STRUKTUR KAYU
(MKB 4118)
Prodi. Bangunan Gedung dan Bangunan Air
DIARTO TRISNOYUWONO 1
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
A. Pengenalan Kayu
1. Kayu
Kayu merupakan bahan pokok yang digunakan dalam pembuatan produk kriya kayu.
Mengenal suatu bahan kayu dengan tujuan digunakan, merupakan hal yang penting, baik
bagi para usahawan yang bergerak dalam industri kayu maupun bagi para pemakai kayu
lainnya. Di Indonesia terdapat sekitar 4.000 jenis kayu, dan dari jumlah tersebut hanya
sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat dan kegunaannya.
DIARTO TRISNOYUWONO 2
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gambar. 1
Bagian-bagian batang
a. Bagian pangkal, umumnya tak bermata kayu dan dapat dijadikan kayu
pertukangan yang baik
b. Bagian tengah dan ujung, memiliki mata kayu. Bagian ini umumnya digunakan
untuk industri kayu (pabrik kertas, papan buatan, dll).
c. Bagian percabangan yang dikhususkan untuk industri kayu.
d. Bagian cabang dan ranting, untuk kayu bakar
CABANG, RANTING DAN DAUN adalah bagian yang terdapat pada bagian atas batang
utama, yang pada setiap jenis pohon dapat berbeda.
DIARTO TRISNOYUWONO 3
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DIARTO TRISNOYUWONO 4
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1. Kulit
Kulit terdapat pada bagian terluar, dan mempunyai dua bagian, yaitu kulit bagian luar
yang mati dan mempunyai ketebalan bervariasi, kulit bagian dalam yang bersifat hidup
dan tipis.
2. Kambium
Kambium merupakan jaringan lapisan tipis dan bening, melingkari pohon. Fungsi
kambium kearah luar, membentuk kulit baru menggantikan kulit lama yang telah rusak,
kearah dalam membentuk kayu yang baru.
3. Kayu gubal
Kayu gubal adalah bagian kayu yang masih muda, terdiri-dari sel-sel yang masih hidup
dan terletak disebelah dalam kambium. Kayu gubal berfungsi sebagai penyalur cairan dan
tempat penimbunan zat-zat makanan
4. Kayu teras
Terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-perubahan sel hidup pada lingkaran
kayu gubal bagian dalam. Terbentuknya kayu teras disebabkan oleh terhentinya fungsi
sebagai penyalur cairan dan proses-proses lain dalam kehidupan kayu.
5. Hati
Bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun (tidak mutlak pada pusat bontos).
Hati berasal dari kayu awal, yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh kambium.
Oleh sebab itu, umumnya hati mempunyai sifat rapuh dan lunak.
6. Lingkaran tahun
Adalah batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan akhir suatu musim. Melalui
lingkaran tahun ini dapat diketahui umur suatu pohon.
7. Jari-jari
Jari-jari diukur dari luar ke dalam, berpusat pada sumbu batang. Jari-jari berfungsi
sebagai tempat bahan makan yang mudah diproses di daun, guna pertumbuhan pohon.
DIARTO TRISNOYUWONO 5
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1. Pohon yang mempunyai kayu G dan T, disebut juga pohon kayu teras.
Perbedaan antara kayu T dan kayu G tampak jelas. Kayu T mempunyai warna gelap,
terdapat di sebelah dalam batang dan bagian luarnya adalah kayu G yang berwarna
terang
4. Pohon yang mempunyai kayu G, M, dan T. Pohon masak dari dalam ini mempunyai
kayu teras yang kecil, lambat laun membesar. Kelihatan tiga perbedaan ke arah luar,
yaitu kayu T, M dan G.
Keterangan:
G : kayu gubal M : kayu masak T : kayu teras
C. Pohon
Pohon dapat dibedakan atas dua golongan besar, yaitu jenis pohon dari golongan pohon
daun lebar dan jenis pohon dari golongan pohon daun jarum.
DIARTO TRISNOYUWONO 6
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Perbedaan dari kedua golongan pohon tersebut dapat dilihat pada tabel.
Contoh pohon daun lebar diantaranya adalah kayu jati, meranti, mahoni, dan sebagainya.
Sedangkan contoh pohon daun jarum adalah kayu pinus atau tusam, agathis (damar) dan
jamuju.
Di Indonesia jenis pohon daun jarum (konifer) jumlah jenis pohonnya lebih sedikit
dibandingkan jenis kayu daun lebar
DIARTO TRISNOYUWONO 7
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Beberapa sifat – sifat penting yang selalu berhubungan erat dengan kayu adalah :
1. kadar air,
2. kerapatan,
3. sifat – sifat mekanik,
4. sifat terhadap rambatan panas,
5. daya hantar terhadap arus listrik serta sifat akustiknya.
Kayu merupakan salah satu bahan baku yang sangat penting, tidak hanya karena luasnya
penggunaan kayu pada berbagai macam aplikasi produk, tetapi juga karena kayu
merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui. Dengan memperhatikan aspek – aspek
perencanaan dan pemanfaatan kayu secara efektif dan efisien maka sumber daya tersebut
akan dapat selalu lestari ketersediannya di alam.
Menurut istilah biologi, kayu merupakan material yang terbentuk oleh sel – sel.
Walaupun kayu sering dan banyak dijumpai di sekitar kita tetapi sebenarnya kayu itu
tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan. Kayu merupakan material yang sangat
kompleks dengan keanekaragaman sifatnya. Gambar 1 menunjukkan irisan melintang
sebuah kayu.
Kayu juga merupakan suatu material dengan sifat – sifat higroskopis dan
anisotropi. Sifat Higroskopis kayu adalah kemampuannya untuk menyerap kelembaban
DIARTO TRISNOYUWONO 8
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Arah serat
Pada gambar 2, dapat dilihat arah serat dari irisan suatu kayu, yaitu arah radial,
tangensial dan longitudinal. Sedangkan pada grafik 1 menampilkan hasil perbandingan
antara kayu pada kondisi kering udara dan kayu basah, yang mengindikasikan bahwa
material kayu dapat berbeda sifat, perilaku dan kekuatannya tergantung pada keadaan
kadar airnya.
Grafik. 1
DIARTO TRISNOYUWONO 9
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
sifat – sifat kayu itu sendiri. Struktur dasar pembentuk kayu, dari bentuk molekul dan sel
– sel penyusunnya atau yang lebih dikenal dengan istilah anatomi kayu.
DIARTO TRISNOYUWONO 10
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
H2O H2O
H2O Bagian dari dinding sel
H2O
kayu yang
H2O mengandung air terikat
dan air bebas
H2O
H2O
H2O H2O
Gambar 3. ilustrasi sel kayu dengan kandungan air terikat dan air bebas
DIARTO TRISNOYUWONO 11
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jumlah air yang dikandung suatu kayu dinyatakan dengan persentase dari berat kering
yang dinamakan Kadar Air.
Kadar air dihitung dengan rumus berikut ini :
berat air di dalam kayu
Kadar air (%) = berat total ker ing kayu x 100
Ada dua hal penting yang terkait dengan pergerakan air di dalam kayu :
1. Kondisi kering pada kayu yang terjadi sebelum proses pengolahan dan proses
finishing produk.
2. Naik dan turunnya kandungan air di dalam kayu yang bergantung pada keadaan
lingkungan sekitar.
Pada kedua proses baik pada proses pengeringan dan setelah pemakaian, normalnya air
bergerak dari daerah dengan konsentrasi kelembaban tinggi ke daerah konsentrasi
kelembaban yang lebih rendah, meskipun terdapat perbedaan suhu yang lebih ekstrim
pada kedua sisi yang berlawanan dari suatu papan kayu dapat membalik arah perpindahan
kelembaban tersebut.
Air bergerak di sepanjang sel – sel kayu dengan liquid dan vapor tergantung pada
saluran sel yang dilewatinya. Yaitu :
- Rongga sel atau serat dan vessel
- Sel jari – jari kayu, lubang pada dinding sel (suatu bukaan mikroskopis pada sisi
dinding sel) dan pada bukaan lubang membran sel.
- Pada dinding sel itu sendiri.
Pergerakan air pada arah sepanjang serat kayu biasanya lebih cepat jika
dibandingkan pergerakan memotong serat kayu. Air bebas bergerak di sepanjang rongga
sel dan lubang bukaan pada dinding sel (lubang dengan ukuran mikroskopik yang
terdapat di dinding sel). Selama proses pengeringan kayu, air bebas tersebut bergerak
keluar dengan gaya kapiler dari bagian terdalam dari kayu. Gambar 4 berikut ini
menampilkan pergerakan air dalam satu arah.
DIARTO TRISNOYUWONO 12
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
H2O
H2O
H2O
H2O
H2O
H2O H2O
H2O
H2O H2O
Air terikat bergerak dalam wujud uap pada rongga sel kosong dan pada bukaan
lubang di dinding sel bahkan dapat melewati dinding sel. Penyebabnya utama pergerakan
air terikat adalah perbedaan tekanan uap air oleh karena keadaan kelembaban relatif di
sekitarnya, kadar air dan perbedaan suhu. Ilustrasi berikut ini menunjukkan pergerakan
air terikat yang melewati dinding sel kayu.
Gambar 5. menunjukkan pergerakan molekul dari air terikat yang bergerak menembus celah
dinding sel maupun menembus dinding sel itu sendiri.
DIARTO TRISNOYUWONO 13
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Ketika kayu dikeringkan sampai mencapai di bawah dari titik jenuh serat (pada
titik ini sel kayu tetap dalam keadaan jenuh tetapi tidak ada lagi air bebas yang tersisa),
pada keadaan tersebut sel kayu jarang dapat menarik lagi air bebas yang akan menaikan
kadar air di atas titik jenuh serat. Hanya dengan merendam kayu dalam waktu tertentu
akan menyebabkan air bebas akan terserap masuk ke dalam ruangan sel.
Keadaan naik turunnya kadar air terikat yang dikandung kayu akan mencapai
kestabilan jika tercapai keseimbangan antara kadar kelembaban kayu dengan keadaan
kelembaban di lingkungan sekitarnya. Jumlah kadar air pada kondisi titik kesetimbangan
ini disebut dengan isitilah Kadar Air Setimbang (equilibrium moisture content = EMC)
dan kadarnya selalu di bawah dari 30 %. Kondisi EMC dari sepotong kayu dapat tercapai
bergantung pada kelembaban relatif dan suhu udara di sekitarnya. Hubungan antara
EMC, kelembaban relatif dan suhu ditunjukkan pada grafik 2.
Seperti yang terlihat pada plot pada grafik 2 tersebut, Jika kayu di pertahankan
pada suhu 70°F (± 21°C) dan kelembaban relatifnya 65 %, kandungan air kayu akan
tidak stabil sampai mencapai kadar air mendekati 12.5 %. EMC akan naik dan turun
sejalan dengan fluktuasi suhu sekitarnya.
DIARTO TRISNOYUWONO 14
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Grafik 2. Grafik penentuan kadar air di setiap suhu dan kelembaban relatif.
DIARTO TRISNOYUWONO 15
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Penyusutan dan pengembangan kayu dipicu oleh banyak penyebab yang terjadi
selama kayu mengalami proses pengeringan dan pemakaian, meskipun begitu
pemahaman yang cukup akan hal tersebut akan meminimalkan masalah kembang – susut
kayu. Perenggangan, pembengkokan dan sambungan yang merekah adalah contoh –
contoh dari masalah yang terjadi selama penyusutan.
