Anda di halaman 1dari 18

TANAMAN KOPI PI

Oleh :
Kelompok 1

1. Ichasia Audi Chatlin (2004020001)


2. Riska Aprilliani (2004020002)
3. Ainun Najib (2004020003)
4. Sukma Prayogi (2004020004)
5. Yustiani Puspitasari (2004020007)
6. Muamar Imran Firdaus (2004020010
7. Aliyah Hamidah (2004020013)
A. Peranan Kopi
Kopi berperan penting bagi sektor perkebunan nasional. Selain menjadi sumber penghasil devisa Negara, kopi
menjadi sumber penghasilan bagi 14,116 juta petani subsektor perkebunan di Indonesia (BPS, 2018). Saat ini
kopi merupakan komoditas utama keempat setelah kelapa sawit, karet dan kakao yang merupakan komoditas
tanaman dalam penerimaan devisa Negara di sektor perkebunan. Komoditas ini diproduksi dan diambil
khasiatnya sebagai produk yang mengandung zat aktif yang merangsang organ hidup tertentu.
Sejak abad 20 sampai sekarang produksi kopi dunia terus melonjak. Kopi diproduksi di beberapa negara seperti
Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Negara-negara di Afrika dan Negara-negara di Asia. Indonesia juga
merupakan penghasil kopi yang penting, memproduksi sekitar 3%- 4 % produksi dunia. Manfaat tanaman kopi
salah satunya yaitu tidak mengandung alkohol. Selain itu, tanaman kopi juga mempunyai fungsi sosial, karena
dengan adanya perkebunan kopi yang besar itu memberi pekerjaan bagi penduduk.
B. Sejarah Tanaman Kopi di Indonesia
Di Indonesia tanaman kopi bukan tanaman asli, melainkan berasal dari benua Afrika. Oleh VOC pada
zaman Belanda diadakan percobaan-percobaan tanaman kopi dipulau jawa khususnya Jakarta. Pada waktu itu
jenis kopi yang ditanam adalah kopi Arabian, hasilnya meningkat tetapi pada suatu ketika dengan adanya
penyakit daun yang dapat merusak tanaman kopi secara luas. Dengan adanya serangan penyakit daun ini, jenis
kopi Arabica hanya kuat bertahan didaerah-daerah tinggi lebih dari 1000 M diatas permukaan laut. Akibatnya,
produksi jenis Arabica mundur. Kemudian kopi Robusta mulai masuk di Indonesia pada tahun 1900. Setelah
diadakan penyelidikan dan percobaan-percobaan oleh para ahli pertanian/perkebunan, maka mulai ditanam
jenis kopi Robusta. Ternyata memang jenis ini dapat tahan penyakit karat daun. Jenis kopi ini juga mempunyai
persyaratan tumbuh yang lebih ringan dibandingkan kopi Arabica demikian juga produksinya perkebunan kopi
di Indonesia terdiri dari jenis Robusta. Sedangkan jenis ini bisa tumbuh didaerah yang ketinggiannya 100 m
sampai dengan 750 m dari atas permukaan laut.
C. Perkembangan produksi kopi di Indonesia
Indonesia merupakan produsen kopi keempat terbesar di dunia, sehingga menempatkan kopi sebagai
salah satu komoditas unggulan perkebunan. Tahun 2016, nilai ekspor kopi menempati urutan kelima
komoditas terbesar di Indonesia setelah kelapa sawit, karet, kakao dan kelapa dengan nilai perdagangan
mencapai 1,01 Milyar US$ atau berkontribusi 3,94% terhadap nilai perdagangan komoditas perkebunan yang
mencapai 25,58 milyar US$

