PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dengan daerah sentra produksi yakni Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, NTT, NTB, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatra Utara, dan Aceh (Tombe
produksi vanili di Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 2329 ton dengan luas
vanili di Indonesia dikelola oleh 288.535 kepala keluarga petani dengan tingkat
Harga jual vanili yang relatif lebih tinggi dibanding komoditas lain
Menurut Kepala BKP Kelas II Yogyakarta, ekspor Vanili ini terus mengalami
1
2
terdapat banyak permasalahan pada produktivitas dan mutu yang masih rendah.
lingkungan tumbuh serta serangan hama dan penyakit. Mutu vanili umumnya
dipengaruhi oleh panjang polong, umur panen, dan pengolahan setelah panen
(Ditjenbun, 2008).
bahan tanam unggul dan bermutu. Selama ini perbanyakan tanaman vanili
dilakukan secara generatif dengan biji dan vegetatif stek batang, akan tetapi
yang semakin meningkat setiap tahunnya. Disisi lain serangan penyakit layu
diambil dari sulur tanaman induk yang belum pernah berbuah juga menjadi
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada media tanam. ZPT yang umum digunakan
untuk inisiasi perakaran adalah golongan auksin, yaitu Naphtalene Acetic Acid
Pemilihan jenis auksin untuk memacu pertumbuhan akar didasarkan pada sifat
translokasi, persistensi (tidak mudah terurai) serta laju aktivitas. NAA memiliki
pertumbuhan dan perkembangan tunas dan akar. Vitamin yang paling sering
digunakan dalam kultur in vitro antara lain thiamin (B1), asam nikotinat (B3),
dan piridoksin (B6). Thiamin (vitamin B1) merupakan vitamin yang esensial
B. Rumusan Masalah
vitro?
2. Berapa konsentrasi zat pengatur tumbuh NAA yang terbaik untuk induksi
3. Berapa konsentrasi thiamin yang terbaik untuk induksi akar vanili secara in
vitro?
C. Tujuan Penelitian
secara in vitro.
D. Kegunaan Penelitian
pengatur tumbuh NAA dan thiamin yang terbaik dalam induksi akar vanili
secara in vitro.
2. Acuan dalam penelitian lebih lanjut mengenai induksi akar vanili secara in
dilakukan.