Anda di halaman 1dari 2

Format penulisan Resume :

Identitas Buku
Judul Buku : Matahari
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun cetak : 2016
Tahun Terbit : 2016
Nama Pembuat Resume
Fathan Andi Kartagama
Resume :
Namanya Ali, 15 tahun, kelas sepuluh. Jika saja orang tuanya mengizinkan, seharusnya dia
sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doctor di universitas ternama. Ali tidak menyukai
sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya. Tapi sejak dia
mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan
berubah seru. Aku bisa menghilang dan Seli bisa mengeluarkan petir. Ali sendiri punya rahasia kecil.
Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat
menakjubkan.
Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas
segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.
Tahun ajaran baru telah tiba. Kelas sebelas. Banyak yang terjadi setelah kami pulang dari
Klan Matahari. Seperti biasa, Miss Selena melarang kami menggunakan kekuatan di Klan Bumi.
Kehidupan kami berjalan normal. Namun, ada hal aneh yang terjadi. Entah sejak kapan Ali
menjadi hebat bermain basket. Ia memang sangat sangat ambisius dan kerap kali membuat alat-alat
aneh di rumahnya.
Ali telah lama ingin pergi ke Klan Bintang. Tempat yang berada di titik terjauh. Mempelajari
hal-hal baru adalah hobinya. Namun, dia tahu bahwa aku tidak akan membuka portal antarklan
manapun dengan buku PR matematikaku tanpa persetujuan Av dan Miss Selena. Ia pun membuat alat
berupa kapsul perak yang amat canggih dan menelusuri keberadaan Klan Bintang. Ia menelusuri
tempat-tempat di permukaan bumi untuk menemukan “pintu masuk” ke Klan Bintang. Beberapa hari
ia membolos sekolah untuk melakukan eksperimennya itu.
Apa yang ia lakukan ternyata tidak sia-sia. Ia menemukan “pintu masuk” ke Klan Bintang.
Letaknya berada di tengah hutan yang sama sekali tak terjamah oleh manusia. “Pintu masuk” itu
berupa lorong bawah tanah yang sangat panjang dan lebar. Ia mengetahui hal ini dengan bantuan alat
pemindai buatannya. Alat ini amat canggih. Ali menyebutnya ILY. Ia memberikan nama itu untuk
mengenang jasa teman petualang kami di Klan Matahari yang berasal dari Klan Bulan, Ily. Ily
merupakan petarung terbaik Klan Bulan yang telah meninggal beberapa bulan lalu karena terkena
sambaran petir biru mematikan milik Fala-tara-tana IV.
Ali memperkenalkan ILY kepadaku dan Seli saat kami sedang berada di rumahnya. Setelah
memperkenalkan ILY dan menunjukkan kecanggihannya, Ali mengajakku pergi ke Klan Bintang. Itu
mungkin seru, tetapi amat berbahaya. Tak ada yang tahu di mana Klan Bintang berada. Kami juga
tidak tahu bahaya apa yang menunggu kami di sana.
Dengan mempertimbangkan kemampuan ILY, Seli memutuskan untuk ikut. Aku sebenarnya
ragu, tetapi tak mempunyai pilihan lain. Jika Seli dan Ali pergi, maka aku juga akan pergi. Kami
bertiga tak bisa terpisahkan.
Orang tua Seli telah mengizinkan Seli pergi. Begitu juga dengan orang tua Ali. Mereka tidak
akan khawatir jika Ali tidak pulang beberapa hari dan hanya akan menganggap Ali menginap di
rumah temannya. Itu karena orang tua Ali terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Sekarang giliranku
untuk meminta izin kepada Mama dan Papa. Aku tidak bisa meminta izin dengan berpura-pura ikut
liburan bersama keluarga Seli seperti saat akan pergi ke Klan Matahari dulu. Aku harus mengatakan
yang sejujurnya, walaupun itu akan terdengar aneh oleh Mama dan Papa. Mama dan Papa
mengizinkanku pergi.
Tepat setelah ulangan akhir semester, kami akan memulai perjalanan ke Klan Bintang. Aku,
Seli, dan Ali berkumpul di halaman belakang rumh Seli. Segera setelah aku tiba, kami menaiki ILY,
kapsul perak milik Ali. Kapsul itu segera terbang menuju tempat yang kami tuju. Lorong kuno "pintu
masuk" Klan Bintang. Lorong itu berdiameter sekitar enam meter dengan panjang ribuan kilometer.
Lorong tersebut berada di tengah hutan yang tak terjamah oleh manusia. Sekitar 1200 km dari kota
