ACARA 1
PERBANYAKAN GAHARU DENGAN CARA VEGETATIF (STEK
BATANG)
2
I. PENDAHULUAN
Teknik pembuatan bibit dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu cara
generatif (menggunakan biji) dan vegetatif (dengan cara stek, cangkok, okulasi, dan
kultur jaringan) serta menggunakan cabutan anakan alam jika benih/biji tidak tersedia
(Rusmana, 2014). Salah satu perbanyakan gaharu (Gyrinops versteegii) dengan cara
vegetatif, yaitu melalui stek batang.
Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan stek adalah dengan
pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berasal dari bahan kimia sintetik maupun
bahan alami. Zat pengatur tumbuh mengatur setiap tingkat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Bahan alami yang dapat digunakan sebagai substitusi ZPT
diantaranya adalah air kelapa (Kabelwa, 2017).
Selain itu, dalam memperbanyak gaharu secara vegetatif sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan polybag karena memiliki beberapa keuntungan, seperti
menghemat lahan, perawatan tanaman lebih mudah, menghemat pemakaian air,
nutrisi yang diberikan dapat langsung diserap akar tanaman, dan tanaman mudah
dipindahkan ke berbagai tempat (Yuliana et al., 2020).
Jadi dengan dilakukannya praktikum penanaman, kita bisa mengetahui
bagaimana caranya untuk melakukan penanaman dari perbanyakan secara vegetatif
yang dibantu oleh pemberian hormon tumbuh.
1.2. Tujuan
2.1 Stek
Pertumbuhan stek dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi jenis bahan yang digunakan, jumlah tunas
dan daun pada bahan stek, umur bahan stek, kandungan bahan makanan dan zat
pengatur tumbuh. Sedangkan faktor eksternal meliputi media pertumbuhan,
kelembaban, suhu, cahaya, dan prosedur pelaksanannya (waktu pengambilan bahan
stek serta perlakuan dengan zat pengatur tumbuh) (Waniatri et al., 2019).
Selain itu, faktor lingkugan sekitar pun turut mempengaruhi keberhasilan
pertumbuhan stek, antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya
dan teknik penyetekan. Adapun hormon tumbuh dan media perakaran merupakan
bagian faktor penting yang mempengaruhi efektivitas pengakaran stek (Waniatri et
al., 2019).
2.4 Media Tumbuh
Media tanam yang baik akan sangat mendorong keberhasilan
pertumbuhan tanaman selanjutnya juga sangat berpengaruh terhadap
produksi buah. Media tanam seperti rockwall, pasir, arang sekam, cocopeat
dan lain -lain dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang
ditanam (Siregar et al., 2018).
2.5 Klasifikasi Perbanyakan Vegetatif
digunakan apabila diameter batang bawah lebih besar dibandingkan dengan batang
atas. Sambung pucuk atau grafting merupakan teknik perbanyakan vegetatif yang
dilakukan engan menyambungkan bagian pucuk tanaman yang masih muda
sehingga terbentuk gabungan yang dapat hidup terus dan berproduksi
(Margareta et al., 2019) .
7
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Mei 2022 jam 16:00 WITA
Selesai bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
7. Dilakukan penyiraman pada monitoring dan evaluasi (monev) pada gaharu pada
waktu-waktu berikut.
a. Pagi (07.00-09.00)
b. Sore (16.00-18.00)
c. Pagi dan Sore
10
4.1. Hasil
Dari praktikum yang sudah dilaksanakan, maka hasil yang didapatkan dari
seluruh perlakuan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Persentase Tumbuh
Perlakuan Stek Panjang Awal Panjang Akhir % Tumbuh
P1 20 20 0
P2 20 20 0
H1
P3 20 20 0
P4 20 20 0
P1 13 13 0
P2 20 20 0
H2
P3 16 16 0
P4 17 17 0
P1 20 20 0
P2 18 18 0
H3
P3 18,5 18,5 0
P4 19 19 0
H4 P1 13 14 2
P2 14 15 1
11
P3 20 20,5 0,5
P4 19 19,5 0,5
tidak terserap sampai ke bawah media tanaman yang mengakibatkan akar menjadi
kekurangan air atau akar akan menjadi busuk ketika air tertahan di permukaan
tanah/menggenang (Yuliana et al., 2020).
Pada H4 dengan perlakuan Roton terdapat banyak perubuhan baik dimensi
maupun panjang yang diakibatkan cara peraawatan yang baik dan cara pemeliharaan
yang baik. Pemeliharaan beguna untuk menjaga agar penanaman yang dilakukan
tetap terjaga dengan baik dan terhindar dari hama dan penyakit. Hama dan Penyakkit
sangatu merugikan tanamanm oleh karena itu pemberian penanganan yang baik perlu
untuk dilakukan.
