Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI ZPT AUKSIN PADA PERTUMBUHAN

STEK TANAMAN LADA (Piper nigrum L.)

(Proposal)

Oleh

Bimantata Fajar
19023211009p

SEKOLAH TINGGI ILMUPERKEBUNAN LAMPUNG


YAYASAN TRI DHARMA LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN....................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang dan Masalah.............................................................................................................1

1.2 Tujuan Penelitian...............................................................................................................................2

1.3 Kerangka Pemikiran..........................................................................................................................2

1. 4 Hipotesis..........................................................................................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................................4

2. 1 Tanaman Lada..................................................................................................................................4

2.2 Stek Lada..........................................................................................................................................5

2. 3 Zat Pengatur Tumbuh.......................................................................................................................5

2.4 IBA (Indole Butyric Acid)..................................................................................................................6

2.5 IAA (Indole Acetic Acid)...................................................................................................................6

2.6 NAA (Naphtaleacetic Acid)...............................................................................................................7

2.7 Aplikasi ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan Wauxin (IAA).................................................................7

2.7.1 Root-Up......................................................................................................................................7

2.7.1 Wauxin.......................................................................................................................................8

III. METODE PENELITIAN......................................................................................................................9

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian...........................................................................................................9

3.2 Bahan dan Alat..................................................................................................................................9

3.3 Rancangan Penelitian dan Analisis Data............................................................................................9

3.4 Pelaksanaan penelitian.....................................................................................................................11

ii
3.4.1 Persiapan...................................................................................................................................11

3.4.2 Penanaman................................................................................................................................12

3.4.2 Pengamatan...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Indonesia adalah salah satu negara pengekspor lada (Piper nigrum L.) terbesar di dunia.

Volume ekspor lada tertinggi Indonesia tercatat pernah tercapai pada tahun 2012 sebesar

62.608 ton sehingga pada tahun tersebut merupakan pencapaian peningkatan volume ekspor

lada tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 72 persen. Rata- rata proporsi volume ekspor lada

Indonesia terhadap total produksinya mencapai 34 persen (Jannah dkk., 2019)

Bibit merupakan salah satu faktor penentu dalam usaha dan pengembangan tanaman bagi

keberhasilan pertanian di lapangan. Bibit yang unggul dan berkualitas baik akan menjamin

keberhasilan usaha yang dilakukan, tetapi perlu didukung juga oleh penguasaan dan penerapan

teknik budidaya yang tepat untuk mendapatkan hasil yang secara kuantitas dan kualitas dapat

di pertanggung jawabkan (Aprinita, 2019).

Stek memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif, efesien

dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya.

Perkembangbiakan vegetatif dengan cara stek, bertujuan untuk mendapatkan bibit secara cepat

tanpa ada perubahan sifat atau tanaman baru yang mempunyai sifat yang sama dengan

1
2

induknya (Evizal dkk., 2022).

Tingkat ketersediaan bibit yang sehat dalam jumlah banyak merupakan kunci bagi

keberhasilan produksi tanaman lada. Pertumbuhan stek tidak hanya dilihat dari pertumbuhan

akar, tetapi juga dilihat dari pertumbuhan tunas. Pada perbanyakan secara vegetatif dengan

stek, pemberian ZPT yang berbahan aktif Auksin dimaksudkan untuk merangsang dan

memacu terjadinya pembentukan akar dan tunas stek. Sehingga perakaran stek dan tunas akan

lebih baik dan lebih banyak. Auksin sangat dibutuhkan dalam pembentukan kalus dan akar.

penggunaan auksin  pada  dasarnya adalah untuk mempercepat proses fisiologi tanaman yang

memungkinkan untuk pembentukan primordia akar (Sari, 2019) 

Media tanam juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan stek.

Media penyetekan yang baik adalah media yang mempunyai porositas cukup, airase baik,

drainase baik, kapasitas mengikat air tinggi dan bebas patogen. Media dalam penyetekan ini

berfungsi sebagai penahan stek selama masa pertumbuhan akar, menjaga kelembaban dan

memudahkan penetrasi udara (Wuryaningsih, 1998).