kami.
Setelah menempuh perjalanan panjang, kami akhirnya sampai. Aku dan Seli segera turun dari
kapsul untuk menyingkirkan batu yang menutupi lorong tua itu. Tanpa diduga, kami diserang oleh
seekor ular raksasa. Dengan sekuat tenaga aku dan Seli mengalahkan ular raksasa itu. Akhirnya kami
bisa menyingkirkan batu-batu penghalang dan memulai petualangan.
Lorong kuno ini gelap. Cahaya lampu ILY menerangi dinding dindingnya. Perjalanan kami
panjan. Lorong ini vertikal ini entah ada di mana ujungnya. Setelah berjam-jam menuruni lorong kuno
ini, kami tiba di suatu ruangan besar berbentuk kubus dengan sisi yang tak kurang dari seribu meter.
Ruangan itu berupa kota yang ditinggalkan penghuninya. Ruangan ini memiliki empat lorong pada
sisinya. Kami tiba di persimpangan. Saat hendak memilih lorong yang tepat, tiba-tiba ada dua ekor
ular raksasa menyerang. Kami tak punya plihan lain selain bertarung. Ular-ular itu menyeramkan.
Dengan susah payah kami mengalahkan ular-ular itu. Namun jumlah mereka bertambah, banyak
sekali.
Kami segera masuk ke dalam kapsul perak, berlindung. Kami juga harus segera memutuskan
untuk melewati lorong yang mana. Ali memilih lorong yang terdapat aliran sungainya. Lorong itu
tidak vertikal, melainkan landai dengan kemiringan sekitar dua puluh derajat.
Tak lama kemudian, kami sampai di padang kristal. Ruangan itu panjangnya tak kurang dari
sepuluh kilometer, lebarnya delapan kilometer, dan tinggi empat kilometer. Kristal-kristal ini sangat
indah. Namun, tiba-tiba ada kumpulan kelelawar menyerang kami. Kelelawar itu banyak sekali.
Mereka menang jumlah. Sesaat sebelum taring kelelawar mencabikku, ada empat orang manusia
membantu kami.  Empat sosok itu membawa kami ke suatu tempat yang amat indah, Klan Bintang.
Sesampainya di sana, kami disambut oleh seorang perempuan tua yang mengenakan pakaian
berwarna gelap. Perempuan itu ramah itu bernama Faarazaraaf. Faar menceritakan banyak hal,
termasuk tentang si Tanpa Mahkota. Faar juga menawarkan kami untuk tinggal di rumahnya.
Saat kami sedang bersantai di rumah Faar, tiba-tiba datang Pasukan Bintang. Kami akan
dibawa ke Kota Zaramaraz karena dituduh oleh Dewan Kota sebagai penyusup. Faar menolak, namun
kami harus ikut atau lembah tempat tinggal Faar akan dihancurkan oleh Pasukan Bintang.
Klan Bintang dipimpin oleh Dewan Kota. Mereka tidak memiliki kekuatan dan hanya
mengandalkan teknologi. Jika ada penduduk yang memiliki kekuatan, mereka akan merasa terancam
dan memenjarakan para pemilik kekuatan. Dewan Kota kerap kali membuat dekrit yang isinya hanya
menguntungkan mereka dan menyengsarakan rakyat biasa. Apalagi Sekretaris Dewan Kota, dia amat
ambisius dan menyebalkan.
Pertarungan antara kami dan Pasukan Bintang tak terelakkan lagi. Kami melawan dengan
seluruh kekuatan yang kami miliki. Namun, Pasukan Bintang terlalu kuat. Kami ditangkap dan
dipenjara. Aku dan Ali ditahan di penjara dengan keamanan tertinggi. Kami ditahan di sel kubus kaca
yang mengambang di atas magma. Tidak ada celah untuk meloloskan diri. Sedangkan Seli, dia
ditahan di ruang isolasi dan tangannya dibekukan. Aku ingin menyelamatkannya, namun aku sendiri
tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari penjara menyebalkan ini.
Dengan kekuatanku, akhirnya aku bisa meloloskan diri sekaligus membebaskan Ali dan Seli.
Kami langsung menuju kapal induk milik Sekretaris Dewan Kota, mengepungnya. Bukannya
menyerah, orang menyebalkan ini malah tertawa dan mengatakan bahwa enam bulan lagi klan
permukaan akan hancur. Kota Zaramaraz telah mempersiapkannya. Ini gawat. Aku harus
memberitahu Av dan Miss Selena.
Dengan buku PR matematikaku, aku, Seli, dan Ali membuka portal menuju Perpustakaan
Sentral Klan Bulan, ruangan Av. Kami melangkah masuk ke dalam cincin portal. Petualangan Klan
Bintang telah berakhir. Hanya soal waktu kami kembali. Perang dunia paralel di depan mata.

Anda mungkin juga menyukai