Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN

TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN

KAJIAN MATERIAL STRUKTUR


KAYU

PENYUSUN
1. Yose Hendri / 61190500
2. Jessica Caroline Graciella / 61190480
3. Nabila Noer Setyaningrum /61190490
4. Naomi Elvina Tampubolon / 61190498
5. Otomosi Nico Cahyono / 61190460
6. Wahyudi Kristober Sugihen / 61190455
7. William Fransiskus Xaverius Bolly / 61190456

LABORATORIUM SAINS BANGUNAN


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
2020
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 1

RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 1

TUJUAN ................................................................................................................................ 1

BAB II........................................................................................................................................ 2

2.1 DEFINISI KAYU ............................................................................................................. 2

2.1.1 Bagian Kayu .............................................................................................................. 2

2.1.2 Penggolongan Pohon ................................................................................................. 3

2.1.3 Varasi Kayu ............................................................................................................... 3

2.2 SIFAT DAN KARAKTERISTIK KAYU ....................................................................... 4

2.2.1 Sifat Fisis Kayu ......................................................................................................... 4

2.2.2 Sifat Mekanis Kayu ................................................................................................... 8

2.2.3 Sifat Kimia Kayu ....................................................................................................... 9

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Kayu ............................................................................ 10

2.2.5 Estimasi Kuat Kayu ................................................................................................. 11

2.2.6 Cacat Kayu .............................................................................................................. 14

2.3 PENGERINGAN DAN PENGAWETAN KAYU ........................................................ 16

2.3.1 Metode Pengeringan Kayu ...................................................................................... 16

2.3.2 Metode Pengawetan Kayu ....................................................................................... 17

2.4 PENGOLAHAN KAYU ................................................................................................ 19

2.5 SISTEM KONSTRUKSI DAN SAMBUNGAN ........................................................... 26

2.5.1 Sambungan Kayu ..................................................................................................... 26

2.5.2 Hubungan Kayu ....................................................................................................... 32

2.6 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI .............................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 37

i
BAB I
PENDAHULUAN
Secara geografis, letak Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa dan memiliki iklim tropis.
Hal inilah yang mengakibatkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang kaya.
Indonesia memiliki sekitar 4.000 jenis pohon, yang berpotensi untuk digunakan sebagai kayu
bangunan. Akan tetapi hingga saat ini hanya sekitar 400 jenis (10%) yang memiliki nilai
ekonomi dan lebih sedikit lagi, 260 jenis, yang telah digolongkan sebagai kayu perdagangan.
Kayu merupakan salah satu material yang banyak digunakan dan umum digunakan dalam
pembangunan, industri hingga pengolahan kayu lainnya. Ada banyak faktor yang dapat
dipertimbangkan ketika kita memilih untuk menggunakan kayu. Mulai dari sifatnya yang
sustainable hingga memiliki seni estetik yang beragam-ragam.
Pada pembahasan kali ini, terdapat beberapa jenis kayu yang kami gunakan untuk dianalisa
lebih lanjut mulai dari kelas tertinggi atau terunggul hingga jenis kayu dengan spesifikasi
penggunaan lebih rendah.

RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diperoleh adalah:
1. Pengertian dari material kayu
2. Apa saja karakter yang didapatkan dari material kayu?
3. Bagaimana pengawetan yang dilakukan terhadap kayu?
4. Bagaimana pengolahan yang dapat dibentuk melalui kayu?
5. Sistem seperti apa yang dapat dibentuk pada konstruksi dan sambungan kayu?
6. Mengapa diperlukan pengembangan teknologi pada kayu?

TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan Paper adalah sebagi berikut:
1. Menganalisis bahan material kayu dalam fungsi bangunan.
2. Untuk mengetahui metode penggunaan, pengawetan, dan pengolahan kayu.
3. Untuk menilai dan menyimpulkan sifat, manfaat, serta kegunaan kayu.

1|Kajian Material Struktur Kayu


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI KAYU
Kayu merupakan bagian dari cabang atau ranting yang telah mengalami
lignifikasi (pengayuan). Dengan keberadaannya yang mudah ditemukan serta mudah
digunakan, kayu sudah menjadi bahan material yang lebih dahulu digunakan sebelum
baja dan beton serta sudah seringkali dipergunakan oleh masyarakat luas.
Kayu dapat didefinisikan sebagai suatu bahan, yang diperoleh dari hasil
pemungutan pohon-pohon di hutan, sebagai bagian dari suatu pohon. Dalam hal
pengelolaannya lebih lanjut, perlu diperhitungkan untuk suatu tujuan tertentu. Ditilik
dari tujuan penggunaannya, kayu dapat dibedakan atas kayu petukangan, industri, dan
kayu bakar. (Dumanauw, 1990)
2.1.1 Bagian Kayu
Pada bagian-bagian kayu terdapat komponen penyusun yang dapat dilihat untuk
analisis data visual yang kemudian dicatat dan disamakan dengan sifat kayu yang ada.