 Berdasarkan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan stek tanaman berkayu banyak

menambahkan zat pengatur tumbuh dari luar (eksogen) dengan menggunakan ZPT IBA

(Sukendro dan Putri, 2016 ; Danu dan Putri, 2017 ; Firmansyah dan Rochmatino, 2014 ;

Agustin, 2017) IAA dan NAA (Setiawan, 2017) untuk menstimulasi pembentukan perakaran.

2
3

Namun, ZPT IBA, IAA, dan NAA murni mempunyai harga yang tidak murah dikalangan

masyarakat umum dan hanya tersedia di toko pertanian tertentu sehingga relatif susah untuk

mendapatkannya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian uji coba pembiakan vegetatif stek

dengan menggunakan Zat Pengatur Tumbuh Root-Up dan Wauxin yang termasuk kelompok

auksin dari hasil beberapa formulasi Zat Pengatur Tumbuh IBA 0,06 %, NAA 0,20 %, dan

IAA 5 %.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitan menggunakan ZPT

Auxin dengan merk dagang ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan ZPT Wauxin (IAA).

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan konsentrasi ZPT Root-Up (IBA + NAA) terbaik pada pertumbuhan stek

tanaman lada.

2. Mendapatkan konsentrasi ZPT Wauxin (IAA) terbaik pada pertumbuhan stek tanaman

lada.

3
4

1.3 Kerangka Pemikiran

Dalam usaha dan pengembangan tanaman, bibit merupakan salah satu faktor penentu bagi

keberhasilan pertanian di lapangan.

Bibit yang unggul dan berkualitas baik akan menjamin keberhasilan usaha yang dilakukan,

tetapi perlu didukung juga oleh penguasaan dan penerapan teknik budidaya yang tepat untuk

mendapatkan hasil yang secara kuantitas dan kualitas dapat di pertanggung jawabkan.

Perkembangbiakan vegetatif secara stek memegang peranan penting dalam pembibitan

tanaman lada karena lebih efektif, efesien dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai

sifat yang sama dengan pohon induknya. Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek,

pemberian ZPT dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar

dan tunas stek. Sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak. Salah satu jenis zat

pengatur tumbuh yang dapat menginduksi pertumbuhan tunas dan memacu terjadinya

pembentukan akar stek yaitu hormon Auksin. Kandungan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) auksin

sangat penting dalam perbanyakan stek karena dapat meningkatkan persentase stek berakar

dengan tingkat keberhasilan yang dapat mencapai 83-96% (Muslimah dkk, 2017).

4
5

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Auksin dapat membantu mempercepat tumbuhnya akar dan tunas

pada stek. Setiap tanaman sebenarnya sudah mempunyai zat pengatur tumbuh tumbuh alami

(endogen). Organ-organ tanaman membentuk akar pada kondisi lingkungan yang serba

optimal. Namun, keadaan tersebut berlangsung lama, sedangkan kelangsungan hidup tanaman

tersebut sangat ditentukan oleh pembentukan akar, karena itu perlu adanya penambahan zat

pengatur tumbuh dari luar (eksogen) (Astutik, 2018).

1. 4 Hipotesis

1. Terdapat konsentrasi ZPT Root-Up (IBA + NAA) terbaik pada pertumbuhan stek tanaman

lada.

2. Terdapat konsentrasi ZPT Wauxin (IAA) terbaik pada pertumbuhan stek tanaman lada.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Tanaman Lada

Lada merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia, yang diperoleh dari buah

tanaman lada (Piper nigrum L.). Tanaman ini berasal dari Ghat Barat, India. Walaupun bukan

tanaman asli Indonesia, peranannya sangat besar di dalam perekonomian nasional. Lada

tercatat sebagai produk pertama Indonesia yang diperdagangkan ke Eropa melalui Arabia dan

Persia (Wahid dkk., 1996).