Adapun tanpa perlakuan terhadap pertumbuhan stek dengan kode sampel H3,
yaitu tidak mempengaruhi pertumbuhan pada parameter jumlah tunas, jumlah daun,
tinggi tanaman dan persentase tumbuh terutama pada kode sampel dengan jenis
media tanam hanya berupa tanah saja. Hal ini disebabkan oleh bentuk polybag dan
partikel tanah cukup berat membuat tanah mudah memadat ke bawah, sehingga ruang
udara menjadi berkurang dan tanaman akan kekurangan oksigen dan air juga tidak
terserap sampai ke bawah media tanaman yang mengakibatkan akar menjadi
kekurangan air atau akar akan menjadi busuk ketika air tertahan di permukaan
tanah/menggenang
Kemudian untuk kode sampel M1 (tanah dan sekam padi) dan kode sampel
M3 (tanah, sekam padi, dan pupuk) pertumbuhan stek mati. Hal ini dikarenakan pada
kedua media meskipun M3 menggunakan pupuk, tidak menutup kemungkinan
tanaman terserang jamur yang pada akhirnya mengakibatkan tanaman mati yang
disebabkan oleh medianya yang terlalu lembab sehingga memicu jamur hidup di atas
permukaan media karena intensitas air yang terlalu banyak (hujan). Seperti yang kita
ketahui bahwa sekam padi merupakan media yang membuat kondisi tanaman dalam
keadaan lembab dan apabila semakin dilakukan penyiraman lagi, maka media akan
semakin lembab (Pardede et al., 2021).
13
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
ACARA 2
PENANAMAN
15
I. PENDAHULUAN
pulau Nusa Tenggara yang memerlukan waktu lama. Selain itu, biji Gyrinops
versteegii memiliki daya survive atau persen jadi bibit nya rendah dan musim
buahnya hanya setahun sekali (bulan Agustus hingga Desember).
Perbanyakan gaharu dilakukan secara generatif, namun sangat jarang mengingat
biji tanaman gaharu ini bersifat rekalsitran dan relatif membutuhkan waktu yang lebih
lama. Oleh karena itu, diperlukan teknologi perbanyakan bibit secara in vitro atau
disebut dengan kultur jaringan. Menurut Azwin et al. (2006), teknik kultur jaringan
memberikan alternatif terhadap usaha perbanyakan tanaman secara vegetatif dalam
skala yang lebih besar dalam upaya konservasi dan pengembangan tanaman gaharu di
masa yang akan datang
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan gaharu yang
ditanam di lahan terbuka atau tanpa naungan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini bagaimana tanama Gaharu tumbuh pada tempat yang
tanpa naungan
17
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gaharu
Gaharu adalah nama komoditi perdagangan hasil hutan bukan kayu (HHBK)
berupa resin yang dihasilkan dari beberapa jenis pohon, terutama dari marga
Aquilaria akibat terinfeksi jamur (Soerianegara & Lemmens, 1994 dalam
Partomiharjo, 2009).) Gaharu merupakan sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan
warna yang khas serta memiliki kandungan kadar damar wangi. Dilihat dari
wujudnya, gaharu merupakan gumpalan/1berbentuk padat, berwarna coklat
kehitaman sampai hitam dan berbau harum (jika dibakar) yang terdapat pada bagian
kayu atau akar dari jenis tumbuhan penghasil gaharu yang telah mengalami proses
perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur.Gaharu, yang disebut
juga agarwood, aloewood, eaglewood atau karas sebagai salah satu hasil hutan yang
bernilai ekonomi tinggi, terjadi melalui fenomena patologis yang unik. Gaharu
banyak digunakan sebagai bahan dasar minyak wangi, dupa bakaran, dan obat
tradisional di Asia Timur
Gaharu berupa resin, berbentuk gumpalan padat berwarna coklat kehitaman
sampai hitam, dan berbau harum, terdapat pada bagian kayu atau akar tanaman pohon
inang. Gubal gaharu memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak digunakan sebagai
bahan dasar minyak wangi, dupa, dan obat tradisional di Asia Timur (Amansya,
2011).
2.2 Macam-macam Perbanyakan Gaharu
Perbanyakan gaharu dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu vegetatif dan
generatif. Perbanyakan gaharu secara generatif diantaranya, perbanyakan dengan biji,
cabutan, anakan (umur 1-3 bulan), sapihan (umur 4- 12 bulan), stump (1-2 tahun),
putaran umur (3-5 tahun), sedangkan perbanyak secara vegetatif antara lain, stek
pucuk atau batang, cangkok dan kultur jaringan (Febriani, 2021).
