Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KULIT PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN GENERATIF MAWAR A. PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Mawar merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang diprioritaskan perkembangannya di Indonesia. Selain nilai estetikanya, jenis tanaman hias ini banyak dibudidayakan sebagai sumber pendapatan petani. Setiap tahun terutama dikota-kota besar permintaan konsumen selalu meningkat. Mawar banyak diminati masyarakat, berdasarkan perkembangan volume konsumsi bunga potong mawar menduduki peringkat ketiga terbesar setelah anggrek dan gladiol yaitu 4.925.000 tangkai pertahun (Darliah, 2003). Tetapi dalam pengembangan mawar itu sendiri timbul masalah tentang keterbatasan bibit. Bunga mawar bisa dikembangbiakan melalui biji, okulasi, stek dan kultur jaringan. Namun cara yang paling mudah dan ekonomis adalah dengan cara stek. Keuntungan yang diperoleh dengan memakai stek untuk memperoleh bibit adalah (Lakitan, 1995) : 1. Teknik pelaksanaan sederhana, cepat dan murah 2. Tidak ada masalah ketidakcocokan (inkompatibilitas) sebagaimana yang mungkin terjadi pada perbanyakan secra penyambungan / okulasi 3. Jumlah bibit yang diperoleh lebih banyak 4. lebih cepat berbunga 5. seluruh bibit yang dihasilkan memiliki sifat genetis yang sama dengan tanaman induk. Tanaman berbunga seperti mawar didalam pot memerlukan banyak kalium (K) dan fosfor (P) untuk proses pembungaan. Tanaman didalam pot memperoleh kalium dan fosfor dari mineral-mineral yang berada di media tanam, akan tetapi jumlahnya sangat terbatas atau konsentrasi yang sedikit. Agar tanaman mawar dapat rajin berbunga, perlu adanya tambahan suplai kalium dan fosfor didalam media tanam untuk menunjang proses pembungaan (Lembah Pinus, 2010).

Salah satu teknik untuk memenuhi kalium dan fosfor pada tanaman mawar adalah dengan pemberian pupuk kulit buah pisang. Kulit buah pisang mengandung 15 % kalium dan 12 % fosfor lebih banyak daripada daging buah. Keberadaan kalium dan Fosfor yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk. Pupuk kulit buah pisang adalah sumber potensial pupuk potasium dengan kadar K2O 46-57% basis kering. Selain mengandung Fosfor dan Potasium, kulit pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur, dan Sodium (Lembah Pinus, 2010). Serta Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup . Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50% (Leyla, 2008). Potasium adalah unsur hara mikro yang membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula, serta membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Magnesium adalah unsur yang keberadaanya karena selain diperlukan di dalam pembentukan klorofil juga berperan sebagai katalisator di dalam penyerapan unsur P dan K oleh tanaman (Lembah Pinus, 2010). Pupuk kulit pisang yang baik adalah pupuk kulit pisang yang dilengkapi dengan mikroorganisme pelarut pospat karena tanaman tidak dapat langsung menyerap pospat langsung dari media tanam. Pospat sebagai unsur kimia dalam bentuk ikatan P2O5 tidak dapat diserap langsung oleh tanaman, melainkan akan diserap dalam bentuk ion PO4 dan disinilah peran mikroorganisme pelarut pospat diperlukan. Demikian pula dengan unsur kalium yang biasnya terdapat di dalam pupuk dalam bentuk ikatan K2O yang perlu diubah menjadi ion K+ oleh mikroorganisme (Lembah Pinus, 2010). Pupuk organik yang baik juga mengandung mikroba penambat nitrogen yang akan mengikat unsur nitrogen langsung dari udara agar mudah diserap oleh akar tanaman dan mikroba yang bersifat antagonis pada penyakit akar (Lembah Pinus, 2010). Tanaman berbunga memerlukan banyak Kalium dan Fosfor pada saat proses pembungaan. Berdasarkan hal diatas perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk kulit pisang yang mengandung 15 % Kalium dan 12 % fosfor terhadap pertumbuhan generatif bunga mawar (Rosa hybrida).

