Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN


PERBANYAKAN VEGETATIF CARA STEK

Disusun Oleh:
Qonita Mumtazia Kamilah (21025010185)
Golongan D3

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2022
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang cocok dengan
banyak jenis tanaman. tanaman. Beragam tanaman yang dimiliki oleh
Indonesia menghasilkan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia seperti pemenuhan kebutuhan pangan, bahan dasar kegiatan
ekonomi, dan masih banyak lagi. Namun, seiring dengan berjalannya waktu
tanaman di Indonesia perlahan berkurang. Banyak sekali faktor yang
menyebabkan berkurangnya sumber oksigen kita seperti penebangan liar,
penggusuran hutan menjadi pemukiman, kebakaran hutan, kualitas
lingkungan yang tidak cocok lagi dengan tanaman tersebut, dan masih
banyak lagi. Hal ini tentu sangat berpengaruh bagi manusia. Masyarakat
harus mempunyai kesadaran untuk melakukan tindak reboisasi. Namun,
Masyarakat di-era sekarang yang ingin serba instan terkadang merasa malas
jika harus menanam tanaman dari 0. Menurut mereka ini hanya memakan
waktu yang lama.
Memperbanyak tanaman tidak hanya dapat dimulai dengan biji saja,
tetapi juga bisa dengan perbanyakan vegetative atau perbanyakan dengan
menggunakan bagian tanaman selain biji seperti batang, daun, dan akar.
Perbanyakan tanaman dengan cara vegetative memiliki beberapa macam
salahh satunya adalah perbanyakan tanaman dengan cara stek. Perbanyakan
tanaman dengan cara stek dinilai sebagai salah satu jenis perbanyakan
vegetative yang paling mudah sehingga sangat cocok untuk diterapkan di
era serba instant ini. Kelebihan teknik stek adalah tidak terkendala musim
maupun waktu, mempercepat pembuahan sebab individu baru mempunyai
umur yang sama dengan induknya, sifat yang dimiliki oleh individu baru
sama dengan induknya, dan teknik stek dapat memperbanyak tanaman
secara kontinyu.
Tanaman yang bisa terapkan kedalam teknik stek adalah tanaman
dikotil. Sebab, tanaman dikotil memiliki cambium yang diperlukan pada
teknik stek. Salah satu contoh tanaman dikotil adalah jambu air. Tanaman
jambu air memiliki lebih dari satu kandungan senyawa kimia yang memiliki
aktivitas farmakologi yang baik sehingga dapat digunakan sebagai obat
tradisional. Pengobatan secara tradisional sudah dikenal dari sejak dahulu
dan berpotensi untuk dikembangkan dalam kepentingan kesehatan
masyarakat seiring dengan tingginya biaya pengobatan dan harga obat-
obatan. Disamping itu penggunaan obat tradisional secara umum dinilai
lebih aman dari pada penggunaan obat modern (Anggrawati, 2016). Peneliti
mengambil contoh tanaman jambu karena dirasa jambu air memiliki
berbaga imacam manfaat dan tanaman jambu air dapat ditemukan disekitar.

1.2. Tujuan Praktikum


Mengetahui dan mempraktekkan bagaimana cara perbanyakan
tanaman melalui stek dan bagaimana pengaruh hormon terhadap
pertumbuhan akar bahan stek.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perbanyakan Vegetatif

Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan dengan menggunakan


bagian tanaman selain biji seperti batang, daun, dan akar (Margareta, 2019).
Sebab terjadinya pembiakan secara vegetatif adalah karena tanaman
menghasilkan biji yang sedikiit, tanaman resistem terhadap pathogen dan
penyakit, tanaman lebih ekonomis jika dibiakkan secara vegetatif
(Wiraatmaja, 2017). Dikarenakan perbanyakan vegetatif tidak melalui biji,
maka hasil akan lebih secepat didapatkan jika dibandingkan dengan
perbanyakan menggunakan biji. Perbanyakan vegetatif tergolong
perbanyakan yang mudah, low cost technology, dan tanaman
cepat membuahkan hasil.

2.2. Stek

Stek merupakan teknik pembiakan vegetative dengan menggunakan


pemotongan pada bagian vegetative suatu tanaman. Penggolongan stek
berdasarkan bagian tanamannya mencaku[ batan, daun, akar, dan tunas yang
kemudian diharap dapat memunculkan akar. Renasari (2010) dalam
Yustisia (2019) menyatakan bahwa batang yang digunakan untuk
melakukan teknik stek adalah batang yang memiliki keadaan yang sehat,
keras, tua, sudah pernah berbuah 3 - 4 kali dan batang atau cabang berwarna
hijau tua. Teknik stek bertujuan untuk memperbanyak tanaman secara
vegetative. Stek yang berhasil adalah stek yang memiliki akar. Pertumbuhan
akar yang cepat akan memungkinkan sumber stek memperoleh nutrisi untuk
menunjang pertumbuhannya (Sofwan, 2018).

