Terletak di sebelah timur Benua Tengah, negara ini dikelilingi oleh gunung, laut dan hutan.
Negara ini bukanlah negara adikuasa, dan hanya memiliki 3 kota utama.
Yaitu”
Kedua, Kota Irel, yang terletak di selatan dan dikelilingi oleh hutan belantara.
Mungkin, salah satu daya tarik negara itu adalah wilayahnya yang begitu luas.
Meski tidak memiliki armada keamanan yang selevel dengan negara-negera tetangga, ukuran Kerajaan
Biheiril dua kali lipat negara tetangga.
Ada jalan raya yang menghubungkan Kerajaan Biheiril dengan dua negara tetangga lainnya.
Kerajaan Biheiril memiliki hubungan dekat dengan Suku Ogre yang tinggal di pulau Onigashima.
Kerajaan Biheiril terbentuk 50 – 100 tahun yang lalu setelah Laplace mengobarkan perang manusia –
iblis.
Pada saat itu, Suku Ogre yang tinggal di Onigashima, dan manusia yang hidup di ujung utara Benua
Tengah, tidak begitu akur.
Namun, setidaknya Suku Ogre masih berkomunikasi dengan sedikit manusia yang tinggal di pesisir
pantai. Itu berarti, ada juga beberapa Suku Ogre yang tidak egois.
Suku Ogre bertarung melawan musuh-musuhnya itu. Meskipun mereka cukup kuat, pasukan Ras Laut
terlalu banyak.
Kalau terus diserang, lama-lama suku mereka bisa punah. Maka, satu-satunya solusi adalah menjadi
budaknya Ras Laut.
Namun, di tengah-tengah kekacauan itu, munculah seorang petualang dari ras manusia.
Petualang itu datang ke Pulau Onigashima karena mendengar rumor tentang adanya emas dan perak.
Dari mana mereka berasal? Dan siapakah mereka? Suku Ogre tidak tahu.
Seperti biasa, petualang itu datang bersama anjing, monyet, dan orang berwajah burung. [1]
Petualang itu menginginkan harta, dan siap merebutnya dari Suku Ogre.
Prajurit Suku Ogre banyak yang terluka, dan jumlah mereka terus berkurang setiap terjadi pertempuran
melawan Ras Laut.
Mereka bersumpah untuk menyelamatkan Suku Ogre, dan saat itulah mereka berkonspirasi Dewa Ogre.
Mereka coba menyusup ke dalam Dungeon yang merupakan markas Ras Laut.
Setelah pertempuran sengit terjadi, mereka berhasil menculik kepala suku Ras Laut.
Kelompok si petualang terbantai, dan hanya menyisakan dirinya sendiri, yang merupakan pendekar
pedang.
Dewa Ogre pun berhutang budi padanya, dia bersumpah akan menjadi teman si pendekar pedang
selamanya, dan Suku Ogre akan menawarkan bantuan apapun jika dia membutuhkan.
Ternyata, pendekar pedang itu adalah seorang pangeran dari negara yang sedang berkembang di Benua
Tengah.
Sang pangeran kembali ke negaranya, dan ketika dia menjadi raja, terjalinlah hubungan yang erat antara
manusia dan Ras Ogre. Mereka akan saling melindungi selamanya.
Negara sang pangeran itu adalah Kerajaan Biheiril, dan itulah cerita di balik hubungan baik antara
Kerajaan Biheiril dan Ras Ogre dari Pulau Onigashima.
Tapi yang jelas, Kerajaan Biheiril dilindungi oleh Suku Ogre dengan jumlah pasukan yang tidak sedikit.
Itulah yang menyebabkan negara tetangga berpikir dua kali jika hendak menyerang Kerajaan Biheiril,
yang memiliki tanah subur.
Sejauh ini, itulah cerita tentang Kerajaan Biheiril yang diyakini banyak orang.
Bagian 2[edit]
Dalam kelompok yang terdiri dari tiga orang, kami berangkat menuju kota terbesar kedua di Kerajaan
Biheiril, yaitu Irel.
Aku bersama orang yang mengaku utusan Ariel. Dia lah Sandor, seorang ksatria yang mengenakan armor
keemasan.
Aku memakai Magic Armor Versi II, dan juga cincin perubah wajah.
Magic Armor Versi II sudah dimodifikasi Roxy dengan menambahkan semacam gulungan sihir di
belakangnya.
Jika tombol di dekat pinggangku ditekan, lalu kualirkan Mana padanya, maka gulungan sihir itu akan
aktif.
Metode ini cukup praktis, karena kau tidak perlu mengeluarkan gulungan sihir untuk mengaktifkannya.
Tapi, 10 gulungan yang tersimpan di bagian punggung cukuplah besar, sehingga aku terlihat seperti
sedang menggendong ransel yang berat.
Atau mungkin, terlihat seperti roket pendorong.
Inilah senjataku sekarang, gatiling gun, gulungan sihir, dan armor itu sendiri.
Semua itu kubungkus dengan mantel, dan itu membuat tinggiku lebih dari 2 meter. Aku terlihat seperti
armor berjalan.
Kota Irel dipenuhi dengan para pendekar pedang beraliran Dewa Utara, umumnya mereka bekerja
sebagai pengawal. Tapi, tempat ini juga sering digunakan untuk mencari lawan yang kuat.
Sekilas, Sandor tampak seperti pemimpin kelompok kami, karena armornya terlihat begitu mewah dan
menarik perhatian.
Oh ya, aku menggunakan nama samaran “Clay” pada misi kali ini.
Tiga orang yang mengenakan armor berat sedang menaiki kereta kuda, sembari mencari informasi.
Ya…. kami memang mencolok, tapi itu bukanlah hal yang tidak wajar di kota ini.
Di Kota Sihir Sharia, kau akan jarang menemukan ksatria ber-armor lengkap, tapi lain halnya dengan
Kerajaan Biheiril.
Nah, sembari bergerak ke tempat tujuan, ijinkan aku memperkenalkan kedua rekan baruku sekali lagi.
Awalnya dia hanya seorang prajurit bayaran yang tidak memiliki tuan.
Dia menghabiskan banyak waktu di zona perselisihan, tetapi saat Ariel dinobatkan menjadi raja, menuju
ke Kerajaan Asura.
Dia tertarik pada Ariel, dan berniat menjadi bawahannya. Berbagai cara dia lakukan untuk menjadi
pelayan Ariel, sampai akhirnya sang tuan putri benar-benar memperhatikannya. Akhirnya, dia
mendapatkan posisi ini.
Kalau dilihat dari cerita itu, seakan-akan kemampuan orang ini hanyalah mencari perhatian, tapi Ariel
tidak mengangkat seseorang menjadi pemimpin ksatria tanpa alasan yang kuat.
Aku sudah meminta keterangan Ariel mengenai orang ini, tapi dia mengatakan bahwa Sandor tidak
memiliki riwayat kelam dalam karirnya, dan dia layak dipercaya.
Saat kutanyai tentang identitasnya yang sebenarnya, dia menjawab…. "Aku tidak tahu ~, ufufu ~, itu
rahasia ~”. Sepertinya dia sedang main-main denganku.
Tapi, aku pun tidak merasakan sesuatu yang mencurigakan pada orang ini, jadi biarkan saja.
Ksatria Emas.
Seolah bertentangan dengan namanya, armor itu bukan terbuat dari emas, dan kemilaunya pun tidak
secerah emas.
Meskipun kau terangi armor itu, kemilaunya tetap saja berbeda dari emas. Mungkin jika kau
memolesnya, barulah armornya lebih bersinar.
Aku pernah mendengar tentang ksatria hitam dan putih, namun kurasa aku belum pernah mendengar
tentang ksatria emas.
“Itu adalah sekelompok ksatria yang dibentuk oleh Yang Mulia Ariel setelah beliau dinobatkan menjadi
raja. Tugas resmi kami adalah melindungi Ariel-sama. Tetapi, jika Ariel-sama memerintah kami
melakukan hal lainnya, maka kami harus segera menyanggupinya. Bahkan aku siap menggunakan
lingkaran sihir teleportasi yang keberadaannya masih tabu di kalangan masyarakat.”
"Oh."
Jadi, mereka memang dibentuk untuk membantu kami.
“Ordo kami baru saja didirikan, jumlahnya sih banyak namun sedikit ksatria elit yang bergabung dengan
kami. Mungkin kau tidak menyadarinya, tapi aku juga bisa menggunakan Teknik Dewa Utara, lho.”
Sandor menyatakan itu sembari tertawa, namun dia sama sekali tidak membawa pedang.
Di dunia ini tidak banyak pendekar bersenjatakan galah atau tombak, karena mitos buruk tentang Ras
Supard. Itulah sebabnya pedang lebih diminati.
Itu berarti, Teknik Dewa Utara bisa diaplikasikan dengan senjata selain pedang.
Jika dianalogikan dengan duniaku sebelumnya, pria ini lebih mirip Ninja daripada seorang Samurai.
"Ah. Jadi begitu ya. Dengan Teknik Dewa Utara, kau bisa melayangkan lawan dari jarak yang cukup jauh.
Berbeda dengan Teknik Dewa Air yang bisa menangkis serangan, tak peduli dari manapun berasal.
Tampaknya, potensi jurus Dewa Utara semakin baik dengan senjata yang lebih panjang ya.”
Semakin jauh jangkauan suatu senjata, maka semakin mematikan. Ya, seperti itulah teori sederhananya.
Duniaku sebelumnya juga mengenal konsep itu, oleh karena itu mereka berlomba-lomba membuat
senjata yang jangkauan serangnya begitu jauh, seperti halnya pistol, senapan, atau bahkan rudal.
Tapi, aku ragu konsep itu bisa selalu digunakan di dunia ini.
Ada terlalu banyak petarung yang bisa menyalahi konsep jarak di dunia ini, mulai dari penyihir sampai
pendekar pedang.
Terlebih lagi, di dunia ini ada sihir penyembuhan yang bisa menutup luka dalam hitungan detik.
Sehingga, tantangan sebenarnya bagi seorang pendekar pedang adalah membunuh lawannya dalam
sekali tebas.
Senjata panjang Sandor tidak akan berarti apa-apa bila melawan musuh selain manusia. Jika ada
monster atau ras iblis yang memiliki kemampuan regenerasi begitu cepat, maka dia tidak bisa berkutik.
"Doga juga anggota Ordo Ksatria Emas."
"Ya."
Doga.
Tetapi ketika Sandor diangkat, dia menyadari potensi yang dimiliki Doga, sehingga dia pun membinanya.
“Melatih ksatria yang terampil juga tugasku sebagai ketua Ordo Ksatria Emas. Aku pun harus merekrut
orang-orang kuat lainnya untuk membentuk ordo yang unggul.”
Aku jadi teringat Therese. Dia adalah kapten yang bijak dan selalu bisa diandalkan. Namun, bukan
berarti dia yang terkuat di antara anak-anak buahnya.
Dalam suatu tim, seorang pemimpin tidak harus yang terkuat.
“Tapi Doga-san, kalau kau adalah anggota Ordo Ksatria Emas, mengapa armor-mu tidak berwarna
emas?”
“Hah, di luar acara resmi, hanya orang bodoh yang terus-terusan mengenakan armor emas.”
Kalau begitu, Sandor punya armor yang jauh lebih mencolok daripada armor kuningan ini, dong?
"Haha, itulah sebabnya aku membawa sertifikat resmiku. Aku tahu Rudeus-sama akan mencurigai kami.
Mungkin, lebih baik aku mengenakan armor resmiku juga, ya…”
Aku hanya mengiranya bidak Hitogami, dan para pengikut Dewa Manusia belum tentu orang jahat. Bisa
jadi, Hitogami hanya memanfaatkannya, seperti yang terjadi pada Luke.
Orsted dan Ariel sudah mempercayai penuh orang ini, namun tidak ada salahnya tetap waspada.
"Wah, rupanya cukup banyak salju yang menutupi tempat ini."
Sudah sering terdengar kabar bahwa daratan ini tidak lagi bernyawa.
Namun, berbeda dengan dugaanku sebelumnya, salju yang menutupi Kerajaan Biheiril tidaklah begitu
banyak.
Meskipun angin yang bertiup dingin dan kering, hanya sedikit salju yang turun dari langit.
Cuaca di dunia ini mungkin tidak mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku di duniaku sebelumnya.
Hujan yang turun di Hutan Agung bisa selama 3 bulan penuh, bahkan daratan yang subur juga bisa
menjadi gurun.
Kalau bukan karena gunung, mungkin saja daerah ini dialiri Mana yang menyebabkan salju tersapu
dengan sendirinya. Alasan tidak masuk akal seperti itu begitu logis di dunia ini.
"Dia sering mempertanyakan dari mana datangnya awan? Kemana perginya? Bagaimana orang
dilahirkan? Mengapa mereka mati? Dia menghabiskan setiap harinya dengan menatap langit sembari
memikirkan hal-hal seperti itu.”
Tapi….
Saat sudah tua nanti….. mungkin aku juga akan memikirkan hal seperti itu.
Aku membayangkan, saat berumur 60 tahun nanti, aku duduk bersama Sylphy dan Roxy bersama
sebagai nenek dan kakek.
Ah ... tidak juga. Sylphy adalah keturunan ras Elf bertelinga panjang, sedangkan Roxy adalah keturunan
Ras Migurdiaia, jadi mereka tidak akan menua secepat diriku.
Sedangkan Eris…. yahh, dia adalah manusia biasa sepertiku, jadi dia akan menua dengan normal. Tapi,
meskipun sebagai seorang nenek, aku yakin dia tetap enerjik seperti saat masih muda.
Terdapat banyak hutan di negara ini. Sedangkan jalan raya tempat kami melaju tepat berada di sebelah
hutan-hutan tersebut.
Saat monster-monster menyerang, itulah kesempatan bagi kedua orang ini menunjukkan kebolehannya.
"Inilah kekuatan ksatria Kerajaan Asura yang hebat!!” seperti itulah mereka berteriak sembari
membantai para penyerang kami.
Sandor bergerak dengan begitu cepat dan halus, sedangkan Doga menghabisi lawan-lawannya dengan
sekali menebaskan kapaknya.
Kurang – lebih, seperti itulah yang kulihat dengan mataku yang awam.
Sebagai seorang pendekar pedang yang begitu payah, aku pun bisa memahami situasi ini.
Jelaslah mereka bukan petarung biasa, meskipun belum bisa disandingkan dengan Tujuh Kekuatan
Dunia.
Bagian 3[edit]
Irel.
Semenjak memasuki kota ini, aku tidak mendapati suatu hal pun yang mencolok.
Kota ini dikelilingi oleh dinding dan kerumunan pedagang yang berjajar di sekitar pintu masuk.
Kota ini juga memiliki banyak bangunan kayu, yang bahkan jumlahnya lebih banyak daripada di Kota
Sihir Sharia.
Ada juga sebuah bangunan kayu yang atapnya begitu miring, terletak cukup jauh dengan rumah lainnya.
Wajar saja jika banyak rumah kayu di kota ini, karena berbatasan cukup dekat dengan hutan.
Saat itu juga, aku menyadari bahwa jumlah para pedagang mulai berkurang.
Jika para pedagang mulai berkurang, harusnya tidak banyak pengunjung di kota ini…. tapi anehnya, kami
mendapati begitu banyak petualang di sini.
Semenjak memasuki kota, kami berpapasan dengan banyak prajurit berarmor atau penyihir berjubah.
"Woa."
"Oh."
Orang itu cukup besar.
Bahkan dengan mengenakan armor ini, aku harus mendongak ke atas untuk melihat kepala orang itu.
Ogre itu melihatku sekilas, lalu kembali berjalan menyusuri jalanan kota.
Di punggungnya, ada suatu ransel besar yang terlihat begitu berat. Tapi dia menggendongnya dengan
santai, seolah-olah sama sekali tidak keberatan.
Di Kerajaan Biheiril ini, Ogre yang berjalan di jalanan kota adalah pemandangan yang wajar.
Padahal, beberapa ras yang hidup berdampingan adalah pemandangan langka di negara lain.
Tentu saja dia melakukan itu agar penyamaran kami semakin meyakinkan.
“Lagian, di sekitar sini tidak ada orang yang kuat. Jadi, percuma saja kau tolah-toleh.”
"Ya."
Oh iya, kami kan sedang menyamar menjadi para pendekar Teknik Dewa Utara.
"Ya."
"Ya."
Seperti biasanya, Doga menjawab dengan patuh. Seolah-olah tidak ada bedanya ketika dia menyamar
dan tidak, tapi sandiwara Sandor begitu bagus.
Sandor terus berjalan di depan bagaikan pemimpin kelompok, agar aku tidak mencolok.
Dalam sandiwara ini, aku adalah Clay, yang berprofesi sebagai prajurit, dan adiknya Sandor.
Baiklah.
"Sandor….. setelah mendapatkan penginapan, maukah kau minum-minum di kedai untuk merayakan
kedatangan kita di kota ini?”
"Haa, kau memang bodoh, tapi sesekali idemu itu bagus juga. Doga, catat itu!!”
"Ya pak."
Bagian 4[edit]
Saat memasuki kedai minuman, kami merasakan atmosfer yang tidak nyaman.
"... Hmm?"
Baru kali ini aku merasakan suasana seperti ini saat memasuki kedai. Tampaknya, ini bukan kedai yang
biasa aku masuki sebelumnya.
Ada banyak petualang yang berbaur dengan para penduduk desa. Semuanya terlihat baik-baik saja
Sekitar 1 – 2 % pengunjungnya adalah Ras Ogre, namun bukan mereka sumber ketidaknyamanan ini.
Bukanlah hal yang aneh bila beberapa ras berkumpul menjadi satu dalam suatu kedai.
Saat melihat sekeliling, tidak kudapati satu hal pun yang menarik perhatian.
Seolah-olah semuanya normal saja.
"…Sepertinya tidak ada yang aneh. Apa kau ingin ganti kedai?”
"Mengerti."
Setelah Sandor mengatakan itu, kami memasuki kedai dengan santai, lalu menuju ke meja kosong
terdekat.
Saat Doga duduk, kursi itu berderit karena tubuhnya yang berat.
Tapi, harus kuakui bahwa kursi kedai ini cukup kokoh.
Saat mengenakan Magic Armor, biasanya aku menghindari duduk di kursi, namun aku bisa
melakukannya dengan nyaman di sini.
Aku masih penasaran….. apa yang menyebabkan diriku merasa begitu tidak nyaman.
Jangan-jangan…………..
“Beri kami makanan, alkohol, dan bawakan kami orang yang tahu banyak tentang daerah ini. Cepatlah!
Kami sudah capek setelah menempuh perjalanan panjang kemari. Oh iya, beri minuman lain untuk pria
ini, kalian punya jus buah, kan? Kalau tidak punya, susu boleh lah.”
Sementara aku masih berusaha menjaga keseimbangan duduk di kursi, Sandor memberikan 4 koin
tembaga pada si pelayan.
Mungkin karena dia wanita, posturnya jauh lebih ramping daripada Ogre lainnya.
Pinggulnya lebar, dan dadanya besar…. tapi secara keseluruhan, dia terlihat cukup mirip manusia.
"M-maafkan aku."
Kata-katanya mungkin terdengar kasar, tetapi sorot matanya mengatakan bahwa dia tidak bermaksud
menyakitiku.
Dengan kata lain, dia hanya coba menegurku karena tingkahku mulai mencurigakan.
Aku masih bisa menerimanya, hanya saja aku memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencarinya.
Mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi tidak menutup kemungkinan….. Ruijerd dan Gisu berada di
tempat ini.
Sembari memikirkan itu, tanpa sengaja aku kembali mengamati area di sekitarku.
Sebenarnya kedai ini cukup normal. Kau bisa menemukan kedai serupa di manapun kau berada.
Dengan tawa dan keributan, orang-orang terus makan dan minum di mejanya masing-masing.
Bahkan, hidangannya pun normal. Mereka makan ikan yang bisa ditangkap di setiap sungai yang
mengalir di kota ini.
Dia manusia.
Tapi wajahnya terkesan begitu licik.
"Ya, aku tahu segalanya tentang kota ini. Mulai dari jumlah kelompok-kelompok petualang, rute
perdagangan, bahkan para pandai besi."
"Baiklah kalau begitu…. aku minta kau memberitahu kami banyak hal. Kami baru di kota ini, jadi kami
ingin sebisa mungkin menghindari masalah."
Sembari mengatakan itu, Sandor memberikan beberapa koin tembaga pada si pria.
"Boleh saja…..."
“Sebenarnya, aku tidak perlu informasi penting saat ini. Tapi….. berhubung kau adalah seorang informan
yang berpengalaman, maka bisakah kami memintamu mengorek informasi yang lebih berharga?”
Aku tersenyum licik saat mendengar Sandor menanyakan hal yang mengejutkan itu.
Saat ini, aku meminjam wajah salah seorang prajurit PT. Rudo, jadi harusnya terlihat cukup sangar.
Saat melihat mukaku, si pria sedikit gemetaran, lalu dia mengalihkan wajahnya pada Sandor.
"Baik."
Saat ini kami hanyalah pendekar biasa, yang tidak ada hubungannya dengan konspirasi apapun.
"Aturan ya…. bolehlah. Negara ini punya undang-undang, dan kota-kota pun harus mengikutinya. Aah ...
tapi di kota ini hidup banyak Ogre, jadi berhati-hatilah terhadap mereka. Tapi, kami hidup berdampingan
dengan Ogre di sini, maka…. jika kau adalah penganut ajaran Milis yang setia, sebaiknya jangan
menunjukkan rasa jijikmu pada mereka.”
“Tidak ada seorang pun yang mau berdagang denganmu, bahkan penginapan tidak mau menerimamu.
Jika kau masuk ke dalam suatu kedai yang dimiliki seorang Ogre, dia akan menendangmu keluar dan
menghidangkan sampah padamu.”
Jika kau berbicara kasar pada mereka, maka tidak hanya Ogre, manusia pun tidak akan menerimamu.
Banyak ras juga hidup di Sharia, tapi masih ada diskriminasi di sana.
Mereka tidak hidup harmonis seperti di kota ini.
"Kalau keadaan geografi ... kurang-lebih, jika kau berjalan terus ke utara, kau akan sampai di ibukota,
dan jika menuju ke selatan, maka kau akan mendapati desa terpencil. Itu hanyalah desa kecil tanpa ada
suatu hal pun yang istimewa. Hanya ada beberapa pemotong kayu dan kepala desa. Ada juga Dungeon
di sebelah selatan, tapi aku minta uang lebih untuk informasi tentang itu.”
"Katakan saja."
Sebenarnya kami tidak berniat pergi ke sana, tapi tidak ada salahnya mengetahuinya.
"Kalau tentang pihak-pihak yang sebaiknya tidak kalian musuhi….. seperti yang kubilang tadi, yaitu para
Ogre. Di negara ini, Ogre dan manusia diperlakukan setara. Kemudian…. ahhh, itu dia….. Jangan pernah
melewati tempat ini, dan kalian harus selalu menjauhinya. Yang kumaksud adalah, Lembah Naga Bumi.”
Kalau tidak salah, Ruijerd terakhir kali terlihat di desa dekat tempat itu.
"Lembah itu berada di belakang hutan besar ... Tapi hutan itu disebut 'Hutan Tanpa Jalan Keluar’. Sejak
berabad-abad yang lalu, hutan itu dihantui oleh iblis-iblis tak kasat mata, jadi jangan pernah
memasukinya.”
"Yah ... iblis-iblis itu begitu legendaris, seperti halnya dongengan anak kecil. Seperti namanya, Lembah
Naga Bumi adalah sarang bagi para naga. Beberapa petualang pernah nekad memasuki hutan itu,
kemudian membuat kekacuan di sarang naga. Naga-naga Bumi pun marah, dan semua prajurit
keamanan negara ini bahkan tidak akan sanggup menandingi para naga, maka…. habislah mereka.”
Lelaki itu kemudian mengerutkan alisnya seolah sedang mencoba mengingat sesuatu.
"Tapi baru-baru ini ... kalau tidak salah setahun yang lalu, ada rumor tentang iblis yang keluar dari Hutan
Tanpa Jalan Keluar.”
"Oh."
"Tuan Tanah membentuk pasukan untuk memeriksa kebenaran rumor ini, mereka bahkan sampai
memasuki hutan. Tetapi, setelah beberapa hari berlalu, mereka tidak pernah kembali. Para iblis tak
kasat mata itu mungkin menghabisi mereka, atau mungkin Naga-naga Bumi memangsa mereka, atau
mungkin juga mereka terbunuh oleh hewan magis. Hebatnya, tidak semua dari mereka terbantai. Sang
Tuan Tanah hampir melupakan pasukan pertamanya yang ditugaskan menyelidiki hutan, sehingga dia
membentuk pasukan kedua. Namun, saat pasukan kedua memulai misinya, mereka mendapati
seseorang dari pasukan pertama kembali dalam keadaan hidup.”
"Tapi dia sudah gila. Sorot matanya terlihat begitu menakutkan. Ketika Tuan Tanah bertanya apa yang
telah terjadi, dia hanya bergumam, ‘Iblis-iblis itu di sini, iblis-iblis itu di sini ... ‘ dengan tatapan kosong di
matanya. Setelah melihat itu, Tuan Tanah menjadi sangat ketakutan, lalu dia menghentikan upaya
investigasi. Berita resmi tentang kematian pasukan pertama adalah ‘Terbunuh oleh Naga Bumi’. Karena
kasus ini, mereka melarang siapapun menyebarkan rumor lainnya…… Kebenarannya masih
disembunyikan, dan telah dianggap sebagai kasus yang tidak pernah terpecahkan. Ini terjadi sekitar
setahun yang lalu.”
"..."
“Sebenarnya itu bukanlah hal yang buruk. Belakangan ini, kabar itu mencapai ibukota. Raja pun berkata,
“Di dekat sana ada desa penduduk, jadi kita harus menginvestigasi lebih jauh! Maka, raja pun
membentuk pasukan ketiga. Jadi, saat ini mereka sedang berusaha menghimpun sejumlah pasukan di
ibukota.”
"Kemudian…. mereka menetapkan hadiah spesial bagi siapapun yang menemukan iblis itu, yaitu 10 koin
emas Biheiril. Mungkin kalian mau mengambil pekerjaan itu?"
Aku paham.
Kemudian, ada juga iblis-iblis tak kasat mata yang mendiami hutan itu.
Semua informasi ini campur aduk di kepalaku tanpa bisa kupastikan kebenarannya.
Belum lagi informasi dari orang-orang PT. Rudo. Mereka mendapatkan kabar-kabar itu dari informan-
informan lainnya.
Tunggu dulu….
Bagaimana kalau….
Iblis yang keluar dari Hutan Tanpa Jalan Keluar adalah Ras Supard berambut hijau?
Jadi….
Ah…. belum tentu. Itu hanya kesimpulanku sendiri…. Tidak ada kabar pasti yang menyimpulkan
demikian.
Yahh, tapi bukan berarti itu mustahil.
Ruijerd tidak pernah menunjukkan belas kasihan pada lawan-lawannya, jadi mungkin saja dia yang
membantai pasukan-pasukan itu.
Hmmm…?
"Ahh, bagus sekali. Aku mengerti, aku mengerti ... ini sungguh menarik, kan? Bagaimana Clay? Tidakkah
kau sependapat denganku?"
"Hmmm, iblis ya ... memang sangat menarik. Hadiah uang itu juga sangat menarik."
Bagaimanapun juga, kita harus pergi ke hutan untuk memastikan hal ini.
Dengan semua informasi ini, setidaknya aku bisa menduga bahwa Ruijerd terkait dengan masalah ini.
“Kalau hadiahnya…. siapa cepat, dia dapat. Mungkin kalian harus membentuk kelompok untuk ikutan
sayembara itu. Aku bukan seorang petualang, jadi aku hanya bisa menjadi pendukung bila diajak
berpartisipasi dalam suatu kelompok.”
Sandor mengedipkan matanya padaku.
Aku mengerti.
"Carikan kami seorang pengintai. Syaratnya adalah, dia bisa melakukan banyak hal sebagai petualang,
dan bisa mengumpulkan banyak informasi. Tidak masalah jika dia tidak mahir bertarung, biar kami yang
menangani urusan itu. Mengenai hadiahnya ... gimana ya…. hmmm, kami akan bernegosiasi lebih lanjut
mengenai pembagian hadiahnya dengan orang itu, jadi… jika kau sudah menemukan pengintai itu,
segera bawa pada kami.”
"Sebaiknya kau temukan orang itu sebelum pasukan ketiga dikirim. Kapan mereka berangkat?”
“Baiklah, kalau begitu… bagaimana jika kita bertemu lagi di kedai ini 10 hari lagi?”
"Baiklah, siap."
Pria itu mengambil koin pemberian Sandor, lalu buru-buru memasukkannya ke dalam kantong.
Dan ketika kami berdiri, kedai ini mendadak sunyi.
Namun, kami sama sekali tidak mendapatkan informasi tentang keberadaan Dewa Utara. Tidak
masalah…. jangan terburu-buru.
"Kita punya waktu luang selama 10 hari ke depan…. jadi, bagaimana kalau kita berkeliling kota ini? Doga,
apakah kau ingin pergi ke suatu tempat?”
Kami bersandiwara seolah tidak punya tujuan selama 10 hari ke depan, tapi sebenarnya kami sudah
berencana untuk melihat desa di wilayah selatan.
10 hari.
Besok pagi aku akan memasang alat sihir komunikasi litograf, kemudian menuju ke selatan.
Besok siang, kami akan memasuki hutan itu, lalu menghabiskan 5 – 6 hari mencari di sana.
Setelah itu, kami akan kembali untuk mengorek informasi tentang Gisu, lalu melaporkannya pada yang
lain melalui alat sihir komunikasi.
Sepertinya dia memesan minuman semacam jus…. mungkin nanti akan kuicipi.
"Toss!"
"...Toss!"
"—PFFFTT!"
"Uhuk uhuk…"
"Oi!?"
Orang-orang di sekitar kami mulai melihat kemari, karena ingin tahu apa yang telah terjadi, sedangkan
Doga terus terbatuk dengan kepala tertunduk.
"Oi, bertahanlah!"
Racun!?
Sudah kuduga!
...Hah?
"Tadinya kukira orang itu Ogre, karena tubuhnya begitu besar….. ternyata manusia.”
Aku mencelupkan ujung jariku pada cairan yang Doga minum, lalu mencicipinya.
"Umm, itu adalah minuman yang terbuat dari kacang kedelai. Suku Ogre sangat menyukainya, tapi
rasanya cukup keras bagi manusia. Jadi, biasanya ras manusia sedikit mengencerkannya sebelum
meminumnya…. Maaf, ini salahku, aku sangat menyesal!”
"Umm, kalau diminum terlalu banyak bisa berbahaya sih… tapi kalau hanya seteguk….”
Sepertinya, bau minuman inilah yang membuatku tidak nyaman saat pertama kali memasuki kedai.
Kemungkinan besar, aromanya tercampur dengan bau ikan yang mereka masak.
Memang benar jika kau minum terlalu banyak bisa berbahaya, tapi Doga sudah memuntahkan hampir
semuanya.
"..."
Aku mencelupkan jari sekali lagi, dan mencicipinya untuk yang kedua kalinya.
Ya.
Aku sudah terlalu familiar dengan cairan ini, karena hampir setiap hari aku konsumsi di duniaku
sebelumnya.
Rudeus akhirnya menemukan bumbu masakan yang dia cari selama belasan tahun.
Dia pun membeli sebotol kecil kecap, kemudian segera meninggalkan kedai.
Keesokan harinya.
Kelompok kami menuju ke pinggiran kota terbesar kedua, Irel, untuk memasang lingkaran sihir
teleportasi dan alat sihir komunikasi litograf.
Setelah itu, kami menuju ke desa tempat Ruijerd terakhir kali terlihat.
Desa itu terletak di dekat Lembah Naga Bumi, atau sekitar satu setengah hari perjalanan dari Irel. Di
peta, desa itu dinamai dengan Desa Marson.
Meskipun nama resminya Desa Marson, namun orang-orang tidak banyak mengetahui nama itu. Desa
itu lebih populer dengan nama Desa Lembah Naga Bumi.
Di sekitarnya terdapat lahan pertanian dan rumah-rumah penebangan kayu, namun desa itu bukanlah
tempat yang mengundang banyak pengunjung seperti halnya Buina atau Wilayah Fedoa.
Orang-orang yang tinggal di desa itu berada di bawah naungan Kerajaan Biheiril. Namun, desa itu
terkesan kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Namun, pengaruh pemerintah bukanlah satu-satunya hal yang penting. Para penduduk lah yang
bertanggung jawab atas perkembangan daerahnya masing-masing.
Semakin jauh kami berjalan, jarak antar rumah semakin lenggang, dan suasana semakin sepi tanpa
adanya tanda-tanda kehidupan. Dan di sana…………. tidak ada apa-apa.
Saat kami datang, desa ini begitu sunyi, seolah tidak dihuni oleh siapapun.
Namun, ada sekumpulan orang yang jelas-jelas bukan penduduk desa yang berkumpul di pintu masuk
desa.
"Sandor, bukankah ini berarti banyak sekali orang yang menginginkan hadiah itu?"
Sandor memang berguna…. ketangkasan dan kecepatan berpikirnya sudah terbukti di insiden kedai
kemaren.
Awalnya aku sempat meragukan om ini, tapi sekarang aku mengerti kenapa Orsted sekalipun begitu
mempercayainya.
Aku selalu ingin mendengar pendapat dalam situasi membingungkan seperti ini.
"Tidak, mungkin mereka hanya datang untuk memeriksa keadaan. Seketika mereka mendapatkan
informasi yang berharga mengenai tempat ini, maka di saat itu jugalah mereka memulai pencarian.”
"Tapi, bukankah itu berarti target kita juga ingin diburu oleh mereka semua?”
"Tidak juga, beberapa dari mereka mungkin akan mengurungkan niatnya. Jika mereka hanya memburu
iblis-iblis itu tanpa mempersiapkan strategi yang matang, bisa-bisa mereka hanya pulang dengan tangan
hampa. Sedangkan, pihak pemerintah bisa menyelesaikan masalah ini dengan mengirim pasukan-
pasukan selanjutnya.”
Maka, pilihan terbaik adalah mengorek informasi sebanyak mungkin, mempersiapkan rencana sematang
mungkin, kemudian bergabung dengan pasukan kerajaan untuk membasmi para iblis. Dengan begitu,
mereka bisa pulang dengan selamat bersama hadiahnya.
Jika mereka hanya bersaing satu sama lain untuk memburu iblis, maka kerugian lah yang menanti di
akhir.
Di saat-saat seperti ini, mereka yang bisa mengumpulkan informasi paling akurat akan keluar sebagai
pemenang.
Itulah pentingnya pengumpulan informasi seperti yang mereka lakukan saat ini.
Setelah mengatakan itu, Sandor pun tertawa, lalu kami memasuki desa.
Yahh, setidaknya dengan adanya para pemburu hadiah itu, suasana desa jadi sedikit lebih hidup.
Mungkin aku bisa bergaul dengan beberapa dari mereka untuk saling bertukar informasi.
"Pergi!"
Aku pun melihat beberapa orang berarmor pergi dengan ekspresi tidak senang di wajahnya.
Saat aku menoleh ke arah datangnya bentakan itu, aku mendapati seorang wanita tua yang membawa
tongkat.
"Pergi dari sini! Tidak ada iblis yang keluar dari hutan. Orang-orang hutan selalu melindungi hutan dan
desa ini dengan baik! Siapapun yang ingin melukai orang-orang hutan itu, pergilah jauh-jauh dari sini!”
Orang-orang hutan?
Meskipun langkahnya sudah sempoyongan, nenek itu masih saja mengayun-ayunkan tongkatnya pada
kerumunan orang di alun-alun desa.
DUK! Bahkan dia memukul salah seorang pria berarmor itu dengan keras, sampai suaranya menggema.
"Oi! Sudah….sudah…. jika kita membuat keributan di sini, maka Suku Ogre akan…."
"Cih!"
Pria itu hampir saja menghunuskan pedangnya, namun salah seorang temannya yang masih berkepala
dingin berhasil menghentikannya.
Sambil berteriak, dia menendang sekelompok orang itu, agar menjauh dari alun-alun desa.
Apa-apa’an ini?
Saat pria-pria itu semakin menjauh, si nenek mulai mengarahkan tatapannya pada kami.
Tongkat wanita tua itu mengenai armorku, sehingga menimbulkan suara hantaman yang keras.
"Apanya yang iblis!!? Orang-orang hutan itu justru penyelamat kami! Dan sekarang kalian ingin
membunuh mereka dengan bantuan kami? Sungguh bodoh!?”
Sepertinya dia tidak akan mendengarkan apapun perkataanku, karena pikirannya sedang kacau.
Orang-orang hutan.
Mari kita korek informasi lebih banyak mengenai orang-orang hutan ini.
"Jika kau membunuh mereka, para iblis itu malah akan menyerang!"
Jadi, mereka melindungi desa dari para iblis?
"Apakah iblis dan orang-orang hutan adalah dua makhluk yang berbeda?”
Memang…. orang waras tidak akan memukul armor besi dengan tongkat kayu.
"Aku bukan orang gila! Mereka benar-benar ada! Waktu masih muda dulu, aku pernah diselamatkan
oleh orang-orang hutan saat tersesat di hutan. Bahkan, kakek buyutku juga pernah mereka selamatkan
waktu masih kecil!”
Waktu dia masih muda…. mungkin itu terjadi sekitar 20 – 30 tahun yang lalu.
Maka, kakek buyut wanita ini berarti….. harusnya peristiwa itu terjadi ratusan tahun yang lalu.
"Orang-orang hutan bukanlah iblis! Kenapa kalian ingin membunuh mereka!? Dasar bodoh! Pergilah
kalian, bodoh! Bodoh! Haa ..... Bodoh ..... Haa ..... Haa ..... "
Si nenek terus menyerang armorku dengan tongkatnya, sampai akhirnya dia mulai kelelahan.
Kurasa dia sudah lebih tenang sekarang, maka aku pun menanyakan itu sembari tersenyum ramah.
"Jika kau berhasil meyakinkanku bahwa orang-orang hutan itu tidak jahat, mungkin aku bisa berteman
dengan mereka.”
Siapa tahu….. mereka adalah sisa-sisa Ras Supard yang selalu Ruijerd cari selama ini.
Bagian 2[edit]
Tetapi, dengan menghubungkan semua kejadian di Kerajaan Bihaeril, tampaknya aku mulai bisa
menduga apa yang sebenarnya terjadi di sini.
Orang-orang hutan.
Sepertinya…. bahkan sebelum si nenek lahir, orang-orang hutan itu sudah ada.
Namun, beberapa kali mereka menyelamatkan orang-orang desa yang tersesat di hutan, atau hampir
mati karena serangan hewan buas.
Tapi, ada suatu cerita rakyat yang berkembang di daerah ini, yaitu………..
Zaman dahulu kala, pada sekitar waktu berakhirnya perang besar manusia dan iblis…..
Para iblis tak kasat mata menghuni Hutan Tanpa Jalan Keluar.
Saat senja, iblis-iblis tak kasat mata itu keluar dari sarangnya untuk menculik anak-anak dan hewan
ternak warga, kemudian memakannya.
Penduduk desa berharap bisa membasmi iblis-iblis itu, namun mereka tidak sanggup, sehingga hanya
bisa hidup dalam ketakutan.
“Biar kami yang urus iblis-iblis itu, tapi sebagai gantinya, biarkan kami tinggal di hutan. Dan keberadaan
kami tidak boleh diketahui oleh orang luar desa.”
Penduduk desa menyetujuinya, maka mereka pun akhirnya tinggal di kedalaman hutan.
Mereka tidak pernah tahu bagaimana cara orang-orang hutan mengatasi para iblis tak kasat mata itu.
Sejak saat itu, para iblis tak kasar mata tidak lagi mengganggu desa, namun orang-orang hutan tetap
melindungi mereka.
Sebagai ucapan terimakasih, penduduk desa menyampaikan cerita ini secara turun-temurun pada anak-
cucunya, dan mereka pun mengajarkan untuk tidak menceritakan apapun pada penduduk luar desa.
"Sungguh keterlaluan jika kalian ingin membasmi orang-orang hutan yang baik hati itu.”
Si nenek mengatakan itu sebagai penutup ceritanya.
Aku tidak tahu apakah cerita itu fakta atau hanya sekedar legenda fiktif.
Tapi, dugaanku adalah….. orang-orang desa itu adalah Ras Supard yang tersisa dari Kampanye Laplace.
Fungsinya mirip seperti mata iblis, dan mereka menggunakannya untuk merasakan keberadaan makhluk
hidup di sekitar.
Maka, jika menggunakan kemampuan mata ketiga itu, mereka bisa melawan iblis-iblis tak kasat mata
dengan mudah.
Ras Supard hidup berdampingan dengan desa sembari bersembunyi dari dunia luar.
Namun sekitar enam bulan atau setahun yang lalu, terjadilah tragedi yang merusak keseimbangan ini.
Entah karena wabah penyakit, atau apapun itu….. sejumlah besar iblis tak kasat mata keluar, sehingga
orang-orang hutan tidak lagi sanggup menghadapi mereka semua.
Ras Supard memerlukan barang-barang dari desa seperti obat-obatan atau semacamnya.
Sayangnya, si penjual obat di toko bukan lagi orang yang mengenal Ras Supard. Mungkin, kakeknya atau
kakek buyutnya yang mengenal Ras Supard itu.
Saat itulah menyebar rumor tentang iblis yang keluar dari hutan.
Harusnya penduduk desa membantu Ras Supard untuk merahasiakan keberadaannya. Terlebih lagi,
mereka datang ke desa untuk meminta bantuan, tapi…..
Hmmm…. bagaimana bisa ceritanya berubah menjadi seperti yang si pria sampaikan di kedai tempo
hari?
Apakah ini ulah Gisu dan Hitogami ......? Sepertinya tidak, karena kasus ini terjadi setahun yang lalu.
Tapi….
Contohnya………. Orsted.
Jika sisa-sisa Ras Supard sudah tinggal di tempat ini dalam kurun waktu yang begitu lama…… maka……..
mengapa aku baru tahu sekarang?
Bagian 3[edit]
Aliran Mana juga cukup deras di hutan ini, namun…… nyatanya hanya muncul satu-dua ekor monster
per hari di hutan ini.
Treant bisa ditemukan di daerah manapun, dan jumlahnya semakin banyak di hutan.
Bahkan, hutan adalah habitat alami bagi Treant, jadi wajar saja kau menemuinya di tempat seperti ini.
Namun anehnya…. Treant pun tidak sering terlihat di Hutan Tanpa Jalan Keluar.
Makhluk yang menghuni hutan ini tidak hanya monster, namun hari ini kami belum bertemu dengan
seekor pun.
"Aneh, ya?"
"Ya."
"......"
Apa yang sedang dia pikirkan? Dia bahkan tidak mengamati area di sekitarnya.
"........."
Selama beberapa saat, kami terus berjalan ke dalam hutan yang sunyi ini.
Paling-paling yang masih terlihat hanyalah serangga dan burung, sedangkan hewan kecil lainnya pun
sudah jarang.
Dalam situasi seperti ini, kau akan merasa semakin sendiri dan tenggelam dalam kesunyian. Namun,
tiba-tiba aku tersentak saat mendengar suara burung.
Apakah sekarang iblis-iblis tak kasat mata itu sedang mengawasi kami……..?
Tapi, setiap kali melakukannya, yang kudapati hanyalah Doga yang masih saja diam tanpa mengucap
sepatah kata pun. Mungkin imajinasiku terlalu liar, aku pun kembali melihat ke depan dan meneruskan
perjalanan.
"Oh?"
Tiba-tiba, saat melirik ke sisi jalan, aku melihat suatu patung yang kukenali.
Sampai sejauh ini belum ada perubahan peringkat pada Tujuh Kekuatan Dunia.
"Di tempat seperti ini juga ada patung Tujuh Kekuatan Dunia, ya?"
"Aneh juga, harusnya patung Tujuh Kekuatan Dunia hanya diletakkan di tempat-tempat yang memiliki
kadar Mana tinggi.”
Kau tahu banyak tentang Tujuh Kekuatan Dunia, kan? Buktinya kau akrab betul dengan si bos.
Kau bahkan mengerti bahwa patung itu biasanya ditaruh di tempat berkosentrasi Mana tinggi. Jarang
ada orang yang tahu akan hal itu.
"......Ya."
Hari itu, kami memutuskan untuk mendirikan kemah dekat patung Tujuh Kekuatan Dunia.
Untuk jaga-jaga, aku memperkuat tenda kami dengan sihir bumi, kemudian kami pun tidur dengan
pulas.
Bagian 4[edit]
Keesokan harinya.
"Maksudnya?"
Memang seperti itulah sifat hewan, mereka akan selalu menjauhi makhluk yang lebih kuat.
Hewan-hewan di lingkungan ini pun takut mendekatinya. Seperti itulah aturan alam.
Pada dasarnya, mereka tidak ingin keluar dari lembah. Naga Bumi adalah jenis naga yang tidak bisa
terbang, namun mereka bisa menggunakan sihir bumi untuk membuat lubang di tanah.
Mereka bukanlah makhluk tempramental. Jika kita tidak menyerangnya, maka mereka pun tidak akan
menyerang kita.
Naga Bumi tidak akan berdaya jika diserang dari udara, namun mereka sangat berkuasa di atas tanah.
Oh iya…. menurut Orsted, Naga Merah dan Naga Bumi adalah musuh bebuyutan.
Kedua spesies yang mendiami habitat berbeda ini hampir mustahil bertemu satu sama lain.
Semuanya akan baik-baik saja, asalkan sarangnya tidak jatuh ke bawah lembah.
"Oh."
Tiba-tiba kami berhadapan dengan tebing curam yang seolah-olah membelah hutan lebat ini seketika.
Tebing itu begitu tinggi, sampai-sampai dasarnya tidak kelihatan.
Aku tidak tahu banyak tentang keadaan topografi suatu area, seperti lembah. Tapi, mungkin seperti
inilah rasanya berdiri di depan ngarai yang terkenal di duniaku sebelumnya, yaitu Grand Canyon.
"Sepertinya begitu. Apa yang harus kita lakukan? Sepertinya kita sudah sampai ke tempat tujuan tanpa
sedikit pun gangguan…...”
"Wah….."
Karena aku belum terbiasa menggunakan mata iblis ini, aku tidak bisa mengukur jarak ke bawah secara
akurat.
Dengan tubuh seperti itu, dia tidak akan bisa melakukan apapun jika mendapat serangan dari udara.
Mungkin itulah sebabnya mereka tidak pernah bisa menang melawan Naga Merah.
Kemudian, aku mengalihkan pandanganku pada sisi bawah tebing, dan kulihat banyak makhluk serupa
sedang merayap pada dinding tebing. Uhh, itu menjijikkan.
Aku terus mengaktifkan mata iblis keduaku, lalu kuamati area sekitarnya.
Tak lama kemudian, ada sesuatu yang mengganggu penglihatanku pada tebing. Harusnya tebing ini
tegak lurus, tapi ternyata ada lengkungannya juga.
Sedangkan di sebelah kiri pandanganku ada…. hmmm, tidak ada apa-apa sih…. t-tunggu…. a-apa itu…..
"Kalau begitu, kita bisa menggunakannya untuk menyebrang ke sisi lain tebing, kan?”
Masih tersisa 7 hari lagi sampai tenggat waktu yang kami berikan pada si informan.
Jika dipertimbangkan waktu kembali, harusnya tidak masalah jika kami tinggal 1 atau 2 hari lagi di hutan
ini.
Aku senang telah menemukan jembatan ini dengan mata iblis baruku.
Bagian 5[edit]
Walaupun terlihat seperti jembatan, sebenarnya secara teknis itu hanyalah batangan kayu tebal yang
direbahkan di antara sisi tebing yang menyempit, lalu ditaruh papan kayu sebagai pijakan.
Sepertinya jembatan ini dibangun oleh seorang amatir yang sama sekali tidak mempertimbangkan
keselamatan penggunanya.
Meskipun terlihat tidak aman, kurasa tidak masalah jika seseorang melewatinya dengan hati-hati.
Tampaknya, jembatan ini masih bisa bertahan jika dilewati oleh seorang dewasa sembari membawa
koper.
Tapi, aku sedang mengenakan Magic Armor. Aku bisa jatuh saat menyeberanginya.
Padahal, aku sendiri yang menyarankan agar kita melintasi jembatan ini, tapi kenapa sekarang malah
ragu?
Jika jembatan yang tersedia tidak aman, maka aku hanya perlu membangun jembatan lainnya.
Sihir bumi sangat beguna pada saat-saat seperti ini, terutama teknik Earth Lance.
Aku mengeluarkan tonggak tanah dari satu sisi tebing sampai ke sisi lainnya. Kekerasan tonggak tanah
itu bisa kuatur, jadi tidak perlu mengkhawatirkan kekokohan jembatan baru ini.
"....... Ho."
Semuanya terdiam.
Lalu, kutambah lebar tonggak itu, sehingga kami bisa lewat bersamaan.
Yang terakhir, aku juga memperkuat tonggak tanah yang tertancap di sisi lain tebing.
"Luar biasa ...... aku sudah sering dengar bahwa Rudeus-sama ahli menggunakan sihir bumi…. dan hari
ini aku melihatnya dengan mata-kepalaku sendiri.”
Tapi, jika ternyata jembatan ini masih tidak mampu menahan beban kami, aku hanya perlu
memperkeras tanahnya lagi dengan sihirku.
Untuk jaga-jaga, aku mengikatkan tubuhku pada pohon terdekat, lalu aku berjalan menyeberangi
jembatan itu untuk menguji kekuatannya.
Kalau menahanku saja kuat, maka harusnya jembatan ini juga kuat menahan berat tubuh Sandor dan
Doga.
Untuk berjaga-jaga, aku terus memperkuat bagian-bagian yang kurasa masih lemah, sembari
menyeberangi jembatan itu bolak-balik.
Sandor terus mengulurkan talinya saat aku menyeberangi setengah dari jembatan.
Kira-kira tambang ini sepanjang 50 m, maka untuk sampai ke ujung aku perlu 100 m. Kurang-lebih,
sepanjang itu jugalah jembatan ini.
"Baiklah."
Setelah sampai ujung, aku memberi isyarat pada Doga dan Sandor dengan mengguncangkan talinya,
pertanda semuanya aman.
Sandor dan Doga pun mulai menyeberangi jembatan ini sembari memegang tali tambang.
Kenapa tidak bergantian saja, sehingga salah seorang bisa berjaga-jaga? Apakah mereka begitu yakin
tidak ada musuh di sekitar sini?
Ataukah, mereka begitu percaya padaku? Bahwa aku akan segera menyelamatkan mereka jika terjatuh?
Aku masih khawatir, tapi Sandor dan Doga sudah selesai menyeberangi jembatan dengan aman.
Benar saja…. hanya ada satu perbedaan yang terjadi setelah kami melewati jembatan.
Tidak kurang dari 100 m sejak kami menyeberangi jembatan, serangan monster pertama dimulai.
Kukira itu bukan suara monster, karena angin bertiup cukup kencang.
Kemudian, ada sesuatu yang menempel pada batang pohon tepat di sebelah kami.
"..........!"
Saat aku menyadarinya, pohon itu bengkok sesaat, lalu daun serta ranting-ranting berdesir.
Kami terdiam sebentar, kemudian suatu benda yang sepertinya berat jatuh tepat di belakangku.
Saat aku menoleh ke belakang, ternyata itu adalah Doga yang telah roboh dengan wajah mengadah ke
atas.
Aku hanya bisa melihat Doga yang jatuh telentang tanpa bisa melakukan apapun.
Tunggu dulu…. ada sesuatu di atas kepala Doga. Apakah benda itu yang mengendalikannya?
Saat itu juga, kupukul benda itu sekeras mungkin. Aku tidak bisa menggunakan sihir dalam keadaan
seperti ini.
Dengan tenaga yang diperkuat Magic Armor, kupentalkan benda itu menjauh dari kepala Doga.
Rasanya seperti menghantam segumpal daging bertulang. Dan sepertinya aku telah mematahkan
beberapa tulang pada tubuh makhluk itu.
Kemudian benda itu menghantam pohon, lalu memuntahkan banyak darah ke tanah.
Sedikit demi sedikit sosok makhluk itu mulai terungkap.
Ya, berkaki empat…. hanya itu yang bisa kuidentifikasi dari makhluk itu.
Secara refleks, aku segera menembakkan peluru batu pada makhluk itu untuk membunuhnya.
Pada saat yang hampir bersamaan, aku merasakan sesuatu menghantam punggungku.
"Doga! Berdiri!"
Itu Sandor.
".....Ya!"
Doga kembali berdiri, lalu dia meraih kapak besar di punggungnya, lalu memposisikan diri di depan
untuk melindungiku.
Duh, aku tidak bisa melihat apa yang terjadi di depan jika kau berdiri di sana.
"Lawan kita tidak terlihat! Jumlahnya pun tidak diketahui! Doga, jangan mengandalkan indra
penglihatanmu, gunakan telingamu! Tangani semua musuh yang kau rasakan di depanmu saja! Rudeus-
sama, mohon gunakan sihir! Bersihkan mereka dengan sihir jarak jauhmu!”
Akan semakin merepotkan bila kita harus memadamkan hutan yang terbakar.
"............. Uu!"
Setiap kali dia menebaskan senjatanya, beberapa batang dan ranting pohon terbelah.
Bersamaan dengan serpihan-serpihan kayu yang berserakan, aku merasakan ada yang tergelincir dari sisi
tubuh Doga, tapi aku tidak bisa melihat wujudnya.
Tapi setidaknya, aku masih punya perlindungan terakhir, yaitu Magic Armor yang kupakai.
Armor ini cukup keras dan berat, aku tidak akan terluka bila monster-monster itu menancapkan taring
atau kukunya padaku.
Sihir Frost Nova sebentar lagi akan kulepaskan ...... Mana-ku sudah terkumpul, dan semuanya siap.
"Rudeus-sama!"
"Ruijerd!"
"Nh?"
"..........Hah?"
Tidak….
Bukan……..
Dia bukan Ruijerd……….
Tapi setidaknya, aku menemukan Ras Supard selain Ruijerd di hutan ini.
Sial, aku merasa sangat malu…. dengan begitu percaya diri, kuteriakkan nama Ruijerd pada pria ini, tapi
ternyata aku salah orang.
Pria Supard menanyakan itu sembari menatapku dengan wajah penuh tanda tanya.
Ah iya…..
Jika dia adalah Ras Supard, maka dia mengenal Ruijerd.
"Eh? Ah… iya…. dia rekan lamaku…. ah tidak…. lebih tepatnya, dia adalah sahabatku…. atau mungkin,
pengawalku?”
"Kalian pasti baru pertama kali memasuki hutan ini…. ikutlah denganku.”
Dengan penuh keyakinan, dia menjawab sambil mengangguk padaku yang masih tercengang.
Bagian 1[edit]
Desa itu dikelilingi oleh tembok setinggi 2 m, dan banyak rumah sederhana terbuat dari kayo yang
berjajar rata.
Di dekat rumah kayu, ada ladang yang cukup kecil.
Berbeda dengan Desa Migurdia, mereka menanam berbagai jenis sayuran di sini.
Selain itu, di belakang rumah kayu, beberapa orang sedang mempersiapkan binatang yang hendak
dimasak.
Sepertinya, itulah iblis tak kasat mata yang barusan menyerang kami.
Beberapa saat setelah mati, mereka kehilangan kemampuan tak kasat matanya, dan warna tubuhnya
mulai kelihatan.
Di tengah-tengah desa ada air mancur, dan di dekatnya ada kuali besar yang sepertinya digunakan
memasak makanan untuk seluruh penduduk desa.
Ras Supard tidak hanya memiliki permata di dahi dan rambut hijau zamrud, namun mereka juga….
…..sangat mempersona.
Tentu saja, bukan hanya parasnya yang menawan, namun postur tubuhnya juga ideal.
Lihat di sana, ada gadis Ras Supard yang terlihat begitu imut dengan rambut pendeknya.
Dia ramping, tidak terlalu tinggi, tapi bahunya cukup berotot, wajahnya terlihat berani, dan dadanya
cukup besar. Seolah-olah dia adalah perpaduan keelokan Sylphy dan Eris…..
Hey…. aku tidak terpikat oleh wanita lain ya…. aku hanya berkomentar jujur.
Di desa ini, semuanya cakep.
Tapi, sayangnya………
".........Ya."
Dia lahir di kerajaan Asura, pastinya dia sudah sering dengar cerita tentang ras iblis pemakan anak
manusia, yang tidak lain adalah Ras Supard.
Tapi…. apa yang akan mereka lakukan pada kami sekarang? Apakah mereka akan menyambut kami
dengan baik, atau sebalinya?
Yahh, nanti aku akan bicara lagi dengan Doga. Ingat, salah satu tujuanku di dunia ini adalah
membersihkan nama baik Ras Supard.
Mungkin karena dia lebih banyak menghabiskan waktu di zona perselisihan, sehingga jarang mendengar
cerita tentang Ras Supard.
Malahan, dia tampak bersemangat saat melihat Ras Supard sebanyak ini.
"Mungkin saja…. mudah-mudahan kita disambut dengan baik. Atau jangan-jangan, kita malah akan
ditahan?”
Seorang prajurit Supard menghampiri kami, lalu berkata “Ikutlah.” Lalu kami pun mengikutinya.
Kami tidak tahu mau dibawa kemana. Kami hanya mengikutinya tanpa berkata apapun.
Itu benar…. mereka terlihat lesu. Sepertinya mereka sedang sakit atau semacamnya.
Ras Supard kecil memiliki ekor, dan mereka terlihat bermain-main dengan riang.
Tapi, baru saja kami melihat beberapa orang sedang mempersiapkan hewan untuk dimakan.
Bukankah itu hewan buruan?
Mungkin hanya beberapa saja dari mereka yang berburu, dan sebagiannya lagi berternak.
"Cepatlah kemari."
Pria Supard yang membawa kami meminta agar kami berjalan lebih cepat.
Kalau dilihat dari wajahnya, mereka tampak lebih ramah daripada Pria Supard yang membawa kami ke
sini.
Sebenarnya sulit membedakan usia Ras Supard, tapi sepertinya mereka lebih tua daripada yang lainnya.
"Unhh."
Salah seorang dari 5 pria itu langsung berdiri saat aku memasuki ruangan.
Tunggu dulu….
Wajah itu……
Bekas luka di wajah itu….
Meskipun rambutnya sudah tumbuh, tapi kali ini aku tidak akan salah mengenalinya……..
"Ruijerd-san!"
Aku sungguh kangen padanya, sampai-sampai ingin kuterjang Ruijerd. Tapi, aku berhasil menahan diri
sebelum melakukan itu.
Para petinggi desa pun mulai berbisik satu sama lain karena kebingungan.
Kalau tidak salah, sewaktu dia mengantar Norn dan Aisha ke Sharia.
Ruijerd terus mengembara untuk mencari desa ini, dan akhirnya menemukannya baru-baru ini.
"Ruijerd-san ...."
Ketika kami bertemu, dia sendirian tanpa ditemani siapapun. Kami memulai perjalanan di dekat Desa
Mugurdia. Dia tampak tabah, tapi sebenarnya Ruijerd sangatlah kesepian.
"Ya."
Ruijerd mengangguk, dan tersenyum padaku dengan lembut.
...... Ras Supard lainnya tidak banyak merespon, tapi Ruijerd jelas-jelas terlihat bahagia.
Oh iya……….
"Ceritanya panjang. Ada banyak hal yang ingin kudengar darimu. Jadi, apakah kalian ada waktu?”
Sambil duduk di ruang pertemuan, aku mengatakan itu dengan wajah serius.
Sang kepala suku duduk di barisan paling belakang, bajunya terlihat lebih mencolok daripada yang
lainnya.
"Bisa."
Bagian 2[edit]
Sebelum menceritakan kisahku, Ruijerd menjelaskan bagaimana dia bisa menemukan Desa Ras Supard
ini.
Setelah itu, Ruijerd melakukan perjalanan untuk menemukan sisa-sisa rasnya yang masih hidup.
Dia terus berkelana dari satu negara ke negara lainnya, sembari menuju ke bagian utara Benua Tengah.
"Dia berkata, 'Aku tahu di mana tempat Ras Supard yang masih hidup.’”
Kemudian, mereka memasuki Hutan Tanpa Jalan Keluar dan Lembah Naga Bumi.
Setelah sampai, Ruijerd pun diterima dengan baik oleh keluarganya itu.
Gejala awalnya seperti flu biasa, namun tak lama kemudian kau mulai kehilangan tenaga dan badanmu
menggigil gemetaran. Mata ketiga di dahi mulai mendingin, dan akhirnya mereka pun meninggal.
Ruijerd tidak kuasa melihat satu demi satu keluarganya mati, sehingga dia mencari cara untuk
mengobati penyakit tersebut.
Ruijerd sendiri juga terinfeksi, tetapi demi penduduk desa, dia paksakan tubuhnya yang menggigil
berangkat ke Irel untuk mencari obat.
Singkat cerita, dia berhasil mendapatkan beberapa obat dari toko, dan sekarang wabah penyakit di desa
ini mulai berangsur-angsur mereda.
"Tetapi, ada sekelompok monster yang membantai tim investigasi yang terdiri dari beberapa peleton
pasukan. Kalian pasti telah mendengar kabar itu, kan?”
Itu terjadi beberapa ratus tahun lalu setelah perang besar berakhir.
Ketika Ras Supard tidak lagi mendapat tempat di Benua Tengah, mereka pun menyebar ke berbagai
daerah.
Kemanapun pergi, mereka selalu diburu oleh manusia, termasuk para ksatria dan pasukan militer
kerajaan.
Para pengungsi Ras Supard sengaja menghindari perkotaan dengan bergerak menyusuri hutan dan kaki
pegunungan, demi mencari tempat yang aman bagi mereka.
Jika ada tempat yang tidak didiami manusia, maka di situlah Ras Supard hidup.
Mereka terus mencari tempat-tempat seperti itu, dengan bertualang sampai ke ujung dunia.
Sampai akhirnya mereka temukan tempat ideal ini, yaitu Lembah Naga Bumi, di Hutan Tanpa Jalan
Keluar.
Di sini, monster-monster besar tidak berani mendekat karena ada Naga Bumi. Tapi, hutan ini dihuni juga
oleh iblis-iblis tak kasat mata.
Iblis-iblis tak terlihat, atau Invisible Wolf itu bukanlah monster biasa.
Dengan kemampuan mereka, tiga ekor saja sudah bisa membantai sepeleton prajurit dengan mudah.
Namun monster-monster itu bukanlah ancaman serius bagi Ras Supard, karena mereka memiliki ‘mata
ketiga’.
Ras Supard juga sudah biasa berhadapan dengan monster-monster buas raksasa di Benua Iblis, sehingga
Invisible Wolf adalah lawan yang mudah.
Hutan Tanpa Jalan Keluar menjadi rumah yang ideal bagi Ras Supard.
Ada desa kecil di dekat Hutan Tanpa Jalan Keluar, maka mau tidak mau mereka harus berurusan dengan
beberapa manusia yang terkadang memasuki hutan. Tempat ini tidak sepenuhnya ideal bagi mereka.
Setelah Ras Supard menetap beberapa lama di hutan ini, mereka pun mulai berinteraksi dengan
manusia.
Beberapa manusia sering keluar-masuk hutan, bahkan begitu dekat dengan Desa Ras Supard.
Akhirnya, Kepala Suku memutuskan untuk membuat kesepakatan dengan penduduk desa manusia.
Mereka akan membantu manusia memburu Invisible Wolf, namun mereka minta diijinkan menetap di
hutan ini.
Namun, itu sudah terjadi 200 – 300 tahun yang lalu, jadi mungkin saja si nenek salah.
Apapun itu, kedua belah pihak bisa hidup berdampingan selama beratus-ratus tahun.
Ras Supard berhasil menjaga keseimbangan ini sembari tetap menjaga jarak dengan ras manusia.
Setelah mendengar cerita itu, aku melaporkan tentang rumor yang beredar di Kerajaan Biheiril, dan apa
yang ingin mereka lakukan.
"Aku mengerti......."
Ya… hanya kekecewaan yang tampak di wajahnya…. bukannya semangat untuk memberikan perlawanan
balik.
Dia terlihat lelah dan pasrah.
Kepala Suku seolah sudah kehilangan harapan, sedangkan Ruijerd tampak bersalah.
"Kami tidak menyalahkanmu, Ruijerd. Toh, saat itu kami juga memutuskan untuk mengikuti Laplace.”
"Saat itu, kita masih menjunjung tinggi kebanggaan sebagai seorang prajurit, sehingga semuanya
bergabung denganmu. Kita semua menanggung dosa yang sama.”
"Kenapa Laplace melakukan hal sekejam itu pada Ras Supard .....?"
Tidak ada gunanya menyalahkan Laplace sekarang. Dalam kasus ini tidak ada yang benar-benar bersalah.
Itu hanya bentuk kefrustasian mereka.
Hanya dengan melihat raut wajah dan mendengar suaranya, aku paham betul perasaan mereka.
Tapi bagi Ras Supard yang berumur panjang, semua itu berlalu hanya seperti kedipan mata saja.
Bagi Ras Supard yang menderita, Kampanye Laplace seakan belum berakhir.
"Jika tidak keberatan, bolehkah aku memberitahu Kerajaan Biheiril tentang fakta yang sebenarnya?"
"Eh?"
"Aku adalah ras manusia, maka setidaknya aku punya hak bicara. Aku bisa menyampaikan fakta pada
pihak kerajaan, bahwa selama ini Ras Supard telah berjasa bagi manusia dengan membasmi iblis-iblis tak
kasat mata yang mengancam kehidupan desa manusia. Maka, pihak negara juga diuntungkan. Intinya,
dengan bernegosiasi, aku akan meminta mereka agar mengakui keberadaan Ras Supard di hutan ini.”
Sekarang aku tahu apa yang harus kulakukan.
Jika permasalahan Ruijerd ini menghalangi usahaku untuk memburu Gisu, maka lebih baik kutinggalkan
saja.
Sampai sekarang pun, aku masih terus menjual figure dan buku tentang Ruijerd.
Mungkin aku orang yang tidak bisa membedakan mana yang penting dan tidak.
Tapi….. jika bukan aku…. maka siapa lagi yang bisa menyelamatkan Ras Supard?
"Ras manusia membenci kami, apakah kau pikir bisa merubah pendirian mereka?”
"Kebencian ras manusia terhadap Ras Supard sudah memudar. Di Kerajaan Biheiril, ras manusia dan
Ogre bisa hidup berdampingan dengan damai. Maka, tidaklah aneh bila mereka bisa menerima Ras
Supard layaknya Ras Ogre. Di negara ini, pengaruh Gereja Milis tidak begitu kuat. Selama ini aku selalu
berjuang membersihkan nama baik Ras Supard, maka…. mana mungkin aku mengabaikan kalian begitu
saja saat membutuhkan bantuan?”
Setidaknya, Kerajaan Biheiril tidak punya alasan kuat untuk menghancurkan Ras Supard.
Tanpa keberadaan mereka, Invisible Wolf akan semakin merajalela, dan akan lebih banyak lagi manusia
yang mati dimangsanya.
Kita tidak tahu seberapa cepat Invisible Wolf menginvasi daerah lain, tapi bukannya tidak mungkin
mereka segera mencapai Irel.
Dalam kasus ini, pihak kerajaan dan Ras Supard sama-sama diuntungkan bila terjalin kerjasama. Maka,
untuk apa saling menyerang?
"Jika Kerajaan Bilheiril menolak, aku akan membantu kalian mengungsi ke negara lain yang kukenal.”
Selama Ras Supard tidak membuat kekacauan saat tinggal di sana, mungkin para penganut ajaran Milis
tidak akan terlalu memperdulikannya.
Terlebih lagi, di hutan itu tinggal komplotan pencuri yang kenal Ariel. Mungkin mereka bisa hidup
berdampingan dan saling berbagi di sana.
Dengan pengaruh Ariel, mungkin aku bisa meyakinkan orang-orang bahwa Ras Supard tidaklah
berbahaya seperti yang selama ini mereka dengar di dongengan kuno.
Mereka begitu seru berdebat, sampai-sampai aku tidak percaya bahwa mereka masih satu keluarga
dengan Ruijerd yang sangat pendiam.
Sebagai ketua, tentu kau akan ragu menuruti perkataan seorang pria yang tiba-tiba muncul entah dari
mana.
"Aku mengerti. Intinya, ras manusia akan datang menyerang dalam 16-17 hari. Masih ada waktu bagi
kalian berdiskusi, tapi lebih baik putuskan dengan cepat.”
Meskipun mereka menolak bantuanku, aku tidak akan menyerah menolong Ras Supard.
"...... Aku mengerti. Kami akan mengambil keputusan dalam beberapa hari ke depan."
Kepala Suku mengatakan itu, lalu dia berdiri dengan wajah yang tampak cemas.
"Saat ini ada banyak hal yang harus kami pikirkan, mungkin waktunya kurang tepat bila kau bercerita
sekarang. Lagipula, matahari juga akan terbenam. Simpan saja ceritamu untuk lain waktu. Biarkan aku
persiapkan penginapan untuk kalian.”
Masalah desa ini belum tuntas, tapi setidaknya di sini tidak ada Gisu atau bidak-bidak Hitogami lainnya.
Maka…. dengan begini, berakhirlah pertemuan kami dengan Kepala Suku hari ini.
Bagian 3[edit]
Malam itu, kami menginap pada sebuah rumah kosong yang telah mereka siapkan.
Doga menutup diri di kamarnya, dan Sandor berkeliling desa saat senja karena masih penasaran dengan
daerah ini.
Sepertinya dia menjabat penasehat desa, karena pengalamannya yang banyak sebagai veteran perang.
Rumah Ruijerd.
Saat aku melihatnya, entah kenapa hati ini terasa begitu hangat.
Dia bukan lagi Ruijerd sang pengembara yang terus mencari tanpa henti. Dia sudah menemukan
tujuannya, dan tidak perlu hidup menderita lagi.
Sekarang, dia sudah punya tempat pulang, lengkap dengan kamar yang hangat bersama keluarganya.
Ah gawat….. kalau terus membayangkan hal-hal sentimentil seperti itu, lama-lama aku bisa menangis.
"Ya."
Ada kulit binatang yang menggantung di sekitar perapian, dan juga pakaian yang digantung di dinding.
Bagian dalam rumah ini terdiri dari tiga bagian, dan sepertinya Ruijerd tinggal di dekat gudang.
Tampaknya makanan, kendi air, dan sejenisnya terletak di ruangan yang berbeda, dan aku bisa
mendengar suara tetesan air dari sana.
Lantainya ditutupi karpet yang terbuat dari bulu hewan, tapi beberapa serat kayu tampak terkelupas
dari dinding.
Ah, ada benda yang kukenal tergantung di sana. Itu liontin Roxy.
Ah…. kangen juga, sudah lama aku tidak melihat benda itu. Rupanya Ruijerd menyimpannya dengan
baik.
"Maaf, Ruijerd-san………"
"Ada apa?"
"Ya."
Aku bisa menyimpan barang-barang tidak penting sepuasnya di lantai bawah tanah.
Aku bisa menggunakan kamar mandi, ruang makan, dan dapur sepuasnya…. tapi, tidak untuk ruang
tamu.
Tapi………………..
Jika itu terjadi di kehidupanku yang sebelumnya, maka tidak masalah. Tapi kalau sekarang, pasti sangat
mengerikan.
Sial.
Sekarang aku ingat, Ruijerd membantai istri dan anaknya dengan kedua tangannya sendiri .......
"Maaf."
"Tidak perlu minta maaf. Aku tidak menikah lagi bukan karena masih terbayang-bayang kejadian
mengerikan di masa lalu, tapi…. aku benar-benar tidak punya orang yang kukasihi sekarang.”
Setelah semua ini selesai, kami akan melakukannya lagi untuk bernostalgia.
Kami bisa bertemu kapanpun jika mau.
Kami akan hidup bersama-sama lagi… oleh karena itu, tak seorang pun boleh mati!!
Mungkin kita punya lebih banyak waktu esok hari, tapi tidak ada salahnya berbicara dengan Ruijerd lebih
cepat.
"Ya."
Kami mulai bercerita berbagai hal setelah terakhir kali kami berpisah.
Aku pun menceritakan tentang adik perempuanku, kematian Paul, pernikahanku dengan Roxy,
pertemuan kembali dengan Eris, kemudian kami baikan dan akhirnya menikah.
"....... ahh, sebenarnya aku tidak ingin menyebutkan kasar, tapi dia memang lebih tegas jika
dibandingkan dengan istri-istriku lainnya.”
"Menikahi tiga wanita sekaligus…. kau memang hebat. Apakah kalian sudah dikaruniai anak?”
"Begitu ya."
Tapi, aku akan membawa mereka saat berjumpa dengan Ruijerd lain waktu.
Terutama Ars.
Yahh, kita bisa melakukan itu semua jika Gisu sudah dikalahkan nanti.
"Ruijerd-san."
Aku pun bercerita tentang Orsted yang sudah bermusuhan lama dengan Hitogami.
……tentang aku yang pernah memihak pada Hitogami, namun dia menipuku.
…….tentang Hitogami yang berusaha membunuh semua keluargaku karena takut dengan anak-cucuku.
……tentang diriku dari masa depan yang datang untuk mencegah semua kebodohanku.
……tentang aku yang kalah telak dari Orsted, tapi kemudian dia menawarkan kerjasama untuk melawan
Hitogami.
……tentang aku yang berusaha mengumpulkan bala bantuan untuk melawan Laplace yang mungkin akan
bangkit 80 tahun lagi.
