Latar Belakang
Kopi merupakan tanaman perkebunan yang penting di Indonesia. Sejarah
sekitar tahun 1699 yang merupakan jenis kopi arabika (Coffea arabica). Pada
sejak abad ke 18 kopi arabika menjadi andalan utama ekspor Indonesia yang
produksinya berasal dari kopi rakyat. Peningkatan produksi dan produktivitas kopi
usaha tani dalam perkebunan kopi rakyat masih relatif rendah dan mutu hasil
pengolahan kopi pasca panen. Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam
Hama dan penyakit penting pada tanaman kopi sangat banyak menyebabkan
pun tidak luput dari gangguan hama yang sangat merugikan usaha. Tidak hanya
tanaman di lapangan saja yang dirusaknya, tetapi hasil yang dipungut dan
Adopsi teknologi PHT oleh petani sangat dipengaruhi oleh aspek sosial
ekonomi petani. Dengan alasan terbatasnya modal, masa panen satu tahun sekali,
serta harga jual kopi yang terus turun beberapa tahun terakhir ini, dapat menjadi
1
faktor penghambat adopsi teknologi PHT oleh petani. Untuk mengurangi
hambatan ini, perlu tersedia teknologi PHT yang mudah diterapkan oleh petani,
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Syamsulbahri (1996) Sistematika tanaman kopi sebagai berikut;
Tanaman kopi berakar tunggang, lurus ke bawah, pendek dan kuat. Panjang
akar tunggang ini kurang lebih 45 50 cm. selain itu banyak pula akar cabang
samping, dan bercabang merata, masuk ke dalam tanah lebih dalam lagi
(AAK, 1991).
Batang pokok sudah mulai tampak dan tumbuh terus sampai menjadi besar.
Tanman kopi mempunyai beberapa jenis cabang yaitu cabang reproduksi, cabang
primer, cabang sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik dan cabang
terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga (Najiyati dan Danarti,
2004).
Kopi mempunyai bentuk daun bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai
bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting yang tersusun
terletak pada bidang yang sama, tidak berselang-seling. Daun dewasa berwarna
hijau tua, sedangkan daun yang masih muda berwarna perunggu (AAK, 1991).
3
masing tanaman 3 5 kuntum bunga. Jumlah bunga kopi arabika lebih banyak
dari kopi liberika. Pada kondisi optimal jumlah kopi arabika bisa mencapai 6000
8000 per pohon. Mahkota bunga berwarna putih dengan jumlah bunga sebanyak 5
bunga. Kopi arabika bertangkai putik lebih pendek disbanding dengan benang
sarinya. Sehingga kopi arabika menyerbuk sendiri, sedangkan kopi robusta dan
Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 bagian
lapisan kulit luar (eksocarp), lapisan daging (mesocarp), lapisan kulit tanduk
(endocarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi umumnya mengandung 2 butir biji,
Syarat Tumbuh
Iklim
3000 mm/tahun. Namun kopi masih tumbuh bahkan di daerah bercurah hujan
1300 2000 mm/tahun. Bahkan daerah bercurah hujan 1000 1300 mm/tahun
pun kopi masih mampu tumbuh baik, asalkan ada usaha untuk mengatasi
Pohon kopi tidak tahan terhadap guncangan angin kencang, karena angin
akan mempertinggi penguapan air dan dapat merusak tajuk tanaman. Untuk
4
Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah
banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar matahari
(Syamsulbahri, 1996).
Tanah
Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan
kaya bahan organik. Untuk itu tanah di sekitar tanaman harus sering ditambah
dengan pupuk organik agar sistem perakarannya tetap tumbuh baik dan dapat
mengambil unsur hara sebagai mana mestinya (Najiyati dan Danarti, 2004).
antara 5 6,4. Kurang dari angka tersebut kopi juga masih bisa tumbuh, tetapi
dikapur. Sebaliknya tanaman kopi arabika tidak menghendaki tanah yang agak
basa (pH lebih dari 6,5) oleh karena itu pemberian kapur tidak boleh berlebihan
(Syamsulbahri, 1996).
