Anda di halaman 1dari 10

ACARA II

MEMACU PERTUMBUHAN STEK PUCUK BATANG KOPI DAN TEH


DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT)

A. Pelaksanaan Praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 13 Februari 2019
Tempat : Kebun Percobaan UPN “Veteran” Yogyakarta, Fakultas Pertanian
di Wedomartani

B. Tujuan Acara
1. Praktek perbanyakan tanaman kopi dan teh secara vegetatif dengan stek.
2. Mengetahui pengaruh ZPT terhadap pertmbuhan stek batang kopi dan
teh.

C. Tinjauan Pustaka
Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah
sebagai berikut :
Kigdom : Plantae
Subkigdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp. ( Cofffea arabica L., Coffea canephora, Coffea
liberica, Coffea excels)
Kopi jenis arabika, robusta, dan liberika merupakan jenis kopi yang
terdapat di Indonesia. Akan tetapi, kopi yang banyak dibudidayakan di

11
12

Indonesia adalah kopi jenis arabika dan robusta. Untuk kopi jenis arabika
dianjurkan curah hujan sekitar 1000-1500 mm pertahun, sedangkan kopi
robusta maksimal 2000 mm pertahun. Suhu lingkungan untuk kopi arabika
sekitar 16-22°C, sementara robusta mampu beradaptasi dengan suhu sekitar
20-28°C. Kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian 800-1500 meter dpl,
sedangkan kopi robusta dapat tumbuh pada ketinggian 400-800 meter dpl.
Tingkat keasaman atau derajat keasaman (ph) tanah yang dianjurkan
untuk tanaman kopi sekitar 5,5-6,5 (Indrawanto, 2010).
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan yang
memiliki prospek penting bagi penambahan devisa negara. Beberapa tahapan
teknik budidaya tanaman adalah pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
pemupukan, panen dan pasca panen. Tahapan pembibitan merupakan fase
awal yang akan menentukan tinggi rendahnya produksi kopi. Pembibitan kopi
selama ini umumnya dilakukan secara generatif melalui biji dan jarang
dilakukan secara vegetatif. Upaya perbanyakan secara vegetatif dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu stek, cangkok, dan okulasi. Pembibitan
secara vegetatif, contohnya stek jarang dilakukan karena kemampuan batang
kopi yang sulit berakar. Padahal keuntungan perbanyakan melalui stek batang
antara lain tidak lama untuk menunggu waktu panen, memiliki sifat genetik
yang sama dengan induk sehingga sifat unggul dari induk akan dapat
dipertahankan (Yunanda, 2015).
Dalam perbanyakan tanaman melalui stek, organ tanaman yang
umumnya digunakan antara lain cabang, pucuk, akar dan daun. Organ batang
dan pucuk merupakan bahan tanaman yang relatif mudah digunakan untuk
perbanyakan melalui stek. Pemenuhan kebutuhan bibit dalam jumlah yang
besar dan cepat dapat dilakukan dengan pembibitan melalui cara stek, namun
dalam proses pembibitannya diperlukan zpt yang dapat merangsang
pembentukan akar. Pembentukan akar yang merupakan salah satu proses
fisiologis tanaman dapat dipengaruhi oleh adanya zpt yang umumnya
mengandung senyawa organik bukan hara (Tjokrokusumo, 2006).
13

Zat pengatur tanaman dapat diproduksi oleh tanaman sendiri dan


seringkali dalam jumlah sedikit sehingga diperlukan penambahan sumber dari
luar. Pemberian ZPT pada saat penyetekan akan membuat kualitas bibit akan
meningkat dan jumlah bibit dibawah standar normal akan menurun.
Berdasarkan sumbernya, ZPT dapat diperoleh baik secara alami maupun
sintetik. Beberapa contoh ZPT adalah air kelapa, urin sapi, dan ekstraksi dari
bagian tanaman. ZPT yang bersumber dari alam memiliki beberapa kelebihan
yaitu lebih ramah lingkungan, mudah didapat, aman digunakan, dan lebih
murah. Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek (Zhao,
2010).
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Salah satu
kendala tanaman tidak bisa dibiakkan secara stek adalah kemampuan tanaman
untuk berakar. Beberapa hal yang membuat tanaman tidak dapat berakar
setelah dilakukan penyetekan adalah kandungan lignin yang tinggi dan
kehadiran cincin sklerenkim yang dapat menghalangi tempat munculnya akar
adventif. Umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada
stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh adalah beberapa
hal yang mempengaruhi penyetekan (Zong, 2008).
Auksin paling banyak terdapat dibagian ujung dari tanaman semakin
kebawah atau semakin jauh dari ujung tanaman maka kandungan auksin
semakin berkurang. Menurut Zuryanisa (2006), salah satu usaha untuk
meningkatkan keberhasilan stek adalah dengan penggunaan zat pengatur
tumbuh (ZPT) yang tepat. Berdasarkan beberapa masalah yang ada maka
perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh bahan stek tanaman buah naga
dan pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh dalam hal ini hormon auksin
yang terdapat didalam Rooton F.
Menurut Graham (1992), tanaman teh Camellia sinensis diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
14