2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian bagaimana pertumbuhan generatif tanaman mawar (Rosa hybrida) dengan pemberian pupuk kulit buah pisang (Musa acuminata). 3. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pertumbuhan generatif tanaman mawar (Rosa hybrida) dengan pemberian pupuk kulit buah pisang (Musa acuminata). 4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yaitu untuk membandingkan pertumbuhan generatif tanaman mawar (Rosa hybrida) dengan pemberian pupuk kulit buah pisang (Musa acuminata). 5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu : 1. Memberikan informasi tentang salah satu cara pemanfaatan limbah kulit buah pisang (Musa acuminata). 2. Memberikan informasi tentang pertumbuhan generatif mawar (Rosa hybrida) dengan bantuan pupuk kulit pisang (Musa acuminata). B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Mawar (Rosa hybrida) Mawar (Rosa hybrida) merupakan salah satu tumbuhan berbunga yang paling dikenal dan disukai orang sebagai penghias tanam, halaman rumah dan sebagai bunga potong (Damayanti, 1989). Tanaman mawar pada umumnya merupakan tanaman perdu atau semak, batangnya berduri dengan tinggi tanaman antara 0.3 sampai 4 meter. Berakar tunggang dengan banyak cabang akar seperti serat dan akar rambut menyerupai benang. Akar tunggang dapat menembus lapisan tanah yang lebih dalam sehingga tanaman mawar dapat tahan terhadap tiupan angin kencang. Batang tanaman mawar berkayu dan mulai bercabang-cabang dari bagian bawah atau beberapa cm di atas permukaan tanah. Pada batang terdapat duri-duri yang merupakan ciri khas tanaman mawar. Tipe batang ada yang tegak dan ada yang menjalar, warna batang hijau muda dan menjadi kecoklat-coklatan kalau sudah tua. Daun mawar

meruapakn daun majemuk ganjil yang dilengkapi daun penumpu. Pada setiap pangkal daun terdapat titik tumbuh yang akan berkembang menjadi cabang atau tunas bunga. Buah mawar adalah buah buni yang didalamnya berisi biji (Kartapradja, 1995). Dalam sistematika tumbuhan, mawar diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies :Plantae :Spermatophyta :Angiospermae :Dicotyledonae :Rosales :Rosaceae :Rosa :Rosa hybrida (Plantamor, 2009)

Di daerah tropis seperti Indonesia, mawar dapat tumbuh dan produktif berbunga di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian sekitar 1500 meter di atas permukaan laut (dpl). Mawar membutuhkan suhu udara 18-26
o

C, kelembapan 70-80 %, curah

hujan 1500-3000 mm/tahun, dan sinar matahari 5-6 jam per hari. Kebutuhan sinar matahari yang tercukupi membuat tanaman ini lebih rajin berbunga dan memiliki batang yang kokoh. Mawar dapat ditanam di pot atau pun ditanam langsung ditanah. Media tanam yang cocok digunakan adalah tanah liat berpasir dengan kandungan liat 20-30 %, memilki pH 5,5-7, banyak mengandung bahan organik, subur, gembur, dan memilki aerasi dan drainase yang baik. Tanah dengan kondisi asam (pH sekitar 5) perlu diberi kapur dolomit. Pemupukan pada saat tanaman berbunga dilakukan menggunakan pupuk dengan kandungan P dan K tinggi. Dosis pemupukan 1-3 gram/liter air, diberikan seminggu sekali dengan cara disiramkan ke media tanam (Agromedia, 2007). Penyiraman tanaman mawar pada saat tanaman berumur 1-2 bulan setelah tanam dilakukan 1-2 kali sehari. Selanjutnya, penyiraman dilakukan sesuai kondisi cuaca dan media tanam yang digunakan. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari menggunakan selang atau gembor dengan pancaran air yang tidak terlalu kuat (keras) (Agromedia, 2010). 2. Buah Pisang (Musa acuminata)

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara dengan pusat keanekaragaman utama wilayah Indo-Malaya. Pisang merupakan buah yang berasal dari taksonomi: Divisi Sub Devisi Kelas Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Musaceae : Musa : Musa acuminata (Plantamor, 2009)

Famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam empat golongan, yaitu Rhodochlamys, Callimusa, Australimusa dan Eumusa. Golongan Australimusa dan Eumusa merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari golongan Emusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana. Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat partenokarpi. Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam topografi tanah, baik tanah datar ataupun tanah miring. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada pH 4.5-7.5. Suhu harian berkisar antara 250oC- 270oC dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol) yang

pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm. Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progersif membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau (Badan Pusat Statistik, 2006). Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ketanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung pisang. Karena bukan buah musiman, buah pisang selalu ada setiap saat. Buah pisang kebanyakan dimakan segar, dikolak, dikukus, atau diolah lebih lanjut menjadi pisang selai, keripik, atau tepung pisang. Yang termasuk kelompok pisang buah meja adalah Musa sapientum (banana) karena lebih enak dimakan segar, seperti pisang ambon, ambon lumut, raja, raja sereh, mas, susu dan barangan. 3. Kulit Buah pisang (Musa acuminata) Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja (Leyla, 2008). Di dalam kulit pisang ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 % dan karbohidrat sebesar 18,50 %. Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang

banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50% (Leyla, 2008). Kulit buah pisang juga mengandung 15 % kalium dan 12 % Fosfor yang lebih banyak daripada daging buah. Keberadaan kalium dan Fosfor yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk (Lembah Pinus, 2010). 4. Pupuk kulit buah Pisang (Musa acuminata) Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik maupun anorganik. Pupuk digunakan untuk mengganti kehilangan unsur hara di dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik. Bahan organik berasal dari jaringan tanaman, baik berupa sampah-sampah tanaman (serasah) ataupun sisa tanaman yang telah mati. Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair berupa saringan dari pupuk padat. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk seresah, kompos, maupun pupuk kandang (Lesman, 2008). Pupuk kulit buah pisang adalah sumber potensial pupuk potasium dengan kadar K2O 46-57% basis kering. Selain mengandung Fosfor dan Potasium, kulit pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur, dan Sodium. Potasium adalah unsur hara mikro yang membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula, serta membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Magnesium adalah unsur yang keberadaanya karena selain diperlukan di dalam pembentukan klorofil juga berperan sebagai katalisator di dalam penyerapan unsur P dan K oleh tanaman. Pupuk kulit pisang yang baik adalah pupuk kulit pisang yang dilengkapi dengan mikroorganisme pelarut pospat karena tanaman tidak dapat langsung menyerap pospat langsung dari media tanam. Pospat sebagai unsur kimia dalam bentuk ikatan P2O5 tidak dapat diserap langsung oleh tanaman, melainkan akan diserap dalam bentuk ion PO4 dan disinilah peran mikroorganisme pelarut pospat diperlukan. Demikian pula dengan unsur kalium yang biasnya terdapat di dalam pupuk dalam bentuk ikatan K2O yang perlu diubah menjadi ion K+ oleh mikroorganisme (Lembah Pinus, 2010). Pupuk organik yang baik juga mengandung mikroba penambat nitrogen yang akan mengikat unsur nitrogen langsung dari udara agar mudah diserap oleh akar

tanaman dan mikroba yang bersifat antagonis pada penyakit akar. Disinilah peran bioaktivator dekomposisi diperlukan (Lembah Pinus, 2010). 5. Bioaktivator Bioaktivator adalah kumpulan mikrooganisme yang hidup di lingkungan aerob yang dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Proses pembuatan pupuk secra aerob memilki keuntungan tidak menimbulkan bau busuk dan gas metan yang merusak lapisan ozon (Bptp, 2010). C. METODOLOGI PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kebun Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu selama 4 bulan yaitu dari bulan April Juli 2010. 2. Alat dan Bahan yang digunakan 2.1 Alat Alat-alat yang digunakan antara lain yaitu Cangkul, Polybag 6 Kg, Gunting, Pisau, Kamera dan terpal. 2.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan antara lain yaitu mawar (Rosa hybrida ), Kulit buah pisang ( Musa acuminata ), Bioaktivator, Tanah kebun, Air, Sekam bakar. 3. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan sehingga didapatkan 15 pot penelitian. Adapun perlakuan tersebut adalah A. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 0 B. Media Tanam Tanah kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 1 C. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 2 D. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 3 E. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 4