Pada periode tahun kopi September 2019, pangsa tingkat konsumsi Indonesia di antara negara
produsen di kawasan Asia dan Oseania merupakan yang tertinggi, yaitu 13,5 persen. Sementara itu, pangsa
tingkat konsumsi Indonesia di dunia pada tahun yang sama merupakan yang tertinggi ke-5, yaitu sebesar 2,9
persen (Media Perkebunan, 2020).
D. Luas Areal dan Produksi
Di Indonesia kira-kira 88% dari areal dan 80%, produksi kopi terdiri atas kopi rakyat yang terletak di
luar Jawa. Areal kopi perkebunan terutama terdapat di Jawa Timur (87%) dan Jawa Tengah (10%) dari tahun
1959 dan 1968 luas areal kopi di Indonesia bertambah menjadi 186 %. Ini terjadi pada kopi rakyat, karena
selama itu luas dan produksi perkebunan justru berkurang. Daerah produksi kopi pertama di Indonesia adalah
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Bali, Aceh, dan Sulawesi Selatan.
E. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi
Syarat-syarat tumbuh ini sangat menentukan berhasil atau tidaknya bertanam kopi.
1. Iklim
Tanaman kopi ini dapat tumbuh baik pada daerah yang terletak antara 20° Lintang Utara dan 20° Lintang
Selatan. Untuk daerah di Indoneisa sendiri karena mengingat letak geografisnya diantara 5° Lintang Utara
sampai 10° Lintang Selatan maka sebenarnya menjadi daerah yang sangat potensial bila ditanami tanaman
kopi.
2. Curah hujan
Jumlah curah hujan untuk tanaman kopi tidak begitu penting dibanding dengan distribusi curah hujan. Hal
ini karena tanaman kopi memerlukan masa agak kering selama kurang lebih tiga bulan. Lebih-lebih masa kering
ini penting bagi kopi robusta yang memerlukan penyerbukan bersilang. Curah hujan yang optimal adalah 2000 -
3000 mm/tahun dengan lebih kurang 3 bulan kering, tetapi dengan hujan kiriman yang cukup.
3. Tanah
Karena akar tanaman kopi relatif dangkal, maka akar tersebut peka terhadap keadaan
lapisan tanah bagian atas. Kopi memerlukan struktur tanah yang baik dengan kadar bahan organik
paling sedikit 3%. Tata udara dan tata air tanah bila kurang baik perakaran kopi akan menderita. Sehingga
tanaman menjadi kerdil dan kekuningan. Derajat keasaman tanah dari kopi sebaiknya antara 5,5 – 6,5
4. Jarak tanam dan lubang tanam
Jarak tanam yang ideal untuk tanaman kopi dapat bervariasi tergantung pada varietas kopi yang ditanam
dan kondisi lingkungan setempat. Pada umumnya, jarak tanam antara baris kopi dapat berkisar antara 2 hingga
3 meter. Sedangkan, jarak tanam antara tanaman kopi dalam baris biasanya berkisar antara 1 hingga 1,5 meter.
Ukuran lubang tergantung tekstur tanah, makin berat tanah ukuran lubang makin besar. Ukuran lubang yang
baik yaitu 60 cm x 60 cm pada permukaan dan 40 cm x 40 cm pada bagian dasar dengan kedalaman 60 cm.
Lubang sebaiknya dibuat 6 bulan sebelum tanam. Menutup lubang tanam sebaiknya 3 bulan sebelum tanam
kopi. Menjaga agar batu-batu, padas, dan sisa-sisa akar tidak masuk ke dalam lubang tanam (Pertanian, 2014)
5. Ketinggian
Tanaman kopi memiliki preferensi terhadap ketinggian tertentu. Varietas Arabika tumbuh
baik pada ketinggian antara 600 hingga 1.800 meter di atas permukaan laut. Sedangkan varietas Robusta lebih
cocok pada ketinggian 200 hingga 800 meter di atas permukaan laut (Pertanian, 2014).
6. Suhu
Tanaman kopi tumbuh optimal pada suhu yang sejuk hingga sedang. Rentang suhu yang ideal untuk
budidaya tanaman kopi berkisar antara 18 hingga 25 derajat Celsius. Suhu di dalam rentang ini memberikan
kondisi yang optimal bagi pertumbuhan, perkembangan, dan produksi tanaman kopi. (Pertanian, 2014)
7. Pencahayaan
Idealnya, tanaman kopi harus ditanam di lokasi yang terpapar sinar matahari langsung selama sebagian
besar hari. Tempat yang mendapatkan sinar matahari penuh di pagi hari sangat diinginkan karena sinar matahari
pagi memberikan energi yang diperlukan untuk aktivitas metabolik tanaman. Selain itu, paparan sinar matahari
juga membantu mengurangi risiko penyakit pada tanaman kopi dengan membantu mengeringkan kelembaban
yang berlebihan di daun dan permukaan tanah (Pertanian, 2014)
8. Ketersediaan air
Pada umumnya, tanaman kopi membutuhkan jumlah air yang konsisten dan teratur. Penting untuk
menjaga kelembaban tanah dalam rentang yang tepat agar akar tanaman kopi dapat menyerap air dan nutrisi
dengan efisien. Namun, over watering atau pemberian air yang berlebihan juga harus dihindari karena dapat
menyebabkan genangan air dan mengakibatkan penyakit akar dan gangguan pertumbuhan. Pengaturan irigasi
yang tepat menjadi kunci dalam memastikan ketersediaan air yang sesuai untuk tanaman kopi. Irigasi yang baik
harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti curah hujan, jenis tanah, dan tingkat kelembaban udara.
Penggunaan teknik irigasi yang efisien, seperti tetes atau semprotan, dapat membantu mengatur aliran air
dengan lebih akurat dan menghindari pemborosan air. Selain itu, pengelolaan sumber daya air juga merupakan
aspek penting dalam budidaya tanaman kopi. Menggunakan sumber air yang terbarukan dan memperhatikan
kualitas air yang digunakan merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan tanaman kopi dan
menghasilkan biji kopi yang berkualitas. (Pertanian, 2014)
Pada umumnya, terdapat dua jenis tanaman kopi yang paling
banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu arabika dan robusta.
Arabika adalah kopi dengan ukuran buah lebih besar, dan dianggap
paling enak rasanya. Robusta memiliki kafein yang lebih tinggi dan
dapat dikembangkan dalam lingkungan dimana arabika tidak akan
tumbuh (Wahyudian, 2004).
Untuk memperoleh hasil panen kopi arabika yang maksimal,
maka diusahakanlah proses penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan
yang baik. Peningkatan produksi kopi bergantung pada teknik budidaya,
kesuburan tanah, pengelolaan panen dan kondisi iklim (Siagian 2002).
F. Teknik dalam budidaya kopi, diantaranya :
1. Pembibitan
2. Pemupukan
3. Pemeliharaan (Pemeliharaan TBM kopi dan pemeliharaan TM kopi)
4. Pengendalian hama, penyakit dan pengendalian gulma
5. Panen
6. Pascapanen.
Pertumbuhan tanaman kopi sangatlah bergantung pada kualitas bibit yang digunakan oleh petani saat
awal penanaman. Oleh karena itu, media tanam dan pupuk adalah faktor penting yang harus diperhatikan
untuk mendapatkan bibit kopi berkualitas yang kedepannya dapat menghasilkan tanaman kopi yang
berproduksi maksimal (Fadhlan, 2017).
 Pemeliharaan TBM kopi  Pemeliharaan TM kopi
1. Pengolahan tanah 1. Pengolahan tanah
2. Pengendalian gulma 2. Pemangkasan naungan
3. Pemupukan 3. Pemangkasan tanaman pokok (kopi)
4. Pangkasan 4. Pemupukan
5. Pengendalian hama dan penyakit 5. Pengendalian hama dan penyakit
Contoh hama pada TBM kopi yaitu :

