Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris yang cukup subur untuk lahan pertanian
dan perkebunan termasuk untuk pengembang biakan tanaman kopi, maka merupakan
suatu hal yang wajar ketika Indonesia menjadi Negara pengekspor kopi jenis robusta
setelah gas dan minyak, namun dibalik harga kopi Indonesia yang terus membaik
justru dunia perekonomian Indonesia mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh
perkembangan kopi yang tidak disertai dengan peningkatan standar mutu kopi yang
Kopi merupakan salah satu penghasil sumber devisa Indonesia dan memegang
tahun luas areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia, khususnya perkebunan
kopi rakyat mengalami perkembangan yang sangat signifikan.Pada tahun 1980, luas
areal dan produksi perkebunan kopi rakyat masingmasing sebesar 663 ribu hektar dan
276 ribu ton, dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan luas areal dan produksi yang
masing-masing sebesar 1.241 juta hektar dan 676 ribu ton (Ditjenbun, 2010).
Limbah kulit kopi termasuk limbah padat yang mengandung beberapa unsur
makro. Dibeberapa desa di daerah Tana Toraja limbah kulit kopi banyak dibuang atau
ditumpuk begitu saja dalam lahan kosong dekat pemukiman warga setempat, tanpa
ada warga yang berinisiatif untuk memanfaatkan atau mengelolah limbah kopi
sebagai pupuk yang baik untuk tanaman. Dalam tahun 2010-2015 salah satu pabrik di
Toraja menghasilkan rata-rata produksi 4–5 juta ton dalam tahun, proses panen
dilakukan dalam bulan mei hingga oktober, dan menghasilkan 50% -60% limbah
Pada saat ini para petani menggunakan pupuk anorganik dari pada pupuk
menyebabkan kadar bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak, dan
pencemaran lingkungan. Hal ini jika terus berlanjut akan menurunkan kualitas tanah
dengan penggunaan pupuk organik telah mendegradasi lahan pertanian. Salah satu
dampak negatif yang diakibatkan oleh pupuk anorganik adalah dengan adanya
degradasi lahan yaitu penurunan jumlah produksi pada pertanian (Afriadi S, 2013).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah untuk mengetahui manfaat limbah kulit kopi
Kegunaan Penulisan
Paper ini sebagai salah satu syarat untuk dapat Memenuhi nilai praktikum di
Laboratorium Budidaya Tanaman Unit Dasar Agronomi serta dapat digunakan untuk
limbah kulit kopi sebagai pupuk organik pada tanaman kopi (coffea. SP.)
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) adalah sebagai berikut : Kigdom : Plantae
Genus : Coffea Spesies :Coffea sp. ( Cofffea arabica L., Coffea canephora, Coffea
Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun. Bila
bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan kelopak dan mahkota
yang akan berkembang menjadi buah. Kulit buah yang berwarna hijau akan
menguning dan menjadi merah tua seiring dengan pertumbuhannya. Waktu yang
diperlukan dari bunga menjadi buah matang sekitar 6-11 bulan, tergantung jenis dan
lingkungan. Kopi Arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi Robusta
8-11 bulan. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau dan buah siap dipetik
diakhir musim kemarau. Diawal musim hujan, cabang primer akan memanjang dan
membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim
Jika dibandingkan dengan kopi Arabika, pohon kopi Robusta lebih rendah dengan
ketinggian sekitar 1,98 hingga 4,88 meter saat tumbuh liar di kawasan hutan. Pada
saat dibudidayakan melalui pemangkasan, tingginya sekitar 1,98 hingga 2,44 meter