Kelas : Dicotyledone
Ordo : Guttiferales
Famili : Theacceae
Genus : Cammellia
Species : Cammellia sinensis
Tanaman teh umumnya ditanam di perkebunan, dipanen secara manual,
dan dapat tumbuh pada ketinggian 200 - 2.300 m dpl. Teh berasal dari
kawasan India bagian Utara dan Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh
yang terkenal, yaitu varietas assamica yang berasal dari Assam dan varietas
sinensis yang berasal dari Cina. Varietas assamica daunnya agak besar
dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya lebih kecil
dan ujungnya agak tumpul. Pohon teh berukuran kecil, karena seringnya
pemangkasan maka tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas, akan tumbuh
kecil ramping setinggi 5 - 10 m, dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Daun
dari tanaman ini berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar
sekitar 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan
diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-
dua. Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-
masing buah dengan ukuran sebesar kacang (Biswas, 2006).
Upaya untuk memenuhi kebutuhan teh domestik dan internasional
dilakukan dengan memperbaiki penerapan teknologi budidaya yang
diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas teh. Untuk itu perlu
diupayakan cara perbanyakan tanaman yang efisien dengan biaya rendah.
Salah satu cara perbanyakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan bibit
adalah perbanyakan secara vegetatif. Cara ini memiliki banyak keuntungan
diantaranya kinerja genotipe yang baik dari tanaman induknya akan diulang
secara konsisten dan berkelanjutan yang tidak diperoleh pada perbanyakan
secara generatif atau biji (Na'iem, 1999). Sedangkan Zobel dan Talbert (1984)
mengatakan bahwa dengan perbanyakan secara vegetatif menghasilkan
tanaman yang lebih unggul, seragam dan dapat mempercepat hasil program
pemuliaan tanaman. Stek pucuk merupakan salah satu cara perbanyakan
15

vegetatif dengan memanfaatkan tunas atau trubusan dari batang muda yang
masih dalam pertumbuhan dengan cara menumbuhkan tunas-tunas aksiler
pada media tanam sehingga menghasilkan akar dan selanjutnya ditanam di
lapangan (Na'iem, 1999).
Penggunaan ZPT dilakukan untuk memacu terbentuknya perakaran pada
stek. Auksian seperti IBA, IAA dan NAA merupakan komponen dalam zat
pengatur tumbuh sintetik yang telah banyak beredar di pasar, yang berfungsi
dan memiliki efek sama dalam pembentukan jumlah dan panjang akar,
sedangkan penggunaan media tanam merupakan aspek penting dalam
perbanyakan tanaman secara stek, karena media tumbuh diperlukan sebagai
sarana penyedia nutrisi (hara tanah), kelembaban, suhu dan oksigen yang
optimal. Penggunaan ZPT akan memberikan hasil yang efektif apabila
ditunjang dengan penggunaan media tanam yang mengandung banyak hara,
auksin akan memobilisasi kandungan hara dalam media tanam, dengan
demikian memacu terbentuknya perakaran, selanjutnya Haissig dalam
Bhardwaj and Mishra (2002) mengatakan bahwa auksin meningkatkan
aktivitas hidrolisis dalam sel menyebabkan persentase inisiasi perakaran
tinggi. Media tanam diusahakan yang lembut, banyak mengandung bahan
organik, beraerasi baik dan steril (Moko, 2006).
Keberhasilan pembibitan stek teh dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain mutu bahan stek, kematangan perencanaan dan persiapan,
pemilihan atau pengelolaan media tumbuh, lokasi yang tepat, serta tenaga
kerja yang cukup terampil. Salah satu faktor yang mempengaruhi sistem
perakaran pada saat pembibitan adalah media tanam. Oleh karena itu
dibutuhkan media tanam yang sesuai dan mengandung unsur hara yang
dibutuhkan bagi tanaman tersebut. Untuk memenuhi ketersediaan hara
tersebut, kompos sisa tanaman dapat digunakan sebagai media tanam. Media
tanam yang baik untuk pembibitan teh adalah media tanam yang mengandung
liat agar dapat menahan air lebih lama, banyak mengandung bahan organik,
dan tidak mengandung pasir. Penggunaan topsoil secara terus menerus dapat
16

mengakibatkan persediaan topsoil yang subur menjadi terbatas (Pusat


Penelitian Teh dan Kina, 1997).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Pisau / cutter
b. Cethok
c. Ember
d. Cangkul
e. Polybag
f. Sungkup plastik
2. Bahan
a. Ranting tanaman kopi
b. Ranting tanaman teh
c. Pupuk kompos
d. Arang sekam
e. Zat pengatur tumbuh (Rootone F, Atonik)
f. Vitamin B1

