Anda di halaman 1dari 21

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi alamiah yang baik untuk pengembangan sektor

pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang mampu memberikan pertumbuhan

ekonomi adalah sub sektor perkebunan. Tanaman kelapa sawit merupakan salah

satu tanaman perkebunan Indonesia yang memiliki prospek dan

mendominasi produksi kawasan Asia Tenggara bahkan tingkat dunia. Salah satu

faktor penentu produktivitas tanaman kelapa sawit adalah dengan

menggunakan bibit yang berkualitas yang didapatkan melalui penggunaan benih

yang secara genetik unggul dan pemeliharaan yang baik, terutama

pemupukan (Ditjenbun, 2014).

Perkebunan kelapa sawit merupakan penyumbang yang cukup berarti bagi

perekonomian Indonesia pada sektor non-migas. Hingga saat ini, kelapa sawit

masih menjadi primadona bagi perkebunan di Indonesia, karena kelapa sawit

merupakan tanaman penghasil minyak terbesar di Indonesia. Kelapa sawit

dibutuhkan untuk berbagai industri, seperti minyak goreng, mentega, obat-obatan,

kosmetik, dan lain-lain. Minyak kelapa sawit juga dapat digunakan untuk bahan

pembuatan biodiesel dan peluang pemasarannya senantiasa terbuka luas, baik

untuk pasar di dalam maupun di luar negeri. Laju pertumbuhan rata-rata volume

ekspor kelapa sawit khususnya CPO selama 2003-2014 sebesar 12,94% per

tahun dengan peningkatan nilai ekspor rata-rata 25,76% per tahun. Realisasi

ekspor komoditas kelapa sawit tahun 2013 telah mencapai volume 20,58 juta ton

(minyak sawit/CPO dan minyak sawit lainnya) dengan nilai US $15,84 milyar.

Volume ekspor komoditas kelapa sawit sampai dengan bulan September 2014
2

mencapai 15,96 juta ton dengan nilai sebesar 12,75 juta US$. Hal ini mengalami

kenaikan sebesar 7,59% jika dibandingkan dengan volume ekspor sampai dengan

september 2013 sebesar 14,831 juta ton. Neraca perdagangan untuk komoditas

kelapa sawit tahun 2013 telah mencapai US $19,34 milyar (Ditjenbun,

2014).

Manajemen pemupukan adalah pengelolaan sumber daya secara

efektif untuk mencapai proses pemupukan yang telah ditentukan. Tujuan

manajemen pemupukan adalah menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan

pemupukan untuk mencapai pemupukan yang efisien dan efektif, memenuhi

prinsip enam tepat, yaitu: tepat waktu, dosis, cara, jenis, tepat tempat dan

pengawasan (Simatupang, Palupi dan Suwarto, 2010).

Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi yang dihasilkan. Salah satu

efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah

yang menyebabkan tingkat produktivitas tanaman menjadi relatif stabil serta

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh

iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pemupukan bermanfaat

melengkapi penyediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan

tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produktivitas) yang

maksimal (Saputra, 2011).

Biaya pemupukan tanaman kelapa sawit berkisar antara 40-60 % dari

biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau 15-20 % dari biaya produksi

dan merupakan eksploitasi yang besar bagi perusahaan. Agar sasaran pemupukan

dapat tercapai dan efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan maka manajemen


3

pemupukan kelapa sawit perlu dibina dan dimantapkan serta terus menerus

disempurnakan sehingga biaya pemupukan yang sudah begitu besar tidak menjadi

sia-sia (Wawan, 2011)

Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15

LU-15 LS. Ketinggian tempat pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar

antara 0-500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500

mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 C.

Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang

ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik,

Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum

adalah 5,05,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar,

berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas

(Ditjenbun, 2014).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dilakukannya penulisan paper ini adalah untuk dapat

mengetahui manfaat pemberian pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan

Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) di pembibitan pre nursery

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu komponen

penilaian di laboratorium Tanaman Perkebunan A Kelapa Sawit Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Dalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identifikasi secara ilmiahyang dikenal dengan taksonomi. Taksonomi

tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika dapat diklasifikasikan

sebagai berikut; Divisi : Tracheopita; Subdivisi : Pteropsida; Kelas :

Angiospermeae; Subkelas : Monocotyledoneae; Ordo : Arecales; Famili :

Palmae; Subfamili : Cocoideae; Genus : Elaeis; Spesies : Elaeis guineensis Jacq

(Lubis dan Agus, 2011).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) menurut Suwarto dan Octavianty

(2010) memiliki varietas yang cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai

hal. Misalnya dibedakan atas tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah

dan lain - lain. Berdasarkan warna buah dari species Elaeis guineensis Jacq.

dikenal varietas :

Nigrescens, buahnya berwarna violet sampai hitam pada waktu muda dan

berubah menjadi orange setelah buah matang.

Virescens, buah berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna

orange.

Albescens, waktu muda buah berwarna kuning pucat dan tembus cahaya

karena mengandung sedikit karoten, waktu matang berwarna merah

Syarat Tumbuh

Iklim

Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah
5

tropika basah di sekitar Utara - Selatan 12 pada ketinggian 0 - 500 m dpl.

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis

lintang 13 Lintang Utara dan 12 Lintang Selatan, terutama di kawasan

Afrika, Asia, dan Amerika Latin (Evizal, 2014).

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan curah hujan yang baik adalah 2.000

2.500 mm/tahun, tidak mempunyai defisit air dan hujan relatif merata sepanjang

tahun. Kebutuhan tanaman kelapa sawit yang efektif adalah 1.300 1.500 mm per

tahun. Karena itu jumlah curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per

tahun masih tetap baik bagi kelapa sawit sepanjang tidak terdapat defisit air

250 mm. Curah hujan yang jumlahnya lebih dari 2.500 mm juga tetap baik

selama hari hujan tidak lebih dari 180 hari dalam setahun. Curah hujan

rata - rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah

1.250 3.000 mm per tahun yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan

kering kurang dari 3). Curah hujan > 3.000 mm/tahun menjadi pembatas ringan,

namun curah hujan < 1.250 mm/tahun menjadi pembatas berat (Adi, 2011).

Defisit air yang tinggi dapat menyebabkan produksi hanya akan

normal

kembali setelah 3 4 tahun. Defisit air yang tinggi menyebabkan bunga - bunga

dalam periode perkembangan bunga sebelum anthesis menjadi gugur.

Demikian

juga bunga - bunga yang telah anthesis bisa aborsi (Adi, 2011).

Temperatur yang optimal 24 - 28 C, terendah 18 C dan tertinggi 32 C

serta kelembaban rata - rata 32 C. Kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5

- 7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan


6

berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena

lambat kering dan lain - lain (Adi, 2011).

Kelembaban rata - rata yang tinggi akan merangsang perkembangan

penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0 - 400

meter. Pada ketinggian yang lebih, pertumbuhan akan terhambat dan

produksi lebih

rendah (Evizal, 2014).

Tanah

Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 -

400 m dari permukaan laut, namun yang terbaik adalah pada ketinggian 0 - 300

m. Tinggi tempat dari permukaan laut erat kaitannya dengan suhu udara.Akibat

sulitnya mendapatkan areal yang datar sampai dengan bergelombang saat ini,

maka areal topografi berbukit sampai dengan curam juga menjadi pertanaman

kelapa sawit, namun tentunya dibutuhkan perlakuan khusus dalam hal konservasi

tanah. Agar areal berbukit atau curam yang di tanami kelapa sawit dapat

menguntungkan, diperlukan pembuatan teras-teras yang terencana dan

penataan jalan yang baik (Pahan, 2010).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, akan tetapi

agar kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal memerlukan jenis tanah

yang cocok. Jenis tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah jenis

tanah Podsolik merah kuning, Latosol dan Aluvial yang terkadang meliputi

tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai (Sunarko, 2014).

Kriteria lahan untuk budidaya tanaman kelapa sawit menurut Pahan

(2010),
7

yang cocok adalah sebagai berikut :

- Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi

perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan

lebih baik.

- Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat

20 - 50%.

- Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan

permeabilitas sedang.

- pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh

akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 - 6,0 namun yang terbaik adalah

pH 5 - 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan

pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini

biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.

Pembibitan Pre Nursery

Bibit merupakan produk dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang

dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa

selanjutnya. Bahan tanaman yang berkualitas merupakan kebutuhan pokok

suatu industri perkebunan (Poeloengan, 1996 cit Syahfitri, 2007).

Faktor bibit memegang peranan penting di dalam menentukan

keberhasilan penanaman kelapa sawit. Kesehatan tanaman pada masa

pembibitan akan mempengaruhi pertumbuhan dan tingginya produksi. Oleh

karena itu, teknis pelaksanaan pembibitan perlu mendapat perhatian besar

(Salman, 1993 cit Syahfitri, 2007).


8

Pembibitan adalah suatu proses untuk menumbuhkan dan

mengembangkan biji atau benih menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Melalui

tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan

berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan

dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi

kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting (Syahfitri, 2007).

Sistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini

adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua

tahap terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utama

(main-nursery). Pembibitan awal (pre-nursery) pada tahap ini bertujuan

untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang merata sebelum dipindahkan ke

pembibitan utama. Pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak

digunakan dan memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan

pembibitan satu tahap. Jika menggunakan pembibitan dua tahap, luasan

pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat naungan.

Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi

mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara langsung sehingga

risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika menggunakan pembibitan satu tahap

(langsung menggunakan polibag besar), luas areal yang dibutuhkan cukup

besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain itu, proses penyiraman dan

pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua tanaman dapat dipantau

(Dalimunthe, 2009 cit Sukarman, 2012).

Kecambah yang dipindahkan ke pembibitan awal adalah kecambah yang

normal. Ciri-ciri kecambah yang normal adalah : radikula (bakal akar) berwarna
9

kekuning-kuningan dan plumula (bakal batang) keputih-putihan, radikula

lebih tinggi dari plumula, radikula dan plumula tumbuh lurus serta

berlawanan arah, panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan plumula 3 cm.

). seleksi dilaksanakan berdasarkan umur bibit diantaranya pada saat

menyemai (0 bulan/pre-nursery), umur 4-6 minggu prenursery dan umur 3 -

3,5 bulan akan pindah ke main nursery (Chairani, 1991 citSyahfitri, 2007).
10

MANFAAT PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN


KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq) DI PEMBIBITAN PRE NURSERY

Pupuk Kandang Ayam

Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik

ayam petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai

pupuk organik. Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada

sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk

suhu dan kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik

yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman

(Musnamar, 2003).

Kotoran ayam dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk berbagai

komoditas tanaman. Salah satunya adalah tanaman bawang merah karena dapat

merangsang pertumbuhan tanaman bawang merah serta menambah

kesuburan tanah yang akan berdampak pada kesuburan tanaman itu sendiri

(Harsono, 2009).

Pupuk merupakan salah satu kunci dari kesuburan tanah karena berisi

satu atau lebih dari unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap

tanaman. Pupuk juga sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

karena taaman akan mendapatkan hara yang cukup sesuai kebutuhannya. Salah

satu jenis pupuk yang baik digunakan yaitu pupuk dari kotoran ayam. Kotoran

ayam merupakan hasil metabolisme yang di keluarkan oleh ayam sebagai proses

makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makananlainya (Indriani, 2003)


11

Manfaat Pupuk Kandang Ayam

Pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah

yang sangat kekurangan unsur organik. Itulah sebabnya pemberian pupuk

organic kedalam tanah sangat diperlukan agar tanaman yang tumbuh di tanah itu

dapat tumbuh dengan baik. Dari kenyataan yang ada bahwa banyak

masyarakat yang berpendapat khususnya petani bahwa kotoran ayam sangat

baik jika diberikan pada tanaman bawang merah namun harus menggunakan

dosis dan tata cara tertentu.menurut banyak orang, selain manfaat manfaatnya

yang besar kotoran ayam sangat mudah diperoleh karena tidak sebanyak

orang yang memelihara sapi ataupun kambing yang kotoranya sama-sama

dijadikan pupuk organik. (Subroto, 2009)