Akar tanaman kopi mempunyai kebutuhan oksigen yang tinggi, yang berarti
tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab
kecuali tanah tersebut sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun akan
5
Biologi Hama
kurang tiga minggu, lama stadia telur empat hari, larvanya tidak bertungkai dan
ranting atau bubuk cabang/ranting dari fase telur hingga imago, semuanya
Perbandingan antara imago jantan dan betina 1 : 13. Seekor betina bertelur
8 hari, Serangga betina keluar dari lubang gerekan pada sore hari sekitar jam
16.00 18.00. Imago betina mempunyai sayap dan jarak terbangnya sejauh lebih
Keadaan yang paling sesuai untuk menyerang ranting adalah pada siang
hari, pada suhu antara 26 c 29 c dan kelembaban relatif udara antara 72%
78% (Nano Priyatno 1980). Di Indonesia Hama ini di temukan di Jawa Timur
pada tahun 1977. Akibat gerekannya, ranting-ranting kopi terbelah pada bekas
(Kartosaputro, 1987).
Gejala Serangan
1-2 mm pada permukaan ranting tanaman kopi. Lubang gerek ini menuju ke
6
bagian dalam ranting hingga mencapai panjang 20-50 mm. Lubang gerek dibuat
serangga betina meletakkan telur dalam lubang tersebut hingga menetas dan
sampai tumbuh dewasa. Larva yang berada di dalam lubang gerek tidak memakan
jaringan tanaman tetapi memakan jamur ambrosia (Fusarium solani) yang tumbuh
dan berkembang dalam lubang gerek. Spora jamur tersebut dibawa oleh X.
morstati betina dewasa sewaktu menggerek lubang. Aktivitas larva ketika makan
metamorphosis sempurna, dari telur, larva, pupa dan serangga dewasa di dalam
lubang gerek. Serangga betina dewasa yang telah kawin akan keluar dari lubang
gerek untuk mencari inang baru. Akibat adanya lubang gerek di dalam ranting
serangan berat terjadi pada sebagian besar ranting, maka dapat mengakibatkan
terhambat, sedangkan serangan pada tanama yang telah tua menyebabkan ranting-
7
PENGENDALIAN HAMA BUBUK CABANG (Xylosandrus morstati) PADA
TANAMAN KOPI (Coffea Sp.)
investasi hama dan penyakit. Pada waktu melakukan pemangkasan, cabang dan
1990).
Pengendalian secara kultur teknis yang lain yaitu Penggunaan sistem kopi
spesies pohon penaung yang lebih tinggi yaitu berkisar antara 3-9 jenis, bila
dibandingkan dengan kopi naungan sederhana yang hanya memiliki 1-3 jenis.
Nilai indek keragaman jenis pohon penaung pada kopi multistrata berkisar antara
0.7 2.2, sedangkan pada sistem kopi naungan sederhana berkisar antara 0 0.9.
morstati. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil pengamatan bahwa luas serangan X.
morstati pada sistem kopi multistrata dengan populasi 2134 pohon lebih rendah
bila dibandingkan dengan sistem kopi naungan sederhana yang memiliki populasi
2353 pohon, dari beberapa pengamatan bisa dijelaskan bahwa ini berarti intensitas
serangan hama X. morstati dapat dikurangi dengan renggangnya jarak tanam tiap
8
Pengendalian Secara Hayati
(Staphylinidae) dan Araneidae pada tanaman selain kopi yaitu gamal, durian,
jengkol, dadap, kayu manis, rambutan dan cengkeh. Hal ini mengindikasikan
bahwa keberadaan pohon penaung berfungsi juga sebagai tempat hidup bagi
predator pada sistem kopi multistrata lebih beragam bila dibandingkan dengan
masuk ke dalam lubang gerek X. morstati dan memakan larva yang ada di
dalamnya. Selain itu juga ditemukan parasit dari famili Eulophidae (Tetrastichus
kuantitatif mengenai jenis spesies dan aktivitas predasi pada kedua sistem yang
diuji.
belum jelasnya informasi mengenai predator atau musuh alami bagi hama
Xylosandrus morstati ini, sehingga belum dapat diberikan informasi secara pasti
(Wrigley, 1988).
9
tidak hanya membasmi hama pengganggu tapi terkadang juga dapat membunuh
tidak sering dilakukan karena dapat mengganggu kehidupan organisme lain yang
morstati itu sendiri, dengan penggunaan insektisida maka akan berpengaruh pada
kopi, dengan jalan memberikan peluang bagi hama untuk menyerang pohon
penaungnya, (2) Dapat mempertahankan intensitas cahaya dan suhu yang lebih
rendah, sehingga memberikan kondisi yang optimal bagi tanaman kopi untuk
tumbuh sehat, (3) Memperbanyak jumlah predator bagi X. compactus pada sistem
10