18
Pada kondisi tanpa naungan, cahaya matahari yang diterima lebih banyak
sehingga hal ini memicu perkembangan tanaman dan memicu munculnya tunastunas
baru. Mekanisme penyaluran hasil fotosintesis dari sel sumber penghasil fotosintat ke
sel penerima yang membutuhkan (dikenal dengan sebutan Transport Fotosintat atau
Translokasi), menyebabkan penyaluran fotosintat yang seharusnya diperuntukkan
untuk pertumbuhan batang ataupun umbi (untuk tanaman pertanian), tetapi
didistribusikan ke tunas-tunas yang tumbuh tersebut. (Buntoro et al., 2014).
2.5 Fotosintesis Gaharu
terjadi dengan intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan memberikan dampak pada
lebih tinggi dibandingkan energi yang dihasilkan dari fotosintesis (Nugroho et al.,
2011).
19
Praktikum penanaman bibit gaharu ini di laksankan pada hari Selasa, 2 Mei
2023 pukul 16.00 wita, yang berlokasi di Tanjung Karang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu, Bibit gaharu dengan tinggi
masing masing 50 cm, 45 cm, dan 40 cm.
3.3 Prosedur Kerja
4.1 Hasil
Gaharu 50 cm 52 cm
= 52−50=2 cm
2
= 30 ×100 %=6 ,6 %
4.2 Pembahasan
Pada Gaharu ini dimiliki tinggi awalnya yaitu 50 cm dan tinggi akhirnya 52
cm. Pertumbuhan Gaharu ini terbilang lambat karen Gaharu merupakan tanaman
yang toleran. Pada kasus ini di dapatkan tanaman Gaharu ini menguning dan daun
daunnya pun menjadi layu. Kekurangan unsur haara juga menjadi pertimbangan
mengapa tanaman gaharu ini lambat untuk tumbuh dan berkembang. bibit berukuran
kurang dari 100 cm yang ditanam di tempat terbuka dan di bawah dan tanpa naungan
lebih lambat . Perbedaan kondisi fisik bibit dengan perlakuan tanpa naungan dan
tinggi bibit 100 cm keatas dengan perlakuan tanpa naungan.
salah satu faktor yang menyebabkan terbatasnya hasil gaharu dari hutan
tanaman, karena penanamannya hanya bisa dilakukan di bawah naungan (di sela-sela
22
yang diterima lebih banyak sehingga hal ini memicu perkembangan tanaman dan
memicu munculnya tunastunas baru. Mekanisme penyaluran hasil fotosintesis dari sel
sumber penghasil fotosintat ke sel penerima yang membutuhkan (dikenal dengan
sebutan Transport Fotosintat atau Translokasi), menyebabkan penyaluran fotosintat
yang seharusnya diperuntukkan untuk pertumbuhan batang ataupun umbi (untuk
tanaman pertanian), tetapi didistribusikan ke tunas-tunas yang tumbuh tersebut
24
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa tanaman Gaharu yang di tanam
tanpa naungan akan mendapatkan hasil yang kurang maksimal dan akan
memperlambat perkembangannya. Gaharu hanya butuh cahaya yang lebih sedikit
karena gaharu merupakan tanaman yang toleran yang membutuhkan intesitas cahaya
yang rendah
5.2 Saran
Saran pada praktikum ini yaitu pemilihan lokasi tanaman lebih baik lagi
karena jenis tanah lokasi penanaman yaitu jenis tanah berlumpur
25
DAFTAR PUSTAKA
Rusmana. 2014. Teknik Produksi Bibit Gaharu (Aquilaria sp.) untuk Mendukung
Peningkatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Jurnal Galam, 7 (1): 43 – 65.
Siregar, N, P. 2018. Pengaruh Berbagai Bagian Skarifikasi dan Lama Perendaman
H2SO4 Terhadap Viabilitas Benih Sirsak. Skripsi. Medan. Universitas
Sumatera Utara.
Srilaba, N., Purba, J, H., Arsana, I, K, N. 2018. Pengaruh Lama Perendaman dan
Konsentrasi Atonik Terhadap Perkecambahan Benih Jati. Jurnal Agro Bali, 1
(2): 108 – 119.
Yuliana, E., Widyawati, N., Sutrisno, A, J. 2020. Pengaruh Komposisi Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bunga Gladiol (Gladioulus
hybridus L.). Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 9 94): 353 – 360.
Waniatri, W., Hendraya, Y., Supartono, T., Nurlaela, A., Amalia, K. 2019. Pengaruh
Zat Pengatur Tumbuh Alami dan Asal Stek Batang Terhadap Pertumbuhan
Bibit Pohon Beunying (Ficus fistulosa Reinw. Ex Blume). Prosiding Seminar
Nasional Konservasi untuk Kesejahteraan Masyarakat. Kuningan. Hal 200 –
210.
27
LAMPIRAN
28