ruas yang tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda. Pada tiap ruas tumbuh
sepasang daun yang berhadapan, selanjutnya tumbuh dua macam cabang, yakni
cabang orthotrop (cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertikal dan dapat
menggantikan kedudukan batang bila batang dalam keadaan patah atau dipotong) dan
cabang plagiotrop (cabang atau ranting yang tumbuh ke samping atau horizontal)
Daun kopi memiliki bentuk bulat telur, bergaris ke samping, bergelombang, hijau
pekat, kekar, dan meruncing di bagian ujungnya. Daun tumbuh dan tersusun secara
berdampingan d ketiak batang, cabang dan ranting. Sepasang daun terletak dibidang
yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh mendatar. Kopi Arabika memiliki
daun yang lebih kecil dan tipis apabila dibandingkan dengan spesies kopi Robusta
yang memiliki daun lebih lebar dan tebal. Warna daun kopi Arabika hijau gelap,
Bunga kopi tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari 4–6 kuntum
bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 2–3 kelompok bunga sehingga
setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8–18 kuntum bunga atau setiap buku
menghasilkan 16–36 kuntum bunga. Bunga kopi berukuran kecil, mahkota berwarna
putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal
buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5–7 tangkai berukuran
pendek. Bunga kopi biasanya akan mekar pada awal musim kemarau. Bunga
berkembang menjadi buah dan siap dipetik pada akhir musim kemarau
Buah kopi mentah berwarna hijau muda. Setelah itu, berubah menjadi hijau tua,
lalu kuning. Buah kopi matang (ripe) berwarna merah atau merah tua. Ukuran
panjang buah kopi Arabika sekitar 12–18 mm, sedangkan kopi Robusta sekitar 8– 16
mm. Buah kopi terdiri dari beberapa lapisan, yakni eksokarp (kulit buah), mesokarp
(daging buah), endokarp (kulit tanduk), kulit ari dan biji (Panggabean 2011).
Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga lapisan
yaitu lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), dan kulit tanduk
(endocarp) yang tipis, tetapi keras. Kulit luar terdiri dari satu lapisan tipis. Kulit buah
yang masih muda berwarna hijau tua yang kemudian berangsuran menjadi hijau
kuning, kuning, dan akhirnya menjadi merah, merah hitam jika buah tersebut sudah
masak sekali. Daging buah yang sudah masak akan berlendir dan rasanya agak manis.
Iklim
permukaan laut. Curah hujan 1 500 – 3000 mm/tahun. Bulan kering (curah hujan < 60
mm/bulan) 1 ‐ 3 bulan. Suhu udara rata‐rata 24‐30°C. Pada umumnya kopi tidak
menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar
matahari teratur. Angin berpengaruh besar terhadap jenis kopi yang bersifat self-
steril. Hal ini untuk membantu penyerbukan yang berbeda klon. Tanaman kopi
robusta menghendaki tanah yang gembur dan kaya bahan organik. Tingkat keasaman
tanah (pH) yang ideal untuk tanaman ini 5,5-6,5 dan tanaman kopi tidak
naungan pohon lain . (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
Kopi Robusta dapat hidup di tanah agak masam, yaitu pH 5.5 - 6.5 Kopi jenis
arabika, robusta, dan liberika merupakan jenis kopi yang terdapat di Indonesia. Akan
tetapi, kopi yang banyak dibudidayakan di indonesia adalah kopi jenis arabika dan
robusta. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kopi 4 berkisar 1 500 sampai 2 500
mm tahun-1 dengan rata-rata bulan kering 3 bulan. Rata-rata suhu yang diperlukan
untuk tanaman kopi berkisar 15 °C sampai 25 °C dengan kelas lahan S1 atau S2.