Menurut Danu, Subiakto, & Putri, 2011 dalam Darmo, 2018, Stek
yang berhasil dapat dipengaruhi oleh faktor genetic dan faktor lingkungan.
Faktor genetik meliputi kandungan cadangan makanan dalam jaringan stek,
ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk) dan hormon endogen dalam
jaringan stek. Faktor lingkungan juga memengaruhi, antara lain media
perakaran, kelembaban, suhu, interaksi cahaya, dan teknik penyetekan
(Darmo, 2018). Aspek fisiologis dan penguasaan teknologi manipulasi
lingkungan merupakan salah satu kunci keberhasilan teknik stek (Subiakto,
2009 dalam Darmo, 2018). Parameter fisiologis yang penting dicermati
adalah intensitas cahaya, tegangan air daun dan temperature daun.

2.3. Jambu Air (Syszygium samarangense)

Jambu air (Syszygium samarangense ) termasuk kedalam


famili Myrtaceae. Jambu air mengandung zat besi, magnesium, potassium,
asam sitrat, serat vitamin A dan C, protein, karbohidrat, dan masih banyak
lagi. Berikut adalah klasifikasi jambu air

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium aqueum

Pada daun dikotil jaringan mesofilnya berdiferensiasi menjadi


jaringan spons parenkim, palisade parenkim dan berkas pengangkut.
Jaringan spons terdiri dari sel sel berbentuk tidak teratur dengan dinding
tipis dan mengandung sedikit kloroplas dengan ruang antar sel besar,
sehingga memudahkan pertukaran gas. Jaringan palisade parenkim
tersusun dari sel-sel bentuk silindris memanjang, selapis atau lebih rapat
satu sama lain, mengandung banyak kloroplas yang didalamnya
banyak klorofil berfungsi dalam menangkap cahaya untuk proses
fotosintesis. Jaringan berkas pengangkut tersusun oleh xilem, floem serta
sel pengiring dan parenkim. Fungsi xilem dalam jaringan pengangkut
adalah mengangkut air dan zat hara dari tanah, sedang floem mengangkut
hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan (Hanifa, 2016).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar Budidaya Tanaman mengenai “Perbanyakan Vegetatif


Cara Stek”, dilakukan pada hari Senin, 25 April 2022 pukul 15.10 - 16.50 WIB di
rumah masing-masing (Jl. Teluk Aru Utara 41-B, Kecamatan Pabean Cantian, Kota
Surabaya) dengan metode daring.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
- Beker glass
- Pipet Mohr
- Cawan petridish
- Bak perkecambahan
- Spatula
- Pisau

3.2.2. Bahan
- Bahan stek
- tanah taman
- hormon Rooton F bentuk pasta
- hormon IAA 1 ppm
- 10 ppm, 50 ppm
- aquadest

3.3. Cara Kerja

Digunakan metode :

1. Menyiapkan bahan tanaman berupa stek batang.


A. Stek daun
B. Stek batang
C. Stek tunas
D. Stek akar

2. Menyiapkan bak perkecambahan dan media tanam.


3. Merendam bahan stek di dalam larutan hormon dan mengolesi hormon
bentuk pasta. Dibiarkan kurang lebih 15-30 menit.
4. Menanam bahan stek yang sudah diperlakukan dengan perendam dalam
larutan hormon dan bahan tanaman yang sudah diolesi hormon dalam media
tanam.
5. Perlakuan yang diberikan adalah :
a. Kontrol (tanpa diberi hormon)
b. Diolesi dengan Rooton F
6. Mengamati jumlah akar yang terbentuk dan mengukur panjang akarnya
yaitu dengan cara membongkar tanaman, dilaksanakan setelah tanaman
berumur kurang lebih 1 bulan.
7. Membandingkan dan mempelajari dari perlakuan yang diberikan pada stek
dengan hormon tanaman.
8. Jika tidak ada hormon tanaman stek bisa dilakukan dengan pembandingan
bahan tanaman, seperti stek batang bagian, bawah, tengah dan atas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1 Hasil Pengamatan Tanaman Secara Vegetatif Stek Dengan Hormon Roof-
Up.