……tentang pengkhianatan Gisu yang tidak pernah kuduga sebelumnya.
……tentang Kishirika yang dengan mata iblisnya berhasil menemukan Gisu di Kerajaan Biheiril, lalu aku
mengirimkan semua orang kepercayaanku untuk mengepungnya di negara ini.
"Ruijerd-san. Selama ini aku juga mencarimu. Ayo bersama-sama kita lawan Laplace di masa depan.
Kumohon, pinjamkan kekuatanmu….. ah tidak, kumohon bertarunglah bersamaku.”
".............."
Tentu saja aku berharap dia mau bergabung dengan sekutu kami.
".............."
Aku bahkan tidak pernah mengira Ruijerd bakal menolak ajakan ini.
Kupikir, dia akan menjawab ”Baiklah, tentu saja aku akan membantumu.”, dengan wajahnya yang datar
seperti biasanya. Namun nyatanya tidak begitu.
Kenapa begitu?
Atau jangan-jangan…. dia sudah melupakan semuanya setelah Laplace tersegel oleh Perugius?
Belum lagi, Desa Ras Supard saat ini sedang mengalami masa-masa sulit.
"Ruijerd-san, apakah kau sudah tidak ingin membalaskan dendammu? Apakah desa ini alasannya?
Sudah lama kita berpisah, dan sekarang aku sudah menjadi orang yang cukup berpengaruh di dunia ini.
Jadi…. jangan ragu untuk bekerjasama denganku…”
"Bukan itu."
Aku membutuhkan jawaban segera, jadi aku memikirkan hal lain untuk membujuknya.
Tapi…. ada satu hal lagi yang perlu kita perjuangkan meskipun dia sudah bertemu kembali dengan
keluarganya.
"Ruijerd-san, bukankah kita harus membersihkan nama baik Ras Supard? Kau harus tahu Raja Asura dan
Miko dari Milis juga mendukung rencanaku melawan Laplace. Jika dunia tahu kau membantu kami
mengalahkan Dewa Iblis, maka kehormatan kalian akan………”
"Bukan itu."
Hanya itu alasan terakhir yang bisa kugunakan untuk membujuk Ruijerd, namun dia juga menolaknya.
Nafsu membunuh mulai terasa dari tatapan matanya, namun wajah Ruijerd juga terlihat bingung dan
ragu.
Mungkin ada alasan lain yang sama sekali tidak pernah kutahu.
Bagian 4[edit]
Rupanya kami terlalu asyik bercerita, hari pun sudah gelap saat kuikuti Ruijerd keluar rumah.
Meskipun cahaya bulan masih bersinar melalui celah-celah dedaunan pohon, suasananya begitu gelap,
sampai-sampai aku tidak bisa melihat kakiku sendiri.
Aku menggunakan roh cahaya dari gulungan sihir untuk menerangi langkahku.
Ruijerd terus berjalan selama beberapa menit dengan begitu tenang, seolah dia sama sekali tidak butuh
pencahayaan. Lalu, dia berhenti pada suatu tempat terbuka di hutan.
"Rudeus."
"Ya?"
"Sayangnya, Kepala Suku dan semua Ras Supard di desa ini begitu percaya pada kebohongan itu.”
Kebohongan.
"Wabah penyakit yang melanda desa ini tidak bisa disembuhkan. Tidak ada obat yang bisa
menyembuhkannya. Kami semua akan mati.”
Aku langsung teringat beberapa penduduk desa yang terlihat begitu pucat.
Mereka batuk-batuk, dan terlihat begitu lesu. Semua orang di desa ini mengidap gejala yang sama.
Setelah kutanyakan itu, Ruijerd memegang ikat kepala logam yang membungkus dahinya.
"Ini."
Permata itu masih berada di sana, tapi warnanya tidak lagi merah….. melainkan biru tua.
Seolah-olah, lingkaran hitam itu digambar oleh bocah berumur empat belas tahun.
"Apa itu?"
Aku tidak menertawakan atau mengejeknya…. tapi, sepertinya itulah yang membuat Ruijerd terlihat
geram dan putus asa.
Aku mulai merasakan ada yang tidak beres pada batu permata Ruijerd.
"Saat ini, tubuhku telah dirasuki oleh Raja Kegelapan Vita [1].”
Kalau tidak salah, dia lah yang tinggal di dalam Dungeon Benua Langit, Hell. Dia lah salah satu kandidat
kuat bidaknya Hitogami.
"Raja Kegelapan Vita bisa membagi dirinya sendiri, kemudian merasuki para penduduk desa. Karena
kekuatan Vita lah wabah penyakit itu bisa sedikit teredam.”
"M-m-merasuki …… ... jadi, Vita sekarang berada dalam dirimu? Apa kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja. Justru, karena kekuatan Vita lah aku bisa bertahan dari wabah itu.”
"Tidak."
Raja Kegelapan Vita… aku hanya mengetahui nama itu dari mulut Orsted.
Seperti apakah wujudnya, dan apa tujuannya…. aku sama sekali tidak tahu.
Tapi setidaknya, dari keterangan Ruijerd aku tahu dia punya kemampuan merasuki raga orang lain.
"Tapi, seharusnya Raja Kegelapan Vita tinggal pada Dungeon di Benua Langit, Hell…. Jadi, kenapa dia
bisa ke sini?”
"Waktu itu desa sedang kacau, lalu seorang pria muncul di hadapanku sembari membawa Vita dalam
toples.”
Itu dia…..
"Gisu juga mengatakan bahwa akan terjadi perang besar di negara ini, maka dia ingin bersekutu
denganku.”
"..........."
"Aku sudah menerima tawarannya. Sebenarnya aku ragu mengandalkan kekuatan makhluk misterius
seperti Raja Kegelapan Vita, tapi kami tidak punya pilihan lain. Kekuatan Vita benar-benar ampun
meredam keganasan wabah penyakit itu, sehingga banyak orang bisa bertahan hidup.”
Kemudian, Ruijerd tersenyum kecewa, seolah mengejek dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa.
"Aku tidak pernah menyangka musuh yang ingin kau kalahkan adalah Gisu. Setahuku kalian adalah
rekan, dan tidak pernah terpikirkan olehku dia mengkhianatimu.”
Sebenarnya aku pernah berpikir melawan Ruijerd, tapi aku tidak mengira kalau itu menjadi kenyataan.
Ternyata, memang seperti itulah faktanya, dan kami tidak punya pilihan lain.
"Tapi, sekali lagi kukatakan, kekuatan Vita hanya meredam wabah penyakit itu. Vita tidak bisa benar-
benar menyembuhkannya. Setahuku, jika Raja Kegelapan mati, maka bagian tubuhnya yang berada
dalam diriku juga akan mati. Jika itu sampai terjadi, maka desa ini akan musnah oleh wabah.”
".........."
"Tentu saja, sebenarnya aku tidak ingin melawanmu, Rudeus. Jika aku tidak mengenalmu, mungkin aku
masih mengembara tanpa tujuan di Benua Iblis. Aku bisa menemukan desa ini juga karenamu.”
"....... aku pun begitu. Masih banyak hutang yang belum kubayar padamu. Aku juga tidak ingin
melawanmu, Ruijerd-san.”
"Tapi, kita harus bertarung. Memang seperti itulah peraturan di dunia ini.”
"........sepertinya begitu."
Salah seorang yang paling kuhormati di dunia ini akan menjadi musuhku.
Tak peduli siapapun di antara kami yang kalah, pemenangnya akan terluka, baik secara fisik maupun
mental.
Inti permasalahannya…..?
Apakah aku harus berkhianat pada Orsted? Tidak bisa…. aku tidak bisa mengkhianatinya pada posisi ini.
Bagaimana ini……..
Siapa yang seharusnya kulawan…..??
Ah…..
Wabah penyakitnya……….
Jika aku menemukan cara mengobati penyakit itu tanpa bergantung pada kekuatan Vita, maka Ruijerd
tidak perlu melawanku.
"Jika aku bisa menemukan cara menyembuhkan penyakit itu….. maukah kau berpihak padaku?”
Tapi bukan berarti aku akan tinggal diam, dan pasrah pada keadaan ini.
Kalau Ruijerd benar-benar memihak pada Gisu, harusnya dia tidak akan menceritakan apapun tentang
penyakit itu….. namun dia telah memberitahuku semuanya.
Dia pasti kebingungan….. itulah sebabnya dia membawaku ke tempat ini untuk membongkar semuanya.
"............."
Dia terpaksa menerima tawaran Gisu dan Hitogami untuk menyelamatkan keluarganya.
"Aku sudah bilang sebelumnya bahwa Hitogami telah mengkhianatiku. Gisu juga telah melakukan hal
yang sama padaku. Mereka semua ingin mencelakai keluargaku. Maka, jangan heran bila mereka juga
akan melakukan itu pada rasmu, Ruijerd-san. Untuk saat ini, memang seolah mereka ingin
membantumu dengan meminjamkan kekuatan Raja Kegelapan Vita, tapi sebenarnya kau sedang
dipermainkan oleh mereka. Semua saran mereka hanya akan berujung pada musnahnya Ras Supard.”
Tidak ada yang baik dari saran-saran Hitogami. Sekarang kau merasa berhutang budi pada mereka, tapi
suatu saat nanti kau pasti akan dikhianati.
"............"
"Jika memang ada cara lain menyelamatkan keluargaku, maka baiklah….. aku akan berpihak padamu.”
"Ruijerd-san ..........!"
"Orsted tahu banyak hal tentang dunia ini. Jika kita meminta sarannya, mungkin dia akan……..”
Tapi…. apakah Orsted bersedia membantu kami.
Bahkan dia tidak memberitahuku bahwa ada perkampungan Ras Supard di hutan ini.
Nanti akan kubahas hal ini bersama Orsted. Si bos memang sering begitu. Terkadang dia tidak
mengungkap hal penting dalam suatu misi. Ini juga pernah kualami saat menjalani misi di Kerajaan
Shirone.
"Apapun jenis penyakitnya, pasti ada obatnya. Kuharap kita tidak saling serang sampai kutemukan
obatnya. Jadi, mohon tunggulah.”
Berapa lama orang-orang Ras Supard bisa bertahan dari wabah penyakit ini?
"Eh?"
"Sekitar dua tahun lalu, ketika pertama kali ditemukan pengidap penyakit itu."
"..........."
"Tapi dia tidak melakukan apa-apa, maka kami pun mengusirnya. Jika semua ceritamu itu benar, maka
harusnya saat itu kau sudah bekerjasama dengannya……. tentu saja, waktu itu aku tidak tahu bagaimana
hubungan kalian.”
Orsted tidak melakukan apapun pada Ras Supard yang sedang terinfeksi penyakit mematikan???
T-t-t-tunggu dulu…. mungkinkah saat itu Orsted tidak tahu bahwa ada penyakit berbahaya yang sedang
mewabah di desa ini? Tidak mungkin…. harusnya Orsted tahu hal seperti itu. Dia hampir mengetahui
segalanya di dunia ini.
Jika Orsted tahu tentang penyakit ini….. namun dia tidak melakukan apa-apa….
Selama ini aku telah bekerjasama baik dengan Orsted, tapi mengapa…..
Tapi, jika dia mau membicarakan semua itu denganku, mungkin kita bisa memikirkan solusinya bersama-
sama.
Kini aku tahu Orsted sudah pernah datang ke sini, tapi seakan-akan….. dia ingin semua Ras Supard mati
oleh wabah penyakit itu.
Atau mungkin….. dia datang kemari untuk membantai habis semua Ras Supard yang tersisa….. tapi
urung melakukannya.
Kami sama-sama bermusuhan dengan Hitogami, dan Orsted sudah mengulangi kehidupan beribu-ribu
kali untuk mengalahkannya. Aku tidak punya alasan untuk tidak mempercayai orang yang telah
berusaha begitu keras mengalahkan Hitogami.
"Orsted-san memang tidak banyak bicara. Terkadang, itulah yang membuat kami salah paham. Tapi…..
jika kau tidak mempercayai Orsted…. maka setidaknya percayalah padaku, Ruijerd-san! Aku tidak
mungkin mengabaikan kalian! Aku pasti akan menyelamatkanmu dan semua Ras Supard!”
"..........."
Dia berdiri terdiam selama beberapa saat sambil bersedekap. Sepertinya dia sedang berpikir serius.
"......... Gu!"
"Ruijerd-san !?"
Apa yang terjadi?
".............!"
Aneh sekali.
Bagian putih dan hitam pada matanya berubah menjadi biru pekat.
Mulutnya sebagian terbuka; namun sepertinya dia tidak melakukannya dengan sadar.
Permata di dahinya memerah, namun lingkaran hitam di sekelilingnya memancarkan aura mengerikan.
Dia bilang semuanya baik-baik saja, tapi harusnya aku tidak mempercayai omongannya begitu saja.
Dan menciumku.
Pada saat yang sama, semacam cairan menyusup ke dalam mulutku, lalu merangkak ke tenggorokanku,
bagaikan binatang hidup.
Jump up ↑ Di jilid sebelumnya, Ciu salah menerjemahkan makhluk ini dengan nama Hades, maafkan
ya….
Bagian 1[edit]
"Uwahh ......!"
Aku tersentak.
Ketika berbalik, aku melihat bantal yang terbuat dari bahan Treant.
"Hah.......?"
Tetapi aku tidak dapat mengingat apa yang terjadi dalam mimpi itu.
Jika tidak… aku tidak mungkin tersentak seperti ini dari tidurku.
Sebentar lagi, musim panas akan berakhir, lalu diganti musim gugur.
Sembari memikirkan itu, aku menuruni tangga, kemudian dua anak kecil dengan berisiknya segera
berlari ke arahku
"Yaaaa!"
Aku mengantar kedua anak itu ke kamarnya, lalu kembali menuruni tangga ke lantai pertama.
Tubuhnya yang aduhai terbalut oleh pakaian sederhana. Ada pun ekor yang keluar dari celananya yang
sengaja dilubangi.
Saat menyadari aku memasuki ruangan itu, dia langsung berbalik ke arahku sambil menggerak-gerakkan
telinganya dengan tajam.
"Selamat pagi-Nya."
Tiba-tiba aku merasa cemas karena mimpi buruk yang barusan kualami, lalu….. kupeluk wanita itu.
"Rinia!"
"U-nya!?"
Oh iya, sekarang aku ingat, itu terjadi saat aku masih bersekolah di Akademi Sihir.
Saat itu aku menderita penyakit kelamin, lalu aku coba menyembuhkannya dengan berbagai cara.
Aku melawan mereka, mengalahkan mereka, lalu menelanjangi mereka. Tapi…. sayangnya itu belum
cukup menyembuhkan impotensiku.
Lambat laun, setelah 1 – 2 tahun berlalu, aku terus berinteraksi dengan mereka di kantin, kelas, dan
berbagai tempat lainnya. Kemudian, aku semakin menaruh perhatian pada mereka.
Sampai akhirnya, pada suatu saat mereka menggodaku dengan begitu mesum. Waktu itu, gajahku mulai
meresponnya sedikit demi sedikit.
Akhirnya, penyakit kelaminku benar-benar sembuh setelah tahun ke-7, selama musin gugur.
Saat itu, mereka berdua tidak bisa mengendalikan birahi karena sedang musim kawin. Kemudian,
mereka pun membawaku ke dalam kamar.
Kemudian, setiap tahun, ketika musim gugur tiba, kami selalu membuat anak.
"Fushaa!"
"Owww!"
“Dilarang melakukan itu sampai musim kawin tiba! Kau sendiri yang membuat peraturan itu, Nya!”
“Kau tidak akan puas hanya dengan meremas dadaku, Nya! Pasti akhirnya kau minta seks, Nya!”
Menurut aturan ras hewan, hubungan intim hanya diperbolehkan selama musim kawin.
Maka, itu berarti, saat musim kawin tiba, Rinia sendiri yang mengundangku masuk ke dalam kamarnya.
Ahhh… musim yang indah. Hasratku benar-benar terpuaskan selama musim kawin berlangsung.
Tapi…..
"Yaaaaaa!"
Rinia memukul panci kosong dengan ribut, lalu anak-anak kami berdatangan dari lantai dua.
Bukan hanya dua anak barusan yang telah kami buat selama ini. Tapi…. totalnya semua ada 12 anak.
Ras hewan bisa melahirkan 2 atau 3 anak sekaligus, itulah mengapa kami memiliki keluarga sebesar ini.
"Ya, ya."
Ketika kami baru menikah, dia hanya bisa memanggang daging, merebus ikan, dan sayuran.
Beberapa tahun terakhir ini, dia telah belajar banyak dari kursus memasak Sharia.
Sebenarnya bumbunya tidak begitu mantab, namun itu karena indra perasa ras hewan yang lemah.
Yahh… mau bagaimana lagi.
Setelah makan selesai, seperti biasanya, aku mengenakan jubahku lalu pergi bekerja.
Aku bergabung dengan Guild Sihir setelah lulus, dan sekarang aku berprofesi sebagai guru di Akademi
Sihir Sharia.
Ini adalah teknik tinggi dan begitu praktis digunakan, sehingga aku cukup terkenal sebagai seorang guru.
Jika murid-muridku bisa menguasai teknik yang kuajarkan ini, maka bukannya mustahil suatu saat nanti
aku bisa diangkat menjadi Wakil Kepala Sekolah, atau bahkan Kepala Sekolah.
Aku bekerja keras tiap hari mulai pagi untuk menghidupi istri dan anak-anakku.
"Nh?"
"........"
Seolah-olah terbujuk membuka pintu, aku pun mendekatinya dengan penuh rasa penasaran.
Sembari duduk di atas sofa, dia memegangi punggungnya, berpura-pura tidak melihatku.
"Yo."
Itu Paul.
Lilia, Aisha, dan Norn juga tinggal di kota ini, pada rumahnya Paul.
Awalnya mereka mengutuk tindakanku yang menolak membantu Paul mengeskplorasi Dungeon itu,
namun akhirnya kami baikan.
Ya, wajar saja mereka marah, toh aku memang egois.
"Ah, tidak juga….. aku hanya ingin tahu apakah putraku sedang ada masalah.”
"........... tenang saja, tidak ada masalah. Semuanya berjalan dengan baik akhir-akhir ini.”
Satu-satunya masalah adalah, aku hanya bisa berhubungan badan dengannya sekali dalam setahun.
Lalu, kita buat anak lebih banyak lagi. Sebagai laki-laki, nafsuku tidak pernah puas.
Puasa ngeseks selama setahun penuh akan terbayar lunas saat musim kawin tiba.
Aku mengajarkan teknik sihir yang langka, dan itulah yang membuatku dikenal banyak orang.
Banyak pelajar ingin mengambil kelasku, dan aku mendapat kepercayaan penuh dari guru-guru lainnya.
".........ya."
Dia terus menatapku dengan tajam, seperti seorang ayah yang sedang memarahi anaknya dengan
lembut.
“Bukankah ada seseorang yang telah mengajarimu semua ini… sehingga kau menjadi guru yang hebat
sekarang?”
"Eh ........"
Seseorang?
Sekilas, aku melihat bayangan seorang gadis kecil berambut biru yang melintas di ingatanku. Namun,
aku segera menggeleng-gelengkan kepalaku, seolah berusaha melupakannya.
"Apakah kau melupakan seseorang yang telah mengajarimu berbagai hal saat kecil dulu, sehingga kau
tumbuh menjadi pria yang sukses seperti sekarang ini?”
“...... sejak tadi ayah bicara tidak jelas! Apa sih yang ingin kau katakan!!??”
Tiba-tiba….
Bagian 2[edit]
"Uwah!"
Napasku terengah-engah, tenggorokanku kering, dan punggungku basah kuyup oleh keringat.
".....ada apa?"
“Aah, tidak, aku hanya bermimpi aneh. Saat masih bersekolah di Akademi Sihir, ada seorang gadis
bernama Rinia, kan? Dalam mimpiku itu….. aku telah menikah dengan Rinia, dan kami dikaruniai begitu
banyak anak. Aku bekerja sebagai guru di Akademi Sihir, dan aku mengajarkan teknik sihir tanpa mantra.
Itu membuatku cukup terkenal sebagai guru.”
Tapi……
Tubuhnya tidak begitu montok, namun juga tidak kerempeng….. sungguh pas.
Oppai-nya tidak begitu besar, namun juga tidak kecil…. sungguh pas.
Kalau pun ada yang sedikit mengganggu pemandangan….. adalah rambutnya yang berantakan.
Rambut pirangnya biasanya tampak begitu indah…. namun entah kenapa hari ini agak sedikit
berantakan.
Bahkan dengan rambutnya yang berantakan, mustahil setiap pria bisa menolak pesona erotis wanita ini.
“Aku memiliki apapun yang kuinginkan di sini. Mulai dari istriku yang cantik, sampai kehidupanku yang
sempurna. Maka… kenapa aku harus menjadi guru di kota yang jauh di sana?”
Istriku.
"Tapi, mungkin kau menginginkan kehidupan yang lebih santai. Akhir-akhir ini urusan negara semakin
banyak saja, kan? Aku tahu hidup sebagai bangsawan tidaklah mudah. Tugas sekecil apapun memikul
tanggung jawab yang besar, namun itu tidak menjamin kebahagiaan sebagai ganjarannya. Mungkin,
mengajar sebagai guru di tempat yang jauh, dan merawat anak-anak kita yang banyak, jauh lebih
menyenangkan daripada hidup sebagai bangsawan kelas atas. Atau jangan-jangan….. gadis hutan
macam Rinia lebih kau suka daripada putri bangsawan sepertiku?”
Konyol sekali.
Ariel adalah wanita yang sempurna. Dia tidak memiliki satu cacat pun.
Saat aku berbuat salah, dia tidak langsung menegurku di depan umum, dia bahkan tidak pernah malu
memperkenalkanku pada relasi-relasinya.
Lebih hebatnya lagi, dia tidak keberatan jika aku berhubungan dengan wanita lain. Bahkan, dia
mengijinkanku memiliki selir.
Di pekerjaannya, dia juga wanita yang hebat. Semua orang mempercayai Ariel.
Dia adalah bos idaman semua pekerja, dia juga idola negara ini.
Terkadang dia juga berargumentasi, namun atas dasar logika yang benar.
"Jika kau perlu berlibur, katakan saja. Akhir-akhir ini kondisi kerajaan cukup stabil, maka tidak masalah
jika kita berlibur sejenak. Katakan, kau mau pergi ke mana….. jika mau, kau juga boleh membawa
selirmu.”
“Jika aku boleh berlibur, maka aku ingin menghabiskan waktu seharian hanya bersamamu.”
Kami menerima begitu banyak selir. Tentu saja, itu adalah berkah dari surga bagiku. Tapi….. akhir-akhir
ini aku sudah tidak mendapatkan kesenangan bersama mereka.
Jika seseorang bertanya padaku, ‘Apakah yang bisa membahagiakanmu di dunia ini?’, maka jawabanku
adalah: mencintai Ariel Anemoi Asura.
Sembari cekikikan, Ariel pun membalas, “Baiklah, kita akan melakukannya lain waktu.”
Sementara dia terkikik, seorang pelayan datang untuk memakaikan baju pada Ariel.
Kemudian, pelayan lainnya juga datang untuk berbagi tugas mendandaniku. Saat itu, kurasa aku begitu
penting.
Aku jadi teringat saat-saat pertama kali bertemu Ariel di Akademi Sihir.
Waktu itu, Ariel baru saja melarikan diri dari negaranya, kemudian dia berusaha menghimpun kekuatan
di Sharia.
Dia pun segera menjalin kerjasama denganku, karena akulah satu-satunya penyihir di sekolah itu yang
bisa menggunakan sihir tanpa mantra.
Sejak pertama kali bertemu, aku sudah terpesona oleh kecantikan dan karismanya.
Tapi, karena aku masih menderita impotensi, maka aku tidak begitu bernafsu padanya.
Aku tidak kuasa lagi menahan om gajah, lalu kuhajar dia sampai KO di ranjang. Sejak saat itu, aku resmi
bergabung dengan fraksi Areil.
Jujur saja, aku ingin memiliki Ariel sepenuhnya. Apakah aku terlalu bernafsu pada tubuh Ariel? Mungkin
tidak…. karena aku juga tertarik pada hatinya.
Akan tetapi, Luke mati selama pertarungan penting di Kerajaan Asura, meninggalkan Ariel seorang diri.
Lalu, aku memanfaatkan saat-saat itu untuk mengungkapkan cintaku pada Ariel, dan aku pun
mendapatkan segalanya.
Namun, Ariel lah yang memegang peranan penting di negara ini. Peranku hanyalah sebagai bonekanya
Ariel.
Ariel menangani semuanya sebagai ratu. Tetapi, akan aneh bila negara ini tidak memiliki sosok seorang
raja, maka akulah yang menjalankan peran itu.
Tapi, itu tidak masalah, karena namaku sudah terkenal di Asura, jauh sebelum aku menjadi raja.
Kalau aku mendapatkan power up, mungkin aku akan menjadi Super Rudeus.
Tapi sayangnya….
Aku tidak tahu, apakah hubungan kami hanya sebatas sekutu politik, ataukah cinta yang ikhlas.
Lagipula, aku memiliki banyak selir. Mengapa dia mengijinkan aku memiliki selir jika benar-benar
mencintaiku?
Belakangan ini, aku mulai berpikir bahwa diriku tidaklah pantas menjadi kekasih hatinya yang
sesungguhnya.
Ariel adalah pekerja keras, jadi tidaklah mustahil dia mereka semua ini.
Yahh, meskipun dia hanya berpura-pura, setidaknya selama ini dia berhasil memuaskanku sebagai
suaminya.
Jika ini adalah tipuan, mungkin inilah yang dinamakan ‘kebahagiaan paslu yang menyenangkan’.
Maka, jika suatu saat nanti aku tidak lagi berguna bagi Ariel….. mungkin dia akan meninggalkanku.
Itu tidak masalah bagiku…. aku hanya perlu bekerja lebih keras.
“Baiklah…. ayo beranjak dari ranjang. Kita punya setumpuk pekerjaan hari ini.”
"Ya."
Kedua ksatria yang menjaga pintu masuk menundukkan kepalanya pada kami.
Ketika kami berjalan menyusuri lorong, siapapun yang kami jumpai, mereka selalu saja menundukkan
kepala dengan patuh.
Jika semisal aku berkata tidak suka cara mereka membungkuk, wajahnya akan langsung pucat, lalu
mereka pun bersujud ketakutan.
Jika aku menyuruh mereka menjilat kakiku, mereka akan melakukannya dengan senang hati.
Fufu, tentu saja aku tidak akan melakukan hal seperti itu, tetapi aku sungguh bisa berbuat semena-mena
begitu. Itu sudah cukup membuatku merasa begitu superior.
Baiklah, pertama-tama pekerjaanku hari ini adalah memeriksa peristiwa apapun yang terjadi selaman.
Sepertinya tadi malam tidak ada kejadian penting, maka seharusnya semuanya baik-baik saja pagi ini.
Biasanya, kami menghabiskan waktu sekitar 2 jam untuk melakukan pengecekan, lalu di tengah hari
nanti, kami ada pertemuan dengan Ketua Ksatria.
Kuharap, kami segera dapat waktu untuk liburan. Aku ingin segera punya anak dari pernikahanku
dengan Ariel.
Ingat, salah satu tugasku sebagai raja adalah membuat anak bersama ratu.
"Yang Mulia!"
Saat aku memikirkan semua itu, tiba-tiba Ketua Ksatria datang menghampiri kami dengan berlari.
“Ksatria yang dikirim untuk memusnahkan iblis di hutan wilayah timur, kembali dalam keadaan sekarat!
Dia ingin Yang Mulia mendengar kata-kata terakhirnya secara langsung!”
"Hah!"
"Sayang, kau tidak perlu melakukan itu.” kata Ariel dengan dingin.
Itulah keinginan terakhir dari seorang prajurit yang telah lama membela negara ini.
Akhirnya, setelah mempertimbangkan itu semua, aku pun bergegas ke ruang pertemuan.
Ada juga para pejabat Kerajaan Asura yang ikut berkumpul di sana.
Di tengah-tengah mereka, ada seseorang yang sedang menunggu di karpet berwarna merah velvet.
Dia sedang berbaring sembari terbungkus selimut.
"Ayah....."
Itu Paul.
Saat Paul mengetahui aku menjadi raja, dia mendaftar sebagai ksatria kerajaan.
Dia memaksa menjadi ksatria, bahkan sampai memohon pada Keluarga Notos, yang berhubungan buruk
dengannya.
"Yo... Rudi...."
Paul mengangkat kepalanya untuk menyapaku, seolah tubuhnya sama sekali tidak kesakitan.
"Ayah.... Aku mendengar dari Ketua Ksatria bahwa kau berusaha membasmi iblis di hutan...."
"Iblis? Apa yang kau bicarakan?"
"Hah?"
Aku memiringkan kepalaku kebingungan, dan Paul hanya mengangkat bahunya sambil menghela napas.
Bagian 3[edit]
"Uwahhh!!!"
Wanita yang berada di sampingku menanyakan itu sambil mengelap keringat dari dahiku.
T-t-tunggu dulu.....
"Ada apa sih... Apakah kau masih ingin kupanggil Onii-chan? Aduhh, kita kan sudah menikah. Huh... Onii-
chan memang mesum."
".........."
"Percuma saja lari. Kau sudah tahu apa yang akan kukatakan, kan...."
Ahh....
Raja Kegelapan.
Vita.
Bagian 4[edit]
Tanpa kusadari, tiba-tiba aku berada pada suatu ruangan tanpa pintu.
Tidak ada perabot lain, tapi sepertinya aku mengenal ruangan ini, seperti kamarku sendiri.
Seolah-olah, ruangan ini adalah perpaduan kamarku dulu di kehidupan sebelumnya, dan kamarku saat
ini.
Saat ini, aku sedang duduk pada salah satu dari ketiga kursi tersebut.
Makhluk itu mirip jeli berwarna biru, dan sedang duduk di kursi.
Apakah dia sedang duduk.... ah, kelihatannya sih begitu. Aku tidak bisa tahu, karena dia tidak punya kaki.
Sepertinya rangka Paul tidak seperti ini, dan mahkota itu sungguh tidak cocok dengannya.
Dia mengatakan itu dengan wajah masam..... namun, aku sendiri juga tidak yakin apakah itu wajahnya.
Tapi, setidaknya aku tahu dia begitu kecewa karena mengaku kalah.
Suaranya pun mengindikasikan kalau dia begitu kecewa.
Tapi... jika Paul tidak muncul, maka sebenarnya itu semua adalah mimpi indah.
Ya... tentu saja mimpi indah, karena kehidupanku begitu sempurna di sana.
"Jadi.... kau menggunakan semacam teknik ilusi, lalu menunjukkan mimpi-mimpi itu pada tidurku....?"
"Ya... dengan menggunakan ingatanmu, aku memprediksi masa depan yang mungkin terjadi dalam
hidupmu, lalu memadukannya dengan hasratmu. Itu adalah ilusi yang indah."
Aku mengalami masa depan yang mungkin terjadi. Ya, kalau tidak salah ingat, aku memang pernah
menginginkan masa depan seperti itu.
Namun.... jika kubilang aku sama sekali tidak bernafsu pada mereka, itu adalah sebuah kebohongan
besar.
Ah tidak!! Tidak mungkin aku bernafsu pada adikku sendiri!! Itu tidak mungkin!!
"Tapi, ingatanmu tentang istri-istri dan ayahmu menghancurkan semua ilusi itu."
Aku telah melihat ilusi seperti ini berkali-kali pada kehidupanku sebelumnya.
Ah tidak juga sih.... aku hanya melihatnya di Manga. Tapi, setidaknya aku tahu cara mengatasinya.
Mungkin aku mengatasinya secara tidak sadar karena terlalu banyak baca Manga.
"Tidak.... kau benar-benar termakan ilusi itu. Memang benar, tubuh spiritualmu menolak teknik
tersebut. Namun, harusnya itu belum cukup menghancurkannya."
"Karena itu...."
"Dia...?"
"Jangan sok bodoh.... Kau sudah melihat pertarunganku, kan? Sehingga kau sudah menyiapkan semua
ini. Kita memang musuh bebuyutan, Cincin Tulang Laxus."
"......"
"Aku baru sadar ..... rupanya kau membongkar penyamaran di Ruijerd, lalu menyembunyikan cincin di
tangan kirimu."
"Cincin Tulang Laxus adalah cincin yang sudah disiapkan oleh Dewa Kematian Laxus untuk
membunuhku. Cincin ini bisa membuatmu mengingat kematian orang yang paling berpengaruh dalam
hidupmu untuk menghancurkan ilusiku. Sehingga kau melupakan hidup sempurna yang kau alami di
mimpi, dan kembali ke kenyataan. Tapi, jika tidak ada orang berpengaruh dalam hidupmu yang mati,
kemampuan cincin itu tidak bisa diaktifkan."
"Aku gagal. Kalau jadi begini, maka sebaiknya aku mengendalikan Ruijerd untuk mengalahkanmu.
Ruijerd sudah membulatkan tekad untuk berpihak padaku, namun kau muncul dan mengacaukan
segalanya. Awalnya kau tidak terlihat meyakinkan, jadi aku pun meremehkanmu. Aku tidak pernah
menyangka kau punya benda sihir seperti itu. Ternyata aku sudah dijebak."
Tapi, mungkin saja Orsted dan Randolph sudah menduga kemungkinan ini.
Yahh, sebenarnya kuharap Orsted memperingatkan dulu hal seperti ini padaku.
Oh ya, kalau tidak salah, dia memang memintaku mengenakan cincin itu.
Secara tidak langsung, dia sudah mengingatkanku akan bahaya kemampuan Raja Kegelapan.
Yahh, memang begitulah Orsted, ini bukan pertama kalinya dia tidak memperingatkan hal penting.
Ini juga bukan pertama kalinya aku tidak diijinkan mendengarkan informasi penting.
"Ya, begitulah."
"Padahal, aku adalah Ras Slime terkuat sepanjang sejarah. Tapi, ternyata beginilah aku dikalahkan, kerja
bagus.... Rudeus Sang Quagmire."
......lalu, apa yang terjadi sekarang? Apakah aku masih bermimpi? Bagaimana bangunnya?
Tapi.... aku berjuang cukup keras saat menghadapi Randolph, sampai akhirnya kami menjadi rekan. Jadi,
itu bukan murni keberuntungan semata.
Jadi, aku berhasil mengalahkan Slime terkuat di dunia nih?
Ah tidak.... meskipun dia sudah berhasil kukalahkan, ada beberapa hal yang ingin kudengar darinya.
"Ya... Aku berhutang banyak pada dewa itu. Dia lah yang membebaskanku dari cengkeraman Dewa
Kematian Laxus, kemudian memberitahu rute menuju Dungeon Benua Langit, Hell. Berkat dia, aku bisa
hidup selama ini. Tapi, seperti inilah nasibku sekarang. Apakah ini semua karena aku mengikuti saran
Hitogami? Ataukah ini takdir?"
Saat pertama melihatnya tadi, dia sebesar manusia, namun sekarang lebih kecil dari kepalan tangan.
"........"
"Hitogami adalah dewa yang jahat, tapi karena sarannya, beberapa makhluk sepertiku bisa bertahan
hidup, meskipun jumlahnya tidak banyak."
Sembari mengatakan itu, dia terus menyusut sampai seukuran ujung jari.
Kesadaranku memudar.
Bagian 5[edit]
"Uuh ......."
"Blughgh ......"
Warnanya biru.
Cairan biru yang bercampur makan malam itu mengalir keluar bersama-sama dari mulutku.
Aku langsung melepaskan sarung tanganku, lalu Cincin Tulang Laxus terjatuh dalam bentuk serpihan.
"......."
Artinya, percakapanku sebelumnya dengan Raja Kegelapan Vita adalah suatu kenyataan.
.... Jadi, Vita masuk ke dalam tubuhku, lalu terbunuh oleh cincin Dewa Kematian itu.
Menyedihkan sekali.
Jadi, cincin itu tidak hanya berguna saat bertemu dengan Kishirika.
Mungkinkah…. setelah Vita beralih masuk ke dalam diriku, Ruijerd membawaku kembali ke rumahnya?
".........."
Di luar cerah.
Sudah berapa lama aku tertidur?
"Ruijerd-san?"
Ke mana dia?
"Ruije-"
"Wabahnya....."
Tidak hanya penyakitnya saja yang kembali mengganas, tapi juga terjadi kerusakan serius di dalam
tubuhnya.
Bab 6: Wabah[edit]
Bagian 1[edit]
Ruijerd sudah memberitahu akan hal ini sebelumnya, tapi aku tidak mengira bakal seekstrim ini.
Mungkin Vita tidak hanya menunda perkembangan penyakit, tetapi juga melumpuhkannya sementara.
Setelah Vita memasukiku, kemudian mati…. maka tidak ada lagi yang menunda perkembangan wabah
penyakit itu.
Aku lega salah satu bidak Hitogami sudah mati, tapi…. ini bukan saatnya bergembira.
"Rudeus-sama!"
Aku hanya bisa melihat Ruijerd yang menggigil tanpa bisa melakukan apapun. Aku merenung, apa yang
bisa kuusahakan untuk menyelamatkannya. Tapi…. tiba-tiba Sandor berlari menghampiriku dengan
panik.
"Sandor-san!"
“Akhirnya kau siuman juga. Beberapa saat yang lalu, tiba-tiba orang-orang desa pada berjatuhan! Aku
tidak tahu apa yang telah terjadi pada mereka!”
“Raja Kegelapan Vita telah mati. Sehingga, wabah penyakit kembali mengganas.”
"Baru saja, dia mengaku kalah setelah gagal mengambil alih tubuhku.”
"Baik......"
Mengenai Vita yang terbunuh oleh benda sihir pemberian Dewa Kematian Randolph…..
"........Aku mengerti. Dengan kata lain, Raja Kegelapan berusaha menguasaimu, tapi yang terjadi justru
sebaliknya, dan……. Ruijerd-dono juga dia kendalikan, kan?”
“........ aku tidak tahu apa yang terjadi selama pingsan. Tapi yang jelas, Ruijerd tidak bersalah. Dia hanya
berusaha menyelamatkan desanya.”
"Baiklah, aku mengerti."
“Sekarang, giliran aku yang bertanya. Berapa banyak kah warga desa yang jatuh sakit?”
“Aku tidak tahu jumlah pastinya, tapi yang jelas kami sudah berusaha memindahkan mereka ke tempat
perawatan. Aku juga telah meminta beberapa orang yang masih sehat untuk menjaga pintuk masuk
desa.”
Penyakit itu kembali menyebar malam ini, tapi dia sudah melakukan penanganan yang baik.
Aku melirik ke luar jendela, dan melihat Doga sedang sibuk berlarian kesana – kemari sambil
menggendong wanita di lengannya.
Terlihat juga beberapa anak-anak Ras Supard yang mengikutinya dengan tampak cemas.
Itu adalah bangunan terbesar di desa ini, dan sangat baik untuk menampung orang-orang sakit.
"......apa ya….”
Jika sihir detoksifikasi tidak berguna….. maka aku harus menghubungi orang yang lebih pakar
menggunakan sihir penyembuhan.
Tapi…. ahli sihir penyembuhan mana yang bisa kutemukan di tengah hutan seperti ini?
Apakah aku harus kembali dan meminta Ariel menyiapkan dokter-dokter terbaiknya?
Tapi, butuh tiga hari lagi sampai kami membuat lingkaran sihir teleportasi.
Ah tidak…. aku sudah tahu keadaan darurat seperti ini akan terjadi. Kita bisa menggunakan lingkaran
sihir teleportasi di ruang bawah tanah kantor.
Sekarang, aku tinggal mendirikan alat komunikasi sihir Litograf di desa ini.
Aku akan berteleport ke kantor untuk melaporkan hal ini pada si bos.
Kalau semua itu gagal…. kita akan pikirkan lagi cara lainnya sembari terus berusaha.
Baiklah.
“Kita harus membuat lingkaran sihir teleportasi di tempat ini juga, lalu kita akan berteleport ke kantor.
Dari sana, kita hubungi kantor-kantor cabang PT. Rudo, kemudian memanggil seseorang yang lebih
pakar menggunakan sihir penyembuhan.”
"Siap. Aku akan melindungi desa ini dan merawat para pasien.”
"Mohon bantuannya."
Kami bertukar kata dengan cepat, lalu aku menuju ke gerbang desa.
Karena kami berada di dalam hutan rimba, maka kosentrasi Mana cukup besar.
Dengan begini, lingkaran sihir bisa dibentuk tanpa menggunakan kekuatan dari kristal sihir.
Aku juga harus membangun Litograf di desa ini untuk memperlancar komunikasi.
Lalu, aku menggali lubang dari dalam gubuk, sampai menuju ke desa Ras Supard.
Aku mengeluarkan catatan yang berisikan formasi sihir untuk membentuk lingkaran sihir teleportasi.
Kemudian, agar gambarnya tidak hilang, aku membuat lempengan batu dari sihir bumi, lalu kusalin
gambarnya pada batu itu.
Jika aku membuat kesalahan sedikit saja, maka formasi sihir ini akan gagal.
Mengulang-ulang akan banyak membuang waktu, jadi aku harus berhasil membuatnya dengan sekali
coba.
"Fuu....."
Setelah menenangkan diri, kucoba menggambar lingkaran sihir itu dengan lebih pelan.
Jika aku menggambarnya dengan panik, maka aku akan membuat kesalahan lagi.
Sambil mencamkan itu berulang kali dalam pikiranku, aku menyelesaikan lingkaran sihirnya dengan
begitu hati-hati.
"Nah....bagus, kan..."
Aku segera menuangkan Mana pada lingkaran tersebut begitu selesai kugambar.
Setelah terisi cukup Mana, lingkaran itu pun mulai memancarkan cahaya putih redup.
Yakk, berhasil.
"Baiklah....."
Bagian 2[edit]
Setelah kesadaranku hilang selama beberapa saat, akhirnya aku bisa melihat ruangan bawah tanah
kantor pusat. Artinya, lingkaran sihir itu bisa bekerja dengan normal.
Aku langsung menuju ke lantai atas, tanpa menghiraukan tulisan, 'Jika ada urusan dengan Rudeus dan
Orsted, maka lewatlah sini.'
Setelah naik dari ruang bawah tanah tempat tersimpannya lingkaran sihir teleportasi, aku menaiki
tangga untuk menuju ke lobby utama.
Si gadis Elf menegangkan telinganya kebingungan saat melihatku yang bertanya dengan panik. Dia pun
melihatku dengan ketakutan sambil mengatupkan telinganya, lalu memberikan jawaban.
"A-ada kok...."
Tanpa memperhatikan ucapannya, aku langsung meluncur ke ruangan Orsted, bahkan sebelum gadis itu
menyelesaikan kalimatnya.
Aku melintasi koridor yang pendek, lalu segera kubuka pintu ruangan si bos.
Sebenarnya aku bukanlah orang yang tidak sopan, namun kali ini aku benar-benar lupa mengetuk pintu.
"Orsted-san....!!!"
Saat menatapnya selama beberapa menit, aku mulai merasakan amarah menumpuk di dadaku, dan
hampir saja kubentak dia, 'Mau cari masalah kau!!?'
Bukannya dia tidak tahu cara menyembuhkannya.... tapi, penyakit itu memang tidak ada obatnya.
"Jika kau memberitahuku lebih awal, mungkin aku bisa menelitinya untuk menemukan obatnya. Tapi....
mangapa kau diam saja..."
"Tapi, kau menemukan desa itu beberapa bulan yang lalu, kan?"
".....ya."
"Saat itu, kau tahu Ruijerd ada di sana, dan kau tahu mereka menderita penyakit parah.... tapi kau masih
saja tidak memberitahunya padaku?"
"Begitulah."
"Kau tahu Ruijerd bersama keluarganya akan mati karena penyakit itu, dan karena tidak ada obatnya,
maka kau memutuskan untuk tidak mengatakannya padaku...!!?"
"Tidak, sebenarnya aku berpikir bahwa percuma saja kuceritakan semua itu padamu."
"Benar. Jangan dikira aku tidak pernah berusaha menyelamatkan Ras Supard. Aku sudah mencobanya.
Aku sudah menggunakan sihir detoksifikasi dan berbagai macam obat pada mereka. Aku sudah mencoba
segalanya, tapi hasilnya nihil. Penyakit itu tidak bisa disembuhkan.”
“Bagiku, musnahnya Ras Supard adalah suatu ketentuan. Aku tahu kau tidak akan menyerah meskipun
mengetahui fakta ini. Tapi, semua usahamu itu akan percuma saja, dan kau hanya akan melihat mereka
mati satu per satu dengan mata-kepalamu sendiri.”
"Keten……tuan?”
Jadi…. inikah yang namanya takdir? Bahkan Dewa Naga tidak bisa melawan takdir?
Sejak kapan penyakit itu merebak? Dua tahun yang lalu? Kalau tidak salah, saat itu aku baru saja
menyelesaikan misiku di Kerajaan Shirone. Waktu itu, aku kebingungan karena lokasi lahirnya Laplace
tidak lagi bisa dideteksi setelah kematian Pax.
Andaikan saja saat itu aku tahu bahwa Ras Supard sedang membutuhkan bantuan…..
Dengan kata lain, semua pencapaianku selama 2 tahun terakhir ini tidak akan terjadi, karena aku sibuk
mencari obat dari penyakit itu.
Aku tidak akan mendapatkan bantuan dari Atofe, Randolph, dan yang lainnya.
Bahkan…..mungkin saja aku tidak akan pergi ke Milis, dan bertemu dengan Miko.
Tentu saja…. itu membuatku tidak menyadari adanya musuh dalam selimut, yaitu Gisu.
Mungkinkah……
Apakah semua pencapaianku selama 2 tahun terakhir ini jauh lebih berharga daripada berusaha mencari
obat penyakit yang tidak bisa disembuhkan?
Dia sengaja melakukan itu agar aku tidak bertemu lebih cepat dengan Ras Supard.
Meskipun tindakan Orsted tidak salah…. tapi…. tapi…. tapi aku tetap saja tidak bisa memaafkannya!!
Tapi….. bukan berarti dia bisa mengatakan ‘percuma’ dengan begitu entengnya!
Gawat.
Kendalikan dirimu…. jika terbakar emosi, bisa-bisa kau memusuhi Orsted lagi.
Aku tidak ingin menambah musuh dalam keadaan genting seperti ini.
Aku harus memikirkan suatu alasan untuk memaafkan si bos….. ya…. aku harus berpikir positif seperti
itu.
Pertanyaan itu bisa memperkeruh suasana jika Orsted memberikan jawaban yang tidak kuinginkan.
"Bukannya penghalang. Justru, Ruijerd penting bagi rencana kita, karena putrinya akan melawan Laplace
di masa depan.”
"Putrinya!? Jadi, Ruijerd juga punya keturunan yang penting bagi kita!? Bagaimana bisa?”
“Sebagai Dewa Iblis, Laplace adalah makhluk abadi, tapi bukan berarti dia tidak punya kelemahan.
Dengan mata ketiganya, hanya Ras Supard yang bisa menemukan kelemahan itu, lalu memberikan
serangan fatal padanya.”
Jadi…. satu-satunya ras yang bisa mencari kelemahan Raja Iblis Laplace, adalah Ras Supard??
"Ah."
Kemudian….. tiba-tiba aku menyadari hal yang seharusnya sudah lama kupahami.
Kelemahan Laplace……
Mengapa Ruijerd bisa membantu tiga pahlawan legendaris mengalahkan Laplace, padahal dia bukanlah
tandingannya…….
Mengapa Ras Supard yang masih tersisa terjangkit penyakit yang mematikan……….
Mengapa wabah penyakit itu semakin parah setelah kedatangan Ruijerd di desa itu……….
Mengapa…….
Mengapa….
………….
…………..
Itu semua……
Itu semua……..
Tubuhku melemas.
Lalu, sesuatu membentur tumitku, dan tak lama kemudian kusadari bahwa itu kursi. Aku pun duduk di
kursi tersebut.
Kucengkram pegangan tangan kursi itu dengan kencang, sehingga tidak lagi bergerak.
"Seharusnya Ruijerd-san selamat, kan?"
"Ya..."
"Karena itulah, dia akan memiliki keturunan yang berguna bagi kita di masa depan, kan?"
"Ya....."
"Orsted-san, kau pun akan bekerjasama dengan anak itu untuk mengalahkan Laplace, kan?"
"Niatnya sih begitu, tapi setelah tahu Laplace abadi, aku tidak lagi berniat memanfaatkan anak itu."
"Begitu ya...."
Dengan begini, Ruijerd pun bisa dia singkirkan sekaligus. Ini seperti membunuh dua ekor burung dengan
sekali tembak.
"............"
"Penyakit yang akan memusnahkan Ras Supard itu tidaklah wajar. Ini semua ulah Hitogami. Entah apa
alasannya, tapi sepertinya Hitogami begitu menginginkan Laplace selamat."
Atau..... mungkin saja Hitogami lebih menginginkan Laplace menjadi Dewa Iblis, bukannya Raja Naga
Iblis.
Sepertinya, itu karena Laplace sebagai Dewa Iblis telah melupakan dendamnya pada Hitogami.
Mungkin juga, dia ingin Laplace membantai manusia lebih banyak lagi.
Dulu, selama kampanye Laplace berlangsung, bukannya mustahil dia dikendalikan oleh Hitogami.
Tapi, kurasa Hitogami tidak bisa mengendalikan Ras Naga secara langsung. Mungkin dia punya perantara
sebagai bidaknya.
"Haaa....."
Entah kenapa aku merasa cukup lega setelah mendengar hal ini.
Ternyata, bukannya Orsted tidak mempedulikan Ras Supard, dia hanya tidak tahu cara
menyembuhkannya.
Dia juga tidak membenci Ruijerd seperti yang sebelumnya kuduga. Bahkan, Ruijerd akan memiliki
keturunan yang penting untuk mengalahkan Laplace.
Tapi, Orsted bertindak dengan keputusan yang paling logis, sehingga akhirnya dia meninggalkan Ras
Supard bersama Ruijerd.
Menurut Orsted, memberitahuku akan hal ini hanya akan buang-buang waktu saja. Maka akhirnya, dia
tidak mengatakannya. Dia hanya tidak punya pilihan lain.
"Jika kau tidak lagi menginginkan bantuan Ras Supard, maka bagaimana caramu mengalahkan Laplace?"
"Mungkin kita bisa berbuat banyak jika bersekutu dengan Dewa Pedang. Itu layak dicoba. Lagipula,
bukankah kau sudah bekerjasama dengan banyak pihak untuk mempersiapkan perang di masa depan?
Kurasa kita masih punya peluang, meskipun tanpa bantuan Ras Supard."
"Apakah kau yakin semua kekuatan yang kita miliki saat ini bisa menang melawan pasukan Laplace di
masa depan?"
"Kita tidak tahu apapun sebelum mencobanya. Itulah mengapa kau perlu kepercayaan."
"Sebenarnya, aku sudah berniat mohon maaf padamu. Tapi, aku tidak juga bisa mengatakannya. Dan
sekarang, wabah itu sudah semakin merebak."
"Terimakasih."
"Biarkan kutegaskan sekali lagi.... Kau membutuhkan Mana yang besar untuk mengalahkan Hitogami,
kan..."
"Benar."
Hitogami sengaja mencegah kelahiran Laplace yang sebelumnya sudah pasti berada di Kerajaan Shirone.
Selain itu, dia coba memusnahkan Ras Supard yang memiliki kemampuan melihat kelemahan Laplace
dengan mata ketiga mereka. Termasuk Ruijerd, seorang prajurit Ras Supard yang sudah terbukti bisa
mengalahkan Laplace bersama tiga ksatria legendaris.
Jika semua Ras Supard musnah, maka peluang Orsted menang melawan Laplace semakin kecil.
Jika Orsted kelelahan setelah mengalahkan Laplace, maka Hitogami semakin diuntungkan.
Aku belum pernah melihat kekuatan Laplace secara langsung. Tapi, sudah pasti dia bukan lawan
sembarangan, sehingga Dewa Naga pun akan kehabisan banyak Mana untuk mengalahkannya. Sisa-sisa
Mana Orsted setelah mengalahkan Laplace tidak akan cukup digunakan untuk melawan Hitogami.
Aku memang sudah mengumpulkan bala bantuan yang tidak sedikit, namun dengan adanya Ras Supard,
peluang menang kami semakin besar.
"Jadi…. kita benar-benar tidak bisa menyembuhkan penyakit yang merebak di desa Ras Supard?”
"........... Setidaknya, aku tidak tahu obat macam apa yang bisa menyembuhkan mereka.”
"Tentu saja."
Orsted mengatakan itu sambil pasang wajahnya yang menakutkan seperti biasa.
Belakangan ini, aku sudah terbiasa dengan wajah mengerikan seperti itu.
Wajah orang ini memang begitu, bahkan saat sedang malu, dia masih saja tampak menyeramkan.
“Kalau begitu…. anggap saja kita masih belum menemukan cara untuk menyembuhkan mereka.”
Orsted pun akan kesulitan mencoba beberapa cara menyembuhkan mereka, karena kutukannya.
Jika dia meneliti beberapa metode, mungkin kita bisa menemukan caranya. Tapi, seorang dokter pun
harus mendekati pasien untuk memeriksanya. Dan Orsted tidak mungkin melakukan itu karena siapapun
yang didekatnya akan ketakutan.
"Orsted-san…. ikutlah denganku ke desa. Kita akan coba menyembuhkan mereka bersama-sama.”
“Aku mengerti….”
Bagian 3[edit]
Mulai dari Raja Kegelapan Vita yang memasuki tubuhku melalui Ruijerd.
Kemudian, dia terbunuh oleh cincin Dewa Kematian Laxus yang pernah Randolph berikan padaku.
Aku tahu Orsted cukup terkejut mendengarnya, tapi dia hanya menunjukkan wajah menyeramkan untuk
menutupinya.
Sepertinya Orsted juga tidak banyak tahu tentang kemampuan Raja Kegelapan Vita.
Setelah itu, kami menggunakan alat komunikasi sihir untuk menghubungi cabang PT. Rudo.
Kami menginformasikan tentang penyakit yang sedang merebak di desa Ras Supard, beserta ciri-cirinya.
Tidak lupa, kami juga meminta mereka mengirimkan dokter.
Tidak mudah menghubungi orang-orang kami di kantor cabang, karena transmisinya sering terganggu.
Sementara kami menunggu kabar dari mereka, aku menggambar lingkaran sihir teleportasi lebih banyak.
Proses penggambaran lingkaran sihir teleportasi cukup rumit. Pertama-tama, kau harus menggambar
dua lingkaran, setelah kau bisa mengaktifkan salah satunya, maka kau perlu menghapus yang lainnya.
Cara seperti ini memang diperlukan.
Aku tidak perlu mengaktifkan lingkaran sihirnya sekarang, tapi jika saatnya tiba nanti, aku tidak boleh
gagal mengaktifkannya.
Kami meninggalkan si gadis Elf sendirian di kantor pusat. Tugasnya adalah menjawab semua pesan yang
masuk, dan mengarahkan bala bantuan ke lingkaran sihir teleportasi terdekat.
Belakangan ini, dengan kemajuan penelitian Nanahoshi dan Roxy, formasi sihir pada lingkaran sihir
teleportasi semakin berkembang dan beragam. Aku pun kesulitan mengingat lingkaran satu yang
terhubung dengan yang lainnya. Mungkin suatu saat nanti kita memerlukan buku panduan untuk
menggambarnya.
Sayangnya, rute menuju desa Ras Supard juga tidak mudah ditemukan. Mungkin aku juga perlu
menggambar peta untuk mempermudah jalan ke sana, setelah berteleport.
Oh ya, Sylphy sudah berangkat ke Daratan Suci Pedang bersama Ghyslaine dan Isolte.
Ariel bahkan sudah bertemu dengan mereka dan membahas beberapa hal.
Si gadis Elf resepsionis tidak mendapatkan pesan apapun dari mereka, jadi mungkin Ariel hanya
berkunjung sebentar.
Aku jadi sedikit malu kalau bertemu Ariel, ini semua gara-gara mimpi buatan Vita.
Setelah lingkaran sihir teleportasi terpasang, kami juga memasang alat komunikasi sihir agar bisa
berhubungan dengan rekan-rekan yang hendak pergi ke Kerajaan Biheiril.
Aku pun melaporkan perkembangan terkini tentang misiku pada mereka semua.
Di akhir laporan, aku mengatakan, 'Kami baik-baik saja di sini, kami pasti akan menemukan solusinya,
jadi jangan khawatir, dan fokuslah pada tugas kalian masing-masing.'
Kalau aku tidak mengatakan itu, Eris pasti sudah meninggalkan misinya untuk menuju ke sini.
Rekan-rekan kami dari negara lain mengatakan, 'Kami akan memeriksa dokumen-dokumen kuno untuk
meneliti penyakit itu.'
Hanya pihak Kerajaan Milis yang belum memberi kabar tentang pengiriman bantuan.
Tidak mudah mengirimkan Ordo Ksatria Kuil melalui lingkaran sihir teleportasi, jadi prosesnya sedikit
terhambat.
Kemudian, aku kembali ke desa bersama Orsted.
"............"
Mungkin wawasan Orsted lebih luas ketimbang dokter pada umumnya, namun tetap saja dia tidak
memahami penyakit ini. Jadi, dia tidak bisa berbuat banyak.
Bagaimana pun juga, Orsted hanyalah orang yang sudah mengulang kehidupan ini berkali-kali, dan
bukan seorang dokter yang mendalami ilmu kesehatan dan penyakit.
Mungkin dia bisa menyembuhkan seseorang setelah memahami bagaimana cara mengatasi penyakit
tersebut pada kehidupan sebelumnya. Namun, itu semua hanya berdasarkan pengalaman, bukannya
ilmu pengobatan yang benar.
Selama ini, Orsted bisa menyembuhkan seseorang hanya karena dia sudah pernah melihat penyakit itu
pada perulangan sebelumnya.
Misalnya…..
Lalu, Sylphy dan Roxy mencari cara untuk menyembuhkan penyakit itu, dan untungnya mereka berhasil.
Orsted akan mencaritahu cara penyembuhan yang ditemukan Sylphy dan Roxy itu, lalu
menggunakannya pada perulangan berikutnya jika dia mendapati penyakit serupa.
Kurang-lebih, begitulah cara kerja Orsted selama ini.
Orang-orang di dunia ini hanya bisa menganalisis suatu penyakit berdasarkan catatan di masa lalu.
Teknologi kesehatan di dunia ini cenderung tertinggal karena maraknya penggunaan sihir
penyembuhan.
Itulah kelemahan Orsted….. dia cenderung tidak bisa melakukan apa-apa bila belum menemui kasus
serupa di perulangan sebelumnya.
Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pasrah setelah mengamati pasien-pasien itu.
"Kurasa, gejalanya sedikit berbeda dari penyakit yang pernah kutemui ......"
“...... Tapi, setidaknya kita tahu bahwa Vita bisa menunda merebaknya penyakit ini. Mungkin kita bisa
menyimpulkan sesuatu dari fenomena itu.”
"Vita adalah bidaknya Hitogami. Mudah saja dia melakukan hal seperti itu. Tapi, setiap solusi yang
Hitogami berikan selalu berujung ke malapetaka.”
Aku setuju….. awalnya Hitogami seakan memberikan solusi yang menjanjikan, namun pada akhirnya
yang kita dapatkan hanyalah musibah.
"Apakah kau punya ide?"
".......Tidak."
Orsted masih saja mengamati orang-orang Supard yang sakit, sementara aku membantu memberikan
pertolongan pertama pada para pasien yang kumat.
Beberapa orang terlihat memberikan ramuan yang terbuat dari bahan herbal didapat dari Benua
Tengah, atau sayur-sayuran bernutrisi tinggi. Mereka menghaluskannya, kemudian diberikan pada
orang-orang yang sakit.
Aku tidak tahu-menahu tentang ramuan herbal, jadi aku tidak bisa menyalahkan metode pengobatan
itu.
Gawat…. kalau begini terus, bisa-bisa Ras Supard terbantai habis tanpa kita bisa berbuat apa-apa.
Sial……..
Andaikan saja dia masih hidup, mungkin kita bisa menanyakan berbagai hal padanya….. mulai dari cara
mencegah penyebaran penyakit, sampai siapakah bidak Hitogami lainnya….
Selama ini Vita selalu mengikuti arahan Hitogami, sampai akhirnya dia mati oleh cincin Laxus.
Ah…..
Hitogami……….
Untuk saat ini, yang bisa kulakukan hanyalah mengamankan para pasien di tempat yang higienis, dan
memberikan makanan yang bernutrisi pada mereka.
Sembari memikirkan berbagai kemungkinan, aku menghabiskan hari membantu orang-orang Ras Supard
bersama Sandor dan Doga.
Bagian 4[edit]
Dua dokter dan empat perawat membawa banyak makanan dan obat-obatan.
"Kami sudah diberitahu gelajanya, tapi ini pertama kalinya aku melihat penyakit seperti ini.”
Tentu saja, tidak ada jaminan tim dokter ini bisa menyembuhkan mereka.
"Kami pernah melakukan pemeriksaan medis pada Ras Iblis di Kerajaan Asura….. tapi, kami tidak bisa
melakukan apa-apa pada Ras Iblis khusus yang menderita penyakit spesifik seperti ini.”
Setidaknya, yang kutahu adalah mereka tidak pernah menangani penyakit seperti ini sebelumnya.
Sayang sekali.
“Kami tetap akan meneliti penyakit ini, tapi jangan berharap terlalu banyak.”
Aku tahu kami tidak bisa berharap terlalu banyak…… namun, tetap saja rasa kekecewaan meluap di
hatiku.
"Fuu ......."
Sesekali dia terbangun, lalu terbatuk-batuk dengan begitu keras. Melihatnya saja, aku tahu betapa
tersiksanya dia.
Sayangnya, kami belum bisa menemukan satu cara pun untuk menyembuhkannya.
Kami hanya bisa menunggu waktu berlalu.
Dokter dari kerajaan sebesar Asura saja tidak bisa memberikan kepastian, maka jangan harap bantuan
dokter dari Milis dan Kerajaan Raja Naga bisa melakukan sesuatu.
Jika penyakit ini memang tidak ada obatnya, maka apa yang harus kami lakukan?
Pada siapakah aku bisa bertanya, dan dimanakah orang itu berada?
"Rudeus-sama."
Saat aku tersadar dari renunganku, tiba-tiba Sandor sudah berdiri di depan.
"Ya?"
"Aku turut prihatin dengan bencana yang menimpa rekan-rekanmu, tapi apa yang akan kita lakukan
pada informan itu?”
Ah iya…..
Saat berada di Irel, kami meminta bantuan seorang informan untuk mencari Gisu.
“Kita sudah menghabiskan sehari perjalanan dari kota ke jalan besar, kemudian 2 hari untuk
menemukan desa ini, kau tertidur lelap sehari, kita sudah berdiam sehari di sini untuk merawat para
pasien, dan hari ini juga hampir berakhir. Kira-kira, kita sudah menghabiskan 5 hari secara keseluruhan.
Kurasa, kita masih punya waktu kembali meskipun menunda perjalanan sehari lagi.
Aku tertidur selama sehari penuh. Hey, itu bukan salahku, itu salah Vita. Jadi….. apa boleh buat?
“Kami sudah memasang lingkaran sihir teleportasi, jadi kurasa jarak bukanlah masalah.”
Aku tidak bisa meninggalkan Ruijerd dan keluarganya dalam kondisi seperti itu, tapi aku harus terus
mencari Gisu.
"Biar kita saja yang pergi. Doga dan Orsted akan tinggal di sini.”
Gawat, aku mulai tidak bisa berpikir jernih dan uring-uringan. Sepertinya aku semakin frustasi.
“Sebulan yang lalu, pihak kerajaan membentuk pasukan tambahan untuk menjelajahi hutan. Ada
kemungkinan mereka akan sampai ke sini, dan menyerang desa.”
"Ah...."
Betul juga.
“Menurutku, kita harus melakukan sesuatu sebelum mereka datang, tapi apa?”
Tentu saja, kita harus menyelamatkan Ras Supard dengan bernegosiasi bersama pihak kerajaan.
Tapi, aku harus meyakinkan mereka bahwa Ras Supard bukanlah ras mengerikan seperti yang selalu
diceritakan.
Tentu saja, cerita yang selama ini berkembang hanyalah suatu kebohongan.
Apakah aku bisa meyakinkan mereka hanya dengan bernegosiasi?
“Aku tahu kita harus melakukan sesuatu pada pasukan kerajaan itu…. tapi, karena desa sedang dilanda
musibah saat ini, kurasa kita harus memprioritaskan para pasien. Setidaknya, kita harus menunggu
sampai para dokter itu bisa menemukan cara menyembuhkan mereka…..”
"Tapi, berapa lama kita akan menunggu? Apakah kita abaikan begitu saja para prajurit itu?”
"...... ….” Aku terdiam sejenak. “Umm….. tentu saja tidak…. jadi, menurutmu apa yang harus kulakukan
terlebih dahulu?”
"Menurutku kita harus menghubungi informan itu terlebih dahulu, lalu pergi ke istana kerajaan untuk
mengungkap kondisi yang sebenarnya. Kita jelaskan siapakah sebenarnya para iblis yang selama ini
mereka resahkan. Kurasa, mereka akan berubah pikiran jika kita menjelaskannya dengan baik-baik. Jika
kita tidak melakukan apa-apa, mungkin masalah ini akan berakhir dengan pertarungan. Maka, lebih baik
kita mengusahakan solusi damai, kan?”
Ada banyak hal yang harus kita kerjakan, namun belum ada titik terang pada permasalahan ini.
Bagian 5[edit]
Rambutnya pirang dan halus seperti sutra, poninya dipotong rata di atas alis.
Itu Norn.
“Vita? Apa kau mengigau? Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu!”
"Mengapa Ruijerd-san menjadi seperti itu!? Mengapa kau tidak memberitahuku apa-apa soal ini!?”
".........!"
Aku pun bangkit dari tempat tidurku, yang hanya terbuat dari karpet bulu binatang yang menyelimuti
lantai.
“Aku banyak berhutang budi pada Ruijerd-san! Mengapa kau tidak mengatakan hal sepenting ini
padaku!”
Dia tidak menyeka air matanya, lalu mencengkram erat karpet bulu.
Aku lah yang mengusap air mata itu dari pipi Norn.
Kalau tidak salah, harusnya sekarang Norn sedang disibukkan dengan urusan sekolahnya.
“Norn, errr, mungkin sekarang bukan saat yang tepat menanyakan ini, tapi…. bukankah seharusnya kau
berada di sekolah?”
Hah!
Artinya……..
T-t-t-tidak mungkin…..
Norn berbicara dengan nada keras dan panik, lalu dia menoleh ke belakang.
Dan kurus.
Dia juga tampak sangar….. mungkin karena penutup mata yang dia pakai di salah satu matanya.
"Rudeus."
“Maaf datang terlambat. Banyak urusan menundaku ....... belakangan ini aku semakin sibuk saja di
Organisasi Keagamaan Milis.”
Dia datang.
Setelah membaca pesan dari alat komunikasi sahir, dia langsung datang ke sini.
“Tapi sekarang aku sudah di sini, maka tenanglah. Aku mempelajari sihir penyembuhan untuk saat-saat
seperti ini.”
"Ya aku tahu. Aku sudah mendengar semuanya. Aku punya ini. "
Cliff mengatakan itu sembari membuka penutup matanya.
“Mungkin tidak. Tapi ketahuilah, Rudeus….. mata iblis ini dimiliki oleh orang yang tepat.”
Ah, tapi……
Itu bukan hanya bualan semata. Cliff memang cerdas dan dapat diandalkan.
Sial…. dia tampak keren sekali….. sejak kapan dia sekeren ini?
Ya…. tentu saja…. Cliff-senpai bisa mengatasi apapun, dia bahkan bisa meringankan kutukan Orsted dan
istrinya.
"Tidak ada yang tidak bisa dilakukan si jenius ini, maka…. serahkan semuanya padaku.”
Bab 7: Si Jenius[edit]
Bagian 1[edit]
"Kita harus memeriksa para pasien terlebih dahulu, itulah dasar dari yang terdasar dari teknik
pengobatan.”
Cliff melihat orang-orang yang sakit dengan mata iblisnya, mengajukan beberapa pertanyaan pada
mereka, lalu membandingkan gejala-gejala itu dengan teori yang dia tahu.
Itu saja.
"Aku tidak pernah menyangka bisa berbicara dengan seorang penganut Agama Milis….. Uhuk!.....
Uhuk!.... Uhuk!”
Para pasien tahu Cliff adalah penganut ajaran Milis dari cara berpakaiannya, dan mereka begitu terkejut.
Ada juga beberapa dari mereka yang tampak tidak senang.
Wajar saja, karena selama ini oknum paling kontra dengan keberadaan Ras Supard adalah kaum
agamawan Milis.
"Jawab dengan jujur, bagian tubuh mana yang pertama kali terasa sakit!?”
Kalau aku jadi pasiennya, pasti kesal dengan dokter seperti itu. Saat ini, mereka membutuhkan kasih
sayang dan perhatian, bukannya pertanyaan yang penuh tuntutan begitu.
Kau boleh menyebut Cliff seorang pendeta, penyihir penyembuh, peneliti, atau apalah, tapi yang jelas
dia bukan dokter.
Setelah Cliff mengatakan itu, dia mulai berkonsultasi dengan para dokter dari Asura.
Dia mengajukan beberapa pertanyaan pada para profesional itu, seperti bagaimana cara mereka
memeriksa pasien, dan apa yang akan dilakukan setelahnya.
“Pada dasarnya, kami hendak menggunakan obat dan sihir detoksifikasi secara bertahap, lalu mengecek
bagaimana perkembangan kondisi pasien.”
"Jadi kalian hanya coba-coba ya…. ternyata dokter-dokter Asura tidak begitu hebat.”
Aku bisa mendengar bunyi *hmph* dari para dokter setelah Cliff menyindirnya.
"Kalau ini penyakit biasa, pasti Rudeus dan Orsted sudah bisa menyembuhkannya.”
"Kalau begitu, apa yang akan kau lakukan, Cliff-dono?”
Di sana, aku melihat Norn sedang merawat Ruijerd dengan wajah cemas.
Bagian 2[edit]
Kemudian, Cliff berhenti lalu meninjau kembali informasi yang telah dia dapat.
“Yahh, ada satu hal yang bisa kupastikan. Tampaknya si petua Ras Supard pernah mendapati penyakit
ini, tapi sudah lama sekali sejak terakhir kali seseorang terjangkit penyakit tersebut.”
“Mereka terjangkit penyakit setelah tiba di desa ini. Artinya, tempat inilah yang bermasalah.”
Dia melepas penutup matanya, kemudian dengan hati-hati mengamati satu per satu sayuran yang
tumbuh. Sesekali dia memotong sebatang sayuran, lalu dia amati lagi dari dekat.
Ras Supard hidup dengan bercocok tanam dan berburu di hutan ini. Apakah mereka akan memarahi Cliff
jika melihatnya memotong-motong tanaman seperti itu?
Bagaimana pun juga, makhluk hidup selalu merasa dekat dengan alam yang telah memberikan banyak
manfaat.
"Lanjut."
Sepertinya para penduduk desa mulai jatuh sakit saat memakan hewan itu, sehingga mereka tidak
menyelesaikannya. Tapi, sangat tidak higienis meninggalkan sisa bangkai seperti itu. Maka, dengan
arahan Sandor, kami membuang sisa-sisa jasad tersebut.
Dengan teliti, Cliff mengamati pemotong dan nampannya menggunakan mata iblis.
".....aku mengerti. Rudeus, dimanakah mereka menyimpan daging hasil pemotongan ini?"
Aku tidak tahu apa yang Cliff lihat dengan mata iblisnya, tapi aku tahu letak penyimpanan daging di desa
ini.
Kami menuju ke suatu ruang bawah tanah, di sana terdapat banyak daging yang dikeringkan dan
diasinkan. Tidak hanya itu, ada juga sayuran-sayuran yang tersimpan di sana.
Lagi-lagi Cliff menggunakan mata iblisnya untuk mengamati sekitar ruangan itu satu persatu.
"Apakah.... kau menemukan sesuatu."
Setelah selesai mengamati ruangan penyimpanan makanan, Cliff beralih ke pemukiman warga desa.
Dia memasuki suatu rumah, lalu menuju ke dapur dan kamar tidur. Dia juga mengamati lemari-lemari.
Rumah Ras Supard begitu beragam, aku jadi heran mengapa rumah Ruijerd sangat sederhana.
Ada rumah yang didekorasi dengan bunga dan gambar..... kesannya sungguh hidup dan enerjik.
Tentu saja kami meminta ijin sebelum masuk bila rumah itu ada penghuninya.
Tapi......
"I-i-ibu....!!!"
"Tenang lah nak, kesinilah, ibu ada di sini!! Kau aman!!"
Beberapa penghuni rumah terlihat panik sambil mengayun-ayunkan tombaknya saat melihat pakaian
pendeta Cliff. Tapi, kami tetap meminta ijin untuk melanjutkan investigasi.
"Bohong!! Tidak ada satupun orang Milis yang baik pada kami!! Ahhh.....ahhh....."
"Ibu....!! Ibu.....!!"
Melihat ibunya gemetaran, si anak hanya bisa memeluknya sambil menahan tangis.
Ada sejarah panjang dan kelam yang menjembatani kedua oknum ini.
Setahuku, kaum Milis lah yang perlu disalahkan karena mereka terlalu rasis. Tapi, tidak semua penganut
ajaran Milis begitu, buktinya ada juga dari mereka yang mengakui keberadaan Ras Iblis, seperti kakek
Cliff misalnya.
Menurut Cliff kejadian itu sudah berlalu lama sekali. Tapi sepertinya masih ada beberapa orang yang
mengingatnya.