dan varietas yang akan ditanam, juga harus diperhatikan pekerjaan-pekerjaan yang
akan dijalankan, seperti pembibitan atau pesemaian. Bibit-bibit yang akan ditanam
dapat berasal dari biji (zaailing), dengan kata lain yang berasal dari pembiakan secara
generatif dan sambungan atau stek, dengan kata lain yang berasal dari pembiakan
tersusun dari bahan-bahan padat, cair dan gas. Bahan penyusun tanah dapat
dibedakan atas partikel mineral, bahan organik, jasad hidup, air dan gas. Fungsi tanah
untuk kehidupan adalah sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara untuk
tanaman dan sebagai penyedia dan penyimpan air. Tanaheyang paling ideal untuk
tanaman seledri adalah jenis tanah andosol. Jenis tanah yang baik untuk
aerasi yang baik, berwarna hitam atau coklat, bertekstur remah dengan berdebu
hidup, tumbuh, dan berkembang. Unsur hara yang terkandung di dalam tanah
sehingga tidak mencukupi atau bahkan tidak ada maka kekurangannya dapat
Umumnya tanaman membutuhkan dua unsur hara untuk bertahan hidup yaitu
unsur hara mikro dan unsur hara makro. Unsur hara makro terdiri atas enam unsur,
meliputi nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan
belerang atau sulfur (S). Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman juga terdiri atas
enam unsur yaitu, besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), boron (B), seng (Zn) dan
Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2015), luas kebun kopi di
Bali adalah 36.077 hektar dan mampu memproduksi kopi sebanyak 17.922 ton,
9.022 ton, dan Tabanan sebanyak 4.567 ton. Dari 36.077 hektar areal perkebunan
kopi di Bali tersebut, sekitar 65% dari jenis kopi Robusta dan selebihnya 35% dari
jenis kopi Arabika yang populasinya sebagian besar berada di daerah Kintamani,
sedangkan untuk jenis kopi Robusta populasinya paling banyak tersebar di wilayah
Buleleng dan Tabanan. Pada musim hujan, ketersediaan kulit kopi meningkat pada
saat musim panen kopi, yaitu 35%`dari total panen produksi kopi.
yang ada yaitu 17.922 ton (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015) tentunya
pengolahan kopi akan menghasilkan banyak limbah pula. Limbah buah kopi biasanya
berupa daging buah yang secara fisik komposisinya mencapai 48%, terdiri dari42%
yang diperlukan untuk produksi biomassa y ang besar. Karena itu untuk produksi
seledri diperlukan tanah y ang sangat subur. Untuk budidaya seledri diperlukan
pupuk kandang sebany ak 20–30 ton/ha ditambah dengan N 300 kg, P 75 kg dan
diantaranya adalah posfor , sesuai dengan nutrisi yang diperlukan oleh seledri
maka air cuican beras sangat bermanfaaat sebagai pupuk organic pada tanaman
Air cucian beras juga bermanfaat dalam pertumbuhan batang meski tidak
pupuk pada tanaman khususnya pada tanaman seledri namun pada konsentrasi
yang rendah. Pada konsentrasi yang tinggi (terlalu pekat dapat menghambat
Dan pada dasranya air cucian beras juga bermanfaat bagi tanaman lainnya tidak
1. Fosfor adalah salah satu nutrisi yang diperlukan oleh tanaman seledri
2. Air cucian beras memiliki beberapa kandungan diantaranya fosfor
3. Air cucian beras efisien menjadi pupuk organik pada tanaman seledri
4. Air cucian beras tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan daun seledri
5. Air cucian beras berpotensi untuk digunakan pada tanaman seledri namun
pada konsentrasi yang tidak pekat (air cucian beras bilasan ke tiga).
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, H. 2007. Pengaruh air cucian beras pada Adenium. Skripsi Fakultas
Film Technique. Skripsi Program Studi Biologi Universias Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta.
Firmansyah, A. 2010. Teknik Budidaya Daun Sop (Plus Data Produksi). BPTP
Indrakusuma. 2000. Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. Surya Pratama Alam.
Yogyakarta
Indriani YH. 2007. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya.
BerbagaiKomposisi Media Tanam Dan Penyiraman Air Cucian Beras (Air Leri).
Lailiya, L. 2016. Memahami Unsur Hara Makro dan Mikro pada Tanaman.
Leonardo, M. 2009. Pengaruh Konsentrasi Air Cucian Beras terhadap Pertumbuhan
Jakarta.
Rahmadsyah, 2015. Pengaruh Air Leri, Air Teh Basi dan Air Kopi Sebagai Larutan
Tim Prima Tani. 2011. Petunjuk Teknis Budidaya Seledri. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung
Wardiah, Linda dan Rahmatan, 2014. Potensi Limbah Air Cucian Beras
Wulandari, Citra dkk. 2012.pengaruh air cucian beras merah dan beras putih terhadap