No. Gambar Tanggal Keterangan


27 April 2022 Belum Tumbuh
Tunas

Gambar 1. Pengamatan Stek


Dengan Hormon Roof-Up Pada
Jambu Air Minggu ke-1

4 Mei 2022 Belum Tumbuh


Tunas

Gambar 2. Pengamatan Stek


Dengan Hormon Roof-Up Pada
Jambu Air Minggu ke-2
11 Mei 2022 Belum Tumbuh
Tunas

Gambar 3. Pengamatan Stek


Dengan Hormon Roof-Up Pada
Jambu Air Minggu ke-3
17 Mei 2022 Belum Tumbuh
(Mengulang) Tunas

Gambar 4. Pengamatan Stek


Dengan Hormon Roof-Up Pada
Jambu Air Minggu ke-4
24 Mei 2022 Belum Tumbuh
Tunas

Gambar 5. Pengamatan Stek


Dengan Hormon Roof-Up Pada
Jambu Air Minggu ke-5

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tanaman Secara Vegetatif Stek

No. Gambar Tanggal Keterangan


27 April 2022 Belum Tumbuh
Tunas

Gambar 6. Pengamatan Stek


Jambu Air Minggu ke-1
4 Mei 2022 Belum Tumbuh
Tunas

Gambar 7. Pengamatan Stek


Jambu Air Minggu ke-2
11 Mei 2022 Belum Tumbuh
Tunas

Gambar 8. Pengamatan Stek


Jambu Air Minggu ke-3
17 Mei 2022 Belum Tumbuh
(Mengulang) Tunas

Gambar 9. Pengamatan Stek


Jambu Air Minggu ke-4
24 Mei 2022 Belum Tumbuh
Tunas

Gambar 10. Pengamatan Stek


Jambu Air Minggu ke-5

4.2. Pembahasan

Stek adalah teknik pembiakan vegetative dengan menggunakan


pemotongan pada bagian vegetative suatu tanaman. Pada penelitian kali ini
menggunakan perbanyaakan vegetative menggunakan stek batang.
Penelitian kali ini menggunakan dua perlakuan yakni stek biasa dan stek
dengan bantuan hormone roof-up atau rootone-f. Penambahan Rootone-F
pada stek dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan hasil yang
diinginkan (Hidayat, 2017). Menurut Danu, Subiakto, & Putri, 2011 dalam
Darmo, 2018, Stek yang berhasil dapat dipengaruhi oleh faktor genetic dan
faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi kandungan cadangan makanan
dalam jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk) dan
hormon endogen dalam jaringan stek. Faktor lingkungan juga
memengaruhi, antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, interaksi
cahaya, dan teknik penyetekan (Darmo, 2018). Kegagalan dalam teknik
stek juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor usia dan bahan
stek. Kegagalan stek batang disebabkan oleh faktor usia bahan tanamn dan
defisiensi karbohidrat yang disebabkan tidak berjalannya proses fotosintesis
sebab adanya kerontokan pada daun (Hidayat, 2017).

Perbanyakan vegetative stek yang dilakukan oleh praktikan


menggunakan dua perlakuan yakni stek biasa dan stek dengan bantuan
hormone roof-up atau rootone-f. Hormon Rootone-F merupakan hormon
perangsang pertumbuhan akar (zat pengatur tumbuh) khususnya untuk
teknik vegetative seperti cangkok dan stek. Cara menggunakan hormone ini
adalah hormon diberi air dan di aduk hingga menjadi pasta lalu dioleskan
ke ujung batang. Penanaman ini menggunakan media tanah kemasan yang
dianggap unur haranya telah tercukupi dan drainase yang normal.
Penanaman kali ini ditempatkan pada wilayah yang dinaungi sehingga stek
tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Pada minggu pertama
penanaman baik yang diberi hormone maupun tidak diberi hormone terlihat
tanaman masih segar dan hijau. Pada minggu kedua, penanaman baik yang
diberi hormone maupun tidak diberi hormone terlihat masih hijau. Namun,
pada minggu ke 3 tanaman jambu yang diberi hormon Rooftone-F
mengalami rontok pada daun sedangkan pada tanaman jambu yang tidak
diberi hormon telah mati dan dilakukan penanaman ulang. Kematian
tanaman yang tidak diberi hormon Rootone-F tidak diketahui penyebabnya.
Gambar 11. Pengamatan Stek Pada Jambu Air Mengalami Kematian