"Nyonya, makanan apa saja yang kau makan? Dan bagaimana cara memasaknya?"
Cliff sama sekali tidak menghiraukan perasaan wanita itu.
Seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi pada ibu dan anak itu, Cliff terus menginterogasi mereka.
Bagian 3[edit]
"Hmmm."
Tapi sepertinya dia belum menemukan apapun yang bisa menyembuhkan penyakit itu.
Dia hanya berinteraksi dengan Ras Supard dan mempelajari cara hidupnya.
"Maaf, Cliff-senpai...."
"Kau tidak perlu minta maaf, Rudeus. Aku mengerti mengapa mereka membenciku. Aku memakai
seragam Pendeta Milis, tentu saja beberapa dari mereka trauma saat melihatnya. Tapi, jika aku bisa
menyembuhkan mereka sembari memakai seragam ini, mungkin saja persepsi mereka pada Pendeta
Milis akan berubah, kan?"
Mulai dari mata air, sumur, dan gudang yang berada di tengah desa. Bahkan, kami memeriksa tempat
pembuangan sampah.
"........"
Sebenarnya apa yang sedang dia lihat dengan mata iblis pengidentifikasi itu?
Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah diam dan menjawab jika dia bertanya.
"Bagaimana Cliff-senpai?”
"Ada beberapa hal yang bisa kusimpulkan.”
"Ooh."
Saat Cliff berteriak ke arah ruang perawatan, Elinalize yang sedang membantu merawat pasien segera
bangkit, lalu berlari menuju suatu tempat.
Dia meraih ransel besar yang diletakkan di sudut ruang perawatan, lalu berlari lagi kemari.
"Nih!"
"Dengarkan baik-baik, Rudeus. Aku tahu bagaimana cara kerja penyakit ini.”
"Hoh."
"Sebenarnya aku tidak begitu yakin, karena aku bukan dokter ....... tapi setidaknya, aku tahu bahwa Ras
Supard terjangkit penyakit setelah bermukim di tempat ini. Itulah kenapa aku melihat semua benda di
sekitar desa ini dengan mata iblis pengidentifikasiku.”
"Ooh, lalu!?"
Hahh ......?
"Aku pun tidak melihat bakteri berbahaya yang berkoloni di tanah atau sumber air.”
"Ya, dengan mata ini, aku bisa lebih berhati-hati sebelum memakan sesuatu.”
Mata iblis itu adalah pemberian Kishirika si tukang makan. Apakah dia juga selalu berhati-hati sebelum
makan? Sepertinya tidak.
Mungkinkah ada yang salah dengan makanan yang sehari-hari dimakan Ras Supard?
“Tapi….. sayur-sayuran, tanah, dan air di daerah ini mengandung kosentrasi Mana yang begitu tinggi.”
"......."
"Di Milis juga pernah ada kasus kosentrasi Mana tinggi seperti ini, namun jarang terjadi. Baru kali ini aku
melihat kandungan Mana begitu tinggi pada air, tanah, dan sekitarnya.”
Benarkah?
Tanah yang kubuat dengan sihirku bisa menumbuhkan padi dengan lebih baik.
Mungkin itu juga karena kosentrasi Mana yang tinggi pada tanah tersebut.
"Lalu?"
"Aku penasaran, apakah Ras Iblis sering bertani di daerah asalnya dulu…..”
"Aku tidak tahu apakah Ras Supard sering bercocok tanam di Benua Iblis, tapi setahuku di sana hampir
tidak ada sayuran yang bisa tumbuh seperti di tempat ini. Jenisnya pun terbatas, dan di sana mereka
biasa makan daging hasil buruan.”
“Menanam bahan makanan di daerah yang berkosentrasi Mana tinggi, akan menyebabkan kosentrasi
Mana yang tinggi pula pada makanan tersebut.”
“Belum lagi, jenis tanahnya bermacam-macam. Tanah di Benua Iblis kaya akan Mana, tapi tidak begitu
subur, hanya beberapa tanaman yang bisa tumbuh di sana."
“Hutan Agung juga kaya akan Mana, tapi jarang ditemukan penyakit aneh di sana, mungkin tempat itu
adalah pengecualian. Sedangkan tempat ini, tanah dan airnya mengandung banyak Mana. Bahkan,
tanahnya subur dan penuh nutrisi bagi tumbuhan. Akibatnya, sayur-sayuran yang tumbuh di sini juga
mengandung banyak Mana. Mungkin, itu ada hubungannya dengan tidak banyaknya jenis monster yang
terdapat di hutan ini….. tapi kita bahas itu lain kali saja.”
“Tapi, kurasa mengonsumsi sayur-sayuran yang mengandung banyak Mana bukanlah masalah. Mereka
terus memakannya tiap hari tanpa menyadarinya. Kalau orang jatuh sakit karena makan sayuran kaya
Mana, maka harusnya sudah banyak kasus serupa sebelumnya. Malahan, kita bisa mengeluarkan Mana
yang tersimpan di dalam tubuh kita. Harusnya itu bukan masalah.”
“Tapi, apa yang terjadi jika kita terus mengonsumsi makanan yang mengandung banyak Mana? Tidak
hanya selama 10 – 20 tahun, melainkan 100 – 200 tahun.”
“Jika itu menyebabkan penyakit, maka orang-orang dewasa akan jatuh sakit, sedangkan anak-anak tidak
terpengaruh.”
Memang benar, sebagian besar pasien di desa ini adalah orang dewasa.
Sulit membedakan mana Ras Supard yang masih muda atau tua, namun ini tidak ada hubungannya
dengan kekebalan tubuh, kan?
“Hmmm, memang benar kita bisa mengeluarkan Mana dari tubuh. Namun…. bagaimana jika proses itu
terganggu?”
Bukankah…..
Bukankah…..
Nanahoshi!!
Gejala awalnya sama. Mereka demam, kemudian lemas seakan kehabisan tenaga, lalu jatuh sakit.
Ya.
Jika Orsted tidak menemui satu pun orang yang mengalami Sindrom Drain pada perulangan-perulangan
kehidupan sebelumnya, maka dia tidak tahu apa-apa.
Kishirika tahu tentang penyakit ini, namun seperti yang kalian tahu, sulit sekali menemukan bocah itu.
“Tapi, ada suatu hal yang bisa menyalahkan hipotesisku. Penyakit itu terjadi setelah seseorang
mendapat asupan Mana berlebih selama bertahun-tahun. Tapi, mengapa Ruijerd-san barusan saja
terjangkit? Dia bahkan baru beberapa tahun menghuni desa ini.”
"Mungkin…. karena dia dirasuki Raja Kegelapan Vita? Ya, mungkin saja ada hubungannya dengan
makhluk itu. Baiklah….. aku punya cara yang layak dicoba.”
Cliff mengatakan itu, lalu dia mengeluarkan sebuah kotak dari ranselnya.
Ada berbagai macam kertas dan bahan yang terkemas rapat di dalamnya.
"Aku sudah menduganya sebelumnya, jadi aku bawa sedikit rumput ini.”
“Buah ini bisa saja menjadi racun. Efeknya bisa mengacaukan kinerja Mana di dalam tubuh.”
"Ah. Bukan racun yang mematikan. Hanya saja, para penyihir tidak bisa menggunakan Mana untuk
mengaktifkan sihir jika mereka memakannya.”
"Menurut mata iblisku, orang dulu pernah memakan buah ini bersama teh seduhan rumput Sokasu.
Buah ini biasa dimakan bersama minum teh Sokasu…… setidaknya, seperti itulah yang pernah kubaca.”
"Sayangnya, aku tidak tahu pasti apa yang akan terjadi pada Ras Supard jika mengonsumsi ramuan ini.”
"........."
“Yah, tidak ada gunanya dipikir lama-lama. Ayo kita coba saja.”
Kemudian, setelah membulatkan keputusannya, dia menuju ke arah ruang perawatan sambil berteriak.
"Ah……tunggu dulu……..Cliff-senpai!"
Tak seorang pun menanggapi ajakan Cliff, mereka hanya diam membisu di tempat.
Mereka hanya terdiam melihat Cliff dan pakaian pendetanya dengan wajah pucat.
"Coba sekali saja tidak apa-apa! Tapi, aku tidak jamin penyakit kalian bisa sembuh setelah
meminumnya!”
Kita tidak perlu meminta semua orang meminum ramuan itu untuk melihat bagaimana efeknya. Satu
orang saja sudah cukup sebagai kelinci percobaan.
Dia adalah orang yang kulihat saat kami dijamu oleh ketua suku.
Dia bangkit dengan goyah, lalu menatap kami dengan mata yang tajam.
"Jangan mau! Ingatlah siapa yang paling menolak keberadaan kita setelah perang! Jangan pernah
lupakan apa yang telah mereka lakukan di masa lalu!”
Bahkan pria-pria muda Ras Supard menyatakan penolakan mereka, seolah tahu sejarah.
“Baru kali ini aku lihat orang yang memaksa pasiennya minum obat tanpa ada jaminan apapun!”
"Apakah kau benar-benar tahu cara mengobati pasien tanpa menggunakan sihir penyembuh?”
Jika seorang dokter memberiku obat seperti itu, tentu saja aku akan menolaknya.
Terlebih lagi, Cliff mengenakan pakaian pendeta Milis yang menyimbolkan trauma bagi Ras Supard.
Ruang perawatan mulai ribut oleh orang-orang yang memprotes tindakan Cliff.
Namun……..
Setelah berteriak begitu keras, Ruijerd terbatuk hebat, dan Norn membantunya dengan mengusap-usap
punggungnya.
"Rudeus lah yang membawa pria itu, maka aku tidak akan meragukannya. Kalian boleh saja tidak
percaya pada orang Milis itu…… tapi setelah aku mati sesudah minum obatnya.”
Tidak ada yang akan membantah perkataan Ruijerd yang tenang itu.
“Baiklah, Ruijerd-san. Cobalah minum ramuan ini, tapi kuperingatkan sebelumnya, mungkin saja
penyakitmu malah semakin parah, dan kau bisa mati.”
"Aku sudah hidup cukup lama. Walaupun aku mati sekarang, aku tidak akan menyesal.”
Bahkan Norn terlihat syok mendengar pernyataan itu. Kami sama-sama terkejut.
Gejala pria itu tidak begitu parah, tapi jelas-jelas dia terjangkit.
Apakah dia masih muda? Atau sudah tua? Aku sama sekali tidak bisa membedakannya.
“Aku pernah diselamatkan oleh Ruijerd di Benua Iblis. Jika saat itu Ruijerd tidak membantuku, mungkin
aku sudah mati. Jadi, aku tidak takut!”
Beberapa orang bereaksi, “Aku juga…. aku juga….” setelah si pria menyatakan itu, kemudian mereka
mengangkat tangannya.
“Kami tidak percaya pada orang-orang dari Gereja Milis. Tapi Ruijerd adalah pahlawan kami. Dan kami
akan mengikuti apapun yang pahlawan kami putuskan.”
Bagian 4[edit]
Setelah minum teh Sokasu dan makan buah merah, Ruijerd dan yang lainnya tertidur.
Paling tidak, kondisi mereka tidak memburuk tiba-tiba, dan mereka tidak mati begitu meminum ramuan
buatan Cliff.
Kurasa, penyakit itu tidak lantas sembuh hanya setelah meminum sekali seduhan teh Sokasu.
Sembari terus memikirkan itu, hari pun berakhir, dan aku pergi tidur.
"........."
Norn ingin tetap menemani Ruijerd di sisinya, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan saat Ruijerd tertidur.
Jadi, dia pulang bersamaku ke rumah Ruijerd.
Suasananya hening sekali, hanya terdengar suara derakan dari kayu bakar yang termakan api.
Aku merebus sayuran dan daging yang dibawa oleh tim dokter untuk makan malam kami.
Cliff berkata, tidak masalah jika aku memakan sayur-sayuran dan daging dari desa ini. Tapi setelah tahu
bahwa bahan-bahan makanan itu kemungkinan menyebabkan wabah penyakit ini, aku tidak sanggup
memakannya.
Gumam Norn.
"Sungguh?"
"Selama ini, ketika Cliff menyatakan sanggup menyelesaikan suatu masalah, dia pasti bisa melakukannya
dengan baik. Itulah kenapa, aku percaya padanya. Mungkin mustahil bila Ruijerd sembuh esok hari, tapi
dia suatu saat nanti dia pasti sehat kembali.”
"Aku yakin dia masih hidup. Mungkin kau sudah mendengarnya, Ruijerd pernah dikepung oleh 1000
pasukan selama Kampanye Laplace berlangsung, namun dia bisa kembali hidup-hidup. Jadi….. dia tidak
akan mati hanya karena penyakit seperti ini.”
"Aku khawatir......"
Suasananya suram.
Tapi, jangan langsung tidur setelah makan malam, agar kau tidak sakit perut.
"Oh iya, Norn…… bagaimana dengan sekolahmu? Apakah semuanya baik-baik saja?”
"Wahh, luar biasa. Maaf ya…. Nii-san tidak punya waktu menghadiri upacara kelulusanmu.”
Kalau dipikir-pikir, masuk akal juga…. selama Sylphy menganduk anak kedua kita, mungkin Norn sudah
menyelesaikan sekolahnya.
"Tapi kau kan ketua Dewan Siswa. Pastinya kau diminta menyampaikan pidato di depan lulusan lainnya.”
“Tentu saja aku memberikan pidato ucapan selamat untuk murid-murid lainnya. Tapi, saat menaiki
podium aku hampir jatuh, dan itu sungguh memalukan…….”
Sosok Norn yang canggung kesulitan menaiki tangga podium, lalu hampir jatuh di tengah jalan.
Kalau saja di dunia ini ada video, pasti akan kurekam adegan itu, lalu kusimpan terus sampai akhir
hayatku.
"Oh iya, sebelum lulus kau berencana melakukan sesuatu, kan? Apa itu?”
"......... waktu Cliff-senpai diwisuda, Nii-san pernah melawan beberapa murid sebagai duel perpisahan,
kan? Aku juga melakukan itu.”
“Kau berkelahi, Norn!? Sepertinya menarik! Tapi, bukankah itu berbahaya??”
“Kami hanya mengadakan sebuah turnamen. Kami membuatnya seaman mungkin. Peraturannya, tidak
boleh membunuh satu sama lain, bahkan pihak sekolah menugaskan beberapa penyihir yang menguasai
sihir penyembuhan kelas Saint untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sebelum bertarung, para
peserta harus menulis perjanjian untuk tidak melanggar peraturan tersebut. Sampai tunamen itu
berakhir, hanya ada beberapa murid yang cidera, namun tidak ada yang meninggal.”
Para lulusan Akademi Sihir Ranoa sudah menguasai sihir kelas tinggi. Bukannya mustahil mereka saling
bunuh dengan sihir berkekuatan tinggi.
Mungkin kau boleh menyebutnya keberuntungan, tapi mungkin juga karena persiapan yang baik dari
para panitia.
"Bagi Nii-san, mungkin turnamen itu tidak lebih dari pertunjukan olahraga biasa."
"Tapi, pertunjukan olahraga pun bisa membuat jantung berdebar-debar saat menontonnya.”
Dalam kehidupanku sebelumnya, selama aku menjadi seorang Hikkikomori, aku berpartisipasi pada
beberapa perlombaan game online.
"Jadi…. apakah mereka juga menyiapkan piala untuk si pemenang, atau semacamnya?"
".......ya."
“Semua anggota Dewan Siswa bahkan menyumbang uang. Kami juga menyiapkan sertifikat kehormatan,
bunga, dan tongkat sihir sebagai hadiahnya."
Yahh, sepertinya Dewan Siswa tidak punya banyak anggaran, jadi usaha mereka menyiapkan hadiah-
hadiah itu patut diacungi jempol.
“Namun, saat Rimy melihat betapa banyak peserta yang ikut, dia pun mengusulkan, ’Siapapun yang
menang akan mendapat ciuman hangat dari Ketua Dewan Siswa!’”
"Eeh!"
“Itu membuat semuanya semakin bersemangat, baik yang ikut turnamen, maupun tidak.”
Jika berada di sana, aku akan memakai topengku, diam-diam ikut turnamen, lalu kuhancurkan mereka
semua .......
".........ya, di pipi."
Di pipi???!
Tapi, setelah mengatakan itu wajah Norn memerah padam, lalu dia benamkan wajahnya sekali lagi di
lututnya, sembari mengerang, “Uuuuuuuuuuu…..”.
Kemudian, dia menjatuhkan dirinya seperti buku, sembari tetap memeluk lutut.
“Si pemenang mengatakan bahwa dia tidak akan melupakan ciuman itu seumur hidupnya….. tapi, aku
begitu ingin melupakannya.”
"Aku mengerti, siapa nama pria itu? Kalau ada…. beritahu juga alamat dan nomor teleponnya. Mungkin
nanti akan datang seorang penyihir bertopeng yang akan membuat pria itu melupakannya selama-
lamanya.”
"Telepon?"
"Kuharap begitu. Tapi, aku merasa belum mendapatkan suatu pun pencapaian yang bisa kubanggakan.
Aku selalu saja mengalami saat-saat sulit. Sepertinya, masih banyak hal yang perlu kuusahakan.”
“Itu tidak benar, Norn. Kau sudah berusaha dengan baik, dan turnamen itulah buktinya."
"........Ya."
“Nah, kentangnya hampir masak. Kau mau makan malam bersamaku, kan?”
"Tentu saja.”
Aku menuangkan sup kentang dan daging ke dalam mangkuk, lalu memberikannya kepada Norn.
"Nii-san……."
"Hmm?"
"Hm."
Perutku keroncongan.
Ya maaf.
Bagian 5[edit]
Keesokan harinya.
".........."
Satu-satunya hal yang kami pikirkan adalah bagaimana perkembangan kondisi Ruijerd.
Tadi malam kami bisa tidur nyenak setelah menyantap sup kentang. Jika tanpa itu, mungkin kami akan
terjaga semalaman.
Meskipun rasanya tidak begitu enak, setidaknya sup kentang itu dapat sedikit memulihkan stamina kami
untuk merawat para pasien hari ini.
Sembari mempersiapkan diri akan semua kemungkinan yang terjadi, aku pun membuka pintu ruang
perawatan.
"!"
Sejak kemarin, suasana ruang perawatan begitu suram dan senyap, tapi hari ini….. penuh dengan
semangat.
"Rudeus-dono!"
“Tadi malam, orang-orang yang meminum obat itu mengalami berak. Setelah dibawa ke toilet, mereka
mengeluarkan cairan berwarna biru muda. Kemudian, setelah itu stamina mereka mulai kembali dengan
cepat! Orang-orang yang mengalami gajala parah belum pulih sepenuhnya, tapi dengan istirahat lebih
lama, aku yakin mereka akan sembuh!”
Aku tidak menyangka bakal mendengarkan kabar sebaik ini pagi ini.
“Saat ini kami sedang berusaha memperbanyak obat buatan Cliff-dono untuk diberikan pada pasien-
pasien lainnya. Yahh, aku jadi merasa bersalah telah meragukan Cliff-dono. Harusnya aku tidak boleh
meragukan seorang Cliff Grimoire, karena kabarnya dia bahkan bisa menangkal kutukan! Ups, ini bukan
saatnya ngobrol. Maafkan kami, ada tugas penting yang harus dikerjakan!”
Si dokter mengatakan itu pada kami, lalu buru-buru kembali ke ruangan perawatan.
"Rudeus."
Saat aku tersadar dari renunganku, tiba-tiba ada sosok besar yang berdiri di depanku.
"Ah, Orsted-san."
Saat mendengar nama itu lagi, tiba-tiba suatu hal terlintas di pikiranku.
Mungkin……….
Mungkinkah………
Kemudian, saat sekarat, dia memberikan perintah terakhirnya pada belahan-belahan tubuhnya untuk
melemahkan kondisi fisik Ras Supard sampai mati.
Lalu, sisa-sisa tubuh Vita yang bersembunyi di usus akhirnya dilarutkan oleh ramuan teh Sokasu dan
buah merah.
Benarkah begitu….?
Tidak, ini hanya dugaan belaka.
"......Ya?"
“Dia merawat pasien semalaman, tetapi akhirnya tertidur setelah fajar. Dia menginap di rumah kosong
terdekat bersama Elinalize Dragonroad."
Aku mengerti.
"Benarkah!?"
"Permisi!"
"Ruijerd-san!!"
Saat aku semakin mendekatinya, tiba-tiba Norn mendahuluiku, lalu memeluk perut Ruijerd dengan erat.
"Syukurlah....... Syukurlah......"
Dengan wajah cemas, Ruijerd menyeka sisa makanan di mulutnya, meletakkan mangkuknya, lalu
mengusap-usap kepala Norn.
Aku kehilangan kata-kata selama beberapa saat, dan hanya bisa melihat pemandangan mengharukan
ini.
"........ Rudeus."
"Yahh... Aku masih belum bisa mengayunkan tombakku sih, tapi itu tidak masalah."
Aku mengerti.
Syukurlah...... Syukurlah.....
Bukannya aku meniru perkataan Norn, tapi.... mungkin hanya itulah ungkapan yang cocok diucapkan
saat ini.
"Ya...."
Ketika aku berbicara dengan Ruijerd, Norn perlahan-lahan menyingkir sambil bergumam.
Isakan tangisnya semakin terdengar, tapi dia coba menyembunyikan wajahnya di balik tangan.
"Apa itu..."
Wajahnya mulai serius, dan aku pun merasakan sesuatu yang tidak nyaman.
Aku mulai bersiap diri menghadapi apapun yang akan Ruijerd katakan, lalu.....
"Jika aku sudah pulih sepenuhnya nanti, aku siap menjadi sekutumu."
"........."
Aduhh, perasaan apa yang menyesakkan dadaku ini?
Ruijerd meraih tanganku dengan mantap. Tangannya terasa hangat dan kuat.
J : Salah seorang pelajar di Akademi Sihir Ranoa, sekaligus anggota Dewan Siswa. Tentu saja dia belum
muncul sama sekali dalam cerita sebelumnya.
T : Cliff pernah bisa memeriksa kehamilan Elinalize dengan mata iblis pengidentifikasi, namun apakah dia
tidak bisa melihat Vita yang merasuki tubuh seseorang?
J : Ramuan buatan Cliff lah yang menyembuhkannya, dan membunuh sisa-sisa belahan tubuh Vita di
dalam korbannya. Namun, bagaimana bisa begitu, dan apakah Ras Supard bisa pulih sepenuhnya….. itu
semua masih misteri.
Bab 8: Ibukota[edit]
Bagian 1[edit]
"....."
"..........."
Ah tidak juga…. mungkin lebih tepat bila dikatakan, tidak ada kesempatan bicara.
"!"
"Ya, siap.”
Benda itu berwarna putih, permukaannya kasar, dan bentuknya menyerupai telur.
"......"
Tapi itu benar…. di kehidupan sebelumnya aku sudah sering melakukan ini.
Jika kau sudah terbiasa melakukan sesuatu, maka kau akan mengingatnya sampai kapanpun.
Memecahkan dan mengocok telur pada sebuah mangkuk sudah seperti insting bagiku.
Setelah itu, kubuka penutup kuali yang masih berada di atas perapian.
".....Baiklah….."
Di sana ada nasi putih yang masih mengepul panas dengan suara derik mendidih.
Aku mengambil mangkuk lainnya, lalu kutempatkan beberapa gumpal nasi di sana.
Secukupnya saja.
Lalu, aku membuat cekungan di tengah-tengah tumpukan nasi itu dengan sumpitku.
Nasi putih bersih itu ternodai dengan cairan telur yang berwarna kuning bak emas.
Sekarang saatnya kita tambahkan bumbu penting terakhir pada resep ini.
Inilah salah satu keinginan terbesarku selama ini yang belum keturutan.
Kualirkan cairan hitam pekat dari botol itu pada mangkuk penuh nasi berwarna emas.
Sekilas, cairan hitam pekat itu tampak seperti racun, tapi sebenarnya itu adalah…..
Kecap.
Dua kali juga tidak apa-apa, tapi untuk kali ini….. sekali saja.
Ini mirip sekali dengan cairan gula yang dituangkan di atas puding.
Tapi sebelum itu, kupersembahkan dulu hidangan surgawi ini pada orang yang paling kuhormati.
Aku segera mengulangi prosesnya sekali lagi, untuk membuat hidangan kedua.
“—Mmm! —HmMmm!!”
Ini dia.
Rasa ini.
Sempurna.
Tanpa mengucapkan apapun, aku mengunyah nasi itu beberapa kali, lalu kutelan. Aku sempat terbatuk
sedikit karena terlalu bersemangat, tapi itu tidak masalah.
Aku merasa begitu puas setelah kuselesaikan mangkuk itu, tapi….. entah kenapa ada yang kurang.
Aku ingin membuatnya sekali lagi, tapi…. saat kulihat pria yang berada di hadapanku….
Dia memang tidak banyak bicara saat makan, tapi kali ini dia hening sekali.
Ah iya……
"Um, Nii-san."
"Waah!"
Saat aku memikirkan itu, tiba-tiba Norn duduk di sampingku tanpa kusadari.
"Kapan? Aku sudah di sini sejak tadi. Aku memanggilmu, tapi sepertinya kau terlalu asyik makan.”
Jadi dia tiba saat aku sedang makan.
Aku segera menyajikan nasi dalam mangkuk, mengocok telur, menuangkannya pada nasi panas, lalu
kutuangkan kecap di atasnya.
Seluruh proses itu hanya berlangsung 10 detik, tapi rasanya tidak berubah.
"Apa ini.....?"
"......Selamat makan."
Norn mengambil mangkuk yang kuberikan padanya dan mulai makan perlahan.
"......"
Aku ingin mendengar bagaimana pendapatmu. Silahkan berkomentar apapun, aku cuma penasaran.
"......"
"Jadi, makanan inilah yang pernah kau ceritakan saat kita masih mengembara?”
"Lezat."
Rekan terbaikku akhirnya bisa merasakan makanan yang sudah lama kucari-cari.
“..... Enak kok, tapi aku belum pernah merasakan makanan seperti ini sebelumnya ...... apakah karena
bumbu ini?"
"Ya. Ini adalah kecap asin, si bumbu serba guna. Bumbu ini bisa membuat apapun makananmu menjadi
enak.”
"Hmmm....."
Hari ini adalah pertama kalinya ditemukan Tamago Kake Gohan di dunia ini.
"Tapi, makan terlalu banyak telur mentah bisa membuat perutmu mual, jadi gunakanlah sihir
detoksifikasi untuk menetralkannya.”
"Sihir detoksifikasi?? Hey, jangan membuat makanan yang berbahaya seperti itu!?”
Bagian 2[edit]
Meskipun ada beberapa yang masih terbaring di tempat tidur, mereka yang sudah mendingan bisa
kembali beraktifitas dengan normal.
Aku membuat sebuah ruangan di tepi desa untuk mengembangbiakkan Rumput Sokasu.
Kami masih belum tahu penyebab penyakit ini. Apakah karena konsumsi Mana yang berlebihan, ataukah
sisa-sisa tubuh Raja Kegelapan Vita?
Tapi yang jelas, kami sudah mendapatkan pengalaman yang begitu berharga untuk menyembuhkan
penyakit yang langka ini.
Kalau penyebabnya adalah Vita, maka harusnya penyakit ini tidak akan muncul lagi, karena Raja
Kegelapan sudah mati.
Kalau penyebabnya adalah lingkungan ini, maka Ras Supard harus pindah.
Mereka harus pindah ke tempat yang tidak terlalu dalam di hutan, atau tempat yang masih terjangkau
dari desa-desa terdekat, sehingga mereka bisa mendapatkan bahan-bahan makanan.
Tapi, pihak kerajaan harus mengakui keberadaan Ras Supard jika mereka ingin tinggal di dekat desa-desa
manusia.
Bahkan, kalau memungkinkan, aku ingin mereka pindah ke Kerajaan Asura. Tapi, terlalu banyak
hambatan di sana.
Sepertinya mereka tidak suka meninggalkan tempat yang telah mereka tinggali begitu lama.
Cliff terlihat tenang-tenang saja saat pertama kali bertemu dengan orang-orang Supard itu, tapi
bagaimana dengan pemeluk Agama Milis lainnya? Mereka yang terlalu fanatik dengan ajaran Milis tidak
akan mau menerima Ras Supard.
Akhirnya, aku pun memutuskan pergi ke ibukota untuk bernegosiasi dengan pihak Kerajaan Biheiril.
Mungkin Ras Supard terkesan tertutup dan suka mengasingkan diri, tapi itu karena mereka selalu
dianiaya dan dikucilkan selama beratus-ratus tahun terakhir. Sebenarnya, mereka semua orang baik.
Pihak Kerajaan Biheiril mungkin akan menolak permintaanku, tapi kita punya banyak cara untuk
merubah pikiran mereka.
Jika mereka melihat sendiri keseharian Ras Supard yang penuh perdamaian di sini, maka mereka akan
mengerti bahwa semua tuduhan yang ditujukan pada Ras Supard tidaklah benar. Belum lagi, Ras Supard
membantu warga sekitar dengan memburu iblis-iblis tak kasat mata yang berbahaya.
Jika kebencian mereka terhadap Ras Supard terlalu besar, pastinya mereka akan syok melihat desa ini.
Mereka akan tercengang melihat desa berisikan 100% Ras Supard, bahkan ada juga anak-anak Ras
Supard di sini.
Mungkin mereka akan berteriak, ”Lihatlah!! Orang-orang Supard itu bahkan berkembang biak di sini!!
Cepat hancurkan tempat ini!!”
Jika itu yang terjadi, maka tidak ada jalan selain memindahkan perkampungan Ras Supard.
Jika satu-satunya tempat yang bisa kami tuju adalah Asura, maka aku harus memohon pada Ariel untuk
mengijinkan mereka tinggal di sana. Entah apa lagi yang harus kuperbuat agar Ariel menyetujuinya. Aku
siap memberikan apapun….. bahkan tubuhku jika perlu.
Melihat anak-anak seimut itu bermain-main bola kulit dengan damai, harusnya para prajurit Kerajaan
Biheiril juga merasa iba pada mereka.
"Ya."
"Cliff akan diam di sini untuk melihat perkembangan penyakit mereka, ditemani dengan Elinalize.
Sedangkan Norn akan terus merawat Ruijerd. Bagaimana denganmu, Orsted-san?”
“Aku juga akan tinggal di sini. Cliff Grimoire saat ini sedang berusaha keras meneliti penyakit tersebut.
Itu akan menjadi informasi yang sangat berharga bagiku di perulangan selanjutnya, karena aku sama
sekali belum pernah mendapati penyakit seperti ini sebelumnya.”
Saat Orsted mengatakan itu, bola kulit yang dimainkan anak-anak Supard itu terbang ke arahnya. Lalu,
dia menangkisnya dengan begitu cepat, sampai-sampai aku tidak bisa melihat pergerakan tangannya.
Bola itu terbang melengkung dengan pelan, lalu mendarat di tangan salah seorang anak.
"Jika kau hanya coba bernegosiasi dengan mereka, kurasa aku tidak perlu pergi denganmu.”
"Benar. Lagipula, kutukanmu akan menjadi masalah nanti. Mereka juga akan ketakutan melihat helm
besarmu itu.”
Setelah mendapatkan kembali bolanya, anak-anak Supard kembali bermain dengan riang.
"Ya."
Tapi, bola itu kembali melayang pada Orsted, dan dia pun menangkisnya lagi.
"Tapi, jika negosiasi kami gagal, dan prajurit kerajaan tetap menyerang desa ini, maka kita bisa mengusir
mereka dengan kutukanmu itu. Para prajurit pasti akan lari tunggang-langgang saat melihat monster
berhelm yang memancarkan aura begitu mengerikan.”
"Boleh saja."
Tak peduli berapa kali pun si bos menangkis bolanya, anak-anak Supard itu melemparkannya kembali
padanya.
Kalau dilihat dari sorot matanya, bukannya takut…. sepertinya mereka penasaran pada Orsted.
”Siapa om aneh berkepala besar itu? Ayo kita coba lemparkan bola padanya…..” kira-kira seperti itulah
yang ingin mereka katakan.
Tapi, kalau Orsted tidak memakai helmnya, mungkin mereka sudah melempar batu padanya.
Karena Orsted menangkis bolanya dengan pelan, mungkin mereka semakin penasaran untuk
mengajaknya main bersama.
"Begitukah?"
Aku tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup helm, tapi sepertinya suasana hatinya sedang baik.
".... lumayan….."
Sementara aku menuju ke ibukota, Sandor akan pergi ke Irel untuk bertemu dengan si informan.
Lebih baik pergi bersama seorang pengawal daripada tidak ada sama sekali.
"Ah…..."
"Lumayan….."
Meskipun Ruijerd berkata begitu, sepertinya itu tidak benar, karena wajah Norn tampak begitu tegang.
“Aku akan pergi sebentar untuk bernegosiasi dengan pihak Kerajaan Biheiril. Mungkin aku akan kembali
bersama para prajurit, jadi kumohon sambutlah mereka dengan ramah.”
Sekilas, itu terlihat seperti pembullyan, tapi kurasa itu menyenangkan baginya.
Setiap kali Orsted mengembalikan bola dengan pas, anak-anak tertawa girang.
"Ya."
Bagian 3[edit]
Tentu saja aku memeriksa litograf komunikasi sihir ketika singgah sejenak di kantor.
Kelompok Zanoba tidak menemui masalah yang berarti.
Kelompok Sylphy masih belum memberikan laporan. Namun, itu wajar saja, karena jauhnya jarak dari
lingkaran sihir teleportasi ataupun alat komunikasi sihir.
Sepertinya, saat mereka tiba di Pulau Ogre, Dewa Ogre sudah pergi.
Tapi orang-orang di Pulau Ogre sedang bersiap-siap bertempur, kurang-lebih seperti itulah informasi
yang kami dengar.
Aku juga mengirim informasi bahwa Ras Supard sudah berangsur-angsur pulih.
Mungkin aku terlalu membuat heboh dengan menyampaikan kabar tentang wabah mematikan yang
menyerang perkampungan Ras Supard, padahal kami bisa menyelesaikannya hanya dalam beberapa
hari. Yahh, apa boleh buat, itu semua kulakukan karena panik.
Setelah menyelesaikan dan mendengar semua laporan, aku memakai cincin penyamaran lagi, lalu
melompat ke lingkaran sihir teleportasi yang menuju ke ibukota Kerajaan Biheiril.
Bagian 4[edit]
Zanoba telah memasang lingkaran sihir teleportasi di suatu desa terbengkalai yang terletak di dalam
hutan. Jaraknya dari kota hanya setengah hari perjalanan.
"Lumayan. Aku sudah menunggumu sejak kudengar kabar kau akan datang.”
“Jangan khawatir, di sini tidak ada mata-mata musuh, jadi aku bisa menyampaikan laporanku dengan
leluasa.”
Pertama, setelah menemukan penginapan, dia memasang lingkaran sihir teleportasi di hutan.
Kemudian, dia juga mendapat informasi yang mengatakan Dewa Utara akan bergabung dalam pasukan
itu.
Sembari masih mencari informasi tentang Gisu, dia coba mencaritahu tentang Dewa Utara Kalman III.
"Aku sungguh minta maaf. Ketika mendengar kabar munculnya Dewa Utara Kalman III, kurasa kita bisa
langsung bernegosiasi dengannya, namun ternyata tidak semudah itu…..”
"Ya."
Jika dia bergabung dengan pasukan yang akan menginvasi hutan, maka aku harus segera membujuknya
untuk bekerjasama dengan kami. Kalau tidak, bisa bahaya.
Mungkin Gisu segera merubah rencananya setelah tahu bahwa Raja Kegelapan Vita telah dikalahkan,
kemudian sekarang dia mengerahkan Dewa Utara.
Mungkin juga Vita hanyalah pengalih perhatian, buktinya dia kalah dengan begitu mudah.
Atau, mungkin juga berita kekalahan Vita belum didengar oleh Gisu, tapi lebih baik kita memikirkan
kemungkinan terburuk.
Sekarang, saatnya tantangan yang lebih besar, yaitu bekerjasama dengan Dewa Utara.
Bagian 5[edit]
Entah kenapa, menurutku ibukota Kerajaan Biheiril mirip dengan ibukota Kerjaan Shirone.
Berada di Benua Tengah yang besar, negara ini hanyalah negara berkembang.
Meskipun begitu Kerajaan Biheiril kaya akan kayu yang bisa dimanfaatkan untuk konstruksi bangunan.
Kami memasuki kota saat hari sudah malam. Ada banyak api unggun yang dinyalakan di sekitar jalanan
kota.
Kereta kuda dilarang melintas di malam hari.
Itu saja yang berbeda…. selebihnya, kota ini mirip ibukota suatu negara seperti pada umumnya.
Di dekat gerbang masuk kota terdapat banyak penginapan dan pedagang kaki lima.
Semakin ke tengah kota, perumahan semakin bagus, karena para bangsawan tinggal di sana. Dan di
jantung kota ada kastil kerajaan yang berdiri megah.
Meskipun kukatakan kumuh, sepertinya penduduk yang tinggal di sana tidak miskin.
Pemandangan ini cukup wajar, dan biasanya kau temukan di kota-kota besar lainnya.
"Apakah kita bisa meminta waktu Yang Mulia? Kurasa, pengaruh Ariel tidak begitu kuat di negara ini.”
"Hmm."
Tempat Zanoba tinggal bukanlah penginapan bagi para petualang, melainkan penginapan mewah untuk
para bangsawan.
Seharusnya kita menyewa penginapan biasa saja agar tidak mengundang perhatian.
Tapi, kurasa tidak masalah. Toh, penampilan Zanoba tidak begitu menyita perhatian.
"Bagaimana kalau kita berpura-pura bergabung dengan pasukan kerajaan? Raja pasti menyambut baik
orang-orang yang mau bergabung dengan sukarela. Saat ada kesempatan, kita akan mendekati raja,
kemudian meminta waktunya untuk bernegosiasi. Jika tidak ada kesempatan, mungkin kita bisa
menggunakan sedikit cara kasar.”
“Kurasa kita butuh cara yang lebih cepat. Pasukan kerajaan sudah terbentuk dan akan segera
diberangkatkan. Saat perintah sang raja turun, kita sudah tidak punya kesempatan menghentikan
pasukan itu.”
Mereka masih harus menyusun ulang pasukan, menyiapkan makanan dan persenjataan.
Tapi, begitu semuanya siap, para pasukan itu tidak akan berhenti meskipun rajanya mengatakan,
‘Mohon tunggu sebentar!’
Raja pun tidak boleh plin-plan dalam memberikan perintah. Jadi, agak sulit baginya mengentikan
pasukan yang sudah siap tempur.
"Jadi, kita harus menghentikan mereka sebelum semua persiapan selesai. Kita harus memberitahu
mereka bahwa Ras Supard bukanlah iblis. Justru mereka lah yang membasmi para iblis yang merugikan
warga desa di pinggiran hutan.”
Pokoknya, kami harus meyakinkan mereka bahwa Ras Supard bukanlah musuh. Jikalau pasukan itu tetap
harus diberangkatkan, mungkin mereka bisa mengalihkan target perburuan pada iblis-iblis tak kasat
mata itu.
Jika mereka tetap bersikeras ingin membantai Ras Supard, maka nyawa mereka lah yang berada dalam
bahaya, karena Orsted ada di sana.
Itu sebabnya, sebelum mereka dikerahkan, kami harus bertemu dulu dengan raja untuk
menghentikannya.
“Baiklah, kita akan coba cara frontal untuk bertemu dengan raja. Mungkin itu akan membuat
penyamaran kita sia-sia, tapi aku akan memperkenalkan diri sebagai bawahannya Dewa Naga, jika masih
kurang, aku akan bawa nama Ariel, jika masih kurang, aku akan sebut nama Perugius, jika masih tidak
berhasil juga……….. kita akan cari cara lain. Pokoknya, kita harus bertemu dengan raja terlebih dahulu.”
Bagian 6[edit]
Keesokan harinya.
Setelah selesai sarapan, aku memutuskan untuk melihat-lihat kastil kerajaan.
Baik dari segi ukuran dan nuansanya ... namun ada juga bagian-bagian yang membedakannya, yaitu
struktur yang terbuat dari kayu.
Tapi menurut Zanoba, kelemahannya juga sama seperti Kastil Shirone, yaitu rentan terhadap serangan
api.
"Aku harap nama besar Ariel sudah cukup membuat raja menyitakan waktunya untuk bertemu dengan
kita…."
"Tapi, kurasa pengaruh Asura tidak begitu kuat di negara ini ...... jadi, lebih baik kita mengikuti prosedur
biasa untuk bertemu Yang Mulia.”
"Prosedur biasa?"
Tidak mudah meminta waktu seorang raja untuk bertemu dengan kita.
Selama ini, aku tidak menggunakan prosedur biasa untuk menemui pemimpin-pemimpin berbagai
negara. Aku selalu menggunakan nama besar Ariel, Orsted, Perugius, atau yang lainnya.
Biasanya, seseorang akan membawa kereta kuda mewah, pakaian bangsawan mahal, dan sertifikat
resmi untuk memperlancar pertemuannya dengan raja.
Setelah pihak kerajaan mempercayaimu, maka tinggal mengatur waktu yang tepat untuk tidak
mengganggu kesibukan sang raja. Lalu, barulah dia bisa bertemu dengan raja.
Tanpa adanya koneksi dengan orang dalam, hal seperti itu juga sulit.
Jika seseorang datang tiba-tiba, bisa saja dia langsung diperbolehkan bertemu raja, asalkan membawa
kabar yang begitu penting untuk kerajaan tersebut.
Sayangnya, kami tidak boleh tampil begitu mencolok, karena akan terendus oleh hidung licik Gisu.
Tapi, mungkin saja dia sudah mengetahui hal ini sejak lama…..
“Zanoba….. sudah banyak orang yang tahu bahwa kita sering bekerjasama, jadi…. kali ini aku hanya akan
bersama Doga.”
Aku berpisah dengan Zanoba di tempat yang ramai, lalu pergi bersama Doga menyusuri jalan di
sepanjang parit ibukota, menuju tempat yang dijaga ketat oleh prajurit kerajaan.
Hari masih pagi, dan prajurit sedang sibuk berpatroli kesana-kemari.
Tentu saja, mereka akan menganggapku mencurigakan, jika tiba-tiba meminta menghadap raja.
Ya, itu tetap saja mencurigakan, meskipun aku mengenakan pakaian mewah layaknya bangsawan........
Tapi, aku tidak tahu harus berpakaian apa di negara yang tidak memiliki kedutaan di negara lain seperti
ini.
"Kapan?"
"Um? Ah, hari ini….tidak…. pokoknya secepat mungkin.”
Jika ini tidak berhasil, maka kita akan pikirkan cara lain.
"......"
Pria berkumis itu melirik padaku, lalu mulai membalik-balik tumpukan kertas.
"Hah?"
"Ini dia……..."
Sambil berkata begitu, aku menunjukkan padanya lambang yang kudapat dari Ariel.
"......"
Reaksinya buruk.
"Ah iya."
Bagian 7[edit]
Tengah hari.
Aku berada di depan ruang tunggu untuk orang-orang yang hendak menghadap raja.
"....."
Aku gugup.
Setidaknya…. itulah yang kupikirkan sebelum masuk ke istana, tapi si pria berkumis itu mengutus orang
lain untuk membawaku ke tempat ini. Dan di sinilah aku berada sekarang.
Jika ada orang yang terlebih dahulu keluar ruangan pertemuan, aku akan bertanya banyak padanya.
Jadi….. di negara ini, raja akan menerima siapapun selama 2 jam setelah tengah hari.
Tentu saja…… meskipun aku bilang ‘siapapun’, tapi tetap saja ada syarat dan ketentuan yang berlaku.
Dengan membayar sekeping emas, kau memiliki kesempatan bertemu raja, untuk mengutarakan
pendapat, mengajukan pertanyaan, bahkan meminta bantuan.
Jika kau rasa ada masalah besar, kau dapat mengajukan petisi. Sepertinya, begitulah prosedur di negara
ini.
Namun, sayangnya sekeping emas belum tentu bisa dibayarkan oleh warga-warga desa yang kurang
mampu.
Dengan demikian, orang-orang miskin yang benar-benar membutuhkan bantuan tidak punya
kesempatan bertemu raja.
Sebaliknya, orang-orang kaya yang mampu membayar belum tentu memiliki masalah serius yang perlu
diselesaikan dengan sang raja.
Jika seseorang hendak mengajukan petisi pada raja, dia pasti akan melakukan berbagai cara untuk
bertemu raja.
Ini sering terjadi pada pedagang dan orang kaya yang ingin meminta perlindungan dari negara.
Jelas saja, saat aku datang, ruang tunggu dipenuhi oleh beberapa orang.
Tapi, pertemuan beberapa orang telah dibatalkan. Rupanya, kami sedang beruntung.
Sungguh beruntung.
Atau mungkin saja……….. koin emas Asura bernilai 10 kali lipat koin emas Biheiril, sehingga aku lebih
diprioritaskan.
"Baiklah… ayo."
"......Ya."
Setelah Doga menyatakan kesiapannya, aku menarik napas dalam-dalam, berdiri, lalu keluar dari ruang
tunggu.
Sembari mengikuti arahan pelayan, kami berjalan menyusuri lorong menuju ruangan pertemuan.
Kalau aku boleh memberi nilai, ruangan pertemuan negara ini kukasih C lah…..
Ruangannya tidak begitu besar, tidak ada karpet-karpet mewah yang menghiasi, dan juga tidak ada
prajurit-prajurit sangar yang berjaga-jaga di samping kami.
Yahh, kalau dipikir-pikir lagi…. wajar saja. Karena setiap orang dari berbagai kasta diperbolehkan
memasuki ruangan ini. Tapi…… asalkan punya sekeping emas.
"Wahai hambaku, angkat kepalamu, lalu sampaikan apa maksud kedatanganmu ke sini.”
Setelah diberi ijin, aku pun mengangkat kepala untuk melihat sosoknya.
“Namaku Rudeus Greyrat. Aku adalah bawahan Dewa Naga Orsted-sama, yang menduduki peringkat
kedua dari Tujuh Kekuatan Dunia.”
Aku penasaran….. apakah itu karena mereka dekat dengan Ras Ogre.
"Apa yang membawa seorang bawahan dari Tujuh Kekuatan Dunia yang agung ke istana ini? Ah tidak….
maksudku ke negara ini.”
"Begini Yang Mulia, aku pernah mendengar kabar tentang pasukan yang akan dikirim ke Hutan Tanpa
Jalan Keluar untuk membasmi para iblis. Kuharap Anda membatalkan serangan itu.”
Ups, maksudku bukan membatalkan.
"Batalkan?"
"Ya."
"Alasannya?"
Sejak dulu…. bahkan mungkin sebelum negara ini didirikan…. Ras Supard sudah mendiami hutan itu.
Aku juga meluruskan kabar bahwa Ras Supard adalah iblis-iblis pemangsa manusia.
Aku pun menceritakan tentang Ras Supard yang membuat perjanjian dengan warga desa terdekat untuk
membasmi monster-monster tak kasat mata yang begitu berbahaya. Mereka memastikan agar iblis-iblis
tak kasat mata itu tidak keluar hutan, dan tidak merusak lingkungan di sekitarnya.
Namun, belakangan ini ada wabah penyakit aneh terjadi di desa Ras Supard, sehingga iblis-iblis tak kasat
mata bisa bebas berkeliaran ke luar hutan.
Berkat bantuan Dewa Naga Orsted, Ras Supard kembali pulih, dan bisa kembali berburu iblis-iblis tak
kasat mata.
Aku hanya punya waktu 15 menit untuk meyakinkan raja bahwa Ras Supard tidak berbahaya, sehingga
dia harus menarik kembali pasukannya.
"Ras iblis dan iblis-iblis tak kasat mata….. wow, ceritamu sungguh sulit dipercaya.”
“Aku tahu, Yang Mulia. Siapapun yang pertama kali mendengar cerita ini pasti sulit mempercayainya.
Tapi…. akan kutunjukkan bagaimana kondisi Ras Supard saat ini. Setelah melihatnya, pasti kalian akan
berubah pikiran. Apakah ada yang bersedia ikut denganku ke perkampungan Ras Supard?”
Akan kutunjukkan pada mereka bagaimana kehidupan Ras Supard yang sebenarnya. Akan kutunjukkan
bagaimana wanita-wanita Ras Supard memasak dengan kualinya, bagaimana pria-pria Ras Supard
memburu iblis-iblis tak kasat mata, dan bagaimana seorang Dewa Naga pun bisa bermain dengan damai
bersama-sama anak-anak Ras Supard.
"Aku mengerti......"
“Anggap saja ceritamu itu benar. Tapi, sayangnya aku sudah tidak bisa lagi menghentikan para pasukan
itu. Sudah banyak orang-orang sakti yang berkumpul dan siap menginvasi hutan.”
"Kalau begitu, mohon berikan instruksi pada mereka bahwa orang-orang Supard yang hidup di balik
Lembah Naga Bumi bukanlah iblis. Justru, merekalah yang membasmi para iblis. Jadi, kumohon jangan
menyerang mereka. Aku tidak masalah jika pasukan itu menginvasi hutan dan memburu para iblis, tapi
kumohon jangan menyakiti orang-orang Ras Supard. Kami bahkan sanggup menyiapkan dana untuk
membantu kalian membasmi iblis-iblis tak kasat mata itu.”:
"Hmmm......."
“Beratus-ratus tahun yang lalu, Ras Supard sudah tinggal di negara ini dengan sembunyi-sembunyi.
Namun, sampai sekarang pun mereka tidak meminta perlakuan istimewa. Yang mereka inginkan dari
negara ini hanyalah tempat tinggal yang damai di hutan. Tapi, jika Yang Mulia tidak menghendakinya,
kami bisa membantu Ras Supard keluar dari negara ini untuk menemukan tempat tinggal yang baru.”
Kemudian, saat melirik ke samping, kulihat si pelayan mulai mengkhawatirkan waktu yang semakin tipis.
Dan akhirnya….
Tapi…………..
"Kalian berdua! Pergilah bersama orang ini untuk melihat desa Ras Supard! Buktikan apakah dia
berbohong atau tidak!”
"Ya!"
Saat raja menyerukan itu, mataku terbelalak lebar-lebar.
"Mereka berdua akan pergi bersamamu. Jika kau terbukti berbohong, maka aku tidak akan segan
mengirim pasukan pembasmi ke hutan itu.”
Itu keputusan yang tiba-tiba, tapi…. tampaknya dia bersedia mengirimkan bawahannya untuk pergi
bersamaku ke hutan.
Mungkin, itu karena dia banyak mendengar keluhan orang lain setiap hari.
Ya….. sepertinya………
Tanya & Jawab Penulis[edit]
T : Rudeus mengungkap semuanya di depan raja, bahkan namanya sendiri. Bukankah itu berbahaya?
Padahal, dia sedang menyamar agar tidak ketahuan oleh Gisu dan kroni-kroninya.
J : Tentu saja itu berbahaya. Tujuan utamanya adalah mencari Gisu, tapi sampai saat ini pun belum ada
perkembangan yang signifikan. Malahan, dia terlibat dalam kasus lain, yaitu menyelamatkan Ras Supard.
T : Apakah cerita tentang wabah penyakit ini ada hubungannya dengan peristiwa 3/11[3]?
J : Kalau memang ada hubungannya, para pembaca pasti sudah memarahi dan mencaciku dengan
berkata, ‘Dasar tidak sopan!’
T : Apakah penghasilan Zanoba dari penjualan figur dan buku cerita begitu besar?
J : Ya…. begitulah. Dia memegang pabrik berskala besar, dan toko-toko pemasaran di ibukota Asura.
Jelas saja dia kaya sekarang.
T : Apakah Rudi tetap menggunakan cincin penyamaran saat bertemu dengan Raja Biheiril?
T : Kenapa Anda menulis bab yang menceritakan tentang Tamago Kake Gohan [4] secara khusus?
Apakah itu hanya lelucon?
J : Tidak, itu bukan lelucon. Aku ingin menunjukkan betapa bahagianya Rudi setelah sekian lama tidak
makan Tamago Kake Gohan yang enak. Meskipun hanya sebentar, sih.
T : Rudi bilang, dia rela menggunakan tubuhnya untuk memohon pada Ariel. Apakah…. maksudnya
menggunakan tubuhnya untuk “itu”?
J : Menggunakan tubuhnya di sini…. anggap saja seperti….. menggunakan Mana-nya. Ya, menggunakan
sihirnya untuk melindungi Ariel selama sebulan penuh, bukanlah tawaran yang buruk, kan?
Jump up ↑ https://en.wikipedia.org/wiki/Sunomata_Castle
Jump up ↑ Ya, namanya memang hampir sama, tapi orangnya berbeda. Sandor si pengawal Rudeus
masih berada di desa Supard.
Jump up ↑ Itu adalah peristiwa radiasi nuklir di Fukushima, pada tahun 2011 silam. Para fans
menghubung-hubungkan bab ini dengan tragedi tersebut karena ditulis pada tanggal yang relatif
berdekatan, yaitu 3/8.
Jump up ↑ Yang bab tentang nasi panas, telur mentah, dan kecap itu lho….
Bagian 1[edit]
Aku kembali menuju ke perkampungan Ras Supard bersama dua prajurit dari Biheiril.
Kami kembali dengan mengendarai kereta kuda, agar mereka tidak tahu rahasia tentang lingkaran sihir
teleportasi.
Saat menginap di Irel, aku bertemu kembali dengan Sandor untuk menanyakan perkembangan informasi
terakhit tentang Gisu, tapi tampaknya dia belum mendapatkan apa-apa.
Aku cukup kecewa, tapi kami mempunyai misi lain yang tidak kalah penting, yaitu membawa orang-
orang Biheiril ini ke perkampungan Ras Supard, agar raja mempercayai ceritaku.
Selanjutnya, kami butuh sehari perjalanan lagi untuk menuju ke Lembah Naga Bumi.
Kalau tidak salah, kita juga harus melewati desa yang ramai oleh para petualang. Di sana, ada seorang
nenek yang sering memarahi para petualang itu.
Belum sampai 10 hari sejak terakhir kali aku mengunjungi desa itu, dan aku masih mengingat semuanya
dengan begitu jelas.
Aku ingin sekali memberitahu nenek itu bahwa orang-orang hutan sudah selamat, dan semuanya
terkendali seperti sedia kala…… tapi agaknya masih terlalu dini untuk mengatakan itu.
Meskipun kami berhasil membubarkan pasukan penginvasi hutan, masih butuh beberapa waktu untuk
memulihkan semua Ras Supard sepenuhnya.
Sembari terus berpikir, kami menginap semalam di desa, lalu pergi ke hutan keesokan paginya.
"Jika memasuki hutan saat fajar, mungkin kita bisa sampai di desa saat senja. Jadi, mohon bersabarlah.”
Gullickson.
Dia adalah pria berkumis tebal, hampir mirip seperti si pria resepsionis.
Berbeda dari si resepsionis, cara bicara Gullickson terkesan lebih keras dan kasar.
Dia juga orang yang tidak sabaran, dan benci menunggu lama.
Saat di penginapan, aku hendak membayar tagihan kamarku dan mereka berdua, namun dia segera
mengeluarkan uangnya dan melunasi semuanya. Saat di perjalanan, dia menyadari kami butuh
menyalakan api unggun, lalu dia segera mengumpulkan kayu-kayu bakar secepat mungkin. Saat monster
datang menyerang, dia langsung berdiri paling depan untuk menanganinya.
Tentu saja, akhirnya akulah yang membantai semua monster itu. Repot jadinya bila utusan kerajaan ini
terluka.
Shandor.
Pria ini berwajah oval. Kalau kau ingin mengejeknya, sebut saja si wajah panjang.
Dia selalu tersenyum dengan tenang, dan dia tidak mau repot-repot menghunus pedangnya ketika
monster menyerang.
Dia hanya mengatakan beberapa kata bila perlu. Jika tidak ada yang menarik, dia hanya akan diam
seperti patung.
Namun, dia mudah penasaran. Saat tahu aku menggunakan sihir tanpa mantra, dia terkejut dan segera
menanyakan berbagai hal padaku.
"........."
Shandor juga sempat menatapku dengan curiga, seakan dia mengamati semua gerak-gerikku.
Aku merasa seperti sedang diawasi terus. Tapi…. apa boleh buat.
Wajar saja dia mencurigai orang asing yang tiba-tiba meminta raja menghentikan serangan ke hutan
yang terkenal banyak memakan korban jiwa.
Mungkin raja juga meminta mereka tetap waspada, jikalau tiba-tiba aku melakukan hal yang tidak
mereka inginkan.
Jadi, aku tidak keberatan dia mengawasiku, toh aku tidak melakukan apa-apa.
Tapi anehnya, sepertinya mereka sama sekali tidak tertarik pada Doga.
Meskipun Doga hanya pengawalku, tapi tubuhnya begitu sangar dan besar. Harusnya mereka curiga
jikalau tiba-tiba aku memerintahkan Doga untuk menyerang.
Mungkin mereka berasumsi hal seperti itu tidak akan terjadi, selama bosnya diawasi dengan ketat, yaitu
aku.
“Ras Supard adalah kumpulan orang-orang yang baik hati. Mungkin mereka tidak begitu sopan, tapi jika
kita saling menghargai satu sama lain, maka kita bisa berbicara dengan santai bersama mereka. Dan
mereka juga ramah pada anak-anak.”
Aku coba membangun pencitraan Ras Supard di hadapan teman-teman baruku dari Kerajaan Biheiril.
"Tentu saja, aku tahu itu. Tapi, percayalah mereka akan menyambutmu dengan baik.”
Meski begitu, sepertinya mereka masih saja ragu pada Ras Supard.
Kalau begini terus, bisa-bisa mereka meragukan semua yang akan Ras Supard berikan pada mereka,
mulai dari makanan, minuman, ataupun tempat menginap.
Terlebih lagi, aku sudah memberitahu bahwa perkampungan Ras Supard sedang dilanda wabah
penyakit. Mungkin mereka bahkan tidak sudi menyentuh makanan yang akan disuguhkan oleh Kepala
Suku.
Tapi untungnya, ada dokter-dokter Asura di sana. Jika kami meminta dokter-dokter itu meyakinkan
mereka, kurasa tidak masalah.
Meskipun pengaruh Asura tidak begitu kuat di Kerajaan Biheiril, tapi mereka pasti masih respek pada
orang-orang utusan Ariel itu.
Yang jelas, akan kutunjukkan bahwa citra negatif yang selama ini melekat pada Ras Supard hanyalah
kebohongan belaka, sehingga mereka bisa meyakinkan rajanya bahwa semua perkataanku adalah benar
adanya.
Bagian 2[edit]
Di sana ada jembatan yang sudah lama dibangun, dan jembatan yang barusan saja kubangun dengan
sihir bumi.
"Jembatan aslinya sudah rapuh, maka kubuat lainnya dengan sihir bumiku.”
"Yang ini."
Ketika kutunjuk jembatan baru, Gullickson langsung melompat ke sana dan mulai berjalan.
Tanpa pegangan tangan, meskipun tinggi, dia berjalan dengan cepat tanpa ragu-ragu.
Mungkin dia tidak takut ketinggian.
Aku mengikutinya. Di belakangku ada Shandor, dan di belakangnya lagi ada Doga.
Jika aku menyeberang duluan, aku bisa menolong siapapun jika tiba-tiba jatuh, namun Gullickson benar-
benar tidak sabar.
Mungkin Gullickson juga pengguna Teknik Dewa Pedang, sama seperti Eris.
Saat aku menoleh pada Shandor, kudapati dia sedang melihat ke bawah dengan gugup sambil menelan
ludah.
"Shandor-san, kau adalah warga asli negara ini, tapi kau belum pernah ke tempat ini?”
"Aku tahu tempat ini, tapi aku baru pertama kali ke sini.”
Seorang prajurit pun akan berpikir dua kali bila memasuki hutan yang konon katanya tidak ada jalan
keluarnya.
Ini sama seperti Gugusan Pegunungan Naga Merah di sebelah timur Kerajaan Asura. Tidak banyak yang
berani mendaki pegunungan itu.
“Rudeus-dono, aku dengar kau adalah bawahan Dewa Naga Orsted, tapi ...... apakah kamu pernah
bertarung melawan seekor naga bumi?”
"Belum pernah."
"Kamu telah menunjukkan kami sihir yang luar biasa selama perjalanan, tapi…. apakah kau bisa
mengalahkan Naga-naga Bumi dengan sihir itu?”
Dia takut.
Dia takut bila tiba-tiba ada Naga Bumi yang memanjat tebing ini, lalu menyerang kami.
Dasar lembah bahkan tidak terlihat. Itulah yang membuatnya semakin takut. Seberapa dalam lembah
ini? Makhluk apa yang mengintai dari dasar sana? Dia semakin cemas saat memikirkan itu semua.
“Tenanglah. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan bila sekawanan Naga Bumi mengerumuni kita,
tapi….. kalau hanya seekor-dua ekor, aku pasti bisa mengatasinya.”
"Begitu ya......"
"Oi, cepatlah!"
Selama kami bercakap-cakap, Gullickson sudah menyeberang ke ujung, dan sudah menunggu kami.
“Setelah melintasi jembatan, kita perlu berjalan sedikit lagi untuk sampai di Desa Ras Supard.”
Bagian 3[edit]
Pengawal: Doga
Jumlah peserta: 2
“Desa Supard hanya memiliki satu gerbang masuk, yang dijaga oleh dua prajurit Ras Supard andalan,
sehingga tidak memungkinkan masuknya monster dari hutan. Berkat kemampuan sensorik Ras Supard
yang luar biasa, tak ada satu pun musuh yang bisa memasuki desa ini dengan bebas. Tentu saja, mereka
juga sudah merasakan kedatangan kita. Namun jangan khawatir, mereka cukup ramah menyambut
orang luar.”
"...... lalu, apa yang terjadi padamu saat pertama kali datang ke sini?"
"Nanti kuceritakan."
Gullickson tampak ragu, dia tidak akan mempercayai perkataanku begitu saja.
“Kita akan melewati gerbang masuk. Seperti yang kalian lihat, para penjaga gerbang masuk itulah Ras
Supard. Mereka sudah menyadari kedatangan kita, meskipun kita masih berada jauh di dalam hutan.”
Mereka sedang menyaksikan salah satu ras yang paling ditakuti di dunia ini.
Mungkin, inilah pertama kalinya mereka melihat Ras Suaprd yang asli.
Pertama, aku harus meyakinkan mereka bahwa Ras Supard bukanlah iblis yang selama ini menghantui
hutan.
Kita hanya perlu tersenyum pada seseorang, maka orang itu akan membalasnya juga dengan senyuman.
"JAMBO!" [1]
".........?"
Si penjaga gerbang meraih tanganku, namun dia memandang rekannya dengan wajah bingung.
"Terima kasih banyak. Jika memungkinkan, aku juga ingin berbicara dengan Kepala Suku. "
Mereka gugup.
Perlahan-lahan, aku mulai berjalan menyusuri desa, dan berusaha sebisa mungkin membuat mereka
tidak takut.
“Beberapa hari yang lalu, ada wabah yang menginfeksi banyak warga desa ini. Tapi tenang saja, wabah
itu tidak menyerang ras manusia seperti kita.”
Jujur saja, kami masih belum tahu apakah wabah itu menular pada manusia.
Wabah itu bisa disembuhkan dengan ramuan Teh Sokasu, tapi kami belum tahu apakah sebenarnya
yang menyebabkan wabah itu…. apakah bagian tubuh Vita….. ataukah Sindrom Drain…. ataukah bakteri
tertentu.
Mungkin saja, wabah yang sama akan menyerang Kerajaan Biheiril, kemudian terjadi pandemik setelah
sebulan atau lebih…….
Tapi, tentu saja aku lebih memilih menyelamatkan Ras Supard daripada orang-orang yang tidak kukenal.
“Mereka sudah menyiapkan makanan. Kita akan makan malam bersama Ras Supard dan kepala sukunya.
Nah…. ladang ada di sana, dan di seberangnya ada tempat penjagalan binatang. Kau bisa melihat sisa-
sisa tubuh monster tak kasat mata di sana. Untungnya, kita tidak diserang iblis tak kasat mata selama
perjalanan kemari, tapi…. beberapa saat setelah mereka mati, seperti itulah wujudnya. Mereka mirip
seperti serigala, dan bisa memangsa siapapun, termasuk manusia. Tanpa kemampuan khusus Ras
Supard, tidak akan ada yang bisa memburu mereka.”
Mungkin kepala suku masih sibuk mempersiapkan segala sesuatu, jadi aku harus berjalan pelan-pelan
bersama mereka, sembari mengelilingi desa dan memberikan penjelasan.
Tentu saja, kami juga tidak mendekati mereka ...... tapi, bukankah citra kalian semakin buruk jika
menjauhi utusan dari kerajaan?
Ah tidak…. tidak masalah…. selama mereka tidak membuat masalah, kurasa kedua orang ini masih bisa
menerimanya.
"........ ohh, ternyata ada juga seorang penganut Agama Milis di sini.”
Sepertinya mereka masih membicarakan penyebab wabah ini. Mereka sedang berjalan kesana-kemari
sambil menunjuk-nunjuk tumpukan kertas yang mereka pegang.
"Ah, jadi pria itu adalah pendeta jenius yang berhasil menyembuhkan Ras Supard dari wabah penyakit.”
"Apakah itu berarti orang-orang Milis sudah menerima keberadaan ras iblis?”
"Mungkin itu tidak benar, tapi ada juga fraksi di Agama Milis yang menerima ras iblis. Tidak semuanya
mereka seperti itu. Yahh, paling tidak Kerajaan Suci Milis tidak mengirim pasukannya ke Kerajaan Biheiril
untuk membantai Ras Supard.”
"........."
"Yah, baiklah."
Dengan adanya Cliff di sini sebagai perwakilan Milis, maka semakin jelaslah bahwa Ras Supard tidak
berbahaya.
"........."
Saat kulihat Gullickson dan Shandor, wajah mereka masih tampak suram.
“....... Ah, lihatlah itu. Anak-anak Ras Supard sedang berlarian kemari.”
Sembari memegang bola dan cekikikan, beberapa anak berlari-lari melewati kami.
"Ekor mereka bagus, bukan? Setiap Ras Supard terlahir dengan ekor itu, lalu jika sudah besar nanti, ekor
itu akan menjadi tombak yang akan melindungi mereka seumur hidup. Tak peduli apapun rasnya, anak-
anak selalu saja terlihat imut, iya kan…”
Aku mengatakan itu sembari melihat anak-anak yang terus berlarian menjauh, tapi ternyata mereka
berdua melihat ke arah lain.
Sinar matahari senja semakin membuat sosok itu terlihat mengerikan, bagaikan setan.
"........ Ngh!"
Gullickson tersentak, lalu dia cepat-cepat meraih pedang di punggungnya.
“Dia bosku, Dewa Naga Orsted. Dia memang terlihat sedikit aneh, tapi yakinlah orang itu tidak
berbahaya. Setelah urusan di negara ini selesai, dia pasti akan segera pergi.”
"......begitukah?"
Orsted memandang mereka selama beberapa detik, lalu segera memalingkan wajahnya.
Seperti biasa, kutukan Orsted membuatnya begitu sulit berkomunikasi dengan orang lain.
Atau mungkin….. saat melihat Orsted, mereka langsung mengiranya bukan penduduk desa biasa.
"Banyak prajurit hidup di desa ini, namun seperti yang kalian lihat, setengah penduduknya hanyalah
anak-anak dan wanita yang sama sekali tidak berbahaya. Jadi, mohon jangan berpikiran negatif pada
mereka. Jujur saja, apakah mereka terlihat seperti iblis bagi kalian? Apakah mereka terlihat lebih
mengerikan daripada bosku?”
Aku segera menanyakan itu saat mereka berpaling dari Orsted.
Maaf bos, aku terpaksa menggunakanmu untuk membandingkan siapa yang paling mengerikan. Tapi, itu
perbandingan yang logis.
Gumam Shandor.
"Tanpa Dewa Naga, desa ini benar-benar terlihat normal, seperti desa-desa pada umumnya.”
Sepertinya mereka baik-baik saja tinggal di desa ini. Apakah karena perbandinganku dengan Orsted tadi?
"Aku mengerti. Kalau begitu, kalian berdua, silahkan ikut kami. Akan kuperkenalkan dengan Kepala
Suku.”
Bagian 4[edit]
Kepala suku sedang menunggu kami di ruangan lain yang juga cukup besar.
Kami tidak dibawa ke ruangan pertemuan seperti biasanya, karena masih dipakai untuk merawat orang-
orang yang belum pulih.
Yaitu Ruijerd, dan dua pria yang sebelumnya juga menjamu aku, Sandor, dan Doga.
Norn berada di samping Ruijerd, sembari membantu menuangkan teh untuk menyambut kedatangan
kami.
“Mohon ceritakan sejarah Ras Supard sampai saat ini, dan apa harapan kalian pada negara ini.”
"Aku mengerti."
Percakapan berlangsung cukup tenang, mungkin juga karena suasananya yang santai.
Kepala Suku Ras Supard menyampaikan semuanya dengan santai pada kedua utusan kerajaan ini.
Ruijerd tampak sedikit resah, tapi aku tahu dia berusaha menenangkan dirinya.
"Aku mengerti, kami akan menyampaikan semuanya kepada Yang Mulia. Tenang saja, kami tidak
membenci kalian.”
Akhirnya, Shandor mengatakan itu, dan selesai lah pertemuan ini.
Kedua utusan kerajaan akan menginap semalam di desa ini, kemudian berangkat kembali ke ibukota
besok pagi.
Mereka akan menginap pada rumah yang sebelumnya ditempati Sandor dan Doga.
Oh iya…. ngomong-ngomong, selama beberapa hari ini Norn menginap di rumahnya Ruijerd.
"Oh iya…. tentang serigala tak kasat mata itu…. aku tidak begitu percaya ada monster seperti itu.”
“Tapi, hutan ini begitu sunyi. Tidak seperti hutan tempat kita biasa berburu di dekat ibukota.”
“Yahh, mungkin itulah bukti ada monster tidak kasat mata di hutan ini.”
Bagian 5[edit]
Keesokan harinya, kami membahas beberapa hal sebelum kepulangan dua utusan kerajaan ini ke
ibukota.
Aku menawarkan mereka tinggal lebih lama di desa, mungkin sekitar 2 – 3 hari lagi. Dengan begitu,
mereka bisa melihat Ras Supard memburu iblis-iblis tak kasat mata itu, namun…..
"Kami harus sesegera mungkin kembali ke ibukota dan menginformasikan ini kepada Yang Mulia, agar
pasukan penginvasi hutan cepat dibubarkan.”
Kurasa, itu alasan yang cukup logis, maka kubiarkan mereka kembali.
Aku ingin menggunakan lingkaran sihir teleportasi untuk menghemat waktu, tapi aku harus tetap
merahasiakannya dari orang luar.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa tergesa-gesa hanya akan berakhir dengan penyesalan.
Sembari memikirkan berbagai hal, aku berpamitan pada Ruijerd, "Aku akan mengawal mereka sampai ke
ibukota." Bukannya meremehkan, tapi tampaknya kedua orang ini tidak begitu kuat. Jika ada bahaya di
perjalanan, dan mereka mati, maka aku juga yang susah.
Untuk saat ini, masalah di pedesaan Ras Supard semakin dekat ke titik terang.
Tapi….
Yaitu Gisu……….
Aku juga masih memikirkan dimanakah Dewa Utara dan Dewa Ogre berada.
Mungkin juga, Gisu sudah meninggalkan negara ini, lalu pergi entah ke mana…..
Dia juga sedang menuju ke Daratan Suci Pedang untuk bertemu Dewa Pedang, apakah dia baik-baik
saja?
Kurasa semuanya baik-baik saja, karena dia bersama dengan Roxy….. tapi, Eris selalu saja membuat
kesalahan konyol.
Lalu…. Aisha? Apakah dia juga baik-baik saja bersama yang lainnya?
Saat aku berjalan sambal memikirkan semua itu, Gullickson yang berada selangkah di depanku tiba-tiba
menanyakan itu.
"Hah?"
Yahh, meskipun postur pria itu begitu besar, tapi tidak begitu menonjol. Beberapa kali aku kehilangan
pria itu begitu saja.
"Y-yahh .......... tenang saja. Serahkan semuanya padaku. Cukup aku yang menjadi pemandu kalian
kembali ke ibukota.”
"........."
"........."
Selama Gisu tidak muncul bersama Dewa Ogre mencegat di tengah jalan…. kurasa semuanya baik-baik
saja.
Tapi…. jika itu benar-benar terjadi, maka kami akan berada dalam masalah besar, meskipun Doga
bersama kami.
Namun, sepertinya mereka lebih nyaman bila ada seorang pemandu lagi.
Apakah aku harus mengamankan mereka sementara dengan sihir Benteng Bumi-ku, lalu aku kembali lagi
untuk membawa Doga?
Tapi, aku juga bisa membawa Sandor saat tiba di Irel nanti….
"Mngh."
Saat aku masih menimbang-nimbang sembari terus berjalan, tiba-tiba kami sudah tiba di Lembah Naga
Bumi.
Baguslah..... setelah menyeberangi jembatan ini, tidak banyak gangguan dari monster-monster tak kasat
mata.
"Aku duluan."
Gullickson mulai berjalan mendahului kami dengan begitu percaya diri, diikuti oleh aku dan Shandor.
Mungkin lebih baik aku berada di urutan terbelakang, agar bisa menolong jika mereka jatuh.
Tapi, akhirnya aku berada di tengah-tengah mereka, namun aku terus mengawasi keduanya.
".........."
Gullickson tiba-tiba berhenti di tengah jalan.
"Ada apa?"
