melalui
rhizoma atau akar yang menjalar di dalam tanah. Kerugian yang diakibatkan oleh
alang-alang bagi pertanian adalah terganggunya pertumbuhan tanaman pokok dan
mahalnya biaya pengolahan tanah kerena padang alang-alang termasuk tanah yang
beratuntuk diolah menjadi lahan pertanian. Disamping itu tanah bekas padang
alang-alang setelah ditanamidengan tanaman pertanian memerlukan perawatan
terus menerus yang berarti akan memerlukan tenaga,waktu dan biaya. Alang-alang
juga

berpotensi

dapat

menimbulkan

bahaya

kebakaran

terutama

pada

musimkering karena alang-alang mengandung bahan kering yang cukup tinggi


yang sangat mudah dibakar. Klasifikasi alang alang adalah sebagai berikut :

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)


Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus: Imperat
Spesies: Imperata cylindrica (L.) Beauv.
b. Grinting (Cynodon dactylon)

Batang tumbuh menjalar membentuk rimpang, buluh yang berbunga tegak atau
menanjak hingga 40 cm, buluh samping panjang, yang tua berongga, berumur
tahunan. Ruas buluh berseling antara yang panjang dan yang pendek, daun dalam
dua baris. Bunga berbentuk bulir ganda terdiri dari dua sampai beberapa cabang,
anak bulir berwarna putih lembayung. Berkembang biak dengan biji dan setek
batang. Tumbuh di tempat terbuka/terlindung hingg 1.650 m dpl. Rumput
Bermuda tumbuh paling bagus pada suhu di atas 24 C. Jenis ini toleran terhadap
kekeringan. Tumbuh paling baik pada tanah berdrainase baik tetapi toleran
terhadap banjir yang berkepanjangan. Toleran terhadap kisaran pH tanah yang
luas, tetapi pH optimal adalah di atas 5.5. Juga toleran terhadap kesuburan tanah
yang rendah tetapi tidak toleran terhadap naungan.

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Poales

Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)


Genus: Cynodon
Spesies: Cynodon dactylon (L.) Pers.
c. Cyperus rotundus

Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di
lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah
jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip.
Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit
dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari
batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter,
sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar
di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap
genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.
Cyperus rotundus dapat tumbuh pada bermacam-macam keadaan tanah dengan
ketinggian 11000 m. Gulma ini termasuk gulma tahunan yang berkembang biak
terutama dengan umbinya. Umbi gulma ini dapat tumbuh pada suhu sekitar 13
14C dan suhu optimum untuk pertumbuhan teki berkisar antara 3035C.
Berdasarkan habitatnya gulma Cyperus rotundus termasuk gulma sawah tanaman
palawija. Gulma ini sering ditemukan bersamaan dengan gulma rerumputan pada
habitat yang sama.
Klasifikasi

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Ordo

: Cyperales

Famili

: Cyperaceae

Genus

: Cyperus

Spesies

: Cyperus rotundus L.

d. Mikania micrantha

Merupakan gulma yang tergolong daun lebar, tumbuh merambat,daun berbentuk


hati, bunga berwarna putih. Gulma ini mudah berkembang biak dengan
bijimaupun potongan batangnya oleh karena itu penyebarannya cepat.
Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan
ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6m. Pada tiap
ruas terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga.
Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13cm dan
lebar daun 2-9cm. Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun
bergerigi.
Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil dengan panjang 4.5-6mm, dan
tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas. Biji dihasilkan dalam jumlah
besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2mm. Gulma penting pada
pertanaman kopi

menurut Tim Dosen IPB (2011)

antara lain Imperata

cylindrica, Mikania micrantha, Chromolaena odorata, Mimosa pudica, Borreria

alata, Setaria plicata, dan Ageratum conyzoides. Sedangkan menurut penelitian


yang dilakukan Syawal (2006) gulma yang dominan pada awal maupun akhir
penelitiannya adalah Borreria alata, Euphorbia hirta dan Cleome rutidospermae.