Ketika air keluar dari dinding sel pada titik jenuh serat, dinding sel akan mulai
menyusut. Meskipun setelah proses pengeringan selesai, kayu akan menyusut dan
mengembang bergantung pada keadaan kelembaban relatif dan air akan masuk atau
keluar dari dinding sel. Gambar 6 akan mengilustrasikan kondisi tersebut.
H2O
H2O
H2O
H2O
H2O
H2O H2O
H2O
H2O H2O
Tegangan pada kayu dapat diakibatkan oleh adanya belahan dan pembengkokan
oleh karena peristiwa kembang – susut kayu yang tidak sama pada arah radial, tangensial
dan longitudinal, yang lebih dikenal dengan sifat anisotropi kayu dan dapat disebabkan
oleh perubahan kadar air, dimana di setiap bagian dari kayu memiliki perbedaan kadar
air.
DIARTO TRISNOYUWONO 16
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Perbedaaan sifat pada sebuah kayu seperti ini mengakibatkan tegangan di dalam
bagian kayu yang cenderung untuk menyusut atau mengembang tanpa menyebabkan
perubahan regangan dari lapisan kayu yang mengelilinginya.
dim ensi basah dim ensi ker ing
Penyusutan (%) = x 100
dim ensi basah
Penyusutan arah tangensial umumnya dua kali lebih besar dibanding dengan
penyusutan arah radial dan longitudinal. Nilai penyusutannya antara 0.1 sampai 0.01
dibandingkan penyusutan arah radial dan tangensial.
Tiga arah penyusutan kayu :
- Penyusutan maksimum arah longitudinal : 0.1 % - 0.3 %
- Penyusutan maksimum arah radial : 2.1 % - 7.9 %
- Penyusutan maksimum arah tangensial : 4.7 % - 12.7 %
Penyusutan arah tangensial biasanya 1.5 – 2 kali lebih besar dari pada penyusutan
arah radial.
Arah
Tangensial
Arah
Radial
DIARTO TRISNOYUWONO 17
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kerapatan
Kerapatan (ρ) suatu bahan didefinisikan sebagai massa per satuan volume dan dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini : ρ = massa/volume
Kerapatan dinding sel kayu diperkirakan sekitar 1.5 g/cm 3. bagaimanapun juga,
kenyataannya pada sebuah sampel kayu, lumen selnya juga mengandung udara, jadi
kebanyakan kayu memiliki kerapatan kurang dari 1 g/cm3.
Kerapatan dari sebuah sampel kayu biasanya dihitung sebagai berat kerapatan terhadap
massa kayu.
berat kayu basah
Berat kerapatan = volume kayu basah
DIARTO TRISNOYUWONO 18
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
- Ukuran sel – sel kayu dan lumen sel, dimana jumlah sel dan lumen sel yang
banyak berbanding lurus dengan rendahnya nilai berat jenis.
Rentang nilai berat jenis untuk beberapa jenis kayu komersial dapat dilihat pada Grafik 3
yang menampilkan nilai – nilai berat jenis. Kebanyakan dari kayu tersebut memiliki nilai
berat jenis antara 0.35 sampai 0.65. Beberapa jenis kayu dari berbagai kawasan di dunia
menunjukkan rentang nilai berat jenis yang lebih lebar, yakni nilai terendahnya sebesar
0.04 dan nilai tertinggi mencapai angka 1.40.
DIARTO TRISNOYUWONO 19
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Grafik 3. Grafik rentang nilai berat jenis untuk Softwood dan Hardwood
DIARTO TRISNOYUWONO 20
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Dari proses pengolahan dan penggunaan produk kayu sangat penting bagi kita
untuk memahami mengenai adanya keterkaitan yang erat antara kayu dengan kadar air,
khususnya usaha untuk lebih mengenal sifat – sifat mekaniknya.
Jika sifat penyusutan dan pengembangan kayu berbeda menurut arah radial,
tangensial dan longitudinal, begitupun juga dengan sifat – sifat mekanik kayu. Jadi sifat
anisotropi kayu termasuk juga sifat higroskopis dan perilaku mekaniknya.
Manusia sangat membutuhkan kayu sebagai material/bahan baku. Kayu dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan perumahan, jembatan, kursi, meja dan hal –
hal lain. Satu hal yang harus kita ketahui apabila ingin menggunakan kayu sebagai bahan
bangunan adalah seberapa kuat kayu yang akan kita gunakan menahan gaya – gaya luar
yang bekerja.
Kayu merupakan material yang bersifat elastis, jika dibengkokkan tidak akan
patah, bila dengan beban yang tidak terlalu berat. Tetapi jika beban yang bekerja terlalu
berat, maka kayu akan patah. Sifat – sifat keelastisan kayu diilustrasikan pada grafik 4.
Tingkat deformasi dari sepotong kayu akan berpengaruh secara proposional dengan
jumlah beban yang dapat dipikulnya.
Kemampuan elastik kayu ada batasnya, yang disebut batas proposional. Jika
diberi pembebanan di bawah dari batas elastis kemudian beban tersebut dihilangkan,
kayu akan kembali ke bentuk semula. Jika pembebanan diberikan melebihi batas elastis
kayu dan bila beban tersebut dihilangkan, kayu tersebut akan kembali setengahnya saja
dari bentuk semula. Ini disebabkan beban yang ada terlalu besar untuk dipikul oleh kayu
dan mengakibatkan kerusakan pada kayu.
Jika diberikan beban yang sangat besar, kayu tidak akan lama menahan beban
tersebut dan akan patah. Perilaku kayu yang elastis hingga pada batas suatu titik yang
disebut titik elastis atau batas proposional. Ini berarti untuk pembebanan di bawah batas
elastis, besar beban dengan defleksi yang terjadi akan meningkat secara linear. Ketika
DIARTO TRISNOYUWONO 21
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
pemberian beban di atas batas elastis hubungan antara besar pembebanan dengan defleksi
tidak lagi linear atau proposional. Untuk kenaikan 1 satuan saja pada besar pembebanan,
tingkat defleksi pada kayu akan berubah lebih besar dari 1 satuan, hingga mencapai batas
titik patah. Dapat dilihat pada grafik 4 hubungan antara besar defleksi/regangan dengan
besar tegangan/beban yang dialami kayu di dalam pengujian pembebanan.
Grafik 4. kurva hubungan regangan tegangan dari suatu pengujian pada sebuah sampel kayu
Pada umumnya kayu lebih kuat memikul beban yang sejajar arah serat dibanding
tegak lurus arah serat. Ini disebabkan kayu adalah material yang bersifat Anisotropi.
Struktur 3 dimensi dari suatu kubus kayu ditunjukkan pada gambar 8 berikut ini. Anak
panah menunjukkan arah serat kayu. R adalah permukan arah serat radial; T adalah
permukaan arah serat tangensial dan X menunjukkan potongan melintang kayu. Seperti
yang nampak pada kubus tersebut, struktur dari ke tiga macam permukaan berbeda
menurut arah seratnya. Jadi kesimpulannya kekuatan kayu bergantung pada arah
seratnya.
DIARTO TRISNOYUWONO 22
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
T
R
Gambar 8. Irisan melintang dari sebuah kayu yang menunjukkan 3 macam arah serat yang
berbeda
Tiga sifat mekanik kayu yang utama, yakni kuat tekan, kuat tarik dan kuat lentur
dipergunakan untuk menghitung kekuatan sebuah kayu.
Kuat tekan didefinisikan sebagai dua gaya atau dua beban yang bekerja pada suatu
sumbu kayu, yang mengakibatkan perpendekan pada ukuran dan mengurangi volume
kayu. Seperti yang ditampilkan pada gambar 9, gaya tekan dapat bekerja searah maupun
tegak lurus arah serat.
Gaya tekan dapat bekerja pada sudut tertentu dari arah serat. Pada umumnya, kekuatan
kayu memikul beban lebih besar pada arah sejajar serat dibanding tegak lurus serat.
DIARTO TRISNOYUWONO 23
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kayu merupakan material yang sangat kuat memikul beban pada arah sejajar serat.
Sepotong kayu dari jenis Douglas-Fir yang kering udara dengan ukuran satu inci persegi
(6.45 cm2) pada potongan melintang dengan panjang 3 inci (±7.5 cm) mampu memikul
beban sebesar 4900 psi (3,378.55 ton/m2) yang cukup kuat memikul sebuah mobil polisi.
Sangat mengagumkan, sepotong kayu dapat menahan beban sebuah mobil yang berat
tanpa patah.
Kuat tarik didefinisikan sebagai dua gaya atau beban yang bekerja pada sumbu yang
sama berusaha untuk memanjangkan atau meningkatkan dimensi dan volume kayu. Kayu
lebih kuat dalam menahan gaya tarik yang sejajar arah serat dikarenakan orientasi dari
serat kayu. Sedangkan kayu lemah dalam menahan gaya tarik pada arah tegak lurus arah
serat. Ilustrasi gaya tarik yang bekerja pada sebuah kayu dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. ilustrasi gaya tarik yang bekerja tegak lurus arah serat
Di setiap satuan beratnya, kayu lebih kuat dibanding baja dalam hal kuat tarik yang
sejajar arah serat.
DIARTO TRISNOYUWONO 24
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kuat lentur digambarkan sebagai tingkat lenturan yang terjadi akibat pemberian beban
atau gaya pada sebuak balok kayu. Sebuah pengujian mengenai kuat lentur dilakukan
seperti yang ditunjukkan pada gambar 11. Beban diberikan tepat di tengah bentang
dengan menumpu pada dua tumpuan. Baik tegangan tekan dan tarik dapat terjadi
bersamaan. Kuat lentur dihitung berdasarkan ketahanan kayu menahan beban sampai
mengalami keruntuhan/kegagalan. Nilai kekakuan dihitung dari kemampuan untuk
melentur secara bebas dan kembali ke bentuk semula.
DIARTO TRISNOYUWONO 25
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DIARTO TRISNOYUWONO 26
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Sifat penghantar (K) dan tahan (R) panas dari berbagai material
Jenis bahan Nilai K Nilai R
Udara 0.16 6.25
Air 4 0.25
Gelas 5 0.20
Bata 4.5 0.22
Beton 7.5 0.13
Baja 310 0.003
Aluminium 1,400 0.0007
Kayu K.A 12% 0.4 – 1.2 0.8 – 2.5
dalam satuan Btu/in/(h)(ft2)(F°)
DIARTO TRISNOYUWONO 27
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Suhu yang memungkinkan kayu untuk terbakar biasanya pada titik 275 °c (525°
F). Sebenarnya ini merupakan suhu untuk kayu mulai terbakar secara exothermically,
yakni proses pelepasan panas. Kecepatan penyulutan bakar awal bergantung pada
kecepatan akumulasi panas di permukaan kayu. Beberapa faktor mempengaruhi
akumulasi panas tersebut adalah ukuran kayu, kecepatan pelepasan panas dari
permukaan, adanya permukaan kulit yang tipis serta tingkat energi panas yang diberikan.
Potongan kecil dengan sisi yang lebih tipis, seperti batang korek api, lebih mudah
terbakar karena membutuhkan panas yang lebih rendah untuk mencapai titik bakar dari
kayu tersebut sehingga seluruh batang korek habis terbakar. Potongan yang lebih besar,
dengan bentuk yang lebih bulat seperti kayu log, lebih lambat untuk terbakar karena
perambatan panas ke dalam bagian kayu memungkinkan permukaan kayu berada di
bawah titik bakar untuk beberapa saat.