Pemberian pupuk kandang ayam mengakibatkan pertumbuhan bibit yang

lebih baik dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang ayam untuk semua

parameter pertumbuhan. Pupuk kandang ayam dengan dosis 500 g bibit-1

menghasilkan jumlah cabang sekunder, jumlah daun, bobot kering tajuk, dan

kadar P daun lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Penambahan pupuk

kandang ayam dapat meningkatkan kelarutan hara pada tanah. peningkatan

kelarutan hara pada tanah akan meningkatkan difusi unsur hara ke akar yang akan

berpengaruh terhadap fotosintesis. Bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada bibit

yang diberi pupuk kandang ayam 500 g bibit-1 (Gardner, 2008).

Pupuk kandang terdekomposisi menjadi humus yang stabil sehingga

memperkaya bahan organik tanah dalam waktu yang lama. Tanah yang kaya

bahan organik memiliki aerasi yang lebih baik dan tidak mudah mengalami

pemadatan daripada tanah berbahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan
12

organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga hara yang

tersedia bagi tanaman lebih tinggi. Respon positif bibit terhadap pemberian pupuk

kandang ayam juga disebabkan oleh kemampuan bahan organik dalam memacu

pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dalam tanah (Heddy, 2010).

Kelebihan Pupuk Kandang Ayam

Sumber bahan yang digunakan sebagai pupuk organik sangat beragam

dengan karakteristik sifat fisik dan kimia atau kandungan hara yang berbeda-

beda, sehingga kualitas pupuk organik yang dihasilkan juga berbeda-beda

mutunya. Oleh karena itu pemberian pupuk dengan dosis yang sesuai sangat

diperlukan untuk meningkatkan hasil yang maksimal. pemberian pupuk kandang

dapat meningkatkan produksi secara nyata pada bawang merah dengan dosis

10-30 t ha-1 buncis dengan dosis pupuk kandang 5 t ha-1 (Pujiharti, 1997).

Apabila dibandingkan antara berbagai macam pupuk kandang, kotoran

ayam mempunyai nilai hara yang tertinggi karena bagian cair tercampur dengan

bagian padat. Pupuk kandang kotoran ayam mengandung N tiga kali Iebih banyak

dari pupuk kandang lainnya yaitu berkisar 1,70% mengandung P sebesar 190%

dan K sebesar 1,50 %Selain itu, dalam pupuk kandang kotoran ayam juga

mengandung unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe),

molybdenum (Mo). Pupuk kandang kotoran ayam lebih cepat matangnya dari

pada pupuk kandang jenis lainnya (Hardjowigeno,1995).

Kelebihan menggunakan pupuk kandang ayam bagi tanaman yaitu Bahan

organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman dengan

lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan

relatif kecil, Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi


13

ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar. Permeabilitas tanah menjadi lebih

baik. Menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran), sebaliknya

meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan).

Dapat meningkatkan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation ) sehingga kemampuan

mengikat kation menjadi lebih tinggi, akibatnya apabila dipupuk dengan dosis

tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci. Memperbaiki kehidupan biologi tanah

(baik hewan tingkat tinggi maupun tingkat rendah ) menjadi lebih baik karena

ketersediaan makan lebih terjamin (Hartatik, 2004).

Kekurangan Pupuk Kandang Ayam

Pupuk merupakan suatu bahan yang dimasukan ke dalam tanah dengan

maksud menambah kesuburan (persediaan hara) dalam tanah. Pemanfaatan pupuk

terutama disektor pertanian sangatlah penting, hal ini menyangkut dengan salah

satu faktor penentu produktivitas komoditi. Penggunaan pupuk baik itu organik

ataupun anorganik dimaksudkan untuk menambahkan kandungan hara yang

dibutuhkan tanaman, oleh karena itu pupuk dapat diberikan dengan cara,

disemprot, ditaburkan, ataupun dapat disuntikan ke tanaman. (Ali, 2001).

Pemberian pupuk organik (pupuk kandang ayam) berbeda

pengaplikasiannya dengan pupuk anorganik, dan pupuk kandang ayam juga

memiliki bererapa kekurangan, diantaranya yaitu kandungan hara makro pupuk

kandang relatif rendah sehingga dibutuhkan jumlah yang banyak untuk

mencukupi kebutuhan tanaman. Hal ini berakibat pada tingginya biaya yang harus

dikeluarkan petani. Selain itu tidak dapat digunakan langsung dan harus melalui

proses fermentasi terlebih dahulu Dibalik manfaatnya, pupuk kandang ayam juga

sering kali memunculkan bibit penyakit dan gulma (Taiganides, 1977).


14

Kandungan hara yang terdapat pada pupuk kandang ayam relatif lebih

kecil daripada pupuk anorganik sehingga memerlukan jumlah yang besar dalam

penggunaannya. Dalam jangka pendek, respon tanaman terhadap pemberian

pupuk organik tidak secepat pemberian pupuk anorganik. Diperlukan pengolahan

bahan organik menjadi pupuk sebelum diaplikasikan pada tanaman. Sehingga

memerlukan biaya, waktu dan tenaga dalam pembuatannya .(Taiganides, 1977).

Manfaat Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit


(Elaeis guinensis Jacq) Di Pembibitan Pre Nursery

Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping

kelapa, kacang kacangan, jagung dan sebagainya. Minyak kelapa sawit yang

digunakan berasal dari daging buah (mesocarp) dan dari inti sawit atau kernel

(endosperm). Dewasa ini minyak kelapa sawit dapat dipergunakan untuk

keperluan lain, diantaranya sebagai bahan pembuat mentega, minyak goreng, kue,

biscuit, sebagai bahan industri pertekstilan, farmasi, kosmetik, gliserin dan lain

lain. (Evizal, 2014).

Bibit kelapa sawit membutuhkan media tanam yang mempunyai sifat

fisik dan kimia yang baik. Media tanam yang biasa digunakan dalam pembibitan

kelapa sawit adalah tanah lapisan atas (top soil) dengan ketebalan 10 20 cm dari

permukaan tanah yang dicampur dengan pasir maupun bahan organik sehingga

diperoleh media dengan kesuburan yang baik. Sekarang ini ketersediaan top soil

yang subur dan potensial semakin berkurang akibat dari alih fungsi lahan,

sehingga mengakibatkan tanah yang kurang subur atau bahkan tidak subur

menjadi alternatif untuk digunakan sebagai medium pembibitan. Adapun jenis

tanah yang kurang subur yang mendominasi jenis tanah di Riau adalah tanah

Podzolik Merah Kuning (PMK) dan tanah Gambut. (Evizal, 2014).


15

Masalah yang sering dihadapi oleh petani swadaya kelapa sawit adalah

ketersediaan bibit yang kurang berkualitas, dengan daya tumbuh yang rendah. Hal

ini disebabkan kondisi media tanam yang kurang diperhatikan terutama dalam hal

ketersediaan unsur hara. Unsur hara merupakan hal yang sangat penting,

ketersediaannya mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang berada diatasnya.

Umumnya pemenuhan unsur hara pada media tanam dilakukan dengan

pemupukan.. Pemupukan sebaiknya dilakukan berdasarkan atas keseimbangan.

Pemberian pupuk mengandung unsur tertentu secara berlebihan akan mengganggu

penyerapan unsur hara lainnya. Hasil maksimal dari suatu upaya pemupukan akan

diperoleh jika dilakukan dengan tepat yaitu tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu

dan tepat cara pemberiannya. (Saputra, 2011).

Untuk meningkatkan kesuburan pada media tanam kelapa sawit

adalah dengan mengoptimalkan penggunaan lahan dan pemberian pupuk

yang optimal. Pemberian pupuk organik sangat baik digunakan untuk

memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, meningkatkan efektifitas

mikroorganisme tanah dan lebih ramah terhadap lingkungan. salah satu pupuk

organik yang baik digunakan adalah pupuk kandang ayam yang berasal dari

kotoran ayam. Kotoran yang dimanfaatkan biasanya berupa kotoran padat atau

cair yang digunakan secara terpisah maupun bersamaan (Yetti dan Elita, 2008).