Lada yang disebut juga merica atau sahang adalah sebuah tanaman yang kaya akan kandungan

kimia, seperti minyak lada, minyak lemak, juga pati. Lada bersifat sedikit pahit, pedas, hangan

dan antipiretik. Tanaman ini sudah mulai ditemukan dan dikenal sejak puluhan abad yang lalu.

Tanaman lada merupakan tumbuhan yang memanjat dengan akar melekat, jumlah batang 5-15

helai, daun berseling/tersebar, bertangkai, dengan daun penumpu yang mudah gugur dan

meninggalkan bekas berbentuk massa yang melingkar (absicion layer). Helaian daun

berbentuk bulat telur memanjang dengan ujung meruncing, ukuran 5-15 x 8-20 cm. Bulir

terpisah-pisah, bergantungan terdapat pada ujung, berhadapan dengan daun. Daun pelindung

memanjang dengan panjang 4-5 mm.

4
5

Klasifikasi tanaman lada berdasarkan (Tjitrosoepomo, 2007), adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum L.

Indonesia merupakan negara pemasok terbesar dalam pasar lada Internasional. Daerah

penghasil lada terbesar terdapat di Propinsi Lampung, Kepulauan Bangka Belitung,

Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Hasil pengolahan lada ada 3 jenis yaitu lada hitam,

putih dan hijau, dari 3 jenis olahan yang dikenal hanya lada hitam dan putih. Untuk hasil

olahan lada dari Propinsi Lampung dikenal dengan sebutan Lampung black pepper dan

hasil olahan lada dari Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung dikenal dengan sebutan

Muntok white pepper. Sebutan tersebut dikenal karena Indonesia merupakan salah satu

produsen terbesar di dunia. Kondisi perkebunan lada Indonesia saat ini sekitar 11,50% dari

seluruh luas komoditas perkebunan dengan kemampuan modal yang lemah. Dampak dari

kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan teknologi ditingkat petani untuk perbaikan

mutu, budidaya atau pengembangan tanaman sangat lambat dan tidak mengalami perubahan.
6

2.2 Stek Lada

Stek memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif, efesien

dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya.

Stek adalah perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang

dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Pada irisan miring,

stek akan mempunyai permukaan yang lebih luas bila dibandingkan dengan berpangkal datar

sehingga jumlah akar yang tumbuh lebih luas bila dibandingkan dengan berpangkal datar

sehingga jumlah akar yang tumbuh lebih banyak karena pada pangkal stek ini terakumulasi zat

tumbuh (Artanti, 2007).

Perbanyakan tanaman lada dengan menggunakan stek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

menggunakan stek panjang (5 - 7 buku) yang akan ditumbuhkan terlebih dulu kemudian dapat

langsung ditanam dikebun dan stek satu buku berdaun tunggal yang harus disemai terlebih

dahulu di persemaian.

2. 3 Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh adalah salah satu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi

proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan

diferensiasi sel. Tanaman sebenarnya menghasilkan zat pengatur tumbuh alami (endogen)
7

dengan ketersediaan yang terbatas. IAA dan IBA di identifikasi sebagai auksin yang aktif

didalam tumbuhan (endogenous) yang diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif

contohnya tunas, sedangkan NAA merupakan auksin sintetik (tidak dibuat dari ekstraksi

tumbuhan) (Jayati dkk, 2021).

ZPT pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat

mendukung, menghambat dan mengubah proses fisiologis. Respons positif tanaman terhadap

aplikasi zat pengatur tumbuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis tanaman, fase

tumbuh tanaman, jenis zat pengatur tumbuh, konsentrasi dan cara aplikasi zat pengatur tumbuh

(Farida, 2018). Adanya pengaruh konsentrasi menyebabkan zat pengatur tumbuh perlu

ditentukan konsentrasinya saat melakukan aplikasi pada tanaman.