Oleh sebab itu suatu konstruksi dengan bahan kayu masih bisa mempertahankan
kekuatannya selama mengalami kebakaran jika dibandingkan dengan konstruksi baja
yang mengalami kegagalan struktur walaupun dengan pembebanan yang sama.
Komponen struktur bangunan dengan batang kayu yang lebih besar akan mengalami
energi pembakaran yang lambat dan kemudian jika energi pembakaran diberikan terus
menerus maka sifat daya penghantar panas yang lambat dari kayu akan menghambat
perlemahan pada bagian yang tidak terbakar.
DIARTO TRISNOYUWONO 28
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Total panas yang ditimbulkan oleh pembakaran kayu yang sempurna sekitar 9,000
Btu(british thermal unit)/dry lb (20,934 kJ/kg), untuk jenis resin kayu lunak dan kira –
kira 8,300 Btu/dry lb (19,305.8 kJ/kg) untuk jenis kayu lunak dan keras nonresin.
Terdapat sedikit hubungan antara panas hasil pembakaran dengan jenis kayu dan hanya
sekitar 5 % sampai 8 % saja perbedaannya.
Nilai bahan bakar dari sebuah jenis kayu pada dasarnya dilihat dari kerapatan dan
kadar airnya. Kayu dengan kerapatan yang lebih besar memiliki nilai bahan bakar yang
lebih besar pula. Rasio dari panas berulang untuk menghasilkan potensi panas disebut
dengan istilah efisiensi pembakaran. Efisiensi pembakaran kayu sangat bergantung pada
kadar air. Untuk bahan bakar dari kayu kering, kira – kira efisiensi pembakarannya
sekitar 80% dan kayu basah hanya sekitar 60 % efisiensi pembakarannya.
DIARTO TRISNOYUWONO 29
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
konstanta dielektrikum (ε). Nilai ε bervariasi menurut kondisi kerapatan dan kadar air,
dengan kata lain, dengan meningkatnya nilai kerapatan dan kadar air suatu jenis kayu,
nilai dari konstanta dielektrikal juga naik.
DIARTO TRISNOYUWONO 30
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Nilai ε juga dipengaruhi oleh struktur kayu. Nilai konstanta tersebut pada arah
sejajar serat lebih besar 1.3 – 1.5 kali dibanding pada arah tegak lurus serat. Dan nilai ε
sangat besar pada hati kayu dari jenis kayu kedap suara seperti kayu oak, hickory, ash,
locust, elm, hackberry.
Beberapa nilai ε untuk beberapa material adalah sebagai berikut Udara = 1; kaca
= 4-7; kayu kering = 4; air = 80 (keseluruhan perhitungan dilakukan pada frekuensi 20 hz
dan suhu 20°c).
DIARTO TRISNOYUWONO 31
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Peralatan musik
Sifat akustik kayu memiliki kaitan yang erat dengan konstruksi biola dan
beberapa peralatan musik berdawai lainnya dan kotak resonansi pada piano.
Kita telah lama mempelajari mengenai hubungan antara struktur kayu dengan sifat
produksi suara dari kayu yang bergetar. Pemilihan jenis kayu untuk dibuat sebuah alat
musik membutuhkan kombinasi antara kemampuan mistik dan pengetahuan sang
pembuat. Metode pemilihan dan perancangan adalah kunci sukses dari master biola
Stradivarius dan Guarneri.
Sifat akustik kayu juga terkait erat dengan aspek arsitektural bangunan.
Sepotong kayu (atau sebagian darinya) akan bergetar ketika terdapat gaya – gaya yang
bekerja secara periodik. Ketika gaya – gaya tersebut dihilangkan, amplitudo suara yang
ada akan menurun – hal ini disebut dengan Damping. Energi akan berkurang sebagian
oleh radiasi suara dan sebagiannya dalam wujud panas oleh fraksi di dalam kayu.
DIARTO TRISNOYUWONO 32
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DIARTO TRISNOYUWONO 33
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kayu adalah salah satu jenis bahan bangunan yang telah ribuan tahun digunakan oleh
manusia, terutama di daerah tropis yang kaya akan jenis kayu. Kayu merupakan bahan
alami dengan corak yang indah dan salah satu material yang sering dipakai dalam sebuah
proyek atau bangunan. Mulai dari rumah sederhana sampai rumah mewah tidak lepas dari
unsur kayu. Setiap kayu memiliki sifat dan ciri khasnya tersendiri, baik dalam segi
keindahan serat, kadar air, keawetan, berat jenis, kerapatan, dan kekuatan. Oleh karena
itu, untuk memilih kayu yang akan dipergunakan dalam sebuah proyek pembangunan,
ada baiknya kita mengenal jenis dan ciri khas kayu yang sering digunakan sebagai bahan
konstruksi bangunan. Tujuannya agar kita dapat mengetahui kayu yang cocok dengan
kriteria dan spesifikasi yang kita inginkan.
Berikut ini adalah beberapa jenis kayu yang lazim digunakan di Indonesia maupun negara
- negara lain.
Kayu besi adalah jenis kayu yang sangat keras. Berwarna kehitaman bahkan apabila ia
direndah terlebih dahulu kayu ini terkesan lebih kuat. Banyak kayu besi yang tumbang di
pinggiran sungai dan terendam di sungai bertahan puluhan hingga ratusan tahun tanpa
mengalami pembusukan. Pembusukan hanya terjadi di kulit kayu saja.
Di hutan aslinya di Papua dan Kalimantan kayu besi mempunyai ukuran yang sangat luar
biasa dari ukuran diameter 1 hingga 2,5 meter banyak terdapat di hutan. Maka tidaklah
heran di tempat asalnya kayu besi olahan dapat kita buat 8 meter balok lurus tanpa cacat.
Kayu ini sangat cocok untuk penyangga jembatan, tiang listrik dan penyangga rel kereta
api.
Kelemahan kayu besi adalah saat pengerjaan, begitu kerasnya hingga sangat melelahkan
apabila kita menggunakan gergaji kecil. Hal lain adalah sulit memasukkan paku pada
kayu besi. Para tukang tradisional biasa mengakali dengan membungkus ujung paku
dengan plastik bekas kresek tipis agar paku dapat tertancap lancar tanpa bengkok. Paku
yang bengkok saat ditancapkan pada kayu disebabkan oleh gesekan yang menimbulkan
panas hingga paku menjadi lebih lembek. Kayu ini banyak terdapat di Papua dan
Kalimantan hingga sangat wajar kalau kayu ini sangat mahal apabila dikirim ke pulau
Jawa. Di Kalimantan kayu ini bernama kayu ulin dan merbau.
DIARTO TRISNOYUWONO 34
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kayu besi di Kalimantan yang diperkerikaan berusia lebih dari 1000 tahun dengan tinggi
45 meter dan mempunya volume 150 m3. Dapat dibayangkan berapa nilai ekonomis satu
pohon ini saja.
Kayu Ulin Termasuk Kayu yang Banyak Digunakan Untuk Bahan Bangunan Rumah,
Kantor dan Gedung. Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor,
gedung, serta bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu
jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian
Selatan dan Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin
dan telian. Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m
dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m.
Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut. Kayu ulin banyak digunakan
sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan
lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang
memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan
Kelas Awet I.
DIARTO TRISNOYUWONO 35
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2. Kayu Jati
Di pulau jawa, kayu jati sangat dikenal dengan kekuatannya, namun sebenarnya kayu ini
tidaklah sekeras kayu besi. Keunggulan kayu jati adalah kayu ini mempunyai serat padat
hingga mudah diukir. Kayu jati biasa digunakan sebagai tiang rumah, pintu, jendela
maupun perangkat mebel. Jepara adalah daerah yang terkenal dengan ukiran kayu
jatinya.
Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah.
Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan
utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan
Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya
karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang
memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi oleh asal dari daerah mana, ukuran dan kriteria
batasan kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada
doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya
mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari
kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika
pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu
tersebut.
DIARTO TRISNOYUWONO 36
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
3. Kayu Kelapa
Kayu kelapa juga dikenal dengan kekuatannya yang dapat mencapai puluhan tahun.
Namun kitapun harus dapat memilih dan mengolahnya terlebih dahulu. Kayu kelapa yang
berasal dari dataran rendah lebih kuat dari kayu kelapa yang berasal dari dataran tinggi.
Di beberapa daerah kayu kelapa dijadikan bahan bangunan utama rumah dengan cara
merendam terlebih dahulu. Bahkan kayu kelapa digunakan pula untuk gagang cangkul.
Kayu kelapa mempunyai serat unik dengan bintik-bintik hitam yang apabila telah
dihaluskan membuat kesan tersendiri.
Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan
kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus
ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk
jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis
pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada
kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu
karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang
pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap
adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.
4. Kayu Kamper
Kayu ini mempunyai aroma kamper sehingga disebut kayu kamper. Kuat dari serangat
rayap namun mempunyai bobot yang lebih ringan dari pada kayu besi dan jati. Cocok
untuk bangunan modern dengan budget minimal namun tetap mengedepankan kualitas.
DIARTO TRISNOYUWONO 37
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kayu mahoni mempunyai urat kayu yang indah. Namun kayu ini lebih cocoh digunakan
sebagai material untuk mebel atau aksesoris saja.
6. Kayu Linggua
Kayu linggua mempunyai serat kayu yang indah yang muncul apabila kayu telah kita
serut, sehingga kayu ini sangat cocok untuk mebel. Warnanya yang cerah cocok untuk
mebel dengan model modern.
DIARTO TRISNOYUWONO 38
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
7. Kayu Akasia
Kayu Akasia Banyak Digunakan Sebagai Bahan Bangunan Maupun Bahan Mebel
Kayu Akasia mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya cukup
rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan
sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu
menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2.
Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya
sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai
sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan
konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.
Dari jenis kayu yang ada di Indonesia ada beberapa jenis yang merupakan kayu yang
dianggap kayu kualitas no 1 alias kayu kuat yang siap pakai tanpa perlu harus diolah
kayu-kayu tersebut antara lain : kayu besi/merbau/ulin, damar laut, bendaru, johar,
tembesu, ulin, rasamala, kulim, kuku, keranji dll.
Sedangkan kayu kelas 2 yang harus melalui tahap pengolahan antara lain : cempaka,
keruing, puspa,dll.
Salah satu rumah yang terbuat dari kayu khas Indonesia, indah dan asri.