Hama Bubuk Cabang Kutu Hijau Kutu Putih


(Xylosandrus sp.) (Coccus viridis) (Plancoccus citri)
Contoh hama pada TM kopi yaitu :

Hama Bubuk Buah


(Hypothenemus hampei)
G. Karakter Tanaman Kopi

Produksi tidak stabil

Antisipasinya dapat dilakukan dengan cara


berikut :
1. Pemeliharaan yang baik
Disuatu tahun produksi tinggi tahun 2. Pemeliharaan yang berkesinambungan
berikutnya produksi rendah turun s/d 40%
Sehingga kedua hal tersebut dapat menekan
penurunan produksi hingga 30%.

Sangat tergantung dengan iklim


H. Keseimbangan Faktor Produksi

Cahaya Matahari :
- Lama dan intensitas penyinaran (naungan)
- Tinggi tempat (suhu)
Air
- Distribusi
- Jumlah
- Kualitas

Pemeliharaan

Unsur Hara : Produktivitas


- Tanah
Tanaman Kopi
- Pemupukan
Kesimpulan
Saat ini kopi merupakan komoditas utama keempat setelah kelapa sawit, karet dan kakao yang
merupakan komoditas tanaman dalam penerimaan devisa Negara di sektor perkebunan. Selain itu,
tanaman kopi juga mempunyai fungsi sosial, karena dengan adanya perkebunan kopi yang besar itu
memberi pekerjaan bagi penduduk. Tahun 2016, nilai ekspor kopi menempati urutan kelima
komoditas terbesar di Indonesia setelah kelapa sawit, karet, kakao dan kelapa dengan nilai
perdagangan mencapai 1,01 Milyar US$ atau berkontribusi 3,94% terhadap nilai perdagangan
komoditas perkebunan yang mencapai 25,58 milyar US$ Pada periode tahun kopi September 2019.
Derajat keasaman tanah dari kopi sebaiknya antara 5,5 – 6,5 Pada umumnya, terdapat dua jenis
tanaman kopi yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu arabika dan robusta. Oleh karena
itu, media tanam dan pupuk adalah faktor penting yang harus diperhatikan untuk mendapatkan bibit
kopi berkualitas yang kedepannya dapat menghasilkan tanaman kopi yang berproduksi maksimal.
Daftar Pustaka

Fadhlan Rian Dewantara, J. G. 2017. Respons Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta (COffea robusta L.) Terhadap Berbagai Media Tanam Dan Pupuk Organik Cair. Jurnal Agroekoteknologi FP USU, Vol. 5 No.3
(86): 676-684.
Pertanian, P. M. (2014). Pedoman Teknis Budidaya Kopi yang Baik (Good Agriculture Practices/Gap On Coffee). Direktorat Jenderal Perkebunan Nomor, 49.
Siagian, E. 2002. Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner) di Kebun Jollong, Pati, PTP Nusantara IX, Jawa Tengah. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Subandi. 2011. Budidaya Tanaman Perkebunan (Bagian Tanaman Kopi). Bandung: Gunung Djati Press.
Wahyudian., S. U. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kopi dan Analisis Pemetaan Beberapa Merek Kopi dan Impllikasinya pada Pemasaran Kopi. Journal Manaj Agribis 1 (1): 56-68

Anda mungkin juga menyukai