ZPT berfungsi sebagai pemacu dan penghambat pertumbuhan tanaman. Penggunaan ZPT yang

tepat akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman namun apabila dalam jumlah

terlalu banyak justru akan merugikan tanaman karena akan meracuni tanaman tersebut.

Sebaliknya jika dalam jumlah yang sedikit maka akan kurang berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman tersebut (Felinda, 2021).

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada tanaman bertujuan untuk merangsang

pembentukan dan pertumbuhan akar pada tanaman dalam melakukan perbanyakan vegetatif

dengan cara stek. Salah satu zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang

pembentukan dan pertumbuhan akar adalah jenis auksin (Martana dkk, 2020).
8

2.4 IBA (Indole Butyric Acid)

IBA (Indole Butyric Acid) adalah zat yang dapat merangsang pertumbuhan akar. IBA merupakan

jenis auksin sintetis derivatif dari IAA yang tidak mengakibatkan tanaman teracuni pada

konsentrasi tinggi dan efektif untuk membantu perakaran pada tanaman. IBA memiliki sifat

transkolasi yang lambat dan persistensi tinggi serta aktivitas yang rendah, sehingga kandungan

kimia yang terdapat dalam IBA lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama (Merisa, 2021).

2.5 IAA (Indole Acetic Acid)

IAA (Indole Acetic Acid) adalah zat yang memiliki sifat yang khas yaitu mendorong

perpanjangan sel pucuk.. Pemberian IAA pada konsentrasi yang optimal dapat mendorong

pertumbuhan sel terutama ke arah vertikal sehingga akan meningkatkan tinggi tanaman dan

pemanjangan akar. Sebaliknya, pemberian IAA pada konsentrasi yang kurang optimal akan

memperhambat pertumbuhan pada tanaman itu sendiri (Merisa, 2021).


9

2.6 NAA (Naphtaleacetic Acid)

NAA (Napthaleneacetic Acid) ) merupakan golongan auksin yang berfungsi dalam merangsang
pertumbuhan akar lateral atau samping. NAA merupakan golongan auksin yang bersifat lebih
stabil karena tidak mudah terurai oleh enzim-enzim yang di keluarkan dan tidak mudah
teroksidasi oleh enzim. NAA tidak terbentuk secara alami dan sama seperti semua auksin yang
merupakan racun bagi tanaman jika berada pada konsentrasi yang tinggi (Merisa, 2021).

2.7 Aplikasi ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan Wauxin (IAA)

Dalam perbanyakan dengan metode stek untuk mempercepat proses pembentukan akar dapat
menggunakan ZPT( Zat Pengatur Tumbuh) yang di berikan di bagian luar tanaman, seperti
penambahan ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan Wauxin (IAA) yang berfungsi sebagai perangsang
tumbuhnya akar atau kalus pada tanaman yang akan di stek, dengan cara di oleskan ataupun di
rendam dalam larutan ZPT.

2.7.1 Root-Up

Root-Up merupakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sintesis yang mengandung hormon tumbuh

seperti NAA sebesar 0,20 % , IBA sebesar 0,06 %, dan Thiram sebesar 4 % yang berperan
10

sebagai fungisida untuk mencegah jamur, infeksi dan berbagai penyakit di bagian yang terluka

atau terkena sayatan (Prasetyaningsih, 2019).

Root-Up merupakan merk dagang yang memiliki harga yang relatif terjangkau, kualitas yang

baik, dan mudah di temukan, Root-Up sering di gunakan oleh petani kebun untuk membantu

pertumbuhan dengan cara stek. Beberapa auksin seperti IBA dan NAA memberi pengaruh

stimulasi terhadap pembentukan akar adventif pada stek serta pada pertumbuhan dan

kelangsungan hidup bibit berikutnya (Merisa, 2021).