DIARTO TRISNOYUWONO 39
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Sortimen Kayu
Sortimen kayu gergajian adalah kelompok kayu gergajian dengan ukuran tertentu (Dirtjen
Bina Produksi Kehutanan, 2003). Adapun jenis sortimen dari kayu gergajian adalah:
1. Papan Lebar (boards)
Kayu gergajian yang mempunyai tebal 5 cm atau kurang (maksimal 5 cm) dan
lebarnya 15 cm atau lebih (minimal 15 cm)
2. Papan Tebal (Planks)
Kayu gergajian yang mempunyai tebal lebih dari 5 cm dan lebarnya 15 cm atau
lebih (minimal 15 cm) serta tebalnya kurang dari 1/2 lebarnya
3. Papan Sempit (Narrow boards)
Kayu gergajian yang mempunyai tebal 5 cm atau kurang (maksimal 5 cm) dan
lebarnya antara 10 cm sampai dengan kurang dari 15 cm
4. Papan Lis (Strips)
Kayu gergajian yang mempunyai tebal kurang dari 1/2 lebarnya dan lebarnya
kurang dari 15 cm
5. Balok (Baulk)
Kayu gergajian yang mempunyai tebal lebih dari 10 cm dan lebarnya lebih dari 20
cm serta mempunyai hati
6. Broti (Scantlings)
Kayu gergajian yang mempunyai tebal 1/2 atau lebih dari lebarnya, terdiri dari :
• Broti besar adalah broti yang luas bontosnya lebih dari 400 cm²
• Broti kecil adalah broti yang luas bontosnya sama atau kurang dari 400 cm²
7. Kayu Gergajian Pendek
Semua kayu gergajian yang panjangnya kurang dari 1,00 meter, sehingga akan
ditemukan papan lebar pendek, papan tebal pendek, papan lis pendek dan lainnya
Dalam perdagangan kayu di Indonesia dikenal juga sortimen-sortimen seperti
reng, usuk (kaso) dan skuer
1. Reng adalah broti kecil yang biasanya berukuran 2 cm X 3 cm, 3 cm X 4 cm dan 2 cm X
4 cm
DIARTO TRISNOYUWONO 40
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DIARTO TRISNOYUWONO 41
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Dalam penggunaannya sehari-hari kayu untuk bahan bangunan selalu disertai cacat-cacat
yang sudah ada sejak pertumbuhan kayu tersebut. Untuk memenuhi syarat sebagai bahan
bangunan maka perlu adanya penilaian terhadap kayu berdasarkan tingkat kelayakan
penggunaannya.
Cacat yang ada pada kayu memang menjadi kendala utama nilai keamanan
bangunan. Namun, hal tersebut tidak dapat dicegah sehingga menghasilkan kayu yang
bebas cacat dalam keadaan full scale. Pada dasarnya masalah itu dapat diminimalisir baik
pada masa pertumbuhannya dan pada proses produksinya.
Kayu yang memiliki cacat pada dasarnya dapat digunakan, tetapi dengan
memmpertimbangkan tegangan ijin yang diperkenankan. Prediksi tegangan ijin sangatlah
penting dalam penentuan keamanan suatu bangunan. Kayu yang digunakan untuk
konstruksi bangunan memiliki nilai tegangan yang berbeda tergantung pada posisi dan
pembebanan kayu tersebut.
Setiap jenis kayu yang telah digergaji, dilakukan pengujian kekuatan kayu dengan
melihat apakah kayu tersebut bebas dari mata kayu, miring serat, pecah dan cacat-cacat
lainnya. Cara-cara pengujian kayu yang dilakukan secara visual untuk mengetahui
kualitas kayu secara kasat mata. Berbagai macam factor mempengaruhi kekuatan kayu,
diantaranya yaitu mata kayu, kemiringan serat, retak, pecah, dan hal ini berbeda-beda
pada setiap jenis kayu. Tergantung pada banyaknya muatan dan tegangan yang diberikan
terhadap kayu yang diuji kekuatannya. Kegunaan pengujian kekuatan kayu ini bertujuan
untuk dapat melihat mutu kayu untuk dapat digunakan sebagai konstruksi structural dan
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Maka diperlukan standar nilai mutu terhadap
pengujian kayu, karena setiap jenis kayu memiliki bermacam-macam karakteristik
pertumbuhan.
Secara garis besar kerusakan yang timbul disebabkan oleh 3 hal :
Akibat penyusutan kayu
Serangan jamur pembusuk
Bahan kimia di dalam kayu (zat ekstraktif)
DIARTO TRISNOYUWONO 42
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Terjadi pada saat kayu mengering. Umumnya pada pengeringan dengan kiln atau secara
alami dapat timbul kerusakan akibat penyusutan ini, disebabkan kurang hati-hati dalam
pelaksanaan. Di antara ketiga golongan kerusakan kayu, kerusakan oleh penyusutan
adalah yang paling banyak terjadi. Hal ini perlu mendapat perhatian, agar kerusakan
tersebut dapat dicegah dengan jalan menurunkan suhu atau menaikkan kelembaban
udara. Kerusakannya bisa berupa retak pecah atau yang lainnya.
Cacat-cacat serupa yang diakibatkan penyusutan antara lain adalah :
Pecah ujung (end checks) dan pecah permukaan (surface checks)
Pecah dimulai pada bagian ujung kayu dan menjalar sepanjang papan
Retak di bagian dalam kayu (honeycombing)
Casehardening
Bentuk mangkok (cupping) : perubahan bentuk melengkung pada arah lebar kayu
Bentuk busur (bowing) : perubahan bentuk melengkung pada arah memanjang
kayu
Menggelinjang (twist)
Perubahan bentuk penampang kayu (diamonding)
Cacat-cacat bentuk ini sukar dihindari, tetapi dapat dikurangi dengan cara penumpukan
yang baik dan meletakkan beban pemberat pada bagian atas tumpukan serta tidak
memberikan suhu yang terlalu tinggi selama proses pengeringan.
DIARTO TRISNOYUWONO 43
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kayu memiliki kandungan beberapa zat, diantaranya adalah zat ekstraktif. Melalui reaksi
kimia zat ini dapat mengakibatkan perubahan warna atau noda kimia pada kayu.
Perubahan ini tidak mempengaruhi kekuatan kayu itu sendiri, hanya pengruh yang tidak
baik terhadap penglihatan mata saja. Hal itu terjadi karena bereaksinya zat ekstraktif
dengan panas yang ada pada kiln.
Mata kayu adalah lembaga atau bagian cabang yang berada di dalam kayu. Mata kayu
dapat dibedakan atas:
1. Mata kayu sehat : mata kayu yang tidak busuk, berpenampang keras, tumbuh
kukuh dan rapat pada kayu, berwarna sama atau lebih gelap dibandingkan dengan
kayu sedkitarnya.
2. Mata kayu lepas : mata kayu yang tidak tumbuh rapat pada kayu, biasanya pada
proses pengerjaan, mata kayu ini akan lepas tidak ada gejala busuk.
3. Mata kayu busuk : mata kayu yang menunjukkan tanda-tanda pembusukan dan
bagian-bagian kayunya lunak atau lapuk, berlainan dengan bagian- bagian kayu
sekitarnya.
Pengaruh mata kayu :
1. Mengurangi sifat keteguhan kayu. Hal ini terjadi karena serat mata kayu relatif
tegak lurus serat batang pohon. Sedangkan keteguhan tegak lurus serat lebih
rendah dibandingkan dengan keteguhan sejajar serat. Disamping itu pula serat –
serat di sekeliling mata kayu tidak teratur.
2. Menyulitkan pengerjaan karena kerasnya penampang mata kayu (mata kayu
sehat/mata hidup).
3. Mengurangi keindahan permukaan kayu.
4. Menyebabkan lubangnya lembaran – lembaran finir.
Cacat kayu merupakan bagian yang tidak diinginkan dari kayu yang dapat menurunkan
nilai-nilai positif yang terdapat dalam kayu. Cacat kayu dapat digolongkan kedalam 3
kategori.
Cacat bentuk
DIARTO TRISNOYUWONO 44
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1. Membusur (bowing)
Membusur merupakan cacat kayu yang bentuknya melengkung ke arah panjang. Kayu
yang membusur disebabkan jarak striker (penggalang) terlalu besar, sehingga kayu
melengkung akibat beratnya sendiri (BPPHP, 2009).
2. Lengkung (crooking)
Cacat ini tergolong dalam cacat bentuk. Cacat ini melengkung ke arah radial dan tampak
seperti membentuk siku (BPPHP, 2009).
3. Muntir/ melintang (twisting)
Cacat ini disebabkan karena kayu tumbuh dalam posisi terpilin. Cacat ini dapat dilihat
dari bentuk log yang terpilin (Budianto, 2008). Cacat ini melengkung ke arah diagonal,
namun dapat dicegah dengan memberi pemberat sebelum dikeringkan (BPPHP, 2009).
4. Mencawan (cupping)
Mencawan adalah cacat bentuk pada kayu yang melengkung ke arah lebar, umumnya
terdapat pada kayu yang digergaji secara flat sawn. Hal ini dapat menyulitkan mendapat
nilai ketebalan standar (BPPHP, 2009).
5. Pingul (wane/ wanvlak)
Pingul adalah tidak sempurnanya sudut-sudut kayu gergajian sehingga penampang
lintang kayu yang mempunyai cacat tersebut memiliki sudut lebih dari empat. Hal ini
disebabkan bagian permukaan kayu yang bundar pada kayu bulat terikut pada kayu
gergajian (BPPHP, 2009).
6. Miring serat (slope)
Penyimpangan arah serat ini dapat memberikan pola gambaran pada bidang kayu
gergajian, sehingga merupakan sifat yang digemari untuk perkakas perabotan.
Penyimpangan arah serat umumnya dinyatakan dalam perbandingan dan semakin besar
penyimpangannya maka akan memberikan pengaruh yang lebih buruk (Dumanauw,
2007). Serat miring dinyatakan dalam suatu perbandingan antara sisi tegak dengan alas
segitiga siku yang dibentuk oleh arah serat sumbu kayu. Misalnya: 1:10, apabila
perbandingan sisi tegak dengan alas segitiga melebihi 1:10 maka kayu tersebut berserat
miring (BPPHP, 2009).
Cacat badan
DIARTO TRISNOYUWONO 45
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2. Retak (checks)
Pada badan kayu bulat atau pada bontos kayu bulat sering adanya terlihat serat-serat yang
terpisah memanjang. Berdasarkan ketentuan pengujian kayu lebar terpisahnya serat tidak
melebihi 2 mm dinamakan retak (Dumanauw, 2007).
3. Pecah tertutup (splits)
Pecah tertutup dikenal dengan istilah petup. Petup adalah terpisahnya serat pada
permukaan hingga bontos yang lebar celahnya < 6 mm dan tidak menenbus permukaan
lainnya (BPPHP, 2009).
4. Pecah (shake)
Pecah digolongkan dalam 2 bagian, yakni pecah busur dan pecah gelang.
Pecah busur adalah pecah yang mengikuti arah lingkar tumbuh, bentuknya kurang
dari setengah lingkaran.
Pecah galang ialah kelanjutan dari pecah busur yang kedua ujungnya bertemu
membentuk lingkaran (Dumanauw, 2007).
5. Lubang serangga (insect hole)
Lubang ini merupakan jenis cacat badan pada kayu yang disebabkan oleh serangan
serangga. Hal ini akan mengurangi keindahan dan kekuatan kayu (BPPHP, 2009).
6. Busuk (decay)
DIARTO TRISNOYUWONO 46
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Cacat badan ini disebabkan oleh jamur perusak. Kayu yang busuk memiliki keteguhan
dan kekuatan yang rendah sekali (BPPHP, 2009).
7. Perubahan warna (colour change)
Perubahan warna termasuk dalam cacat badan. Perubahan warna biasanya menuju ke
arah penggelapan warna.
8. Compression failure
Cacat ini tergolong dalam kategori cacat badan, hal ini terjadi akibat adanya penekanan
pada saat kayu hidup.
9. Cross break
Cross break merupakan retakan yang membentuk persilangan diantara kedua retakan
kayu. Atau dengan kata lain kayu ini membentuk himpitan sehingga memiliki sudut
bentuk retakan.
10. Interlocked grain
Interlocked grain merupakan jenis cacat dimana serat terpadu atau terkunci. Contoh cacat
ini biasa dijumpai pada Tamarindus indica, sehingga tidak disarankan penggunaannya
dalam pembentukan papan.
11. Kantung damar
Kantung damar adalah rongga yang terdapat disekitar lingkar tumbuhdi dalam kayu yang
sebagian atau seluruhnya berisi getah padat campur cair. Hal ini akan mempengaruhi nilai
keindahan dan kekuatan kayu (BPPHP, 2009).
12. Saluran/ urat damar
Saluran damar merupakan rongga yang dalam yang menghubungkan proses keluarnya
getah dari kayu. Hal ini akan mengurangi nilai kekuatan dan keindahan suatu kayu.
13. Cacat mineral
14. Kayu gubal
Kayu gubal adalah bagian terluar kayu yang berbatasan dengan kulit pada pohon, dan
berwarna lebih terang dibandingkan kayu teras, terdiri dari dua macam gubal, gubal sehat
(guse) dan gubal busuk. Penyebab terbanyanya kayu gubal pada waktu penggergajian
sehingga memperburuk penampilan, tidak kuat serta mudah terserang serangga dan
bakteri (BPPHP, 2009).
15. Kulit tersisip
DIARTO TRISNOYUWONO 47
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kulit tersisip adalah kulit yang terkubur dalam kayu, apabila kulitnya hilang dapat
mengakibatkan celah atau lubang pada kayu. Hal tersebut biasanya terjadi pada pohon
yang berbanir, sehingga mengurangi keteguhan, keindahan serta menyulitkan pengerjaan
kayu (BPPHP, 2009).
Cacat bontos
1. Hati kayu
Hati rapuh merupakan tanda khas yang umum dimiliki kayu daun lebar didaerah tropis.
Hati berbeda dengan pusat bontos, dan dapat mengurangi kekuatan kayu (Dumanauw,
2007).
2. Jamur penyerang kayu
Jamur penyerang kayu dibedakan menjadi 3, yaitu
Jamur pembusuk kayu
Jamur pelapuk kayu
Jamur penyebab noda
(Dumanauw, 2007).
DIARTO TRISNOYUWONO 48
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Sebuah konstruksi kayu yang kokoh perlu dihitung secara teliti dalam perencanaanya
agar dapat diketahui dimensi kayu yang kuat serta ekonomis, struktur kayu yang kuat
belum tentu bertahan lama jika tidak dilakukan pengawetan kayu sebelum dipasang
maupun masa perawatan, hal ini tentu dapat menyebabkan pengeluaran biaya ganda
untuk sebuah bagunan, berikut ini beberapa cara pengawetan kayu yang mungkin bisa
dilakukan.
Ada tiga cara pengawetan dengan rendaman, yaitu : rendaman dingin, rendaman panas
dan rendaman panas-dingin.
Keuntungannya : Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak, kayu dalam jumlah
banyak dapat diawetkan bersama, larutan dapat digunakan berulangkali.
Adapun keruguian pengawetan kayu dengan cara rendaman adalah :waktunya lama
terutama rendaman dingin, peralatannya mudah kena karat, pada proses rendaman panas
kayu dapat terbakar dan kayu basah sulit diawetkan dengan cara ini.
Kerugiannya adalah : biayanya mahal, perlu ketelitian tinggi dan hanya digunakan untuk
perusahaan komersiil.
DIARTO TRISNOYUWONO 49
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2. Proses sel kosong, yaitu bahan pengawet hanya mengisi ruang antar sel kayu. Ada
dua cara yaitu cara Rueping, menggunakan tekanan awal 4 atmosphere dinaikkan
sampai dengan 8 atm. Cara kedua yaitu cara Lawry menggunakan tekanan awal 7
atm.
PENGERINGAN
Pengeringan adalah salah satu cara yang penting dalam usaha memperbaiki sifat kayu.
Pengeringan yang dilakukan dengan baik, selain memantapkan dimensi juga
membebaskan dari tegangan yang dapat menimbulkan retak, pecah, atau berbagai
perubahan bentuk.
Beberapa metode pengeringan yang sampai saat ini umum dilakukan adalah:
a. Pengeringan alami
Cara ini seluruhnya mengandalkan faktor alam yaitu sinar matahari, kelembaban nisbi
dan angin. Lama pengeringan bergantung pada iklim. Kelemahannya yaitu watu
pengeringan yang lebih panjang dan kadar air yang masih terlalu tinggi.
b. Pengeringan dalam dapur pengering (dry kiln)
Cara ini menjadi pilihan karena waktu yang relative singkat dan kadar akhir air yang
dicapai dapat disesuaikan dengan keperluan. Faktor penting dalam cara ini adalah
ketepatan pemilihan bagan pengeringan yang digunakan agar diperoleh waktu
pengeringan yang sesingkat mungkin dengan cacat kayu yang minimal.
DIARTO TRISNOYUWONO 50
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
CORAK KAYU
Corak kayu pada banyak produk kayu, baik kayu solid maupun kayu olahan banyak
dipengaruhi oleh jenis pohon dan cara penggergajian kayu gelondonngannya. Serat yang
muncul sesuai jenis pohonnya tentulah menjadi kekhasan alami dari kayu tersebut.
Namun corak yang terjadi bisa juga dipengaruhi metode penggergajian yang diterapkan
pada kayu gelondongan. Corak ini banyak ditentukan oleh pemotongan terhadap alur
yang terjadi dari lingkaran tahunannya.
Ada 2 tipe penggergajian yaitu:
a. Penggergajian rata
Metode ini menghasilkan potongan kayu yang maksimum dan sangat ekonomis. Hanya
saja dampaknya orientasi serat yang berbeda-beda. Orientasi serat yang beragam ini
mengakibatkan potongan-potongan tersebut berbeda distorsinya selama pengeringan, dan
juga masalah pada pemasangan yang membutuhkan tampilan corak yang sama/seragam
seperti pada lantai, panel, lis, dan sebagainya.
b. Penggergajian perempat
Metode ini menghasilkan potongan kayu dengan corak yang lebih rapat dan menawan.
Hampir seluruh potongannya digergaji tegak lurus terhadap lingkaran tahunannya.
Hasilnya corak yang cenderung sama/seragam, namun boros karena lebih banyak kayu
yang terbuang. (sumber dari majalah serial rumah maret 2007).
DIARTO TRISNOYUWONO 51
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Menurut Wirjomantoro (1977) mutu atau kualiyas kayu secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu ukuran ciri-ciri yang mempengaruhi sifat produk yang dibuat
dari kayu tersebut. Definisi kualitas yang lebih tepat mungkin sukar dipahami, karena
sifat penting kayu yang digunakan untuk suatu produk sering berbeda dengan sifat
penting produk lain.
Basic stress adalah nilai kekuatan kayu yang didapatkan dari hasil pengujian di
laboratoriuum. Pada perhitungannya dikonfersikan dengan faktor koreksi agar sesuai
dengan kondisi kayu yang akan digunakan, sehingga didapat nilai allowable stress yang
dibuat sedekat mungkin dengan penggunaannya.
Mutu dari suatu jenis kayu ditentukan oleh sifat fisiknya, seperti warna, tekstur,
serat, kesan raba, bau, nilai dekoratif dan sifat-sifat pengerjaan seperti pengtaman,
pembubutan, pemboran, dan pengamplasan. Dalam satu hal, kualitas mungkin ditentukan
dari kerapatan, penampilan, cacat kayu yang terkandung seperti mata kayu, miring serat,
lubang serangga yang akan mempengaruhi pengerjaan dan pemakaiannya (Wirjomartono,
1977).
Adapun hal-hal yang mempengaruhi mutu kayu, sifat mekanis dan tegangan ijin,
yaitu berat jenis, kadar lengas (berkaitan dengan muai susut kayu), kecepatan
pertumbuhan (lingkaran tahun), posisi lingkar tahun, mata kayu, retak, miring arah serat,
pohon hidup dan mati, pengeringan alamiah atau oven, pengawetan,. keawetan dan lama
pembebanan.
DIARTO TRISNOYUWONO 52
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Apabila tekanan uap di dalam sel kayu menurun maka kayu akan menarik air dan
sebaliknya, tergantung pada kelembaban relatif lingkungan sekitar. Sel kayu terdiri dari
lumen dan dinding sel.
Kayu bebas air apabila tidak ada air di dalam sel kayu. Kayu akan kering/bebas air
apabila dioven pada suhu : 103°c ± 2 ~ 105°c - 101°c. Kondisi ini disebut kayu oven dry
(kering oven), lama kayu di dalam oven selama 5 hari. Apabila setelah proses oven dan
kayu dikeluarkan di tempat terbuka maka kayu tersebut akan menyerap air lagi, bagian
sel yang menyerap air adalah pada dinding sel, tetapi lumen sel tetap kosong. Kondisi ini
disebut titik jenuh serat dan jika dibiarkan menyerap air terus menerus, maka kondisi ini
disebut kondisi kadar air maksimum. Air yang mengisi lumen sel (cavities cell) disebut
air bebas (free water), sedangkan air yang terikat pada dinding sel oleh gaya tarik antara
air dengan molekul selulosa disebut bound water.
Jika kadar air suatu kayu mencapai 20 – 22 % kayu tersebut akan mudah diserang jamur.
Alat untuk mengukur kadar air di lapangan adalah moisture meter.
Kayu yang telah mengalami pengeringan sampai di bawah titik jenuh serat, maka free
water tidak akan dapat memasuki sel kayu kembali kecuali kayu tersebut mengalami
perendaman terus menerus di dalam air. Kondisi kadar air setimbang (EMC) selalu
berada di bawah 30 %.
DIARTO TRISNOYUWONO 53
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Definisi
Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu erat kaitannya dengan
kemampuan bahan untuk mendukung gaya luar atau beban yang berusaha merubah
ukuran dan bentuk bahan tersebut. Gaya luar yang bekerja pada suatu benda akan
mengakibatkan timbulnya gaya – gaya dalam benda padat tersebut yang berusaha
merubah ukuran dan bentuk. Gaya – gaya dalam ini disebut dengan tegangan yang
dinyatakan dalam gaya per satuan luas.
Perubahan ukuran atau bentuk dikenal sebagai deformasi atau tegangan. Jika
tegangan yang bekerja kecil maka deformasi yang terjadi juga kecil dan ketika tegangan
dihilangkan sepenuhnya maka bentuk benda akan kembali pada bentuk semula sesuai
dengan sifat elastisitas benda tersebut. Puncak garis kesebandingan antara kenaikan
tegangan dengan kenaikan regangan disebut dengan batas sebanding (proportional limit).
Di luar batas sebanding, regangan akan meningkat lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan tegangan (lihat Gambar 1.1). Jika tegangan yang didukung melebihi gaya
dukung serat maka serat – serat akan putus dan terjadilah keruntuhan / kegagalan.
Kayu memiliki beberapa jenis tegangan, pada jenis tegangan tertentu nilainya besar
tetapi pada jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Jenis – jenis tegangan yang berbeda
tersebut berperan secara bersama – sama, sebagai contoh tegangan tekan akan berusaha
menekan / memperpendek kayu, tegangan tarik akan berusaha memperpanjang kayu dan
tegangan geser akan berusaha menggeser serat – serat kayu. Biasanya kayu sering kali
menderita kombinasi dari beberapa tegangan di atas secara bersamaan walaupun salah
satu tegangan diantaranya akan mendominasi.
Kemampuan benda untuk berubah bentuk dan kembali pada bentuk semula disebut
fleksibiltas, sedangkan kemampuan benda untuk menahan perubahan bentuk disebut
kekakuan. Modulus elastisitas adalah nilai yang mengukur hubungan antara tegangan
dengan regangan pada batas sebanding dan menggambarkan istilah fleksibilitas dan
kekakuan. Semakin tinggi nilai modulus elastisitas, maka kayu tersebut lebih kaku dan
sebaliknya semakin rendah nilai modulus elastisitas maka kayu tersebut akan lebih
fleksibel. Masing – masing tegangan memiliki nilai modulus elastisitas yang berlainan.
DIARTO TRISNOYUWONO 54
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Istilah getas dipakai untuk menggambarkan perilaku bahan yang putus walaupun hanya
dengan sedikit perubahan bentuk tanpa memperhatikan besar kecilnya beban luar yang
bekerja.
Keuletan dan kekerasan adalah dua sifat kayu yang seringkali diartikan tidak jelas
(memiliki banyak pengertian). Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap
sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan – kejutan atau tegangan –
tegangan yang berulang – ulang yang melampaui batas sebanding serta mengakibatkan
perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. Sedangkan kekerasan adalah
kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan
(abrasi).
Tegangan
Keruntuhan
Batas sebanding
Regangan
Gambar 1.1. Kurva tegangan dan regangan bahan kayu dengan gaya
Aksial sejajar serat (Edlund, 1995)
DIARTO TRISNOYUWONO 55
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Metode Pengujian
Dua alternatif untuk menentukan kekuatan kayu yang tersedia adalah pengujian
lapangan dan pengujian laboratorium. Pengujian lapangan memiliki keuntungan seperti
pengujian dapat dilakukan pada kondisi yang mirip dengan penggunaannya tidak seperti
pengujian laboratorium yang hanya dapat menirukan saja. Di lain sisi, pengujian
lapangan membutuhkan waktu yang lama, faktor – faktor luar yang mempengaruhi
penelitian lebih sulit dikendalikan dan penyebaran variabel membuat biaya penelitian
meningkat. Pada kondisi yang sama, pengujian di laboratorium menghasilkan data yang
cepat.
Pada pengujian di laboratorium, benda uji kayu dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu : pengujian pada benda uji ukuran kecil dan pengujian pada benda uji ukuran
struktural. Hasil pengujian pada benda uji ukuran kecil digunakan sebagai pembanding
dan petunjuk mengenai kekuatan kayu pada jenis – jenis yang berbeda – beda. Karena
pada benda uji ini dihindari adanya pengaruh luar seperti mata kayu dan jenis – jenis
cacat lain, maka hasil yang diperoleh tidak menunjukkan kekuatan sesungguhnya yang
dapat didukung oleh batang kayu struktural sehingga perlu diberi nilai reduksi untuk
memperoleh kekuatan ijin. Pengujian kayu dengan benda uji struktural lebih mirip
dengan pengujian lapangan dan nilai yang dihasilkan berbeda dengan pengujian
laboratorium pada benda uji ukuran kecil karena pada pengujian ini diperbolehkan
adanya pengaruh luar seperti mata kayu dan retak. Pengujian ini memerlukan biaya yang
tinggi sebab volume kayu yang digunakan menjadi banyak dan waktu pengujian yang
lama. Lebih jauh lagi, faktor – faktor reduksi yang harus diperhitungkan menjadi lebih
banyak akibat variasi benda uji.
Oleh karena kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan air, maka pengujian
dilakukan secara terpisah pada kandungan air segar (saat ditebang) dan pada kandungan
air yang dikeringkan hingga kandungan air menjadi standar (15 %). Alternatif yang lain
adalah pengujian pada kandungan kering udara dan nilai yang diperoleh kemudian
dikoreksi untuk mendapatkan nilai pada kandungan air standar. Untuk pengujian pada
benda uji ukuran besar, sudah menjadi kebiasaan agar kayu yang diuji berasal dari banyak
DIARTO TRISNOYUWONO 56
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Pemilahan kelas kuat kayu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi visual
dan pengujian dengan grading machine. Pemilahan secara visual sudah sejak lama
dipergunakan oleh masyarakat kita. Beberapa parameter visual yang dapat diamati pada
kayu dan berhubungan erat dengan kekuatan adalah : lebar cincin tahunan, kemiringan
serat, mata kayu, keberadaan jamur atau serangga perusak kayu dan retak. Apabila si
pengamt tidak mempunyai keahlian dan pengalaman, maka pemilahan kelas kuat kayu
akan lama dan hasilnya menjadi tidak reliable (mengandung banyak keraguan).
Penggolongan kelas kuat kayu secara mekanik (grading machine) pada kandungan
air standar (15 %) menurut SNI-5 (2002) dapat dilihat pada Tabel 1.1. Berdasarkan
penggolongan kelas kuat atau mutu kayu seperti pada Tabel tersebut, maka nama kayu
perdagangan tidak lagi dapat digunakan sepenuhnya sebagai penentu kelas kuat kayu.
Tetapi, nilai berat jenislah yang akan sangat menentukan. Walaupun masyarakat telah
mengenal beberapa jenis kayu seperti Bangkirai, Meranti, Kamper, Jati dan Sengon dan
telah mampu mengurutkan kelas kuat dari kayu tersebut, sifat non-homogen
menyebabkan panjangnya interval berat jenis kayu pada satu macam kayu. Sebagai
contoh kayu Bangkirai; berat jenis pada kondisi kering udara berkisar antara 0,6 – 1,16.
DIARTO TRISNOYUWONO 57
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Karena kekuatan kayu berkorelasi linear dengan berat jenis, maka kayu Bangkirai
seharusnya tidak terletak pada satu kelas kuat agar penggunaannya dapat optimal.
Dimana :
EW = modulus elastisitas lentur
Fb = kuat lentur
Ft// = kuat tarik sejajar serat
Fc// = kuat tekan sejajar serat
FV = kuat geser
FC = kuat tekan tegak lurus serat
Nilai modulus elastisitas lentur (EW) dalam satuan MPa dapat diperkirakan dengan
Persamaan 1.1. dimana G adalah berat jenis kayu pada kadar air standar (15 %).
Apabila nilai G diketahui bukan pada kadar air standar tetapi pada kadar air m% (m
sebaiknya lebih kecil dari 30 %), maka prosedur berikut ini dapat dilakukan untuk
menentukan berat jenis kayu pada kadar air 15 % (SNI-5, 2002; ASTM D2395-02).
DIARTO TRISNOYUWONO 58
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
(W g Wd )
m= x 100%
Wd
Wg dan Wd berturut – turut adalah berat kayu kering-oven dan berat kayu basah.
Wg
ρ=
Vg
Gm = 1000 (1 m / 100)
Gm 30 m
Gb = , dengan a =
(1 0.265 a Gm ) 30
Gb
G=
(1 0.133Gb )
Contoh penentuan berat jenis kayu berdasarkan prosedur di atas adalah sebagai
berikut. Apabila hasil pengukuran berat basah dan berat kering dari sampel kayu dengan
ukuran seperti pada gambar berikut ini adalah berturut – turut adalah 1.6 gram dan 1.3
gram, maka berat jenis kayu pada kadar air 15 % adalah :
DIARTO TRISNOYUWONO 59
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
10 mm
20 mm
10 mm
1.6 1.3
m= x 100% = 23%
1 .3
1.6 x 10 3 kg
ρ = = 800 kg/m3
2 x 10 6 m 3
800
Gm = [1000 * (1 23 / 100)] 0.65
30 23 0.65
a= = 0.233 Gb = (1 0.265 x 0.233 x 0.65) = 0.625
30
0.625
G = (1 0.133 x0.625) = 0.68
Analisis kode mutu kayu dari beberapa jenis kayu yang sering digunakan untuk
keperluan konstruksi dapat dilihat pada Tabel 1.2. Walaupun demikian pengujian secara
mekanik atau pengujian berat jenis kayu masih tetap dianjurkan untuk kontrol terhadap
nilai – nilai yang ada pada tabel 1.2. Nilai modulus elastisitas lentur (EW) pada kandungan
air 12 % diperoleh dari American Forest Product Laboratory. Sedangkan nilai modulus
DIARTO TRISNOYUWONO 60
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
elastisitas lentur pada kandungan air 15 % dihitung dengan Persamaan 1.1 berdasarkan
nilai berat jenis dari American Forest Product Laboratory atau PROSEA. Kode mutu kayu
ditentukan berdasarkan nilai modulus elastisitas lentur pada kandungan air 15 %. Pada
Tabel 1.2 terlihat bahwa kayu kempas memiliki kode mutu yang tertinggi yaitu E18,
sedangkan kayu dengan kode mutu terendah (E12) adalah kayu meranti merah.
Mungkin satu faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu adalah kepadatan, tetapi
masih banyak faktor lainnya seperti faktor anatomi; mata kayu, kemiringan serat,
kandungan air dan temperatur. Semua faktor ini memerankan fungsi yang cukup jelas
terhadap penentuan nilai kekuatan dan kekakuan kayu.
a. Kepadatan
DIARTO TRISNOYUWONO 61
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
sejajar serat, belah, geser dan ketahanan kejut meskipun juga dipengaruhi oleh
kepadatan, juga dipengaruhi oleh penempatan serat – serat kayu atau cacat kayu
secara dominan.
b. Kemiringan serat
Pada kemiringan serat 15 derajat, tegangan tarik sejajar serat, tegangan lentur
statik dan tegangan sejajar serat masing – masing berkurang sampai 45%, 70 %
dan 80 % dari tegangan dengan serat lurus (Desch dkk, 1981). Untuk keperluan
umum, nilai angka aman pada perencanaan dan penggunaan kayu harus dapat
dipertimbangkan pengaruh adanya kemiringan serat.
c. Kandungan air
d. Mata kayu
Mata kayu mempengaruhi jenis – jenis kekuatan kayu dengan tingkat yang
berbeda – beda tergantung pada ukuran, letak dan jenisnya. Jenis – jenis kekuatan
kayu dipengaruhi secara nyata oleh mata kayu. Hal ini disebabkan serat – serat
pada matu kayu miring dan tidak teratur. Mata kayu tidak mempengaruhi semua
jenis – jenis kekuatan kayu dengan tingkat yang sama. Tegangan geser, tegangan
tekan tegak lurus serat dan modulus elastisitas sedikit dipengaruhi dengan adanya
mata kayu, sedangkan tegangan tekan sejajar serat, tegangan lentur mengalami
penurunan yang cukup besar dengan adanya mata kayu. Pengaruh mata kayu yang
dinyatakan dalam luas mata kayu adalah sebanding terhadap luas tampang batang
kayu itu sendiri. Lokasi mata kayu juga memiliki pengaruh dalam penurunan
kekuatan kayu. Sebagai contoh pada sebuah balok kayu, mata kayu yang terletak
pada daerah tekan akan sedikit pengaruhnya dari mata kayu dengan ukuran yang
DIARTO TRISNOYUWONO 62
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
sama dan terletak pada daerah tarik. Sedangkan apabila letak mata kayu pada
garis netral, maka pengaruhnya akan kecil sekali.
Soal latihan :
Jawaban :
Air bebas + terikat
KA TJS ? ?
Oven dry (OD)
MAX 30% 20% 15% 0%
Susut
Mengembang
Selama kayu dalam range Kadar Air (KA) maks. – TJS kayu akan stabil, karena
dinding sel dan lumen sel telah jenuh terisi air (bound water dan free water).
Kondisi ini tercapai apabila tekanan uap di dalam sel kayu sama besar dengan
tekanan uap lingkungan (kelembaban relatif = kondisi jenuh air sel kayu).
2% (R)
0.1% (L)
TJS 30% 20% ? 15% ? 0% (OD)
15
T = 12 cm, x 4% 2% ;
30
dtangensial → (100% - 2%) x 12 = 11.76 cm
15
R = 6 cm, x 2% 1.5% ,
30
dradial → (100% - 1.5%) x 6 = 5.91 cm
DIARTO TRISNOYUWONO 63
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
15
L = 400 cm, x 0.1% 0.0005,
30
dlongitudinal → (100% - 0.0005%) x 400 = 399.998 cm
10
R = 6 cm, x 2% 0.67% ;
30
dradial → (100% - 0.67%) x 6 = 5.96 cm
10
L = 400 cm, x 0.1% 0.033% ;
30
dlongitudinal → (100% - 0.033%) x 400 = 399.868 cm
Note :
Dimensi pada kadar air 60 % sampai TJS (30%) tidak akan terjadi perubahan
dimensi. Kayu yang telah mengalami pengeringan sampai di bawah titik jenuh serat,
maka free water tidak akan dapat memasuki sel kayu kembali kecuali kayu tersebut
mengalami perendaman terus menerus di dalam air. Kondisi kadar air setimbang
(EMC) selalu berada di bawah 30 %.
Rumus :
dim ensi basah dim ensi ker ing
Susut (%) = dim ensi basah x 100%
dim ensi basah dim ensi ker ing
Kembang (%) = dim ensi ker ing x 100%
Fungsi mesin pengering kayu (oven kayu) adalah mengeringkan kayu dengan
perlahan – lahan dan mencegah perubahan dimensi dengan memberi pembebanan di
atas tumpukan kayu di dalam oven.
DIARTO TRISNOYUWONO 64
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Rumus :
Massa
Density (ρ) = ( gr / cm 3 ) , kerapatan kayu bergantung pada kadar air yang
Volume
dikandungnya.
Berat jenis merupakan instrument yang baik untuk memperkirakan sifat – sifat
fisik kayu.
- Kadar air, jika kadar air semakin tinggi maka berat jenis kayu akan semakin
rendah hingga TJS. Jika di atas TJS tidak akan terjadi perubahan berat jenis
kayu.
- Jika dinding sel kayu tebal, maka berat jenis kayu akan semakin tinggi.
- Ukuran sel dan lumen sel, semakin besar ukuran lumen sel maka berat jenis
akan semakin kecil, karena kadar free water juga semakin banyak.
Jawaban :
Berat air dalam produk = 25 %; volume kayu 10,000 cm³; berat kayu 5 kg
5
Kerapatan = 0.0005 kg / cm 3 = 500 kg/m³
10000
DIARTO TRISNOYUWONO 65
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
5 kg = bkba + 1.25 kg
Bkba = 5 – 1.25
= 3.75 kg
DIARTO TRISNOYUWONO 66
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Persamaan kekuatan secara umum dapat dituliskan seperti pada persamaan 1. Dimana Fu
adalah gaya maksimum yang diakibatkan oleh serangkaian sistem pembebanan dan
disebut pula sebagai gaya terfaktor, adalah faktor waktu sesuai jenis kombinasi
pembebanan (lihat Tabel 1.3), φ adalah faktor reduksi tahanan (lihat Tabel 1.4), ∏ Ci
adalah faktor koreksi masa layan dan F adalah kuat/tahanan acuan pada Tabel 1.1.
F u ≤ λ φ ∏ Ci F (1)
Keterangan :
D : beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen dan peralatan
layanan tetap
L : beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk pengaruh kejut
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain – lain
La : beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan
dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
H : beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan oleh genangan air.
W : beban angin dengan memperhitungkan bentuk aerodinamika bangunan dan
peninjauan terhadap pengaruh angin
DIARTO TRISNOYUWONO 67
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
E : beban gempa
Faktor koreksi masa layan merupakan hasil perkalian dari beberapa faktor koreksi seperti
pada persamaan berikut :
∏ Ci = CM Ct C pt Crt .........(2)
Ct : adalah faktor koreksi temperatur untuk memperhitungkan temperatur layan lebih tinggi
daripada 38C secara berkelanjutan;
Cpt : adalah faktor koreksi pengawetan kayu, untuk memperhitungkan pengaruh pengawetan
terhadap produk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan
berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau tata cara yang berlaku;
Crt : adalah faktor koreksi tahan api, untuk memperhitungkan pengaruh perlakuan tahan api
terhadap produk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan
berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau tata cara yang berlaku
Cr : adalah faktor koreksi pembagi beban, untuk balok tersusu atau komponen struktur
lantai kayu, dinding kayu, dan plafon kayu, untuk memperhitungkan peningkatan
tahanan penampang tersusun;
DIARTO TRISNOYUWONO 68
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Cb : adalah faktor koreksi luas tumpu, untuk memperhitungkan peningkatan luas efektif
bidang tumpu balok;
Cfu : adalah faktor koreksi penggunaan datar, untuk memperhitungkan peningkatan tahanan
lentur dari komponen struktur kayu yang digunakan secara datar.
Fb Ft Fv Fc Fc E
Balok kayu 0,85* 1,00 0,97 0,67 0,8** 0,90
Balok kayu besar (125 mm x 125 1,00 1,00 1,00 0,67 0,91 1,00
mm atau lebih besar)
Lantai papan kayu 0,85* - - 0,67 - 0,90
Glulam (kayu laminasi struktural) 0,80 0,80 0,87 0,53 0,73 0,83
* Untuk (Fb)/(CF) < 8 MPa, CM = 1,0
** Untuk (Fc)/(CF) < 5 MPa, CM = 1,0
DIARTO TRISNOYUWONO 69
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Terletak di muka lebar 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu ½ lebar kayu
Terletak di muka sempit 1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu
Pingul 1/10 tebal atau lebar 1/6 tebal atau lebar ¼ tebal atau lebar
kayu kayu kayu
Saluran damar 1/5 tebal kayu eksudasi 2/5 tebal kayu ½ tebal kayu
tidak diperkenankan
DIARTO TRISNOYUWONO 70
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BATANG TARIK
Komponen struktur yang mendukung beban aksial tarik maupun desak sering dijumpai
pada struktur rangka kuda – kuda. Gaya aksial tarik ataupun desak memiliki garis kerja
gaya yang sejajar dan berhimpit dengan sumbu panjang batang. Perencanaan komponen
struktur dengan beban aksial tarik sangat singkat dan tidak serumit seperti pada
perencanaan batang dengan beban desak. Secara umum, perencanaan komponen struktur
tarik bertujuan untuk mengetahui luas penampang batang minimum yang diperlukan.
Apabila dimensi komponen struktur tarik telah ditetapkan, maka analisis berupa check
terhadap luas tampang yang telah dipilih dapat dilakukan.
Pada daerah sambungan, dimana terjadi pengurangan luas tampang kayu akibat
penempatan alat sambung, distribusi tegangan tarik terjadi tidak secara merata. Tegangan
tarik pada daerah dekat lubang bisa tiga kali lebih besar dari pada tegangan tarik netto
seperti dapat dilihat pada Gambar. Oleh karena itu, maka perencanaan batang tarik harus
didasarkan pada luas penampang netto (luas tampang kayu yang telah dikurangi luas alat
sambung).
Penurunan kuat tarik batang kayu akibat hadirnya lubang pernah diteliti oleh Awaludin
(2002). Pada nilai banding luas lubang terhadap luas tampang kayu (Ah/Ag) yang sama,
penurunan kekuatan tarik akibat beberapa lubang berdiameter kecil ternyata lebih kecil
dari pada batang tarik dengan lubang yang besar tetapi jumlahnya sedikit.
r
α
α
3α
DIARTO TRISNOYUWONO 71
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
d2 3 d4
2 2
2 4r 16 r 4
Tu ≤ λ фtT’
Tu adalah gaya tarik terfaktor, λ adalah faktor waktu (lihat Tabel ), фt adalah faktor
tahanan tarik sejajar serat = 0,80 dan T’ adalah tahanan tarik.
Tahanan tarik komponen struktur tarik konsentris (T’) ditentukan pada penampang
netto seperti pada persamaan 1
T = Ft’An (1)
Dengan Ft’ adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi dan An adalah luas penampang
netto. Kuat tarik sejajar serat terkoreksi diperoleh dengan cara mengalikan kuat tarik
sejajar serat acuan dengan nilai faktor koreksi masa layan seperti pada 2.
Pengurangan luas tampang kayu akibat penempatan alat sambung paku dapat
diabaikan sehingga luas penampang bruto sama dengan luas penampang netto.
Sedangkan untuk alat sambung baut, pengurangan luas penampang kayu harus
didasarkan pada diameter lubang penuntun (diameter baut ditambah kelonggaran).
Diameter lubang penuntun pada alat sambung baut tidak boleh lebih besar daripada
D+0,8 mm bila diameter baut (D) kurang dari 12,7 mm dan tidak boleh lebih besar
daripada D+1,6 mm untuk baut diameter lebih besar atau sama dengan 12,7 mm.
Bilamana, akibat adanya alat pengencang, letak titik berat penampang netto
menyimpang dari titik berat penampang bruto sebesar 5 % dari ukuran lebar atau
lebih maka eksentrisitas lokal harus ditinjau sesuai dengan pronsip baku mekanika.
DIARTO TRISNOYUWONO 72
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Apabila gaya tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari maka perkuatan mekanis
harus diadakan untuk mampu memikul gaya tarik yang terjadi.
Komponen struktur tersusun, termasuk batang majemuk rangka atap, batang diafragma,
batang penyokong dan komponen struktur serupa, adalah komponen struktur yang terdiri
dari dua atau lebih elemen sejajar yang digabungkan dari bahan dengan tahanan dan
kekakuan yang sama. Tahanan komponen struktur tersusun tersebut harus ditentukan
sebagai jumlah dari tahanan elemen masing – masing selama tahanan sambungannya juga
dapat menjamin terjadinya distribusi gaya tarik aksial di antara elemen – elemen tersebut
yang sebanding dengan luas masing – masing elemen. Pengaruh perlemahan akibat
sambungan antar elemen harus ditinjau dalam perencanaan.
Contoh 1
25 kN
25 kN 25 kN
D
125 cm
C
125 cm
A
B
300 cm 300 cm
Rencanakan dimensi batang tarik AB dari struktur truss seperti pda Gambar di atas.
Elemen batang AB terbuat dari kayu kelas mutu A dengan kode mutu E21 dan alat
sambung yang dipergunakan pada buhul adalah baut. Pembebanan diperoleh berdasarkan
kombinasi pembebanan 1,4D. Asumsikan semua nilai faktor koreksi bernilai 1,0.
DIARTO TRISNOYUWONO 73
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Penyelesaian
A
66 kN
37,5 kN
T’ = Ft’ x An
T’ = CM Ct Cpt CF Crt Ft An
T’ = 37,6 x An
Tu ≤ λ фt T’
An ≥ 66.000/18,5
An ≥ 3656 mm²
Penampang kritis terjadi pada daerah sambungan. Pengurangan luas penampang akibat
penempatan alat sambung baut diperkirakan sekitar 25 %, jadi luas penampang brutto
yang diperlukan adalah :
DIARTO TRISNOYUWONO 74
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Tu = λ фt Ft’ An
Contoh 2
Apabila batang AC pada soal 1 disambungkan ke batang AB dengan sistem takikan, cek
kembali dimensi batang AB 50/120 mm² masih dapat dipergunakan.
Penyelesaian :
Pengurangan luas penampang maksimum akibat takikan adalah 30%, sehingga luas
penampang netto adalah :
Tu = λ фt Ft’ An
DIARTO TRISNOYUWONO 75
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BATANG TEKAN
Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada
struktur truss atau frame. Pada struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan
nama kolom. Perencanaan dimensi batang tekan lebih sulit daripada perencanaan batang
tarik, karena perilaku tekuk lateral menyebabkan timbulnya momen sekunderselain gaya
aksial tekan. Perilaku tekuk ini dipengaruhi oleh nilai kelangsingan kolom yaitu nilai
banding antara panjang efektif kolom dengan jari – jari girasi penampang kolom. Apabila
nilai kelangsingan sangat kecil (kolom pendek/short column/stocky column), maka serat
– serat kayu pada penampang kolom akan gagal tekan. Tetapi bila angka kelangsingan
kolom sangat tinggi (kolom langsing/long column), maka kolom akan mengalami
kegagalan tekuk dan serat – serat kayu belum mencapai kuat tekannya atau bahkan masih
ada pada kondisi elastik (lateral buckling failure). Kebanyakan kolom memiliki nilai
kelangsingan diantara kedua nilai ekstrem tersebut dan disebut intermediate column.
Beberapa anggapan yang digunakan untuk memperoleh gaya tekan kritis kolom adalah :
d. Defleksi lateral kolom sebagian akibat dari momen tekuk saja; defleksi lateral
akibat gaya geser diabaikan.
e. Defleksi aksial kolom sangat kecil, sehingga curvature kolom dapat didekati
dengan diferensial orde dua atas defleksi lateral.
Berdasarkan anggapan – anggapan di atas, gaya tekan kritis kolom dengan tumpuan
kedua ujung adalah sendi atau jepit dapat diperoleh pada persamaan 1 dan persamaan
2. Gaya tekan kritis ini dikenal dengan nama gaya tekan Euler (Pe). Dengan E adalah
modulus elastisitas, I adalah momen inersia dan L adalah panjang kolom. Karena
DIARTO TRISNOYUWONO 76
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
gaya tekan Euler diperoleh berdasarkan anggapan material kayu berperilaku elastis,
maka gaya tekan Euler sesuai untuk kolom dengan angka kelangsingan tinggi.
Sedangkan untuk kolom pendek atau menengah, gaya tekan Euler menjadi tidak
sesuai seperti dapat dilihat pada Gambar.
2 EI
Pe ................................................................................................................(1)
(L) 2
4 2 EI
Pe ..............................................................................................................
( L) 2
(2)
Fc’
Fc
EULER
l/d
10 20 30 40 50
Apabila variabel L pada persamaan (1) dan persamaan (2) diganti dengan nilai K,
sedangkan L dan K adalah faktor panjang tekuk, maka kuat tekan kritis kolom dengan
variasi tumpuan pada kedua ujungnya dapat diperoleh berdasarkan persamaan (3).
Untuk kolom dengan tumpuan sendi – sendi dan tumpuan kepit – jepit, kuat tekan
Euler diperoleh dari persamaan (3) dengan mengganti nilai Ke = 1 untuk kolom
dengan tumpuan sendi – sendi, dan nilai Ke = 0.5 untuk tumpuan jepit – jepit.
2 EI
Pe ...........................................................................................................(3)
( K e L) 2
DIARTO TRISNOYUWONO 77
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Menurut SNI-5 Tata cara perencanaan konstruksi kayu (2002), batang tekan harus
direncanakan sedemikian sehingga :
Pu ≤ λ φcP’
Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, λ adalah faktor waktu, φc = 0.90 adalah faktor
tahanan tekan sejajar serat dan P’ adalah tahanan terkoreksi. Tahanan koreksi adalah
hasil dari perkalian tahanan acuan dengan faktor – faktor koreksi pada persamaan
(Пci = CM Ct Cpt Crt)
Panjang kolom tak terkekang atau panjang bagian kolom tak terkekang (L) harus
diambil sebagai jarak pusat ke pusat pengekang lateral. Panjang kolom tak terkekang
harus ditentukan baik terhadap sumbu kuat maupun terhadap sumbu lemah dari
kolom tersebut. Panjang efektif kolom untuk arah yang ditinjau harus diambil sebagai
KeL, dimana Ke adalah faktor panjang tekuk untuk komponen struktur tekan, K e
tergantung pada kondisi ujung kolom dan ada atau tidak adanya goyangan.
Untuk kolom tanpa goyangan pada arah yang ditinjau, faktor panjang tekuk (K e)
harus dambil sama dengan satu kecuali jika analisis memperlihatkan bahwa kondisi
kekangan ujung kolom memungkinkan digunakannya faktor panjang tekuk yang lebih
kecil dari pada satu. Untuk kolom dengan goyangan pada arah yang ditinjau, faktor
panjang tekuk harus lebih besar dari pada satu dan ditentukan berdasarkan analisis
mekanika dengan memperhitungkan kondisi kekangan ujung kolom.
Nilai Ke, untuk beberapa jenis kondisi kekangan ujung dan untuk keadaan dengan
goyangan serta tanpa goyangan dapat ditentukan menggunakan hubungan pada
Gambar 2 berikut.
DIARTO TRISNOYUWONO 78
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kolom no : 1 2 3 4 5 6
Teoritis 0.50 0.70 1.00 1.00 2.00 2.00
Disarankan 0.65 0.80 1.00 1.20 2.10 2.40
Kelangsingan kolom adalah perbandingan antara panjang efektif kolom pada arah
yang ditinjau terhadap jari – jari girasi penampang kolom pada arah itu seperti pada
persamaan (5). Jari – jari girasi dihitung berdasarkan luas penampang brutto dan
menggunakan penampang transformasi jika digunakan penampang komposit. Untuk
penampang kolom persegi (b/d) atau bulat berdiameter D, maka jari – jari girasi dapat
diperoleh seperti pada Persamaan 5.
KeL
Kelangsingan = .......................................................................................(4)
r
DIARTO TRISNOYUWONO 79
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
db 3 1
r b 0.2887b (b d ) .......................................................(5a)
12db 12
R = 0.25D...................................................................................................(5b)
P’ = CpAFc* .............................................................................................(6)
= CpP0’
2
1 c 1 c
Cp c ...................................................................(7)
2c 2c c
Dengan :
s Pe
c ................................................................................................(8)
c P ' 0
2 E ' 05 I 2 E ' 05 A
Pe
( K e L) 2
2
L ............................................................................(9)
Ke
r
Keterangan :
Fc* : Kuat tekan terkoreksi sejajar serat (setelah dikalikan semua faktor
koreksi kecuali faktor stabilitas kolom, Cp)
DIARTO TRISNOYUWONO 80
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
P0’ : Tahanan tekan aksial terkoreksi sejajar serat pada kelangsingan kolom
sama dengan nol
Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada persentil ke lima (E05’) untuk balok
masif dihitung berdasarkan Persamaan 10, dengan Ew’ adalah modulus elastisitas
lentur yang telah dikalikan faktor koreksi CM, Ct, Cpt, dan CF sedangkan KVE adalah
nilai banding antara standar deviasi/penyimpangan dengan nilai rata – rata dalam
pengujian modulus elastisitas lentur. Dari hasil pengujian untuk beberapa jenis kayu
(Hoyle, 1978 dalam Awaludin, Irawati, 2009), nilai KVE diperoleh sebesar 0,20.
Apabila nilai KVE sebesar 0.2 disubstitusi pada Persamaan 10, maka E05’ = 0.69Ew’.
Kolom Berspasi
Pada kolom berspasi ada dua sumbu utama yang melalui titik berat penampang, yaitu
sumbu bebas bahan dan sumbu bahan. Sumbu bebas bahan adalah sumbu yang
arahnya sejajar uka yang berspasi (biasanya muka yang lebih lebar) pada kolom dan
sumbu bahan adalah sumbu yang arahya tegak lurus arah sumbu bebas bahan dan
memotong kedua komponen struktur kolom.
Pada kolom berspasi yang merupakan komponen struktur tekan dari suatu rangka
batang, titik kumpul yang dikekang secara lateral dianggap sebagai ujung dari kolom
berspasi dan elemen pengisi pada titik kumpul tersebut dipandang sebagai klos
tumpuan. Klos tumpuan dengan ketebalan minimum sama dengan ketebalan kolom
tunggal harus diadakan pada atau dekat ujung kolom berspasi. Klos tumpuan harus
mempunyai lebar dan panjang memadai. Sedikitnya satu klos lapangan, klos yang
terletak diantara klos – klos tumpuan, dengan lebar sama dengan lebar klos tumpuan
DIARTO TRISNOYUWONO 81
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
harus dipasangn di tengah atau di daerah tengah kolom berspasi sedemikian sehingga
I3 0.50I1.
3. Pada bidang sumbu bebas bahan, I2/d2 tidak boleh melampaui 50.
Kolom berspasi yang tidak memenuhi ketentuan tersebut harus direncanakan dengan
meninjau masing – masing komponen struktur sebagai kolom berpenampang masif
yang terpisah.
DIARTO TRISNOYUWONO 82
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Tahanan tekan koreksi kolom berspasi harus diambil sebagai nilai yang terkecil
diantara tahanan tekan koreksi terhadap sumbu bebas bahan dan terhadap sumbu
bahan. Kedua nilai tahana tersebut harus ditentukan dari Persamaan 6 sampai dengan
Persamaan 9 dengan faktor – faktor tahanan, faktor waktu dan faktor – faktor koreksi
yang berlaku pada kolom masif. Momen inersia terhadap sumbu bebas bahan yang
digunakan di dalam Persamaan 9 adalah momen inersia untuk komponen struktur
tunggal terhadap sumbu bebas bahan dikalikan dengan banyaknya komponen struktur.
Luas bruto (A) yang digunakan dalam persamaan 6 dan 9 harus sama dengan luas
komponen struktur tunggal dikalikan dengan banyaknya komponen struktur.
Alat sambung di masing – masing bidang kontak antara klos tumpuan dan komponen
struktur kolom di setiap ujung kolom berspasi harus mempunyai tahanan geser
sebagaimana ditentukan pada Persamaan 11. Z’ adalah tahanan geser terkoreksi klos
tumpuan dalam satuan N, A1 adalah luas komponen struktur tunggal (mm2) dan K
adalah konstanta klos tumpuan (MPa) yang nilainya bergantung pada I1/d1 dan berat
jenis komponen – komponen struktur yang disambung (lihat tabel berikut).
Z = A1K1 ............................................................................................(11)
DIARTO TRISNOYUWONO 83
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Penyelesaian :
Trial 1
Ukuran penampang batang adalah 50/120 (b = 50 mm, d = 120 mm)
L = (125² + 150²)0.5 = 195 cm
Jari – jari girasi (r) = 0.2887 b = 14.4 mm
Kelangsingan = (KeL)/r = (1 x 195)/14.4 = 13.56
Menghitung kuat tekan sejajar serat acuan (Fc) dan modulus elastisitas lentur
acuan (Ew) akibat rasio tahanan mutu kayu A sebesar 0.8
Fc = 0.8 x 40 = 32 MPa
Ew = 0.8 x 20000 = 16000 MPa
1 c 1 29.12
18.8
2c 2 x 0.8
DIARTO TRISNOYUWONO 84
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2
1 c 1 c c 29.12
Cp = 18.8 18.8 2 0.99
2c 2c c 0.8
DIARTO TRISNOYUWONO 85
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DAFTAR PUSTAKA
Awaludin, Irawati, 2009, Konstruksi Kayu, Biro Penerbit Teknik Sipil Universitas Gadjah
Mada, Jogjakarta
Prayitno, 2007, Catatan Kuliah Teknologi Kayu [Magister Teknologi Bahan Bangunan,
Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan], Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Society of Wood Science and Technology, Teaching Unit number 2 [slide set 1], Madison,
Wisconsin, USA.
DIARTO TRISNOYUWONO 86