E. Cara Kerja
1. Menyiapkan stek dari ruas ke 3 atau le 4 dari cabang reproduksi tanaman
kopi dan teh
2. Memotong stek dengan panjang secukupnya (stek dua daun)
3. Merendam stek dalam larutan vitamin B1 dan mengolesi pangkal stek
dengan Rootone F
4. Menyiapkan media tanam berupa campuran arang sekam dan pupuk
kompos dengan perbandingan 1:1
5. Menanam stek ke dalam polybag dan meletakkan dalam kondisi ternaugi
6. Melakukan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan dan
pengendalian hama dan penyakit
17

F. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Stek Batang Kopi
Parameter
Perlakuan
Persentase Bertunas Jumlah Tunas
Kontrol 25% 2
ZPT 0% 0
Sumber: Pratikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan perkebunan 2019

Tabel 2.2 Stek Batang Teh


Parameter
Perlakuan
Persentase Bertunas Jumlah Tunas
Kontrol 0% 0
ZPT 0% 0
Sumber: Pratikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan perkebunan 2019

G. Pembahasan
Salah satu cara perbanyakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan bibit
adalah perbanyakan secara vegetatif. Upaya perbanyakan secara vegetatif
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu stek, cangkok, dan okulasi.
Dalam perbanyakan tanaman melalui stek, organ tanaman yang umumnya
digunakan antara lain cabang, pucuk, akar dan daun. Organ batang dan pucuk
merupakan bahan tanaman yang relatif mudah digunakan untuk perbanyakan
melalui stek. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh
terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek. Keberhasilan dalam
melakukan stek pada tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
faktor internal dapat berupa umur induk, kedudukan cabang pada pohon
induk, persediaan makanan dan hormon tanaman. faktor eksternal yaitu
lingkungan tanaman hidup dan penambahan ZPT pada tanaman.
Pada praktikum kali ini dilakukan perbanyakan tanaman secara stek pada
bagian pucuk tanaman kopi dan teh. Terdapat dua perlakuan yang dilakukan,
yaitu batang kopi dan teh dengan perendaman pada ZPT Atonik dan sisanya
tidak dilakukan perendaman pada ZPT Atonik, yang nantinya dijadikan
sebagai kontrol. Media tanam yang digunakan berupa arang sekam yang
diletakkan di dalam polybag. Batang yang akan dilakukan penyetekan
terlebih dahulu dikurangi sebagian daun. Hal tersebut bertujuan untuk
18

mengurangi penguapan. Setelah itu, beberapa batang stek kopi dan teh
direndam kedalam ZPT Atonik untuk memacu pembelahan sel dan sisanya
tidak dilakukan perendaman. Apabila telah ditanam, setek diletakkan di
bawah sungkup dengan model sungkup utuh.
Berdasarkan hasil pengamatan di peroleh data pertumbuhan stek batang
kopi dan teh dengan perlakuan stek kopi yang di beri ZPT presentase hidup
0% dan jumlah tunasnya 0, sedangkan stek kopi sebagai kontrol didapatkan
presentase hidup 25% dengan jumlah tunas sebanyak 2. Hal tersebut
menyimpang dari teori seharusnya tanaman yang diberikan perlakuan ZPT
hasilnya lebih bagus dari pada tanaman yang tidak diberikan ZPT.
Penyimpangan tersebut dapat disebabkan karena kurangnya perawatan yaitu
penyiraman. Pemberian ZPT dapat meningkatkan kecepatan tumbuh stek dan
dapat memacu pembelahan sel. Atonik termasuk jenis auksin yang memiliki
senyawa positif mempengaruhi inisiasi akar dan bersamaan dengan sitokinin
dapat mengendalikan pertumbuhan tunas, batang, dan akar. Senyawa nitro
aromatic (C6H4NaNO2) pada atonik dapat meningkatkan perkembangan akar
dan memacu pertumbuhan tunas. Senyawa dinitrophenol pada atonik dapat
mengakifkan penyerapan hara dan memacu keluarnya kuncup (Hidayanto et
at, 2010). Hormon hanya efektif pada jumlah tertentu sehingga konsentrasi
yang terlalu tinggi dapat merusak bagian yang luka. Bentuk kerusakannya
dapat berupa pembelahan sel dan kalus yang berlebihan dan mencegah
tumbuhnya tunas dan akar. Sehingga hal tersebut yang mungkin
menyebabkan stek kopi dan teh yg diberi ZPT presentase hidupnya 0%.
Pada stek batang teh yang di beri ZPT maupun sebagai kontrolnya
presentase hidup yang didapatkan yaitu 0% dan jumlah tunas 0. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu kelembaban iklim mikro penanaman
stek, batang yang terlalu muda, serta pisau yang digunakan tidak steril dan
tidak tajam. Pada perbanyakan tanaman dengan menggunakan cara setek,
iklim mikro tanaman sebaiknya dalam kondisi yang lembab, tidak terlalu
panas. Bibit stek memerlukan kelembaban udara sekitar 80-90%, sehingga
apabila lingkungan terlalu panas maka tanaman akan kesulitan dalam proses
19