4. Prosedur Penelitian 4.1 Pembuatan Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) Persiapkan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk kulit pisang yaitu 10 kg kulit buah pisang dipotong kecil-kecil, 50 gram bioaktivator, sekam bakar. Campur secara merata potongan kulit pisang, sekam bakar, dan bioaktivator, dibuat timbunan setinggi 60 cm, kemudian dilakukan pembalikan pada minggu ke 2 dan ke 3, selama itu dijaga kelembapannya hingga 60 %. Pupuk akan matang pada minggu ke 4 atau setelah suhu kompos normal (37oC). Pupuk dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1 : 3 atau ditaburkan secara merata pada permukaan media tanam. Karena sifatnya yang berupa pupuk organik, maka pupuk kulit pisang ini tidak akan membakar tanaman pada penggunaan yang berlebih. 4.2 Penyediaan Benih Benih yang digunakan adalah bibit mawar (Rosa hybrida) yang telah dilakukan perbanyakan dengan setek batang , bibit diperoleh dari Taman penjualan tanaman hias. 4.3 Persiapan Media Media yang dipakai adalah tanah kebun yang dicampur dengan pupuk kulit pisang sesuai dengan perlakuan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 6 Kg. 4.4 Penanaman Setelah media disiapkan, maka dilakukan penanaman. Untuk masing-masing polybag dibuat 1 lubang tanam sedalam 5 cm, 1 polybag berisi 1 bibit mawar. Polybag diberi lubang di bagian bawahnya untuk membuang kelebihan air. 4.5 Pemeliharaan Setelah penanaman dalam polybag dilakukan penyiraman tanaman mawar pada saat tanaman berumur 1-2 bulan setelah tanam dilakukan 1-2 kali sehari. Selanjutnya, penyiraman dilakukan sesuai kondisi cuaca dan media tanam yang digunakan. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari menggunakan selang atau gembor dengan pancaran air yang tidak terlalu kuat (keras). Untuk memberantas hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan pestisida dan insektisida. Pemupukan mawar pada masa pertumbuhan diberikan satu bulan sekali

dengan cara ditaburkan ke media tanam, dengan dosisnya setengah sendok teh. Pemupukan pada saat tanaman berbunga dilakukan menggunakan pupuk kulit buah pisang yang memiliki kandungan P dan K tinggi. Dosis pemupukan 1-3 gram/liter air, diberikan seminggu sekali dengan cara disiramkan ke media tanam 5. Parameter yang diamati a. Umur saat berbunga (hari setelah tanam) b. Jumlah bunga c. Persen bunga yang tidak gugur d. Diameter Bunga 6. Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan sidik ragam ANNOVA satu faktor. jika F
hitung

>F

table

dilanjutkan dengan uji Duncant new multiple reage test (DNMRT) pada

taraf 5 %.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Dkk. 2010. Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadya : Jakarta. Agromedia, Redaksi. 2007. Tanaman Hias. PT Agromedia Pustaka : Jakarta Badan Pusat Statistik. 2006.Statistik Pertanian Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Provinsi Kalimantan Barat. BPS : Kalimantan Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2010. Teknologi Pembuatan Kompos dengan Penggunaan Aktivator Stardec atau Starbio.

Http://bengkulu.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com

content&id=76:teknologi-pembuatan-kompos&catid=14:alsin. Diakses tanggal 23 oktober 2010. Damayanti, V. 1989. Mawar. Florikultura : Jakarta. Darliah. 2003. Pemuliaan Mawar. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian : Jakarta. Kartapradja, R. 1995. Botani dan Ekologi Mawar. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian : Jakarta Lakitan, B. 1995. Hortikultura. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta Lesman. 2008. Macam-macam Bahan Organik. http://www.ylesman@gmail.com Diakses tanggal 23 Oktober 2010 Leyla Noviagustin. 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Substituen Tepung.http://himdikafkipuntan.blogspot.com/2008/05/pemnfaatan-limbah-kulitpisang-sebagai-substituen-tepung. html diakses tanggal 16 Oktober 2010 Pinus, Lembah. 2010. Pupuk Kulit Pisang. Http://lembahpinus.com/index.php?option=com content&task=view&id=73. Diakses tanggal 23 Oktober 2010. www. Plantamor. com. Diakses tanggal 23 Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai