Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT DASAR KAYU

ACARA 1
ANATOMI KAYU : IDENTIFIKASI KAYU SECARA MAKROSKOPIS

NAMA : DIDI MUHAMMAD HIRSAN


NIM : C1L019026
KELOMPOK : 1 (SATU)
SHIFF/SESI : 1 (SATU)

LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL HUTAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber daya alam yang merupakan bahan mentah
yang muda diproses menjadi barang atau bentuk lain yang sesuai dengan kemajuan
teknologi. Pengertian kayu adalah suatu barang diporoleh dari hasil pemungutan
pohon di hutan yang merupakan bagian pohon tersebut. Kayu berasal dari berbagai
pohon yang memiliki sifat berbeda-beda. Bahkan dari pohon memiliki sifat agak
berbeda. Sifat yang dimaksud antara lain sifat anatomi kayu, sifat fisika dan
kimianya. Dalam hubungannya maka ada perlunya jika sifatsifat kayu itu diketahui
lebih dulu, sebelum dipergunakan berbagai bahan bangunan industri kayu, maupun
untuk pembuatan perabotan.
Sejumlah kayu dapat dikenal melalui pengamatan dengan mata biasa
dinamakan sifat makroskopis karena untuk pengamatan dengan mata biasa ini tidak
dibutuhkan makroskopis. Ciri-ciri penting karena sering ciri tersebut memberikan
petunjuk tentang kondisi pohon tersebut, sifat-sifat fisiknya membantu dalam
pengenalan kayu. Pengamatan kayu tempat alat optik menunjukkan bahwa tidak
hanya terdapat perbedaan antara kayu lunak dan kayu keras, maupun berbagai
macam spesies, tetapi juga menunjukkan perbedaan dalam satu sampel, seperti kayu
gubal dan kayu teras, linkaran pertumbuhan kayu awal dan kayu akhir, susunan
pori, tekstur, jari-jari, kilap, arah serat, kesan raba, dan lain-lain.
Kayu tersusun atas sel yang memanjang dan kebanyakan berorientasi karena
longitudinal batang yang dihubungkan melalui pintu yang disebut noktah . sel yang
bervariasi tergantung pada fungsinya, memberikan kekuatan mekanis yang
diperlukan pohon dan juga melakukan fungsi pengangkutan cairan dan penyimpan
cadangan makanan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dianggap perlu untuk mengadakan
praktikum pengenalan sifat makroskopis.

2. Tujuan praktikum
2.1 menentukan tiga bidang orientasi/pengamatan kayu
2.2 mengidentifikasi dan menggambar bagian-bagian yang terdapat pada kayu
3. Teori (jenis kayu yang diamati)

3.1 Pulai (Alstonia scholaris)


Pulai (Alstonia sp.). yang termasuk ke dalam suku Apocynaceae banyak
diinformasikan mengandung getah yang sering digunakan sebagai obat
tradisionil. Dalam berbagai literatur, jenis pohon berkhasiat obat sudah
banyak disinggung namun diskripsi anatomi kayu maupun kulit (pepagan)
jenis Pulai hingga tingkat species masih belum banyak ditemui. Contoh
kayu dan kulit Alstonia scholaris, A.angustiloba dan A. pneumatophora
disayat dengan mikrotom untuk memperoleh sayatan tipis guna pengamatan
struktur anatomi. Dimensi sel pembuluh dan serat kayu diukur melalui
preparat maserasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kayu dari ketiga
jenis Pulai ini dapat dibedakan diantaranya berdasarkan perbedaan diameter
dan frekuensi sel pembuluh, tipe dan susunan sel parenkim serta lebar sel
jari-jari. Kulit ketiga jenis ini dapat dibedakan melalui bentuk sel sklereid
dan kehadiran jari-jari terdilatasi (sel jari-jari yang mengalami pelebaran).

3.2 Dadap (Erythrina variegate)

Kayu dadap atau cangkring Erythrina variegata Lamk. merupakan tanaman


perkebunan yang berasal dari family Leguminoseae. Menurut Valkenburg
dan Bunyapraphatsara 2002 ciri-ciri dari kayu dadap yaitu kayu teras
berwarna pucat atau putih dan tidak dapat dibedakan secara jelas dengan
kayu gubalnya. Arah serat lurus dan sedikit bergelombang, tekstur kasar
dan tidak merata. Kayu dadap termasuk kayu ringan dengan berat jenis
0,24-0,38 gcm 3 dan termasuk ke dalam kelas kuat V dan kelas awet V.
Desch 1957 dalam Satyarini 2003 menjelaskan bahwa kayu dari genus
Erythrina memiliki kualitas serat yang sangat bagus sehingga cocok untuk
dijadikan bahan baku dalam pembuatan kertas. Dinding sel tipis sampai
sedang dan agak lebar. Menurut Hong dan Prawirohatmodjo 1998 kayu
dadap dapat digunakan sebagai bahan baku pulp dan kayu bakar sedangkan
daun dan kulitnya dapat digunakan sebagai pupuk, pakan ternak dan obat
tradisional. Kayu dadap tersebar dari hutan pantai Afrika Timur, India, Asia
Tenggara dan Australia. Valkenburg dan Bunyapraphatsara 2002
menyatakan bahwa kayu dadap dapat dimanfaatkan untuk perisai, tombak,
sepatu kayu, ukiran, artefak murah dan peralatan dapur serta dapat
digunakan sebagai bahan baku pulp. Biasanya juga dimanfaatkan sebagai
tanaman hias dan obat tradisional. Kayu dadap tersebar di Amerika sekitar
70 spesies, Afrika sekitar 32 spesies dan di Asia sekitar 18 spesies. Menurut
Valkenburg dan Bunyapraphatsara 2002, prospek kayu dadap untuk
produksi kayu tidak menjanjikan. Kayu merupakan produk utama sekunder,
meskipun telah menunjukkan beberapa potensi produksi kertas. Kayu dadap
bisa sangat berharga sebagai pohon multi-fungsi, mengingat dapat
digunakan sebagai pakan ternak, pupuk hijau dan obat tradisional.

3.3 Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes)


sengon merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat karena memiliki sifat yang cepat tumbuh sehingga dapat
dipanen dalam waktu yang tidak terlalu lama. Budidaya sengon di
masyarakat dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan biji dan
trubusan. Informasi mengenai sifat-sifat anatomi sengon hasil
pembudidayaan yang berbeda ini Smasih sangat terbatas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui variasi sifat anatomi kayu sengon yang
dibudidayakan dengan cara yang berbeda. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap dengan 2 faktor yaitu jenis dan kedudukan radial
kayu dalam batang. meliputi biji dan trubusan, sedangkan kedudukan radial
dibuat potongan dengan ukuran tiap 2 cm. Parameter yang diteliti adalah
proporsi sel dan dimensi serat. Proporsi sel meliputi sel serabut, sel
pembuluh, sel parenkim dan sel jari-jari, sementara dimensi sel meliputi
panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding sel.

3.4. Rajumas (Duabanga moluccana)


Salah satu jenis kayu pertumbuhan yang cepat (fast growing) adalah
kayu rajumas. Pertumbuhan riap diameter tegakan kayu rajumas yaitu
3,77 cm pertahun pada umur 9 tahun dan 3,29 cm pertahun pada umur
10 tahun (Susila, 2010). Pertumbuhan riap diameter tegakan kayu
rajumas pada umur 9 tahun lebih tinggi dibandingkandengan
kayu Schizolobium amazonicum Ducke yaitu dengan riap
diameter tegakan 3,68 cm pertahun pada umur 8 tahun (Amin
et al. 2008) . Pemanfaatan kayu rajumas bisa di panen 6-8 tahun
untuk keperluan industri pulp, namun untuk bahan kontruksi
bangunan dapatdipanen pada umur 30 tahun untuk
mendapatkan kayu dengan kualitas yang layak (Surata,
2007).Penggunaan kayu rajumas digunakan sebagai bahan kontruksi
ringan salah satunya adalah sebagai usuk, namun demikian hingga saat
ini data mengenai sifat-sifat dasarkayu rajumas masih terbatas. Hadjib
et al. (2007) menyatakan bahwa dalam pemanfaatan kayu diperlukan
data penunjang dalam perencanaan penggunaannya. Salah
satu data dasar yang sering dipergunakan adalah sifat fisika

3.5. Kempas (Koompassia malaccensis)


Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk
suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu.
Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari
pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat
serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat
dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang
bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang
berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama
lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan
susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi
selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat). Semua kayu bersifat
anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).

3.6. Jati (Tectona grandis)

Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu tropis yang penting karena
reputasinya sebagai kayu berkualitas tinggi, dimana memiliki kekuatan
tinggi, keawetan yang tinggi, penampilannya yang berkesan mewah dan
pengerjaannya yang mudah. Namun kebutuhan kayu jati yang terus
meningkat tidak diimbangi dengan ketersediaannya, sehingga perlu
dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut antara lain dengan
pemuliaan pohon. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sifat-sifat
kayu jati unggul hasil pemuliaan pohon pada berbagai laju pertumbuhan.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan
percobaan faktorial, dengan faktor kelas diameter, kedudukan radial, dan
periode pembentukan kayu

3.7. Mahoni (Swietenia mahagoni)


Kayu mahoni merupakan salah satu jenis kayu yang tak asing lagi di
Indonesia, terutama dalam penggunaannya sebagai material furniture.
Karena kayu yang satu ini memang memiliki habitat di daerah tropis. Kayu
mahoni memang tidak sekuat kayu jati. Namun, kualitasnya tetap unggul
dan dianggap cocok menjadi pengganti jati sebab harganya lebih ekonomis.

Kayu mahoni sebenarnya banyak ditemui di Indonesia, khususnya di Pulau


Jawa. Jenis kayu ini cukup populer dijadikan material furniture karena masa
tanamnya yang cukup singkat dan harga yang tidak terlalu mahal. Kayu
mahoni juga memiliki tekstur yang lebih lunak dari kayu lainnya sehingga
mudah untuk dibentuk, dan ciri khas tone warnanya yang kemerahan.
Meskipun terlihat sama, semua jenis kayu pasti memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Jika Anda menginginkan furniture yang terbuat dari kayu
mahoni, Anda tentu harus mengenal karakteristiknya terlebih dahulu.
Nantinya, Anda dapat mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya
sebelum menentukan pilihan terbaik.

3.8 Puspa (Schima wallichii Korth)


Puspa, seru, atau medang gatal (Schima wallichii) adalah sejenis pohon
penghasil kayu pertukangan berkualitas sedang. Pohon ini termasuk ke
dalam keluarga teh (Theaceae), dan menyebar luas mulai dari Nepal, melalui
Asia Tenggara, hingga ke Papua Nugini. Disebut medang gatal karena
pohon ini memiliki lapisan semacam miang di bawah pepagannya, yang
keluar berhamburan ketika digergaji dan menimbulkan rasa gatal di kulit.
Nama spesiesnya diberikan untuk menghormati N. Wallich (1786 – 1854),
ahli botani berkebangsaan Denmark yang telah berjasa mengembangkan
Kebun Raya Kalkuta.
BAB II
METODOLOGI
Identifikasi kayu adalah kegiatan praktek untuk melakuakan pengamatan secara
seksama terhadap bagian-bagian dari tumbuhan berkayu yang berguna sebagai
ciri identitas untuk mengenali suatu jenis kayu. Bagian-bagian kayu yang diamati
dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu:
1. Ciri-ciri struktur daripada unsur penyusun kayu
2. Sifat-sifat fisik dari kayu tersebut
Hasil pengamatan pada setiap bagian tersebut diharapkan dapat digunakan
sebagai suatu cirri pengenal yang khas dari bagian kayu tersebut. Selain ciri
khas, kita juga harus mengamati sifat fisik yang khas dari kayu tersebut, dimana
cirri dan sifat yang khas tersebut bisa digunakan untuk melakukan kegiatan
identifikasi kayu.
Pada praktikum bagian anatomi kayu akan diperkenalkan beberapa metode
identifikasi kayu yang bisa dilakukan untuk mengenali dan menentukan suatu
jenis kayu. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kayu ada 3 cara,
yaitu:
1. Identifikasi kayu secara makroskopis
2. Identifikasi kayu secara mikroskopis
3. Determinasi kayu
Ketiga metode/cara di atas mempunyai maksud yang intinya kurang lebih sama,
yaitu bagaimana cara mengenali suatu jenis kayu dengan memperhatikan ciri-ciri
yang terdapat pada kayu tersebut. Adapun yang membedakan hanyalah didalam
teknik pelaksanaan dan peralatannya.
Berikut ini akan dijelaskan secara lanjut mengenai identifikasi kayu secara
makroskopis.