Dia berbalik.
Ekspresi wajahnya tampak aneh.... dan benar-benar tidak cocok dengan kumis tebalnya yang sangar.
"Umm, kalau ada yang ingin kau bicarakan, nanti saja setelah menyebrang jembatan.” timpalku.
"Tadinya aku sudah bersiap-siap ketahuan..... tapi sepertinya aku hanya terlalu khawatir."
“Jantungku berdebar kencang saat bertemu Cliff Grimoire, karena dia memiliki mata iblis
pengidentifikasi. Jika aku tidak memakai sarang tangan ini, mungkin dia sudah melihat cincinku.”
Aku berbalik.
Itu adalah cincin dari Kerajaan Asura yang memiliki kemampuan merubah wajah pemakainya.
Kumisnya menghilang...... dan mulai berganti menjadi wajah pria paruh baya sekitar 40 tahunan.
Dia berubah menjadi orang yang begitu berbeda dengan Gullickson yang kukenal.
“Sayang sekali Rudeus, semuanya sudah direncanakan. Aku heran, apakah Auber benar-benar terbunuh
olehmu?”
Tenggorokanku mengering.
Gullickson dan Shandor, aku bisa merasakan aura nafsu membunuh yang begitu pekat dari keduanya.
"Jika pijakannya sempit, maka Senpai tidak akan bisa menggunakan jurus andalannya, kurang-lebih
begitulah arahan Gisu. Oleh karena itu.... jembatan ini adalah tempat yang paling cocok menjadi
kuburanmu.”
Musuh.
..........untuk menekan tombol yang mengaktifkan gulungan sihir pemanggil Magic Armor Versi II.
Tapi.............
Karena............
Saat aku melihat pada Gullickso, ah tidak...... lebih tepatnya, Gull Farion..... dia telah menghunuskan
pedangnya.
"AAHHHHHHHHHHH!"
Rasa sakit yang hebat menjalar di tangan kananku, dan aku berusaha sekuat tenaga menutup lukanya
dengan tangan kiriku.
Tapi...........
...... sebenarnya............
Sekilas, aku sempat melihat lengan kiriku juga jatuh ke dasar lembah.
“Oh, jadi itu wajah aslimu. Kamu cukup tampan. Yahh, setidaknya wajahmu lebih baik daripada
sebelumnya.”
"Senpai memerlukan tangannya secara utuh untuk mengaktifkan sihir, jadi dia akan kehilangan
kemampuannya jika kau potong pangkal tangannya.....begitulah sarannya.”
Tentu saja......
.......tentu saja dalam kondisi seperti ini aku tidak bisa menggunakan sihirku.
Sirkuit sihir semua penyihir berada di lengannya, jadi kami tidak bisa melakukan apa-apa jika lengan
terpotong.
"Sepertinya begitu, tapi kita tidak akan tahu apa yang bisa dia lakukan jika menyerang dengan kekuatan
penuh. Bahkan Gisu memperingatkan kita untuk berhati-hati menghadapinya.”
“Mungkin kalau Kaisar Utara Doga berada di sini, akan lain ceritanya. Tapi, kurasa aku tidak akan kalah
darinya.”
Tapi.........
Aku bisa..........
Saat aku menyadarinya, Mana sudah teralirkan pada Magic Armor, dan zirah itu pun membungkus
tubuhku.
"Oh?"
Tidak..... tidak mungkin aku bisa menyerangnya dalam kondisi seperti ini.
Yang harus kulakukan saat ini adalah melarikan diri ke pedesaan Ras......
"---- Hmngh."
Itu adalah teknik yang bahkan bisa membelah Magic Armor bagaikan pisau memotong mentega. Itulah
adalah Longsword of Light.
Tubuhku terpotong jadi dua ...... setidaknya..... itulah yang kurasakan. Tapi..... hantaman di punggungku
terasa sedikit aneh.
Pandanganku berputar-putar, tapi aku masih sempat melihat Aleksander dan Gull yang memandang ke
bawah dari jembatan yang mulai runtuh.
Apakah mereka memotong jembatannya? Ataukah jembatannya runtuh karena tidak kuat menahan
beban Magic Armor Versi II?
Aku jatuh..... tanpa bisa memegang apapun..... karena aku telah kehilangan kedua tanganku.
Saat kata-kata itu menggema di dalam hatiku, tubuhku merasakan suatu hantaman keras.
Rupanya..... aku telah jatuh ke dasar lembah.
Bagian 6[edit]
Sambil melihat Rudeus yang jatuh ke dasar lembah, Gull Farion mendesahkan kalimat itu.
Aleksander juga menatap ke dasar lembah sambil mengernyitkan dahinya, seolah tidak senang.
"Gull-san, apakah kau sengaja tidak membunuhnya pada saat-saat terakhir? Seolah-olah, tadi kau tidak
menebasnya dengan serius.....”
Tapi, Gull tidak menggunakan pedang andalannya. Dia hanya menggunakan pedang yang biasa dipakai
oleh para prajurit Kerajaan Biheiril.
Sebenarnya pedang itu tidak begitu buruk, tapi untuk sekelas Dewa Pedang, tentu saja pedang seperti
itu tidak cocok dengannya.
"Armor itu jauh lebih keras daripada yang kuduga sebelumnya ......."
Belum lagi, Gull Farion adalah seorang ahli yang menguasai salah satu teknik pedang terkuat di dunia ini.
Tapi, Dewa Pedang tidak pernah menyalahkan pedang yang dipakainya. Lagipula, dia tidak butuh pedang
legendaris untuk memotong tubuh manusia biasa.
Dia sama sekali tidak menduga itu, karena Rudeus tidak memberikan perlawanan yang berarti. Sehingga,
dia pikir bisa membelah punggung Rudeus dengan sekali tebas.
"Yahh, mau bagaimana lagi, kalau kita bawa pedang favorit kita, penyamarannya bisa terbongkar.”
Sembari juga melihat ke bawah, Aleksander mengatakan itu dan mengangkat bahunya.
Tentu saja, itu bukan pedang yang biasa dibawa oleh Dewa Utara.
“Jadi, apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita turun dan memastikan Rudeus telah terbunuh?”
“...... Hmm. Kedua tangannya sudah terpotong, sehingga dia tidak lagi bisa menggunakan sihir.... jadi,
kita tinggalkan saja dia di bawah.”
Sembari memikirkan berbagai kemungkinan, akhirnya Aleksander memutuskan untuk tidak turun ke
bawah.
Tentu saja, mereka juga malas turun ke bawah, karena begitu merepotkan.
“Nah, halangan pertama sudah lenyap..... kalau begitu, kita kembali sekarang?”
“Aku menantikan pertarungan melawan Orsted. Kau kan sudah menghabisi Rudeus, maka biarkan aku
yang menangani Orsted, oke?”
Hebatnya, mereka berdua bisa melintasi jembatan yang sudah roboh, untuk kembali ke ibukota
Kerajaan Biheiril. Mereka berdua pun mengobrol dengan santai, seolah tidak pernah terjadi apapun.
"Haah? Jadi kau juga ingin menaikkan peringkatmu pada Tujuh Kekuatan Dunia? Bukankah seharusnya
yang tua duluan?”
"Kau salah, aku tidak ingin mendapatkan peringkat tinggi pada Tujuh Kekuatan Dunia. Aku hanya ingin
menjadi pahlawan yang bisa melebihi ayahku, yaitu Dewa Utara Kalman sebelumku.”
"Haa."
Setelah pulih dari wabah penyakit, mereka tidak bisa pergi jauh-jauh dari desa.
Meskipun bisa mengejar mereka, sepertinya tak seorang pun bisa mengalahkan dua Dewa ini.
“Bukannya aku tidak setuju denganmu, tapi bukankah seharusnya kita mengikuti rencananya? Memang
seperti itulah aturan mainnya.”
Sembari saling mengobrol, Gull Farion dan Aleksander Ryback menghilang ke dalam hutan.
Penulis : Setelah membaca bab ini, banyak orang berpendapat bahwa Rudeus terlalu ceroboh dengan
meninggalkan Doga di desa. Oleh sebab itu, aku menjelaskan bahwa dia berusaha kembali ke desa untuk
membawa Doga. Apakah kalian menyadarinya? Sebenarnya, aku ingin menggambarkan bahwa Rudeus
sudah begitu mempercayai kedua utusan dari Biheiril tersebut, bahkan seperti teman sendiri. Sehingga,
dia tidak begitu perduli apakah Doga pergi bersamanya atau tidak. Maafkan aku, kurasa gaya
penulisanku kurang jelas untuk mendeskripsikan itu semua. Sepertinya, ini tidak berjalan sesuai
keinginanku.
T : Hmmm, gimana ya .... mengapa tidak kau tulis ‘Rudeus akan mati’, atau ‘Cerita ini akan berakhir di
sini’ pada kolom tanya & jawab? LOL
T : Apakah Aleksander adalah pamannya Dewa Kematian? Apakah dia sudah tua, tapi wajahnya tampak
muda?
T : Mengapa Gull-san memotong tangan Rudi? Bukankah lebih baik bila dia penggal saja kepalanya?
Apakah karena dia berusaha membunuhnya dengan hati-hati?
Jika Dewa Utara begitu ingin melawan Orsted, maka mengapa mereka tidak langsung saja menuju ke
Desa Supard setelah menghabisi Rudeus?
Mungkinkah mereka tidak yakin bisa mengalahkan Orsted bila tidak melakukan serangan dadakan?
Kemudian, mengapa mereka harus mengungkap penyamaran sebelum membunuh Rudeus? Bahkan,
mereka berbicara cukup banyak, sampai memberitahu nama mereka.
J : Seperti yang sudah kutulis, ada suatu ‘aturan main’ yang harus mereka penuhi, itulah mengapa
mereka tidak langsung menyerang Orsted.
Karena aku ingin menyatakan bahwa, tak peduli sewaspada apapun dirimu, lawanmu tetap saja bisa
mencelakaimu dari hal-hal sepele yang tidak pernah kau duga sebelumnya.
T : Apakah Gullickson dan Shandor yang asli benar-benar bawahan kepercayaan raja?
J : Ya.
T : Kenapa Rudeus tidak berkonsultasi terlebih dahulu pada Orsted sebelum menjamu kedua tamu dari
kerajaan itu?
J : Karena belakangan ini Orsted cenderung tidak memberikan keterangan yang memuaskan.
Jump up ↑ Jambo berarti ‘Hallo’ dalam bahasa Swahili, yaitu bahasanya Afrika.
Jump up ↑ Jangan heran bila seorang penulis pun menggunakan kata ‘mungkin’ dalam menjawab
pertanyaan, karena memang begitulah sifat orang Jepang yang Ciu pahami. Mereka tidak pernah
menyatakan sesuatu dengan begitu pasti, apalagi perihal spoiler seperti ini. Orang Jepang juga sering
menggunakan kata ‘mungkin’ untuk suatu hal yang tidak seharusnya dibicarakan. Seorang Youtuber dari
Inggris bernama Chris pernah menjadi guru Bahasa Inggris di Jepang. Saat dia bertanya, ’Apakah kau
punya kucing?’, seorang muridnya menjawab, ’Mungkin kucingku sudah mati.’ Seketika Chris
kebingungan, bagaimana bisa dia mengatakan ‘mungkin’ pada kucing yang sudah mati? Jadi, kucingmu
itu sekarat atau gimana? Dan setelah banyak mencaritahu, akhirnya dia memahami bahwa seperti itulah
tabiat orang Jepang. Mereka cenderung mengatakan ‘mungkin’ pada suatu hal yang begitu sensitif.
Ternyata, kucing si murid benar-benar sudah mati, dan itu membuatnya sangat sedih. Sehingga, ketika
seseorang menanyakan kucingnya, dia menjawab dengan ‘mungkin’ untuk menutupi kesedihan itu.
Sesama orang Jepang akan langsung memahami ungkapan ini, tapi untuk orang asing, itu sangat aneh.
Bagian 1[edit]
Di rumah itu, seorang gadis Elf sedang menyalin isi surat yang datang melalui alat sihir litograf.
Selama si bos dan bos besar tidak ada di tempat, gadis inilah yang menjadi pengawas kantor.
Sedangkan bosnya yang bernama Rudeus, biasa memanggil Faria Steer dengan sebutan Elf-chan.
"Mari kita lihat..... surat dari Sylphiette-san mengatakan ... ’Gelar Dewa Pedang telah diambil oleh orang
lain. Dewa Pedang sebelumnya telah menghilang entah kemana. Nina-san sedang hamil, sehingga dia
tidak bisa membantu kami. Jadi, aku akan menuju ke Kerajaan Biheiril sekarang.’........ apakah pesan ini
harus segera kusampaikan pada yang lainnya?”
Tugasnya adalah menyalin semua berita yang datang dari berbagai informan, kemudian
menyampaikannya pada Rudeus ataupun Orsted saat mereka kembali
Namun, menurut Faria, dia harus segera menyampaikan pesan tersebut pada para pimpinannya jika
teramat penting.
Terlebih lagi, jika berita tersebut mengandung kata ‘Dewa’ atau ‘Raja’, maka dia akan segera
menganggapnya penting.
"Gelar Dewa Pedang telah berpindah tangan, namun keberadaan Dewa Pedang sebelumnya tidak
diketahui. Jadi, kemungkinan besar dia sudah menjadi musuh kita..... baiklah, ayo segera menyampaikan
pesan ini pada bos......”
Aisha selalu menyeleksi para pegawainya dengan begitu ketat dan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu.
Sekilas, pekerjaan kantor Orsted bisa dilakukan oleh siapa saja, tetapi ada begitu banyak informasi yang
tidak boleh bocor. Dengan begitu, mengelola informasi hanya bisa dilakukan oleh orang yang
terpercaya.
Ayahnya adalah pensiunan Elf petualang dan ibunya adalah anak perempuan ras manusia dari pedagang
kota.
Karena dia seorang gadis, dia tidak menerima pendidikan sebagai pedagang.
Akibatnya, dia tidak pernah tertarik menjadi seorang pedagang. Dia sudah sering bekerja pada berbagai
perusahaan sejak kecil, dan dia tumbuh dengan mengamati pedagang-pedagang tua yang licik.
Saat bersekolah di Akademi Sihir, dia berhasil mendapatkan nilai yang bagus karena pandai
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.
Ada banyak orang yang lebih baik dalam urusan mengelola informasi, namun bahkan Orsted pun
mempercayakan pekerjaan itu padanya.
Karena Orsted menguasai banyak pengalaman dari kehidupan sebelumnya, maka kecil kemungkinannya
gadis Elf ini menjadi musuh.
"Pertama-tama aku harus mengirim pesan ini ke desa Supard, tetapi kepada siapa aku harus mengirim
berikutnya…… Ah, mungkin Eris-san. Karena dia adalah Raja Pedang, mungkin informasi ini akan berguna
untuknya.”
Sambil menggumamkan kata-kata itu, dia melihat berbagai informasi di litograf, pada sudut kantor.
Sembari memegang sebongkah kristal sihir pada salah satu tangannya, dia terus berkutat dengan semua
informasi itu.
Faria berusaha mengirim pesan ke desa Supard dan kota terbesar ketiga di Kerajaan Biheiril, yaitu
Heilerul.
Namun.........
Faria berbalik.
Rahang bawahnya begitu lebar layaknya panci, dan ada dua taring keluar darinya.
"Hah?"
"........."
Seketika, alat sihir komunikasi yang baru saja mengirim pesan langsung hancur berantakan.
Kepalan tinju makhluk itu dua kali lebih besar daripada wajah si gadis Elf. Ada rambut kasar yang
tumbuh di jari-jari dan punggung tangannya, ruas-ruas jarinya juga tampak mengerikan.
Dengan hancurnya dinding dan pintu sekali hantam, maka jelaslah betapa besar kekuatan makhluk ini.
Maka.....tidak perlu ditanya lagi apa yang akan terjadi pada kepalamu jika terhantam oleh tinju itu.
Sembari terjatuh lunglai di lantai, Faria berusaha menjawab pertanyaan monster itu.
Kakinya lemas seolah tidak sanggup bergerak, tentu saja itu membuatnya tidak bisa berlari.
"Kalau begitu....... keluarlah...... aku tidak akan........ melawan mereka....... yang tidak mau......
bertarung........”
"Eeekk."
"Ahhhhhhh!?"
Faria terlempar sampai keluar kantor, terbang dengan kecepatan tinggi, terpental dua kali, lalu
berguling-giling di tanah, dan akhirnya berhenti.
".......... Ngh!"
Tapi, tak sepatah kata pun terucap dari mulutnya. Dia hanya bisa mengerang sambil terisak-isak.
Apakah kakinya patah setelah terpelanting begitu jauh? Dia tidak tahu..... yang jelas, dia berusaha
berdiri dengan kakinya yang gemetaran dan sempoyongan.
Dia ulangi itu 2 – 3 kali...... sampai akhirnya gemuruh yang mengguntur meraung dari belakangnya.
Dia berbalik.
"....... Aah."
Ogre merah itu mengamuk, dia menghamburkan kantor Orsted sampai menjadi potongan-potongan
kayu, batu, dan beton.
Dia hanya bisa melongo melihat kantornya hancur sampai tidak lagi berbentuk.
Habis sudah.
Dia kesal karena tidak bisa melakukan apapun, selain melihat semua kehancuran itu.
Dia berdoa agar si Ogre merah tidak keluar dari reruntuhan bangunan itu, kemudian berlari
mendekatinya.
Dia berdoa ini semua segera berakhir, dan semuanya kembali tenang.
Dia berdoa agar seseorang datang setelah mendengar suara gemuruh besar itu, kemudian menolongnya
dari ancaman si monster.
Kemudian, sejak saat itu, semua lingkaran sihir yang Rudeus Greyrat buat kehilangan cahayanya.
Bagian 2[edit]
Pada dasarnya, lautan di dunia ini dipenuhi oleh para nelayan dan makhluk ikan. Mereka lah yang biasa
disebut Ras Laut.
Para penghuni daratan dilarang melewati laut, kecuali area-area tertentu yang sudah disepakati
sebelumnya.
Memancing di dekat kota pelabuhan tidaklah dilarang, tapi jika kau tidak menjaga kapalmu dengan baik,
mungkin Ras Laut akan segera menenggelamkannya.
Selat yang memisahkan Pulau Ogre dan Kota Heilerul adalah perairan yang sudah menjadi wilayah
Kerajaan Biheiril.
Semua Ras Laut sudah diusir dari selat itu oleh Kerajaan Biheiril, sehingga siapapun dapat menyeberangi
selat dengan aman.
Sehingga, Kota Heilerul menjadi kota pelabuhan yang begitu populer di kalangan nelayan. Di kota ini,
kau bisa menemukan makanan-makanan laut yang tidak ada di daerah lain.
Bukannya untuk mencegah orang-orang memasuki kota, dinding itu dibangun untuk mengamankan kota
dari serangan monster.
Dua orang sedang berjalan menyusuri hutan sambil makan ikan kering.
“Enak sih..... tapi asin. Mengapa mereka menaburkan garam pada ikan ini?”
"Kalau untuk menjaga keawetannya, mengapa tidak menggunakan sihir es seperti Rudeus?”
Sebenarnya, Eris bukan tipe orang yang suka mengeluh soal makanan.
Tapi, dia sungguh tersiksa makan ikan yang dikeringkan dengan garam ini.
Katanya sih, kota ini kaya akan hidangan sari laut, tapi yang bisa mereka temukan hanyalah ikan-ikan
yang sudah diawetkan.
Diperlukan waktu sehari penuh perjalanan dengan kapal dari Kota Heilerul menuju Pulau Ogre.
Sudah ada peraturan yang mengatur nelayan dari Ras Ogre dan ras manusia saling bekerjasama
menangkap ikan di sekitar Pulau Ogre.
Mereka sedang sibuk membicarakan perang yang akan datang tak lama lagi, sembari menyiapkan segala
keperluan perang.
Mengapa Suku Ogre menyatakan perang akan datang? Roxy dan Eris sedang berusaha mengorek
informasi tentang itu.
Alasannya adalah, mereka ikut serta dalam pasukan penginvasi, atas perintah Dewa Ogre, yang
merupakan pemimpin tertinggi mereka.
Dan sekarang, Dewa Ogre Malta sedang berada di kota terbesar kedua di Kerajaan Biheiril, Irel.
Sekarang, mereka bedua sedang berada di dekat gua yang telah dipasangi lingkaran sihir teleportasi,
untuk menyampaikan informasi ini ke Rudeus.
Mereka sedikit terlambat menyampaikan berita ini. Tapi setiap kali mereka melihat papan alat
komunikasi sihir, yang terpampang di sana adalah berita bagus tentang wabah di Desa Supard yang
sudah mereda, dan tercapainya kesepakatan dengan Kerajaan Biheiril untuk mengakui keberadaan Ras
Supard.
Sayangnya mereka tidak yakin apakah situasinya berkembang membaik atau justru memburuk.
“Ras Ogre akan selalu melindungi Kerajaan Biheiril. Itulah sumpah mereka, bahkan sampai saat ini.
Tapi........... mengapa Dewa Ogre malah menuju ke Irel? Apa yang akan dia lakukan di sana? Bukannya
seharusnya dia melindungi Kota Heilerul, atau mungkin ibukota Biheiril?”
“Belum pasti, masih terlalu dini untuk menyimpulkannya. Mungkin Dewa Ogre hanya memeriksa kota
itu untuk menjamin keamanannya. Kita masih punya peluang bekerjasama dengan Dewa Ogre. Akan jadi
masalah jika kita bermusuhan dengan orang seperti itu.”
Sedangkan, mereka belum mendapatkan informasi tentang keberadaan Gisu, tapi setidaknya mereka
sudah tahu di mana Dewa Ogre berada.
Namun, entah kenapa Roxy merasakan firasat buruk yang tidak berdasar.
Firasat seperti ini pernah dia rasakan saat terjebak di dalam Dungeon teleportasi silam.
Roxy sadar, dirinya sering kali melakukan kesalahan yang sepele, meskipun semuanya terlihat berjalan
tanpa hambatan.
"Dengar, Roxy. Setelah kita menyampaikan informasinya, bukankah kita harus pergi ke tempatnya
Rudeus?"
“Karena aku juga ingin bertemu Ruijerd! Dia orang yang luar biasa, akan kukenalkan kau dengannya
nanti!”
"Tidak perlu..... aku sudah pernah bertemu dengannya, tau....”
Sepertinya Roxy mulai menyadari darimana datangnya firasat buruk ini. Namun, dia hanya bisa
tersenyum masam menanggapinya.
Roxy pun yakin, Ras Supard bukanlah iblis-iblis jahat yang selama ini ditakuti banyak orang.
Tapi...... entah kenapa tubuhnya tetap saja menggigil saat mendengar nama ras itu.
Mungkin karena dia terlalu sering mendengarkan dongeng-dongeng seram tentang Ras Supard saat
masih kecil.
Ruijerd adalah pria yang begitu berjasa pada Rudeus dan Eris, dan mereka sangat menghormatinya.
Jika sering berkomunikasi dengan Ras Supard, mungkin saja persepso Roxy terhadap mereka bisa
berubah, tapi...........
"Hmm, baiklah....baiklah. Karena kita sudah sampai sejauh ini, maka ada baiknya kita meneruskan
perjalanan ke Irel. Jika Dewa Ogre Malta benar-benar berada di sana, maka kita bisa mengonfirmasi
infonya.”
Sekarang, mereka sudah mendapatkan semua informasi yang diperlukan dari Kota Heilerul.
Oleh sebab itu, harusnya tidak masalah jika mereka meninggalkan posnya sekarang, untuk pergi ke Desa
Supard.
Sembari memikirkan berbagai hal, langkah Roxy terhenti tepat di depan gua yang telah dipasang
lingkaran sihir teleportasi.
Gua itu hanya cukup dilewati oleh seorang dalam posisi berjongkok, dan mereka pun sudah
menutupinya dengan timbunan ranting-ranting pohon.
Sebenarnya, gua itu ada penghuninya, yaitu seekor beruang. Hewan itu menyerang mereka saat
pertama kali datang ke gua tersebut, tapi Eris membunuhnya lalu menjadikannya santapan.
Akhirnya, Roxy dan Eris memutuskan memasang titik relay lingkaran sihir teleportasi di tempat yang
cukup strategis itu.
Setelah menyibak dahan-dahan dan ranting pohon, mereka pun memasuki gua.
Gua itu sepanjang kurang-lebih 20 meter, dan di dalam cukup lebar, tapi bau binatang.
Jauh di dalam gua, terdapat lingkaran sihir teleportasi dan alat komunikasi sihir litograf.
"....... Oh?"
Lingkaran sihir teleportasi sengaja dipasang di dalam hutan agar mendapatkan intensitas Mana yang
banyak. Biasanya, lingkaran itu terus-terusan memancarkan cahaya biru pucat.
"Tunggu sebentar......."
Mungkin, dia telah melakukan kesalahan yang tidak disadarinya, sehingga lingkaran sihir itu berhenti
beroperasi.
Sembari terus berpikir, Roxy memeriksanya, tapi tampaknya semuanya normal-normal saja.
Tidak ada yang salah saat terakhir kali mereka menggunakannya, dan tidak ada tanda-tanda seorang pun
yang telah memasuki gua ini, lalu melakukan perusakan.
Eris sedang berjongkok sambil mengamati alat komunikasi sihir yang terletak di sudut ruangan.
Roxy bergegas mendekat, lalu mengirimkan beberapa kalimat acak, namun tidak ada jawaban dari
siapapun.
Aneh sekali.... bagaimana bisa Litograf ini rusak.... padahal, Dewa Naga sendiri yang membutanya.
Roxy memang membantu membuat salinan alat komunikasi sihir ini, tapi dia yakin tidak melakukan
kesalahan saat membuatnya...... bagaimana bisa alat ini berhenti bekerja dengan sendirinya.
"Jelas sudah........"
Eris bersedekap, merentangkan kakinya, memandang ke bawah pada alat itu, lalu berbicara...........
Apa?
Tidak ada tanda-tanda seorang pun masuk ke gua ini. Semuanya masih tertata rapih. Bahkan, Roxy pun
yakin tidak ada monster yang menjamah gua ini.
Alat komunikasi sihir dan lingkaran sihir teleportasi bekerja secara berpasangan.
Jika titik relay-nya lenyap, maka keduanya akan berhenti berfungsi.
Kemudian, wajah orang-orang yang sedang merawat mereka.... yaitu Lilia, Zenith.
"........... Ngh!"
Dia berusaha mencari lingkaran sihir teleportasi lainnya, kalau di sini berhenti bekerja, maka yang
lainnya mungkin masih............
Namun setelah beberapa langkah, kakinya terhenti.
Dia berpikir, bagaimana jika musuh menyerang dan merusak kantor pusat yang berada di Sharia?
Jika pusatnya rusak, maka apa yang akan terjadi dengan lingkaran-lingkaran sihir lainnya?
Andaikan Roxy menjadi musuhnya, tentu saja dia akan merusak setiap titik relay yang terdapat di kantor
pusat, tanpa menyisakan satu pun.
"Apa yang harus kulakukan......... Apa yang harus kulakukan......... Apa yang harus kulakukan.........”
Menurut pesan terakhir yang dia terima, Orsted sedang tidak berada di Sharia sekarang.
"Roxy!"
“....... kita tidak bisa lagi menggunakan lingkaran sihir teleportasi dan alat komunikasi sihir. Tapi, tidak
ada masalah dengan keduanya di tempat ini, artinya... telah terjadi sesuatu dengan kantor pusat Orsted
di Sharia. Mungkin musuh telah menyerang kantor dan merusak semuanya di sana. Bahkan mungkin
saja, rumah kita juga diserang..... karena Orsted sedang tidak berada di Sharia sekarang.”
"Aku mengerti."
"Aku tidak yakin..... mungkin saja dia sudah tahu.... mungkin juga belum.”
Dia tidak merubah posenya. Masih dengan tangan bersedekap dan kaki terbuka, Eris memasang wajah
cemberut.
Lalu, tiba-tiba dia membuka mulutnya lebar-lebar, seolah telah menyadari sesuatu.
"Serahkan saja persoalan rumah pada Sylphy, mereka akan baik-baik saja!”
“Sylphy mengatakan bahwa dia akan melindungi rumah setiap kali Rudeus pergi. Oleh karena itu, aku
yakin semuanya akan baik-baik saja!”
"........."
Jadi, meskipun dia tidak bisa pergi ke Kerajaan Biheiril, setidaknya Sylphy pasti akan kembali ke Sharia.
Tidak ada yang bisa mereka berdua lakukan saat ini selain mempercayakan semuanya pada Sylphy.
Meskipun Perugius tidak suka pada Roxy, tapi sang legenda begitu menghormati Rudeus, bahkan
menganggap Sieg seperti anaknya sendiri.
Roxy tidak tahu apa yang akan Perugius lakukan untuk melindungi keluarganya, tapi yang jelas..... ada
semacam alat sihir berbentuk peluit di rumah, yang bisa digunakan untuk memanggil Tsukkaima
Perugius.
Leo pasti bisa melakukan sesuatu untuk mengamankan keluarganya, lagipula anjing itu begitu setia
dengan Lara.
Belum lagi para prajurit bayaran dari PT. Rudo, para pengrajin dari bengkel Zanoba, dan jangan lupakan
guru-guru dari Akademi Sihir Ranoa yang merupakan teman sekantor Roxy.
Roxy pun meyakinkan dirinya sendiri bahwa keluarganya akan baik-baik saja.
Ada info yang perlu mereka sampaikan, dan ada orang yang ingin mereka temui.
Tidak hanya Roxy, Eris juga sudah menjadi ibu yang begitu cemas keselamatan putra kecilnya.
Tapi, mereka harus mengesampingkan semua itu, dan terus melanjutkan misi.
Desa Ras Supard menanti kedatangan mereka.
Bagian 3[edit]
Pasukan penginvasi sedikit lagi menyelesaikan persiapannya. Waktu keberangkatan mereka juga
semakin dekat.
Rudeus yakin sekali masalah akan segera selesai saat kembali ke desa bersama dua utusan raja.
Zanoba yakin Shishou-nya itu bisa memenangkan negosiasi, dan menghentikan pergerakan pasukan.
Informasi dari Litograf diberikan langsung oleh Orsted, jadi kebenarannya terjamin.
Dia ingin menggunakan lingkaran sihir teleportasi untuk berpindah ke Desa Supard.
Setelah mengambil koper, dia bergegas menuju gubuk tempat dipasangnya lingkaran sihir teleportasi.
Namun, lingkaran sihir dan Litograf sudah tidak lagi bercahaya seperti biasanya.
"Ginger!"
"Ya!"
“Kuh, sepertinya masih jauh. Ginger! Julie! Apakah ada patung Tujuh Kekuatan Dunia di dekat sini??”
"Sepertinya tidak ada!"
Zanoba mencoba menghubungi Perugius, lalu memintanya membawa ke Desa Supard dengan teknik
teleportasinya, tapi sepertinya belum bisa .........
“Apa bolah buat?! Kita akan pergi ke Desa Supard dengan cara biasa! Jika kalian melihat patung itu di
sepanjang jalan, segera beritahu aku!”
"Ya!"
T : Apakah Hitogami mengirim Dewa Pedang dan Dewa Utara karena tidak bisa melihat masa depan
Ruijerd dan Vita? Mengapa begitu, apakah karena ada Rudeus dan Orsted di sana?
J : Sebenarnya kurang tepat bila dibilang Hitogami mengirim mereka berdua, karena ini semua adalah
rencana Gisu.
T : Sekarang, mari kita coba bandingkan Gull-san dan Aleks-san dengan gamer profesional. Jikalau
Rudeus adalah game, apakah game tersebut terlalu mudah, sehingga para gamer profesional ini perlu
mengatur levelnya ke Hard agar menarik?
J : Aku tidak begitu mengerti bagaimana pemikiran seorang gamer profesional. Tapi, bukannya mereka
meremehkan Rudeus, melainkan mereka berpikir bisa menang tanpa harus menggunakan strategi
sekalipun.
T : Terjadi urutan kejadian yang cukup rumit saat Rudeus dikalahkan. Pada dasarnya, Rudeus menyamar
untuk menipu lawannya, namun justru dia yang tertipu oleh penyamaran lawannya. Mengapa harus
begitu rumit?
J : Yahh, sebenarnya aku ingin membuat urutan kejadian rumit ini sejak di bab sebelumnya. Tapi entah
kenapa, aku merasa tidak sanggup menulisnya. Yang jelas, hal yang ingin kusampaikan adalah, tak peduli
serapih apapun rencanamu, jika terjadi kesalahan, maka habislah semua. Begitupun sebaliknya.
Bagian 1[edit]
Ketika tersadar kembali, kudapati diriku berada dalam suatu dimensi berwarna putih bersih.
Aku merasa begitu tidak berdaya, dan wujudku kembali ke tubuh seperti di kehidupan sebelumnya,
Aku mulai lengah saat Raja Kegelapan Vita dikalahkan. Kukira, semuanya telah berjalan sesuai rencana.
Aku terlalu percaya diri saat Kishirika memberitahuku bahwa Gisu sedang berada di Kerajaan Biheiril.
Aku bahkan menyambut kedatangan Dewa Pedang dan Dewa Utara tanpa curiga sedikit pun.
Akhirnya, aku terjebak mentah-mentah ke dalam perangkap Gisu, dan aku pun kalah.
"..........."
Aku tidak pernah tahu jika pangkal tanganku terpotong, aku tidak lagi bisa menggunakan sihir.
Saat berada di atas jembatan yang rapuh, tentu saja aku tidak bisa memanggil Magic Armor yang
bobotnya begitu berat. Dan aku juga tidak bisa menggunakan Quagmire.
Andaikan aku menggunakan Magic Armor Versi II, mungkin aku bisa menang melawan mereka berdua.
Tapi, sepertinya Dewa Pedang dan Dewa Utara juga terkejut saat menyadari jembatan itu tidak kuat
menahan beban Magic Armor Versi II.
Tapi, kalau dipikir-pikir lagi..... ambruknya jembatan membuatku bisa melarikan diri dari mereka.
"..........."
Apakah Raja Biheiril yang kutemui itu adalah Gisu yang sedang menyamar?
Suaranya berbeda ........ tapi, kalau Gisu sih.... hal seperti itu bisa saja dia lakukan.
Tunggu dulu.........
Kalau Dewa Pedang dan Dewa Utara sudah menjadi bawahan Gisu, lantas bagaimana dengan
bawahanku? Apakah Gisu juga sudah mempengaruhi mereka?
Tapi..... wajahnya, suaranya, postur tubuhnya, sama sekali tidak mirip dengan Gisu. Apakah dia juga
menggunakan alat sihir untuk menyamarkan semuanya?
Mungkin, dia diam-diam menyelinap ke Kerajaan Asura, lalu menyekap Pemimpin Ordo Ksatria Emas.
Dia sangat mahir menyelinap dan menyamar, jadi hal seperti itu mungkin saja terjadi. Bahkan, baru kali
ini Orsted menyadari bahwa Gisu adalah bidaknya Hitogami.
"..........."
Tunggu dulu.....
Kenapa aku terjebak lagi di alam mimpi? Sekarang aku sedang bermimpi, kan?
Apakah ini karena kekuatan Raja Kegelapan Vita? Bukankah dia sudah mati?
Lama tak jumpa ya...... sudah lama sekali kita tidak bertemu.
"..........."
Hei--, Hei!
Katakan sesuatu.
Sekarang aku sudah kalah! Jadi, ungkaplah semua rahasiamu, dan tertawalah sepuas-puasnya!!
"...........matilah."
Tapi....
Tapi.......
Ada apa denganmu..... biasanya kau tertawa terbahak-bahak saat melihat kekalahan seseorang....
apakah hari ini kau sedang tidak enak badan, Hitogami-chan......
Kalau tidak salah, kau hanya bisa mengendalikan paling banyak 3 orang, iya kan?
"Tiga? Aku bisa melihat lebih banyak dari itu. Tapi, aku harus terus mengamati masa depanku sendiri.
Agar tidak merepotkan, maka aku hanya mengamati 3 orang saja.”
...... jadi, kau menggunakan sebagian besar kemampuanmu untuk memantau masa depanmu sendiri,
eh?
Gelap gulita?
"Pada awalnya, lawanku hanya Orsted. Dia hanyalah seekor lalat kecil. Dia tidak pantas menjadi
musuhku. Aku tidak akan kalah oleh gangguan sepele seperti itu.”
Sepele, ya.........
Ah.
"Tidak hanya itu, beberapa saat kemudian munculah seorang wanita, lalu masa depanku menjadi
semakin gelap dan sunyi.”
“Semakin banyak kau bergerak, semakin banyak pula sekutu-sekutu Orsted, dan masa depanku juga
semakin gelap. Dan sekarang..... sudah gelap gulita.”
Tapi, aku sudah tidak bisa melakukan apa-apa...... aku sudah mati.
“Jika kau sudah mati, maka aku bisa memperbaiki masa depanku. Bagaimanapun juga, masa depanku
tergantung oleh orang lain. Aku bisa mengubahnya jika berhasil membunuh orang yang memiliki takdir
kuat. Itulah yang kulakukan sampai saat ini.”
Jika?? Jadi aku masih bisa hidup lagi??
Jadi, aku harus memohon padamu untuk diberi kesempatan hidup lagi??
"Matilah, Rudeus."
Bagian 2[edit]
Jika aku mati dalam keadaan seperti ini, jelas itu membuatku tidak nyaman.
Aku barusan bermimpi, dan entah kenapa Hitogami bisa muncul lagi di dalam mimpiku setelah sekian
lama menghilang.
Dia mengatakan, ‘matilah’, tapi bukan.... ‘kubunuh kau’. Itu artinya, dia tidak bisa secara langsung
membunuhku. Dia memerlukan orang lain untuk melakukannya. Ya, itulah Hitogami, dia kuasa namun
kekuasaannya begitu terbatas.
Magic Armor Versi II masih utuh meskipun terjatuh dari atas jembatan sampai ke dasar lembah.
Tetapi manusia hanyalah gumpalan daging dan tulang. Masih hidup setelah terjatuh dari atas sana,
merupakan suatu keajaiban.
Tapi nyatanya, aku masih hidup. Apakah itu berarti tubuhku mampu menahan benturan keras dengan
dasar lembah? Sulit dipercaya.....
Oh, Paul-san, Zenith-san.... syukurlah kalian telah melahirkan anak yang kuat.
".......... Ngh."
T-t-tapi.... aku yakin barusan benar-benar menggunakan lenganku untuk membantu berdiri.
Saat kulihat bahuku, rupanya lengan itu mengakar kuat sampai bahu, bagaikan tanaman rambat.
Magic Armor Versi II yang membungkus tubuhku sudah tidak ada. Siapa yang melucutinya?
".......Ah."
Saat aku melihat sekeliling, kudapati pakaianku sudah terlipat rapih di sana.
Lengan yang baru saja terpotong, lengkap dengan darah merah segar yang melumurinya!!
"Aduh......."
Aku mencoba bergerak dengan tergesa-gesa, dan rasa sakit langsung menyengat tubuhku.
Lalu, aku melepaskan gelang naga dari potongan lengan itu, lalu memakaikannya pada tangan hitamku
yang baru.
Apakah gelang ini kembali berfungsi?
Aku melihat sekeliling sembari mencoba bertanya.... entah aku bertanya pada siapa.
Ruangan ini berdiameter sekitar 5 m, dan di ujung sana ada dinding dari bebatuan.
Saat kulihat langit-langit, aku pun menyadari bahwa aku sedang berada di dalam gua.
".............."
Sekarang, lebih baik aku mencari pintu keluar untuk memastikan dimanakah aku berada.
Dia juga mengenakan armor yang begitu cocok dengan postur tubuhnya yang besar.
Ketika aku mendekatinya, dia perlahan menoleh padaku, lalu mengangkat helmnya.
"Doga ........."
"........Ya."
"Aku datang tepat saat kau jatuh dari jembatan......Kemudian, kau pingsan.......Aku coba membawamu
kembali ke desa......tapi armor itu terlalu berat.......Lalu, aku melucutinya.......dan mengobati luka-
lukamu.”
Dia melompat tepat saat aku terjatuh dari jembatan, lalu menangkapku.
Saat aku menunjukkan lengan hitam ini, dia hanya menggelengkan kepalanya.
"Saat aku menemukanmu..... kau terbungkus di dalam... semacam kepompong..... saat kubuka....
kepompongnya menjadi lenganmu.”
..............?
Aku berada di dalam kepompong? Kemudian, kepompongnya menjadi lengan saat terbuka?
Bagaimana bisa aku terbungkus di dalam kepompong? Siapa yang melakukannya? Apakah semacam
hewan.... atau monster?
Aku terus merenung sembari menatap lengan baruku, lalu Doga berkata dengan gelisah.
"Aku menemukan .... salah satu lenganmu...... tapi, sayangnya aku tidak..... menemukan lengan
lainnya.... maafkan aku.”
Aku bisa menumbuhkannya lagi dengan sihir penyembuh tingkat tinggi dari Orsted.
"Tidak tahu..... sinar matahari.... tidak sampai sini...... mungkin sudah.... 2 atau 3 hari berlalu.....
semenjak aku..... menyelamatkanmu....”
Aku baru sadar, darah yang melumuri tubuh Doga adalah darah Naga Bumi.
Eh?
Kau bisa membunuh ketiganya sendirian?
Tunggu dulu..... kalau tidak salah, Dewa Pedang dan Dewa Utara pernah mengatakan sesuatu tentang
Doga......
"Yap. Guruku juga mengatakan itu .... sebenarnya aku masih .... tidak berpengalaman, tapi .... mungkin
aku cukup mahir...... berburu monster.”
Awalnya aku sempat meragukan pria ini, namun sekarang tidak lagi.
Maafkan aku.
"Ya."
Saat aku memujinya, dia tersenyum senang.
Tetapi jika Doga adalah seorang Kaisar Utara, itu berarti ....
"Bagaimana dengan Sandor? Apakah dia juga sudah mencapai level Kaisar?"
"Aku mengerti."
Yahh, nanti kalau bertemu lagi dengannya, akan kutanyakan sejelas mungkin.
Bagaimanapun juga, kembali ke desa adalah prioritas utama kami saat ini.
Mungkin, tidak ada yang tahu aku telah dikalahkan, selain Doga.
Jadi, jika mereka adalah musuh, maka pasukan penginvasi akan segera datang ke desa Supard.
"....... Doga, bawa aku ke tempatku jatuh. Aku ingin mengambil kembali armor-ku. Mungkin ada
beberapa gulungan sihir yang masih bisa digunakan di sana.”
"Ya."
Bagian 3[edit]
Tentu saja, Doga lah yang mengalahkan beberapa ekor Naga Bumi yang mengganggu selama perjalanan.
Doga membunuh dua ekor Naga Bumi hanya dengan sekali tebas.
Luar biasa.
Dengan kapak besarnya, Doga membelah kepala Naga Bumi yang sudah jatuh tidak berdaya.
Dia sangat bisa diandalkan.
Saat kami diserang oleh kawanan serigala tak kasat mata, Doga hampir tidak bisa melakukan apa-apa.
Tapi sekarang, aku mengerti betapa kuatnya pria ini.
"Hmm ......."
Bercak-bercak darahku masih melekat di zirah itu. Rupanya, aku terluka sangat buruk saat itu. Peralatan
itu tidak berguna lagi.
Sepertinya, Magic Armor yang selama ini pertahanannya begitu kuat, masih belum mampu menandingi
serangan Dewa Pedang.
Gull Farion memiliki banyak pedang terkutuk, tapi agar penyamarannya tidak terungkap, mungkin dia
lebih memilih membawa pedang biasa.
Andaikan saja dia menggunakan pedang favoritnya, pasti Magic Armor akan terbelah dua bersama
tubuhku.
Tapi.... apakah Orsted dan Cliff sama sekali tidak mencurigai kedua utusan dari kerajaan itu?
Maksudku..... Cliff punya mata iblis pengidentifikasi.... dan Orsted ilmunya juga tinggi.... jadi, mengapa
mereka bisa luput dari pengawasan Orsted dan Cliff?
Sepertinya, aku tidak punya pilihan lagi selain membuang gulungan yang telah dimodifikasi Roxy ini.....
Mungkin, nanti aku akan ke sini lagi untuk memungut sisa-sisanya, tapi untuk saat ini.... lebih baik kita
tinggalkan saja.
Salah satu lengannya masih tersambung pada badan, dan bagian kakinya juga masih utuh.
Ini tidak sempurna, tapi .....
Sayang sekali..... aku sudah tidak bisa menggunakan gulungan sihir pemanggil Magic Armor.
Tanpa gulungan itu, mustahil aku bisa mengalahkan dua Dewa itu.
Sekarang, aku harus kembali ke Desa Supard, kemudian menggunakan lingkaran sihir teleportasi di sana
untuk kembali ke kantor pusat, lalu menganbil gulungan cadangan.
"............ Nh?"
Aku mencoba melepas gulungan sihir yang telah rusak dari badan Magic Armor, di sana juga masih
tertancap potongan pedang yang digunakan Dewa Pedang untuk memotongku. Kemudian, jatuhlah
sesuatu.
Kotak itu jatuh dari tempat gulungan yang menempel di badan Magic Armor.
Ada semacam ukiran bermotif iblis yang mengerikan pada kotak itu. Mungkin.... siapapun yang
membukanya akan terkena kutukan. Tapi.... aku tahu kotak ini......
"Ini adalah kotak yang kuterima dari Atofe ......."
Atofe mengatakan padaku untuk membuka kotak ini dalam keadaan darurat.
".........."
Kosong.
“Gumpalan daging hitam ini adalah bagian tubuh dari Raja Iblis Abadi Atofe. Gumpalan ini akan
melindungi pembawanya saat berada dalam kesulitan.”
Tapi, aku mengucapkan terimakasih pada Raja Iblis kejam itu dengan sepenuh hati, lho....
Mungkin dia tidak berada di timur sekarang, tapi jika bertemu nanti, aku akan berterimakasih dengan
layak. Akan kutraktir dia minum arak yang enak.
Bagian 4[edit]
Jika semakin gelap, maka yang diuntungkan adalah kawanan Naga Bumi yang akan menyerang kami
dengan leluasa.
Benar saja, Naga Bumi terus berdatangan dari kiri dan kanan.
Dalam kegelapan, tidak kurang dari 10 ekor Naga Bumi menukik turun pada pijakan yang kubuat dengan
sihir bumiku.
Kami masih bisa menangani beberapa ekor, tapi mereka terus berdatangan dari segala arah.
Mereka datang dari atas, bawah, kiri, kanan..... mereka terus mengepung Tombak Bumi yang kubuat,
sehingga kami kesulitan menerobos.
"Fuuu ......."
Kami mencoba beberapa cara untuk naik ke atas, namun hasilnya masih nihil.
Bahkan kami mencoba melontarkan diri ke atas lembah secara langsung dengan ketapel raksasa yang
juga kubuat dengan sihir bumi. Namun, lagi-lagi kawanan Naga Bumi memblokirnya. . Mereka cepat,
gesit, cerdas, dan keras kepala.
Kami coba melontarkan diri pelan-pelan, tapi mereka selalu saja menyadari gerakan kami.
Tapi..... saat kami kembali ke tempat yang diterangi cahaya lumut dan jamur.... mereka berhenti
mengejar.
Apakah jamur dan lumut ini mengeluarkan semacam zat yang mereka benci.... ataukah naga-naga itu
mengira tempat ini sudah bukan wilayah mereka lagi.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang ...... Doga.... bukankah kau datang ke sini dengan mudah?”
"....... Yap. Saat aku turun ke dasar lembah....... mereka tidak banyak menyerang.”
Sepertinya, Naga Bumi tidak peka terhadap orang yang turun dari atas, melainkan peka terhadap orang
yang naik dari bawah.
Mereka bekerja dalam kelompok seperti burung gagak yang mencari mangsa.
Apakah aku harus menggunakan sihir berskala besar untuk meledakkan mereka semua?
Tidak.... jika dinding lembah sampai hancur, maka kami akan terkubur hidup-hidup.
Jumlah mereka pun terlalu banyak. Tidak ada artinya jika kita hanya membunuh puluhan ekor dari
mereka.
Aku tidak ingin membuang-buang Mana dalam skala besar, karena aku masih harus melawan Dewa
Pedang dan Dewa Utara.
Saat aku masih berkutat di sini kebingungan, mungkin Dewa Pedang dan Dewa Utara sudah menyerang
Desa Supard.
Tapi, saat kuterawang dengan mata iblisku, aku melihat Naga-naga Bumi di atas masih waspada akan
kedatangan kami.
Kami pun mencari sisi tebing, dimana Naga-naga Bumi tidak bergerombol.
Dasar lembah tidak gelap, karena ada pencahayaan dari lumut dan jamur.
Tidak hanya Naga Bumi yang menyerang kami, melainkan juga serangga yang berukuran sebesar
manusia, seperti: kelabang dan kumbang bertanduk.
Baru saja, aku melihat seekor naga menggigit serangga, sembari merangkak ke atas tebing.
Aku pun melihat seekor naga malang yang jatuh mati di dasar lembah, dan bangkainya dikerumuni
serangga.
Jarang sekali ada naga yang mati sial seperti itu. Agaknya, itu adalah berkah bagi hewan-hewan di dasar
lembah.
Serangga-serangga itu adalah makanan bagi naga, tapi jika jumlahnya banyak, mereka juga bisa
memangsa naga. Mungkin, karena itulah para naga menghindari dasar lembah.
"........"
Namun, beberapa kali kami mendapati jamur raksasa, serpihan batu yang jatuh dari atas, bahkan batu
besar yang menghalangi jalan kami.
Tetapi, secara keseluruhan lebih baik lewat jalur bawah, daripada memaksa naik ke atas.
Aku jadi teringat sesuatu saat berjalan di jalur sempit seperti ini.
"Ah!"
Kenangan pahit saat dibantai Orsted di tempat itu masih tersisa!
Rahang Atas Naga Merah, Rahang Bawah Naga Merah, dan Jalan Suci Pedang. Aku pernah melewati
jalan-jalan itu di masa lalu.... dan entah kenapa, sensasinya sama saat melewati jalan ini.
Memang tidak ada jamur dan lumut di jalan-jalan itu, tapi..... beginilah rasanya.
Kalau tidak salah, pernah ada cerita Laplace memanggil para naga ke Benua Tengah, kan.....
".........."
Untuk sekaranag, lupakan dulu soal itu.
Sejak tadi kuamati sisi atas tebing dengan mata iblisku, ada beberapa lubang yang tampaknya kuat dan
kokoh. Apakah itu sarang mereka?
Jika diibaratkan dengan duniaku sebelumnya, mungkin tebing ini adalah apartemen susun bagi mereka.
Ada beberapa naga yang keluar dari lubang, lalu turun untuk mencari makan. Mungkin naga-naga
pencari makan itu kastanya lebih rendah.
Mungkin cukup, di dunia ini hewan-hewan yang bisa menggunakan sihir tidak selalu memangsa hewan
lain untuk bertahan hidup. Beberapa dari mereka bisa mengonsumsi Mana.
.... sebenarnya.... apa sih yang mereka gunakan untuk memanjat ke atas?
Meskipun tempat ini adalah rumah mereka, tapi kurasa..... lembah ini tidak sepenuhnya aman bagi
mereka. ’Jangan jatuh.... jangan jatuh....’ aku membayangkan, itulah yang mereka khawatirkan tiap hari.
"Rudeus."
Aku memasang kuda-kuda, dan bersiap menghadapi serangan serangga, namun ternyata bukan itu yang
dimaksud Doga.
Aku sulit melihatnya karena tertutup oleh bayangan jamur raksasa, tapi sepertinya..... ada lubang di
sana.
Ada jarak yang memisahkan lubang itu dengan dasar lembah, tapi sepertinya.... ini bukan lubang biasa.
Jadi, kita harus turun ke bawah? Bukannya kita sedang berusaha naik ke atas?
"Oh?"
Jika kita terus berjalan, kita mungkin akan menemui jalan buntu.
Jika kita berbalik, lalu menuju ke titik awal lembah, itu akan memakan waktu lama.
Jadi, lebih baik kita coba jalan yang ditunjuk oleh lengan Atofe ini.
"Ya."
Mungkin dia sudah menebak sesuatu saat melihat tangga turun itu.
Bagian 5[edit]
Ada juga dua pilar besar yang menopang langit-langit. Ada semacam pahatan pada pilar tersebut.
Di antara kedua pilar, ada rak yang tampaknya terbuat dari potongan batu. Dan di bagian dalam rak,
terdapat lukisan yang bingkainya didekorasi dengan pahatan yang begitu teliti.
Ada juga banyak lukisan lain yang terdapat di berbagai tempat. Tapi aku tidak bisa melihatnya karena
terlalu gelap.
Meskipun lingkarannya berfungsi, kita tidak tahu akan ditransfer kemana jika menginjaknya.
Ah tidak.... sebenarnya rak batu ini tidak kecil, hanya saja lukisannya yang begitu besar, sehingga jika
dibandingkan kelihatan kecil.
"........."
Tapi, kakiku mulai bergerak, kemudian aku berdiri tepat di depan rak yang terus ditunjuk oleh tangan
Atofe.
Di tengah-tengah, ada juga benda yang berbentuk seperti bola kristal yang bening.
Jika aku menunjukkan botol ini pada Zanoba, dia pasti akan banyak mengoceh soal nilai-nilai antik dari
suatu karya seni.
"........."
Apa ini?
Tiba-tiba, Doga yang berada di belakangku menunjuk pada sesuatu di atas kepalaku.
Saat aku melihatnya, kudapati puncak pilar menyala biru.
Bukannya puncak pilar yang bersinar, namun ada semacam cairan berkilauan yang mengalir turun dari
puncak pilar.
Cairan itu mengalir dengan begitu cepat, sampai akhirnya menggenang di altar.
Tampaknya.... altar, pilar, botol-botol, rak, dan bola kristal ini.... semuanya adalah alat sihir.
Dan saat kuambil kristalnya, cairan biru itu mulai mengalir dari puncak pilar.
Mungkin aku tidak perlu meminumnya, melainkan mengisinya ke botol. Ada beberapa botol di rak,
seolah sudah disiapkan untuk menampung cairan itu.
Jika cairan itu kubawa dalam botol, kemudian kutuangkan pada semacam alat di tempat lain, mungkin
akan terbuka segel, lalu aku mendapatkan pedang legendaris.
Tapi aku tidak butuh pedang.
Kurang-lebih, beginilah yang bisa kutangkap: ketika alat sihir di ruangan ini aktif, cairan bersinar biru
mulai mengalir dari puncak pilar, kemudian terus menyinari seisi ruangan. Ada seseorang yang
menampung cairan dalam sebuah botol, kemudian menyiramkannya pada beberapa orang lainnya.
Mereka yang sudah bermandikan cairan biru, terlihat sedang memburu naga dan makhluk-makhluk
misterius yang tidak kukenal.
Rupanya, cairan biru ini digunakan untuk memburu naga. Ada beberapa tulisan di dekat lukisan, namun
aku tidak bisa membacanya. Bentuknya sedikit berbeda dengan tulisan Ras Naga kuno yang kukenal.
Dan manusia itu menggunakan cairan biru untuk mengusir naga bumi.
Tapi, menurut lukisan ini, orang-orang yang bermandikan cairan terlihat sedang menyerang naga.
Kenapa mereka bisa menyerangnya dengan begitu percaya diri...... setahuku, naga adalah salah satu
monster yang paling ditakuti di dunia ini.
Naga Bumi tidak bisa melihat apapun yang memancarkan warna biru?
Ya.... mungkin saja.... oleh sebab itu mereka tidak sering turun ke dasar lembah.
Jadi, jika kau melumuri tubuh dengan cairan biru ini, naga-naga tidak akan melihatmu?
"..... apakah kita.... perlu mencoba apa yang dilakukan.... oleh orang-orang yang tergambar pada.....
lukisan itu?"
Bagian 6[edit]
Dengan menggunakan cara itu, kami pun sampai di puncak lembah setelah beberapa saat.
Kami naik pelan-pelan, karena masih ragu dengan efek dari cairan biru ini.
Naga Bumi sama sekali tidak bereaksi saat kami melewati mereka dengan tubuh berlumurkan cairan.
Apakah mereka benar-benar tidak melihat kami? Ataukah tidak nafsu memangsa kami? Sebenarnya
belum jelas alasannya.
Yang kami lakukan hanyalah naik perlahan dengan menggunakan sihir Tombak Bumi.
Waktunya mungkin sekitar 1 jam.
Karena kami naik perlahan, hari pun sudah petang saat tiba di puncak lembah.
"Kita berhasil."
"Ya!"
Cukup lama proses naik ke atas, tapi kami berhasil dengan selamat.
Kami segera menuju ke Desa Supard untuk memberitahu ancaman dari Dewa Pedang dan Dewa Utara.
T : Kini Rudeus sudah punya lengan hitam itu, jadi dia tidak perlu lengan buatan, kan? Tapi, bagaimana
jika dia terperangkap di dalam sebuah sihir penghalang kelas Raja? Bukankah lebih baik jika dia
menembusnya dengan lengan buatan?
T : Lengan hitam itu adalah bagian dari tubuh Atofe, maka dapatkan digunakan untuk mengaktifkan
sihir?
J : Sepertinya bisa.
T : Mengapa lengan Atofe tahu banyak tentang reruntuhan Ras Naga kuno itu?
J : Mungkin lengan itu memiliki suatu insting, atau ingin menyentuh benda-benda sihir itu hanya karena
penasaran.
T : Bicara soal Kaisar Utara, aku jadi teringat Auber. Kaisar Utara Auber sangat ahli dalam menggunakan
trik-trik licik, bukankah itu akan membuatnya mendapat masalah di sekolah?
J : Tidak begitu. Sekolah.... atau lebih tepatnya latihan yang selama ini dia jalani memang menuntutnya
berbuat curang. Jadi, semakin curang dia, maka semakin baik nilainya.
T : Rudeus sempat bilang tangan barunya mirip obsidian. Apakah itu berarti tangan hitam tersebut
keras? Bukankah itu terbuat dari daging? Jadi seharusnya sih lunak.
J : Tangan itu cukup keras seperti batu, tapi lentur dan hangat. Jadi, dia bisa memberikan serangan yang
mematikan dengan pukulan tangan itu.
T : Apakah benar para pengguna Teknnik Dewa Utara lebih banyak daripada teknik pedang lainnya?
J : Bisa jadi, karena kebanyakan pengguna Teknik Dewa Utara adalah ras iblis abadi yang tidak bisa mati
akibat serangan fisik.
T : Dewa Utara dari generasi ke berapakah yang menduduki posisi ke-7 dari Tujuh Kekuatan Dunia?
Generasi ke-2 atau ke-3?
J : Ide Gisu.
T : Apa yang terjadi jika kau menggunakan bagian tubuh Atofe pada kepala yang botak? Apakah akan
tumbuh rambut?
Jump up ↑ Mungkin, inilah kenapa Hitogami bisa muncul lagi di mimpinya Rudeus. Gelang naga yang
berfungsi untuk menangkal kemampuan Hitogami sudah lepas bersamaan dengan lengannya.
Bagian 1[edit]
Yang sedang membentak itu adalah Eris, rupanya dia beradu argumen dengan Sandor.
"Doga bersamanya. Dia pasti kembali dengan selamat. Sembari menunggu kedatangannya, lebih baik
kita bersiap dan membuat perangkap.”
Terimakasih Eris.
Eris yang sudah tidak sabar, segera berdiri, lalu mulai meninggalkan tempat.
"Kalau kau pergi ke sana, maka bersiaplah menghadapi kawanan Naga Bumi, terperosok ke dasar
lembah, lalu membasahi tubuhmu dengan cairan biru aneh agar monster-monster itu tidak
mendekatimu.”
"Rudeus!"
Sontak, Eris langsung berlari padaku, lalu memelukku.
"Aku mengkhawatirkanmu!!"
Kemudian, Roxy juga datang untuk memelukku, dan yang lainnya tampak lega.
Terimakasih teman-teman.
“Ah, ini ...... tidak, aku akan jelaskan dari awal. Tapi pertama-tama....."
Lalu, pandanganku terhenti pada seorang pria yang sedang duduk di sana.
Bagian 2[edit]
Dia lah orang yang berhasil mengalahkan raja iblis, mengalahkan Behemoth, mengembangkan
kemiliteran di berbagai negara, dan mampu menjadi Tujuh Kekuatan Dunia. Dia lah jagoan utama dalam
sejarah Teknik Dewa Utara.
Dia juga pernah dikenal sebagai pendekar pedang terkuat di dunia selama beberapa ratus tahun
terakhir. Intinya, dia lah orang yang paling terkenal di antara pendekar Teknik Dewa Utara lainnya.
Mungkin, itulah alasan kenapa Orsted diam saja saat bertemu dengannya.
Dan, itulah juga alasan mengapa Ariel mengirimnya sebelum Ghyslaine dan Isolte tiba.
"Aku khawatir Hitogami bisa membaca pikiran seseorang, sehingga dia tahu aku adalah seorang Kalman.
Lagipula, aku bisa lebih bebas bergerak dengan nama samaran.”
Aku paham.
Aku bahkan berjumpa lagi dengan Hitogami dalam mimpi setelah terjatuh dari jembatan. Saat
berkomunikasi denganku, mungkin dia bisa membaca semua isi pikiranku. Maka, dia tidak akan
mengetahui siapa Sandor yang sebenarnya, karena aku juga tidak tahu.
".......benarkah begitu?"
"Yahh....gak juga sih. Tapi, aku akan terlihat keren jika mengungkapkan identitasku yang sebenarnya di
saat-saat penting seperti ini.”
"Baiklah....."
“Lagipula, sudah banyak orang yang tahu bahwa Doga adalah Kaisar Utara. Jadi, cepat atau lambat
identitasku pasti terungkap.”
"Errr ...... kurasa tidak banyak orang yang tahu Doga adalah Kaisar Utara.”
Jika aku tahu mereka sekuat ini, maka aku tidak akan ragu memanfaatkan kemampuan mereka.
Ah tidak juga.... jika demikian, maka Dewa Pedang dan Kalman III akan mencari cara berbeda untuk
membunuhku.
“Baiklah, ijinkan aku mengatakannya sekali lagi. Alex-san..... mulai sekarang, aku mohon bantuannya."
"Tentu saja, tapi.... mohon tetap panggil aku Sandor. Aku ingin tidak ada yang berubah dengan
hubungan kita.”
Setelah mengetahui identitas Sandor yang sebenarnya, saatnya menata ulang rencana.
Mari kita ulas sedikit apa yang telah terjadi sampai detik ini.
Pertama, tanpa tahu apapun, aku membawa Dewa Pedang dan Dewa Utara ke desa ini 10 hari yang lalu,
kemudian mereka menyerangku di jembatan.
Aku kehilangan kesadaran setelah terjatuh ke dasar lembah, lalu menghabiskan waktu beberapa hari
untuk keluar dari lembah tersebut.
Satu atau dua hari setelahnya, entah sejak kapan..... lingkaran-lingkaran sihir dan alat-alat komunikasi
sihir kehilangan fungsinya.
Karena merasa ada sesuatu yang tidak beres, Roxy dan Eris segera datang menemuiku di Desa Supard.
Tentu saja, lingkaran sihir di Desa Supard juga tidak lagi berfungsi.
Roxy, Eris, dan yang lainnya memutuskan menunggu sejenak, sembari berharap aku kembali dengan
selamat. Tapi, Eris hampir saja bertindak sendirian, sih.
Orang yang pertama kali menyadari bahwa aku telah menghilang adalah Sandor, yang baru saja tiba dari
Kota Irel.
“Aku terus menunggu Rudeus-dono datang ke Kota Irel, tapi kau tidak kunjung datang. Dua prajurit
kerajaan yang kau bawa juga tidak pernah muncul. Di sisi lain, rumor tentang iblis di Hutan Tanpa Jalan
Keluar terus berkembang pesat di kota. Rumor itu mengatakan bahwa iblis-iblis tersebut ternyata adalah
Ras Supard. Aku berniat menyampaikan kabar itu melalui alat komunikasi sihir, tapi sudah terlambat.
Baik alat komunikasi sihir maupun lingkaran sihir teleportasi sudah berhenti berfungsi. Pada saat itu
juga, kurasa seseorang sedang mengincarku, maka aku pun kembali ke desa.”
Dan saat kembali ke desa, Sandor menyadari bahwa aku telah hilang.
Tapi mereka masih bingung dimanakah aku hilang, apakah di desa, di Lembah Naga Bumi, atau di Irel?
Meskipun sedang memulihkan diri, Ruijerd segera bertindak dengan memimpin tim pencarian.
Singkat cerita, tim pencarian berhasil menemukan jejak kakiku dan Doga yang mengarah ke sekitar
lembah.
Karena tidak ada jalan kembali begitu kau jatuh ke dasar lembah.
Oleh karena itu, Sandor meyakinkan mereka bahwa aku pasti bisa kembali dengan selamat, karena ada
Doga bersamaku.
Kalau tidak ada Doga, pasti aku sudah menjadi santapan Naga-naga Bumi itu.
Mengenai lingkaran sihir dan alat komunikasi sihir yang tidak lagi berguna.....
“Aku juga sudah dapat informasi tentang Gisu dari orang itu. Katanya, seorang pria berwajah mirip kera
pernah terlihat menuju ke Ibukota Biheiril, dari Kota Irel. Sayangnya, kita tidak tahu lokasi persisnya
sekarang.”
"Ya. Namun, beberapa hari yang lalu, kami melihat Dewa Ogre Malta yang muncul di Kota Irel. Dia
muncul sehari sebelum rusaknya semua lingkaran sihir teleportasi dan alat sihir komunikasi, maka
sangat dimungkinkan dia pergi ke Sharia setelah menggunakan lingkaran sihir di Irel, kemudian
melakukan perusakan di kantor pusat.”
"Aku mengerti."
Mereka membutuhkan 10 hari perjalanan menuju Desa Supard, padahal dengan menggunakan lingkaran
sihir hanya memerlukan waktu 4 hari.
Salah satu alasan yang memperlambat mereka adalah, saat melewati ibukota, sedang terjadi upacara
besar.
Warga ibukota bersuka cita atas keberangkatan pasukan-pasukan gagah berani yang mereka pikir akan
membasmi iblis-iblis jahat. Pesta pora pun digelar.
Mungkin ini juga ulah Gisu. Dia mempercepat penyerangan setelah mendengar laporan aku jatuh ke
dasar lembah.
Tapi, Hitogami pun sudah tahu bahwa aku belum mati, karena gelang Orsted sempat terlepas bersama
lenganku.
Mungkin, mereka ingin menyerang Orsted secepat mungkin sebelum aku kembali.
Roxy dan Eris sudah mengintai keberangkatan pasukan penginvasi.
Menurut pengamatan mereka berdua, Dewa Pedang dan Dewa Utara benar-benar bergabung dengan
pasukan itu.
Ya, pantas saja, karena kabar terakhir yang mereka dengar adalah negosiasi berjalan lancar, dan pasukan
penginvasi urung dikirim.
Jika pasukan tetap dikerahkan, maka apa yang telah terjadi pada Rudeus?
Saat Roxy dan Eris masih bertanya-tanya, waktu pun habis, dan pasukan penginvasi dikerahkan.
Kemudian, mereka memutuskan untuk membuntuti pasukan itu sembari tetap waspada.
Tapi, Roxy mengatakan, jika mereka terus membuntuti pasukan sampai memasuki wilayah Kota Irel,
maka akan berbahaya.
Jadi, mereka mengambil rute alternatif, untuk mencapai Desa Supard lebih cepat.
Berhari-hari mereka lalui dengan penuh kekhawatiran dan keraguan, sampai akhirnya tiba di Desa
Supard.
Yahh, kurang-lebih begitulah ceritanya.
Begitu melihat Ruijerd, Eris sangat ingin memeluknya dengan erat, seperti waktu itu.
Ya... tentu saja emosi yang begitu besar meluap-luap dalam dirinya, karena selama ini Eris melihat sosok
Ruijerd sebagai pahlawan.
Dia adalah Eris Greyrat, seorang prajurit yang telah diakui Ruijerd, bahkan sejak kecil dulu.
Seraya menahan segenap emosi di dadanya, Eris memasang pose kebanggaannya, lalu dia berkata pada
Ruijerd.
Dulu, Eris harus mendongak jika bertatapan muka dengan Ruijerd. Tapi kini tinggi mereka setara.
Dulu, mereka adalah guru dan murid. Tapi sekarang, Eris sudah pantas bertarung bahu-membahu
bersama Ruijerd.
“Kita tidak memiliki banyak waktu. Pasukan penginvasi semakin dekat dengan desa. Tak lama lagi,
pasukan Ras Ogre juga akan datang sebagai bala bantuan."
Mulai dari, Dewa Pedang dan Dewa Utara yang berbaur dengan pasukan itu.
Kemudian, mereka memiliki cincin penyamaran yang mirip dengan yang kupakai.
Gisu pun mungkin memakai cincin yang sama, sehingga kita akan kesulitan mencarinya.
Aku juga menceritakan tentang Doga dan tangan Atofe yang menyelamatkanku di dasar lembah.
Pada saat itu, gelang Orsted terlepas bersama lenganku, sehingga aku bisa bertemu lagi dengan
Hitogami di dalam mimpi.
Aku pun menceritakan bagaimana bisa keluar dari dasar lembah, melewati Naga-naga Bumi tanpa
ketahuan, kemudian kembali ke sini.
"Rudeus."
“........ yahh, kita akan bicarakan itu bersama-sama nanti. Aku yakin kau bisa melawannya, Eris. Tapi
kumohon jangan gegabah. Kau tidak ingin bernasib sama sepertiku, kan?”
Pertama...... tentang Gisu. Entah dari mana, yang jelas Gisu berada pada suatu posisi, dimana dia bisa
mengendalikan pasukan penginvasi sampai batas-batas tertentu.
Dewa Utara dan Dewa Pedang sudah melihat setiap sudut Desa Supard, karena penyamarannya tempo
hari.
Sedangkan Dewa Ogre ditugaskan menghancurkan kantor pusat, sehingga menutup semua akses kami
melarikan diri.
Mereka sengaja mengunci kami di Desa Supard, kemudian mendatangkan pasukan penginvasi berjumlah
sekitar 100 orang ke tempat ini.
".........."
Saat kutanyakan itu, Roxy hanya tertunduk, Eris bersedekap, dan Sandor mulai mengelus dagunya
seolah resah.
“Kita tidak tahu apakah Dewa Ogre hanya menyerang kantor pusat, ataukah menghancurkan Kota Sharia
secara keseluruhan.”
Aku mencoba berpikir.
Jika dugaan kedua yang benar-benar terjadi, maka apa yang harus kulakukan?
"..........."
Semuanya hening.....
Tapi, aku tidak bisa melihat ekspresi wajahnya karena tertutup helm.
"Uh-oh, wah.... sepertinya ada rapat nih.....”
"Zanoba!"
Sekujur tubuh mereka memar, dan ada lingkaran hitam di sekitar matanya.
"Aku mengerti. Kalau begitu, beristirahatlah ........ silahkan duduk di sudut ruangan.”
Setelah kupersilahkan masuk, Julie dan Ginger berjalan sempoyongan ke sudut ruangan. Lalu, mereka
pun duduk di dekat pilar.
"Ada beberapa sih, tapi aku ingin Shishou menjelaskan terlebih dahulu apa yang terjadi dengan
lingkaran sihir teleportasi dan alat sihir komunikasi.”
Merepotkan sekali melakukan itu berulang kali, tapi mau bagaimana lagi.....
"Intinya, sekarang ada 2 permasalahan yang sedang kita hadapi, yaitu datangnya pasukan penginvasi ke
desa ini, dan serangan pada Sharia.”
"Pffft... ahaha."
Zanoba tiba-tiba mulai tertawa.
Kau tidak akan mengatakan, ’Ahahah, tenang saja Shishou, semua keluargamu sudah berada di sini, jadi
tenanglah....’ itu hanya lelucon, kan?
“Jadi.... sebelum datang ke sini, aku mendapati patung Tujuh Kekuatan Dunia. Melalui patung itu, aku
bisa berkomunikasi dengan Arumanfi-dono, yaitu salah satu Tsukkaima-nya Perugius-sama.”
"Oh!"
Ataukah musuh ragu menyerang Sharia karena ada Akademi Sihir di sana?
“Kalau Perugius-dono membantu kita, maka kita bisa membalikkan keadaan dengan mudah.”
“Tidak, Perugius-sama hanya akan mengamati pertempuran ini. Kita tidak bisa mengharapkan banyak
bantuan darinya.”
"Begitukah!? Dia masih saja keras kepala pada saat-saat genting seperti ini!?”
Pada saat genting seperti ini, akan sangat membantu bila Perugius meminjamkan kekuatan 12
Tsukkaima-nya.
Arumanfi Sang Cahaya adalah salah satu pengintai terhebat di dunia ini.
Jika dia membantu kita, informasi dan rencana musuh bisa kita dapatkan dengan begitu mudah.
Tsukkaima-tsukkaima Perugius lainnya memiliki kemampuan spesifik yang begitu berguna untuk
mengalahkan lawan.
Tapi.... yahh, apa boleh dikata.... Perugius tidak bersedia campur tangan dalam pertempuran ini.
Bahkan Orsted pun tidak bisa memaksa Perugius. Hubungan keduanya tidak baik.
"Dewa Ogre Malta memang kuat, namun dia bukanlah orang yang jahat. Dia tidak akan menyerang
orang yang bukan musuhnya.”
"Jika Dewa Pedang dan Dewa Utara sudah pergi, mungkin mereka akan menuju Sharia untuk
menyerangnya.”
Kata Orsted dengan tenang dan jelas.