Pupuk kandang ayam merupakan pupuk lengkap karena selain

menimbulkan tersedianya unsur hara bagi tanaman juga mengembangkan

kehidupan mikroorganisme didalam tanah sehingga dapat memperbaiki struktur

agregat tanah. Tanaman perkebunan kelapa sawitpada pembibitan pre nursery

akan mampu tumbuh dengan baik karena unsur-unsur yang dibutuhkannya


16

tersedia, sebagaimana diketahui bahwa pertumbuhan tanaman merupakan

bagian dari pembelahan dan perpanjangan sel (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1990)

Perlakuan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap parameter

tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per rumpun. Hal ini

karena pupuk kandang ayam selain mempunyai unsur hara yang cukup dan

lengkap seperti unsur hara makro dan mikro, pupuk kandang juga

memperbaiki struktur tanah, menambah kandungan hara, bahan organik

tanah, meningkatkan kapasitas menahan air dan meningkatkan kapasitas tukar

kation yang menyebabka pertumbuhan akar menjadi lebih baik

(Hilman dan Suwandi, 2000)

Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang

tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih

menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup. Kotoran

ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air

55%. Dari data tersebut terlihat jelas bahwa pupuk kandang ayam adalah pupuk

yang terbaik bagi tumbuh kembang tanaman dan pengguaanya lebih efisien

selain tidak terlalu banyak memakan biaya dari pada pupuk kandang yang

lain (Nyakpa, M.Y., Lubis A., dan Nugroho S. G, 1998)

KESIMPULAN
17

1. Pupuk kandang ayam berasal dari kotoran ayam yang merupakan salah satu

limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang

memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik.

2. Pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang

kekurangan hara dan juga dapat mengakibatkan pertumbuhan bibit yang

lebih baik dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang ayam

3. Apabila dibandingkan antara berbagai macam pupuk kandang, kotoran ayam

mempunyai nilai hara yang tertinggi karena pupuk kandang kotoran

ayam mengandung N tiga kali Iebih banyak dari pupuk kandang lainnya

4. Dalam penggunaannya pupuk kandang ayam memiliki kekurangan yaitu tidak

dapat digunakan langsung karena harus melalui proses fermentasi terlebih

dahulu dan pupuk kandang ayam juga sering kali memunculkan bibit

penyakit dan gulma

5. Pupuk kandang ayam memiliki berbagai manfaat diantaranya dapat

memperbaiki struktur tanah, menambah kandungan hara, dan

meningkatkan kapasitas tukar kation yang menyebabka pertumbuhan

bawang merah menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan hasil

produksi
18

DAFTAR PUSTAKA

Andi. 2012. Jenis dan sifat Pupuk. http://informasi-kelapasawit.blogspot.com

/2012/10/pemupukan-kelapa-sawit.html

Adi, P. 2011. Kaya dengan bertani kelapa sawit. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

146 Hal.

Arif, S., N. dan Zulkarnain, I. 2008. Dasar-dasar manajemen dalam

teknologi informasi.

http://lppm.trigunadharma.ac.id/public/fileJurnal/FFB36-OKJurnal27-

SN-IZ-Dasar%20Manajemen.pdf.

Evizal, R. 2014. Dasar dasar produksi perkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

2009 Hal.

Faiz, M. 2009. Pemupukan berimbang. http://faizbarchia.blogspot.com

/2009/06/pemupukan-berimbang.html.

Hardjowigeno, S. 2012. Ilmu tanah.Akademika Pressindo. Jakarta.

IPB. 2012. Tinjauan pustaka. http://repository.ipb.ac.id.

Irvan, H. 2009. Pengelolaan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di

Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas

Plantation, Sime

Darby Group, Musi Rawas, Sumatera Selatan. http://www.google.com/url?