NAA (Naphthaleneacetic Acid) adalah hormon sintetis pada tanaman dari golongan auksin dan
merupakan bahan perakaran untuk perbanyakan tanaman secara komersial. NAA digunakan
untuk perbanyakan vegetatif tanaman dari batang dan pemotongan daun. IBA (Indole butyric
Acid) adalah zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan. IBA
dan NAA lebih efektif daripada IAA, karena keduanya lebih stabil digunakan dalam penyetekan.
IBA dan NAA lebih stabil terhadap oksidase dan cahaya. NAA lebih efektif dari IAA karena
NAA tidak dapat dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lainnya, sehingga bertahan lebih lama.
sedangakan IBA digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan dengan NAA atau auksin
lainnya (Ratnawati, 2019).

Root-Up merupakan salah satu merk dagang yang sudah sering digunakan sehari-hari oleh

masyarakat untuk membantu pertumbuhan dengan cara stek. Root-Up ini digunakan karena

harganya murah, kualitasnya baik, dan mudah ditemukan. Berdasarkan penelitian Setiawan
11

(2017), bahwa penggunaan Root-Up secara signifikan dapat mempercepat muncul tunas pada

bibit tanaman kesemek yaitu rata-rata pada 18,19,25 hari secara berurutan.

2.7.1 Wauxin

Wauxin merupakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sintesis yang mengandung bahan aktif IAA

sebesar 5 %. Wauxin adalah merk dagang yang belum banyak di gunakan masyarakat luas

karena masyarakat belum banyak yang mengetahui manfaat menggunakan wauxin untuk

perumbuhan stek. Pemberian auksin akan memicu tumbuhnya tunas dan akar pada stek

(Ratnawati, 2019).

Wauxsin adalah salah satu nama merk dagang yang belum banyak digunakan oleh masyarakat
untuk pertumbuhan stek pada tanaman karena masyarakat belum banyak mengetahui manfaat
menggunakan wauxsin untuk pertumbuhan stek. Wauxsin hanya memiliki bahan aktif berupa
IAA (Indole Acetic Acid) sebesar 5%. Berdasarkan penelitian Setiawan (2017), di dalam
penelitiannya di dapatkan bahwa IAA mampu mempercepat pertumbuhan tunas, IAA tanaman
mempunyai jumlah daun yang terbanyak dibandingkan perlakuan yang lainnya, diikuti perlakuan
NAA dan IBA yaitu secara berurutan sebanyak 20.8, 10.6, dan 13 helai.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2022 - November 2022 di lahan Percobaan

STIBUN Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, gunting, cangkul, linggis, tembilang,

koret, gembor, cutter, golok, roll meter, ember, penggaris, oven, dan neraca analitik.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman lada varietas Natar 1 berumur satu

tahun dari Balai Besar Kebun Induk (BBKI), tanah, sekam bakar, air, ZPT Auksin) aquades,

alcohol 70%, polibeg ukuran 15 cm x 25 cm, paranet, bambu, plastik transparan, dan tali rafia.

9
10

3.3 Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Percobaan faktorial adalah percobaan yang menggunakan lebih dari satu faktor dengan perlakuan

yang merupakan kombinasi dari level-level suatu faktor dengan level-level faktor lainnya. Jadi

level-level dari faktor-faktor yang dilibatkan saling bersilangan. Percobaan faktorial ini

memungkinkan timbulnya interaksi dari faktor-faktor yang dilibatkan.. RAK Faktorial digunakan

untuk percobaan di lapangan (field experiment) umumnya pada kondisi yang tidak homogen atau

mengalami perubahan kondisi, misalnya (temperatur, kelembaban, dan sebagainya)

(Harsojuwono dan Arnata, 2018).