"Tapi Gisu sangat licik. Dengan memanfaatkan Dewa Pedang dan Dewa Utara, dia tahu bahwa aku
sedang berada di desa ini, maka dia menggunakan Dewa Ogre untuk menghancurkan kantor pusat,
bersama dengan lingkaran-lingkaran sihir teleportasi. Semua itu dia lakukan agar aku tidak kembali ke
Sharia. Dewa Ogre bukanlah lawan yang mudah, bahkan aku pun memerlukan waktu untuk
mengalahkannya. Gisu tahu benar bahwa menghancurkan lingkaran sihir teleportasi akan mematikan
pergerakan kita, maka mungkin dia menggunakan orang lain untuk menghancurkan lingkaran sihir di
tempat-tempat lainnya.”
Aku mengerti.
Untuk memastikan rencananya berjalan dengan baik, dia mengirimkan salah satu bawahannya yang
terkuat, yaitu Dewa Ogre. Untungnya, keluargaku aman.
"Karena Gisu memberikan tugas yang berbeda pada Dewa Pedang dan Dewa Utara.”
Dengan kata lain, Dewa Pedang dan Dewa Utara memiliki targetnya sendiri.
Jadi begini........
Saat mereka tahu itu, Dewa Pedang dan Dewa Utara tidak pergi ke Sharia, melainkan tetap di Kerajaan
Biheiril.
Tapi, untungnya mereka tidak turun ke dasar lembah untuk memastikan aku telah mati.
Faktanya, mereka meninggalkanku begitu saja dan berasumsi bahwa aku sudah mati.
“Yahh, yang jelas aku bersyukur bahwa keluargaku selamat. Tapi.... aku khawatir Dewa Pedang, Dewa
Utara, dan Dewa Ogre datang bersamaan ke sini untuk menyerang.”
Sedangkan, hanya sekitar 10 orang Ras Supard yang masih bisa bertarung.
Seperti Orsted, Zanoba, Ginger, Julie, Norn, Cliff, Elinalize. Ruijerd, Roxy, Eris, Sandor, dan Doga.
Di desa ini juga ada anak-anak, wanita, dan tim dokter dari Asura.
".........."
Aku tidak bisa begitu saja meminta Orsted bertarung, sembari mengatakan, ’Boss.... hajar saja semuanya
sampai mampus.... kau kan yang paling hebat di sini....’
Jika situasinya semakin sulit, mungkin kita akan meminta Orsted bertarung. Melawan 2 Dewa bukanlah
masalah baginya, tapi jika ditambah 1 Dewa lagi..... Ortsed pun pasti akan kesulitan.
Jika aku berada pada posisi Gisu, aku tidak akan mengirim bawahan terbaikku begitu saja.
Jika kita melawannya tanpa bantuan Ortsed, maka itu akan menjadi pertarungan yang sulit sekali.....
Tapi ......
Kami juga punya pendekar pedang yang tak kalah hebatnya, yaitu Raja Pedang Eris, Kaisar Utara Doga,
dan Dewa Utara Kalman II, alias Sandor.
Jika kami bertarung bersama-sama, ditambah lagi bantuan Zanoba dan Ruijerd, maka........ yahh, kurasa
kita masih bisa menang.
Tentu saja tidak mudah.... tapi kuyakin kita masih punya kesempatan. Bahkan, kita bisa lari jika
diperlukan.
Aku merasa pertempuran ini berat sebelah, karena ada Gisu di pihak musuh.
Akan lebih baik bila musuh tidak begitu tahu tentangku, namun semua rahasiaku pasti sudah terungkap
karena Hitogami membantu mereka.
Ah tidak juga.... Gisu bukanlah orang yang mau mempertaruhkan semuanya. Dia pasti masih punya
rencana cadangan.
Si monyet itu mempunya ribuan rencana licik yang tidak pernah kuduga sebelumnya.
Misalnya, saat dia memanfaatkan Raja Kegelapan Vita untuk menghasut Ruijerd. Hampir saja kami
diadu-domba oleh Gisu.
Bajingan itu sudah tahu aku akan datang ke Kerajaan Biheiril untuk mengejarnya.
Oleh karena itu, dia sudah menyiapkan jebakan-jebakan liciknya di kerajaan ini.
Mulai dari Dewa Pedang dan Dewa Utara yang menyamar menjadi utusan kerajaan, sampai Dewa Ogre
yang diperintahkan mengobrak-abrik kantor pusat.
Andaikan saja Ruijerd menjadi sekutunya, ditambah lagi Vita, Gull Farion, Aleksander Rayback, dan
Malta.... jika mereka semua menyerangku, pasti aku sudah binasa.
Selain Gisu, aku tidak tahu siapa lagi yang menjadi bidaknya Hitogami.
Mungkin Gisu menawarkan sesuatu, kemudian mereka tertarik, dan akhirnya saling bekerjasama.
Atau jangan-jangan, Gisu berjanji mengabulkan sesuatu yang hampir mustahil terwujud.
Kurang-lebih, kami mengetahui apa yang diinginkan Dewa Pedang dan Dewa Utara sebenarnya.
Mereka begitu tertantang mengalahkan Orsted, yang merupakan salah satu orang terkuat di dunia ini.
Tentu saja, Gisu kembali bergerak setelah mendengar kabar aku terjatuh ke dasar lembah.
Dia akan mempercepat pengiriman pasukan penginvasi, dan juga bala bantuan dari Ras Ogre.
Ya.... meskipun Gull Farion dan Aleksander Rayback mengabarkan bahwa mereka telah membunuhku,
aku yakin Gisu sudah menyiapkan rencana cadangan jikalau ternyata aku masih hidup.
Selagi aku berusaha keluar dari dasar lembah, dia berusaha mengerahkan pasukan untuk melawan
Orsted.
Ketika aku menggumamkan kata-kata itu, seorang pria muda memasuki ruangan.
Dia adalah seorang prajurit Supard yang sedang menggenggam tombak putih di tangannya.
“Pasukan kerajaan telah tiba. Kira-kira mereka hanya berjarak setengah hari perjalanan dari sini.”
Terlambat setengah hari saja..... mungkin akan terjadi sesuatu yang buruk.
Bagian 3[edit]
Lembah yang cukup dalam ini akan menjadi medan pertempuran tak lama lagi.
Ras Supard membangun jembatan di jarak antar lembah terdekat, untuk menuju ke hutan di seberang.
Jembatan tersebut diolesi dengan tumbukan rempah-rempah yang tidak disukai oleh serigala tak kasat
mata.
Jumlah musuh banyak, tetapi jembatan inilah satu-satunya jalan ke Desa Supard.
Jangan samakan menyeberangi jembatan dengan menyeberangi sungai. Jika arusnya tenang, kau bisa
menyeberangi sungai dengan mudah, namun tidak dengan jembatan. Kau harus ekstra hati-hati
menyeberangi jembatan, dan jangan sampai membuat kesalahan sedikit pun.
Jika kita merobohkan jembatan itu, maka kita bisa menahan mereka lebih lama.
Sayangnya, aku tidak bisa menggunakan mata iblisku untuk mengawasi mereka, karena tertutup oleh
hutan yang lebat.
"Biarkan dulu jembatan ini utuh, lalu robohkan jika musuh lewat."
Itulah idenya, kita akan merobohkan jembatan tepat saat musuh menyeberang.
Jika mereka jatuh ke dasar lembah, maka akan sulit sekali memanjat naik. Aku sendiri sudah pernah
merasakannya beberapa hari yang lalu.
Roxy mendapatkan tugas lain, jadi dia tidak maju ke medan perang.
Yahh, secara teknis, pada suatu pertempuran para penyihir diposisikan di barisan belakang, sedangkan
para petarung di depan.
Jika ada prajurit yang terluka, kami akan segera membawanya ke desa, kemudian mereka akan kembali
bertarung setelah pulih.
Tentang penyembuhan.....
Akan kuserahkan pada tangan Atofe. Tubuh ras iblis abadi memiliki kemampuan regenerasi yang luar
biasa.
Bagian 4[edit]
Setelah setengah hari berlalu, pasukan penginvasi beranggotakan 100 orang benar-benar muncul.
Salah satunya adalah seorang pria paruh baya yang menyisipkan pedang di sabuknya.
Dia sudah tua, namun kemampuan berpedangnya sama sekali tidak kendor. Aku sendiri telah merasakan
tebasan pedangnya yang mematikan.
Kemudian, ada seorang pria muda yang membawa pedang panjang di punggungnya.
Dialah Dewa Utara Kalman III. Aleksander Ryback.
Dia adalah salah satu dari Tujuh Kekuatan Dunia. Masih belum jelas seberapa kuat pria itu.
Dan yang terakhir, ada sesosok makhluk berkulit merah setinggi hampir 3 meter, bagaikan pohon
beringin. Ada kalung berbentuk lonceng di lehernya, dan corak harimau di pinggangnya. Dialah Ras Ogre
terkuat, Dewa Ogre Malta.
Orsted sudah menduga alasan mengapa dia tidak menyerang keluargaku, namun kami belum tahu motif
yang sebenarnya.
Aku harus bersyukur dia tidak mengancam keluargaku, tapi aku tidak punya niatan berterimakasih
padanya.
Dialah yang telah menghancurkan kantor pusat, bersama-sama dengan lingkaran sihir teleportasi dan
Litograf.
Tentu saja Elf-chan tidak bisa melakukan apa-apa saat menghadapi monster itu.
Apakah dia telah membunuh Elf-chan? Aku tidak tahu..... bahkan sampai sekarang pun aku tidak ingat
nama gadis Elf itu. Tenang saja Elf-chan..... akan kubalaskan dendammu.
"Mana Gisu?"
Kalau rencananya gagal, tentu saja dia akan segera melarikan diri. Ya..... memang seperti itulah Gisu.
Sosok iblis yang sering disebut-sebut dalam dongeng, kini berada di depan mata mereka.
Kalau kami menang, aku akan menjual buku dan figure Ruijerd sebanyak-banyaknya di Kerajaan Biheiril,
agar mereka tahu bahwa selama ini dongeng itu hanya omong kosong belaka.
Sepertinya ketiga dewa menyadari bahwa pasukannya mulai gentar. Maka, mereka menyerukan itu.
Dia mengangkat kepalan tinjunya ke atas, lalu berteriak begitu lantang sampai terdengar ke sini, untuk
membakar semangat pasukannya.
Dia mirip sekali seperti panglima perang yang tangguh.
Wajar saja bila anak buahnya takut. Siapa yang tidak gentar melawan Ras Supard di Hutan Tanpa Jalan
Keluar. Hutannya saja sudah mengerikan, apalagi lawannya.
Mereka semua mulai menghunuskan pedangnya, lalu memelototi kami dengan bengis.
"Aku adalah Dewa Utara Kalman III, Aleksander Ryback! Kalian harusnya bangga dipimpin oleh orang
sepertiku!”
"...........!"
"Lakukan sekarang!"
Dengan tombaknya, dia segera memotong pohon yang menambatkan jembatan itu.
"AHHHHHhhhhh!?"
Jembatannya roboh.
Musuh tidak bisa melakukan apa-apa selain menyaksikan semua itu dengan tercengang.
Benarkah?
Semudah itu?
Belum berakhir.....
... ... tapi, meskipun Dewa Utara selamat, dia akan membutuhkan waktu untuk naik kembali ke
permukaan.
Lalu, aku memampatkannya, dan menjatuhkannya. Inilah proses terbentuknya salah satu sihir terkuatku.
"Lightning!""
Pohon-pohon terlalap api, lalu tumbang satu per satu bebarengan dengan suara menderik.
"Sekali lagi......"
Warnanya merah.
Dari kejauhan, makhluk itu tampak tenang dan melompat-lompat dengan santai.
Kemudian, dia mendarat dengan dentuman bagaikan meriam yang menghujam bumi. Kabut debu sekali
lagi mengepul di sana.
Makhluk merah itu mendarat dan menghantam sisi kanan pasukan kami.
Dua sosok mulai menampakkan dirinya setelah kabut debu itu mereda.
"........."
Di sana ada raksasa bertubuh merah, dan pria tua yang mungkin berumur 40-an tahun.
Mereka lah Dewa Ogre Malta, dan Dewa Pedang Gull Farion.
Dia menantang kami dengan senyuman ganas di wajahnya bagaikan seekor serigala.
Senyuman itu tampak berbeda dengan saat pertama kali aku menghadapinya.
Tentu saja, kualitas pedang itu berbeda dari pedang yang membelah zirahku tempo hari.
Tanpa sadar, keringat dingin mulai mengalir di punggungku.
"Aku."
Eris bersedekap sembari membuka lebar-lebar kedua kakinya di hadapan Dewa Pedang.
"Aku."
"Ya, berkat tebasan pedangmu yang tidak sempurna, aku masih hidup sampai saat ini.”
Gisu?
Tiga lawan satu agaknya tidak adil, tapi yang kami hadapi saat ini adalah salah satu Dewa dari Tujuh
Kekuatan Dunia. Bahkan, mungkin kami bertiga belum cukup menandinginya.
Aku dan Sandor awalnya berencana untuk melawan Aleksander, tapi ternyata dia jatuh begitu saja ke
dasar lembah seperti orang bego.
"........."
Aku pernah mendengar gaya bertarung Dewa Ogre adalah tangan kosong. Maka Zanoba dan Doga
adalah lawan yang cocok untuknya karena kekuatan fisik mereka yang unggul.
Aku juga pernah mendengar Dewa Utara Kalman II sering melawan musuh dalam jumlah besar.
Mereka bukanlah lawan yang mudah bahkan untuk Dewa Ogre sekalipun.
Tapi, kami akan berusaha sebaik mungkin mengalahkan mereka tanpa ada korban jiwa.
"--------- Aaahhhh!"
Aku segera berbalik ke arah suara itu, dan kudapati seseorang sedang berusaha memanjat ke
permukaan tebing.
Dia adalah seorang pria berambut hitam yang beberapa saat lalu terjatuh ke dasar lembah.
J-j-j-jangan bilang..... j-j-jangan bilang.... dia hanya membutuhkan waktu sesingkat itu untuk keluar dari
dasar lembah!!??
Aku bisa memanjat tebing cepat dengan sihirku, tapi.... bukankah banyak gangguan dari Naga Bumi di
bawah sana?
“........ Apa boleh buat, Rudeus-dono..... sepertinya kita harus menghadapi si bodoh ini bersama.”
"Ya."
Sangat disayangkan aku tidak bisa bertarung bersama Eris dan Ruijerd seperti dulu, tetapi aku tidak
punya pilihan lain. Kita akan jalankan rencana semula.
"Berhati-hatilah dengan pedang itu. Itu pedang terkuat di dunia.”
Pedang itu dibuat ketika pemimpin Kerajaan Raja Naga dikalahkan. Itulah pedang legendaris bernama
Kajakuto [2].
".............kenapa.........?"
Kenapa kau begitu terkejut melihatku? Padahal kau sendiri masih hidup setelah terjatuh ke dasar
lembah.
Mungkin Gisu telah memberitahunya bahwa aku masih hidup, namun dia tidak percaya.
Tunggu dulu........
Hah?
Apakah dia menatapku....?
Bentakan itu.... menandakan bahwa tak lama lagi pertarungan akan segera dimulai.
"Uoooooaaaaaaahhhh !!!"
Detik berikutnya, Dewa Ogre Malta berteriak sambil mengangkat tangannya di atas kepala, lalu dia
hantamkan ke tanah.
T : Kenapa musuh tidak begitu terkejut saat melihat Rudeus yang masih hidup?
J : Hitogami telah memberitahu mereka.
T : Ketika Sandor berbicara dengan Eris, bahasanya sopan sekali [3] sampai-sampai kukira dia Roxy.
T : Dewa Ogre bisa melompati lembah tanpa bantuan jembatan, lalu bagaimana dengan Dewa Pedang?
Apakah dia digendong Dewa Ogre, atau bagaimana?
T : Aku masih penasaran, mengapa Dewa Pedang dan Dewa Utara tidak langsung menuju desa untuk
melawan Orsted setelah mengalahkan Rudeus?
J : Karena mereka tidak membawa pedang terbaiknya. Mereka juga harus melaporkan perkembangan
situasinya. Gisu pun meminta mereka menunggu sampai Dewa Ogre beraksi.
T : Mengapa tidak mudah bagi Orsted mengalahkan Dewa Ogre. Bukankah dia bukan termasuk Tujuh
Kekuatan Dunia?
J : Ibarat di game RPG, Dewa Ogre memiliki HP yang banyak dan pertahanan yang kuat.
T : Apakah desa tempat Ruijerd dan rasnya tinggal sudah resmi disebut ‘Desa Supard’?
T : Aku tahu Orsted harus menghemat Mana-nya, sehingga akan lebih baik bila dia tidak bertarung.
Tapi..... bukankah Dewa Naga Orsted juga bisa menggunakan jurus tangan kosong tanpa mengandalkan
Mana sama sekali? Aku ingat dia pernah mengalahkan Ruijerd hanya dengan serangan fisik.
J : Karena situasinya masih tidak menentu. Mereka tahu siapa saja yang mereka hadapi, tapi Gisu belum
terlihat. Mereka juga tidak tahu apakah ada bidak Hitogami lainnya. Begitu pun dengan pasukan musuh,
mereka menduga ada bala bantuan lain yang siap menyerang. Jika ada musuh yang berhasil melewati
Rudeus dan yang lainnya, maka akan berbahaya bila mereka menyerang desa. Oleh karena itu, lebih baik
Orsted berjaga-jaga di desa. Tentu saja Orsted bisa mengalahkan ketiga Dewa itu seorang diri, tapi tidak
dengan tangan kosong. Lagipula, Gisu sangat licik. Dia punya ribuan cara untuk memancing Orsted
meluapkan Mana-nya. Itulah kenapa, strategi terbaik adalah tidak membiarkan si bos bertarung.
T : Aku penasaran, mengapa Rudeus tidak menggunakan mata iblis penerawang untuk mengantisipasi
kedatangan pasukan penginvasi. Kurang-lebih, musuh membutuhkan setengah hari perjalanan melewati
hutan untuk mencapai desa. Bukankah dia bisa menghentikan mereka sebelum tiba?
J : Jadi begini, karena sudah tahu akan membutuhkan waktu lumayan lama untuk menuju desa, maka
musuh sudah memasuki hutan sebelum Rudeus menyadarinya. Lagipula, mata iblis kedua Rudeus hanya
bisa melihat target bila tidak banyak halangan yang menutupinya. Karena hutan ini cukup lebat, maka
Rudeus tidak bisa melihat targetnya meskipun sudah mengamati dari posisi yang cukup tinggi. Tempat
yang paling cocok untuk mengintai musuh adalah dari lembah. Di lembah, musuh akan menyeberangi
jembatan, dan itulah saat yang paling tepat untuk mengurangi jumlah mereka. Sebenarnya, jarak dari
hutan menuju desa tidaklah begitu jauh bagi pasukan kerajaan yang sudah terlatih. Mereka cukup
percaya diri untuk memasuki hutan begitu tiba. Jika jaraknya lebih jauh, maka mereka akan membangun
tenda di dekat hutan, lalu bergerak di hari berikutnya untuk menuju lembah.
Jump up ↑ Sandor sebenarnya adalah Kalman II, sedangkan Shandor sebenarnya adalah Kalman III.
Kebetulan?
Jump up ↑ Kajakuto sendiri bisa diartikan “Pedang Raja Naga”, tapi Ciu lebih suka menggunakan istilah
Jepang-nya.
Jump up ↑ Tentu saja ini di versi Jepangnya, dan tidak bisa Ciu terjemahkan ke Bahasa Indonesia.
Bagian 1[edit]
Saat Dewa Ogre mulai menyerang, Gull Farion berlari ke arah lain.
"......."
Hanya sekitar 1 menit telah berlalu. Tapi Gull sudah membawa Eris dan Ruijerd ke tempat yang cukup
jauh dari lembah.
Eris merasa sedikit cemas terpisah dari Rudeus, tapi yang harus dia lakukan saat ini hanyalah fokus pada
lawan yang dihadapinya.
"Dewa Ogre selalu membabi-buta saat mengamuk, itulah mengapa aku tidak mau bertarung di
dekatnya.”
"......."
Eris tahu ada banyak celah yang bisa dia manfaatkan untuk menyerang.
Dia mengangkat pedang Naga-Phoenix di atas kepalanya, lalu menantang mantan gurunya itu.
Meskipun hanya mantan gurunya, pak tua itu tetaplah Dewa Pedang.
Selama beberapa saat Eris menimbang-nimbang, apakah harus memanfaatkan kesempatan ini untuk
menyerang.
Herannya.....
Tapi, itu wajar saja. Bagaimanapun juga, Gull adalah seorang guru, tidak aneh baginya menyapa murid
yang sudah lama berpisah dengannya.
Eris pun memakluminya. Tidak aneh jika seorang pendekar pedang memulai pertarungan dengan
bercakap-cakap terlebih dahulu.
"......."
Sayangnya, Eris tidak bisa menebak apa yang Dewa Pedang ingin sampaikan.
"Apakah kau masih ingat Jino? Jino Blitz."
"Ya. Meskipun masih muda, ilmunya cukup tinggi. Tapi dia kurang tahu tata krama.”
Pohon-pohon bergoyang ketika angin bertiup, dan suara gemerisik dedaunan bisa terdengar.
Tidak ada burung atau hewan-hewan kecil lainnya yang biasa seliweran di hutan.
Yang bisa terdengar hanyalah suara gemerisik pohon, dan ledakan dari jarak jauh.
Mungkin ledakan itu berasal dari Dewa Ogre atau Dewa Utara yang sedang bertarung.
"............Hah?"
"Hebatnya, aku sendiri yang telah memberinya gelar itu.”
Kalimat itu begitu sederhana, namun Eris masih saja tidak paham maknanya.
"Apa-apa’an bocah itu.... Tiba-tiba dia mengatakan ingin menikahi Nina! Kemudian, aku bilang dia harus
menjadi lebih kuat dariku jika ingin menikahi putriku..... dan dia benar-benar memenuhi persyaratan
itu!”
Gull mengatakan itu dengan kesal, tapi entah kenapa ada sedikit rona senang di wajahnya.
“Semuanya terjadi begitu cepat! Tebasan pedang itu..... begitu cepat dan berat! Bahkan saat masih
muda dulu, aku hanya bisa melakukan tebasan seperti itu sekali atau dua kali saja!!..... Ahh, mungkin dia
memang lebih hebat dariku....”
“Sulit bagiku memahami hal seperti itu. Sejak kecil, aku selalu menjadi yang terkuat dan terbaik. Tapi.....
sepertinya orang biasa pun bisa menjadi lebih hebat dariku. Tampaknya..... siapapun bisa melampaui
bakat dengan kerja keras.”
Desahan napasnya seolah mengatakan, ’Ahh....rupanya aku bukan lagi yang terkuat.’
“Bocah itu.... seakan-akan semua yang diinginkannya sudah terwujud. Dia menikahi wanita
idamannya..... mendapatkan gelar tertinggi seantero Daratan Suci Pedang..... dan semua orang sudah
mengakui kekuatannya. Sebentar lagi, akan tiba eranya Dewa Pedang Jino.”
".......hah?"
"Akhirnya kau menikahi lelaki kesayanganmu, tapi kau justru menjadi anak buahnya Orsted yang selama
ini ingin kau kalahkan!!”
Hah!
“Aku telah mempercayakan semuanya padamu!! Aku selalu berharap kau bisa mengalahkan Dewa Naga
Orsted!! Itulah kenapa aku terus melatihmu dengan sungguh-sungguh!! Aku bahkan meminta Reyda dan
Auber mengajarkan Teknik Dewa Air dan Dewa Utara padamu!! Tapi lihat apa yang kau berikan padaku!!
Kau balas semua kepercayaanku dengan pengkhianatan!! Kau sudah kehilangan tajimu!! Apanya yang
Mad Dog!?? Kau tidak lagi menakutkan!! Kau boleh bangga bisa menikahi lelaki pujaanmu!! Tapi lihatlah
statusmu!! Istri ketiga!!?? Konyol sekali!! Apakah kau sudah puas dengan semua itu!!??”
"Coba saja.”
Malahan.... Eris bingung, mengapa lawannya terus saja mengoceh sampai sekarang.
“Kau memang sudah kalah, kan? Dasar lemah! Aku hanya perlu mengulanginya sekali lagi. Akan kukirim
kau ke dunia lain dengan sekali tebas.”
"........"
Umumnya, serangan Teknik Dewa Pedang adalah menusukkan pedang dengan secepat dan seberat
mungkin.
Itu adalah jurus dasar dalam Teknik Dewa Pedang yang bisa menghadapi serangan macam apapun.
Itu adalah jurus yang cocok untuk menangani lawan sebelum bergerak.
Singkatnya, Iaido digunakan saat seorang pendekar pedang ingin mengamati gerakan lawannya.
Gerakan ini juga biasa dipakai oleh mereka yang kurang menguasai langkah menengah.
Sedangkan, Eris lebih suka menggunakan langkah lanjut, karena Eris biasa menghabisi lawan sebelum
dia bisa berbuat apa-apa. Eris juga memiliki kepekaan yang tajam, sehingga dia tidak perlu membaca ke
mana alur serangan lawan.
Berbeda dengan Ghyslaine, dia lebih suka menggunakan Iaido, karena ras hewan memiliki pendengaran
dan indera penciuman yang peka.
"........."
Kali ini, Gull Farion lebih memilih menggunakan Iaido untuk mengawali pertarungan.
Tapi, mantan Dewa Pedang ini bisa bertarung dengan posisi dasar apapun.
Dia tersenyum.
Atau lebih tepatnya, dia menyeringai..... dia menyeringai dengan senyum kejam di wajahnya. Tapi dia
tampak tenang..... dia setenang seorang biksu yang sedang berlatih.
Namun.... jika kau mengenal Eris dengan baik, maka kau akan segera tahu bahwa senyuman itu hanyalah
tipuan.
Gurunya hanya diam dengan posisi kuda-kuda siap. Di belakangnya ada pohon besar yang berdiri kokoh.
"........"
"........"
Bagi mereka yang kenal betul dengan kedua pendekar pedang kawakan ini, mereka akan menyebutnya
aneh.
Karena teknik pedang yang mereka berdua kuasai mengharuskan penggunanya untuk melakukan
serangan secepat mungkin.
Jika tidak melancarkan serangan secepat kilat, maka bukan Teknik Dewa Pedang namanya.
Hanya dedaunan yang berjatuhan menari-nari di sekitar mereka. Dedaunan itulah yang menunjukkan
waktu masih berdetak, tetapi mereka masih saja diam.
Beberapa tahun yang lalu, pada hari dimana Eris menjadi seorang Raja Pedang.
Saat itu, juga terjadi duel tanpa gerakan antara pengguna Teknik Dewa Pedang.
Saat itu, terjadi duel antara Eris Greyrat dan Nina Farion.
Umumnya, seorang pendekar pedang pengguna Teknik Dewa Pedang tidak akan betah berlama-lama
berdiam diri seperti itu.
Namun akhirnya, saat itu Nina bergerak terlebih dahulu. Dengan secepat kilat dia menyerang Eris, tapi si
gadis berambut merah bisa mengalahkannya.
Serangan Eris mengenai lawannya hanya sepersekian detik sebelum hal sebaliknya terjadi.
Apakah Eris berniat melakukan hal yang sama pada ayah Nina?
Tapi, jarak mereka berdua saat ini masih jauh. Dia tidak akan bisa menghabisi lawannya dari jarak sejauh
ini.
"........"
Dalam pertempuran antara Eris dan Nina, siapa pun yang bergerak lebih dulu akan kalah.
Jika Nina menggunakan Longsword of Light yang sempurna sekalipun, Eris pasti bisa mengunggulinya.
Meskipun dia sudah kehilangan gelarnya sebagai Dewa Pedang, kecepatan Gull masihlah bukan
tandingan Eris.
Pak tua ini bisa dengan mudah menghindari serangan Eris, kemudian melayangkan serangan balik yang
lebih mematikan.
Tapi nyatanya..... Gull masih juga belum menyerang.
Dia tidak berusaha mencari celah, atau sudut yang sesuai untuk melepaskan serangannya.
Dia begitu seksama memperhatikan Eris, seolah-olah tidak ada apapun di dunia ini selain Eris.
Dia yakin bisa menghabisi lawan dengan serangan terkuatnya dalam sekejap.
"......."
Gull Farion masih dalam posisi bertahannya. Dia pernah menyandang gelar Dewa Pedang, namun bukan
berarti Eris tidak bisa membunuhnya dengan teknik Longsword of Light yang selama ini Gull ajarkan.
Eris mulai mengingat kembali saat-saat Gull pernah memalukannya di depan hadapan pendekar-
pendekar pedang di Dataran Suci Pedang.
"........ Ngh!"
Dia menurunkan pinggangnya beberapa cm, lalu mengumpulkan kekuatan pada cengkraman
pedangnya.
Inilah jurus pedang yang menjadi jati diri Teknik Dewa Pedang..... inilah Longsword of Light.... inilah
teknik pedang terkejam yang bisa menghabisi siapapun dalam hitungan detik.
Dia melihat Gull Farion sedang memegang gagang pedang dengan cengkeraman terbalik.
Hah.... apakah jurus Longsword of Light bisa dilakukan dalam posisi seperti itu?
Longsword of Light Eris berbenturan dengan pedang Gull. Dewa Pedang berhasil menangkis serangan
itu.
Namun, dampaknya terlalu besar untuk dihentikan. Pohon di belakang Gull terpotong oleh dampak
serangan Eris.
Saat pedang keduanya berbenturan, Gull sedikit memberikan tekanan, sehingga keseimbangan tubuh
Eris terganggu.
Dalam benturan sekeras itu, gangguan sedikit saja bisa mengacaukan keseimbangan tubuh lawannya.
Tubuh Eris goyah, lalu mata ganas Gull meliihat leher Eris yang tidak terjaga.
Tebas sampai terpotong..... itulah hukuman bagi pendekar pedang yang tidak melindungi lehernya
dengan baik.
Inilah kesempatan Gull melancarkan serangan balik dengan teknik yang sama.
Sebenarnya, Longsword of Light hanyalah nama. Tidak mungkin kecepatan tebasan pedang menyamai
kecepatan cahaya, paling-paling hanyalah kecepatan suara.
Tapi, dengan jarak sedekat ini..... manusia tidak mungkin menghindar, meskipun tebasan lawannya
hanyalah secepat suara.
Dengan jarak sedekat ini, bahkan Gull tidak perlu menggunakan Longsword of Light kecepatan penuh.
Tebasan sederhana saja sudah cukup memangkas leher Eris.
Dia tidak pernah memperhatikan pria yang tiba-tiba berdiri di belakang Eris.
Pria itu adalah seorang prajurit berambut hijau dengan tombaknya yang tampak seperti kapur.
Bagaikan roh pelindung Eris, pria itu menyelamatkannya tepat di detik-detik terakhir.
Mantan Dewa Pedang terlalu meremehkan lawannya. Kalau saja dia menggunakan Longsword of Light
untuk menghabisi Eris, mungkin tombak putih seperti kapur itu bisa dia tembus bersama dengan leher si
rambut merah.
"GAAAAaaaaaaaa!"
Dengan teriakan sekencang hewan buas, Eris gantian menebaskan pedangnya pada sisi tubuh Gull.
"....... Guh!"
"........."
Akan tetapi........
Potongan tubuh itu sempat berputar 3 kali di udara, lalu jatuh juga ke bumi.
Bagian 2[edit]
Dia pikir keberadaan ras iblis itu di sini tidak akan merubah apapun.
Sebenarnya, Ruijerd tidak akan bisa melihat Longsword of Light, meskipun dia adalah seorang prajurit
veteran berpengalaman. Bahkan mata ketiganya tidak akan bisa melihat tebasan pedang secepat itu.
Namun, Gull sengaja tidak menggunakan jurus dasar itu karena dia sudah yakin bisa menang.
Saat melepaskan tebasan terakhir, dia tidak menggunakan teknik Longsword of Light atau apapun itu.
Karena Eris hanyalah manusia biasa, tebasan itu pasti sudah cukup untuk membelah lehernya. Dan Eris
tidak punya waktu menghentikan serangan itu, meskipun dia menyadarinya.
Jika Eris ragu sedikit saja, maka tebasan balasan itu tidak akan bisa memotong tubuh Gull.
Gull akan melompat mundur tepat waktu, dan serangan balasan Eris hanya memangkas udara.
Dengan sedikit luka sayatan yang meneteskan darah dari lehernya, Eris menanyakan itu pada mantan
gurunya yang sudah terpotong menjadi dua.
Sebetulnya Gull Farion bisa menggunakan jurus selain Teknik Dewa Air untuk menangkis serangan
Longsword of Light dari Eris.
Tapi dia tidak melakukannya.
Waktu melawan Jino, Gull Farion menggunakan teknik yang sama untuk membalas Longsword of Light
milik pemuda itu.
Tanpa diragukan lagi, Gull Farion adalah salah satu pengguna jurus Longsword of Light terbaik di dunia
ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecepatannya, bahkan Dewa Air Reyda akan kesulitan
menangkisnya.
Jurus itu sudah dia gunakan selama berpuluh-puluh tahun, dan semakin baik saja setiap saat.
Jikalau ada suatu hal di dunia ini yang tidak akan pernah mengkhianati Gull Farion, maka itu adalah jurus
Longsword of Light.
Tapi...........
Entah mengapa, saat itu....... jurus Longsword of Light dari seorang pemuda ingusan yang nekad
melamar putrinya.... bisa mengalahkan Longsword of Light miliknya yang sudah menemani Gull seumur
hidupnya.
Waktu itu, tangan kirinya patah, dan dia terlempar jauh ke belakang Dojo.
Setelah pertarungan itu, Gull ragu menggunakan Longsword of Light. Ya..... baru kali ini dia ragu
menggunakan jurus yang telah membesarkan namanya.
Untuk Teknik Dewa Pedang, dia lah yang terbaik, tapi dia hanya menguasai level Kaisar untuk Teknik
Dewa Air.
Dia pikir level Kaisar Air sudah cukup untuk mengalahkan Eris.
Dia yakin betul bisa mengalahkan Eris. Dia pun bertarung dengan serius.
Lagipula, sekarang gelar Dewa Pedangnya telah berpindah tangan, sehingga dia tidak perlu gengsi
menggunakan Teknik Dewa Air.
Andaikan saja gelar Dewa Pedang masih dia sandang, maka Gull Farion harus bertarung dengan jurus
Longsword of Light, tanpa mengandalkan teknik pedang lainnya. Itulah kebanggaannya sebagai Dewa
Pedang.
Tapi kali ini berbeda.
Kini dia hanyalah pendekar pedang biasa. Dia bukan lagi dewa. Tidak akan ada yang mencela Gull jika dia
menggunakan teknik selain Dewa Pedang untuk menghadapi lawan-lawannya.
Oleh karena itu, dia memancing Eris dengan kata-katanya yang profokatif.
Dia tidak pernah melakukan hal seperti itu saat masih menyandang gelar Dewa Pedang dulu.
Ini bukan pertama kalinya Gull meremehkan lawannya. Sebelumnya, dia juga tidak memastikan
kematian Rudeus yang sudah terjatuh di dasar lembah.
Jino, Rudeus, dan kini Eris. Semuanya dia remehkan, dan inilah akibatnya.
Sungguh ironis, salah satu pendekar pedang terkuat di dunia ini terbunuh oleh arogansinya sendiri.
"M....mungkin....k....kau......b....benar....a....aku.....m....memang....p....payah.....”
Tapi, Eris tidak pernah termakan oleh kata-katanya. Bagi Eris, omongan Gull hanya seperti ocehan orang
mabuk di bar.
Saat masih muda dulu, Gull Farion pernah melawan Orsted, dan dia kalah telak. Itulah sebabnya dia
menerima tawaran Gisu untuk bekerjasama. ’Kali ini.... aku harus bisa mengalahkan Orsted.... ini
kesempatan terbaikku...’ begitulah pikirnya.
Sayangnya.... sekarang yang bisa dia lakukan hanyalah menertawai dirinya sendiri yang sudah sekarat.
Sembari memandang mantan gurunya yang tergeletak di tanah, Eris hanya memahami satu hal.... bahwa
gurunya tidak lagi sekuat dulu.
Saat pertama kali melihat Eris kecil, Gull Farion tahu bahwa bocah ingusan itu punya bakat.
Dia pikir, suatu saat nanti Eris bisa lebih kuat daripada Ghyslaine. Bocah berambut merah itu hanya
belum terlatih.
Tapi..... tak sekalipun Gull berpikir bahwa si rambut merah ini akan membunuhnya.
Dia pikir bisa mengalahkan Eris tak peduli setinggi apapun teknik pedang yang telah dikuasai gadis itu.
S.....sedangkan aku......
K.....konyol sekali..........”
Dengan kesadaran yang semakin memudar, Gull mengatakan itu dengan terbata-bata.
Dia bahkan tidak tahu pesan terakhir apa yang pantas disampaikan sebelum mati.
Karena dia tidak pernah mengira bakal mati di tangan muridnya sendiri.
"E......Eris.........
K...kaulah yang.....t.....terbaik.....
"......Ambil.....lah........"
"Baik."
Namun, gagang pedang yang barusan dia lepas masih terasa hangat.
"Haa ......"
Tangannya jatuh.
Dewa Pedang Gull Farion mati.
"Fiuh -........."
Roxy memberikan gulungan itu agar digunakan saat dibutuhkan. Dan dia pun memakainya sekarang.
Sambil menempelkan gulungan itu pada lehernya, dia mengalirkan Mana untuk mengaktifkan sihir
penyembuhan.
"....... Eris."
"Ya."
Sembari hanya mengucapkan beberapa patah kata, mereka berdua berjalan meninggalkan jasad Dewa
Pedang ......
Dia berbalik.
"-----Fire Ball."
Rudeus pernah mengajarkan sihir itu padanya, dan itulah satu-satunya teknik sihir yang dia pahami. Dia
bahkan sering melatih sihir itu bersama Ghyslaine.
Bola api yang ditembakkan oleh tangan Eris membakar jasad Gull Farion.
Eris tidak melihat sampai akhir jasad mantan gurunya yang dilalap api.
Pohon-pohon di sekitarnya juga terbakar oleh api, dan asap mulai membumbung tinggi, seolah
menandakan sesuatu.
T : Apakah Mana Orsted bisa pulih dalam 30 tahun ke depan? Jika iya, maka bukankah lebih baik dia ikut
bertarung? Karena Laplace akan bangkit 80 tahun lagi. Bukankah waktunya cukup untuk memulihkan
Mana?
J : Yahh..... kalau Mana-nya si bos benar-benar pulih dalam jeda 30 tahun ke depan, maka dia pasti
sudah ikut serta dalam pertarungan ini.
T : Sebenarnya, apa sih kriteria seseorang masuk dalam daftar Tujuh Kekuatan Dunia?
J : Yang jelas bukan kekuatan fisik. Buktinya Jino bisa mengalahkan Gull.
T : Selama pertarungan ini berlangsung, apakah ada perubahan dalam urutan Tujuh Kekuatan Dunia?
J : Tidak.
T : Mengapa Gull Farion mati dengan begitu mudah? Bahkan Eris hanya memerlukan satu tebasan untuk
membunuhnya. Begitu lemah kah dia sekarang?
J : Tidak juga..... kalau tidak bersama Ruijerd, pasti Eris sudah mati.
J : Yahh, dia memang pendekar yang berbakat. Ditambah lagi, dia giat berlatih sejak kecil.
J : Gull Farion-sama masih banyak bicara bahkan setelah tubuhnya terbelah dua. Mungkinkah itu terjadi?
T : Eris dan Ghyslaine. Bisakah mereka mempelajari sihir penyembuhan tanpa mantra dengan bimbingan
Rudeus?
T : Tidak bisakah Gull Farion menggabungkan jurus Longsword of Light dengan Flow?
J : Bisa saja.
Jump up ↑ https://id.wikipedia.org/wiki/Iaido
Bagian 1[edit]
Mereka adalah lawan yang sepadan karena sama-sama memiliki kekuatan fisik yang besar.
Zanoba adalah seorang Miko dengan kekuatan fisik di atas rata-rata, sedangkan Doga adalah pria kekar
yang menguasai Teknik Dewa Utara.
Karena yang kuhadapi adalah salah satu dari Tujuh Kekuatan Dunia.
Sayangnya, aku tidak memakai Magic Armor Versi I saat ini...... sedangkan, Versi II masih belum
sempurna.
"Tunggu dulu!"
Dia adalah salah satu pengguna Teknik Dewa Utara terbaik di dunia ini.
Dari pengalamanku bertarung melawan pengguna Teknik Dewa Utara sebelumnya, mereka suka
mengalihkan perhatian lawan, kemudian menyerang saat kita benar-benar lengah. Jadi, wajar saja bila
Kalman III melakukan hal yang sama. Mungkin dia akan pura-pura bertanya agar aku lengah.
.......*BRAAAKKK!!*............
Dia menangkis semuanya dengan mudah, dan terus berusaha untuk berkomunikasi.
"Kau boleh marah padaku. Kau pasti dendam padaku setelah tanganmu terpotong, dan jatuh ke dasar
lembah. Aku tahu kau ingin bertarung sesegera mungkin. Tapi kumohon tunggu sebentar. Setelah aku
berbicara, aku akan melayanimu sampai puas. Lalat kecil sepertimu pasti mau menunggu saat dua orang
hebat sedang berbicara, kan??”
LALAT KECIL KAU BILAAAAANG.....!!??
Sayangnya, aku pun mengakui bahwa diriku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan Tujuh Kekuatan
Dunia.
Bertemu dan bekerjesama dengan mereka saja sudah menjadi kehormatan besar bagiku.
"..........."
Dia jelas-jelas sedang mengulur waktu, sedangkan aku ingin mengakhiri pertarungan ini secepat
mungkin agar bisa membantu yang lainnya.
Sembari memikirkan itu semua, aku mundur selangkah, lalu bertukar pandang dengan Sandor.
Jika Sandor tidak mau bertarung, maka aku tidak akan bisa mengalahkannya seorang diri.
"Bocah? Aku? Kau sebut anakmu sendiri bocah? Di dunia ini aku adalah orang yang paling
memahamimu! Kau dingin sekali!”
“Ayah, pertama kali kita bertemu adalah saat aku keluar dari rahim ibu.”
Ya.... Hitogami pasti sudah menceritakan semuanya, termasuk fakta bahwa Sandor adalah ayahnya.
“Aleksander-kun.... harusnya kau baru mengetahui hal itu setelah kulepas helm ini.”
“Untuk menghargai pertarungan ini, aku akan mengungkap jati diriku yang sebenarnya. Baiklah....
baiklah..... kulepas saja helm ini. Ya, seperti yang kau tahu, aku adalah ayah.....”
“Cukup! Aku pikir kau sudah lama mati, ayah! ....... Apa yang kau lakukan selama ini!!??”
“...... Selama ini aku menjadi guru, dan mengajarkan teknik pedang pada murid-muridku. Belakangan ini,
aku mendapatkan promosi dari Ariel-sama, maka aku pun menjadi ksatria kerajaan.”
"Murid? Kau tidak malu menjadi guru!!? Padahal kau telah menyerahkan pedang ini padaku, dan
meninggalkan Teknik Dewa Utara!!”
"Hmm."
Sandor mengangkat tongkatnya.
"Oh.... jadi kau keberatan aku menggunakan tongkat? Kurasa aku semakin kuat dengan menggunakan
tongkat.”
“!!?? Kau sedang mengejekku!!?? Maksudmu..... potongan logam busuk itu lebih kuat daripada Kajakuto
yang kupegang ini!!??”
"Itu tidak benar. Aleksander-kun, pedang itu adalah yang terkuat di dunia. Aku tahu betul pedang itu,
karena telah kupakai selama lebih dari 100 tahun.”
"Tak peduli seberapa besar monster yang kau hadapi, tak peduli seberapa cepat hewan buas yang kau
hadapi, tak peduli seberapa kuat prajurit yang kau hadapi.....semuanya akan tunduk di hadapan pedang
itu. Aku telah memenangkan begitu banyak pertarungan bersama pedang itu. Aku menjadi pahlawan
besar bersama pedang itu. Tapi..... suatu hari aku berpikir.... apa yang terjadi padaku jika tidak
menggunakan pedang itu? Saat itulah, aku menyadari bahwa Dewa Utara Kalman II Alex Rayback, tidak
ada apa-apanya jika tanpa pedang Kajakuto. Mulai saat itu, aku tidak bisa bertarung seperti dulu lagi.
Tentu saja, aku tidak berniat membuang pedang yang selama ini menemaniku bertarung, tapi..... hanya
saja aku berpikir, waktuku sebagai pahlawan bersama pedang itu sudah berakhir. Itulah sebabnya aku
menyerahkan pedang itu padamu, dan melepaskan gelar Dewa Utara Kalman II.”
Aku tidak begitu paham apa yang dipikirkan Sandor, tapi yang jelas..... dia tidak lagi ingin bertarung
bersama pedang terbaiknya, lalu lebih memilih menjadi guru yang mengajarkan teknik pedang pada
murid-murid barunya.
Ya..... kalau berada di posisi Aleksander.... aku pun akan kecewa pada ayahku.
Jika tiba-tiba ayahmu meninggalkanmu seraya menitipkan tanggung jawab sebesar pedang itu.... maka
tentu saja kau berhak marah.
"Jadi, kau mengajarkan Teknik Dewa Utara pada murid-murid barumu..... apakah hasilnya seperti Auber
dan fraksi anehnya?”
“Aku tidak pernah mengakui Auber dan fraksinya sebagai pendekar Teknik Dewa Utara!!”
Auber ya .....
"Auber memang menggunakan banyak senjata selain pedang, sedangkan Kalman I sebagai pemula
Teknik Dewa Utara hanya menggunakan pedang. Tapi menurutku.... kita tidak perlu selalu menggunakan
pedang.”
“Ya, dengan ini, aku bisa merasakan kekuatanku sendiri. Saat seseorang merasakan kekuatannya sendiri,
dan juga perkembangannya.... maka dia akan semakin kuat.”
"Aku datang ke sini untuk mengalahkan Orsted. Setelah mengalahkan Dewa Naga, aku akan menduduki
peringkat ke 2 dari Tujuh Kekuatan Dunia.”
Kau boleh saja bangga pada anakmu sendiri..... tapi kau masih berada di pihakku, kan?
Kau tidak akan mengatakan, ’Baiklah.... kalau begitu akan kubantu kau mewujudkan tujuanmu’ lalu
bekerjasama dengan mereka, kan?
“Kali ini, aku akan menjadi lawanmu. Jika kau mampu, tentu saja kau boleh melawan Orsted setelah
mengalahkanku di sini.”
"Itu sudah jelas. Meskipun musuhku adalah ayahku sendiri..... akan kutunjukkan bahwa Kalman III
pantas menjadi pahlawan besar!!”
Begitu terobsesinya kah kau menjadi pahlawan besar? Sampai-sampai kau berani melawan ayahmu?
Yahh, kau boleh terobsesi mengejar apapun.... tapi, jika harus mencelakai keluargamu.... itu agaknya......
"Hn? Ras Supard bukanlah iblis. Kau sudah melihatnya dengan mata – kepalamu sendiri, kan?”
"Mungkin kau benar. Tapi jika aku tidak melakukannya, maka aku tidak akan bisa melebihi nama
besarmu! Jika aku tidak melakukannya, aku tidak akan melampaui nama Kalman II!!”
"Menurutmu kau akan menjadi pahlawan jika bisa melampaui nama besar Kalman II?”
"Benar!”
"Maafkan aku, Rudeus-dono. Tadinya kukira aku bisa membujuknya, tapi ternyata kebodohan bocah ini
jauh lebih besar daripada dugaanku sebelumnya.”
Dia adalah tipe orang yang ingin dianggap sebagai pahlawan dengan melakukan hal-hal yang
menghebohkan..... bukannya dengan melakukan hal-hal heroik.
"Siap."
Di belakangnya, aku mengangkat tanganku dalam posisi siap menembakkan sihir kapanpun.
“.......... apakah kau pikir bisa mengalahkan Kajakuto milikku? Lihatlah, kau hanya membawa batangan
logam..... dan si lalat kecil itu hanya akan merepotkanmu.”
"Aku yakin bisa menang..... dan akan kuhukum kau nanti sampai kapok.”
Bagian 2[edit]
"TAAAAaaaaaaa!"
Dengan enteng dia pegang pedang Kajakuto di tangannya, lalu di tebas bahu Sandor.
"OOOHHHH!"
Dengan kontrol stabilitas tubuh yang luar biasa, Aleksander kembali menekan Sandor dengan serangan
lainnya.
Sembari memutar tubuhnya, Sandor menangkis serangan Aleksander untuk yang kedua kalinya.
"OORYAAAaaaaaaa!"
Sambil membalikkan tubuhnya, pak tua itu terus menangkis serangan beruntun dari Kajakuto.
Tebasan Kajakuto milik Aleksander bukanlah serangan yang bisa dimentahkan dengan mudah.
Setiap kali senjata mereka berbenturan, gelombang kejutnya membuat tanah tercungkil, dan pohon-
pohon di sekitar tumbang.
Bahkan, pipiku tersayat oleh gelombang kejut itu, meskipun aku berdiri cukup jauh dari mereka.
Sandor memang luar biasa. Meskipun tanpa pedang terkuatnya, dia tetaplah Dewa Utara Kalman II.
Aleksander dapat bergerak bebas ke segala arah karena dia bisa mengendalikan gravitasi. Gerakan-
gerakan akrobatiknya begitu sulit diprediksi.
Sekilas, dia terlihat tidak beranjak sama sekali, tapi sebenarnya Sandor bergerak sedikit demi sedikit
untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan.
Tapi, mungkin karena aku sudah terbiasa berlatih dengan Eris dan Orsted, sehingga aku bisa melihay
gerakan mereka.
Meskipun begitu, variasi gerakan mereka begitu banyak, sampai-sampai aku kebingungan
memprediksinya. Membantu pengguna Teknik Dewa Utara saat bertarung tidaklah mudah.
"WWWHHAAaaaaaa!"
"TOOOOAAaaaaaa!"
Mereka tidak bertarung dengan tenang. Keduanya saling berteriak dan meraung.
Aku bisa merubah alur pertempuran ini. Sihirku bisa membantu Sandor menang.
Meskipun begitu, tetap sulit menduga gerakan mereka selanjutnya, bahkan dengan mata iblis
peramalku.
Aku masih bisa menduga gerakan Sandor, namun Aleksander lebih sulit.
Jika aku bisa membaca pola itu, maka aku akan menemukan celah untuk menyerang .......
"Sekarang!"
Aku menembakkan Stone Cannon tepat setelah menemukan momentum yang pas.
Batu itu melengkung ke arahlain setelah menyayat armor Aleksander, kemudian menghilang di balik
hutan.
"Haaa!"
Tanpa melewatkan kesempatan itu, Sandor memukul Aleksander tepat di ulu hatinya.
"Ugh ......!"
Oh..... tidak..........
Itulah yang kulihat dengan mata iblis peramalku. Aku pun coba menahannya dengan kedua tanganku.
"Ouh ....."
Saat menahan serangan itu, tubuhku merasakan tekanan gravitasi yang luar biasa.
Sarung pelindung tanganku pecah, dan aku jatuh dalam posisi berlutut.
Setidaknya..... itulah yang kurasakan.... tapi, tangan Atofe melekat begitu kuat, sampai terdengar bunyi
retakan yang keras.
Electric!!
Seketika, aku mengumpulkan Mana pada tanganku yang lain, lalu kulepaskan Electric.
Petir ungu menyabet tubuh Aleksander.
Aku melanjutkannya dengan mengumpulkan Mana sekali lagi pada tangan kiri, lalu kutembakkan Stone
Cannon tepat di depan wajahnya.
"TOORYAaaaaaaaa!"
Dia menghindari meriam batuku dengan menekuk tubuhnya ke belakang, lalu melibas kakiku dengan
jegalannya.
Pada saat yang sama, dia melepaskan tebasan untuk memangkas leherku.
"HAAaaaa!"
Namun, sebelum itu terjadi, Sandor menusukkan tongkatnya ke sisi tubuh putranya.
Aleksander belum menyerah, dengan gesit dia memutar tubuh, melompat jauh ke sisi kananku...... lalu
mendarat dengan begitu mulus, seolah tidak terpengaruh gaya gravitasi.
"........ Fiuh."
Sekilas, dia tidak terluka sama sekali.
Bagaimana dia bisa bertahan? Apakah ini hasil dari latihan kerasnya? Atau memang tubuhnya yang
tangguh?
Aleksander mulai mengakui kesalahannya, tapi kelihatannya dia sama sekali tidak tersudutkan.
Sandor akan terus berhadapan langsung dengannya, sedangkan aku membantu dari belakang.
Jika serangan kami mengenainya, maka sedikit demi sedikit pasti dia akan tumbang.
Aku partnernya!
Kenapa, Sandor....? Kenapa kau katakan itu. Apakah kita belum bisa mengunggulinya?
Pelindung lenganku hancur oleh serangan barusan, tapi lengan Atofe ternyata bisa bertahan dari
serangan Aleksander.
"Berhati-hatilah Rudeus-dono.... dia masih menyimpan kekuatannya untuk melawan Orsted. Tapi,
sepertinya sebentar lagi dia akan bertarung dengan lebih serius.”
Ah, sial.
Jadi dia belum menggunakan seluruh kemampuannya.
Roxy akan memberitahuku jika persiapannya sudah siap. Sudah setengah hari berlalu, jadi kurasa
sebentar lagi dia selesai.
Selama Zanoba dan Eris tidak membiarkan musuhnya lewat..... kurasa Roxy masih aman-aman saja.
“Sepertinya dia sudah jauh lebih kuat dibanding terakhir kali kami bertemu. Aku baru menyadarinya
sekarang.”
Aku lebih suka kau tidak mengatakan hal mengerikan seperti itu, bung....
Tadinya aku yakin sekali bisa membantumu, tapi sekarang.... sepertinya itu tidak mudah....
"Siap!”
Setelah saling bertukar kata, Sandor pun maju.
"UUOOO!"
"DORYAAA!"
Kalau dilihat dengan mata awam, seolah-olah serangan Aleksander biasa saja..... tapi, aku tahu tebasan
pedangnya begitu berat. Ya.... itu tidak aneh, karena dia bisa mengontrol gravitsi.
Jika Sandor terus tertekan, aku tidak bisa melancarkan serangan Stone Cannon dari jauh.
Tanpa sudut dan celah yang tepat, seranganku pasti bisa dimentahkan olehnya. Entah ditangkis,
dihindari, atau bahkan dihancurkan.
"........."
Aku tidak bisa menembakkan Stone Cannon dalam keadaan seperti ini.
Pertama, aku harus menghentikan manuver-manuver udaranya yang aneh itu. Dia hampir bisa
menghindari semua serangan dengan gerakan seperti itu.
Kalau kita membatasi gerakannya, Sandor akan lebih leluasa menyerang, dan aku pun bisa
menembaknya dari jarak jauh.
“Earth Lancer!”
“Earth Web”
Oh tidak.
Sandor tidak kalah teknik, melainkan kalah senjata. Tongkat Sandor sama sekali bukan lawan Kajakuto.
Tongkat itu terlihat semakin bengkok setiap kali berbenturan dengan Kajakuto.
Jika aku menembakkan Stone Cannon sekarang, itu hanya akan mencelakai Sandor.
Gawat, kalau begini terus, kita tidak bisa lagi mengulur waktu.
Kemudian.......
Dia adalah seorang wanita berambut merah dengan sebilah pedang di tangan. Tanpa ampun, dia
menyerang Aleksander dengan sekuat tenaga.
Aleksander menerimanya bersamaan dengan serangan Sandor, lalu dia pun mundur beberapa langkah
ke belakang.
Setelah mendarat dengan mulus, seolah mengabaikan gravitasi, Aleksander segera membalas serangan
wanita itu dengan tebasan pedangnya.
"HAH .......!"
Namun, saat si rambut merah terhempas ke belakang, seorang prajurit berambut hijau menangkapnya.
"GAAAaaaaa!"
Si anjing gila berambut merah tidak berhenti, dia segera melancarkan serangan lainnya.
Dia menebas Aleksander tepat di lehernya, namun lagi-lagi serangan itu dibelokkan oleh suatu gaya tak
kasat mata.
Tebasan pedangnya meleset, dan hanya menyayat armor Aleksander. Hebatnya, armor itu hanya
meninggalkan lecet setelah tertebas pedang setajam itu.
Begitu menyadari serangannya gagal, dia melompat mundur beberapa langkah ke belakang.
Tepat di tempat yang barusan dia pijak, pedang Aleksander menghujam tanah, dan hanya mampu
memotong beberapa helai rambutnya yang merah.
Ruijerd tidak berbalik, tapi mungkin dia sudah tahu aku baik-baik saja dengan mata ketiganya.
Andaikan aku seorang gadis, aku pasti sudah jatuh cinta padanya.
Hanya bercanda....
"Meskipun dia tidak lagi menyandang gelar Dewa Pedang, harusnya dia tidak mungkin dikalahkan
semudah itu ..... atau mungkin, aku saja yang terlalu menganggapnya hebat, ya.....”
Kalau tidak salah, waktu membantaiku di jembatan, Aleksander memang terlihat cukup akrab dengan
Dewa Pedang.
"Kami baru saja saling kenal ...... bagiku, dia orang yang cukup baik, sih......"
Aura Aleksander berubah.
Aku bisa merasakan sekarang dia jauh lebih serius daripada sebelumnya.
“Tadinya, kupikir aku bisa mengatasi kalian berdua dengan cepat, lalu segera menuju ke tempat
Orsted.....”
Eris dan Ruijerd juga merasakannya, sehingga mereka pun memasang kuda-kuda dengan waspada.
Tapi.... meskipun dia bertarung dengan sungguh-sungguh.... bukankah sudah terlambat? Sekarang
lawannya adalah kami berempat. Peluang menang Aleksander semakin kecil meskipun dia bertarung
dengan serius.
Meskipun dia masuk dalam daftar Tujuh Kekuatan Dunia ...... melawan 4 orang sekaligus berilmu tinggi
bukanlah hal yang mudah.
Aku baru sadar, sejak tadi Aleksander bertarung dengan tangan satu...... tapi, sekarang dia
menggunakan kedua tangannya.
Aku jadi penasaran..... bagaimanakah gaya bertarung pria ini yang sebenarnya.
"Gawat....!! Lari....!!”
“Dengan kedua tangan ini, akan kulenyapkan nyawa kalian...... sampai hanya menyisakan tekad yang
hampa.”
Tentu saja, dedaunan yang sudah jatuh, cabang-cabang pohon, dan benda apapun di sekitar kami......
juga mengapung ke udara.
Selincah apapun dirimu, jika mengambang di udara seperti ini, kau tidak akan bisa berbuat apa-apa.
Sial.
Aku segera meraih batu penyerap sihir di lengan Zariff, lalu kuarahkan ke Sandor.
Aku merasakan sesuatu yang lenyap, kemudian aku pun kembali jatuh ke tanah.
Kubuang batu penyerap sihir, lalu kukumpulkan Mana sekali lagi di tanganku.
Saat aku menghadap Aleksander, dia hampir saja mengayunkan pedangnya ke bawah.....
Dan......
Lalu......
Bagian 3[edit]
Bahkan kakiku lebih parah lagi. Kakiku benar-benar hancur, dan melengkung ke arah yang tidak wajar.
Tulang-tulang di bagian tubuhku yang lain juga patah, dan aku merasakan sakit yang luar biasa.
Aku terbatuk begitu keras, dan rasa sakit mencekik leherku..... tapi untungnya aku masih bisa bersuara.
Ketika aku berusaha mengangkat tubuhku, ranting pohon tempatku bersandar patah.
"Astaga....."
"Owww ....."
Aku baru saja menggunakan sihir penyembuhan, tapi sekarang terluka lagi.
Aku dengan cepat merapalkan sihir penyembuhan, lalu menyembuhkan lukaku sekali lagi.
Dan.......... Aleksander.........?
"!"
Sambil mengkhawatirkan semuanya, aku berdiri, lalu kudapati orang tepat di hadapanku.
Setelah tersentak sejenak..... aku langsung kembali memasang kuda-kuda dengan tubuh masih goyah.
"Sandor-san!"
Armornya hancur sebagian, helm rusak, dan darah merembes keluar dari kepalanya.
Aku menyentuh tubuhnya dengan tangan, lalu kualirkan sihir penyembuhan padanya.
"Terima kasih."
“Mereka hanya luka ringan. Kami terpental cukup jauh dari bocah itu, ini semua berkatmu, Rudeus-
dono. Mungkin mereka bahkan tidak memerlukan sihir penyembuhan. Tapi mereka masih pingsan.”
Ah, syukurlah.
"Lalu, di mana Dewa Utara Kalman III?"
"Sepertinya dia segera meninggalkan tempat ini setelah yakin kita kalah.”
“Itu adalah jurus pembunuh terkuat dalam Teknik Dewa Utara. Mungkin dia pikir tidak perlu
memastikan kematian kita.”
Aku tidak merasakan aura Aleksander yang begitu kelam saat mereka membantaiku di jembatan.
Rupanya, kali ini dia benar-benar serius.
Pastinya Orsted pernah menghadapi Aleksander dengan Kajakuto-nya di salah satu perulangan hidup.
Orsted akan bertarung dengan serius jika situasinya memaksa. Seperti saat membunuh Dewa Air Reyda
dengan sekali tusuk.
Di sana juga ada, Julie, Norn ....... dan para prajurit Ras Supard yang barusan pulih dari penyakit.
Jika Orsted berusaha melindungi warga desa sembari menghadapi jurus itu..... mungkin dia akan
memakai banyak Mana.
Pertarungan sembari melindungi banyak orang jauh lebih sulit daripada bertarung seorang diri.
Tapi, jika Orsted tidak melindungi desa, maka mereka semua akan binasa.
"Tentu saja kita akan menyusulnya. Ini belum selesai. Aku barusan saja melihat cahaya dari arah desa.
Itu adalah cahaya sihir pemanggilan. Jika persiapan Roxy sudah selesai, maka pertarungan ini baru saja
dimulai.”
Ketika aku mengatakan itu, ada beberapa orang berambut hijau berlari keluar dari hutan.
"Bagus."
Aku mengangguk.
"Kalau begitu, biar aku yang pergi duluan. Ijinkan aku menghentikan Aleksander.”
"Aku mengerti."
“Tolong rawat Eris dan Ruijerd. Jika mereka sudah pulih, suruh segera menuju desa untuk
membantuku.”
"Baik!"
"Ya!"
Aku menitipkan Eris dan Ruijerd pada salah satu prajurit Supard, lalu aku menuju desa bersama prajurit
Supard lainnya.
Aku terus melesat menuju desa sembari melompati akar-akar dan ranting pohon yang mengganggu.
Yahh, sebenarnya aku tidak bisa berlari cepat seperti biasa, karena Magic Armor-ku rusak.
Zirah ini tidak lagi berfungsi, dan hanya menambahi bebanku saja.
Dewa Utara Kalman III lebih kuat dari yang kita duga.
"Rudeus ......!"
Meskipun aku telah menyembuhkan diri dengan sihir penyembuhan, pakaianku tetap saja compang-
camping. Itu membuat Elinalize terheran saat melihatku.
"Persiapannya selesai."
Di belakangnya...............
Aku pernah melihat lingkaran sihir itu saat terjebak di dalam lembah.
Tidak salah lagi, lingkaran sihir itu dibuat oleh Roxy Greyrat.
Lingkaran sihir itu sudah rusak karena tertimpa beban berat yang barusan dipanggilnya.
Aku sudah membuat zirah itu sebagai cadangan, untuk jaga-jaga Magic Armor rusak selama perang.
Zirah itu tidak cukup ditempatkan di kantor, sehingga selama ini disimpan di bengkel.
Inilah satu-satunya senjata yang tersisa dari amukan Dewa Ogre pada markas besar di Sharia.
J : Ya.... Kalman II dan III, Shandor dan Sandor, Alex dan Aleksander. Itulah kenapa aku tulis Aleksander
dan Sandor saja. Aku minta maaf, pasti para pembaca bingung saat pertama kali membacanya.
T : Jika kami meminta Sensei membandingkan Magic Armor dengan Anime Mecha lain..... mirip seperti
apakah bentuknya? Kalau menurutku sih, bentuknya seperti Koubu dari Sakura Wars.
Kurasa kau boleh membandingkannya dengan karakter-karakter lainnya selama kau suka.
T : Jadi, selama ini ada dua unit Magic Armor Versi I? Satunya ada di kantor pusat, sedangkan satunya
lagi tersimpan di bengkel milik Zanoba? Kalau tidak salah, memang pernah disebut ada lingkaran sihir
yang menghubungkan kantor pusat dan bengkel Zanoba. Apakah Magic Armor Versi I yang kedua juga
dibuat dari material yang sama?
J : Benar. Rudi sudah memikirkan hal seperti ini akan terjadi, maka dia membuat cadangannya.
T : Apakah Magic Armor Versi I yang kedua ini lebih kuat dari yang sebelumnya?
T : Aku penasaran, mengapa selama ini tidak ada yang mencuri Magic Armor Versi I di kantor pusat?
T : Sekarang kita membicarakan Dewa Utara. Mana yang lebih hebat, Kalman II atau Kalman III?
J : Aku tidak sebut mana yang lebih hebat. Setidaknya, Kalman II pernah menjadi pendekar pedang
terkuat selama dia menggunakan Kajakuto dulu. Tapi, putranya juga tidak lemah.
T : Pertarungan Kalman II dan III cukup epik, tapi...... yahh, aku masih tidak puas dengan Jino. Tiba-tiba
dia menjadi begitu kuat, bahkan bisa mengalahkan gurunya sendiri. Menurutku, perkembangan cerita ini
terlalu terburu-buru. Itu sih yang kusesalkan.
T : Bagian tubuh Atofe bisa menggantikan lengan Rudi yang putus. Tapi, jika seandainya Dewa Pedang
membelahnya sebelum bagian tubuh itu melekat, apa yang akan terjadi?
J : Yahh, bayangkan saja kau sedang menggigit daging yang lunak, tapi ternyata ada tulang keras yang
terselip di dalamnya. Maka gigimu juga akan terasa sakit, kan?
T : Kau bilang tidak akan ada perubahan pada peringkat Tujuh Kekuatan Dunia. Harusnya kau tidak
mengatakannya, karena itu spoiler keras.
J : Lah, bukannya posisi Gull sudah diambil alih oleh Jino? Jadi, tidak ada yang berubah setelah Eris
membunuhnya. Kurasa itu bukan lagi spoiler.
T : Jadi, Kalman II, atau Sandor, adalah anaknya Atofe dan Kalman I. Bukankah itu berarti dia setengah
ras iblis? Lantas, mengapa dia perlu sihir penyembuhan dari Rudi? Bukankah ras iblis abadi punya
kemampuan regenerasi yang hebat? Ataukah lukanya begitu parah, sehingga regenerasinya tidak
berfungsi?
J : Mereka ketakutan setelah melihat jembatan itu jatuh tersambar petir. Mereka sudah tidak
melanjutkan lagi serangannya.
T : Apakah kau masih ingat Wii Taa di arc perebutan kekuasaan Kerajaan Asura? Apakah hubungannya
dengan Aleksander?
J : Wii Taa adalah muridnya Kalman III. Perkembangannya lambat. Tapi, dia berpisah dengan gurunya
saat mengetahui fraksi pendekar Teknik Dewa Utara yang dibentuk Auber. Dia bergabung dengan fraksi
itu, lalu menjadi Raja Utara. Dia bukanlah muridnya Auber. Ada juga beberapa anggota fraksi itu yang
masih mengikuti ajaran Sandor.
Jump up ↑ Dulu di Jepang, pendekar pedang, atau Samurai, dikenal dengan jiwa ksatrianya yang besar.
Mereka selalu bertarung dengan adil dan penuh harga diri. Sebaliknya, ninja dikenal dengan teknik-
teknik kotornya. Samurai dan Ninja adalah dua sisi mata koin yang selalu berlawanan.
Jump up ↑ Yang dia maksud adalah Kearuga, atau Cure3 dari serial Final Fantasy. Cure3 lebih kuat
daripada Cure dan Cura, sehingga memulihkan HP lebih banyak. Intinya, akan lebih efektif bila Sandor
disembuhkan oleh Rudi, daripada hanya mengandalkan kemampuan regenerasinya saja.
Bagian 1[edit]
Setelah mengaktifkan Magic Armor Versi I, aku berangkat mengejar Dewa Utara.
Aku terus berlari mengejarnya sembari melintasi hutan yang dipenuhi oleh ranting pepohonan.
Sembari berlari, aku memprediksi jumlah Mana yang tersisa di dalam tubuhku.
Aku hanya memakai sedikit Mana saat berhadapan dengan Aleksander barusan. Mungkin hanya 10%
Mana-ku terbuang.
Namun, saat aku bertarung melawan Aleksander tadi, aku terus mendengar gemuruh di sisi lain hutan.
Tak peduli sebaik apa mereka bekerjasama, sepertinya mereka masih bukan tandingannya kelas Dewa.
Aku harap mereka baik-baik saja.
Aku tidak boleh menggunakan lebih dari setengah Mana-ku, seperti saat melawan Orsted dulu.
Tapi, untuk saat ini, target utamaku adalah......... Dewa Utara Kalman III.
Bagian 2[edit]
“Ayah, sampai kapan kau melanjurkan permainan murahan ini? Kau sudah paham, kan? Kau tidak akan
bisa mengalahkanku, kecuali jika kau menggunakan salah satu pedang terkutuk.”
“Atau.... jangan-jangan kau sudah merencanakan sesuatu? Kau hanya pura-pura mati, lalu menyerangku
saat aku sudah lengah. Cih, kau mirip sekali dengan Auber dan fraksinya. Mereka menggunakan segala
cara untuk mendapatkan kemenangan. Yahh, itu bukan perkara mudah, sih. Tapi.... cara Auber itu
sungguh kotor. Kenapa ayah.... kenapa kau lebih memilih mengajari mereka, dan meninggalkanku?”
".......Hah?"
Saat melihatku dia tampak kaget seperti bertemu dengan seekor beruang.
Mungkin juga, dia bingung melihat zirahku yang berbeda dengan sebelumnya.
“Waktu bermain sudah habis. Seperti yang sudah kau bilang, tanpa pedang terkutuk, mustahil aku bisa
mengalahkanmu. Itulah sebabnya aku meminjam satu dari Eris. Tapi, itu hanyalah pilihan terakhir.
Meskipun aku menggunakan pedang terkutuk, peluang menangku masihlah tipis. Jadi, aku menunggu.
Aku bertahan, bertahan, dan terus bertahan.... untuk mencari kesempatan mengalahkanmu. Aku
mundur selangkah, untuk maju beberapa langkah.”
Itu adalah pedang kedua yang dimiliki Eris. Pedang terkutuk itu bernama Shisetsu. [1]
“Kenapa aku meninggalkanmu? Karena kau terlalu terobsesi menjadi pahlawan. Padahal, yang kau
lakukan selama ini sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang pahlawan sejati. Seorang pahlawan
memiliki tugas mulia yang harus dia emban, dan dia akan mewujudkan itu entah bagaimanapun caranya.
Tidak sepertimu.... kau hanya menyiksa yang lemah untuk mendapatkan ketenaran. Kau bahkan tega
menantang musuh yang jauh lebih lemah darimu. Kau tidak sungkan mengalahkan musuh yang jelas-
jelas bukan tandinganmu. Bukan.... bukan seperti itu ajaran Teknik Dewa Utara yang diturunkan oleh
Kalman I.”
Tapi di tangan Sandor, senjata itu tampak sangat cocok digunakan oleh seorang pendekar besar.
".....Aku mengerti. Armor ya ....... Gisu bilang, jangan biarkan Rudeus menggunakan baju zirahnya.
Dengan zirah itu, dia bisa bertarung dengan kekuatan penuh. Tapi.... apakah kalian berdua yakin bisa
mengalahkan Kajakuto ini?”
Mereka berdua masih mengalami cedera, tapi jangan pernah remehkan mereka. Karena mereka jauh
lebih tangguh dariku.
"......."
Eris melirikku.
Ini adalah pertama kali Ruijerd melihat Magic Armor Versi I, tapi dia tahu aku di dalamnya karena dia
punya mata ketiga.
Mungkin bertahan bukanlah posisi ideal bagiku, tapi itulah yang terbaik saat ini.
Eris di tengah, Ruijerd mengontrol serangan, dan aku membantu dari belakang.
Masih ada Sandor yang bisa membantu kami, tapi.... inilah formasi terbaik Dead End.
Bagian 3[edit]
Seperti biasa, bagi pengguna Teknik Dewa Pedang, semakin pendek jaraknya dengan musuh, maka
semakin besar peluang menangnya. Dia menghunuskan pedang, lalu mengacungkannya pada
Aleksander sembari berlari mendekat.
Eris menyerang bertubi-tubi, seolah tanpa celah, tapi sebenarnya ada jeda-jeda singkat yang tidak bisa
dilihat oleh mataku.
Aleksander memanfaatkan jeda itu untuk memberikan serangan balasan, namun Ruijerd segera
menahannya.
Setiap kali dia mengayunkan tombaknya, tebasan Aleksander gagal mengenai targetnya.
Tak peduli selebar apapun celah yang dibuat Eris, Ruijerd selalu melindunginya agar tidak ada satu pun
serangan lawan yang masuk.
Saat giliran pertahanan Aleksander terbuka, dia akan membuat gerakan-gerakan aneh, untuk
mendapatkan kembali posisi yang sempurna untuk menahan serangan.
Terkadang dia melakukan gerakan akrobatik seolah hendak menghindar, namun ternyata di saat itu juga
dia melancarkan serangan balik yang berbahaya.