Pada pertengahan minggu ke-3 dan ke-4 sekitar tanggal 17 Mei 2022
(Gambar 11). Terlihat tanaman stek dengan kedua perlakuan mengalami
rontok daun dan batang mengering. Praktikan mencermati kembali ada
dimanakah letak kesalahan dalam melakukan teknik perbanyakan
vegetative dengan cara stek ini dan mengkonsultasikannya dengan aslab.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kematian pada
stek batang yang dilakukan yakni peletakan tanaman yang masih tidak
ternaungi secara baik, penyiraman yang berlebih, kualitas batang yang
kurang baik, dan terjadinya kesalahan pada teknik penanaman. Kematian
tanaman stek jambu pada tanggal 17 Mei 2022 menyebabkan penanaman
ulang harus dilakukan. Dihari yang sama, penanaman ulang dilakukan
dengan teknik yang sama namun adanya penambahan tutupan plastik
(sungkup) pada kedua perlakuan tanaman (tanaman yang menggunakan
hormon Rootone-F dan yang tidak). Pemberian plastik (sungkup) ini
bertujuan untuk menjaga kelembaban dan suhu (Sudartini, 2020). Pada
minggu ke-4 dilakukan penanaman ulang dengan teknik yang sama dengan
tambahan sungkup. Pada minggu ke-5 tanaman stek yang diberi hormon
Rootone-F tetap segar namun, tanaman stek yang tidak menggunakan
hormon terlihat adanya kerontokan pada daun.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan laporan diatas dapat disimpulak bahwa

1. Stek adalah teknik pembiakan vegetative dengan menggunakan


pemotongan pada bagian vegetative suatu tanaman.
2. Hormon Rootone-F merupakan hormon perangsang pertumbuhan
akar (zat pengatur tumbuh) khususnya untuk teknik vegetative
seperti cangkok dan stek.
3. Kegagalan stek batang disebabkan oleh beberapa faktor yakni
peletakan tanaman yang masih tidak ternaungi secara baik,
penyiraman yang berlebih, kualitas batang yang kurang baik, dan
terjadinya kesalahan pada teknik penanaman

5.2. Saran

Perbanyakan vegetative dengan cara stek merupakan perbanyakan


tanaman yang menguntungkan sebab umur panennya cenderung lebih
singkat jika dibandingkan dengan penanaman mulai dari biji. Kesuksesan
teknik stek dipengaruhi oleh faktor genetic dan faktor lingkungan. Jika ingin
teknik stek ini sukses maka faktor-faktor pendukung kesuksesan teknik stek
ini harus dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggrawati. P. S., dan Z. M. Ramadhania. (2016). REVIEW ARTIKEL:
KANDUNGAN SENYAWA KIMIA DAN BIOAKTIVITAS DARI
JAMBU AIR (Syzygium aqueum Burn. f. Alston). Farmaka. Vol 14(2).

Darwo., dan I. Yeny. (2018). PENGGUNAAN MEDIA, BAHAN STEK, DAN


ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP KEBERHASILAN STEK
MASOYI (Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm). Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman Vol. 15 No. 1: 1-66

Hanifa. H. M., dan S. Haryanti. (2016). Morfoanatomi Daun Jambu Air


(Syzygium samarangense) var. Demak Normal dan Terserang Hama Ulat.
Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol 1 (1).
Margareta. F., Budianto., dan Sutoyo. (2019). STUDI TENTANG
METODE PERBANYAKAN TANAMAN JERUK SIAM PONTIANAK
(Citrus nobilis var microcarpa) SECARA VEGETATIF DI
KEBUN PERCOBAAN PUNTEN DESA SIDOMULYO KOTA BATU.
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

Sofwan. N., O. Faelasofa., A. H. Triatmoko., dan S. N. Iftitah. (2018).


OPTIMALISASI ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH) ALAMI EKSTRAK
BAWANG MERAH (Allium cepa fa. ascalonicum) SEBAGAI PEMACU
PERTUMBUHAN AKAR STEK TANAMAN BUAH TIN (Ficus carica).
Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika 3 (2): 46-48.

Wiraatmaja. I. W. (2017). PEMBIAKAN VEGETATIF SECARA


ALAMIAH DAN BUATAN.
Yustisia. D., M. Faisal., dan S. Sudewi. (2019). PERTUMBUHAN STEK BUAH
NAGA (Hylocereus costaricensis L.) PADA BERBAGAI KOMPOSISI
MEDIA TANAM DAN PANJANG STEK. Jurnal Agrominansia, 4 (1).

Hidayat. P. W., M. Baskara., dan Sitawati. (2017). KEBERHASILAN


PERTUMBUHAN STEK GERANIUM (Pelargonium sp.) PADA
APLIKASI 2 JENIS MEDIA DAN ZAT PENGATUR TUMBUH.
PLANTROPICA Journal of Agricultural Science. 2(1): 47-54.
Azwin., dan E. Sadjati. (2018). RESPON STEK MERANTI BAKAU (Shorea
uliginosa Foxw.) TERHADAP PEMBERIAN ROOTONE F DAN
BERBAGAI MEDIA TANAM. Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan. Vol.
13, No.2.

Sudartini. T., D. Zumani., dan D. Diantini. (2020). PENGARUH SUNGKUP DAN


JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
ANGGREK Dendrobium SAAT AKLIMATISASI. Media Pertanian. Vol.
5, No. 1: 31-43.

Anda mungkin juga menyukai