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan faktor yang

diuji adalah ZPT (A), dan konsentrasi (B) dengan uraian sebagai berikut :

1. Faktor pertama adalah 2 macam Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan notasi (A) yang terdiri
dari :

A1 = ZPT Root-Up (IBA + NAA)

A2 = ZPT Wauxin (IAA)

2. Faktor kedua adalah 5 macam konsentrasi dengan notasi (B) yang terdiri dari :

B0 = 0 mg/L
B1 = 100 mg/L
B2 = 200 mg/L
B3 = 300 mg/L
B4 = 500 mg/L

Pengacakan diawali dengan membagi daerah percobaan atau unit percobaan dalam beberapa

kelompok. Pemberian perlakuan terhadap unit percobaan dilakukan secara acak pada setiap
11

kelompok, dengan batasan bahwa setiap perlakuan muncul sekali pada setiap kelompok

(Harsojuwono dan Arnata, 2018)

Gambar 3. 1 Susunan pengelompokan perlakuan antara A {ZPT Root-Up (IBA + NAA)


dan ZPT Wauxin (IAA)} dan B {konsentrasi 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300
ppm, dan 500 ppm}.

Faktor B Faktor A (ZPT)


(konsentrasi) A1 A2
B0 A1B0 A2B0
B1 A1B1 A2B1
B2 A1B2 A2B2
B3 A1B3 A2B3
B4 A1B4 A2B4

Gambar 3. 2 Penataan data dan analisis jumlah kuadrat, secara aktual di


lapangan diatur secara acak dalam 4 replikasi (ulangan) sebagai
berikut:

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4


1 6 6 7 4 5 3 8

A1B0 A2B0 A2B0 A2B1 A1B3 A1B4 A1B2 A2B2

5 3 10 8 9 3 6 1

A1B4 A1B2 A2B4 A2B2 A2B3 A1B2 A2B0 A1B0

2 7 1 9 7 2 10 5

A1B1 A2B1 A1B0 A2B3 A2B1 A1B1 A2B4 A1B4

9 4 5 2 10 6 7 4

A2B3 A1B3 A1B4 A1B1 A2B4 A2B0 A2B1 A1B3

8 10 4 3 8 1 2 9
12

A2B2 A2B4 A1B3 A1B2 A2B2 A1B0 A1B1 A2B3

Dengan demikian, terdapat 10 kombinasi perlakuan yang disajikan pada Gambar 1 dimana

setiap unit perlakuan terdiri dari 3 stek dan diulang sebanyak 4 kali yang disajikan pada Gambar

2, sehingga diperoleh 120 stek tanaman lada. Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (uji F)

Pada taraf nyata 5% dan jika terdapat perbedaan pengaruh signifikan, dilanjutkan dengan uji

Beda Nyata Jujur (BNJ).

3.4 Pelaksanaan penelitian

Tahapan secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan penelitian ini meliputi persiapan,

penanaman, pemeliharaan dan pengamatan.

3.4.1 Persiapan

Persiapan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi persiapan lahan, naungan, media tanam

dan bahan stek. Lahan yang digunakan relatif rata kemudian dibersihkan dari gulma atau

tanaman lainnya menggunakan cangkul dan koret. Naungan terbuat dari tiang bambu dengan

tinggi 2 m dan dinding dan atap yang berasal dari paranet dengan panjang 3 m dan lebar 3 m.

Media tanam menggunakan tanah kemudian diayak, lalu sekam bakar dicampur sampai merata

dengan tanah selanjutnya dimasukkan kedalam polibeg ukuran 15 cm x 25 cm dengan media


13

tanah dan arang sekam perbandingan 1:3 (v/v).

Bahan yang digunakan yaitu tanaman lada Varietas Natar 1 berumur satu tahun dari Balai

Besar Kebun Induk (BBKI). Stek dipotong menjadi 1 ruas berdaun tunggal dengan kemiringan

45o pada bagian permukaan bawahnya.

Pembuatan larutan ZPT yaitu meniman ZPT sesuai dengan tingkat konsentrasi mg/L yang

diinginkan, kemudian dilarutkan dengan aquadest 1 liter (Sudomo dkk., 2013). Zat pengatur

tumbuh yang digunakan adalah auksin dengan merk dagang (Root-Up dan Wauxin) yang terdiri

dari 5 konsentrasi (0 mg/L, 100 mg/L, 200 mg/L, 300 mg/L, dan 500 mg/L).