Namun, di sana ada Sandor. Saat Ruijerd kewalahan, saatnya Sandor beraksi.
Dialah Kalman II, orang yang sudah begitu mengenal kemampuan Kajakuto lebih dari siapapun di dunia
ini.
Sandor tahu di mana posisi Aleksander akan mendarat, bahkan dia bisa menyerang saat putranya masih
melayang-layang di udara.
Meskipun begitu, Aleksander masih bisa menghindari serangan-serangan langsung. Tapi, jelas sekali
pergerakan Sandor mengganggunya.
Kalau terus ditekan, bukannya mustahil Aleksander kehabisan stamina, dan akhirnya terluka.
Setiap kali mundur agak jauh, dia menjadi sasaran empuk tembakan sihir-sihirku.
Kutembakkan Stone Cannon yang bahkan membuat Orsted kesulitan menangkisnya, sehingga membuat
Kajakuto harus membelokkannya.
Saat Kajakuto mengaktifkan kemampuan pengontrol gravitasi, aku menggunakan batu penyerap sihir
untuk menggagalkannya, sehingga beberapa seranganku tidak bisa dia belokkan.
Aleksander tidak terkena langsung, tapi setidaknya hujan meriam batu bisa membuatnya tidak berkutik,
sehingga dia tidak bisa menjaga jarak dengan Eris.
Aku juga mengombinasikannya dengan Electric yang kutembakkan dengan waktu begitu tepat. Namun,
dia masih saja bisa menghindarinya. Setidaknya itu membuat napas Aleksander semakin pendek.
Kali ini, tidak ada ruang baginya menggunakan jurus pamungkas seperti tadi.
"Ghu .......!"
Aleksander lebih kuat dan cepat daripada kami berempat.
Tetapi karena dia terburu-buru, dan tidak sabar, akhirnya dia ceroboh.
Kalau kami bisa menjaga kestabilan ini, maka kemenangan akan kami raih.
Kami sudah berada di atas angin, tapi belum tentu kami menang.
Jika Aleksander bisa keluar dari tekanan, lalu memberikan serangan balik yang berbahaya, maka formasi
kami akan kacau, dan kami pun kalah.
Mana-ku masih banyak, sedangkan stamina Aleksander terbatas. Jika terus begini, harusnya dia akan
kelelahan tak lama lagi.
Sejak awal pertarungan, siapa yang tidak bisa menjaga staminanya dengan baik?
Kuharap bukan salah satu dari kami.....
"....... Cih!"
Sandor.
Pria yang pernah masuk dalam daftar Tujuh Kekuatan Dunia ini gerakannya mulai aneh.
Dia telah bekerja keras melindungi Ruijerd dan Eris dari amukan teknik rahasia anaknya.
Dia pun telah mengulur waktu bertarung dengan Aleksander sampai kami datang.
Orang biasa pun tahu gerakan Sandor mulai melambat.
Atau mungkin.... dia masih bisa bertahan karena gerakan Aleksander juga mulai tidak konsisten?
Tentu saja hal yang sama berlaku untukku, Eris, dan Ruijerd.
Bahkan aku bisa mendengar napas Ruijerd sang prajurit veteran yang mulai ngos-ngosan.
Kami harus terus memperhatikan celah sekecil apapun dalam bertahan dan menyerang.
"........"
Sekarang aku memakai Magic Armor Versi I, dari posisi yang cukup tinggi, aku bisa melihat pertarungan
ini dengan lebih jelas.
Jangkauan seranganku juga semakin luas.
Mungkin aku akan menggunakan Rock Spear dari bawah dan Vacuum Wave dari atas.
Kemudian, aku akan lebih sering menggunakan batu penyerap sihir untuk menggagalkan manuver-
manuver aneh Aleksander.
Bagaimanapun juga, gerakan-gerakan tidak masuk akal Aleksander berasal dari kemampuan pengendali
gravitasi Kajakuto.
Aku sudah mencoba batu penyerap sihir untuk melawan kemampuan Kajakuto, dan beberapa kali
berhasil.
Jika aku semakin sering menggunakannya, maka gerakan Aleksander akan semakin terkunci.
Yang pasti, itu belum cukup untuk memulihkan stamina, lalu melanjutkan pertarungan lagi.
....... namun, bisakah aku terus menahannya dengan batu penyerap sihir?
Saat menggunakan batu penyerap sihir, aku tidak bisa menembakkan sihir jarak jauh, karena sihirku juga
akan dilenyapkan. Tapi, dengan Magic Armor Versi I ini, mungkin aku bisa memberikan serangan jarak
dekat.
Jika Aleksander tidak bisa lagi menggunakan manuver-manuver anehnya.... maka, bisakah aku
melawannya dengan serangan fisik?
Tidak ada ruang bagiku menggunakan Magic Armor di sana. Tak peduli sekuat apapun seranganku, jika
Magic Armor menghalangi Eris, Ruijerd, dan Sandor, maka semuanya sia-sia saja.
Tanpa manipulasi gravitasi pun, harusnya dia menguasai teknik pertarungan tangan kosong yang
mumpuni.
Sayangnya, kemampuan bertarung tangan kosongku mungkin 2 atau 3 tingkat di bawah Sandor.
Bahkan dari posisi setinggi ini, aku masih kesulitan membaca gerakan Aleksander.
Jika tidak bisa bertarung dengan benar, maka aku hanya akan membebani Eris dan Ruijerd.
Dalam pertarungan seperti ini, kesalahan sekecil apapun bisa membuat nyawa melayang.
Tapi, dia jelas sudah kelelahan. Karena Aleksander bukan lawan ringan baginya.
Mungkin dia masih kelelahan setelah melawan Dewa Pedang, atau lukanya belum sembuh sempurna
setelah terkena teknik rahasia Aleksander tadi.
Meski begitu, sejauh yang aku tahu, Eris terus bertarung dengan sungguh-sungguh.
Harusnya, selama beberapa hari ini, dia masih terbaring di tempat tidur.
Mungkin gerakannya masih tajam sampai detik ini, tapi bukannya mustahil tiba-tiba dia terkapar di
tanah.
Gawat.... situasinya sudah berubah..... kalau pertarungan ini terus berlangsung, kami bisa kalah.
Apakah aku harus menjalankan rencanaku tadi? Yaitu, menggunakan batu sihir untuk mengunci
gerakannya, lalu melawannya dengan tangan kosong?
Ataukah aku harus menggunakan sihir lain untuk mengubah keadaan ini?
"Gah!"
Saat aku masih menimbang-nimbang, tiba-tiba Aleksander mengalihkan targetnya dari Eris ke Sandor.
Setelah tidak lagi berkosentrasi melawan Eris, tubuh Aleksander mulai dipenuhi sayatan senjata Eris.
Tapi tentu saja, Eris belum bisa memberikan serangan mematikan padanya.
Dan jika formasi kami terpecah, maka...... aduh, keringat dingin mulai mengalir di dahiku.
Apakah tidak ada cara lain untuk mengakhiri pertarungan ini lebih cepat.
Gerakanku semakin canggung, dalam keadaan seperti ini aku bisa membuat kesalahan kapanpun.
Gawat.
Kalau aku membuat kesalahan, pasti Ruijerd atau Sandor masih bisa mengatasinya.
Gawat.
Sesuatu.......
"........!"
Saat yang menentukan datang.
Benda yang mirip bongkahan besi abu-abu meluncur entah dari mana.
Benda itu terbang, lalu mendarat, berguling-guling seperti bola, menabrak pohon, dan akhirnya
berhenti.
Helmnya lepas, armor tebalnya penyok, darah mengalir dari kepala, dan hidungnya mimisan. Wajahnya
tampak linglung.
Tapi dia masih menggenggam erat senjatanya. Sembari berusaha sebisa mungkin kembali fokus, dia
melotot pada lawan yang membuatnya terpental begitu jauh.
Dia tidak sendirian, orang berikutnya juga terpental, kemudian mendarat keras di dekat kami.
Kali ini posturnya kurus, dan armor tubuh atasnya sudah terbuka.
Dengan tubuh kurusnya, dia menabrak Doga yang sudah terlebih dahulu bangkit.
Itu Zanoba.
Kemudian.....
Dia tinggi menjulang lebih dari 2 meter, dan ototnya kekar. Dia jatuh dari atas pohon seperti monyet.
Tidak terdengar suara *BRUKK!!* atau semacamnya saat dia jatuh. Dia mendarat dengan cara yang
begitu aneh.
".......!"
Senyum itu seolah-olah mengatakan bahwa dia mengalami pertarungan yang sulit, namun dia lega
karena kemenangan sebentar lagi akan datang bersamaan munculnya si monster.
Dia ingin mengakhiri pertarungan ini secepat mungkin, namun ternyata tidak mudah.
Kami belum kalah, tetapi kami belum menemukan cara untuk membunuhnya.
Kontras dengan Aleksander yang tersenyum lega, Dewa Ogre hanya pasang wajah cemberut.
Jika tadi Aleksander terkejut melihatku seperti bertemu dengan seekor beruang, maka wajah Dewa Ogre
sekarang seperti beruang yang tidak sengaja bertemu manusia pengganggu.
Gawat.
Bagian 4[edit]
Melawan Aleksander saja aku sudah kewalahan, lantas bagaimana jika Dewa Ogre juga bergabung?
Tapi, sekarang ada sedikit waktu. Aku pun segera memanfaatkannya untuk menyembuhkan Doga dan
Zanoba.
Tentu saja Zanoba dan Doga terpental jika Dewa Ogre menghantam mereka dengan kecepatan penuh.
Zanoba mengangkat batang pohon tebal untuk menyapunya, namun Dewa Ogre tidak bergeming. Dia
pun membalas dengan menghempaskan Zanoba sekali lagi.
Doga segera melanjutkan serangan dengan menebaskan kapak besarnya. Namun, si monster tidak
terluka sedikitpun. Lalu dia melibas Doga seperti nyamuk.
Harusnya Doga dan Zanoba unggul dalam hal kekuatan, tapi...... inilah kenyataannya.
Dengan sisa-sisa kekuatannya, Sandor memaksakan diri untuk meladeninya. Aku tidak mengerti,
bagaimana bisa dia melanjutkan pertarungan dalam kondisi seperti itu.
Gerakan Sandor sudah kacau, dan Ruijerd sudah jelas terlihat lelah.
Tapi, jika kami mundur, mereka akan langsung menginvasi desa. Orsted juga ada di sana.
Tapi.......
Jika Orsted memaksakan diri bertarung, maka sama saja kami kalah.
Berpikir...... berpikirlah.....
Pasti ada cara.....
Aku sudah tidak lagi membawa gulungan sihir, tapi setidaknya Magic Armor Versi I sudah kudapat.
Magic Armor Versi I memiliki kekuatan, kecepatan, dan juga senjata berupa Gatling Gun.
Apakah ada?
"Gah....!"
Zanoba dan Doga tidak bisa menghentikannya, dia mulai ikut campur pada pertarungan kami.
Jika kita tidak menghentikan monster ini, kita tidak akan bisa menang.
Jika kita bisa menahan Dewa Ogre sebentar saja, maka Zanoba dan Doga bisa berganti posisi dengan
Sandor, kemudian beberapa dari kami mundur terlebih dahulu.
"AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA─!"
Aku kenal suara tawa itu. Aleksander dan Sandor tiba-tiba mengangkat kepala mereka, lalu melihat
sekeliling.
Dengan armor hitam dan pedang yang dipegang satu tangan, dia langsung melesat ke arah Dewa Ogre.
"UGAAAAAAAaaaaa!"
Namun, darah mengalir deras dari tangan Dewa Ogre, lalu dia mundur beberapa langkah.
"HAAAAAA!"
Sosok hitam itu terlihat sama sekali tidak khawatir meskipun pedangnya sudah patah.
Tidak menghentikan serangan, sosok itu langsung mendaratkan pukulan tajam pada ulu hati Dewa Ogre.
Malta membungkuk sedikit setelah terkena pukulan itu, lalu dia langsung membalasnya dengan ayunan
tinjunya.
Dewa Ogre mengangkat tangannya yang tidak terluka di atas kepala, lalu memukul musuhnya sekali lagi.
Sosok hitam itu terpental beberapa meter ke belakang, lalu dia merentangkan sayapnya, dan mendarat
dengan mulus.
"Atofe-sama ........!"
"Mengapa.......?"
“Kukuku, dari potongan tubuhku aku merasakan kau sedang dalam bahaya, dan aku bisa merasakan
pertempuran terakhir semakin dekat, maka aku pun bergegas ke sini! Aku tidak tahu apa yang terjadi di
sini, tapi aku sudah datang!! Dewa Ogre, Aleksander ...... Kukuku, fufu ........ AHA, AHAHAHAHAHAHA!"
Atofe tertawa. Tertawa begitu seru, sampai-sampai kau bingung, apanya yang lucu.....
Aleksander hanya bisa berdiri tercengang sembari mendengar tawa yang menggema itu.
Bagian tubuh....?
Dia tidak tahu apa yang terjadi di sini, tapi setidaknya Atofe sudah datang.
Kalau Atofe berada di pihak kami, pasti kami bisa melawan balik.
“HEY KALIAN!!! AKU RAJA IBLIS ABADI ATOFERATOFE RYBACK AKAN MELENYAPKAN SEMUANYA!!”
Tidak....tidak....jangan semuanya.
Kalau mereka tidak di sini, maka tidak ada yang bisa mengendalikan Atofe!!
"Ta....pi........"
Untuk seukuran wanita, Atofe cukup besar, tapi masih kalah besar jika dibandingkan Dewa Ogre.
Dewa Ogre membalasnya dengan menggunakan bahasa Dewa Iblis yang fasih.
Seolah bertolak belakang dengan wajahnya yang sangar, cara bicara monster itu luwes juga.
“Pulaumu sudah diserang oleh pasukan pribadiku! Cepat tinggalkan tempat ini, atau mereka akan
membantai orang-orangmu!”
".........!"
Sepertinya dia sedang berpikir, apakah ancaman Atofe itu hanya gertak sambal, atau tidak.
Tapi, setahuku Atofe bukanlah seorang pembohong, dan dia tidak suka tawar-menawar.
“Atau.... biarkan saja mereka dibantai! Jadi, bertarunglah melawanku sekarang juga!!”
Seketika, dia meringkukkan tubuhnya, lalu melompat seperti monyet ke atas pohon.
Untuk pertama kalinya, Dewa Ogre melihat rekannya itu dengan acuh.
Sampai-sampai, aku menduga bahwa bahasa manusia adalah bahasa sehari-harinya, sedangkan bahasa
Dewa Iblis hanya keterampilannya saja.
Luar biasa, siapa sangkah makhluk sebuas dia ternyata begitu terdidik.
"Hah?"
Sungguh mengecewakan, pertarungan besar akan dimulai, tapi Dewa Ogre malah pergi.
Tapi, di antara kami ada orang yang sama sekali tidak memperdulikan itu.
"Gaaa!"
Memanfaatkan momen ini, Eris segera menyerang Dewa Utara dengan segenap kekuatannya yang
tersisa.
"Ngh!"
Padahal, hampir tidak ada seorang pun pendekar pedang di dunia ini yang bisa menahan teknik
Longsword of Light level Raja. Bahkan Teknik Dewa Air pun hanya menangkisnya.
Entah sejak kapan, lengan kirinya terbang di udara..... sembari menyemprotkan darah segar.
"Ah."
Sebagai pengguna Teknik Dewa Utara, meskipun Aleksander sudah kehilangan salah satu lengannya,
harusnya dia masih bisa melanjutkan pertarungan.
Jika lawannya adalah Miko, Raja Pedang, Kaisar Utara, Dewa Utara, prajurit veteran, ditambah lagi Raja
Iblis Abadi dan penyihir berarmor kelas Kaisar, maka...... apa yang bisa dia lakukan?
Tanpa lengan kiri, bagaimana mungkin dia bisa bertahan dari serangan monster-monster itu.
Bagian 5[edit]
Dia melarikan diri. Dengan napasnya yang ngos-ngosan, dia berusaha menjauhkan diri dari kami.
Dewa Utara.
Dengan kondisinya yang menyedihkan seperti saat ini, tak seorang pun mengira Aleksander adalah salah
satu anggota dari Tujuh Kekuatan Dunia.
Dia adalah anak orang hebat, selalu mendapatkan apapun yang diinginkan mulai kecil, dan tumbuh
menjadi pendekar yang hebat pula. Hidupnya seakan sempurna.
Dengan begitu menyedihkan, dia berlarian kesana-kemari selama sejam, kemudian akhirnya terpojok di
dekat jembatan yang sudah hancur.
Sandor, Atofe.
Eris, Ruijerd.
Dan aku.
Aleksander tidak bisa lari kemana-mana lagi, dan jumlah kami cukup untuk mengatasinya.
"Sialan ......."
Meskipun salah satu lengannya sudah putus, tapi dia masih memegang Kajakuto di tangannya yang
tersisa.
Dengan kemampuan pengendali gravitasi dari Kajakuto, harusnya tidak masalah meskipun salah satu
lengannya buntung.
Aku juga pernah hidup hanya dengan satu lengan. Waktu itu, aku masih bisa bertarung.
"Ibu, sekarang aku sedang bicara pada Aleksander, jadi tenanglah sebentar.”
Setelah melihat adegan ini, aku semakin yakin bahwa mereka keluarga.
“Ahem ....... aku tahu kau menyimpan sebagian tenagamu untuk melawan Orsted, tapi lengan kirimu
sudah terpotong. Kau tidak mungkin bisa mengalahkan Orsted dalam keadaan seperti itu. Waktu kau
kecil dulu, bukankah aku sudah sering memperingatkanmu untuk tidak menganggap remeh musuh-
musuhmu?”
Awalnya dia sengaja tidak bertarung dengan serius, tapi saat itulah dia lengah, dan beginilah hasilnya.
"Buang pedangmu dan menyerahlah. Sebagai orang tuamu, aku punya kewajiban memaafkanmu."
Sejujurnya, aku tidak bisa memaafkannya karena dia berusaha membantai Ras Supard.
Tapi.......
Kurasa dia bukan bidak Hitogami secara langsung ......... Gisu hanya memanfaatkannya.....
Jika Aleksander menangis dan meminta maaf ........ mungkin aku akan ......... yahh, tapi.....
Mungkin seumuran Paul saat pertama kali aku bereinkarnasi di dunia ini.
"Tidak mau!"
“Aku tidak bertarung dengan kekuatan penuhku!! Kebetulan saja wanita itu bisa memotong tangan
kiriku!! Jika Dewa Ogre tidak pergi, maka ini tidak akan terjadi!!”
“Seorang pahlawan memerlukan sekutu. Tapi.... meskipun tanpa bantuan, pahlawan tidak akan kalah.”
Pahlawan macam apa yang dia maksud? Aku tidak tahu, tapi..... kurasa dia bicara berdasarkan
pengalamannya sebagai pahlawan senior.
“Lagipula, ada penyebab lain yang menjadi kekalahanmu. Yaitu strategimu. Setelah menyerang kami
dengan jurus andalanmu, harusnya kau mundur, lalu melakukan serangan lagi lain hari.”
".......!"
Itu dia....
Tapi, itu hanya kabar burung yang belum tentu kebenarannya. Bagi seseorang yang begitu ingin
bertarung dengan Orsted, maka wajar saja dia mengira inilah satu-satunya kesempatan melawannya.
'Aku ingin menjadi Pahlawan', 'Aku ingin melampaui ayahku' ..... tiap hari hanya kalimat-kalimat itu yang
bergema di telinganya.
Meskipun besar resikonya, meskipun dia belum tentu menang..... Aleksander tidak peduli dengan itu
semua.
“Harusnya kau mencari teman sebaya yang memiliki tujuan sama sepertimu.”
"DIAM!!!"
Nasehat Sandor hanya berujung kemarahan Aleksander, dia pun menggenggam erat pedangnya.
Melihat itu, Eris dan yang lainnya segera memasang kuda-kuda siaga.
5 vs 1.
Harusnya dia tidak memiliki kesempatan menang meskipun masih memegang Kajakuto.
“Aku belum kalah!! Seorang pahlawan harus bisa membalikkan situasi ini!! Aku akan mengalahkan kalian
semua!! Aku juga akan membasmi Ras Supard!! Lalu Orsted setelahnya!! Dan aku akan menjadi
pahlawan besar!!!”
Saat merasakan Mana yang terkumpul di pedangnya, aku mengangkat tangan kiriku.
"Hisap!"
"URYAAAAaaaaa!"
"Khu!"
Tanah......
Jadi dia berusaha melarikan diri dengan teknik mirip bom asap.
Saat itu juga, aku melihat sesuatu dengan mata iblis peramal.
Tidak.
Oh iya .......
Sebelumnya dia jatuh ke dasar lembah, namun bisa kembali ke permukaan dengan cepat.
“...........!!”
Bagian 1[edit]
Sembari terjun ke dasar lembah, aku terus mengawasi Aleksander dengan mata iblis penerawang.
Itu terjadi karena dia mengontrol kecepatan jatuhnya dengan kemampuan Kajakuto.
"Hisap!!"
Setelah kuangkat batu penyerap sihir padanya, kecepatan jatuh Aleksander kembali normal.
Sekarang, giliran aku memperlambat kecepatan jatuhku dengan sihir angin. Itu kulakukan agar bisa
mendarat dengan mulus.
Aku tidak bisa menggunakan Touki, itulah kenapa aku harus memanfaatkan hukum fisika di dunia ini.
Kuatur posisi jatuhku, lalu kuarahkan tepat Magic Armor Versi I pada Aleksander.
"OOOOHHhhhhhh!"
Saat dia terpelanting, aku terus menggunakan batu penyerap sihir agar dia tidak bisa mengaktifkan
kemampuan kontrol gravitasi.
Aku juga semakin mendekati sisi tebing, tapi aku menendangnya untuk mengatur kembali posisiku.
"ORRAAaaa!"
Aku memukulnya!
Kugunakan sihir angin untuk mempercepat lajuku, lalu saat mendekat, aku memukulnya lagi.
"AAAAHHHHH!"
Aleksander berteriak.
Kupikir, jika aku meninggalkan bocah menyedihkan ini sendirian, maka akan datang bajingan lain seperti
Gisu yang akan memanfaatkannya.
Bocah ini hanya akan kembali lagi padaku sebagai musuh di kemudian hari.
"AAAAAAAAHHHHHHHHH!"
Aku terus memukulnya sembari memacu armor-ku.... kulakukan itu lagi dan lagi.....
Kemudian, kami berdua pun membentur dasar lembah bersamaan.
Bagian 2[edit]
Memang ada beberapa retakan, tapi masih bisa bergerak dengan sempurna.
"Fiuh ......."
Tapi, kurasa dia masih bisa bertarung dalam keadaan seperti itu.
Lukanya bisa lebih parah dari itu, tapi dia menggunakan Touki pada saat-saat terakhir untuk
meminimalisir dampaknya.
Aku pikir Atofe dan yang lainnya akan segera turun ke bawah......
“Nenekku sudah terlalu tua, dia tidak akan turun ke sini untuk mengejarku.”
"Konyol sekali, meskipun sudah tua, dia masihlah Raja Iblis. Setahuku, Atofe-sama selalu haus bertarung
dengan lawan-lawannya.”
Tak peduli sudah berapa ratus tahun usianya, Atofe tidak pernah bosan bertarung..... itulah yang kutahu
tentangnya. Itulah yang membuatku selalu kesulitan di masa lalu.
“Kalau yang turun ke sini Eris Greyrat, Ruijerd Supardia, ayahku, atau nenekku..... maka habislah aku.”
Butuh Mana yang besar untuk menggerakkan benda ini, tapi kondisiku masih prima karena selama
pertarungan tadi aku hanya membantu dari belakang.
"Tidak. Aku tahu kau tidak bisa menggunakan Touki, selain itu responmu lambat, dan pertahananmu
penuh celah. Tempo hari, kau bahkan tidak sadar aku telah memberikan pil tidur pada Kaisar Utara
Doga. Hasilnya, kau keluar desa sendirian, dan akhirnya jatuh ke tempat ini. Kau lemah dan penakut. Kau
hanyalah seorang amatiran keras kepala.”
Aku tidak tahu harus membalas apa.
Meskipun Mana-ku hampir tidak terbatas, tapi aku hanyalah seorang amatiran yang tidak kompeten.
Pada pertarungan kali ini pun, kami akan berada dalam masalah besar bila seandainya Atofe tidak
datang.
“Maka, aku akan mengalahkanmu di sini, lalu melarikan diri. Lain kali aku akan datang lagi, lalu
mendapat kemenangan yang besar!”
“Tidak.... meskipun aku mati di sini, aku masih punya banyak teman yang akan menghabisimu.
Sedangkan kau sendirian. Dewa Pedang sudah mati, dan Dewa Ogre sudah pergi. Kau tidak punya apa-
apa lagi, Kalman III.”
Sebenarnya aku belum memastikan apakah Gull Farion sudah mati, tapi ......
“Kau salah, seorang pahlawan selalu bisa menang di saat-saat terakhir. Begitupun denganku. Lihatlah
dirimu. Kau bahkan tidak bisa membunuhku saat kita jatuh. Padahal aku sudah tidak bisa bertahan dan
tidak punya pilihan selain menerima seranganmu.”
Dia yakin bisa mengalahkanku meskipun hanya bisa menggunakan satu lengan dan satu kaki.
"Aku akan menang. Selanjutnya, aku pun akan menang melawan ayahku, nenekku, dan bahkan Orsted.
Aku akan mengalahkan siapapun, lalu kuukir namaku pada patung Tujuh Kekuatan Dunia! Orang akan
mengenalku sebagai pahlawan besar! Aku, Aleksander Ryback, atau Kalman III, akan dikenal sebagai
Dewa Utara terkuat sepanjang masa!!”
Sekujur tubuhnya penuh luka, tapi bukannya dia tidak sanggup menerima serangan-serangan dariku.
Aku tahu dia masih bisa mencari celah untuk membalik keadaan.
Aku tidak tahu seberapa besar peluang menangnya, tapi aku tidak boleh menganggapnya nol.
Mengapa dia begitu yakin? Apakah karena obsesinya yang besar untuk menjadi pahlawan?
Dia tahu sedang terpojok saat ini, tapi ini bukanlah yang pertama baginya.
Dia memang meremehkanku, tapi buktinya aku sangat kesulitan menghadapinya. Jadi, sesumbar itu
bukan hanya omong kosong belaka.
Dia berusaha membunuhku, lalu melarikan diri dari tempat ini.
Dewa Utara Kalman III. Aku tidak mengira bakal berhadapan dengan orang sekuat dia.
Dia lah salah satu pengguna Teknik Dewa Utara terbaik di dunia, dia juga punya pedang terkutuk
terkuat, bahkan dia masuk dalam daftar Tujuh Kekuatan Dunia.
Dia bukan tikus pengecut yang terpojok, melainkan binatang buas yang siap menerkam siapapun
mangsanya.
Apakah persiapanku selama ini cukup untuk mengalahkannya, ataukah aku justru akan kalah dari
Aleksander yang sudah babak belur?
Aleksander tahu bahwa aku bukanlah orang yang bisa membalik keadaan dengan cepat.
Tapi.....
“......... ijinkan aku mengajukan satu pertanyaan terakhir. Apakah kau bidaknya Hitogami?”
"Tidak. Aku hanya mendapatkan informasi dari Gisu. Tapi aku tidak menyangkal bahwa aku membantu
Hitogami.”
"Aku mengerti."
Ngh?
Jika masih ada bidak Hitogami lainnya di luar sana, bukankah seharusnya aku mundur untuk
menemukannya?
Dewa Pedang sudah kalah, dan tak seorang pun dari kami mati.
Tidak, kan......
".........Tidak."
Salah.
Jika aku membiarkan siapapun menemukan Orsted, maka itu artinya kami kalah.
Misi terbesar kami adalah melindungi Orsted agar dia tidak memakai Mana-nya.
Namun, akan lebih baik jika kami memastikan dia tidak menggunakan Mana-nya sedikit pun selama 80
tahun terakhir.
Dewa Utara sedang berdiri di hadapanku dengan sempoyongan, seakan dia bisa roboh hanya dengan
sekali tiup.
Kalaupun kubiarkan dia pergi, masih ada rekan-rekanku yang siap menangkapnya.
Kurasa, Orsted juga tidak akan kesulitan menghabisi Aleksander. Di perulangan kehidupan-kehidupan
sebelumnya si bos pasti sudah sering bertarung dengan pendekar terkenal seperti Dewa Utara.
Orsted pasti bisa mengatasinya sembari melindungi orang-orang Supard.
Ini semua masalah peluang menang, seperti yang dia katakan sebelumnya.
Aku bisa menjamin keselamatanku dengan mundur sekarang. Jika aku memaksakan diri menyerangnya,
aku malah akan celaka.
Hmmm.....
Mungkin sebagian orang lebih mengandalkan kerja keras daripada hal-hal tidak tentu seperti itu.... tapi
ada kalanya itu salah.
Jika aku kalah, Aleksander tetap saja tersudutkan, tapi aku juga merugi.
Tadinya aku begitu yakin bisa mengalahkannya, tapi saat benar-benar berhadapan, ternyata tidak
semudah itu.
".........."
Tidak.......
"........ Aku, Rudeus Greyrat Sang Quagmire!! Atas nama Dewa Naga Orsted, aku akan
mengalahkanmu!!!”
“Aku, Aleksander Ryback Sang Dewa Utara Kalman III, tidak akan kalah darimu bahkan Orsted
sekalipun!!!”
"AAAAAAHHHhhhhhhhhhhh!"
Aku meraung.
Sekencang-kencangnya.
"OOOAAaaaaaaa!"
Dia hanya bisa memegangnya dengan tangan kanan karena lengan kirinya sudah terpotong.
Eris...........
Aku cepat-cepat mengangkat Gatiling Gun di tangan kananku, lalu menembakkan Stone Cannon sekuat
mungkin.
"!"
Batu itu hancur sampai menjadi debu tepat di depan hidung Aleksander.
Aleksander segera mengambil langkah maju, sambil melihatku yang terus berlari mendekat.
Saat meriam batu masih berhamburan di udara, dia sedikit menekuk kaki kanannya dengan ragu.
Aku tahu posisiku sekarang sudah berada dalam jangkauan serang Kajakuto, namun aku tidak
menghentikan langkahku.
Kugunakan sihir pada tangan kanan untuk melontarkan tubuhku semakin cepat. Lalu, dengan posisi
meluncur, aku jegal sisi kiri tubuh Aleksander.
Tanpa memperdulikan seberapa parah luka yang kuterima, aku memijak tanah sekuat mungkin, lalu
dengan tinjuku.........
Aleksander menghimpun kekuatan di kakinya. Lalu, dia akan melompat untuk menghindari seranganku.
Aku menyisihkan sementara batu penyerap sihir, lalu kupusatkan Mana cukup banyak di tangan kiriku.
Tapi, aku belum tahu sihir apa yang akan kugunakan.
"Ngh !?"
Kaki Aleksander melayang sesaat.
"AAAHHHhhhhh!"
Kuluncurkan tangan kananku yang terpasang Gatling Gun dengan sekuat tenaga padanya.
"Tembaaaaakk!!"
Buat peluru batu yang lebih kuat! Buat peluru batu yang lebih cepat!
Saat memikirkan itu, tangan kananku terasa aneh.
"AAAAAAAAAHHHHhhhhhh!!!"
Meski begitu, aku tidak berhenti mengumpulkan Mana pada tangan kananku.
Aku terus menembak sambil berteriak sampai suaraku habis, hanya menyisakan napas ngos-ngosan.
Tembak......
Tembak......!!
Tembak terus......!!!
Jika bukan karena lengan Atofe, mungkin tanganku sudah ikutan putus bersama lengan Magic Armor.
"........"
Saat kuamati lebih dekat, dia sudah tidak lagi memegang pedang.
Kudekati Pedang Kajakuto yang tergeletak di dekatnya, lalu kuambil dengan tangan kiri.
Pedang ini panjangnya sekitar 2 m.
"..........."
Tidak ada tanda-tanda kehidupan dari pria yang tertambat di dinding lembah itu.
Di atas, aku bisa merasakan sekawanan Naga Bumi yang menggeliat-liat, namun anehnya tidak ada
seekor pun yang mendekati tempat ini.
Yang tersisa di sini hanyalah aku bersama orang yang baru saja kubunuh.
"Hore."
Jika aku terlambat sedikit saja, atau Aleksander tidak ragu mengambil keputusan, maka.....
Setelah itu, yang bisa kulakukan hanyalah memberondongnya dengan Stone Cannon tanpa ritme yang
jelas.
Aku bisa merebut peluang menang Aleksander tanpa perencanaan yang jelas.
Eris selalu saja menyerang tanpa mempertimbangkan resiko dan konsekuensi yang akan terjadi.
Meskipun begitu, sebenarnya seranganku belum bisa dibandingkan dengan serangan brutal Eris.
Faktor lain yang membuatku menang karena Aleksander sudah terluka parah, dan dia meremehkanku.
Jika tidak..... entah apa yang akan terjadi denganku.
Saat melawannya tadi, aku sempat melihat kaki Aleksander mengambang di udara.
Apakah itu karena kemampuan Kajakuto..... atau jangan-jangan, dia memang bisa menggunakan sihir
pengontrol gravitasi?
Yang jelas......
"Aku menang."
Bagian 3[edit]
Aku memanjat naik ke permukaan lembah, sembari menghamburkan kawanan Naga Bumi dengan
kekuatan Magic Armor Versi I. Saat aku tiba di permukaan, ada banyak orang menunggu di sana.
Setelah jembatan runtuh, dan tiga dewa dikalahkan, sepertinya mereka hanya bisa berdiri di sana tanpa
tahu harus melakukan apa.
Lalu, aku menangkap salah seorang di antara mereka yang sepertinya berpangkat komandan.
Tampaknya, pria inilah yang bertanggung jawab pada penyerangan ini. Aku memberitahunya bahwa
Dewa Pedang dan Dewa Utara sudah mati.
Aku juga menyampaikan bahwa jika mereka masih berniat menyerang Desa Supard, maka kami tidak
akan segan melawan balik.
Tapi, tidak lupa juga aku membicarakan kemungkinan mengambil jalan tengah dengan bernegosiasi
secara damai.
Tentu saja, aku menentang penyerangan mereka ke Desa Supard. Tapi, jika Gisu telah menyamar
sebagai raja, maka Hitogami lah yang bertanggung jawab atas semua ini.
Untuk jaga-jaga, aku menangkap dua orang dari mereka sebagai sandera.
Tapi, jika Gisu benar-benar menyamar sebagai raja, maka tidak ada gunanya aku menyandera orang-
orang ini.
Jika pihak kerajaan tahu bahwa prajurit penginvasi kembali dengan selamat, maka tidak menutup
kemungkinan kami akan menjalin kerjasama selanjutnya.
Tapi, jika semua usaha negosiasi gagal, maka kurasa satu-satunya jalan adalah pindah. Yahh.....
setidaknya aku masih bisa mengulur waktu sebelum itu terjadi.
Saat aku kembali ke desa sembari merenung, tiba-tiba aku menemui patung Tujuh Kekuatan Dunia.
Di bagian bawahnya......
Tanda di bagian bawah telah berubah menjadi simbol yang sangat kukenal.
"........"
Tunggu dulu.... Roxy hampir tidak turun tangan dalam pertarungan barusan.
Wow.... aku telah resmi menjadi salah satu dari Tujuh Kekuatan Dunia?
Memang akulah yang membunuh Aleksander..... tapi, sebenarnya aku bertarung bersama Eris, Ruijerd,
dan Sandor sejak awal.
".........."
Kalau aku benar-benar menjadi Tujuh Kekuatan Dunia..... kurasa itu tidak pantas.
Ah terserah lah.... yang penting sekarang aku harus kembali ke tempat Eris dan yang lainnya.
Bagian 4[edit]
Setelah itu, aku menyeberangi lembah, lalu bertemu dengan Eris dan yang lainnya.
Saat kuceritakan bahwa aku telah membunuh Aleksander di dasar lembah, wajah Sandor tampak sedih
sesaat, lalu dia tersenyum sembari mengatakan, “Ah....baiklah.”
"Kau lah pahlawannya. Raja setan yang kejam akhirnya dikalahkan oleh sang pahlawan. Sejak jaman
dahulu kala, memang begitulah ceritanya.”
Tapi setidaknya dia agak sedih. Dia pun mengatakan kata-kata sedu yang jarang dia ucapkan.
"........."
Ada banyak hal yang kudengar dari percakapan antara Aleksander dan Sandor.
Sebetulnya, aku berharap Aleksander mau tobat, dan mengintrospeksi segala kesalahannya. Namun....
semuanya sudah terlambat. Harapanku itu tidak akan menjadi kenyataan.
Aku akan menyesalinya jika kubiarkan dia lari, jadi.... lebih baik kubunuh saja dia sekarang.
Aku pun memberitahunya bahwa urutan nama di monumen Tujuh Kekuatan Dunia sudah berubah. Saat
mendengar itu, Eris langsung bersedekap, memasang senyum puas di wajahnya, kemudian bernapas
dengan kasar lewat hidungnya.
Kalau saja aku tidak sedang mengenakan Magic Armor, aku pasti sudah memeluknya.
".........."
Rupanya Ruijerd sudah mencapai batasnya, sejak bertarung tadi aku sudah menduganya.
Namun, tak seorang pun di antara kami mendapati cidera parah, atau bahkan meninggal dunia, jadi.....
kurasa inilah kemenangan kami.
Saat berjalan sembari melihat sisa-sisa kerusakan itu, kami bertemu Zanoba yang sedang terkapar.
"Zanoba .......?"
Tiba-tiba, selama beberapa saat hutan ini menjadi senyap, bahkan angin pun tidak bersuara.
"Jawab aku......."
"........ Hmph!"
Ah syukurlah.
Sementara merenung, aku bisa melihat bekas-bekas pertempuran Zanoba dan Doga.
Pohon-pohon yang tumbang, dan tercincang, dan ada juga kawah-kawah kecil yang menganga di sana-
sini. Mereka telah bekerja keras.
Mereka tidak akan bisa mengalahkan Malta ataupun Aleksander, tapi..... yang jelas mereka selamat.
Atofe mulai menjelaskan, tapi aku hampir tidak bisa menangkap maksudnya.
"Ya! Aku menemukannya! Ternyata lingkaran sihir itu masih berfungsi, dan aku pun datang ke sini!”
Gawat.
Jika Atofe menggunakan lingkaran sihir untuk bepergian ke berbagai tempat, maka reputasiku sebagai
pengguna sihir teleportasi akan memburuk.
Yahh, semoga saja dia tidak sering-sering menggunakannya. Orang ini biangnya masalah, di mana pun
dia berada, masalah pasti datang.
Kembali ke pertanyaan tadi.... apa yang akan kita lakukan setelah ini?
Tak terasa kami sudah menang, semua ini seakan-akan terjadi hanya dalam kedipan mata saja.
Tidak diketahui apa yang terjadi pada Dewa Ogre, tetapi hanya dia yang berhasil meloloskan diri.
".........."
Saat kupikir semuanya sudah berakhir, tiba-tiba aku mencium ’aroma wangi’ dari Eris yang berjalan di
sampingku.
Kenapa tiba-tiba aku terangsang? Apakah aku terlalu kelelahan setelah menjalani pertempuran yang
sulit? Apakah aku ingin segera melepas kelelahan ini bersama istri-istriku di ranjang?
Dewa Ogre belum kalah, dia hanya melarikan diri. Kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Jaringan intelijen kami sudah berantakan. Kami tidak akan bisa menemukannya dengan mudah.
Apakah dia sudah melarikan diri dari negara ini? Tapi ke mana?
Awalnya, kukira pertarungan di Kerajaan Biheiril akan menjadi pertarungan penghabisan, tapi mungkin
hanya aku yang berpikir begitu. Gisu punya rencana lain, maka dia hanya akan melarikan diri.
Mungkin, saat ini Gisu sudah pergi bersama seorang bidak Hitogami menuju ke perbatasan negara......
Selama pertarungan ini, hampir semua tim yang kami sebar di awal misi, berkumpul kembali di Desa
Supard.
Sayangnya, kami tidak lagi bisa menggunakan lingkaran sihir teleportasi, maupun alat komunikasi sihir.
Meskipun salah seorang sekutu kami melihat Gisu di perbatasan negara, kami tidak bisa berbuat apa-
apa, karena kami terjebak di hutan ini tanpa sarana apapun.
Tapi, sebagian besar sekutu Gisu sudah kami kalahkan, mulai dari Raja Kegelapan Vita, Dewa Pedang
Gull Farion, sampai yang terakhir Dewa Utara Aleksander Ryback.
Logikanya, dalam kondisi seperti ini, langkah paling baik yang dilakukan Gisu adalah melarikan diri
bersama sekutu-sekutunya yang tersisa.
Ya.... jika aku berada pada posisinya, tentu saja aku akan melarikan diri.
"Fiuh ......"
Kami memang belum bisa menemukan Gisu, tapi setidaknya rekan-rekan Gisu yang kuat sudah
berjatuhan.
Aku tidak tahu apa yang akan Gisu lakukan selanjutnya dengan Kerajaan Biheiril dan Dewa Ogre..... tapi,
aku tetap akan bernegosiasi.
Sehingga, semua lingkaran sihir teleportasi dan alat sihir komunikasi berhenti berfungsi.
Tapi, kerugian itu jauh lebih kecil daripada yang kuduga sebelumnya.
Sepertinya mereka sudah merasakan kedatangan kami, terlihat dari anak-anak Supard yang mengintip
kami dari balik pagar.
Beberapa dari mereka saling berpelukan dengan wajah yang tampak lega.
"..........."
Lalu mendatangiku.
"Ya."
Sebagai bukti kemenangan, aku menyerahkan Kajakuto pada si bos.
"Kami menang."
Ya... lebih tepat bila dikatakan ‘kami menang’..... bukannya ‘aku menang’.
Kemenangan sejati masih jauh, tapi setidaknya kami berhasil melewati rintangan ini.
Kami menggagalkan rencana busuk Gisu, sekaligus mengalahkan sekutu-sekutunya yang kuat.
"Kerja bagus."
Orsted mengucapkan itu padaku sembari mengambil Kajakuto, lalu aku pun membungkuk.
Itu Eris.
".........!"
Aku merasakan empuknya dada Eris, sembari meyakinkan sekali lagi bahwa.....
Kami menang.
T : Menurutku, setidaknya Rudi bisa mengimbangi Dewa Ogre dengan Magic Armor Versi I.
J : Ya, kau benar. Tapi jika Rudi meladeni Dewa Ogre, maka yang lainnya akan kesulitan melawan Kalman
III.
J : Orang-orang selalu membicarakan Kajakuto sebagai salah satu pedang terkutuk Yulian. Yang pasti,
pedang itu terkenal bersama Dewa Utara.
T : Apakah Rudi bisa mengalahkan Aleksander jika kondisinya fit 100%? Apakah dia bisa bertahan dari
teknik pengendali gravitasi, sembari terus menyerang dengan Gatling Gun-nya?
J : Harusnya sih tidak mungkin. Jika dia sibuk bertahan dari serangan Kajakuto, sembari menyerang balik
dengan Gatling Gun, dia tidak akan bisa menggunakan batu penyerap sihir.
T : Sensei, kita mengenal sosok Rudi sejak kecil. Kini dia tumbuh sebagai orang dewasa yang
bertanggung jawab. Aku senang melihat dia mengalahkan salah satu lawan terbesarnya.
T : Jika Rudi masuk dalam daftar Tujuh Kekuatan Dunia, maka gelar apakah yang pantas untuknya?
Maksudku gelar seperti Dewa Pedang atau Dewa Utara. Apakah dia tetap memakai julukannya sebagai
Quagmire? Jujur, aku tidak tahu gelar Dewa apa yang cocok untuk Rudi..... apakah Dewa Lumpur[1]?
J : Yahh... sebenarnya simbol di monumen itu berasal dari liontinnya Roxy sih.....
J : Tampaknya begitu.
J : Karena dia adalah tangan kanan Dewa Naga, mungkin dia akan mendapat gelar Kaisar Naga, Raja
Naga, atau semacamnya. Orang-orang pasti akan memberikan julukan tersendiri untuk Rudi.
T : Rudi sering sekali kehilangan tangannya saat bertarung melawan musuh yang berat. Tapi kali ini
tidak, kan?
J : Tidak, yang lepas hanya lengan Magic Armor.
T : Setahuku Mana yang diperlukan untuk mengaktifkan batu penyerap sihir setara dengan besarnya
sihir yang digagalkan. Jadi, Rudi telah menghabiskan begitu banyak Mana, hanya untuk menggagalkan
teknik Kajakuto? Belum lagi, dia membutuhkan Mana yang besar untuk menembakkan Stone Cannon
dari Gatling gun-nya.
Bagian 1[edit]
Semua yang sakit sudah sembuh, maka datanglah kedamaian pada Desa Supard.
Selama tiga hari ini aku bisa bersantai, namun juga khawatir akan kemunculan musuh lainnya.
Kami khawatir dia terkena penyakit parah, tapi kata dokter itu hanya dampak dari kelelahan ekstrim dan
nyeri-nyeri otot.
Namun, Zanoba memang lebay, dia mengatakan pada Julie: “Seumur hidupku baru kali ini aku merasa
pegal-pegal, mungkin aku akan mati. Aku telah memberimu semua yang kutahu. Jika aku sudah tidak
ada, tetaplah menjadi gadis yang baik ya...” lalu dia pun menuliskan surat wasiatnya.
Dengan polosnya Julie menangis, namun matanya menunjukkan tekad yang membara untuk menjadi
gadis yang lebih baik. Aku hanya tersenyum melihat tingkiah mereka.
Aku langsung mendekati Zanoba, dan kupegang tangannya. Lalu, aku mengatakan, “Kita pasti akan
melihat selesainya proyek patung hidup. Aku bersumpah atas nama Dewiku yang kupuja. Akan
kusembuhkan kau.
Wahai Dewiku, pinjami aku kekuatan untuk memakmurkan dunia ini. Limpahkan juga berkahmu pada
mereka yang kehilangan kekuatan agar bisa kembali bangkit. HEALING!!”
Terkadang, aku masih mendapati raut sedih yang tipis di wajah Sandor.
Aku telah bertanya apakah dia menginginkan Kajakuto kembali, namun kata Sandor pedang itu adalah
hakku, dan aku boleh menggunakannya semauku.
Namun, setelah Sandor mengatakan itu aku malah kehilangan minat menggunakannya.
Aku tidak bisa menggunakan Touki, sehingga Magic Armor lebih cocok untukku. Lagipula ilmu pedangku
payah.
Jadi, untuk saat ini kuberikan saja Kajakuto pada Orsted. Nanti akan kugunakan bila benar-benar
dibutuhkan.
Atau lebih tepatnya, Norn lah yang terus mengikuti Ruijerd ke manapun dia pergi.
Dulu, Ruijerd mengajarkan banyak hal pada Norn, seperti yang dia lakukan padaku dan Eris.
Pertamanya dia sedikit takut saat tiba di Desa Supard, namun Doga banyak membantu saat desa ini
dilanda wabah. Sepertinya, mereka sudah saling menerima satu sama lain.
Belakangan ini dia banyak menghabiskan waktunya memahat boneka kayu bersama anak-anak.
Kemudian, si bos......
Tempo hari dia tidak sengaja melempar bolanya terbang entah ke mana, sehingga tidak ada lagi yang
mengajaknya bermain bola. Kasihan si bos.....
Tim dokter mengatakan bahwa kesehatan Ras Supard semakin membaik, jadi mereka punya waktu
untuk menyelidiki penyakit itu lebih dalam.
Sekarang mereka sedang meneliti makanan yang sehari-hari Ras Supard makan ....... atau lebih tepatnya
mereka sedang mengumpulkan sampel.
Mereka membawa pulang semua sampel ke Kerajaan Asura, lalu mendokumentasikannya dalam jurnal
agar bisa dibaca lagi suatu hari nanti.
Adapun.... Cliff, Elinalize, dan Ginger sedang menuju Irel.
Kami akan bernegosiasi sekali lagi dengan Kerajaan Biheiril, tapi kali ini kami membawa sandera dari
pasukan penginvasi.
Tapi, semuanya tergantung sudah sejauh apa pengaruh Gisu di Kerajaan Biheiril.
Kami tidak akan terjebak dalam perangkap Gisu lagi. Kejadian di jembatan adalah bukti betapa bahaya
dan matang rencana Gisu.
Kami harus mengevaluasi semua kesalahan sampai detik ini, agar tidak terulang lagi kemudian.
Aku mengembalikan lengan itu pada Atofe, lalu memulihkan lenganku yang terpotong dengan gulungan
sihir penyembuh.
Setelah tanganku kembali normal, aku mencobanya dengan memeras dada Eris, dan tentu saja..... dia
menghajarku sampai KO.
Setelah itu, aku mengevaluasi pertempuran tempo hari, terutama saat aku berduel dengan Aleksander.
Aku ingin mempelajari teknik gravitasi kontrol yang dikuasai Aleksander. Jelas, kemampuan itu berasal
dari Pedang Kajakuto, namun...... sepertinya Aleksander juga bisa menggunakan sihir pengendali
gravitasi.
Kalau sudah dibetulkan nanti, kami harus memikirkan cara agar lingkaran sihir teleportasi tidak bisa
digunakan musuh. Percuma saja bila musuh juga bisa memanfaatkan sarana kita. Bisa-bisa hal seperti ini
terjadi lagi.
Bagaimana caranya? Aku masih belum tahu, karena pada dasarnya lingkaran sihir teleportasi bisa
digunakan oleh siapapun yang memijaknya.
Namun, dalam tiga hari terakhir, belum satu pun lingkaran sihir teleportasi kami perbaiki.
Kami sempat memanggil Arumanfi pada hari kedua untuk menanyakan keadaan keluarga, namun
sampai sekarang pun dia belum datang.
Mungkin Perugius mendapati masalah lain yang tidak ada kaitannya dengan Hitogami.
Hari keempat.
Sebelumnya kami telah mengirimkan dua pria Supard ke Kota Irel sebagai pemberi kabar bahwa kami
memiliki sandera, dan kami ingin bernegosiasi dengan pihak kerajaan. Kedua pria Supard itu rambutnya
dicukur plontos agar tidak memancing kehebohan di kota.
“Raja Biheiril ingin bertemu denganmu. Jika permasalahan Ras Supard ini berdampak pada pergerakan
pasukan perang di Pulau Ogre, maka raja bersedia berbicara denganmu.”
Yang jelas, kami meminta agar Ras Supard diperbolehkan hidup di hutan ini.
Tidak membutuhkan waktu lama, surat balasan segera datang. Intinya, permintaan kami dipenuhi. Surat
itu agaknya ditulis dengan tergesa-gesa, karena terlihat kusut. Tapi, stempel dan tanda tangannya cukup
jelas, jadi surat itu resmi.
Dengan begitu, kami akan menarik Moore dan pasukan elite Atofe dari Pulau Ogre.
Atas perintah Atofe, mereka pun pergi.
Sepertinya, Dewa Ogre tidak perlu turun tangan mengusir mereka secara paksa.
Yahh, tapi negosiasi belum usai. Ada banyak hal yang perlu kami bahas bersama.
"........Baiklah."
Sebenarnya permintaan kami tidak sulit mereka penuhi, asalkan mereka mau menerima keberadaan Ras
Supard yang selama ini ditabukan.
Lalu, soal Gisu..... harusnya mereka pernah mendengar nama itu. Karena Gisu lah yang mengirim dua
utusan kerajaan yang ternyata adalah Dewa Pedang dan Dewa Utara.
Tujuan utama kami adalah negosiasi, jika Ras Supard ingin diterima di negara ini, maka mereka harus
ikut berunding. Ini bukan lagi saatnya bersembunyi.
Tidak juga menutup kemungkinan beberapa orang akan menyerang kami, saat melihat kehadiran Ras
Supard.
Itu konyol sekali, padahal warga Biheiril sudah menerima Ras Ogre yang wujudnya bahkan lebih
menyeramkan. Kupikir, kami perlu memperlihatkan pemimpin Ras Ogre saling berjabat tangan dengan
pemimpin Ras Supard untuk menunjukkan bahwa mereka sama.
Sambil memikirkan hal-hal seperti itu, aku memilih orang-orang yang ikut denganku.
Yang sudah siap bertarung adalah, Eris, Sandor, Atofe, dan Ruijerd.
Sedangkan Cliff sebagai perwakilan Gereja Milis akan bertindak sebagai negosiator, bersama istrinya,
Elinalise.
Aku juga mengajak dua prajurit Ras Supard untuk ikut dengan kami ke ibukota.
Sisanya akan tinggal di sini untuk bertahan jikalau ada serangan lagi ke desa.
Sayangnya, pada surat tersebut, aku tidak membaca adanya permohonan agar sandera dipulangkan
dalam keadaan hidup.
Kalau pun negosiasinya gagal, aku akan membawa kembali salah satu dari dua orang tersebut sebagai
jaminan.
Sembari memikirkan banyak hal, aku menuju ke gubuk tempat dua orang itu ditahan.
Di dalam gubuk, mereka berdua hanya duduk diam tanpa mengobrol sedikit pun.
"......."
“Tempat ini cukup bagus, bukan? Tempatnya indah, dan warganya pun baik-baik. Makanannya tidak
sebaik di kota sih, tapi semuanya alami. Rasanya pun lumayan. Mungkin para prajurit Supard agak kasar
pada kalian, tapi mereka tidak memusuhi ras manusia, kan?”
Sudah beberapa hari mereka ditahan, tapi kami memperlakukannya dengan baik.
Kami terus mengawasi mereka, menyita senjatanya, melucuti armornya, dan memastikan mereka tidak
sedang menyamar. Selebihnya, kami menjamu mereka dengan baik layaknya tamu.
Mereka bebas berkeliling desa, bahkan diperbolehkan keluar desa, asalkan tetap dijaga oleh prajurit
Supard.
Mereka pun tidak cukup bodoh melintasi hutan yang penuh dengan iblis tak kasat mata.
Selama dua hari terkahir, mereka melihat sendiri bagaimana Ras Supard berburu iblis tak kasat mata.
Harusnya, mereka tahu bahwa iblis yang selama ini ditakuti bukanlah Ras Supard, melainkan monster
berwujud serigala.
Mereka takut dengan wabah penyakit, tapi mau bagaimana lagi, hanya serigala-serigala itu yang bisa
kita manfaatkan sebagai sumber protein hewani di hutan ini.
“....... Yah, kalian harus tahu rumor yang selama ini beredar di masyarakat tidak benar.”
Tawanan ini tampak putus asa saat pertama kali kami bawa ke Desa Supard, tapi sekarang mereka
terlihat lebih santai.
Itu karena mereka belum tahu seperti apakah Ras Supard yang sebenarnya.
Jangan-jangan, salah satu di antara mereka nanti mengaku, ”Ahahah..... aku adalah bidaknya
Hitogami!!”
Yahh, aku memilih mereka secara acak sih, aku juga sudah memeriksa mereka dengan teliti.
Bahkan Orsted dan Clifff sudah mengamati mereka...... jadi, kurasa hal seperti itu tidak akan terjadi.
“Baiklah..... kita akan segera pergi ke ibukota untuk bernegosiasi, jadi salah satu di antara kalian harus
ikut dengan kami. Kami akan memulangkan kalian bisa negosiasinya berjalan lancar. Sedangkan yang
satunya, akan tetap tinggal di sini.”
"Aku mengerti."
Maaf ya, aku harus memisahkan kalian setelah beberapa hari tinggal bersama.
Yahh, kurasa pihak Kerajaan Biheiril tidak punya alasan untuk menolah tuntutan kami.
Bagian 3[edit]
Dia masih berlagak seperti laga, tapi selama negosiasi, dia jelas terlihat takut padaku. Dia juga takut
pada Eris, Ruijerd, dan Atofe yang datang bersamaku.
Sejauh ini, hanya Dewa Pedang, Dewa Utara, dan Dewa Ogre yang menghalangiku di negara ini.
Saat ketiganya sudah ditangani, bisa dibilang aku sudah menguasai negara ini.
Raja sempat berbasa-basi, tapi akhirnya dia memberikan penjelasan yang lengkap.
Dia pun mengakui ada pria berwajah monyet yang pernah berlindung di istana ini, tapi dia pergi tepat
saat aku hendak berkunjung.
Untuk berjaga-jaga, aku menyuruh siapapun di ruangan pertemuan melepas cincinnya, dan aku juga
menggunakan batu penyerap sihir pada mereka. Tapi sepertinya, tidak ada yang menyamar di sini.
Namun........ waktu itu, aku yakin raja yang kutemui adalah Gisu yang sedang menyamar.
Kemampuan sandiwara Gisu sungguh tiada tandingannya. Sepertinya, dia pun merubah suaranya untuk
menyempurnakan penyamaran.
Kami menyerahkan sandera sembari melanjutkan negosiasi. Pihak kerajaan setuju membiarkan Ras
Supard tinggal di hutan itu, selama kami tidak menginterverensi Pulau Ogre.
Mereka tidak menuntut ganti rugi, sewa wilayah, atau hal-hal ruwet lainnya.
Orang-orang di negara ini mengakui siapapun yang bekerjasama dengan Kerajaan Biheiril.
Jika mereka menolak tawaran kami, hubungan mereka dengan Ras Ogre bisa memburuk.
Satu-satunya yang melindungi negara ini dari ancaman luar adalah Ras Ogre.
Bagian 4[edit]
Setelah itu, kami menuju ke kota terbesar ketiga di negara ini, Heilerul.
Itu adalah Pulau Ogre. Sandor dan Atofe akan pergi ke sana untuk bernegosiasi dengan Dewa Ogre
Malta. Sedangkan aku menunggu di pelabuhan.
Sebenarnya aku juga ingin pergi, tapi Magic Armor Versi I terlalu berat dibawa kapal.
Tidak ada kapal yang cukup besar untuk membawa zirah ini.
Sayangnya, aku juga tidak bisa melepaskan Magic Armor Versi I, karena kita tidak tahu apa yang telah
direncanakan Dewa Ogre.
Jika negosiasi dengan Dewa Ogre berlangsung lancar, maka kami benar-benar tidak akan
menginterverensi Pulau Ogre lagi.
Sehingga, Ras Supard bisa hidup lebih dekat ke pinggiran hutan, bukannya di dekat lembah.
Kami masih belum bisa menyimpulkan penyebab wabah penyakit itu, tapi akan lebih baik bila mereka
meninggalkan daerah yang pernah terjangkit penyakit.
Butuh waktu dan tenaga untuk berpindah, tapi itulah yang terbaik bagi mereka.
Kami juga harus mempertimbangkan kemungkinan bertarung lagi dengan Dewa Ogre.
Tapi, jika ternyata Gisu masih memiliki bala bantuan yang kuat, maka kami terpaksa mundur kembali ke
hutan untuk menyiapkan serangan balasan.
"........."
Sembari memikirkan berbagai kemungkinan, aku naik ke atas mercusuar untuk mengamati pulau dari
jauh, benrsama Eris dan Ruijerd sebagai pengawalku.
Tadinya kukira Pulau Ogre berbentuk wajah Ogre atau semacamnya, namun ternyata hanya pulau biasa.
Ada gunung berapi aktif di pulau itu, lengkap dengan asap yang mengepul dari dalam kawah.
Saat melihat pulau itu, aku bisa merasakan kemegahan dan keindahannya, tapi aku sama sekali tidak
merasakan hawa jahat yang mengapung dari pulau tersebut.
Yang jelas, itu hanya pulau biasa, tapi yang mendiaminya tidak biasa.
Karena Ras Ogre tinggal di sana, maka pulau itu dinamakan Pulau Ogre.
Tentu saja, mercusuar ini juga dibangun untuk mengawasi pulau itu.
Dari puncak mercusuar ini, aku akan mengamati negosiasi mereka dengan mata iblis penerawang.
Jika negosiasi gagal dan Dewa Ogre mengamuk, atau jika Gisu muncul tanpa diduga, aku sudah
merencanakan serangan besar-besaran pada pulau itu.
Tentu saja, serangan itu akan mencelakai banyak Ras Ogre yang tidak bersalah, sekaligus membatalkan
hasil perjanjian kami dengan Kerajaan Biheiril.
Tapi, jika Gisu benar-benar berada di sana, maka aku tidak akan segan.
"Tidak perlu."
Aku hanya bisa melihat sebagian pulau dengan mata penerawang ini.
Beberapa tempat bisa kulihat tanpa halangan. Di sana ada beberapa orang yang berkumpul.
Sesosok monster dengan tubuh besar sudah terlihat di sana. Itu adalah Dewa Ogre Malta.
Dia dikelilingi oleh beberapa Ogre lainnya yang kurasa adalah pengawalnya.
Para pengawalnya ada yang diperban, sepertinya mereka sempat melawan anak buah Atofe.
Mereka adalah pengawal pribadi Atofe, dan Moore juga ada di sana.
Jadi, prajurit Raja Iblis Abadi lebih kuat daripada pasukan Ogre,
Tapi tetap saja, kita tidak tahu apa yang terjadi jika Malta kembali bertarung.
Kami tidak segan menyandera lagi orang-orang Ras Ogre jika itu terjadi.
Aku pun melihat sekitar 5 Ogre perempuan dan anak-anak berada di belakang pasukan pribadi Atofe.
Mereka adalah jaminannya.
Bagaimanapun juga, pada pertempuran ini wajar jika ada korban jiwa.
Jantungku mulai berdebar saat mereka memulai negosiasi. Aku melihat Sandor dan Malta mulai
membicarakan sesuatu.
Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi Dewa Ogre terlihat santai.
Mata iblis ini hanya bisa melihat pada kejauhan, bukannya menguping.
Bagian 5[edit]
"Rudeus!"
Keesokan harinya.
Aku, sedang tidur di sebuah penginapan di Kota Heilerul, dibangunkan oleh teriakan Eris.
Sambil mengatakan itu, aku meremas dadanya, dan tentu saja dia langsung menampik tanganku.
"Dia di sini!"
"Siapa?"
"Orang itu!"
"Orang itu......?"
Sementara masih berusaha memahami apa yang baru saja terjadi, aku mengangkat tubuhku.
Setelah menggosok mataku yang masih mengantuk, lalu melihat ke luar jendela.
Aku melihat sekelompok orang berambut coklat kemerahan berdiri di depan penginapan.
Aku segera bergegas keluar dari kamar dan berlari menuju lantai pertama.
".........."
Dewa Ogre sedang duduk bersila di depan penginapan.
Dia bersama beberapa Ogre mudah yang entah kenapa wajahnya tampak murung.
Mereka pun membawa senjata lengkap, seolah siap menghadapi Eris dan Ruijerd.
“Sepertinya Dewa Ogre ingin menyepakati sesuatu. Oleh karena itu, aku membawanya kemari supaya
semuanya jelas.”
".......Aku mengerti."
Jika dia berniat menyelesaikan ini dengan damai, maka aku tidak punya alasan menolaknya.
Aku tidak tahu apa yang coba Sandor pikirkan, tapi sepertinya ini bukan bagian dari rencana Gisu. Atofe,
Eris, dan Ruijerd pun tidak tampak begitu waspada.
Mereka bisa merasakan bahaya lebih baik dariku. Jadi, kalau mereka santai-santai saja, maka ini tidak
berbahaya.
".........."
Dewa Ogre memelototiku, seolah menginginkan sesuatu dariku.
"Aku Malta."
"Minumlah."
Dewa Ogre meminumnya dengan sekali tenggak, dan aku pun melakukan hal yang sama.
Mungkin, minum juga bagian dari norma kesopanan bagi kaum Ogre .......
Aku harus menanyakannya dengan sopan, agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara kita.
Saat aku masih ragu, tiba-tiba Dewa Ogre membuka mulutnya duluan.
“.........pasukan Raja Iblis menyerang desa-desa kami. Mereka bahkan mencuri bahan makanan kami.
Sungguh tidak bisa dimaafkan. Meskipun kami tidak bisa melawan mereka, buktinya kami tetap hidup.”
Dewa Ogre mengatakan itu sambil memandangi pasukan Atofe di sekitar kami.
Jadi, sempat terjadi pertempuran di sana? Meskipun hanya pertempuran kecil, mungkin saja ada yang
mati..... tapi, Dewa Ogre bilang, ‘kami tidak bisa melawan’? Bukankah artinya pertempuran itu berat
sebelah?
"Bayangkan, rumahmu dihancurkan, sedangkan kau tidak bisa melawan. Kami juga menderita kerugian.”
"......."
“Kaum Ogre melindungi negara ini. Dan aku adalah pemimpin mereka. Aku tidak punya alasan bertarung
lagi. Jadi, kita harus berunding.”
Ras Ogre bertugas melindungi negara ini, namun sang raja sudah menyerah, maka Malta memutuskan
untuk tidak melanjutkan pertarungan.
"Gisu bilang kau berniat menghancurkan Kerajaan Biheiril, itulah kenapa aku membantunya. Tapi, dia
sudah melarikan diri. Dan ternyata kau tidak menghancurkan negara ini.”
Jika Dewa Ogre melanjutkan pertarungan ini, maka keamanan Kerajaan Biheiril dan Pulau Ogre akan
terancam.
"Aku menyerah. Kalian boleh membunuhku, tapi jangan celakai wargaku yang tidak berdaya.”
Mereka mungkin berpikir bahwa aku akan membunuh Dewa Ogre sekarang juga.
Sepertinya dia mengatakannya dengan jujur, jadi tak masalah jika kita mempercayainya.
Dan dia tidak bodoh. Malahan.... IQ-nya mungkin lebih tinggi daripada si keras kepala Atofe.
Tapi.... dengan otak secerdas itu..... mungkinkah dia berniat berbohong padaku?
"Gisu pernah menyebut nama Hitogami, tapi aku tidak pernah mengenalnya. Yang kutahu hanyalah
melindungi pulau.”
Saat menyatakan itu, terlihat kejujuran dan keteguhan pada sorot matanya.
Kalau sampai dia berbohong, maka aku tidak akan lagi mempercayainya.
Ketika aku mengatakan itu, orang-orang di sekitar kami menghela napas lega.
“Tapi, Malta-dono, kami akan memintamu melawan Gisu. Kalau kau mengkhianati kepercayaan kami,
maka kami tidak akan segan menyerang Pulau Ogre lagi.”
Dengan begini, Gisu akan dihancurkan oleh mantan anak buahnya sendiri.
Mendapatkan dukungan dari Dewa Ogre, berarti bekerjasama dengan seluruh Ras Ogre.
Kuharap ancamanku cukup untuk membuatnya berpikir dua kali jika ingin berkhianat.
"Lalu, apa yang akan terjadi pada wargaku jika semisal aku terbunuh?”
“Mengenai Ras Ogre..... jika kau mati, maka kami lah yang akan bertanggung jawab atas keselamatan
dan keamanan mereka.”
Kemudian, seorang Ogre muda menuangkan lagi kecap ke gelas Malta, dan alkohol ke gelasku.
Dewa Ogre memegang gelasnya dengan mantap.
"Hm."
Bersamaan dengan kosongnya gelas kami, pertempuran dengan Ras Ogre resmi berakhir.
Bagian 6[edit]
Ras Ogre mengeluarkan alkohol terbaiknya dari gudang, dan kami berpesta bersama.
Sepertinya, para Ogre mempunyai tradisi bertukar minuman setelah berdamai dengan pihak lain.
Minumlah alkohol untuk memaafkan dan melupakan semuanya..... begitulah kata orang.
Dewa Ogre membuatku minum begitu banyak, sampai aku tidak kuat lagi. Tapi, ada Atofe yang
melanjutkannya, dan mereka pun saling berlomba minum.
Aku memanfaatkan momen itu untuk meninggalkan mereka.
Setelah meredakan mabuk dengan sihir detoksifikasi, aku pun berjalan-jalan di sekitar.
Tiba-tiba, aku menyadari seseorang yang kukenal sedang duduk di tepi pantai, lalu aku menghampirinya.
"Ah, hai......"
"Silahkan."
Jika aku membiarkan Aleksander melarikan diri saat itu, mungkin Dewa Ogre masih menjadi musuh
kami.
Kalman III akan menghubungi Gisu lagi, lalu mereka akan kembali bersama Dewa Ogre dengan pasukan
yang lebih merepotkan.
"Tentu saja."
“Anak itu ....... memiliki bakat hebat sejak kecil. Dia bisa menggunakan pedang lebih baik dari siapapun.
Setiap kali bertarung melawan monster, dia bisa mengamati titik lemahnya dengan cepat. Tak ada
seorang pun seumuran dengannya yang bisa mengalahkannya.”
"........."
“Itulah kenapa aku berharap tinggi padanya. Aku memberikan Kajakuto dan gelar Kalman III padanya.
Tapi............ kurasa seharusnya aku tidak melakukan itu.”
“Sebenarnya, Kalman, Dewa Utara, ataupun Tujuh Kekuatan Dunia hanyalah nama..... tapi mengapa dia
begitu menginginkan itu semua.”
Jika Aleksander berjuang di jalan yang benar, mungkin dia akan menjadi pahlawan sejati.
Setidaknya, itulah yang kupikirkan..... tapi sepertinya aku tidak berhak mengatakan itu.
"Yah, yang lalu biarlah berlalu. Aku masih memikirkan bocah itu, tapi kau tidak perlu, Rudeus-dono.....
memang seperti inilah pertempuran.”
"........begitukah?"
“Aku dengar kamu punya banyak anak. Nanti...... akan datang saatnya kau selalu memikirkan mereka.”
Yahh..... kurasa memang seperti itulah perasaan orang tua pada anaknya.
Aku sudah menjadi ayah..... tapi aku belum merasakan hal seperti itu.
"Yang jelas.... sekarang aku hanya bisa mendoakan anakku bahagia di alam sana.”
"Ya."
Deru ombak bergema di depan kami.... dan riuh gempita pesta masih terdengar di kejauhan.
Saat membahas hal sensitif seperti ini, seakan-akan pertempuran kami sudah benar-benar berakhir.
Padahal kami belum menemukan biang dari semua masalah ini..... yaitu Gisu.
Anggap saja, pertarungan kali ini adalah pemanasan, dan kami bisa melewatinya dengan baik.
Meskipun begitu, kami masih mengandalkan faktor keberuntungan untuk meraih kemenangan.
Gisu akan memikirkan cara yang lebih licik untuk mengalahkan kami.
Itu artinya, masih ada seorang lagi yang belum kita ketahui.
Apa ya..... mungkin bidak terakhir ini adalah orang yang sudah kukenal sebelumnya.
"Hmmm..... sepertinya bidak Hitogami terakhir tidak berada di sini. Mungkin dia masih menunggu di
tempat lain.”
Tapi, bukannya tidak mungkin orang lain bisa mengusik keluargaku di sana.
Tugas kami di sini sudah selesai. Kesepakatan sudah terbentuk, namun ternyata membutuhkan waktu
lama.
"Fiuh ........"
Aku tidak ingin menjadi orang tua yang kehilangan anak-anaknya, sehingga menjalani hidup dengan
hampa.
Aku akan berusaha sekuat mungkin agar hal seperti itu tidak terjadi.
Sembari berusaha membersihkan pikiranku dari kegelisahan itu, aku menenggak miras di dalam gelasku.
"Hah?"
Bahkan saat menggunakan mata penerawang, aku tidak bisa melihat apapun.
Aku coba melihat arah yang ditunjuk Sandor, tapi aku masih belum bisa melihat apapun.
Aku terus mengaktifkan mata iblis, tapi tetap tidak terlihat apa-apa.
"Aku tidak melihat apa-apa. Sandor-san, mungkin matamu jauh lebih tajam dariku.”
".........."
"........Hah."
Orang yang ada di bahunya mengenakan jubah aneh yang membalut tubuhnya.
"Ya ampun.... tadinya aku berharap kita mendarat tanpa diketahui.... tapi, inilah yang terjadi. Gawat
nih....”
"FUHAHAHAHA, sebaiknya kau bersiap-siap semua rencanamu tidak berjalan sesuai harapan.”
"Badi ......sama........."
Badigadi.
Kenapa dia ada di sini? Kenapa dia memakai armor emas itu? Dan kenapa dia bersama Gisu?
Aku tidak tahu mengapa..... tapi aku bisa merasakan aura jahat yang pekat dari armor itu.
Harusnya dia sudah pasang kuda-kuda, tapi dia hanya bisa bengong saat ini.
Tapi...... aku juga bisa merasakan ketakutan yang sama dengan Sandor.
"..........Ah."
Aku mengerti.
“Atas permintaan Hitogami, aku mengantar Ruijerd ke Desa Supard. Lalu, aku mengambil kembali armor
ini yang terbenam di dasar lautan. Dengan memadukan kekuatan Raja Kegelapan Vita, Dewa Pedang
Gull Farion, Dewa Ogre Malta, dan Dewa Utara Kalman III, aku akan mengalahkan kalian dan Orsted
yang tidak bisa lagi melarikan diri, lalu.......”
"Bos, bos."
“Kau terlalu banyak bicara. Vita, Gull, dan Aleksander sudah kalah.”
“Hmph, dasar membosankan. Bukankah ini semua karena strategimu yang gagal!?”
Tapi, atas pengakuan Badigadi tadi, aku mulai bisa membaca semuanya.
Dewa Pedang, Dewa Utara, dan Dewa Ogre.
Dan jika aku membiarkan Dewa Utara III melarikan diri maka pertarungan akan terus berlanjut.
Jika pasukan penginvasi tidak mundur, maka kedua orang ini akan diam-diam ikut serta dalam
pertarungan.
Mereka akan mendarat di Pulau Ogre, lalu mengalahkan pasukan Atofe, sehingga Dewa Ogre Malta
tidak lagi mengkhawatirkan nasib warganya.