Jacob, A. 2015. Metode dan teknik pengambilan contoh tanah dan tanaman dalam

mengevaluasi status kesuburan

tanah.http://dokumen.tips/documents/jurnal-ilmu-kesuburan-

tanah.html
19

Kurnianti, N. 2012. Pupuk dan pemupukan. http://petunjukbudidaya.blogspot.

com/2012/12/pemupukan.html.

Lubis, R. E. Agus, W. 2011. Buku pintar kelapa sawit. Agromedia. Jakarta

Selatan. 296 Hal.

Novizan. 2009. Pemupukan yang efektif. http://www.facebook.com/permalink.

Nurhami, E., Nurhayati, Ulfa, A. 2010. Pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) pada berbagai komposisi media tanam dan

konsentrasi pupuk daun seprint.

http://jurnal.unsyiah.ac.id/agrista/article/viewFile/708/662

Pahan, I. 2008. Panduan lengkap kelapa sawit, manajemen agribisnis dari hulu

hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal

Pahan, I. 2010. Panduan lengkap kelapa sawit, manajemen agribisnis dari

hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal.

PPKS, Medan. 2013. Peranan unsur hara.

http://www.pusri.co.id/indexC%200302.php. 79 Laporan Tugas

Akhir

PT. PUSRI. 2013. Pengembangan pertanian pemupukan berimbang. http://www.

pusri.co.id/indexC0302.php, (22 Juni 2013).

Purwanto, E. 2012. Pemupukan. http://membangunkebunkelapasawit.webs.com/

pemupukan.htm.

Ramadhani, R., F., Sudrajat dan Wachjar, A. 2013. Optimasi dosis pupuk

majemuk NPK dan kalsium pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di pembibitan utama.


20

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/viewFile/81

51/pdf

Said. 2010. Manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit.

https://h0404055.wordpress.com/2010/04/05/manajemen-

pemupukantanaman-kelapa-sawit/.

Saputra, R., A. 2011. Evaluasi pemupukan pada kelapa sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Kebun Radang Seko Banjar Balam, Pt Tunggal Perkasa

Plantations, Indragiri Hulu, Riau. http://www.google.com/url?sa.Sarwono. 2010.

Ilmu tanah. Agro media. Jakarta Selatan.

Simatupang, S., Palupi, E.R dan Suwarto. 2010. Manajemen pemupukan

tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT. Sari

Aditya LokaI (PT. Astra Agro Lestari TBK) Kabupaten Merangin,

Provinsi Jambi.

http://maksiindonesia.com/upload/journal/journal_maksi_maksiindone

sia.pdf

Siregar A., F. dan W. Hartatik. 2011. Aplikasi pupuk organik dalam

meningkatkan efisiensi pupuk anorganik pada lahan sawah.

http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/publikasimai

nmenu-78/art/433 organik78

Socfindo. 2014. Metode seleksi bibit kelapa sawit.

http://www.socfindo.co.id/?socfindo=berita&act=detail&id=19 .

Sukarman. 2012. Teknik pembibitan kelapa sawit.

http://wwwteknikpembibitankelapasawit.blogspot.com/2012/05/teknik

pembibitan-kelapa sawit.html.
21

Sunarko. 2014. Budidaya kelapa sawit di berbagai jenis lahan. Agrao media.

Jakarta selatan. 200 Hal.

Suwarto dan Octavianty. 2010. Budidaya tanaman perkebunan unggulan. Penebar

Swadaya. Jakarta. 260 Hal.80Laporan Tugas Akhir

Syahfitri. E., D. 2007. Pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

di pembibitan utama akibat perbedaan konsentrasi danfrekuensi

pemberian pupuk pelengkap cair.

http://repository.unib.ac.id/6081/2/I,II,III-EVAFP.pdf.

Wawan. 2011. Pemupukan kelapa sawit.

https://puputwawan.wordpress.com/2011/09/06/pemupukan-kelapa-

sawit-2/.

Wikipedia, 2012. Pupuk. http://id.wikipedia.org/wiki/pupuk.

Anda mungkin juga menyukai