2.4 Kerugian Akibat Gulma


Pada umumnya, kerugian akibat gulma lebih dirasakan pada perkebunanbesar
seperti perkebunan kopi. Hal ini erat kaitannya dengan faktor tenaga kerja dan
mekanisasi yang terbatas yang menggunakan alat - alat pertanian. Kehadiran
gulma pada suatu lahan pertanian menyebabkan berbagai kerugian di antaranya
adalah
(1) menurunkan angka hasil, akibat timbulnya persaingan,
(2) menurunkan mutu hasil, bercampurnya biji gulma dengan biji tanaman,
(3) menjadi inang alternatif hama atau patogen,
(4) mempersulit pengolahan dan mempertinggi biaya produksi dan
(5) mengandung zat beracun fenol yang membahayakan bagi tanaman budidaya
(Triharso, 1994).
Secara kualitatif, Suprapto dan Yufdy (1987) dalam Daud (2008) menyatakan
bahwa pengaruh buruk da ri gulma pada tanaman yang kurang mendapat
perawatan yang teratur adalah pertumbuhan ta naman terhambat, cabang produksi
kurang dan pertumbuhan tanaman muda tidak normal serta daunnya benwarna
kuning. Selain faktor kompetisi dan alelopati, keberadaan gulma di pertanaman
dapat merupakan inang patogen atau hama bagi tanaman. Selain itu, t anaman
kopi relatif kalah bersaing dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara dari
dalam tanah karena peraka rannya dangkal (Zaenudin 1998 dalam Mahfud 2012).
Gulma menurunkan laju pertumbuhan dan hasil kopi sampai 30 % (Zaenudin
1987dalam Mahfud 2012).
2.5 Pengendalian Gulma di Perkebunan Kopi

Pada areal pertanaman kopi yang tumbuh tanpa naungan, maka akan didapati
gulma golongan rumput

dan herba yang tumbuh dengan cepat dan tinggi

sehingga sulit untuk dikendalikan. Banyak pengelola kebun kopi di Amerika


mengkombinasikan aplikasi herbisida dengan pengendalian mekanis untuk
menekan gulma pada areal pertanaman (Nelson, 2008).
Untuk mengendalikan gulma di perkebunan kopi dapat dilakukan penyiangan tiga
kali (dua kali pada saat pemupukan dan sekali sesuai keadaan) (Puslit Koka,
1998b dalam Mahfud, 2012). Pengendalian kimia dilakukan dengan frekuensi 1-5
kali/tahun. Herbisida yang digunakan adalah herbisida glifosat. Untuk
mengendalik an alang- alang digunakan dosis 5 l/ha, sedangkan gulma umum 2 -3
l/ha (Tim Dosen IPB, 2011).
Herbisidayang umumnya direkomendasikan untuk pertanaman kopi yaitu
herbisida berbahan aktif glifosat, paraquat, sulfosat, dan amonium glufosinat
(Komisi Pestisida, 2011).
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia sangat diminati,
terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Senyawa kimia yang digunakan
sebagai pengendalian gulma dikenal dengan nama herbisida. Penggunaan
herbisida diupayakan agar tidak memberi pengaruh negatif pada tanaman
budidaya, karena itulah diupayakan mencari senyawa -senyawa yang bersifat
selektif dan cara serta waktu pengaplikasian yang tepat (Sukman dan Yakup, 1995
dalam Nasution, 2009). Herbisida memiliki efektivitas yang beragam.
Berdasarkan cara kerjanya, herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang
terkena herbisida, dan herbisida sistemik mematikan setelah diserap dan
ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma. Menurut jenis gulma yang dimatikan
ada herbisida selektif yang mematikan gulma tertentu atau spektrum sempit, dan
herbisida non selektif yang mematikan banyak jenis gulma atau spektrum lebar
(Fadhly dan Tabri, 2007).
Praktek penggunaan herbisida di lokasi pertanian terjadi karena kemampuan
herbisida pada umumnya untuk mematikan beberapa jenis tumbuhan (gulma)
tanpa menggangu jenis lain atau tanaman lain

(tanaman pokok). Jika

dibandingkan dengan pengendalian secara manual, biaya pengendalian akan


semakin tinggi. Apalagi ketika kemampuan selektivitas herbisida dapat
ditingkatkan, maka akan mempermudah pengendalian gulma di lapangan
(Muliyadi, 2005 dalam Ba rus, 2012).
Djojosoemarto (2008) menyatakan bahwa pemilihan jenis herbisida dan waktu
aplikasi sangat menentukan keberhasilan pengendalian gulma, dimana sifat
herbisida yang mematikan gulma adalah gabu ngan dari toksisitas dan persis
tensinya.

Respon pertu mbuhan tanaman terhadap herbisida berbeda- beda.