Identifikasi Kayu Secara Makroskopis


a. Pengertian
b. adalah kegiatan mengidentifikasi yang dilakukan dengan cara mengamati
secara langsung dengan menggunakan mata biasa atau loupe (perbesaran 10x
atau 12x) terhadap cirri-ciri suatu jenis kayu baik strukturnya maupun sifat
fisiknya.
c. Maksud dan tujuan
Untuk mengenali ciri-ciri kayu perdagangan yang penting sehingga dapat
segera membedakan jenis-jenis kayu tersebut dalam praktek.
d. Peralatan yang diperlukan
 Contoh kayu
 Loupe perbesaran 10-12 x
 Pisau tajam
 Buku praktikum
 Alat tulis-menulis
e. Teknis pelaksanaan
 Membuat irisan melintang, tangensial, dan radial. Dalam membuat
irisan melintang harus diusasahakan supaya irisan tersebut sehalus
mungkin, dengan cara membuat sekali iris dengan pisau yang tajam.
Pisau yang tumpul akan menimbulkan goresan-goresan pada bidang
irisan sehingga akan mengganggu bidang pengamatan (bisa dikira
parenkim). Agar lebih jelas bidang pengamatan bisa dibasahi dengan air.
 Melakukan pengamatan terhadap cirri-ciri dan sifat-sifat fisik kayu
dengan mata atau loupe
 Menggambar bidang (X), (T), (R) menurut petunjuk yang ada
 Membuat risalah kayu menurut petunjuk yang ada dengan
memperhatikan bahan-bahan yang diberikan dalam kuliah Anatomi dan
Identifikasi Kayu.

1. RISALAH KAYU (Secara Makroskopis)


 Nama kayu : (nama perdagangan dan nama ilmiah)
 Ciri-ciri struktur kayu:
o Lingkaran tahun : ada atau tidak, dan disebabkan oleh apa?
o Pembuluh kayu : sebutkan penyebarannya, ada isinya atau
tidak?
o Parenkim : sebutkan bentuk dan penyebarannya.
o Jari-jari kayu : jelaskan apa yang terlihat (bertingkat atau
tidak, mempunyai dua macam ukuran atau tidak)
o Tekstur : halus, sedang, kasar.
o Serat : lurus, miring, berpadu
o Saluran dammar, getah: ada atau tidak?
 Sifat-sifat fisik
o Warna : khas atau tidak
o Bau : Harum, tidak berbau atau khas
o Berat : ringan, sedang, berat
o Keras : lunak, sedang, keras
o Kilap : kilap, suram
o Kesan raba
 Penggunaan : bangunan, veneer, kotak pembungkus, pertukangan, dll)
BAB III
HASIL PENGAMATAN

1. Kayu pulai

2. Kayu sengon
3. Kayu rajumas

4. Kayu rajumas
5. Kayu jati

6. Kayu mahoni
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Kayu pulai
Hasil dari pengamatan kayu pulai memiliki struktur kayu sebagai berikut : tidak
memiliki lingkaran tahun, pembuluhnya berbentuk bulat dan agak lembut, penyebaran
selnya tunggal, isinya tidak dapat di lihat secara makroskopis, isinya agak membaur.
Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui
panca indera, baik dengan penglihatan, pen-ciuman, perabaan dan sebagainya tanpa
menggunakan alat bantu. Sifat fisik kayu pulai sesuai pengamatan antara lain adalah :
a. warna, umumnya yang digunakan adalah warna yang agak putih kecoklatan ,
b. tekstur, yaitu penampilan sifat struktur yang kasar,
d. arah serat, yaitu agak berpadu,
e. berat, termasuk golongan kayu lunak
f. kesan raba, yaitu agak licin ,
g. tidak memiliki lingkaran tahun
h. baunya agak harum

2. Kayu sengon
Sifat makroskopis kayu sengon yang diamati pada penelitian ini antara lain: Tekstur
kayu sengon adalah agak halus sampai kasar. Kayu tarik memiliki banyak kelemahan,
salah satunya adalah timbulnya permukaan yang berserabut pada kayu setelah digergaji.
Hasil pengamatan pada sifat mikroskopik diketahui bahwa terjadi perubahan ukuran
diameter tangensial pori yang nyata dari kayu normal ke kayu tension. Pori kayu tarik
lebih kecil dari pori kayu normal. Jumlah pori per mm2 juga tetjadi pengurangan, tetapi
pengurangan ini sifatnya tidak berbeda nyata. Tinggi jari-jari tidak tetjadi perubahan
ukuran yang nyata, tetapi pada diameter jari-jari terdapat perubahan ukuran yang nyata.
Ukuran diameter jari-jari semakin besar pada kayu yang mengalami cacat kayu tarik.
Hasil pengukuran panjang serat diketahui adanya pemendekan panjang serat yang nyata
pada kayu yang mengalarni cacat kayu tarik. Sifat fisik kayu sengon sesuai pengamatan
antara lain adalah :
a. warnanya putih.
b. teksturnya halus,
d. arah serat, yaitu lurus,
e. berat, agak ringan
f. kesan raba, yaitu agak licin ,
g. tidak memiliki lingkaran tahun
h. tidak berbau.