Melawan Dewa Utara dan Dewa Ogre saja kami sudah kesulitan, bagaimana jika ditambah Badigadi?
Jika Badigadi ikut melawan kami dengan armornya, maka selesailah semuanya.
Tapi sekarang......
"Senpai, aku mendengar dari Hitogami bahwa kau memenangkan pertarungan di hutan. Lalu, kau pikir
aku tidak bisa lagi membalikkan keadaan?”
Tapi...... benarkah begitu? Kalau dia payah bertarung, maka mengapa dia menunjukkan diri? Bukankah
sebaiknya bersembunyi saja?
“4200 tahun yang lalu, aku bertarung imbang melawan Raja Naga Iblis Laplace. Kalian harus tahu, akulah
Raja Iblis terkuat di dunia ini....”
Aku hanya bisa menelan ludah saat melihat armor Badigadi yang bersinar, seolah hidup.
“....... tidak, tidak, mungkin nama Raja Iblis tidak tepat bagiku. Panggil saja aku dengan nama yang sudah
dikenal banyak orang, yaitu..... Dewa Tempur.”
Ya.... itu benar..... itulah identitas Badigadi yang sebenarnya. Dia lah Dewa Tempur Badigadi.
Baju zirah yang penuh menutupi tubuhnya memancarkan aura aneh.
Aku mulai merasakan kengerian yang sama seperti saat pertama kali melawan Orsted.
Entah kenapa, aku punya firasat kami tidak akan menang jika melawannya.
“Aku Alex Ryback!! Dewa Utara Kalman II!! Aku menantang Raja Iblis Abadi Badigadi untuk berduel!!
Atas nama besar keluarga iblis abadi, terimalah tantanganku!!”
Badigadi terhenti.
"Tidak bisa begitu. Aku Raja Iblis Abadi, sejak jaman dahulu kala sudah bersumpah akan menerima
tantangan siapapun.”
Gisu tertegun.
Aku tidak tahu sejak kapan mereka berteman, tapi sepertinya keduanya sudah begitu akrab.
"Rudeus-dono."
“Aku akan coba menahannya. Kau cepatlah memanggil bantuan. Lalu, kita serang balik mereka.”
Meskipun dengan memakai Magic Armor, aku tidak yakin bisa mengalahkannya.
Magic Armor dibuat berdasarkan armor emas Dewa Tempur. Bagaimana bisa aku melawan
prototypenya?
Peluang menang kami tipis.
Dalam kondisi seperti ini, aku hanya akan menjadi penghalang jika ikut bertarung.
Aku terus berlari menjauh, sembari mendengar bunyi dentangan senjata yang saling berbenturan di
belakangku.
T & J penulis[edit]
T : Lambang keluarga Migurdia muncul di patung Tujuh Kekuatan Dunia. Jadi, jika ada orang yang ingin
menantang Rudeus, dia mungkin akan pergi ke Desa Migurdia, kan?
J : Ya mungkin saja.
T : Kishirika dikenal sebagai rajanya mata iblis. Apakah mata iblis pemberian Kishirika bisa menjadi
sangat kuat setelah penggunanya berlatih keras?
J : Ya mungkin saja. Jika penggunanya memiliki Mana yang besar, itu bisa saja terjadi.
T : Mengapa Rudeus tidak bisa melihat Badigadi saat menggunakan mata iblis penerawang?
J : Ada sesuatu pada diri Badigadi yang tidak bisa dideteksi oleh mata iblis.
T : Aku masih penasaran dengan teknik gravitasi kontrol Aleksander. Apakah teknik itu terlihat seperti
para pendekar Kung-fu yang beterbangan di udara seperti film-film laga Hong-Kong?
J : Pokoknya, dia bisa mengendalikan gerak tubuhnya dengan bebas di udara. Jika kau sulit
membayangkannya, tonton saja game Arcana Hearts.
T : Gisu terlihat sedang memakai jubah yang aneh. Apakah jubah itu alat sihir yang membuatnya bisa
bernapas di dalam laut?
J : Sebenarnya, jubah itu adalah alat sihir yang menghalangi penglihatan mata iblis. Badigadi juga
mengenakan jubah sihir yang membuatnya tidak tenggelam, sehingga bisa berjalan di lautan.
T : Andaikan saja Sandor mau menerima Kajakuto, mungkin dia bisa menahan Badigadi lebih lama.
J : Aku tak yakin Sandor mau menggunakan pedang itu lagi, tak peduli siapapun lawan yang dihadapinya.
T : Kalau tidak salah, Rudi pernah memasukkan pedang peninggalan Paul pada lengan kiri Magic Armor.
Apakah senjata itu masih di sana?
Bagian 1[edit]
Saat mendengar ada serangan musuh, satu-satunya orang yang kegirangan adalah Atofe.
"Di pantai. Dia adalah Badigadi! Sandor-san sedang melawannya sekarang, jadi kita harus mundur
sementara untuk.......”
“AHAHAHAHAHAHA! Jadi Badi sudah jadi musuh! Dia adalah lawan yang tangguh! Wahai prajuritku,
ikutlah denganku!”
Tentu saja, Ruijerd dan Eris ikut denganku, lalu Cliff menggunakan sihir detoksifikasi untuk menyadarkan
semuanya dari mabuk.
Seolah ingin menepati janjinya pada kami, dia segera mengikuti Atofe.
Melihat itu, aku sempat berubah pikiran dari melarikan diri, menjadi menyerang.
Jika mereka bertarung, lalu kalah, maka kami akan kehilangan sekutu-sekutu terkuat.
Aku segera menyimpulkan bahwa, meskipun keadaan kami tidak diuntungkan, namun pertarungan ini
penting untuk menjaga keutuhan tim.
Aku, Eris, Ruijerd, beberapa prajurit Ras Suaprd, Cliff, Elinalize, Atofe, 10 prajurit pribadi Atofe, dan
Dewa Ogre.
Aku berlari menuju loby penginapanj, lalu segera memakai Magic Armor yang kuletakkan di sana.
Bagian 2[edit]
Setelah menyuruh Ras Ogre meninggalkan tempat ini, aku langsung menuju pantai dengan zirahku.
Di pesisiran pantai Kota Heilerul, Atofe dan Badigadi saling beradu kekuatan dengan sebagian tubuhnya
terbenam di air.
Perbedaan kekuatan mereka terlihat jelas. Bahkan saat membawa Gisu di pundaknya, dia dengan
mudah bisa bertahan dari serangan Atofe dan Malta.
Luar biasa.
Di mana Sandor.
Panah es, panah api, dan meriam batu.... semuanya memberondong Badigadi bagaikan hujan deras.
Tak satu pun serangan sihir jarak jauh itu mengenai Gisu dan Badigadi.
Kalau kemungkinan kedua yang terjadi, maka aku harus membunuh Gisu secepatnya.
Meskipun dia payah bertarung, aku perlu beberapa waktu menghabisi Gisu, dan saat itulah Badigadi bisa
menghabisiku.
Pilihanku meninggalkan Sandor untuk memanggil bala bantuan adalah yang terbaik saat ini.
Dia sudah merencanakan semuanya dengan matang sebelum menampakkan diri di depanku.
Atofe dan Malta sama-sama tangguh, tapi jelas terlihat Badigadi mengungguli mereka.
Sembari mengisi Mana di senjataku, aku melarang Eris yang hampir saja meluncur ke medan
pertempuran.
Untungnya, berkat Atofe dan Malta, jarak kami dan musuh cukup terbuka.
Aku akan membidik Badigadi saat Atofe dan Malta tidak lagi berada di dekatnya.
“Cliff-senpa, aku akan coba menembakkan sihirku pada mereka!! Tolong bantu aku dari belakang!”
Aku ragu-ragu, karena tembakanku mungkin akan mengenai Atofe dan Malta
Tapi aku bisa melihat Gisu dengan jelas. Aku tidak tahu apakah sihirku bisa mengenai mereka, tapi
setidaknya aku harus menoba.....
Aku akan memakai teknik yang sudah beratus kali kugunakan.... yaitu, Stone Cannon.
Kurasa Stone Cannon cocok untuk menghalangi mereka, tapi sepertinya kita perlu coba teknik lain.
Baiklah......
"Suu─"
Dengan sabar, aku menghabiskan waktu untuk memperbesar ukuran awan mendung.
Belum selesai, awan mendung ini harus dikompresi untuk menjadi halilintar.
Ombaknya semakin tinggi, dan melibas tiga orang yang masih bertarung di pantai.
Sedikit lagi.
Mata iblisku terus memantau tiga orang yang masih beradu otot di pantai.
Nah..... sekarang saatnya melepas Mana yang sudah menumpuk di tangan kananku.
Sekarang.....!!
"Lightning!!”
Hujan berhenti sesaat, yang ada hanyalah cahaya putih membutakan mata, dan keheningan.
Pilar cahaya itu mengiris lautan, sehingga terbentuk dinding ombak yang tinggi.
Tapi, aku tahu mantra yang sedang dia baca dari belakangku.
"Sandstrom!!"
Air ombak menjadi berwarna coklat keruh, kemudian melebur di pesisir pantai.
Dengan mata iblis penerawang, aku coba mencari sosok berarmor emas di sekitar perairan.
"..............."
"Apakah berhasil?"
"!"
Mereka sama-sama lihat ke atas karena merasa ada yang tidak beres.
Begitulah rintihnya.
Armor emas.
“Akulah Badigadi!! Akulah sang Dewa Tempur, sekaligus hamba setia Hitogami!! Rudeus Greyrat,
kutantang kau duel sekarang juga!!”
"A-aku menolak."
Saat hampir menutup mata..... aku melihat Eris, Ruijerd, dan Malta menyerang Badigadi secara
bersamaan.
Bagian 3[edit]
Saat kubuka mataku, aku melihat rambut merah yang memenuhi bidang pandanganku.
"!"
"Kami kalah."
Setelah itu, Eris dan yang lainnya menantang Dewa Tempur, lalu kalah total.
Eris pingsan hanya dengan satu pukulan, dan perisai Elinalize hancur.
Malta dan Atofe melakukan perlawanan yang bagus, tapi mereka bukan tandingan Badigadi.
Moore mengambil alih kepemimpinan ketika aku pingsan, lalu dia menyuruh semuanya mundur.
Ruijerd membawa Eris dan aku. Waktu itu Sandor sudah siuman, lalu dia bersama Atofe, pasukannya,
dan Malta sama-sama menahan Badigadi. Berkat mereka lah kami bisa melarikan diri dengan selamat.
"Aku mengerti."
Ini mengejutkan.
Aku tidak pernah menganggap diriku hebat..... tapi kekalahan ini tetaplah mengejutkan.
Bahkan ketika melawan Orsted, Magic Armor-ku tidak kalah hanya dengan sekali pukul.
Yahh, bukannya aku menang melawan Aleksander seorang diri sih..... tapi kami tetaplah menang.
Baru kali ini aku dikalahkan hanya dengan sekali pukul.
Apakah karena aku pernah mengalahkannya dengan sekali serang waktu itu?
Apakah karena aku selalu menang melawan Raja Iblis selama ini?
Berikutnya......
Tapi, bisakah aku menang melawan Dewa Tempur tanpa persiapan yang matang?
Aku tidak ingin memikirkan ini..... tapi, mungkin saja mereka sudah tiada.
Kekuatan kami tidak pasti.
Masih ada Eris, Ruijerd, Elinalise, Cliff, dan beberapa prajurit Supard.
Meskipun begitu, belum tentu aku bisa membantu mereka bertarung, karena Magic Armor Versi I sudah
hancur.
"...... Ruijerd-san."
“Dia adalah Tujuh Kekuatan Dunia posisi ketiga. Kita tidak akan bisa mengalahkan orang itu meskipun
menyerangnya dalam kelompok.”
Tapi ....... apakah kami akan membiarkan Orsted melawan Badigadi dan Gisu?
Jika Orsted bertarung melawan Dewa Tempur, dia bisa saja menang, tapi Mana-nya pasti akan habis. Ini
sama saja dengan membiarkannya melawan Dewa Pedang dan Dewa Utara sekaligus.
Gisu tidak akan berhenti. Dia akan memburu kami ke ujung dunia demi mewujudkan rencananya.
Ini sungguh ironis, awalnya kami lah yang memburu Gisu, tapi hanya dalam semalam, keadaan pun
berbalik, dan kini giliran Gisu memburu kami.
“Kalau begitu, tidak ada pilihan selain bertarung. Meskipun kalah, kita akan kalah terhormat.”
Mungkin itu tidak berarti apapun bagi Orsted, karena dia bisa mengulangi kehidupan ini sekali lagi.
Tapi bagiku............
"Ah."
Pikirkan.
Tapi, aku pernah mendengar bahwa armor emas adalah zirah terbaik yang bahkan dibuat oleh Laplace
sendiri.
Kalau pun tidak ada, mungkin ada cara menyegelnya. Menghentikan musuh tidak selalu dengan
mengalahkannya.
Atas dasar itu, mungkin kita bisa menemukan petunjuk untuk menghentikan Badigadi.
Orsted?
Tidak.
Meskipun kita tidak bisa mendapatkan apa-apa, kita tetap harus melawan Badigadi entah apapun
konsekuensinya.
Kalau bisa, aku tidak ingin melibatkan Desa Supard dalam pertempuran ini.
Ya..........
Akhirnya aku ingat masih ada satu kartu as yang belum kukeluarkan.
"Oke."
Semuanya mengangguk.
Bagian 4[edit]
Sembari memberanikan diri, aku duduk bersimpu di hadapan Orsted, lalu kuceritakan semuanya yang
terjadi sampai saat ini.
"Begitulah..... kami tidak tahu apa yang terjadi dengan Sandor, Atofe, dan Malta.”
"........."
".......Tidak. Aku tahu tentang armor emas, tapi aku tidak pernah melawan Badigadi saat mengenakan
zirahnya.”
Aku sudah menduga jawaban itu, tapi aku masih saja tidak bisa menyembunyikan kekecewaaanku.
Tapi sudahlah.....
"Kalau begitu, ceritakan tentang armor Dewa Tempur yang kau ketahui."
“Armor Dewa Tempur adalah zirah terbaik yang dibuat oleh tangan Laplace sendiri. Armor itu tenggelan
ke dasar samudra, yang disebut Cincin Laut. Ketika dialiri Mana, permukaan armornya gemerlapan
keemasan, dan memberikan pemakainya kekuatan yang tidak terhingga. Tapi, lama-kelamaan kekuatan
yang besar itu akan menguasai pemakainya.”
Dia tidak basa-basi saat melawan Atofe, Malta, dan Sandor, dan memang seperti itulah tabiatnya.
“...... butuh beberapa saat sampai armor itu menguasai pemakainya. Setelah kau mengenakannya, maka
armor Dewa Tempur akan perlahan-lahan mengendalikan pikiranmu. Lambat-laun, kau tidak bisa lagi
membedakan mana yang baik, dan mana yang salah. Yang kau inginkan hanyalah bertarung. Tapi,
Badigadi bukanlah ras iblis biasa. Tubuhnya terbuat dari zat yang tidak bisa dideteksi oleh mata iblis.
Jadi, mungkin armor itu tidak bisa menguasainya sepenuhnya.”
Kalau tidak salah, aku pernah dengar tentang armor yang mengendalikan penggunanya ini.
“Armor Dewa Tempur mirip dengan Magic Armor milikmu, hanya saja perbedaannya adalah, zirahmu
memerlukan bahan bakar berupa Mana, sedangkan armor Badigadi menyerap Mana sampai si
pemakainya mati. Sebelum kehabisan Mana lalu mati, si pengguna tidak akan bisa melepaskan zirah
emas itu. Jika Badigadi memakainya, maka zirah itu akan beroperasi selamanya, karena dia adalah ras
iblis abadi yang tidak bisa mati. Ketika armor itu terpasang, maka akan menyesuaikan semuanya dengan
si pemakai. Oleh sebab itu, zirah Dewa Tempur adalah senjata yang ideal, tak peduli siapapun yang
memakai. Jangkauan serang armor itu tergantung dari senjata apa yang dipakai si pengguna. Kalau
Badigadi yang menggunakannya, maka jangkauan serangnya tidak begitu jauh, karena dia adalah
petarung jarak dekat. Kemilau keemasan yang terpancar dari armor tersebut memiliki kemampuan mirip
batu penyerap sihir, yaitu meniadakan Mana. Tapi, kemampuan itu ada batasnya. Jika kau
menyerangnya dengan Stone Cannon kekuatan penuh, mungkin kau bisa menembus pertahanan itu.”
Aku paham, jadi lebih baik aku menggunakan Stone Cannon daripada Lightning.
"Orsted-san, siapakah Dewa Tempur sebelumnya yang juga mengenakan armor tersebut?”
"Salah seorang dari Ras Laut. Tapi, dia mati karena Mana terserap habis oleh armor itu.”
"Seorang manusia dan ras iblis pernah memakainya. Bahkan, aku pernah menggunakannya beberapa
kali.”
Wajar saja, kalau tidak salah, Laplace pernah menjadi gurunya Orsted.
Kalau tidak pernah memakainya, harusnya Orsted tidak tahu sebanyak itu.
"Tidak tahu?"
"Saat mengenakan Armor Dewa Tempur, kau tidak merasakan sakit atau kelelahan. Kau akan bersenang-
senang selamanya dalam pertempuran. Tapi sebenarnya, armor itulah yang memaksamu bergerak,
bukan sebaliknya. Armor itu tidak bisa menyembuhkan luka si pemakainya. Maka, jika kau terluka
selama pertarungan, luka itu akan semakin parah. Semakin banyak lawanmu, maka armor itu akan
semakin kecanduan bertarung.”
"Dia menembakkan sihir sekuat-kuatnya untuk menembus pertahanan armor itu, kemudian terbuka,
dan terpisah dari penggunanya. Sihir Laplace juga mengakibatkan samudra terbelah, itulah yang disebut
Cincin Laut. Lalu, armor emas pun dibenamkan di sana.”
"......begitu ya......"
Jadi, aku masih bisa menembus pertahanan armor itu, tergantung dari seberapa kuat seranganku.
"Aku dengar, si pengguna Armor Dewa Tempur terakhir sudah mati. Tapi ternyata, pemakainya adalah
Badigadi.”
"Pada waktu itu, Laplace sendiri tidak tahu siapa yang memakai armor buatannya. Setelah aku
mendengar Laplace dikalahkan oleh Perugius, aku tidak lagi tertarik dengan armor emas itu. Tapi
ternyata, zirah itu muncul lagi di hadapan kita sebagai musuh.”
".... kurasa Laplace bukan orang jahat. Tapi...... sayangnya kita harus membunuhnya suatu saat nanti.”
"Memang begitulah adanya. Untuk mencapai tempat Hitogami berada, kita harus membunuh lima
Prajurit Naga Legendaris, kemudian menggunakan pusaka naga yang mereka miliki.”
"......."
Kalau begitu, kita juga tidak bisa mengharapkan bantuan Perugius, karena kekuatan armor itu mungkin
setara atau bahkan lebih tinggi darinya.
".....Tidak juga."
Aku harus fokus dengan apa yang kami hadapi saat ini.
Yaitu, Badigadi.
Dari percakapan terakhirku dengan Hitogami, dia mengakui tidak bisa mengendalikan lebih dari 3 orang
karena dia juga perlu mengamati masa depannya sendiri. Itu artinya, Badigadi adalah bidak terakhir,
sekaligus kartu asnya Hitogami.
Saat berbicara padanya tempo hari, sepertinya dia hampir kehabisan cara untuk mengalahkan kami.
Orsted belum pernah melawan Badigadi yang menggunakan armor emas Dewa Tempur, itu artinya baru
kali ini Hitogami memerintahkan Badigadi untuk berkonfrontasi dengan Orsted. Bagi si bos, ini adalah
pengalaman pertamanya, itulah sebabnya dia tidak tahu bagaimana cara mengalahkan Dewa Tempur
Badigadi.
Kenapa baru kali ini Hitogami memanfaatkan Badigadi? Apakah hanya kebetulan saja? Ataukah karena
faktor keberadaanku?
"Baiklah. Aku ikut. Aku memang belum pernah melawannya sebelumnya. Tapi, bukan berarti aku tidak
bisa melakukan apa-apa.”
Aku tidak bisa melihat raut wajahnya karena tertutup helm, tapi sepertinya dia cukup terkejut saat
kusela.
"Jika Mana Orsted-san terbuang banyak pada pertarungan ini, maka semua usaha kami selama ini sia-sia
saja.”
Apakah aku harus mengambil resiko ini sekarang juga? Ataukah ada saatnya yang tepat nanti?
"Tetapi meskipun Orsted-san tidak ikut bertarung, kurasa masih ada cara mengalahkan Badigadi.”
Tentu saja aku tidak ingin mati. Aku tidak ingin satu pun di antara kami mati.
Tapi, sudah jelas bahwa pertarungan ini adalah pertaruhan antara hidup dan mati.
Mungkin mereka masih punya senjata cadangan, tapi setidaknya, Vita, Gull, Aleksander, dan Malta
sudah tidak bisa lagi digunakan.
Jika kami berhasil mengalahkan Dewa Tempur, maka mereka pasti akan kesulitan melawan balik.
"Aku mengerti. Tapi, saat kau merasa sudah tidak punya harapan menang lagi, maka segera mundurlah.”
Eris juga menunggu dengan tatapan mata setajam pisau, dan aura pembunuh yang pekat.
Cliff terlihat sedikit takut dan gugup, tapi sorot matanya memancarkan semangat.
Zanoba bersamanya. Dia kehilangan pakaiannya selama pertarungan tempo hari, jadi dia mengenakan
pakaian prajurit Ras Supard.
Tapi Zanoba dan Doga adalah pengganti yang hampir setara dengan Dewa Ogre.
Badigadi adalah tipe petarung jarak dekat. Jadi, kurasa Zanoba dan Doga bisa berbuat banyak.
Logikanya, Doga dan Zanoba akan kalah telak saat melawan Dewa Tempur, karena Malta pun bukan
tandingan Badigadi. Tapi tak ada yang tahu hasilnya sebelum mencoba.
Tenggat waktu selama 2 hari kurasa belum cukup untuk menyiapkan kartu asku.
Meskipun sudah siap sekalipun, tidak ada jaminan bisa mengalahkan Badigadi dengan kartu asku itu.
Tapi.............
"Ayo pergi."
Inilah pilihanku.
"........"
Tanpa mengungkapkan pendapat sedikit pun, rekan-rekanku hanya mengikutiku dalam diam.
T : Mengapa Dewa Ogre menggunakan bahasa manusia saat bernegosiasi dengan Rudeus? Apakah
karena dia mengaku kalah pada Rudeus, yang sejatinya adalah ras manusia, sehingga dia ingin
menghormatinya dengan berbicara bahasa manusia?
T : Pernyataan Orsted sedikit aneh. Dia bilang pernah melawan beberapa orang yang mengenakan
armor Dewa Tempur, maka mengapa dia tidak tahu kelemahan armor emas tersebut? Bahkan katanya
dia sendiri pernah memakainya.
J : Dia memang pernah melawan beberapa orang pengguna armor emas, tapi dia tidak berpengalaman
melawan Badigadi dalam mode Dewa Tempur. Itulah sebabnya dia bilang tidak tahu kelemahannya.
J : Bahkan Google pun tidak bisa menemukan beberapa halaman yang memang tidak ada.
T : Sebetulnya apakah itu Dewa Tempur? Apakah semua orang bisa menjadi Dewa Tempur hanya
dengan memakai armor emas itu?
J : Tidak. Dewa Tempur adalah Badigadi yang mengenakan armor emas, bukannya siapapun yang
mengenakan armor emas. Jadi, tidak sembarang orang bisa menjadi Dewa Tempur hanya dengan
memakai zirah itu. Tolong dibedakan.
T : Kota terbesar ketiga hancur di tangan Badigadi. Kok bisa? Bukankah Badigadi hanya bertarung
dengan tangan kosong? Bagaimana bisa seluruh kota hancur lebur? Hancurnya seperti apa nih? Benar-
benar musnah, atau masih ada puing-puing bangunan?
J : Mungkin saja. Ingat, saat Badigadi menyerang kota, dia mendapatkan perlawanan dari Moore beserta
pasukan pribadi Atofe. Mereka bisa menggunakan sihir tingkat tinggi. Jika Badigadi bisa menangkis
semua sihir itu, maka tidaklah mustahil kota menjadi korbannya.
T : Armor emas akan menyerap semua Mana penggunanya sampai habis, itu artinya zirah tersebut baru
bisa lepas setelah pemakainya mati. Nah, jika Orsted pernah memakainya, maka bagaimana bisa dia
melepasnya?
J : Tidak bisa. Akhirnya Orsted mati saat menggunakan zirah itu. Tapi, dia kan bisa mengulangi
kehidupan. Jadi, itu tidak masalah.
T : Sepertinya Mana si bos benar-benar tidak bisa dipulihkan oleh sesuatu. Jadi, tidak ada pilihan selain
menunggu sampai Mana-nya pulih dengan sendirinya?
T : Pendekar pedang level dewa sudah banyak keluar, lantas bagaimana dengan penyihir level dewa?
Jika ada penyihir level dewa yang bisa menggunakan sihir penyembuhan, bukankah dia bisa
menyembuhkan penyakit kristal sihir dengan mudah? Sayangnya, seri ini akan segera berakhir. Apakah
penyihir level dewa tidak akan dimunculkan?
J : Ya, aku tidak berencana memunculkannya.
J : Rudeus sempat pingsan, kan? Saat itulah hal seperti itu bisa terjadi.
T : Eris dan Ruijerd masih hidup setelah melawan Badigadi, apakah itu berarti sang Dewa Tempur tidak
serius melawan mereka?
J : Hey, jangan salah. Eris dan Ruijerd adalah pendekar yang tidak akan mati dengan begitu mudah.
T : Kalau sudah tahu betapa berbahayanya Armor Dewa Tempur, harusnya Orsted membuang jauh-jauh
zirah itu di perulangan kali ini.
J : Zirah itu sudah dibuang pada tempat yang hampir mustahil ditemukan oleh siapapun, yaitu di dasar
samudra. Justru karena armor itu sangat berbahaya, Orsted pikir tidak ada orang yang mau
memakainya. Tapi...... yahh, seperti yang sudah Orsted bilang sebelumnya...... dia tidak menduga
Badigadi bakal memakainya. Karena, hal ini baru pertama kali terjadi selama dia melakukan perulangan.
Bagian 1[edit]
Ini semua berkat kerja keras Atofe dan yang lainnya menahannya.
Dia datang dengan tenang, tanpa sedikit pun berusaha menyembunyikan dirinya.
Gisu masih saja bertengger di bahunya dengan santai, seolah mengatakan bahwa apapun yang kami
lakukan tidak akan bisa menghentikan Badigadi.
Bagian 2[edit]
Aku sedang berdiri di atas tembok raksasa yang dibuat di perbatasan hutan.
Dari atas tembok yang dibuat seolah untuk melindungi hutan ini, aku akan menembakkan salah satu
sihir andalanku, Stone Cannon.
Aku akan menggunakan sejumlah besar Mana, untuk setidaknya merobohkan Gisu.
Tapi, dengan mata biasa pun..... aku bisa melihat kemilau keemasan dari kejauhan.
Sejak dilahirkan di dunia ini, sihir bumi adalah sihir yang paling sering kugunakan.
Tapi, meskipun tembakanku kena sasaran, harusnya dia tidak akan terluka parah karena jaraknya masih
jauh.
Jadi, aku harus menembaknya lagi dari jarak yang lebih dekat.
Tapi, dia segera bangkit kembali, seolah tidak terjadi apapun. Sepertinya dia sama sekali tidak terluka.
Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas dari jarak sejauh ini, tapi aku yakin dia jatuh.
Atau...... mungkin dia sengaja turun dari pundak Badigadi untuk berlindung?
Kalau saja lebih dekat, mungkin tembakan Stone Cannon-ku sudah cukup untuk merenggut nyawanya.
Tapi, tempo hari dia tidak mati bahkan setelah terkena Lightning. Jadi, kurasa Gisu mempunyai
pertahanan yang baik. Entah dari mana dia mendapat kemampuan seperti itu.
Saat Dewa Tempur sudah cukup dekat pada dinding, aku menembakkan sihir api, lalu mundur ke dalam
hutan.
Aku harus menjaga jarak dengan mereka.
Tanpa sengaja aku menggumamkan itu, lalu kulihat dinding pembatas hutan hancur di belakangku.
Ketika Dewa Tempur memasuki hutan, aku langsung mengaktifkan sihir air untuk membentuk kabut.
Dan hutan pun diselimuti oleh kabut yang tebal dan gelap.
Prajurit-prajurit Supard sudah menyebar di sekitar hutan untuk membuat keadaan semakin kacau.
Badigadi boleh kebal terhadap efek mata iblisku, tapi tidak untuk mata ketiga Ras Supard.
Tampaknya taktik ini sukses, Dewa Tempur bekeliling hutan tanpa tujuan yang jelas selama berjam-jam.
Aku harap dia tidak sengaja keluar hutan setelah berkeliling kebingungan seperti itu, agar waktu
tertunda semakin lama.
Pada saat yang sama, aku memperluas jangkauan rawa dan kabut dengan sihirku.
"Dewa Tempur telah berubah arah."
Aku heran, mengapa dia masih tahu jalannya, padahal kabut, rawa, dan para prajurit Supard terus
mengganggu. Apakah dia punya alat sihir yang bisa menunjukkan arah?
Tidak, jika dia memiliki alat sihir semacam itu, harusnya mereka tidak perlu berkeliling selama berjam-
jam.
Atau mungkin, Gisu menggunakan waktu berjam-jam itu untuk menganalisis hutan ini, lalu dia bisa
menemukan jalan yang benar. Dia memang bekerja sebagai pengintai di grupnya Paul dulu, maka tidak
aneh jika dia menguasai keterampilan seperti itu.
Meskipun diganggu oleh semua itu, kurang-lebih Gisu hanya membutuhkan 3 jam untuk menemukan
arah yang benar.
Sial.....
Armor itu tidak bertenaga surya, kan? Aku tidak tahu, tapi yang jelas dia berhenti bergerak saat senja
tiba.
Aku tidak mengendurkan sihir kabut dan rawa, para prajurit Supard juga tidak berhenti mengganggu
mereka.
Aku tidak berharap banyak dari serangan itu, tapi setidaknya bisa menyibukkan mereka.
Tak akan kubiarkan mereka tidur atau istirahat, maka aku terus menembakkan sihir-sihirku padanya.
Mungkin saja Badigadi semakin kelelahan, tapi lain halnya dengan Gisu. Dari tadi dia hanya duduk
bertengger di pundak Badigadi. Aku tahu dia sudah menyiapkan cara licik untuk mengalahkanku.
Bagian 3[edit]
Pada hari kedua, strateginya tidak berubah. Kami berusaha sekuat tenaga menggiring Dewa Tempur ke
arah Lembah Naga Bumi.
Aku tidak sadar saat pertama kali menyeberanginya, tapi tebing yang mengarah ke Desa Supard lebih
tinggi.
Umumnya, daratan tinggi lebih baik untuk bertahan daripada daratan yang rendah, tapi lain ceritanya
jika lawan bisa menggunakan sihir.
Setidaknya, seseorang bisa melihat dengan jelas dari daratan lebih tinggi, dan lawan akan kesulitan
mendaki tebing karena gaya gravitasi.
Atas dasar logika itu, aku membuat dinding dari sihir bumi pada sisi tebing yang mengarah ke desa.
Tingginya kurang dari 20 m, jadi lebih rendah daripada dinding pembatas di pinggiran hutan. Tapi
medannya cukup menguntungkan bagi kami, jadi itu tidak masalah.
Aku membuat lubang pada dinding itu untuk jalan masuk, tapi setelah melewatinya, aku menutupnya
kembali.
Dengan begini, lawan tidak akan mudah menyeberangi lembah seperti yang pernah dilakukan Dewa
Ogre...... ya, mudah-mudahan saja begitu.
Aku tidak akan meremehkan kemampuan Dewa Tempur, tapi inilah dinding terkuat dan tertinggi yang
bisa kubuat dalam waktu sesingkat ini.
Kalau dia tertahan di muka dinding, maka saat itulah aku akan memberondongnya dengan Stone
Cannon.
Armor itu kebal sihir sampai pada batas tertentu, tapi mereka tidak bisa merubah medan pertempuran.
Itulah yang kusimpulkan dari pertarungan sebelumnya.
Setidaknya, Stone Cannon-ku bisa menyusahkan mereka. Aku hanya perlu mencari celah yang tepat.
Kemampuan fisik Gisu payah. Jika dia berusaha menaiki dinding, kemudian kutembaki Stone Cannon dari
atas, maka dia akan terjun bebas ke dalam lembah, persis seperti yang pernah aku dan Aleksander
alami.
Atau mungkin, aku akan menumpahkan air dalam jumlah besar dari atas, sehingga mereka terseret ke
dasar lembah.
Gisu memang otaknya encer, tapi dalam pertarungan langsung seperti ini dia tidak banyak berguna.
Tapi, aku tidak boleh meremehkan strategi yang sudah mereka siapkan. Baru kali ini aku melihat Gisu
begitu berani menampakkan diri di hadapan musuh. Dia pasti sudah menyiapkan sesuatu.
Belum lagi, dia begitu kompak bertarung bersama Badigadi. Itu wajar saja sih, karena mereka sama-
sama bidaknya Hitogami.
Aku harap mereka tidak menemukan cara lain menyeberangi lembah dari tempat yang benar-benar
tidak kuduga.
Maka, jikalau Gisu dan Badigadi menyerang dari arah lain, para prajurit Supard yang berjaga di sisi lain
dinding akan segera mengetahuinya.
Tepat di belakang dinding, ada Eris dan yang lainnya sedang berjaga.
Tapi....... jikalau mereka benar-benar bisa menerobos dinding ini, maka akan terjadi pertarungan besar-
besaran.
Mungkin kami tidak bisa menang, tapi setidaknya kami akan berusaha menunda waktu.
Seharusnya mereka bisa mencapai Desa Supard hanya dalam sehari, tapi sekarang sudah hampir tiga
hari berlalu.
Mungkin sia-sia saja kami menahan mereka di sini, tapi ini bukan waktunya merubah strategi. Lakukan
saja apa yang sudah direncanakan.
Dari pertempuran di kota pelabuhan, aku tahu kami tidak akan bisa menang melawan mereka secara
langsung.
"......."
Fajar tiba.
Aku terus mengamati hutan bersama para prajurit Supard. Menurut mereka, Badigadi dan Gisu
mendirikan tenda untuk beristirahat semalam, tapi tenda itu berada di luar jangkauan mata ketiga
mereka.
Aku melototkan mataku sekuat mungkin pada hutan yang remang-remang. Aku tidak menggunakan
mata iblis, karena itu percuma saja.
Ada bayangan hanya sebesar bintik di kejauhan, tapi hampir pasti kalau itu orang.
Tapi..... kenapa sosok itu tidak berkilauan?? Bukankah Badigadi selalu memakai armor emasnya?
Itu....
Itu.....
Itu Gisu!!
Mungkin saja aku salah lihat, tapi dari kejauhan dia benar-benar tampak seperti Gisu!
"Siapa itu?"
"Gisu."
Ruijerd berkosentrasi melihat untuk memastikannya.
Bukannya di tepi lembah, dia masih berada jauh di dalam hutan, lalu dia bergerak melewati semak-
semak.
Suasana masih gelap, jadi agak sulit melihatnya, tapi kami cukup yakin itu Gisu.
Mana Badigadi? Aku sama sekali tidak melihat kemilau emas di sekitar sini.
Gisu sendirian.
"Hah?"
Sendirian?
Gisu tahu betul aku sangat ahli menembakkan sihir jarak jauh, dan dia berani sendirian kemari?
Jarak Gisu dari tepi lembah mungkin sekitar 100 m, jika Badigadi berada di dekatnya, pasti mata ketiga
Ruijerd sudah mengetahuinya.
"!"
Atau mungkin, Gisu hanya sedang mengintai? Apakah dia sadar telah kami lihat?
100 meter.
Kalau dihitung dari perbedaan tinggi, jarak terdekatnya tidak sampai 120 m.
Jika aku membidiknya dengan benak, maka tembakanku pasti bisa mengenainya.
"......."
Mungkin dia hanya petualang tersesat yang kebetulan mengenakan jubah putih?
.......Tidak.
Rawa dan kabut buatanku kemarin masih ada.... tidak seorang pun bisa melewati hutan dalam kondisi
seperti itu.
Apakah sosok itu sebenarnya adalah salah satu rekan atau keluargaku?
Mustahil.
Hingga kemarin, hanya mereka berdua yang berhasil menembus hutan ini.
Sampai detik ini pun yang bisa kulakukan hanyalah menunda waktu. Aku belum melancarkan satu
serangan pun.
Sejak kemunculan mereka di pantai, Gisu dan Badigadi terlihat begitu percaya diri bisa mengalahkan
kami. Sehebat itukah rencana mereka?
Tapi, yang mereka lakukan sejauh ini hanya menyerang tanpa sedikit pun bertahan. Aku khawatir Gisu
masih menyimpan rencana liciknya.
Ataukah mereka lengah, sehingga tanpa sengaja menunjukkan diri di hadapan kami? Benarkah Gisu
seceroboh itu?
Yang paling kutakutkan adalah, ternyata sosok mirip Gisu itu adalah seseorang yang seharusnya tidak
kubunuh.
Apakah dia sengaja melakukan itu agar aku ragu-ragu menyerang? Tapi kenapa?
Sepertinya ini perangkap, tapi kurasa tidak apa-apa bila kuserang setidaknya sekali.
".........."
Baiklah.
Aku duga ini jebakan, tapi tidak ada salahnya coba menyerang.
Kalau memang jebakan, kita hadapi saja.
"Baiklah."
Aku tidak bisa melihatnya dengan mata penerawang seperti biasa, tapi setidaknya aku bisa melihat apa
yang terjadi selanjutnya dengan mata iblis peramal.
Tapi, saat keraguanku mulai sedikit berkurang, tiba-tiba tanganku melepaskan sihirnya.
Aku bisa melihat seranganku mengenai tepat sasaran, lalu sosok itu jatuh bagaikan boneka yang tidak
berdaya.
"........."
10 menit berlalu.
20 menit berlalu.
Tidak.... sebenarnya aku tidak tahu lama waktunya, tapi yang jelas waktu terus berjalan.
Aku sangat ingin pergi ke sana untuk memastikan apakah sosok itu Gisu atau bukan.
Menyerangnya mungkin bukan perangkap, tapi bisa jadi menghampirinya adalah perangkap.
Jika yang tergeletak itu benar-benar Gisu, maka aku harus menghabisinya sekarang juga.
Namun, jika yang di sana ternyata adalah Sylphy atau sekutu kami lainnya, maka aku harus segera
menolongnya. Entah apa yang membuatnya bisa menipu mata ketiga Ruijerd.
Tapi, jika aku ke sana.... mungkin Dewa Tempur akan segera keluar dan menghabisiku.
Sial......
".........."
Apakah aku sudah termakan rencana Gisu? Apakah dia menginginkan aku berdiam diri di sini karena
ragu tidak tahu melakukan apa....
Apakah mereka sedang berusaha melintasi lembah dengan cara lain saat aku masih kebingungan di sini?
Tidak, jika mereka cari jalan lain, harusnya para prajurit Supard sudah mengetahuinya, karena mereka
tersebar di berbagai tempat.
2 jam berlalu.
Apakah aku tidak punya cukup nyali ke sana? Apakah aku hanya lari dari masalah?
3 jam berlalu.
Kalau rencana Gisu adalah membuatku lelah berpikir, maka dia berhasil.
4 jam berlalu.
Jika yang mati itu Gisu, maka mengapa Badigadi masih tidak bergerak.
Huffff.... andaikan saja Roxy di sini, dia pasti akan memberikan saran yang baik padaku.
6 jam berlalu.
Kami bahkan selesai makan siang. Lalu, kami terus mengamati mayat itu.
Jika tidak terjadi apa-apa sampai besok, aku tidak ragu lagi untuk menghampiri mayat itu.
10 jam berlalu.
Saat Ruijerd mengatakan itu, aku langsung mengambil langkah mundur, lalu kuamati hutan.
Hebatnya....
Dia juga mengangkat bahunya. Gestur itu.... aku yakin dia Gisu.
"Fyuhhhh......."
Sungguh berbahaya.
Sepertinya mereka tidak akan kembali malam ini, jadi biarlah aki tidur sebentar.
Bagian 4[edit]
Aku juga meragukan pertahanan Gisu, karena sihirku mengenainya dengan telak.
Sepertinya juga, mereka tidak bisa menembus dinding ini. Aku tahu Badigadi dengan armornya bisa
melakukan itu dengan mudah. Tapi nyatanya mereka tidak menerobos. Entah apa alasannya.
Kalau dilihat dari cara bertarung Badigadi selama ini, harusnya dia tidak akan pikir panjang menerobos
dinding penghalang kami. Ya, dia adalah tipikal orang seperti itu, meskipun tidak mudah menembus
dinding pertahanan kami.
Atau mungkin, dia sengaja berpisah dengan Gisu agar bisa beraksi dengan lebih bebas?
Tapi, jika mereka berpisah, seseorang akan lebih mudah membunuh Gisu, karena pada dasarnya Gisu
tidak bisa apa-apa selain berlindung pada Badigadi.
Atau jangan-jangan, ada bala bantuan yang akan datang? Tidak.... kurasa tidak semua orang bisa
melintasi hutan ini.
Bahkan, mungkin saja Atofe bangkit kembali, lalu mengejar mereka bersama para prajuritnya.
Apapun itu, jika ada orang lain yang memasuki hutan ini, pasti prajurit Supard yang berjaga di tepian
hutan akan segera mengetahuinya.
Aku tidak boleh lengah sedikit pun, lawan segila Badigadi bisa melakukan apa saja kapanpun. Dia bahkan
mungkin melompati dinding itu secara paksa, seperti halnya Malta melompati tebing.
Tapi...... sampai detik ini pun tidak ada bantuan yang datang. Baik dari pihak lawan, maupun kawan.
Bagian 5[edit]
Hari keempat.
Dia mengambil ancang-ancang jauh, lalu berlari secepat mungkin menuju lembah.
Ini juga sudah kuduga..... dia akan melompatinya seperti yang pernah dilakukan Malta.
Dia datang......
Tapi...... dia tidak mampu melompati dinding penghalang, dan hanya menempel di bawah dinding.
Saat menyadari itu, aku langsung menghadap ke depan lembah, lalu kutembakkan sihir api.
Sembari sesekali melirik ke arah hutan yang terbakar, aku berkosentrasi penuh pada musuh yang
semakin mendekat.
Dewa Tempur memanfaatkan 6 lengannya untuk memanjat dinding penghalang dengan cepat, bagaikan
laba-laba.
Kami harus menjatuhkannya, maka Cliff dan aku menembakkan sihir bumi dan sihir air padanya, tapi
percuma saja.
Dewa Tempur terus memanjat dinding dengan gesit. Dia pun semakin mendekati kami.
"Oke!"
Tentu saja, aku tidak menunggu sampai Dewa Tempur menangkap kami.
Di tengah-tengah serpihan batu yang berhamburan ke udara, sesosok monster berwarna emas
melompat keluar.
Tidak sedetik pun kualihkan tatapanku pada monster itu, sembari berusaha menghindari serpihan batu
yang menghujani kami.
Sepasang lengan atasnya bersedekap, lengan tengahnya menunjuk padaku, sedangkan lengan
terbawahnya memegang pinggang.
Badigadi menantangku.
“Aku adalah Dewa Tempur Badigadi! Akulah pengikut setia Hitogami! Aku menantangmu berduel secara
jantan!"
Meskipun hati kecilku berkata percuma saja berdebat dengan orang seperti Badigadi, namun aku tetap
saja meneriakkan permohonan itu.
“Badi-sama, mengapa kamu mengikuti Hitogami!? Untuk apa? Kenapa kau begitu setia padanya!?
Apakah sebelumnya kau tidak pernah tertipu oleh Hitogami!?”
“Tentu saja dia pernah menipuku! Aku tertipu ketika harus melindungi Kishirika, aku mencoba
membunuh Laplace dengan mengenakan armor ini! Tapi akhirnya aku membunuh Laplace bersama
Kishirika!”
"Lalu mengapa kau masih setia padanya!?”
“Waktu itu Hitogami meminta maaf padaku sampai bersujud! Kemudian dia memohon untuk
bekerjasama denganku! Aku tidak bisa menolak tawaran itu!”
Itu bohong.
Perminta maafan Hitogami hanyalah candaan semata. Mungkin dia hanya nyengir sambil mengatakan,
’Ahahaha....maaf.....maaf....yang kemarin itu aku tidak sengaja....’
“Aku tidak peduli! Meskipun dia menipuku, selama dia terus meminta maaf, aku akan memaafkannya!
Aku adalah Raja Iblis Abadi! Aku akan selalu bangkit kembali meskipun mati, begitu juga dengan
Kishirika! Aku selalu percaya saran-saran Hitogami akan membawaku ke arah yang benar!!”
Tapi............
Jika keluargaku mati, mereka tidak bisa bangkit kembali seperti halnya ras iblis abadi. Jadi, pemikiranku
beda dengannya.
"Tidak! Sejak awal aku tidak tertarik memihak Dewa Naga! Tapi, jika kau memenangkan pertarungan ini,
mungkin aku akan berubah pikiran!”
Kalau tidak salah, dulu aku bisa berteman dengan Badigadi setelah mengalahkannya.
Sebenarnya.... waktu itu tidak bisa dikatakan aku mengalahkannya. Tapi, Badigadi sudah mengakui
kekuatanku.
Saat aku mengatakan itu, Eris, Elinalize, Zanoba, dan Doga muncul dari semak belukar di belakangku.
Selanjutnya, beberapa prajurit Ras Supard yang tadinya berjaga-jaga di sekitar lembah, satu per satu
mendekat kepadaku.
Bagian 6[edit]
Aku juga menyerang, tapi dari barisan paling belakang, bersama Cliff sebagai penyembuh.
Zanoba dan Doga akan menahan serangan Badigadi secara langsung, sedangkan Eris dan Ruijerd akan
menyerang balik.\
Elinalise dan para prajurit Supard bisa memberikan gangguan kecil dari lini tengah untuk memecah
kosentrasi lawan.
Fisik Zanoba dan Doga cukup tangguh, kurasa mereka tidak akan tumbang hanya dengan sekali serang.
Dengan saling membahu dan menutupi kelemahan masing-masing, kita bisa mengurangi resiko fatal.
Meskipun begitu, cidera ringan atau bahkan patah tulang sangat mungkin terjadi, tapi Cliff siap
menyembuhkan itu semua.
Aku juga akan membantunya merapalkan mantra-mantra sihir penyembuhan, sembari terus
memberikan serangan pada lawan.
Namun, aku masih bisa menggunakan mata peramal. Dengan mengalihkan pasokan Mana pada mata
peramal, setidaknya aku bisa memprediksi gerakan-gerakan Badigadi.
Ini dia....
Kami mulai.....
Tidak seperti pertarungan melawan Aleksander, kali ini aku lebih bisa memahami gerakan lawanku.
Kenapa aku bisa membacanya dengan lebih mudah.... apakah karena dukungan dari rekan-rekanku?
Setidaknya..... aku bisa bilang teknik bertarung Badigadi tidak setinggi Aleksander.
Meskipun dikepung Eris, Ruijerd, dan Sandor, Aleksander terus memberikan perlawanan, bahkan dia
hampir tidak cidera.
Kali ini jumlah kami lebih banyak, dan sudah berkali-kali Badigadi terkena serangan kami.
Mengapa.......
Mengapa.......
Meskipun Eris menebasnya, meskipun Ruijerd menikamnya, dia segera menyembuhkan luka-lukanya.
Armor emas bergerak seperti makhluk hidup, lalu menutupi celah-celah yang terbuka.
Sekilas serangan kami kena telak, namun itu sama sekali tidak berdampak padanya.
Awalnya seolah kita akan memenangkan pertarungan ini dengan mudah, namun lama-kelamaan
kelelahan mulai terakumulasi, seperti yang terjadi pada pertarungan melawan Aleksander.
Tinggal tunggu waktu saja sampai formasi ini berantakan, lalu salah seorang di antara kami tumbang.
Pertarungan ini sudah berlangsung selama beberapa jam, dan kami terpaksa harus bertahan.
Kami tidak tahu apa yang akan terjadi jika terus bertahan seperti ini, tapi yang pasti waktu terus berlalu.
Dan benar saja........... akhirnya seseorang di antara kami roboh. Dia adalah salah seorang prajurit
Supard.
Namun, para prajurit ini belum bisa dibandingkan dengan ketangguhan petarung veteran macam
Ruijerd.
Atau mungkin juga para prajurit ini belum lahir saat kampanye Laplace berlangsung.
Selama ini mereka hanya bisa berburu serigala tak kasat mata di hutan, maka pantas saja mereka
kewalahan saat melawan musuh setangguh Dewa Tempur.
Mereka pun tumbang satu per satu seperti kartu domino yang jatuh.
Ada yang mati seketika, ada yang terluka parah tapi masih berusaha bertarung, dan ada pula yang tidak
jelas keadaannya.
Awalnya ada sekitar 10 orang Supard yang membantu kami, tapi kini hanya tinggal 3.
Setahuku Elinalise adalah petualang kelas S yang sudah sering keluar-masuk Dungeon.
Elinalise mahir memainkan perisainya untuk bertahan. Kemampuan serangannya juga tidak buruk.
Tapi perisai yang sudah biasa dia pakai tidak lagi bersamanya.
Sejauh ini dia menggunakan perisai yang kubuat dari sihir bumi, tapi sepertinya itu tidak cukup untuk
membendung serangan Dewa Tempur.
Elinalize terpental ke udara, lalu menabrak pohon sampai tidak sadarkan diri.
Tanpa pikir panjang, dia segera berlari menghampiri istrinya. Namun, Dewa Tempur memanfaatkan
kesempatan itu dengan baik.
Bagaikan ditabrak truk, Cliff terpental oleh hantaman Badigadi, lalu menghilang di balik semak-semak.
Apakah dia bisa bertahan dari serangan itu, atau jangan-jangan sudah mati? Aku tidak tahu..... aku tidak
bisa memastikannya. Yang jelas Cliff tidak kembali.
Dengan hilangnya Cliff, maka pasokan sihir penyembuhan pada Doga dan Zanoba juga berkurang drastis.
Tadinya mereka berdua hanya sesekali terkena serangan Badigadi, tapi dengan hilangnya dukungan dari
Elinalise dan Cliff, maka intensitas serangan yang mereka terima semakin banyak.
Mereka masih bisa bertahan karena pasokan sihir penyembuhan dariku, tapi itu sangat kurang.
Tidak mungkin aku bisa terus memberikan sihir penyembuhan pada mereka sembari menembakkan
Stone Cannon.
Jika saja aku masih menggunakan Magic Armor Versi II, mungkin aku bisa melakukannya.
Akhirnya aku kecolongan, dan mereka pun terpentalkan oleh serangan Badigadi.
Setelah itu, target selanjutnya adalah Eris, tapi Ruijerd tidak akan membiarkannya begitu saja.
Aku baru saja mau menyembuhkan Doga dan Zanoba yang terpental, tapi tidak sempat. Badigadi
menumbangkan Eris dan Ruijerd dengan begitu mudah.
Sekelebat, aku melihat tinju Badigadi mendarat telak pada badan Eris.
Itu pukulan yang fatal. Firasat memaksaku untuk segera menyembuhkannya, atau semuanya akan
terlambat.
"UUOOOOoooooooooo!"
Zanoba melolong.
Dengan sisa-sisa tenaganya dia menahan Dewa Tempur dengan mengunci kedua tangannya.
Namun kunciannya tidak cukup kuat, Badigadi berhasil melepaskan diri, lalu mendaratkan pukulan telak
pada perut Zanoba, sampai dia membungkuk 90°.
Belum cukup, lalu Badigadi menyikat kepalanya yang condong ke depan. Zanoba pun melesat entah ke
mana.
Gangguan sudah disingkirkan, kini Dewa Tempur mendekatiku.
Habis sudah.
Aku coba melepaskan gelombang kejut dengan sihir di tanganku, lalu tubuhku terpental ke belakang
karena gaya dorongnya. Namun, aku tidak bisa ke mana-mana, pada saat itu juga Badigadi melepaskan
tinjunya padaku.
Aku coba menahan pukulan itu dengan lenganku, tapi sia-sia saja.
Hantaman Badigadi terlalu keras, sampai-sampai kukira badanku terpisah menjadi dua.
Tapi aku selamat, bahkan pingsan pun tidak. Apakah aku hanya beruntung?
Aku bisa merasakan semua tulang dari pundak sampai rusukku patah.
Mungkin saja tulang belakangku juga patah, karena aku tidak bisa lagi merasakan tubuh bagian
bawahku.
Tubuhku berguncang keras, sampai-sampai aku tidak bisa lagi merasakan sakit.
"......... Haaugh ....... haa ........."
Benar juga...... harusnya kami sudah mundur saat Elinalise tumbang tadi.
Harusnya saat itu aku tahu tidak bisa menahan Badigadi lebih lama lagi, lalu mundur ke Desa Supard.
Di sana, aku bisa meminta Orsted melawan Badigadi. Ya..... itu sungguh disayangkan, namun itulah satu-
satunya pilihan kami.
“Aku mendengar permintaanmu, tapi tidak bisa mengabulkannya. Karena Hitogami ingin nyawamu.”
Kepalaku pusing, pikiranku kacau.... dalam keadaan seperti ini aku tidak bisa membuat keputusan.
“Kau boleh saja mencabut nyawaku, tapi........ maukah kau berjanji melindungi keluargaku?”
"Mungkin Badi-sama belum tahu, tapi sebenarnya aku sudah beranak 4. Dan mereka semua anak-anak
yang bersemangat.”
“Aku selalu kagum dengan anak-anak. Aku juga ingin membuat beberapa anak bersama Kishirika.”
Badigadi mengangguk.
"Baiklah. Tapi aku tidak akan memaafkan anak-anakmu yang berani menentangku.”
"Silahkan saja....."
"FUHAHAHAHA, HAAHAHAHAHAHAHAA!"
Saat Dewa Tempur mengatakan itu, aku mengangkat kedua tangan padanya.
Setidaknya, aku ingin menembakkan Stone Cannon terkuat dan terakhir padanya......
"TIARAP!"
Entah siapa yang menyerukan itu, tapi aku segera bersujud seperti anjing.
Mungkin tingginya hanya sepaha Dewa Tempur. Sosok itu lewat begitu saja, lalu berdiri di depannya.
Kulitnya gelap, telinga mirip binatang, dan memiliki ekor seperti kucing. Wujudnya tampak seperti
serigala hitam.
Entah sejak kapan, lutut Dewa Tempur terkoyak sampai menjadi serpihan. Badigadi kehilangan
keseimbangan, namun hanya sebentar. Lalu lukanya beregenerasi kembali seperti sedia kala.
Armornya juga kembali utuh seperti tidak terjadi apa-apa. Kemudian, Badigadi segera mengayunkan
tinjunya ke bawah.
"Uowhaa!"
Aku tidak bisa melihat apapun. Apa yang terjadi setelah Badigadi mengayunkan tinjunya ke bawah?
Satu-satunya yang bisa kulihat hanyalah sempak berwarna biru muda di dalam rok itu.
"Ghyslaine!"
Dia segera mendekati rekan-rekanku yang berjatuhan, lalu memberikan sihir penyembuhan pada
mereka.
Lalu, Eris dan Ruijerd keluar dari semak-semak dan segera menuju kemari.
Sekarang, Isolte yang berdiri di barisan terdepan sebagai perisai utama tim. Teknik Dewa Air memang
terkenal dengan gaya bertahannya yang kokoh. Sedangkan Zanoba dan Doga membantu bertahan dari
belakangnya.
“! Oke!"
Saat kudengar perintah itu, aku langsung bergegas berlari ke arah Desa Supard.
Baru kali ini seumur hidup aku berusaha berlari sekencang ini.
Aku tidak tahu bagaimana bisa dia melewati lembah itu, namun...... faktanya, dia benar-benar ada di
sini.
Setelah melewati akar-akar dan ranting-ranting pohon yang tebal, aku menembus hutan, dan sampai di
Desa Supard.
Aku melihatnya.
"Nii-san!"
"Master!"
"Ah, Onii-chan─"
Di sana ada Julie, Norn, dan Aisha..... tapi aku mengabaikan ketiganya.
Di dekat lingkaran sihir teleportasi yang hancur, duduk seorang wanita berambut biru.
"Roxy!"
“Aku sungguh minta maaf. Aku salah melakukan prosedurnya. Aku menggambar lingkaran sihir setelah
menggali dan mengelurakannya. Kalau saja aku menggambar lingkaran sihir terlebih dahulu, kemudian
memintamu menggalinya, pasti akan lebih..........”
“Tidak apa-apa! Kau sudah melakukan yang terbaik! Setidaknya kau datang tepat waktu!"
Benda di belakangnya.
Ada juga pedang yang terpasang di ujung pergelangan tangannya. Itu adalah pedang pusaka yang konon
bisa menembus pertahanan apapun.
Armor yang bentuknya mirip pegulat Sumo itu terbaring telungkup di sana.
Penampilannya tidak terlalu berbeda dengan Versi I.
Armor ini menyerap Mana dua kali lebih banyak dari biasanya. Kecepatan dan pertahanannya juga jauh
lebih baik.
Armor ini tidak pantas disebut Versi III, karena Magic Armor harusnya semakin ramping dan ringan.
Jika tidak bisa menang dengan senjata ini..... maka, sejak awal kami memang ditakdirkan kalah.
Jelas peluang menang kami rendah...... tapi, setidaknya aku harus mencobanya........
"Rudi! Berhati-hatilah!"
Pedang besar sungguh cocok digunakan oleh armor setinggi 3 meter ini.
Inilah Kajakuto.
Ilmu pedangku payah, tapi aku bisa merasakan energi luar biasa yang mengalir dari pedang legendaris
ini.
T : Jika Badigadi ingin melepas armor emas, apa yang akan dia lakukan? Apakah dia akan membiarkan
armor itu menyerap habis Mana-nya sampai mati, kemudian dilepas, lalu hidup kembali?
J : Ya, ada beberapa cara melepas armor emas Dewa Tempur. Pertama, cara seperti itu. Kedua,
menyerangnya dengan kekuatan penuh sampai tidak bisa beregenerasi lagi. Tapi, logikanya si pemakai
sudah tewas jika terkena serangan yang tidak bisa dipulihkan oleh armor emas.
T : Apa yang Roxy maksud dengan ‘menggali’ pada percakapan terakhinya di bab ini?
J : Maksudnya ya Magic Armor Versi 0 itu. Armor itu terkubur di dalam tanah. Roxy membuat kesalahan
dengan menggali tanah terlebih dahulu, mengeluarkan armornya, lalu baru menggambar lingkaran sihir
teleportasi. Seharusnya, dia cukup menteleportasi tanah beserta Magic Armor di dalamnya, kemudian
suruh Rudi menggali dengan sihir buminya. Cara itu jauh lebih cepat daripada yang sebelumnya.
J : Dia kebingungan. Jika sosok mirip Gisu itu ternyata Roxy atau Sylphy, mungkin Rudi sudah gila karena
membunuh keluarga tersayang dengan tangannya sendiri.
T : Pedang yang bisa menembus pertahanan apapun itu pastilah pedang peninggalan Paul. Di bagian
mana pedang itu terpasang? Lengan kiri atau kanan.
J : Jadi menurutmu karakter dewasa adalah tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan
merencanakan sesuatu? Tidak, kurasa tidak begitu.
T : Jika si bos mati, kemudian dia mengulangi kehidupan lagi, maka bagaimanakah dunia yang dia
tinggalkan? Apakah akan berakhir saat itu juga, atau tetap lanjut?
J : Harusnya sih tetap lanjut, tapi tak seorang pun tahu bagaimana nasib dunia tersebut.
T : Aku masih tidak paham alasan Badigadi menjadi bidak setia Hitogami. Apakah permintamaafan saja
cukup untuk membuatnya setia dengan Hitogami?
J : Dewa Naga dan Dewa Manusia sudah berselisih sejak zaman dahulu kala. Badigadi hanya
memposisikan dirinya di tengah-tengah perselisihan itu. Dia memihak siapapun yang dianggapnya baik.
Tampaknya, permintamaafan Hitogami sudah cukup mengambil hatinya. Lagipula, dia tidak bisa mati,
jadi sebanyak apapun Hitogami mencelakainya, itu tidak masalah. Yang ada di pikiran Badigadi hanya
bertarung, itulah mengapa dia tidak segan berhadapan dengan Atofe meskipun masih memiliki
hubungan keluarga.
J : Cerita ini akan berakhir di jilid ke 24 sebagai kesimpulan penutup, sedangkan jilid ini akan berisi
sekitar 21 bab. Tapi, kurasa aku akan menulis jilid ke 25, dan beberapa bab tambahan. Aku juga akan
menulis cerita-cerita yang selama ini belum sempat kupublikasikan.
Bagian 1[edit]
Ketika aku kembali, Eris dan yang lainnya masih bertahan.
Mereka hebat.... padahal sudah tidak ada dukungan dari Cliff, Elinalise, dan para prajurit Supard.
Dia harus melakukan itu untuk menghindari serangan-serangan Badigadi, karena jangkauannya begitu
luas.
Dengan membungkuk begitu rendah, dia terus berlarian ke sana-sini, sembari sesekali menyerang
menggunakan teknik Sword of Light.
Serangan tersebut tidak begitu berarti bagi Dewa Tempur, tapi setidaknya itu bisa mengganggunya.
Sihir penyembuhan tanpa mantra bekerja dengan begitu baik, dan pemulihan juga lebih cepat.
Ketika Zanoba dan Doga lagi-lagi terpental karena serangan Dewa Tempur, Sylphy segera berlari
menghampiri mereka untuk memberikan sihir penyembuhan.
Sayangnya, aku meragukan stamina Sylphy karena dia sudah lama tidak bertarung.
Dia mampu berlindung di barisan terdepan dari serangan-serangan Badigadi, bahkan dia masih sempat
melancarkan beberapa serangan balasan.
Sekali pukulan Badigadi saja bisa membunuh lawan-lawannya, tapi pertahanan Isolte bisa menangkis
hampir semuanya. Inilah teknik bertahan Dewa Air yang terkenal itu.
Tak peduli sebanyak apa Isolte melancarkan serangan balik, bahkan dia sempat memotong lengan
Badigadi, itu semua seakan sia-sia saja. Seluruh luka Badigadi sembuh dalam sekejap. Itulah kemampuan
regenerasi ras iblis abadi dan armornya, dia bahkan tidak memerlukan sihir penyembuhan.
Jika Isolte bertarung satu lawan satu melawan Badigadi, dia lebih unggul dalam hal teknik. Tapi, tetap
saja dia tidak bisa mengalahkan monster itu.
Tapi, Isolte sudah bekerja sangat bagus untuk menunda waktu sampai kedatanganku.
"Oh."
Tanpa melirik lawan-lawannya yang menjauh, dia segera mengalihkan pandangannya padaku.
Jarak di antara kami sekitar 10 meter, jadi Badigadi tidak perlu mendongak untuk melihat wajahku.
“Jadi ini ya...... armor yang telah diakui kehebatannya oleh Dewa Naga sekalipun. Bahkan kau juga
menggunakannya untuk mengalahkan kakakku. Ini ya.... ini ya.... Magic Armor....??”
".......... kenapa kau begitu terkejut? Bukannya kau sudah menghancurkan Versi I di pantai?”
"Hmm, benarkah?"
"Ya, kau bahkan menghancurkannya menjadi serpihan kecil hanya dengan sekali hantam.”
Kalau dipikir-pikir lagi, pertarungan itu cukup gila...... bagaimana bisa dia menghancurkan Versi I hanya
dengan sekali pukul.....
Aku terlalu mempercayai pertahanan Versi I, karena selama ini hanya Orsted yang bisa menembusnya.
Tapi, Eris dan Ruijerd juga terkena pukulan yang sama, dan mereka masih hidup.
Dia tidak terkena pukulan langsung sih..... tapi dia sama sekali tidak bisa menggunakan Touki sepertiku.
“Kalau yang waktu itu Versi I, jadi yang ini berbeda ya.....”
Mereka berada cukup jauh, tapi tidak menutup kemungkinan terkena serangan kami.
Bagian 2[edit]
Sembari bergerak mundur, aku menembakkan Stone Cannon, tapi Badigadi berlari mendekat.
Aku menggunakan pola serangan yang sama seperti saat melawan Orsted.
Aku akan terus menembakkan Stone Cannon secara acak, sambil bergerak mundur.
Jujur saja, tadinya kukira sangat sulit menggerakan armor seberat ini. Tapi dengan adanya Kajakuto yang
bisa memanipulasi gravitasi, gerakannya jadi lebih lancar dan halus.
Jadi..... inilah keuntungan mengendalikan gravitasi..... pantas saja gerakan Aleksander begitu gesit.
Karena tidak pernah berlatih bertarung dengan cara seperti ini, jadi kurasa aku tidak akan bisa
menguasainya dengan sempurna.
Dewa Tempur terus bergerak sembari menembus pohon-pohon tebal, dan memperpendek jarak di
antara kami.
Yang dikatakannya tidak salah. Serangan Stone Cannon hanya seperti angin sepoi baginya.
Bahkan dari jarak sedekat ini, tembakan Stone Cannon tidak berdampak apapun bagi Badigadi. Seolah-
olah, dia menyerap semua seranganku.
Melihat sekilas saja aku tahu dia sama sekali tidak terluka.
Mungkin taktikku ini bekerja melawan Orsted, tapi tidak bagi Badigadi.
Setelah mencapai lokasi yang kuinginkan, aku mencongkel tanah di bawah kaki Badigadi.
"Wowaa!?"
Aku menebasnya dengan pedang pusaka Paul yang konon bisa menembus pertahanan apapun.
Lengan armor emas terbelah, lalu terlihat daging hitam di dalamnya.
Tapi, dia melayangkan keempat tinjunya secara beruntun. Dan semuanya mendarat telak pada zirahku.
Getarannya merambat ke sekujur tubuhku, sampai aku terhuyung mundur beberapa langkah.
"Hmph!"
Lengan itu masih menggeliat sedikit, dan ada potongan armor emas yang masih bersamanya.
Saat Badigadi mengatakan itu, lengannya yang putus mulai tumbuh kembali.
"Mngh."
Lihatlah, lengan baru yang tumbuh itu, tidak terlindungi dengan armor emas.
Kupungut lengannya, lalu kulemparkan pada lingkaran sihir yang telah kusiapkan sebelumnya. Saat
itulah, armor emas berhenti beregenerasi.
Saat memakai armor itu, dia mendapatkan tambahan kekuatan dan kecepatan yang signifikan.
Sebenarnya, kecepatannya tidak begitu tinggi, setidaknya masih lebih lambat jika dibandingkan
pendekar-pendekar pedang yang pernah kuhadapi sebelumnya.
Untungnya, aku masih bisa mengimbangi kecepatannya dengan Magic Armor ini
Lagian, aku sudah sering berlatih bersama Orsted dan Eris, jadi aku tidak akan kalah semudah itu.
Jika Eris menebasnya dengan sekuat tenaga, kurasa armor itu masih bisa tergores, tapi belum tentu dia
bisa memotong lengan dan leher zirah emas itu.
Belum lagi, armor itu bisa beregenerasi, seolah menjadi baru lagi.
Meskipun begitu, normalnya si pengguna tidak akan bertahan meskipun zirahnya bisa kembali memulih.
Tak peduli tusukan atau tebasan, semua bisa disembuhkan seperti semula.
Sebaiknya, si penyerang akan semakin kelelahan saat berhadapan dengan Badigadi, kemudian sewaktu
dia lengah, keenam lengan Dewa Tempur siap menghancurkannya.
Dia adalah simbol ketakutan di Benua Iblis. Dia sangat keras kepala, dan tidak pernah bosan menantang
bertarung lawan-lawannya.
Pertama, potong bagian tubuhnya, lalu segel dengan sihir penghalang. Itu membuat bagian tubuhnya
tidak beregenerasi lagi.
Ini adalah cara paling umum untuk mengalahkan ras iblis abadi. Aku pernah dengar, setidaknya Atofe
pernah kalah 2 kali dengan cara serupa di masa lalu.
Harusnya, kami menggunakan segel yang bisa menahannya selama ratusan tahun. Tapi untuk saat ini,
cukup buat dia berhenti beregenerasi.
Cara kedua adalah buat dia mengaku kalah.
Atofe memiliki prinsip tidak takut pada siapapun. Dia akan menghadapi semua yang dianggapnya lawan.
Jadi, aku harus memikirkan suatu alasan sederhana yang membuat Badigadi berhenti bertarung.
Sayangnya, Badigadi adalah bidak Hitogami yang setia. Akan sangat sulit membuatnya menyerah hanya
dengan beradu kata. Maka kita akan menggunakan cara pertama.
Bukannya tanpa persiapan, aku dan Cliff sudah memasang lingkaran-lingkaran sihir penghalang di sekitar
hutan.
Lingkaran sihir itu akan aktif menyegel bagian tubuh Badigadi yang jatuh padanya.
Awalnya aku tidak yakin cara ini bisa menghentikan armor emas, tapi ternyata cukup efektif.
Oleh karena itu aku menggunakan pedang pusaka Paul untuk memotong lengan, lalu menyegelnya
dengan sihir penghalang.
Jika aku bisa melakukan hal yang sama pada kelima lengan lainnya, bukannya tidak mungkin Badigadi
akan menyerah.
Sebenarnya aku juga ingin menyegel badannya, tapi tanpa Cliff di sini, kurasa itu tidak mudah.
"AAAAaaaaaa!"
Berkat Kajakuto, pemakaian daya Magic Armor lebih efektif, namun jangan heran bila tiba-tiba zirah
raksasa ini berhenti beroperasi.
Oleh karena itu, semakin cepat aku mengalahkannya, maka akan semakin baik.
"KEMARILAH!! JAGOAN!!"
Untuk meresponnya, aku mengayunkan pedangku dan bersiap melancarkan serangan balik.
Kondisiku sedang baik hari ini. Jadi, aku pasti bisa menghindarinya.
Dalam sekejap mata, aku mendapatkan celah untuk melancarkan serangan balik, lalu kupotong lengan
kiri bawahnya.
Pada saat yang sama, aku mengangkat senapanku pada luka itu, lalu kutembak dengan Stone Cannon.
Salah satu lengan kiri Badigadi meledak, dan terpisah dari pangkal tangannya.
Salah satu lengan Badigadi melayang padaku, lalu menghantamku dengan begitu kuat. Aku pun
terpelanting menjauh.
"....... Ngh!"
Sudah kuduga, Versi 0 sekalipun tidak cukup kuat menahan tinjuan Dewa Tempur. Tapi setidaknya, dua
lengan sudah terpotong.
Tinggal empat.
Setidaknya, Magic Armor harus terus berfungsi sampai keempat lengan Badigadi berhasil kupangkas.
"!"
Lingkaran sihir penghalang yang telah digambar di tanah dihancurkan saat kami saling beradu tadi.
Tentu saja masih ada beberapa lingkaran sihir yang tersisa, tapi aku tidak tahu mana yang masih
berfungsi.
"... Sialan!"
Semakin jauh potongan anggota tubuh terpisah dengan pangkalnya, maka semakin lama proses
regenerasinya.
Akhirnya Badigadi akan kembali sembuh, tapi setidaknya dia pasti kerepotan jika bagian tubuhnya
terpencar.
(... Hmm?)
Apakah semakin kecil aku memotong bagian-bagiannya, maka semakin lemah armor itu?
Atau mungkin pemulihannya melambat karena armor emas sudah beratus-ratus tahun tidak digunakan
bertarung?
Tidak..... aku tidak boleh mengkhawatirkan hal-hal yang tidak beralasan pada saat seperti ini.
Aku harus memanfaatkan pemulihan armor yang melambat untuk memangkas semua lengan Badigadi.
"Grrr ..."
Tapi, lengannya yang sudah pulih kini tertutup oleh semacam pelindung mirip tempurung kura-kura.
"!"
Seolah-olah dua lengan yang hilang terserap, kemudian bersatu dengan dua lainnya membentuk lengan
yang lebih besar.
Kini, dia hanya punya 2 lengan, tapi lebih besar dan kekar.
Sial..... apakah aku bisa memotong lengan setebal itu?
Aku pasti bisa, percaya saja pada pedang pusaka Paul. Konon katanya, semakin kuat pertahanan lawan,
maka pedang ini akan semakin tajam. Jadi, tidak ada gunanya lawan memperkuat pertahanannya.
Setelah membulatkan tekad, aku memijak tanah, lalu meluncur mendekati Dewa Tempur.
Tapi, tak peduli apapun yang musuh rencanakan, aku tidak boleh mundur.
Tidak ada waktu untuk bimbang, karena setiap detik berlalu, Mana-ku semakin terkuras.
"AAAAAAaaaaa!"
Serang saja......serang tanpa rasa takut sedikit pun....serang untuk meraih kemenangan.....seperti Eris.
Aku pun berhasil menghantam Dewa Tempur.
Dia tidak menghindar. Badigadi menerima pukulanku mentah-mentah, tapi dia terhuyung beberapa
langkah ke belakang.
Pedangku mengait di lengan kirinya, kemudian aku coba memotongnya sekuat tenaga.
Setelah terbuka sedikit luka di lengannya, aku menodongkan Gatling Gun pada luka tersebut, lalu
kuberondong dengan Stone Cannon.
“STONE CANNON!!”
Lengan Badigadi melayang bersama potongan armor emas yang masih membungkusnya.
Pukulan yang luar biasa..... seluruh bagian depan Magic Armor Versi 0 hancur berantakan.