pengambilan CO2 karena antar tanaman akan saling berebut CO2 yang
digunakan untuk proses fotosintesis. Namun perawatan yang dilakukan oleh
praktikan dinilai kurang maksimal, karena seharusnya uap-uap air yang
menempel pada plastik sungkup dipukul-pukul agar uap air tersebut jatuh dan
kembali ke media tanam sehingga kelembapannya tetap terjaga. Akibatnya
stek tanaman kopi dan teh menjadi mati. Batang yang terlalu muda biasanya
mengandung karbohidrat yang masih rendah, sedangkan kandungan
hormonnya cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan akar sulit tumbuh,
sehingga kandungan air dan unsur hara yang terdapat di dalam batang akan
habis digunakan untuk proses fotosintesis. Akibatnya batang akan mati
kekeringan. Pisau yang steril dan tajam juga sangat mempengaruhi tingkat
keberhasilan penyetekan. Pisau yang tidak steril dapat menbawa bakteri yang
dapat menyebabkan kegagalan pada proses penyetekan. Sedangkan pisau
yang tajam akan menghasilkan potongan yang mulus. Tidak ada lapisan kulit
tanaman yang tersayat sehingga peluang batang menumbuhkan akar menjadi
lebih besar. Apabila pisau yang digunakan tidak tajam, maka akan
menyebabkan lapisan kulit bahan tanam setek terluka atau tersayat.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa zat pengatur tumbuh dapat merangsang pembelahan sel, sehingga
mempercepat pertumbuhan akar pada bahan tanam stek. Namun pada
praktikum ini, persentase bertunas pada setek pucuk batang kopi dan teh
sebesar yang diberikan ZPT mendapatkan hasil presentasi hidup 0%. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan karena faktor dari pemberian ZPT dengan
konsentrasi yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan penghambatan atau
perubahan proses fisiologis tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
20

Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. 1997. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman


Teh. Edisi Kedua. Pusat Penelitian Perkebunan Teh dan Kina Gambung.
Bandung. 151 hal.

Biswas, K.P., 2006. Description of Tea Plant. In: Encyclopaedia of Medicinal


Plants. New Delhi: Dominant Publishers and Distributors.

Graham, H. N. 1992. Green tea composition, consumption, and polyphenol


chemistry. Preventative Medicine, 21. 334-350.

Mahfudz, Isnaini dan H. Moko. 2006. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh dan Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Merbau. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman Vol. 3(1) Pusat Penelitian Hutan Tanaman. Bogor.

Na’iem, M. 1999. Prospek Perhutanan Klon Jati di Indonesia. Prosiding Seminar


Nasional Status Silvikultur. Wanagama 1-2 Desember 1999. Yogyakarta.

Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, dan S.J. Munarso.


2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perekebunan. Bogor. 70 hlm.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya: Jakarta.

Widyastutin dan D Tjokrokusumo. 2006. Peranan beberapa zat pengatur tumbuh


(ZPT) tanaman pada kultur in vitro. Jurnal sains dan teknologi BPPT 3
(5): 55-63.

Yunanda J, S Murniati, Yoseva. 2015. Pertumbuhan stek batang tanaman buah


naga (hylocereus costaricensis) dengan pemberian beberapa konsentrasi
urin sapi. JOM Faperta 2(1): 1-8.

Zhao Y. 2010. Auxin biosynthesis and its role in plant development. Ann. Rev.
Plant Biol 61: 49-64.

Zuryanisa. 2006. Pengaruh Waktu Dan Persentase Pemangkasan Tunas terhadap


Pertumbuhan Vegetatif Dan Produksi Buah. Jurnal Hortikultura, 4 (2):16-
20

Zong M. C., Yi Li and Zhen Z. 2008. Plant Growth Regulators Used in


Propagation. CRC Press. Boca Raton, Florida.

Anda mungkin juga menyukai