3. Kayu rajumas
Hasil Pengamatan kayu rajumas ini pada ciri ciri struktur kayu pada jari jari kayu
terlihat dengan jelas dengan menggunakan mata mempunyai tekstur yang miring
begitupula denga seratnya. Pada bagian tangensial nya mempunyai selsel yang
bertingkat, parenkim yang tegak lurus.
Sifat fisik kayu rajumas sesuai pengamatan antara lain adalah :
a. warnanya agak mirip kayu jat .
b. teksturnya agak kasar,
d. arah serat, yaitu miring,
e. beratnya sedang atau tidak berat tidak ringan.
f. kesan raba, yaitu halus ,
g. memiliki lingkaran tahun
h. tidak berbau.

4. Kayu kempas
Berdasar kan hasil peneletian kayu kempas, kayu ini memiliki Warna. Kayu yang
beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang
berbeda-beda. Tekstur. Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan
teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus. kayu bertekstur sedang
dan kayu bertekstur kasar. Arah Serat. Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu
terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat
berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
Kesan Raba. Kesan raba adalah agak keras Bau dan Rasa. Bau dan rasa kayu kempas
ini adalah agak merah dan rasa seperti kapur

5. Kayu jati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu jati yang diteliti memiliki ciri maksrokopis
sebaga berikut: bagian terasnya coklat keabuan dan dapat dibedakan dari gubalnya yang
putih kekuningan; batas lingkaran tumbuh tidak jelas; corak kurang dekoratif;
permukaan kayu kusam kurang mengkilap; kesan raba kurang licin dan agak kesat;
tekstur agak kasar hingga kasar merata; arah serat lurus hingga agak berpadu; lunak
hingga agak keras; dan bau zat penyamaknya kurang tegas.kayu jati mempunyai tekstur
agak kasar sampai kasar dan tidak rata.

6. Kayu mahoni
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kayu mahoni memiliki karakter serat kayu
yang lurus, sangat mirip dengan kayu jati. Mahoni yang masih muda memiliki
warna yang pucat, Karakter serat kayu yang halus, lurus, dan beragam. Sehingga
tampilan natural mahoni sudah terasa mewah untuk bahan dasar furniture. Daya
tahan penampang kayu sangat stabil. Sifat fisik kayu rajumas sesuai pengamatan
antara lain adalah :
a. warnanya agak kecoklatan .
b. teksturnya agak lurus,
d. arah serat, yaitu lurus,
e. beratnya tergolong kayu berat.
f. kesan raba, agak kasar
g. memiliki lingkaran tahun
h. tidak berbau.

KESIMPULAN
1. Susunan jari-jari pada bidang tangensial, transversal dan radial keenam kayu
yang di amati memiliki karakteristik yang berbeda beda.
2. Dilihat dari sifat anatomi kayu setiap kayu mempunyai sifat fisik dan ciri ciri
yang berbeda beda mulaai dari warna, bau rasa, dan lain lain.

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Bodig, J. and B.A. Jayne. 1982. Mechanics of Wood and
Wood Composites. Van Nostrand Reinhold
Company. New York, Toronto, London, Melborne.
Haygreen, J.G. dan J.L. Bowyer. 1986. Hasil Hutan dan
Ilmu Kayu. (terjemahan). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Mandang, Y. I dan I.K.N. Pandit. 1997. Seri Manual :
Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan. PROSEA
Network Office. Bogor.
Martawijaya, A.; I. Kartasujana; Y.I. Mandang; S.A.
Prawira dan K. Kadir. 1981. Atlas Kayu Indonesia.
Jilid I. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Pandit, I.K.N. 1994. Penuntun Praktikum Anatomi dan
Identifikasi Kayu. Jurusan Teknologi Hasil Hutan.
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Pandit, I.K.N. 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat
Kayu Sebagai Bahan Baku. Yayasan Penerbit
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Panshin, A.J.; C. de Zeeuw and H.I. Brown. 1980.
Textbook of wood Technology. Fourth Edition. Mc.
Grow-Hill. Book Company. New York.

Anda mungkin juga menyukai