Bahan stek kemudian diberikan perlakuan-perlakuan sesuai dengan konsentrasi penambahan

ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan Wauxin (IAA). Metode pemberian ZPT adalah dengan

perendaman pada larutan ZPT selama 10 menit setiap perlakuan (Astutik, 2018).

3.4.2 Penanaman

Sebelum stek ditanam dibuat lubang terlebih dahulu untuk mempermudah penanaman stek.

Penanaman stek lada dilakukan sore hari setelah pengambilan bahan stek lada dan posisi

seluruh daun stek menghadap satu arah. Kemudian, stek dipindahkan ke bedengan yang telah

disiapkan. Sebelum disungkup, stek yang telah ditanam pada polibeg disiram sampai jenuh

untuk menjaga kelembapan pada saat stek ditanam dan diberi fungisida (bahan aktif:
14

mankozeb) agar bibit tidak terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur. Bedengan

disungkup menggunakan plastik transparan untuk mempercepat pertumbuhan dan menjaga

kelembapan dalam bedengan.

3.4.3 Pemeliharaan

Setelah bibit lada ditanam, penyiraman dilakukan sehari sekali pada waktu pagi atau sore hari

dan disesuaikan dengan kondisi media tanam jika media tanam kering maka dilakukan

penyiraman, perawatan lainnya ialah penyiangan gulma yang ada didalam polybag, jika terjadi

serangan hama maka dilakukan penyemprotan hama dengan pembasmi hama.

3.4.4 Pengamatan

Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah variabel agronomis tanaman lada yang

dibudidayakan, meliputi:

a. Tinggi tunas

Tinggi tunas dilakukan 4 kali yaitu pada stek berumur 30, 60, 90, dan 4 Bulan setelah tanam
15

(HST). Tinggi tunas diukur dari titik awal tumbuh tunas sampai ujung tunas tertinggi,

pengukuran menggunakan penggaris besi dengan satuan cm.

b. Jumlah daun

Jumlah daun dilakukan 4 kali yaitu pada stek berumur 30, 60, 90, dan 4 bulan hari setelah
tanam (HST).

c. Jumlah akar (helai)

Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian, setelah bibit lada dibongkar dari polybag. Akar

yang dihitung adalah akar yang baru tumbuh pada bekas potongan setek (bukan perpanjang

akar lekat) yang tumbuh pada buku-buku setek sulur panjat.

d. Panjang akar (cm)

Panjang akar setek lada adalah panjang akar lada yang paling panjang yang diukur dengan

mitras dari pangkal akar sampai ujung akar yang terpanjang.


16

e. Berat basah akar

Penimbangan berat basah akar dilakukan pada akhir penelitian. Penimbangan dilakukan

setelah tanaman dibersihkan dari kotoran-kotoran dan dikering anginkan, kemudian ditimbang

dengan menggunakan timbangan analitik.

f. Berat kering akar

Berat kering akar dilakukan pada stek berumur 120 hari. Dilakukan dengan cara memotong

polibag dan rendam di dalam air agar tanah hilang dari akar. Hal ini dilakukan agar akarnya

tidak terputus kemudian akar dan batang dipisahkan, dengan cara dipotong pada pangkal

tunasnya dan menjemur dibawah terik sinar matahari sampai layu. Akar tanaman yang telah

dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas koran dan dioven selama 24 jam pada suhu

700C sampai bobotnya konstan kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik.

g. Persentase stek hidup

Persentase stek hidup dilakukan pada stek berumur 120 hari dengan cara menghitung stek akar
yang masih tumbuh tunas dari masing-masing ulangan. Persentase stek hidup dihitung dengan
cara:
17

∑Stek yang hidup


Presentase stek hidup = =× 100 %......................................(1)
∑ Stek yang ditanam
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, N. (2017). Pengaruh IBA dan Bagian Stek Terhadap Induksi Akar Jeruk Keprok Borneo
Prima (Citrus Reticulata) Melalui Teknik Stek Mikro. Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Aprinita, Nurul Rima (2019) Pengaruh Sumber Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) Alami Dan
Konsentrasi Pupuk Cair Bio Urine Kambing Terhadap Pertumbuhan Bibit Stek Lada
(Piper Nigrum L.). Sarjana Thesis, Universitas Siliwangi.