Faktor yang harus diperhatikan ketika aplikasi herbisida adalah suhu, angin, dan
kelembaban udara.
2.6 Kasus Gulma Pada Petani Kopi
Gulma adalah momok bagi para petani, karena bisa menghambat pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang mereka budidayakan. Hal ini juga dialami para
petani kopi di Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat. Gulma seringkali
menyaingi tanaman kopi di daerah yang sekitar 70%-nya dipenuhi kebun kopi ini.
Bagaimana petani setempat mengatasinya? Di wilayah ini, gulma umumnya
menjadi masalah di kebun kopi naungan sederhana (kopi yang ditanam dengan
tanaman penaung jenis polong-polongan) dan kebun kopi muda. Pada kedua jenis
kebun kopi ini, kerapatan tajuknya relatif terbuka, apalagi jika pohon penaungnya
menggugurkan daun di musim kemarau. Celah antar tajuk memungkinkan sinar
matahari menembus permukaan tanah dan memicu pertumbuhan berbagai jenis
gulma. Para petani biasanya membersihkan seluruh atau sebagian gulma dengan
menggunakan koret(sejenis cangkul kecil). Pembersihan dengan cara ini dapat
memicu terbukanya permukaan tanah yang mengawali terjadinya erosi, terutama
pada musim hujan. Biasanya petani menyisakan gulma di sebagian area kebun
untuk menghalangi terjadinya erosi. Aktivitas pembersihan gulma ini menuntut
alokasi waktu, tenaga, bahkan biaya untuk upah jika menggunakan jasa orang
lain. elain disebabkan oleh metode pembersihan gulma, erosi juga dipengaruhi
oleh ketebalan serasah pada kebun kopi. Serasah yang relatif tebal pada kebun
kopi multistrata mengurangi terjadinya erosi tanah sehingga kesuburan tanah tetap
terpelihara. Sedangkan, serasah yang relatif sedikit pada kebun kopi naungan

sederhana dan kebun kopi muda memungkinan terjadinya lebih banyak erosi,
sehingga penurunan kesuburan tanah menjadi lebih cepat. Hal ini terutama terjadi
pada kebun yang berada pada tempat-tempat berlereng curam. Sebagai upaya
konservasi tanah, para petani kopi umumnya membuat teras dan rorakdi antara
kebun kopi sehingga tanah yang hanyut, masuk ke dalam roraktersebut dan tidak
terbuang. Untuk mengatasi dua masalah ini, para petani kopi di Sumberjaya
bersama World Agroforestry Centre(ICRAF) berupaya mencari metode yang lebih
menguntungkan secara ekonomi dan ekologis. Memanfaatkan Arachis pintoi
lebih dikenal sebagai pintoi di kalangan petani kemudian menjadi pilihan
bersama. Tanaman sejenis kacang-kacangan ini diperkenalkan oleh ICRAF yang
bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanah (BPT) Bogor, sebagai sarana
konservasi tanah sekaligus untuk menekan pertumbuhan gulma.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang
tidak diinginkan manusia. Pada perkebunan kopi gulma menjadi masalah yang
cukup serius karena dapat menurunkan produktivitas hasil. Gulma yang dominan

di perkebunan kopi anta ra lain a lang- alang (Imperata cylindrica), grinting


(Cynodon dactylon), Ottochloa nodusa dari golongan rumput- rumputan, Cyperus
rotundus, C. kyllingia dari golongan teki, dan Mikania micrantha dari golongan
berdaun lebar.Perlu adanya pengendalian gulma secara efektif dan ramah
lingkungan.
3.2 Saran
Gulma pada tanaman kopi perlu di musnahkan secara efektif dan ramah
lingkungan diperlukan inovasi untuk pengendalian tersebut seperti contohnya
penggunaan Arachis pintoi. Selain itu untuk menambah dari segi ekonomi
sebaiknya gulma yang memilki manfaat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.[Online].Tersedia

di

http://digilib.unila.ac.id/768/9/BAB

%20II.pdf. (Diakses pada tanggal 8 Maret 2015).


Mulyoutami, E, Stefanus, E, Schalenbourg, W, Rahayu, S and Joshi, L.
2004. Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi dalam Konservasi

dan Pengelolaan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi di Sumberjaya,


Lampung

Barat,

Agrivita

26:98-107.

Tersedia

http://www.agriculturesnetwork.org/magazines/indonesia/18memanfaatkan-proses-ekologis-dengan-lebih-baik/inovasi-ekologi-dalampengelolaan-tanah/at_download/article_pdf (Diakses pada 8 Maret 2015).


http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-31860-1509100019Chapter1.pdf (Diakses pada tanggal 8 Maret 2015).

Anda mungkin juga menyukai