Getarannya merambat sampai ke dalam tubuhku, rasanya seperti ditumbuk oleh palu raksasa.
Rupanya, Badigadi sengaja menggabungkan keempat lengannya agar serangannya semakin brutal. Itulah
kenapa bagian depan Magic Armor luluh lantah oleh hantamannya.
Mungkin inilah yang dimaksud oleh pepatah, ‘Biarkan musuh menyayat dagingmu, asalkan bisa kau
potong tulangnya.’
Tapi...........
Sial.......
Jika inti ini rusak, maka Magic Armor akan berhenti berfungsi saat itu juga.
Aku masih bisa menggerakkannya secara manual sih, tapi gerakannya lambat sekali. Dalam pertempuran
seperti ini, jika kau kalah cepat, maka fatal akibatnya.
"Pertarungan ini pun sangat seru. Tapi....selamat jalan Rudeus. Bahkan Laplace sekalipun tidak berpikir
serumit dirimu.”
"GAA!"
Namun, tiba-tiba aku melihat sekelebat sosok berambut merah yang memotong lengan itu. Tangan
Badigadi pun terputus, lalu melayang di udara.
"Mngh!"
Itu Eris.
Kenapa dia bisa datang tepat waktu? Apakah dia mengawasi pertarungan kami sejak tadi?
Pedang.
Bahkan sejak melawan Orsted aku tidak pernah melihat pedang itu retak, tapi kali ini pedang legendaris
itu pecah sampai pangkalnya.
"GAAAAAAaaaaa!"
Seolah-olah dia tidak menyadari bahwa pedangnya pecah, dia terus melawan Dewa Tempur sembari
meraung.
Sembari keluar, aku tidak lupa mengambil pedang yang terselip di belakang Magic Armor ini.
Ini bukan pedang sembarangan. Konon pedang ini pernah menjadi yang terkuat di dunia. Saat
memegangnya, aku merasakan energi begitu luar biasa yang tersimpan di dalamnya.
Di hadapanku, ada istriku yang sedang dalam bahaya tanpa senjata apapun.
Itulah pedang terkutuk yang dibuat oleh pandai besi legendaris bernama Yulian.
"GAAAAAAAHH!"
Itu membuat Badigadi tidak bisa menghindar. Dia hanya bisa meronta-ronta di udara, tanpa beranjak
sedikit pun.
Dan pada saat yang sama, kilatan cahaya memenuhi bidang penglihatanku.
Kemudian, diikuti suara mengguntur yang memekakkan telinga.
Hanya kesunyian.
Mana yang kualirkan pada Kajakuto berubah menjadi semacam bola yang membungkus tubuh Badigadi.
Pedang terkutuk itu tidak hanya melepaskan Mana-ku, melainkan juga tenaga Eris yang dia hempaskan
dengan sekuat-kuatnya.
Sembari masih melayang-layang di udara, armor emas Dewa Tempur pecah lalu hancur berkeping-
keping.
Kemudian, bola Mana itu mengecil, terkompres, dan lenyap bersama Badigadi di dalamnya.
Armor emas Dewa Tempur sudah hancur, begitu pun dengan jasad Badigadi.
Setelah bola Mana menghilang, serpihan-serpihan armor emas yang bertaburan di udara jatuh ke
Lembah Naga Bumi.
Aku terus menatap serpihan armor emas yang jatuh ke dalam lembah, sampai tidak lagi bersuara.
Dia tidak akan muncul lagi tiba-tiba, lalu tertawa FWAHAHAHAHAH..., kan?
"............"
".... aah."
Rasa lelah ini..... dan wajah Eris yang pucat.... ya, inilah yang disebut kehabisan Mana.
"Eris."
Aku tidak punya cermin, jadi aku tidak bisa melihat rambutku.
"Kau juga......"
"Rudi!"
Dia tidak akan siuman dalam waktu dekat. Dia perlu banyak istirahat.
"Sylphy, untuk saat ini, bisakah kau meletakkan potongan lengan yang tergeletak di sana itu pada
lingkaran sihir penghalang? Kemudian, bawa Eris kembali ke desa, lalu laporkan semua yang terjadi pada
Orsted. Setelah itu, kembalilah kemari bersama Cliff. Kau paham?”
Aku berdiri.
Mana-ku sudah terkuras habis, tapi setidaknya aku masih bisa berjalan.
Kami tidak tahu apakah Badigadi bisa bangkit kembali. Tapi yang jelas, potongan tubuhnya masih di sini.
Setelah terkompresi oleh bola Mana itu, harusnya tubuhnya hancur sampai partikel-partikel terkecil.
Aku tidak lagi bisa bertarung, Magic Armor Versi 0, 1, dan 2 sudah tiada. Jika masih ada musuh yang
menyerang kita sekarang, maka habislah semuanya. Saat ini, kita harus cepat-cepat memanggil Cliff
untuk menyegel potongan tubuh Badigadi sepenuhnya. Aku ingin memastikan monster itu tidak bangkit
lagi.
Tapi.......... kalau saja Badigadi masih bisa bangkit lagi, maka kita tidak punya cara mengalahkannya
selain membiarkan Orsted ikut bertarung.
Tentu saja aku tidak ingin si bos menggunakan Mana-nya sedikit pun, tapi sepertinya kita tidak punya
pilihan.
Andaikan Badigadi bisa bangkit kembali..... darimanakah dia akan keluar? Dari dasar lembah mungkin?
Karena ada beberapa potongan badannya yang jatuh ke lembah?
Bagian 3[edit]
Ternyata, di luar dugaan, menemukan Gisu tidaklah sulit. Bahkan kami tidak perlu waktu lama
mencarinya.
Setelah kami menyeberangi lembah, kami tiba di hutan yang sudah menghitam karena terbakar.
Dengan luka bakar hampir di sekujur tubuhnya, dia berbaring menghitam di sana.
"...... Gisu."
"Yo, Senpai."
"Heheheeee.... bagaimana Senpai? Aku hebat, kan..... tak peduli sihir bumi, sihir air, mata iblis, bahkan
Magic Armor..... aku bisa mengalahkan semua teknikmu, kan....”
Di tubuhnya terpasang rompi biru, pelindung dada berwarna cokelat muda, dan pelindung mirip armor
rantai.
Semuanya sudah hangus terbakar, tapi sepertinya alat-alat sihir itu dia gunakan untuk bertahan dari
seranganku.
Itu berarti, dia bisa bertahan saat Kota Heilerul terbakar habis bukan karena perlindungan dari armor
emas Badigadi. Tapi.... kenapa dia tidak bisa bertahan saat hutan ini terbakar?
“Jika sekarang kau bisa menemukanku di sini....... maka itu berarti rencana terakhirku sudah gagal.”
Rencana terakhir.
Jadi, rencana terakhirnya adalah mengirim Badigadi seorang diri untuk melawanku?
"Dewa Pedang, Dewa Utara, Dewa Ogre, Raja Kegelapan ..... jika salah satu saja dari mereka masih
hidup........... mungkin akan lain ceritanya........ huh, andaikan saja mereka mau mendengar arahanku
lebih baik.”
“Berbeda denganmu, Senpai..... lihatlah orang-orang di sekitarmu...... Eris, Atofe, Ghyslaine, Ruijerd......
semuanya mendengarkan perkataanmu dengan patuh.”
"Tidak, itu tidak benar, Senpai. Itu semua karena kerja kerasmu. Kau menceritakan semuanya apa
adanya pada mereka, lalu mendapatkan kepercayaan mereka, dan mereka pun mau mengikutimu
dengan ikhlas. Mereka adalah rekan-rekanmu yang sempurna. Itulah sebabnya mereka selalu ada saat
kau membutuhkan.”
Sandor dan Doga juga tidak mendengar perintahku secara langsung. Tapi, ada sosok Ariel yang punya
kendali penuh atas mereka berdua.
“Selama ini aku selalu melakukan semuanya secara sembunyi-sembunyi........ mulai dari menyiapkan
pasukan, mengumpulkan sekutu-sekutu hebat, sampai merancang strategi...... jika aku melakukannya
terang-terangan......... aku tidak mungkin sampai tahapan ini.”
Dia benar. Dewa Pedang maupun Dewa Utara tidak begitu mengikuti arahan Gisu.
“Aku tahu ini akan terjadi......... tapi aku tidak begitu memperdulikannya............ aku selalu meyakinkan
diri bahwa rencanaku pasti akan berhasil, entah bagaimana caranya...... Tapi, sebenarnya yang paling
kecewa......... bukanlah aku............”
“Melainkan Hitogami...... sampai terakhir kali aku bertemu dengannya, dia selalu marah-marah, sambil
berteriak ’Kenapa....kenapa....kenapa begini....!!’ ahahah, itu semua karena ulahmu, Senpai.”
"Aku? Ahaha, aku hanya tidak punya pilihan. Lihatlah, akhirnya aku hanya bisa menyerang secara brutal,
tanpa pikir panjang. Bahkan aku tidak melakukannya dengan sembunyi-sembunyi lagi."
"Aku dan Badigadi berbeda. Kami tidak punya teman sebaik dirimu, Senpai. Mungkin itulah yang
membuat kami gagal. Bahkan Hitogami pun tidak bisa membantu kami."
"Tapi, bagaimanapun juga, Hitogami tetap berjasa bagiku. Jika dibandingkan dengan pertolongan yang
selama ini dia berikan, ini tidak seberapa. Aku masihlah diuntungkan."
".........."
"Kau tidak akan mengerti, Senpai. Orang sepertimu yang bisa mendapatkan apapun di dunia ini, tidak
akan bisa memahaminya. Kau tidak akan tahu perasaan orang yang tidak mampu melakukan apa-apa
sepertiku."
Aku mengerti kok....
Aku juga pernah menjadi orang tidak berguna yang tidak bisa melakukan apa-apa.
Bayangkan....dalam dunia yang penuh kekerasan dan bahaya ini, dia tidak bisa menggunakan Mana
ataupun Touki.
Tapi dia bisa terus bertahan hidup...... bahkan sampai begitu merepotkanku.
Aku tidak begitu memahamimu, Gisu. Tapi...... bukan berarti aku tidak tahu apa-apa.
“Heh, Rudeus. Cepat habisi aku. Kau sudah mengalahkanku, jadi jangan ragu untuk membunuhku. Di
dunia ini, yang menang selalu benar, sedangkan yang kalah selalu salah. Oleh karena itu, busungkan
dadamu, nikmati kemenanganmu, lalu bunuh aku secepat mungkin. Atau.... jika kau belum puas, kau
boleh memakiku sebanyak-banyaknya. Salahkan aku atas semua masalah yang menyusahkanmu selama
ini. Kau juga bebas menasehatiku seperti, ’Harusnya kau jangan pernah mendengarkan kata Hitogami.....
harusnya kau bergabung menjadi sekutuku...’ silahkan..... kau bebas melakukan semuanya sekarang.”
"Aku, Badigadi, dan Raja Kegelapan sudah kalah. Maka Hitogami sudah tidak punya bidak lagi. Kau lah
pemenangnya. Sebenarnya Hitogami pernah berkata, bila kami kalah pada pertarungan ini, maka tidak
ada lagi yang bisa menghentikan Rudeus Greyrat. Hitogami tidak bisa meramalkan apapun dengan pasti
selama kau masih hidup.”
Gisu tertawa.
“Terserah jika kau mau berkata begitu. Aku sudah tidak tahu harus berbuat apa. Tapi yang jelas,
pergerakan Hitogami semakin terbatas dengan kematian kami.
Oi, oi, kenapa wajahmu malah suram. Seperti itukah wajah seorang pemenang? Kau benar-benar
anaknya Paul, kan? Kalau Paul berada pada posisimu sekarang, dia pasti akan tertawa terbahak-bahak,
lho.
Ah.... tidak juga, mungkin Paul tidak akan menertawakan kematianku. Karena bagaimanapun juga, kami
pernah menjadi rekan setim. Harusnya kau bangga punya ayah sepertinya.”
“Kau tidak segagal itu, Gisu. Lihatlah semua usahamu ini. Kau berhasil menghasut Dewa Pedang, Dewa
Utara, dan Dewa Ogre untuk melawanku. Aku sudah mengumpulkan banyak sekutu di dunia ini, namun
semuanya seakan percuma saat aku berhadapan denganmu. Strategimu sungguh luar biasa. Kau bahkan
bisa merusak hampir semua fasilitasku, mulai dari markas pusat, lingkaran sihir teleportasi, litograf,
bahkan Magic Armor.”
“Tetap saja aku kalah.... itu karena aku tidak bisa mengendalikan sekutuku dengan baik. Aku mengambil
resiko besar dengan mengirim Badigadi untuk melawanmu secara langsung. Dan kau tahu sendiri
akhirnya. Bahkan lawan sehebat Badigadi bisa kau kalahkan dengan taktik yang jitu. Yahh.... setidaknya
dia sudah sangat merepotkanmu. Mungkin, Badigadi adalah salah satu lawan terkuat yang pernah kau
hadapi.”
Noda hitam yang menutupi wajahnya sedikit tersapu oleh air matanya.
Saat itulah, aku menyadari bahwa Gisu tidak pernah mengambil jalan pintas dalam berusaha.
"Gisu..... kau memang kuat. Kemenanganku kali ini hanya karena keberuntungan semata. Salah sedikit
saja, maka aku pasti mati. Tidak diragukan lagi, pertempuran ini adalah yang tersulit seumur hidupku.”
Aku berusaha keras selama setahun penuh, mulai dari memburunya, sampai beradu taktik dengannya.
"Gisu."
Ghyslaine mendekat.
"Ya."
"Ah..... aku jadi teringat saat-saat itu. Biasanya, Paul datang bersama mirasnya, kemudian mengajak kita
mabuk-mabukan. Kemudian dia hilang kendali, lalu menggosok-gosokkan wajahnya pada dadamu. Itu
membuat Zenith sebal, dan..... dan...... ahahahha..... aku ingin melihatnya lagi...... mungkin tidak ya kita
melakukan itu sekali lagi di alam baka.”
“Mungkin saja. Tapi sepertinya Zenith masih lama matinya. Mungkin aku duluan yang akan menyusul
kalian.”
"......"
Ekornya terkulai.
"...Dia mati."
Bagian 4[edit]
Gisu kalah.
Kabar itu harusnya sudah cukup membuatku senang, tapi entah kenapa aku masih galau.
Perasaanku selalu campur aduk saat melihat orang yang kukenal mati tepat di hadapanku.
Namun, jika aku yang kalah, mungkin Gisu akan membunuh keluargaku, dan itu akan membuatku sangat
membencinya.
Mungkin, satu-satunya alasan aku masih berempati pada Gisu, karena tidak ada seorang pun rekanku
mati selama pertempuran ini.
Aku sudah menghabisi semua bidak Hitogami tanpa membuang sedikit pun Mana Orsted.
Kami menjalani pertempuran yang sulit, sempat kalah, namun akhirnya meraih kemenangan. Itu
bukanlah suatu hal yang biasa bagiku.
Mungkin seharusnya aku membunuh Gisu dengan tanganku sendiri, untuk melengkapi pertarungan yang
epik ini. Tapi, apa mau dikata, dia mati dengan cara seperti itu.
Atau mungkin..... akan lebih baik bila aku menyadarkan Gisu, lalu bekerjasama dengannya seperti dulu.
Jauh di dalam hatiku, aku memendam keinginan itu.
Yahh, setidaknya aku akan membawa jasad Gisu untuk dikuburkan dengan lebih layak.
"........"
Saat aku mengumpulkan sisa-sisa serpihan tulang Gisu, entah kenapa telinga dan ekor Ghyslaine
berkibas dengan semangat.
Aku tahu kau setengah anjing, tapi ini tulang temanmu, lho...... jangan dimakan.
"Ya."
Kami pun menyeberangi lembah.
Aku lelah.
Tapi, aku tidak boleh tidur sebelum menyegel Badigadi sepenuhnya ......
Om gajah terus berpuasa. Tapi Gisu sudah dikalahkan, jadi saatnya berbuka.
Mungkin Eris tidak setuju, tapi kalau cuma sekali saja..... masa tidak boleh?
Nanti saja membahas pertempuran ini.... yang penting bersenang-senang saja dulu.
Saatnya liburan.
Karena aku sudah sangat capek.
"....... Rudeus."
Saat aku berjalan menyeret tubuhku yang benar-benar letih, seseorang memanggilku dari belakang.
Itu Ruijerd.
"Ada apa?"
"Musuh."
"Hah?"
Benar saja.
"T-t-t-tidak mungkin......”
Badigadi.
Kalau tidak salah.... aku juga sempat melempar sepotong lengan ke dalam lembah.
Apakah.....
".........."
Tanpa sepengetahuan kami, potongan lengan itu merangkak keluar dari dasar lembah.
Tunggu dulu.....
Tidak....
Dia.....
Apa??
Pedang itu.....
Itu Kajakuto.....
D-d-dia.....
"Pahlawan akan bangkit kembali tidak peduli berapa kali pun dia dikalahkan. Begitulah, seharusnya
seorang pahlawan.”
Aku mengenalnya......
Tunggu dulu.....
Aleksander adalah cucunya Atofe, kan.....
Tapi......
Tapi.....
Apakah.......
Ini aneh.....
Pasti ada suatu cara untuk membangkitkan Aleksander dan juga armor emas yang tidak kupahami.
Sial.
Kenapa..... kenapa harus sekarang kau bangkit lagi!!? Apa tidak ada waktu lain!!?
Aku membiarkannya begitu saja, lalu meninggalkannya. Disamping itu, aku sangat lelah waktu itu.
Mungkin akan lain ceritanya jika kubakar jasadnya sampai menjadi abu.
Jadi..... waktu itu dia masih bernapas? Itu agak sulit dipercaya.
Tidak ada senjata, tidak ada Mana, tidak ada rencana..... semuanya nol.
".........."
Dia terlihat begitu tenang, seolah-olah sudah tahu ini semua akan terjadi.
"Rudeus Greyrat ........ aku minta maaf telah menyebutmu lalat. Ternyata kau adalah seorang petarung
hebat. Kau adalah lawan yang pantas untukku. Terimakasih, berkatmu aku menjadi lebih kuat lagi.”
Kami juga tidak sanggup meladeninya, sembari mengulur waktu sampai bantuan datang.
Lagipula, bantuan apa yang akan datang? Bantuan dari Orsted? Tidak....
".......Ah?"
Ternyata Aleksander baru saja menyerangku, dengan kecepatan tak kasat mata.
“Sebagai ucapan terimakasih telah membuatku semakin kuat, maka akan kubiarkan kau hidup, Rudeus
Greyrat.”
Kakiku patah.
Gerakan Aleksander terlalu cepat.
Harusnya aku masih bisa memprediksi gerakannya dengan mata iblis peramal, tapi aku sama sekali tidak
bisa meresponnya.
Jangankan aku, tiga orang pendekar hebat di sana juga sama sekali tidak bisa meresponnya.
Bukan berarti Badigadi lebih lemah..... tapi, sepertinya Aleksander bisa menggunakan armor emas itu
lebih baik darinya.
Sial.... kau sudah menyandang gelar Dewa Utara, sekarang kau juga punya Armor Dewa Tempur. Aku
tidak pernah membayangkan dua kekuatan dewa menjadi satu seperti ini.
Aku pun menyadari armor emas bisa berubah bentuk tergantung siapa yang memakainya.
Aku segera menggunakan sihir penyembuh padaku dan ketiga orang rekanku.
Ketiganya pingsan.
Apakah Aleksander sengaja tidak membunuhnya? Jadi, aku harus berterimakasih padanya? Sial, dia
telah meremehkan kami.
Setelah menyembuhkan mereka bertiga, aku mengamankannya di Earth Fortress, lalu aku mengejar
Aleksander sendirian.
Aku hanya mengejarnya, tanpa tahu harus berbuat apa. Aku tidak punya rencana.
Apakah Sylphy sudah tiba di desa? Apa yang akan dilakukan Orsted sekarang?
Tapi yang jelas, aku harus melindungi mereka dengan cara apapun.
Bagian 5[edit]
Aleksander berteriak.
Aku tiba beberapa saat setelahnya. Dan benar saja.... tidak ada seorang pun yang menjaga di gerbang
masuk desa.
Cliff yang terluka seharusnya dibawa kemari...... tapi dia juga tidak ada.
Eris dan Sylphy harusnya menemui Orsted..... namun ketiganya juga tidak ada.
Tapi.... aku juga tidak mengerti kenapa desa ini sekarang kosong.
Bahkan, aku hanya butuh sejam jika mengendarai Magic Armor Versi 0.
Setelah mengambil zirah itu, aku pergi lagi melawan Badigadi, kemudian mencari Gisu..... semuanya
hanya memakan waktu sekitar 5 – 6 jam.
Waktu itu aku terburu-buru, jadi tidak mengamati sekeliling dengan baik, tapi seharusnya semuanya
masih di sini.
Hah?
Tidak.....tidak.....
Tidak mungkin sesepi ini.
"Sialan ...... apakah ini semua tipu dayamu ...... Rudeus Grayrat!?"
Hoi.... kau salah sangka.... aku juga bingung dengan apa yang terjadi di sini......
Harusnya aku memanfaatkan kesempatan ini untuk berlari ke tempat yang lebih aman, kan?
Tapi, karena aku harus melindungi semua orang di desa ini, maka aku mau bersusah payah mengejarmu
ke sini.
Andaikan aku tahu tidak ada orang di sini..... buat apa aku mengejarmu!?
"Jadi.... sejak awal Orsted dan Ras Supard tidak ada di desa ini..... begitu, kan!!?”
"...... Tidak..... itu tidak benar..... harusnya semuanya masih di sini..... termasuk Orsted-san.....”
Aleksander terus menatapku dengan beringas, aku pun mundur beberapa langkah ke belakang.
Apakah Raja Kegelapan Vita masih hidup.... lalu dia tunjukkan semua ilusi ini di dalam mimpiku?
"Tadinya aku ingin membiarkanmu hidup lebih lama. Tapi..... kalau kau ingin bertarung sampai mati di
sini.... ayo, akan kuladeni kau!!”
Gawat.
Aku tidak punya alasan bertarung di sini, karena semua orang yang kulindungi telah pergi. Jadi.... lebih
baik aku lari saja.....
Ketika aku memikirkan itu, dan berbalik—
Kakiku berhenti.
Bahkan setelah memakai armor emas, masih ada yang membuatmu ketakutan?
Ini.....
Rasa takut karena kutukan.....
Sebenarnya, aku tidak terpengaruh dengan kutukan ini. Tapi, tetap saja mengerikan, karena aku dua kali
hampir terbunuh oleh orang yang memiliki kutukan ini
Ya, sudah jelas...... hanya satu orang yang memiliki kutukan seperti ini.
"........"
Dari dalam Desa Supard...... sosok itu mulai muncul. Dia lah pusat dari rasa takut ini.
"Rudeus."
Orsted.
Dimana semuanya....?
Dia memandang Dewa Utara Kalman III yang mengenakan Armor Dewa Tempur.
"Tidak apa-apa. Kau sudah banyak bekerja keras. Toh, aku juga ingin merasakannya......."
Dia melihatku dan sedikit tersenyum, tetapi wajahnya tampak cukup kaku.
Harusnya aku tidak memperbolehkan Orsted bertarung sedikit saja..... namun setelah melihat senyum
itu.... kurasa aku mengerti perasaannya.
Tadinya kupikir Orsted sama sekali tidak memperhatikan kami, karena meskipun kami gagal, dia masih
bisa mengulangi kehidupan ini..... tapi, ternyata tidak demikian. Dia cukup memperhatikan kami.
Mungkin..... inilah pertama kalinya Orsted memiliki rekan-rekan yang bisa dia andalkan.
Ini bukan soal Hitogami atau apa.... Orsted hanya ingin merasakan mempunyai teman.
Dia bukanlah tipe orang yang suka menggunakan rekan-rekannya seperti alat. Melainkan orang yang
menghargai ikatan pertemanan yang kuat.
Kajakuto....
Tapi..... tidak hanya itu.... sekarang dia bahkan memakai Armor Emas Dewa Tempur.
Dua senjata legendaris yang tidak terbayangkan kekuatannya jika digunakan bersamaan.
Apakah aku masih bisa membantu Orsted? Setidaknya.... bisakah aku menahan salah satunya?
"Sekarang kau memiliki Kajakuto dan Armor Emas Dewa Tempur. Jadi.... tidak ada alasan kalah bagimu.”
"Apa!?"
"Kau mengejekku!?"
"Bukan begitu......"
Sebilah Katana.
“Akan kukalahkan kau..... akan kuhancurkan jiwa dan ragamu sampai serpihan terkecil.”
Orsted mengulurkan Katana tepat di antara kedua matanya.
Dewa Naga Orsted Vs Dewa Utara & Dewa Tempur Aleksander Ryback.
Bagian 6[edit]
10 menit kemudian.
Ah.... tidak juga.... ada sedikit robek pada pakaiannya. Tapi hanya itu.
".........."
Itulah yang ditawarkan Dewa Naga pada Dewa Utara yang mengenakan armor Dewa Tempur.
Bukannya tidak mungkin, kedua dewa ini akan menjadi sekutu di masa depan.
Tapi, ada beberapa adegan yang tidak bisa kulihat dengan mata awamku.
Bahkan dengan menggunakan mata iblis peramal, aku tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan.
Jelas bahwa Aleksander berusaha sekuat tenaga membalikkan keadaan, tapi semua upayanya gagal.
Bahkan dengan dipersenjatai Kajakuto dan Armor Dewa Tempur, Aleksander bukanlah tandingan
Orsted.
Armor emas mulai beregenerasi kembali, tapi sudah terlepas dari tubuh Aleksander.
Mulutnya menganga gagap, ketakutan terlihat jelas di wajahnya, dan matanya berair.
Dia terlihat mirip seorang pecundang, yang tidak pantas lagi koar-koar ingin menjadi pahlawan besar.
Semangat juangnya sudah pupus, dan obsesinya telah lenyap..... sekarang, dia hanyalah seorang
pengecut yang gagal.
Kali ini.....
Aku yakin......
T : Apakah Pedang Dewa Naga milik Orsted benar-benar mengonsumsi banyak Mana? Jika pedang itu
semakin tajam dengan menyerap Mana, kurasa Rudi juga bisa menggunakannya.
J : Ya, memanggil Pedang Dewa Naga saja membutuhkan banyak Mana. Pedang itu juga memiliki batas
waktu penggunaan. Begitulah.
T : Sebenarnya, apakah Cliff menggunakan mata iblis pengidentifikasi saat bekerja di Organisasi
Keagamaan Milis?
J : Ya, dia ditugasi menganalisis apakah ada racun di hidangan untuk kakeknya. Dia sendiri tidak luput
dari ancaman pemberian racun di makanannya.
T : Mana yang lebih kuat, Dewa Tempur Badigadi, atau Dewa Tempur Aleksander?
J : Ya tergantung. Kalau dari segi kekuatan fisik, ya Badigadi, kalau dari teknik, ya Aleksander. Kalau dari
segi pengalaman bertarung, mungkin Aleksander lebih unggul, karena sekarang dia punya pengalaman
melawan Orsted. Tapi.... Badigadi juga pernah melawan Laplace, sih.
T : Bagaimana dengan teknik bola Mana yang membuat Badigadi hancur? Apakah itu jurus rahasia
Kajakuto? Apakah jurus itu muncul setelah Kajakuto menyerap Mana Rudi?
J : Bisa jadi.
T : Sebenarnya, kenapa Gisu, Vita, dan Badigadi bisa begitu loyal pada Hitogami? Apakah Hitogami
punya kutukan yang merupakan kebalikan dari Orsted?
J : Yahh, harusnya tidak ada seorang pun yang mau mendengar perkataan penipu seperti Hitogami.
Tapi.... kalau konteksnya dirubah, mungkin saja terjalin semacam hubungan pertemanan di antara
Hitogami dan para bidaknya.
T : Sensei, pada beberapa bab, Anda menggunakan judul ‘Titik Balik’.... sebenarnya apa maksudnya?
J : Titik Balik adalah momen-momen yang menentukan perubahan sejarah. Jadi, takdir perselisihan
Orsted dan Hitogami berubah pada saat terjadinya Titik Balik tersebut.
T : Aku jadi khawatir dengan Doga. Dia masih muda dan naif. Dia diajak Sandor untuk bergabung dengan
Ordo Ksatria Emas. Jangan-jangan, selama ini Doga memendam niat jahat?
J : Doga memang naif, tapi dia jujur, jadi jangan berpikiran negatif padanya.
T : Rudi meninggalkan Kajakuto begitu saja. Bukankah itu sangat ceroboh? Bagaimana bisa dia
melalaikan senjata sehebat itu? Apakah karena dia ingin segera menemukan Gisu?
J : Tidak. Pedang itu buatan Dewa Naga generasi pertama, yang juga membentuk 5 Prajurit Naga
Legendaris.
Bagian 1[edit]
Sekarang, aku sedang berdiri di tepian hutan dekat Lembah Naga Bumi.
Ada juga beberapa pria dan wanita yang sedang sibuk wara-wiri di suatu area terbuka dalam hutan. Di
area itu, pohon-pohon sudah ditebangi.
Mereka adalah penebang kayu, buruh, dan tukang kayu dari ras manusia yang telah dipekerjakan oleh
Kerajaan Biheiril. Sebagiannya adalah orang-orang kami dari PT. Rudo.
Dengan sihir bumi, aku membuka hutan, menggali pondasi, dan juga membuat jalan dari Lembah Naga
Bumi menuju ke desa.
Kenapa waktu terakhir kali melawan Aleksander, desa begitu kosong melompong?
Meskipun begitu.... kurasa satu kalimat saja sudah cukup menjelaskan semuanya.
Singkatnya, ini semua ulah Aisha.
Ah tidak.... tidak.... tampaknya kata ‘ulah’ tidak cocok. Itu membuat Aisha seakan telah berbuat jelek.
Maka, akan lebih tepat bila dikatakan, ‘ini semua ide Aisha’.
Ya, dengan kata lain, Aisha lah yang merencanakan ini semua.
Saat lingkaran sihir teleportasi dan alat komunikasi sihir berhenti berfungsi, Aisha dan orang-orang PT.
Rudo sedang berada di daerah kutub, tentu saja mereka kebingungan.
Mereka terpisah jauh dengan kami, dan tidak punya cara untuk kembali. Maka, mereka pun
kebingungan.
Tapi, dalam situasi seperti itu, Aisha masih bisa berpikir dengan tenang.
Dengan kepala dingin dia mempertimbangkan berbagai hal, lalu menyusun suatu rencana.
Jika mereka kembali tanpa menggunakan sihir teleportasi, maka akan menghabiskan waktu lama. Dan
jika sudah terjadi pertempuran di sini, maka mereka akan melewatkan banyak hal. Bisa-bisa,
sesampainya di sini, semuanya sudah selesai, dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Karena aku berada di tempat antah-berantah, dan aku tidak bisa pulang. Maka, yang tersisa hanyalah
keputusasaan.
Idenya simpel sekali, yaitu ’Jika lingkaran sihir teleporasi rusak, maka kita hanya perlu menghubungi
tukang reparasinya.’
Tentu saja ada. Siapa lagi kalau bukan orang yang pertama kali mengajariku teknik sihir teleportasi, Sang
Raja Naga Armor, Perugius Dola.
Dia mencari monumen Tujuh Kekuatan Dunia di sekitar perbatasan negara, kemudian menggunakan
peluit pemanggil Arumanfi untuk mengantarnya ke Chaos Breaker.
Awalnya Perugius enggan membantu karena dia tahu kami berusaha menolong ras iblis.
Setelah Aisha berkali-kali membujuk Perugius, akhirnya dia melunak dengan mengatakan, “Baiklah,
kubantu sekali saja.” kemudian Aisha meminta Perugius membenarkan lingkaran sihir teleportasi yang
mengarah ke Desa Supard.
“Awalnya dia menolak, tapi setelah kubilang Dewa Naga Orsted juga terlibat dalam peristiwa ini,
akhirnya dia berubah pikiran.”
Lalu, Aisha dan orang-orang PT. Rudo berteleport ke Desa Supard, saat aku masih sibuk menghadapi
Badigadi.
Setelah sampai di Desa Supard, Aisha mengarahkan Ras Supard untuk mengungsi ke pinggiran kerajaan,
juga melalui lingkaran sihir yang sama.
Itulah kenapa tidak ada seorang pun di desa saat aku dan Aleksander kembali.
Itu adalah ide yang sangat simpel namun brilian. Aku dan Roxy juga berusaha menggambar kembali
lingkaran sihir teleportasi, tapi kami ingin memindahkan Magic Armor Versi 0. Tak pernah sedikit pun
terlintas dalam pikiranku mengungsikan Ras Supard melalui lingkaran sihir teleportasi.
“Ya!! Bersihkan seeeemuanya di situ. Kita membutuhkan area yang luas, kan?”
"Okelah."
"Kalau sudah selesai panggil aku, ya. Nanti akan kusuruh pekerja kita mengangkat kayu-kayunya.”
"Yaaa."
Kami tetap waspada akan datangnya musuh lain, tapi sepertinya selama ini belum ada tanda-tanda
bahaya.
Tampaknya tidak akan terjadi pertarungan lagi dalam waktu dekat.
Oleh karena itu, aku meminta Sylphy, Roxy, dan Zanoba kembali ke Sharia. Aku juga meminta Eris
pulang. Awalnya dia tidak mau, tapi dengan dalih melindungi keluarga, akhirnya dia pun pergi bersama
mereka.
Sayangnya, lingkaran sihir teleportasi yang digunakan memanggil Magic Armor Versi 0 dan digunakan
oleh Aisha sudah rusak selama pertarungan Orsted melawan Aleksander. Tapi tidak masalah, kami
meminta bantuan Perugius lagi untuk memperbaikinya.
Di Sharia, banyak tugas menanti mereka, mulai dari membangun kembali kantor pusat yang hancur,
menggambar kembali semua lingkaran sihir yang rusak, sampai membenarkan alat komunikasi sihir
litograf.
Adapun yang rusak adalah persenjataan, dan dokumen-dokumen yang selam ini ditulis Orsted.
Para pengungsi Ras Supard sudah dibawa dari perbatasan kerajaan menuju kota terbesar kedua, Irel.
Lalu, mereka kembali lagi ke desa melalui lingkaran sihir teleportasi yang sudah dibetulkan.
Mereka tidak mungkin menolak tuntutan kami setelah kehilangan Dewa Ogre dan Kota Heilerul.
Tapi, mereka menambahkan syarat khusus agar Ras Supard diakui sebagai warga negara yang sah. Yaitu,
setidaknya 3 orang Ras Supard harus bekerja demi kepentingan kerajaan.
Kami pun sudah menunjuk tiga orang itu. Dan sekarang, tinggal pekerjaan membangun desa yang belum
selesai.
Jika rekonstruksi ini terus berlanjut tanpa kendala, bukannya tidak mungkin Ras Supard bisa tinggal di
pinggiran kota.
Kami telah mengalahkan semua bidak Hitogami, bahkan Ras Ogre dan Ras Supard pun sudah menjadi
sekutu.
"Rudeus-dono."
"Sandor-san."
Sementara aku merenung, kayu-kayu terus berdatangan. Tanpa kusadari, tiba-tiba Sandor sudah berdiri
di belakangku.
Sandor kembali setelah sekitar 10 hari berlalu semenjak pertarungan itu berakhir.
Dia terlempar ke laut setelah bertarung melawan Badigadi, lalu dia terdampar di Pulau Ogre, kemudian
bersusah payah kembali ke sini.
Hebat kan dia.... masih hidup setelah berduel sendirian menghadapi Dewa Tempur Badigadi.
“Tidak ada apa-apa. Tapi, sepertinya sudah saatnya kami kembali ke Kerajaan Asura. Jadi kami datang
untuk berpamitan.”
"...........Ah."
Tak perlu diragukan lagi, mereka adalah bawahan Ariel terbaik yang pernah kutemui.
“Sandor-san. Terima kasih banyak. Jika bukan karenamu, semua ini tidak akan bisa kami capai.”
"Yang Mulia Ariel lah yang lebih pantas menerima ucapan terimakasih itu."
"Tentu saja. Tolong sampaikan kepada Ariel-sama, bahwa jika terjadi sesuatu di Kerjaan Asura, segera
lah menghubungiku. Aku pasti akan datang secepat mungkin.”
"Aku mengerti."
Ungkapan terimakasih saja tidak akan cukup kuberikan pada mereka atas semua bantuannya selama
pertarungan ini.
"Tidak perlu berterima kasih ..... lain waktu akan kusambangi makam ayahmu."
“Doga juga... terima kasih banyak. Jika tanpa bantuanmu, mungkin aku sudah membusuk di dasar
Lembah Naga Bumi.”
"Ya."
"Jika kau punya masalah, segera beritahu aku. Ingat, aku masih berhutang nyawa padamu.”
"Yap!"
“Isolte-san juga, terima kasih banyak. Jika kau tidak datang pada saat itu, entah bagaimana nasibku
sekarang.”
“Tidak perlu berkata begitu.... aku juga belajar banyak hal dari peristiwa ini. Akulah yang harus
mengucapkan banyak terima kasih.”
Wanita secantik ini belum menikah? Wahai pria-pria Asura.... apa saja kerja kalian selama ini...!!
Saat melihatnya pergi menjauh, tiba-tiba aku teringat suatu hal yang ingin kutanyakan.
Jika dia hilang tersapu ombak di laut, maka butuh waktu lama mencarinya.
“...... tidak perlu mengkhawatirkan ibu. Dia adalah keturunan asli ras iblis abadi. Kemampuan
regenerasinya jauh lebih baik dariku. Suatu saat nanti, dia pasti akan muncul kembali, entah dimana.
Satu-satunya hal yang perlu disayangkan adalah...... kematian Dewa Ogre.”
"Benar."
Sayangnya, dia melawan seseorang yang tidak bisa mati. Akhirnya dia kehabisan tenaga, lalu mati di
tangan Badigadi.
"Ya, kau betul.... kita harus fokus pada usaha kita kedepannya.”
Tapi aku telah berjanji pada Malta untuk melindungi semua Ras Ogre meskipun dia telah tiada.
Untuk saat ini, semuanya aman-aman saja. Tidak ada ancaman pada Ras Ogre ataupun Ras Supard. Tapi,
jikalau aku tidak berjanji pada Malta, aku tetap akan melindungi mereka.
"......Ya."
Tak beberapa saat berselang, Cliff dan Elinalize pun datang, seolah bergiliran dengan mereka.
"Rudeus."
"Ya. Relokasi selesai ...... sampai saat inipun aku belum menemukan penyebab yang pasti dari wabah
penyakit itu. Tapi sudah hampir sebulan Ras Supard pindah kediaman, kurasa tidak akan terjadi apa-apa.
Mungkin ini saatnya bagiku pamit undur diri.”
Aku juga berhutang banyak pada Cliff. Tanpanya, wabah penyakit itu tidak akan bisa disembuhkan. Tapi,
kuduga penyebabnya adalah Raja Kegelapan Vita.
"Cliff-senpai. Terima kasih banyak. Entah apa yang akan terjadi dengan desa ini jika kau tidak datang.”
“Sudahlah.... meskipun aku tidak datang, kau pasti akan melakukan sesuatu untuk menyelamatkan
mereka, aku yakin itu. Jika gejala penyakit itu muncul lagi, segera hubungi aku.”
“Ya ....... tetap saja aku berhutang budi padamu, Cliff-senpai. Bagaimana aku bisa membayarnya?”
"Jangan sungkan-sungkan, toh aku bisa bekerja dengan tenang di Milis karena keluargamu selalu
membantu Elinalise dan Clive. Kita sudah impas.”
“Baiklah, aku akan mampir sebentar di Sharia sebelum kembali ke Milis. Ada pesan untuk keluargamu?"
"Oke."
Elinalize sempat mengedipkan matanya padaku sebelum pamit. Aku juga sudah banyak merepotkannya,
tapi aku tidak mengatakan apapun padanya ...... Yahh, lain kali aku akan bicara banyak dengannya, toh
rumah kita dekat.
Begitu banyak rekan yang menyelamatkanku kali ini.
Pertama.... Cliff. Kalau bukan karenanya, mungkin Ras Supard sudah punah oleh wabah penyakit itu.
Kemudian, Sandor dan Doga. Jika bukan karena bantuan mereka, aku tidak tahu bagaimana caranya
mengalahkan Aleksander.
Lalu, Atofe....
Tanpa kedatangan Atofe, mana mungkin aku bisa bernegosiasi dengan Malta.
Bahkan tanpa Atofe, mungkin Gisu tidak perlu meminta bantuan Badigadi untuk mengalahkan kami.
Sekarang dia malah hilang di lautan. Jika semuanya sudah selesai, aku pasti akan mencarinya nanti.
Setidaknya, itulah caraku berterimakasih padanya.
Gimana ya.....
Pertarungan ini bagaikan pesta yang besar, kemudian setelah acaranya berakhir, teman-temanku pulang
satu per satu.
“Baiklah....”
Sembari aku merenungkan berbagai hal, pembersihan lahan selesai.
Ketika aku berbalik, kudapati Norn dan Ruijerd sedang berjalan ke arahku. Wah, pas sekali.
"Ah, Nii-san."
"Norn, kau datang di waktu yang tepat. Bisakah kau bilang pada Aisha bahwa aku sudah selesai
membersihkan lahannya?”
"Rudeus."
"Ruijerd-san."
"Maaf. Selama ini aku hanya menyusahkanmu.”
"Yahh....."
Mungkin setelah ini kami akan banyak bertemu di kantor pusat, karena Ruijerd sudah resmi menjadi
sekutu kami. Atau mungkin, dia akan kami tempatkan di kantor cabang Kerajaan Biheiril sebagai
perantara.
“..... Kau sudah tumbuh menjadi sangat kuat, Rudeus. Aku tidak pernah menyangka kau menjadi salah
satu dari Tujuh Kekuatan Dunia.”
"Kau lah yang pantas mendapatkan posisi itu. Kalau Ruijerd-san mau, kau bahkan bisa mengalahkanku
hanya dengan sekali pukul.”
"Jangan bercanda."
"Tapi, yakinlah aku mendapatkan posisi itu bukan karena kerja kerasku sendiri."
"Kuharap begitu."
".........."
Ruijerd menatapku sebentar, tertawa kecil, lalu melepas liontin yang menggantung dari lehernya. Dia
mengulurkan liontinnya padaku.
"Ini....... kukembalikan."
"Tapi ini....."
Aku memberikan kalung ini pada Ruijerd saat pertama kali kami berpisah.
Liontin Roxy.
Simbol liontin inilah yang muncul di monumen Tujuh Kekuatan Dunia saat aku mengalahkan Aleksander
di dasar lembah. Karena itulah, Ruijerd mengembalikannya padaku.
"Aku mengerti."
Sebelum kuberikan pada Ruijerd, kukira kalung ini hanyalah benda biasa.
Dan setelah kuberikan pada Ruijerd, kuharap dia akan menyimpannya selamanya.
"Ya. Aku akan selalu membantumu, meskipun aku bukanlah orang yang bisa diandalkan.”
"Tidak masalah. Kita akan saling mengisi kelebihan dan kekurangan masing-masing."
Bagian 2[edit]
Norn kembali bersama orang-orang dari PT. Rudo, lalu dia jalan lagi bersama Ruijerd.
"!"
Di belakangnya ada seorang pria berambut hitam yang terus mengikutinya dengan setia.
"......."
Seolah dia ingin memberitahu dunia bahwa dia lah bawahan Dewa Naga paling setia.
Sebenarnya aku ingin dia mengakuiku sebagai seniornya, tapi..... kalau kukatakan itu mungkin dia akan
marah, dan kalau kami bertarung, tentu saja aku tidak akan menang.
Secara teknis kami sudah berteman, tapi aku masih saja waspada jika dia berada di dekatku.
"Ada apa??"
"..........Tidak......"
"Kalau ada yang salah bilang saja. Aku akan segera memperbaikinya."
“Aku tahu kau kurang nyaman berada di dekatku. Tapi semenjak pertarungan tempo hari, yakinlah
bahwa aku bukan lagi musuhmu. Waktu itu aku masih terlalu naif dan keras kepala. Tapi sekarang, aku
sudah mengabdikan hidupku pada Orsted-sama. Aku akan belajar lagi makna menjadi seorang
pahlawan, ataupun Dewa Utara. Sebagai tanda kesetiaanku, aku telah menyegel tanganku seperti ini.”
Pergelangan tangannya sudah terpotong, dan ada pola tertentu yang tergambar pada penampang
potongannya.
Jangan lupa, Aleksander adalah keturunan ras iblis abadi, dia bisa menumbuhkan kembali bagian
tubuhnya yang terpotong. Tapi, tentu saja kecepatan regenerasinya tidak sebaik Atofe dan Badigadi.
Sihir penyegel itu diperlukan untuk mencegah tangannya tumbuh kembali, sekaligus sebagai bukti
kesetiaannya pada Dewa Naga.
Nah, kebetulan... akulah orang yang mengaktifkan segel itu dengan Mana-ku.
"Tangan dominanku adalah tangan kanan. Jika tangan kananku tersegel, aku tidak bisa berbuat banyak."
“........ tapi, aku yakin kau masih bisa mengalahkanku meskipun hanya memiliki tangan kiri. Bahkan, kau
bisa mengalahkanku dengan sundulan kepala, gigitan, atau semacamnya.”
“Kau terlalu merendah, Rudeus-dono ..... tapi, kurasa aku perlu belajar dari sifat rendah dirimu itu. Jadi,
kumohon bimbinglah aku.”
"Ya.....tentu saja."
Tampaknya Orsted sudah percaya betul dengan Aleksander. Itulah mengapa mereka selalu bersama.
Setahuku, Orsted hanya mau berjalan bersama orang yang paling dipercayainya, contohnya Nananhoshi.
Tapi........uughh, jujur saja aku masih takut padanya. Aku punya firasat suatu hari nanti Aleksander akan
kembali menjadi musuhku.
“....... ummm, kalau kau menginginkan kembali posisimu sebagai Tujuh Kekuatan Dunia, bilang langsung
saja padaku. Dengan senang hati aku akan mengembalikannya.”
"Tidak, aku sudah mengakuimu sebagai seorang pendekar hebat. Jadi, nikmati saja gelar itu.”
“Kau tidak akan menusukku dari belakang suatu hari nanti, kan?”
"Tidak. Tapi, mungkin aku akan menantang seseorang dari Kuil Pedang. Kalaupun aku harus melawanmu
lagi, aku akan bertarung secara adil dan terbuka.”
"Kalau mau melawanku, jangan gunakan pedang yang tajam, ya..... aku tidak ingin kita saling bunuh
hanya karena berebut gelar.”
"Ya!"
Sekarang, aku sudah resmi menjadi salah satu dari Tujuh Kekuatan Dunia. Kira-kira beginilah
peringkatnya:
Namaku pada daftar itu sungguh tidak sedap dipandang mata, karena akulah satu-satunya yang tidak
bergelar Dewa.
Aku yakin, orang-orang sok jagoan yang ingin masuk dalam daftar itu akan mencariku terlebih dahulu
untuk dikalahkan. Karena akulah yang kelihatannya paling lemah dan mudah dikalahkan.
Aku kecewa.
Untungnya, aku jarang menunjukkan liontin itu di depan umum. Aku pun barusan menerimanya kembali
dari Ruijerd. Jadi, itu akan sedikit menyulitkan para pemburu gelar yang ingin mencariku.
Aku bukanlah orang terkenal. Jadi, wahai kalian para penggila ketenaran, jangan repot-repot mencariku
ya......
Anggap saja si peringkat ketujuh adalah pendekar tidak dikenal.... ya, semoga saja begitu......
Menurut Orsted, peringkatnya tidak akan berubah sampai armor emas benar-benar hancur sepenuhnya.
Aku memalingkan muka dari wajah Aleksander yang begitu bersemangat, lalu menatap Orsted.
"Aku tidak apa-apa. Sepertinya aku tidak berlebihan menggunakan Mana-ku pada pertarungan tempo
hari.”
Padahal setahuku Katana itu membutuhkan Mana yang besar.
Bahkan, mungkin saja Orsted sudah menggunakan lebih dari setengah kapasitas Mana dalam dirinya.
Dengan menggunakan sekitar setengah total Mana-nya, Orsted begitu mudah mengalahkan Aleksander.
Jadi, tersisa MP = 50%, sedangkan HP = 100%.
Orsted harus memiliki Mana yang cukup untuk mengalahkan Laplace dan Hitogami di masa depan.
Tapi Hitogami juga bisa disebut menang jika Orsted tidak sanggup memulihkan Mana-nya tepat waktu.
“Sekutu kita semakin bertambah, sedangkan musuh jauh berkurang. Tapi, mulai sekarang aku harus
menggunakan Mana-ku seefektif mungkin.”
Meskipun kelihatannya Orsted tidak begirtu perduli, aku yakin dia sudah merencanakan ini dengan
matang.
"Mungkin kali ini aku agak ceroboh. Tapi, aku memang menginginkannya.”
Itu berarti Orsted semakin percaya padaku.
Orsted tahu, seharusnya dia sama sekali tidak menggunakan Mana-nya sebelum bertarung melawan
Laplace dan Hitogami. Tapi, karena ada aku di sini.... dia tidak lagi khawatir.
Dia semakin yakin, bahwa pada perulangan kali ini..... Hitogami akan dikalahkan.
Jika Orsted sendiri sudah seyakin itu, maka aku tidak perlu ragu lagi.
Meskipun begitu, pertarungan kali ini bukannya tanpa korban jiwa. Beberapa prajurit Supard mati,
begitu pun dengan pasukan pribadi Atofe. Dan yang paling merugikan, kematian Dewa Ogre Malta.
"Aku mengerti. Kurasa, aku juga akan kembali ...... oh iya, kita juga belum memperbaiki kantor pusat,
kan?”
"Aku ikut, tapi setidaknya beri aku tempat untuk tidur.” tungkas Aleksander.
Menurut informasi yang kami terima, lingkaran-lingkaran sihir teleportasi di ruang bawah tanah kantor
pusat rusak total. Sepertinya, ada banyak pekerjaan yang menanti kami di Sharia.
Aku belum melihat separah apa kondisi kantor pusat setelah diporak-porandakan oleh Dewa Ogre.
Bahkan, aku tidak pernah mengira kantor pusat kami akan diserang oleh musuh. Peristiwa rusaknya
kantor pusat sangat mengejutkan bagiku.
Kalau begitu, lain waktu kami harus memperketat pertahanan kantor pusat.
"........"
Bagian 3[edit]
Malam itu, Orsted dan aku berjalan menuju Lembah Naga Bumi.
Kami pergi ke dasar lembah melalui jalan setapak yang dipenuhi lumut dan jamur biru.
Lubang berdiameter sekitar 1 m itu sudah agak bengkok. Jika dilihat sekilas, dinding lembah seperti jalan
buntu, tapi sebenarnya ada lubang di sana.
Jika memasukinya, sekitar 10 m ke dalam kau akan mendapati sebuah ruangan.
Ada sebuah lingkaran sihir besar bercahaya di sana, dan di tengah-tengahnya ada sebilah pedang yang
menancap.
Itu.......
I-itu.............
I-itu kan..............
Tubuhnya terbagi menjadi 5 potongan, dan masing-masing tersegel di tempat yang berbeda.
B-b-bagaimana bisa........
K-k-kenapa begini.....
S-s-sejak kapan dia di sini.........
Setahuku, tubuh Badigadi lenyap tanpa bekas bersama bola Mana Kajakuto.
Aku berencana menyegel lengannya sih..... tapi waktu itu Cliff sudah K.O.
Sihir penghalang ini tidak akan hancur, kecuali keempat segel lainnya dirusak terlebih dahulu.
Lingkaran sihir ini diaktifkan oleh Mana Badigadi sendiri, yang diperkuat oleh Kajakuto, dan Armor Emas
Dewa Tempur.
Ini adalah sihir penghalang kelas Dewa yang digunakan untuk menyegel Dewa Iblis.
Jika makhluk yang disegel meronta-ronta, atau kekuatannya bertambah, maka segelnya juga akan
semakin kuat.
Terlebih lagi, segel ini diperkuat oleh pasukan Mana Kajakuto dan armor emas. Bahkan Orsted sekalipun
belum tentu bisa melepaskan diri dari segel ini.
Mungkin saja menggunakan dua senjata kelas dewa seperti itu tidak efektif.
Formasi segel ini juga berfungsi untuk mengunci Kajakuto dan armor emas. Dengan begini, tidak seorang
pun bisa menggunakan dua senjata mengerikan itu lagi.
Tapi.... kalau sampai segel ini lepas, maka sekali lagi kami akan menghadapi musuh yang menggunakan
Kajakuto dan armor emas sekaligus, seperti yang pernah dilakukan Aleksander.
Kalau itu sampai terjadi, mungkin pilihan kami hanyalah menyerah kalah.
Aku heran Perugius mau membantu Dewa Naga, padahal hubungan mereka berdua tidak begitu bagus.
Terlebih lagi, di masa depan Orsted harus membunuh Perugius untuk mengambil pusaka naga.
Sungguh hubungan yang aneh. Aku jadi bingung harus memihak pada siapa nanti. Keduanya sama-sama
berjasa dalam hidupku.
Apakah hanya itu cara membuka jalan ke tempat Hitogami berada? Tidak adakah metode lain?
Aku tidak tahu, lagipula aku tidak bisa merubahnya jika memang itu jalan yang dipilih si bos.
Andaikan aku bisa menemukan jalan ke tempat Hitogami berada tanpa menggunakan pusaka naga,
mungkin Orsted dan para prajurit naga legendaris tidak perlu saling bunuh. Tapi.... aku tahu cara seperti
itu hampir mustahil ditemukan. Buktinya, si kakek menghabiskan hidupnya untuk meneliti cara tersebut,
namun selalu gagal.
"Badigadi, hanya ini cara yang bisa kami lakukan untuk mencegahmu menjadi bidaknya Hitogami lagi.”
Badigadi berkata dengan angkuh sambil berbaring dalam pose yang mirip dengan Budha tidur.
Tapi, kurasa Orsted benar. Hanya inilah cara untuk menghentikan Badigadi.
Ada dua lengan yang masih menempel pada tubuhnya, namun begitu kecil.
“Jadi, mau apa kalian ke sini? Apakah kalian ingin pesta minum bersamaku?”
“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Raja Iblis Badigadi.” kata si bos.
“Wah, wah, wah.... selamat malam Orsted-dono. Apa yang membawamu jauh-jauh kemari?”
"FUHAHAHAHAHA!"
"Lihatlah semua keluargamu..... semuanya sudah berpihak pada kami. Mulai dari Atofe, Sandor, dan
bahkan Aleksander.”
"TIDAK!"
"Jangan salah paham wahai cucuku, Aleksander. Itu bukan hukum Raja Iblis Abadi, melainkan hanya
aturan yang dibuat-buat Atofe....”
"Kau salah."
".........."
"Dan sekarang, sekali saja itu sudah berakhir. Mulai saat ini, aku tidak akan menjadi sekutu siapapun.
Jika aku diberi pilihan bertarung atau disegel di sini selamanya, maka aku akan memilih yang kedua.”
Tapi, tentu saja aku jadi kasihan padanya, karena Badigadi begitu mudahnya tertipu oleh Hitogami.
Bisakah kita melakukan sesuatu padanya?
Hmmm.....
“Lalu, kalau suatu hari nanti perselisihan kalian dan Hitogami berakhir, apakah aku akan dibebaskan?”
".......kurasa begitu."
Saat Orsted melawan Hitogami di masa depan, mungkin umurku sudah habis. Tapi, saat itu kami tidak
lagi punya alasan menyegel Badigadi.
“Itu tidak lama bagiku. Kalau begitu, aku hanya perlu menunggu dengan sabar di sini."
"Badi-sama..... mungkin ini bukan saat yang tepat mengatakannya...... tapi, terimakasih atas semua
bantuannya di Akademi Sihir.”
"Ya. Rudeus, aku tidak tahu apakah ini terakhir kalinya kita bertemu, tapi setidaknya.... aku perlu
mengucapkan selamat padamu.”
"Benarkah?"
"Ya.... kau mengajarkan Hitogami, bahwa semua rencananya tidak selalu berjalan sesuai keinginan. Dia
sudah patah arang melanjutkan rencananya. Aku tidak begitu yakin apa yang sedang dipikirkan
Hitogami, tapi dia terlihat seperti seorang pecundang. Maka, pantaslah jika dibilang kaulah
pemenangnya.”
".......Benarkah itu?"
"Jika kau masih tidak percaya, coba saja lepaskan gelang itu, siapa tahu dia akan menemuimu lewat
mimpi."
Jangan coba menipuku ya.... trik murahan seperti itu tidak akan berhasil.
Tapi............
Memang benar, saat terakhir kali kami bertemu lewat mimpi, Hitogami terlihat begitu frustasi.
Jadi, Badigadi mungkin benar bahwa Hitogami merasa kalah dalam pertarungan kali ini.
Namun, aku tidak yakin dewa itu akan berhenti sampai di sini.
"Aleksander, aku punya satu saran untukmu. Jika kau ingin menjadi pahlawan sejati, maka temukan
orang yang pantas menjadi musuhmu. Asal tahu saja, ayahmu tidak pernah menemukan musuh
sejatinya. Jadi, jika kau berhasil menemukan dan mengalahkannya, kau bisa melampaui capaian
ayahmu.”
".........a-aku mengerti."
Aku masih bisa mengunjunginya beberapa tahun sekali, tapi jika aku terlalu sering memasuki tempat ini,
aku takut ada orang yang mengetahuinya, lalu melepas segelnya. Jadi, lebih baik tempat ini tidak
dijamah siapapun.
Aku pun tidak perlu memberitahu orang-orang di Akademi Sihir bahwa Badigadi tersegel di sini.
Hanya 5 orang yang tahu tempat ini, yaitu aku, Orsted, Aleksander, Perugius, dan Ruijerd.
Aku juga sudah berpesan pada Ruijerd untuk menjaga tempat ini.
Lagipula, tidak banyak orang yang bisa menuruni dan mendaki Lembah Naga Bumi.
Setidaknya selama 100 tahun berikutnya, segel itu tidak akan terlepas kebetulan.
Dan, selanjutnya—
"Ya."
Tidak akan ada orang luar yang bisa menemukan, bahkan menggali penjara ini.
Sebelum lubangnya benar-benar tertutup, kami bisa mendengar Badigadi mengatakan sesuatu....
“Semoga suatu hari nanti kutukanmu bisa disembuhkan..... Dewa Naga muda.”
Bagian 4[edit]
Keesokan harinya.
Aku ingin melihat kondisi terakhir kantor pusat, agar kami bisa cepat-cepat membangunnya kembali.
Rupanya Zanoba sudah berinisiatif melakukannya. Aku selalu berhutang banyak pada pangeran
terbuang ini.
"Siap."
Kami berpisah, lalu aku terus menuju ke pusat kota yang masih diselimuti kabut pagi.
Di pagi buta ini, ada orang-orang yang sudah bekerja di ladang, dan para petualang yang berlatih di
pelataran penginapan.
Para penyihir berjubah dan guru-guru Akademi Sihir Ranoa juga sudah terlihat.
Sembari melewati mereka semua dan tumpukan-tumpukan salju, aku terus menuju ke distrik
perumahan.
Entah kenapa aku merasa kangen sekali dengan suasana ini, padahal baru beberapa bulan saja aku
meninggalkan tempat ini.
Toh, aku juga sering sekali melewati jalanan ini, tapi mengapa terasa begitu kangen.
Gang itu cukup sempit, bahkan tidak bisa dilewati kereta kuda.
Aku pun biasa melewati gang ini sebagai jalan pintas pulang.
Di sana ada Jirou si Armadilo. Begitu melihatku, dia langsung meringkuk manja.
Aku berjongkok, lalu membelai kepalanya. Dia merespon dengan berguling-guling dan menunjukkan
perutnya. Dia peliharaan yang lucu.
Tanpa membuat kegaduhan, aku langsung membuka pintu, dan masuk ke dalam rumah.
“...... Lilia dan Sylphy sedang menyiapkan makanan. Roxy, anak-anak, dan Ibu Mertua masih tidur. Aku
baru saja mau jalan-jalan pagi bersama Leo.”
"Baiklah....."
Dia mengatakan itu, seolah tahu apa yang akan kita lakukan nanti.
“Maaf ya Leo.... tapi hari ini sepertinya kita tidak bisa jalan-jalan.”
".......Guk...guk...."
Dia tampak kecewa, tapi kemudian dia menjilat tanganku, lalu masuk kembali ke dalam rumah.
Masih menggenggam tangan Eris, kami pun masuk ke rumah lebih dalam.
"Aku pulang."
"Tidak perlu mengatakan itu. Aku senang Anda pulang dengan selamat, Rudeus-sama.”
"Aku mengerti."
Berbeda dengan Eris, Sylphy yang polos memiringkan kepalanya kebingungan, seolah tidak tahu apa
yang akan kita lakukan.
"Aku mengerti."
Kubuka pintunya pelan-pelan, lalu kudapati 4 malaikat kecil sedang tertidur dengan damai.
Saat bertarung beberapa minggu yang lalu, aku selalu mengkhawatirkan rumah dan anak-anakku.
Akan tetapi, seolah berkebalikan dengan kekhawatiranku, ternyata mereka semua baik-baik saja.
Mungkin sempat ada bahaya yang mengintai mereka, tapi Leo bisa menanganinya.…….
Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, aku pun keluar ruangan dengan menutup pintu pelan-
pelan.
Kemudian, aku menuruni tangga menuju kamar Roxy.
".......masuklah....."
Pintu terbuka, dan yang muncul adalah seorang wanita mungil berambut biru yang masih setengah
mengantuk.
Rambut birunya masih acak-acakan, dan ada bekas air liur di mulutnya.
"Aku pulang, Roxy. Hari ini kau tidak usah pergi mengajar ya....”
Setelah menatapku kosong selama beberapa saat, akhirnya dia tahu maksudku.
Di antara dua wanita yang kubawa, dia mengalihkan pandangannya pada yang berambut merah.
"Apakah kau tidak keberatan, Eris?"
Kalau tidak kugandeng seperti ini, dia pasti sudah menunjukkan pose andalannya.
"Kalau memang itu yang diinginkan Rudeus..... ya apa boleh buat ......"
Maaf Eris.
Aku ingin memanjakan diri setelah berjuang begitu keras selama ini.
"Terima kasih."
Aku berterima kasih padanya.
Ini juga merupakan ucapan terimakasihku pada ketiga istri yang selalu membantuku.
Aku bersyukur tidak ada seorang pun keluargaku yang celaka setelah pertarungan itu berakhir.
Sembari memikirkan itu semua, aku masuk kamar bersama ketiga istriku.
J : Sama-sama.
T : Mengapa Gisu seolah tidak memprediksi bahwa Rudeus akan membakar hutan? Bahkan, dia mati
karena kebakaran hutan itu.
J : Karena setahu Gisu, Rudeus lebih mahir menggunakan sihir air dan tanah. Lagipula, jika dia membawa
alat sihir penangkal semua elemen, maka itu terlalu berat.
T : Badigadi bilang, dia berhutang banyak pada Hitogami, sehingga dirinya dan Kishirika bisa hidup
sampai sekarang. Bukankah mereka memang tidak bisa mati?
J : Yahh, pada dasarnya ras iblis abadi hanyalah makhluk hidup yang bisa beregenerasi dengan cepat.
Dan semua makhluk hidup pasti mati, kan. Jadi jangan heran bila ada suatu cara membunuh mereka.
T : Maaf, aku ingin membahas tentang Mana Orsted lagi. Aku pernah melihat suatu jurus yang pernah
digunakan Orsted dan Perugius. Mereka membuka semacam gerbang yang bermotifkan naga, lalu
menyerap Mana lawannya. Nah, mengapa Orsted tidak memanfaatkan jurus ini untuk memulihkan
Mana-nya. Mungkin dia bisa meminta Rudeus menghimpun sejumlah besar Mana, lalu ditembakkan
padanya. Kemudian, Orsted menyerapnya dengan teknik gerbang naga itu. Bukankah itu cara yang
praktis untuk memulihkan Mana Orsted?
J : Begini, teknik gerbang naga itu hanya digunakan untuk menyerap Mana, bukannya ditransferkan ke
penggunanya. Lagipula, jurus itu baru bisa digunakan bila lawan sama sekali tidak bergerak.
T : Mari membahas Jino Britts. Apakah dia juga menjadi Dewa Pedang di perulangan-perulangan
sebelumnya?
T : Saat melawan Kalman III, Orsted mengatakan bahwa Aleksander tidak lagi punya alasan kalah, karena
dia sudah menggunakan Kajakuto dan armor emas bersamaan. Memangnya, pada perulangan
sebelumnya, Aleksander suka beralasan ketika kalah melawan Orsted? LOL
J : Aleksander adalah lawan yang tangguh. Dia ulet, licik, dan tak pernah ragu. Tapi, dia memang sering
berdalih saat menyadari tidak mungkin menang melawan Orsted. Dia akan melarikan diri, melepas
senjatanya, atau semacamnya. Jadi.... mungkin kau benar, Aleksander memang suka cari-cari alasan.
J : Rudi meragukan kemenangan ini karena pada akhirnya Orsted tetap saja menggunakan Mana-nya.
Tapi menurut Badigadi, Rudi layak disebut pemenang karena bisa membuat Hitogami frustasi. Jadi,
kukembalikan pada pembaca, bagaimana kalian menilainya.
T : Akan sangat menarik bila si bos bisa mensuplai Mana pada Rudi, seperti yang terjadi di Highschool
DxD.
J : Itu karena Laplace tahu bagaimana cara menggunakan Mana-nya dengan benar. Rudi memang
memiliki banyak Mana, tapi teknik yang dikuasainya terbatas. Itulah yang membuatnya kalah dari
Orsted, yang hampir menguasai setiap teknik di dunia ini. Sedangkan Orsted mempelajari teknik itu dari
Laplace. Jadi, wajar saja bila gurunya Orsted bisa memberikan kerusakan yang begitu besar pada dunia
ini.
T : Kita tahu bahwa kapasitas Mana Rudi hampir menyamai Laplace, tapi dia pun kehabisan Mana
setelah sekian lama bertarung menggunakan Magic Armor. Lantas, mengapa Badigadi yang
menggunakan Armor Emas Dewa Tempur tidak kehabisan Mana? Padahal dia sudah memakainya
selama beberapa hari.
J : Jadi begini.... Magic Armor adalah tiruan Armor Emas Dewa Tempur. Maka, tentu saja efektifitas
Armor Emas lebih baik daripada Magic Armor. Terlebih lagi, Armor Emas adalah hasil penelitian Laplace
selama 10.000 tahun. Bahkan Orsted dan Hitogami tidak sepenuhnya tahu tentang armor itu.
T : Apakah tidak masalah Aleksander tidak lagi menggunakan Kajakuto? Kalau dia tidak bisa
menggunakan senjata andalannya, kurasa tangannya tidak perlu disegel.
J : Tidak masalah, karena Aleksander berpikir: ’Mungkin tidak baik jika aku terus mengandalkan
Kajakuto.’ Dengan kata lain, dia mulai memahami mengapa ayahnya tidak lagi menggunakan Kajakuto,
meskipun telah menemaninya bertarung selama ratusan tahun.
T : Sepertinya di dunia lain tidak wajar bila seorang suami bersetubuh dengan istri-istrinya secara
bersamaan.
J : Jangankan di dunia lain, di negara kita pun perbuatan seperti itu memang tidak wajar. Tapi setidaknya
Sylphy tidak menganggapnya aneh.
T : Aku ingin tahu bagaimanakah hubungan antara Ruijerd dan si bos. Apakah mereka sudah saling
mengenal, setidaknya di kehidupan-kehidupan sebelumnya?
T : Aku jadi penasaran dengan dokumen Orsted yang terkubur di bawah reruntuhan kantor pusat. Apa
ya isinya.... apakah nama-nama Magic Armor yang ditolak oleh Rudi..... atau daftar nama-nama anak
Rudi yang hendak dia ajukan?
T : Apakah kantor pusat baru akan didirikan di tempat yang berbeda dari semula?
J : Ya, pertama-tama mereka harus mengeruk puing-puing bangunan, lalu mendirikan bangunan baru
yang lebih kuat. Proses pembangunannya masih berlanjut secara berkala.
T : Aku bingung, mengapa Badigadi tahu banyak tentang musik. Apakah ada makhluk reinkarnasi selain
Rudi, Nanahoshi, dan pacarnya yang muncul di masa lalu, kemudian mengajarkan berbagai macam
musik padanya?
J : Ah tidak. Badigadi hanya menyukai bunyi-bunyian yang enak didengar. Sebenarnya dia tidak begitu
tahu tentang musik.
T : Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu. Sebenarnya, bagaimana hubungan antara Raja Kegelapan dan Dewa
Kematian? Apakah Raja Kegelapan mendapatkan bantuan Hitogami untuk menghindari dari Dewa
Kematian?
J : Ini bukan topik utama yang mempengaruhi jalannya cerita, jadi lebih baik aku tidak menjawabnya.
T : Tentang Perugius. Bagaimanakah kemampuan Perugius pada sihir penyembuhan atau serangan?
J : Sihir penyembuhan dan serangan Perugius setara dengan kelas Saint. Tapi untuk sihir pemanggilan
dan sihir penghalang, dia sudah menguasai kelas Dewa.
T : Akhirnya Orsted memutuskan untuk bertarung. Bukankah itu keputusan yang sembrono?
J : Bisa jadi. Tapi Rudeus sudah tidak punya cara mengalahkan Aleksander. Maka Orsted rela
menggunakan Mana-nya untuk gantian melindungi teman-temannya. Tentu saja, ini pengalaman baru
bagi Orsted, dia hampir tidak pernah berkorban untuk siapapun, karena dia memang tidak pernah punya
teman.
J : Mungkin saja. Tapi, asal kau tahu, Badigadi bukanlah orang yang begitu jujur. Dia bisa saja
mengatakan, ’FWAHAHAHAHAHA, aku bohong!’ jadi lebih baik menjauhi orang seperti itu.
T : Semisal terjadi keadaan darurat, dan si bos terpaksa harus bertarung lagi, apa yang bisa dia lakukan?
J : Ya, dalam keadaan seperti ini, Orsted tidak boleh menggunakan Mana-nya lagi. Karena hanya tersisa
sekitar 30% saja. Tapi ingat, dia masih punya Touki.
T : Sensei, aku juga penganut agama Roxy. Andaikan aku punya figure Roxy 1/10, pasti sangat
menyenangkan. Kira-kira ada yang jual tidak ya....?
J : Kan sudah kubilang sebelumnya. Ras iblis abadi bukannya tidak bisa mati. Ada saja cara membunuh
mereka.
T : Sebelum terpisah menjadi Dewa Teknik dan Dewa Iblis, Laplace adalah Dewa Naga generasi kedua.
Lantas, mengapa Dewa Naga ditempatkan pada posisi kedua dari Tujuh Kekuatan Dunia? Bukankah
seharusnya no.1?
J : Ini pernah diterangkan pada jilid-jilid sebelumnya. Peringkat Tujuh Kekuatan Dunia baru ada setelah
Dewa Teknik lahir. Dia jugalah yang mengurutkan nama-nama dewa itu. Dewa Teknik adalah orang yang
begitu terobsesi dengan kekuatan, oleh karena itu dia menempatkan dirinya sendiri di urutan teratas.
T : Rudi menjadi satu-satunya Tujuh Kekuatan Dunia yang tidak memiliki gelar Dewa. Sebenarnya,
bagaimana sih cara kerja patung Tujuh Kekuatan Dunia? Bagaimana bisa patung itu mengenali Rudi
dengan nama Quagmire?
J : Sebenarnya, hanya simbol saja yang muncul di patung Tujuh Kekuatan Dunia. Sedangkan, Rudi dikenal
dengan sebutan Quagmire karena itulah nama populernya selama masih menjadi petualang.
T : Aku menyayangkan fakta bahwa Badigadi adalah Dewa Tempur yang menduduki peringkat ketiga.
Kuharap, Dewa Tempur adalah seseorang yang jauh lebih sangar.
J : Kau harus menerimanya. Lagipula, armor emas memiliki kesadaran sendiri. Dia tahu Badigadi adalah
orang yang kuat, jadi dia memilihnya. Meskipun armor emas dihancurkan, kesadarannya masih tetap
ada.
T : Jika ada ’Mushoku Tensei Zero’, maka cerita apakah yang akan dibahas? Apakah perang besar
manusia – iblis yang dipimpin oleh Laplace?
J : Hmmm..... kurasa jauh sebelum itu. Yaitu, pertarungan antara ayah Orsted dengan Hitogami.
T : Pernah ada suatu legenda tentang ksatria berzirah emas, bernama Aldebaran. Jadi, dia adalah
Badigadi, kan?
J : Tidak. Masih belum jelas siapakah Aldebaran ini. Tapi, yang pasti dia adalah salah satu pengguna
Armor Emas Dewa Tempur.
T : Sensei, jika ada pertanyaan, apakah yang akan Anda lakukan setelah serial Mushoku Tensei berakhir?
a. Libur dari semua aktivitas menulis, atau pensiun. b. Mulai menulis serial baru yang benar-benar
berbeda. c. Mulai menulis ‘Side Story’ Mushoku Tensei dengan protagonis yang berbeda. d. Masih
belum memutuskan apa-apa. e. Rahasia.
J : Setelah fokus menyelesaikan versi LN, aku akan menulis Bab Extra dengan santai. Kemudian, aku akan
menulis cerita baru yang benar-benar berbeda, atau mungkin Side Story Mushoku Tensei. Tapi jika aku
lelah dengan itu semua, maka aku akan berlibur sejenak, atau bahkan pensiun.