Astutik Eka S.W. (2018). Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Stek Lada (Piper
Nigrum) Dalam Larutan Rootone-F. Skripsi. Fakultas Pertanian. Kudus : Universitas
Muria Kudus.

Danu,. Kurniawati., Putri P., dan Dede S. (2017). Pengaruh Media dan Zat Pengatur Tumbuh
Terhadap Perbanyakan Stek Pucuk Nyawai (Ficus Variegata Blume). Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan, 11(1), 15–23.

Evizal, Rusdi, Et Al. "Pengaruh Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Stek
Pohon Induk Lada Sambung (Piper Nigrum/Piper Colubrinum)." Jurnal Agrotek Tropika
10.1 (2022).

Farida, Farida. "Respon Perkecambahan Benih Kopi Pada Berbagai Tingkat Kemasakan Buah
Dengan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh." Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian 43.2 (2018):
166-172.

Felinda, Selfia. Etnoekologi Pertanian Organik Oleh Masyarakat Desa Seloliman Kecamatan
Trawas Kabupaten Mojokerto. Diss. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
2021.
19

Firmansyah, S., Rochmatino., dan Kamsinah. (2014). Pengaruh Pemberian IBA dan Komposisi
Media Terhadap Pertumbuhan Stek Sansevieria Cylindrica Var. Patula. Scripta Biologica,
1(2), 161.

Harsojuwono, Bambang Admadi, I. Wayan Arnata, And Sri Mulyani. "Bio-Plastic


Characteristics From Cassava Starch Modified In Variations The Temperature And Ph Of
Gelatinization." Research Journal Of Pharmaceutical Biological And Chemical Sciences
9.2 (2018): 290-296.

Jannah, E. M., Rita, N., Dan Ratna, W. A. 2019. Tingkat Persaingan Eksportir Utama Lada
Dunia. Jurnal Agroindustri Perkebunan 7(2):107.

Jannah, E. M., Rita, N., dan Ratna, W. A. 2019. Tingkat Persaingan Eksportir Utama Lada
Dunia. Jurnal Agroindustri Perkebunan 7(2):107.
Jannah, Eka Miftakhul, Rita Nurmalina, And Ratna Winandi Asmarantaka. "Tingkat Persaingan
Eksportir Utama Lada Dunia." Jurnal Agro Industri Perkebunan (2019): 107-120.

Jayati, Ria Dwi, And Nopa Nopiyanti. Efektivitas Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) Alami Dan
Kimiawi Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Mawar Jepang. Ahlimedia Book, 2021.

Martana, Sogan Budi, And Edy Sofyadi. "Pertumbuhan Tunas Dan Akar Setek Tanaman Mawar
(Rosa Sp.) Akibat Konsentrasi Air Kelapa." Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian 8.1 (2020):
31-36.

Merisa, Afriyani. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) Auksin Terhadap Pembiakan
Stek Kayu Salai (Glochidion Sericeum). Diss. Uin Raden Fatah Palembang, 2021.
Muslimah, Yuliatul, Iwandikasyah Putra, And Ledy Diana. "Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh Organik Terhadap Pertumbuhan Stek Lada (Piper Nigrum L.)." Jurnal
Agrotek Lestari 2.2 (2018).

Setiawan, E. (2017). Efektivitas Pemberian IAA, IBA, NAA, Dan Root-Up Pada Pembibitan
Kesemek. Jurnal Hortikultura Indonesia, 8(2), 97.
20

Sukendro, A dan Putri, W. D. (2016). Study Of Vegetative Propagation On Pericopsis Mooniana


Thw With Cutting Studi Pembiakan Vegetatif Pada Kayu Kuku (Pericopsis Mooniana
Thw) Melalui Cutting. Jurnal Silvikultur Tropika, 7(1), 53–57.

Anda mungkin juga menyukai