Gambar 1.1. Anatomi Kayu


Sumber: Dumanauw, J. F. (1990). Mengenal Kayu.
• Kulit Kayu: Terletak pada bagian paling luar pada batang yang terdiri dari kulit luar
sebagai pelindung jaringan dan kulit dalam sebagaii transportasi fotosistesis daun.
• Kambium: Suatu lapisan sel yang memilifi fungsi pembentuk sel kayu (arah dalam)
dan sel kulit kayu (arah luar)
• Kayu Gubal: Bagian kayu aktif dengan warna lebih muda yang berfungsi menyalurkan
bahan makanan dari akar pohon menuju daun.
• Kayu Teras: Bagian kayu mati dengan warna yang lebih gelap dan mengandung
ekstraktif beracun untuk proteksi dari organisme perusak kayu.
• Hati Kayu: Terletak pada pusat lingkaran tahun sebagai awal pengayuan dan bersifat
lunak dan rapuh.
• Jari-jari Kayu: Jalur sel kayu dari pusat lingkaran ke arah kulit yang berfungsi
menyebarkan bahan makanan secara radial atau menyebar dari pusat hingga kulit.
• Lingkaran Tahun: Lingkaran-lingkaran yang mengelilingi hati kayu dan sebagai
pengukuran usia kayu.

2|Kajian Material Struktur Kayu


2.1.2 Penggolongan Pohon
Pohon dibedakan menjadi dua kategori, terdapat ciri dan kualitas yang terbentuk
serta dijadikan acuan dalam penggunaannya.
Tabel 1. Penggolongan Pohon
Pohon Daun Lebar Pohon Daun Jarum

a. Daun berbentuk lebar a. Daun berbentuk menyerupai jarum


b. Tajuk besar dan bundar b. Tajuk berbentuk kerucut
c. Menggugurkan daun c. Umumnya tidak menggugurkan daun
d. Pertumbuhan daun lambat d. Pertumbuhan cepat dan keatas
e. Umumnya batang tidak lurus dan e. Kayu lebih lunak dan ringan
berbonggol
f. Kayu lebih keras
Sumber: Dumanauw, J. F. (1990). Mengenal Kayu.

2.1.3 Varasi Kayu

a. Pohon yang memiliki kayu gubal (warna lebih terang) dan kayu
teras (warna lebih gelap).

b. Pohon yang memiliki kayu gubal dan kayu masak tanpa kayu
teras dengan warna akan lebih terlihat semakin gelap menuju hati
kayu

c. Pohon yang hanya memiliki kayu gubal tanpa kayu masak dan
teras, kayu gubal memiliki kayu yang tidak begitu keras dan
memiliki warna terang.

d. Pohon yang memiliki kayu gubal, masak, dan teras. Ketiga


perbedaan akan terlihat dari dalam kea rah luar/kulit kayu.

G: Gubal, M: Masak, T: Teras


Gambar 1.2. Variasi Kayu
Sumber: Dumanauw, J. F.
(1990). Mengenal Kayu.

3|Kajian Material Struktur Kayu


2.2 SIFAT DAN KARAKTERISTIK KAYU
Setelah mengetahui bagian-bagian kayu, pencocokan pada sifat-sifat kayu
diperlukan untuk mengetahui sifat umum pada kayu. Pada pembahasan ini akan
berfokus pada sifat fisis dan mekanis yang kemudian dengan membahas sifat dan
karakteristik kayu berdasarkan jenis digunakan.
2.2.1 Sifat Fisis Kayu
a. Berat Jenis
Kayu memiliki nilai Berat Jenis (BJ) yang berbeda-beda mulai dari 0.20 hinga
1,28. Apabila nilai Berat Jenis besar maka massa kayu dan tingkat kekuatan akan
tinggi/unggul. Namun, apabila Berat Jenis kayu kecil, maka massa serta tingkat
kekuatan kayu juga rendah/lemah.
b. Keawetan dan Kekuatan Kayu
Tingkat keawetan serta kekuatan kayu ini akan menunjukkan jenis kayu apa saja
untuk menentukan pemakaian yang tepat pada berbagai kondisi seperti bangunan,
industri, dan pengerjaan kayu lainnya.
Tabel 2. Kelas Awet Kayu
Kelas Awet I II III IV V
Kondisi Lingkungan
a. Selalu berhubungan 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat Sangat
dengan tanah lembab pendek pendek
b. Terbuka terhadap 20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa Sangat
angin dan iklim yang tahun pendek
memiliki pengaturan
masuknya air
c. Berada di bawah Tak Tak Sangat Beberapa Pendek
atap, tidak terbatas terbatas lama tahun
berhubungan dengan
tanah lembab dan
dilinndungi terhadap
kelengasa
d. Berada di bawah Tak Tak Tak Minimum Maksimum
atap dengan terbatas terbatas terbatas 20 tahun 20tahun
melakukan
pemeliharaan kayu
e. Serangan oleh Tidak Jarang Agak Sangat Sangat
serangga/rayap cepat cepat cepat

Sumber: Dumanauw, J. F. (1990). Mengenal Kayu.

4|Kajian Material Struktur Kayu


Tabel 3. Kelas Kuat Kayu
Kelas Kuat Berat Jenis Kokokh Lnetur Kokoh Tekan
Kering Udara Muatlas (kg/cm²) Muatlas (kg/cm²)
I ≥0.9 ≥1100 ≥650
II 0.9 – 0.6 1100 – 725 650 – 425
III 0.6 – 0.4 725 – 500 425 – 300
IV 0.4 – 0.3 500 – 360 300 – 215
V ≤0.3 ≤360 215
Sumber: Dumanauw, J. F. (1990). Mengenal Kayu.
Tabel 4. Kelas Pemakaian Kayu
Kelas Pemakaian Ditetapkan dari Ditetapkan dari
Kelas Awet Kelas Kuat
I I I
II II II
III III III
IV IV IV
V V V
Sumber: Dumanauw, J. F. (1990). Mengenal Kayu.
c. Mutu Kayu
Ada tiga macam mutu kayu, yaitu Mutu A, Mutu B, dan Mutu C. Dan untuk memenuhi
mutu kayu A dan B harus ada beberapa syarat yang di lengkapi.
Syarat mutu A:
• Kayu harus kering dengan catatan kadar air dibawah 15%
• Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar muka kayu dan tidak boleh melebihi dari
3,5 cm
• Kayu tidak mengandung kayu gubal yang melebihi dari 1/10 lebar muka kayu
• Kemiringan arah serat tengen maksimal 1/10
• Retak jangan melebihi dari 1/3 tebal kayu dan retak arah lingkaran tumbuh tidak
boleh lebih besar dari 1/4 tebal kayu

Syarat mutu B:
• Kayu harus kering dengan kadar air 15-30%
• Besar mata kayu tidak boleh melebihi 1/4 muka kayu, dan tidak boleh lebih besar
5cm
• Kayu tidak mengandung gubal (Wanvlak) yang lebih besar dari 1/10 lebar muka
kayu
• Miring arah serat maksimal 1/17
• Retak kayu jangan melebihi 1/3 tebal kayu dan retak arah lingkaran tumbuh tidak
boleh lebih besar dari 1/4 tebal kayu

5|Kajian Material Struktur Kayu


d. Warna Kayu
Pewarnaan pada setiap jenis kayu dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai
dari lokasi hidup pohon, usia pohon tingkat kelembabab, intensitas matahari. Warna-
warna yang terbentuk, antara lain keputih-putihan, kuning, cokelat muda, kemerah-
merahan, hingga kehitam hitaman.

Gambar 2.1. Warna Kayu


Sumber: Crossout Forum
e. Kadar Air dan Penyusutan
Kayu memiliki sifat higroskopik atau kemampuan menyerap serta melepaskan air
yang dipengaruhi oleh kelembaban serta suhu udara, dengan adanya kemampuan
tersebut, maka kayu akan mengalami pengembangan atau penyusutan. Proses
pelepasan/penyusustan juga dapat terjadi setelah pohon mengalami penebangan dan zat
air sudah tidak dapat masuk kembali. Kelembapan juga memengaruhi susut muai pada
kayu, pada penyusutan akan terjadi banyak variasi dan arah penyusutan.
• Penyusutan Tangensial: Searah dengan arah lingkaran tahun, penyusutan
4.3% - 14%.
• Penyusutan Radial: Searah jari-jari kayu (tegak lurus dari lingkaran tahun),
penyusutan 2.1% - 8.5%
• Penyusutan Longitudinal: Searah panjang kayu, penyusutan 0.1% - 0.3%

Gambar 2.2. Penyusutan Kayu


Sumber: Dumanauw, J. F. (1990). Mengenal Kayu.

6|Kajian Material Struktur Kayu


f. Tekstur
Tekstur yang terbentuk pada kayu bergantung pada serat pada setiap jenis kayu
• Kayu tekstur halus (contoh: Giam, Lara, Kulim)
• Kayu tekstur sedang (contoh: Jati, Sonokeling)
• Kayu tekstur kasar (contoh: Meranti, Kempas)

g. Serat
Terdapat arah serat yang memengaruhi tekstur pada kayu, yaitu serat berpadu,
serat berpilin, serat bergelombang, serat miring. (Alponsin, 2018)

Gambar 2.3. Arat Serat Kayu


Sumber: Alponsin. (2018, Oktober 15). Struktur Kayu.

7|Kajian Material Struktur Kayu


2.2.2 Sifat Mekanis Kayu
a. Kuat Tarik
Kayu memiliki kekuatan tarik terhadap gaya dari luar kayu yang akan bereaksi
sesuai dengan arah serat kayu atau melintang dari serat kayu.

Gambar 2.4. Kuat Tarik


Sumber: tentangkayu.com, Sifat Mekanik Kayu
b. Kuat tekan
Berbanding terbalik dengan kuat tarik, kuat kayu akan lemah jika melintang dari
serat kayu. Namun, akan tetap kuat jika gaya tekan mengikuti serat kayu.

Gambar 2.5. Kuat Tekan


Sumber: tentangkayu.com, Sifat Mekanik Kayu
c. Kuat Lengkung
Kayu memiliki ketahanan terhadap gaya yang diusahakan untuk
melekungkannya. Ketahanan lengkung kayu terbagi menjadi dua, yaitu lengkung statik
atau ketahanan terhadap usaha pelengkungan secara perlahan dan lengkung pukul atau
ketahanan terhadap usaha yang dilakukan secara mendadak (pukul).

Gambar 2.6. Kuat Lengkung


Sumber: tentangkayu.com, Sifat Mekanik Kayu

8|Kajian Material Struktur Kayu


d. Kuat Geser
Kekuatan geser kayu lebih besar terletak pada posisi melintang dari serat kayu.
Kuat ini dapat menahan geseran dari beban mati dan beban hidup yang ditimpakan
kepada kayu.

Gambar 2.7. Kuat Geser


Sumber: tentangkayu.com, Sifat Mekanik Kayu
e. Kuat Belah
Kemampuan kayu menahan gaya belah akan lebih kuat jika tegak lurus dari
serat kayu, selain itu kadar air yang lebih rendah pada kayu akan memiliki daya tahan
yang kuat disbanding kadar air yang tinggi pada kayu.

Gambar 2.8. Kuat Belah


Sumber: tentangkayu.com, Sifat Mekanik Kayu

f. Kekerasan
Kekuatan kayu yang dapat menahan gaya takik, lekukan, serta abrasi yang
menunjukkan kekuatan terhadap pengausan kayu.
2.2.3 Sifat Kimia Kayu
Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap
serangan makhluk perusak kayu, menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu,
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Terdapat tiga unsur komponen kimiawi
yang terdapat pada kayu, yaitu:
a. Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
b. Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin
c. Unsur yang diendapkan dalam Kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat
eksrtraktif

9|Kajian Material Struktur Kayu


2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Kayu
Dalam mempelajari kayu, terdapat kelebihan dan kekurangan kayu apabila
disandingkan dengan material bahan seperti baja, beton, plastik, dan lain sebagainya.
Berikut kelebihan dan kekurangan yang dimiliki material kayu.

Kelebihan:
a. Kayu mudah didapat
b. Kayu memiliki nilai estetika yang tinggi
c. Kayu dikenal lebih aman terhadap bahaya gempa
d. Kayu mudah dikerjakan menggunakan alat sederhana
e. Kayu dapat dibudidayakan sebagai bahan dari alam
f. Kayu memiliki Berat Jenis (BJ) ringan, sehingga berat sendiri struktur menjadi
ringan
g. Semakin tinggi nilai berat jenis akan berbanding lurus dengan kelas kuat kayu
h. Mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan lain yang
dibuat oleh tangan manusia
i. Cukup tahan terhadap beban tekan dan beban tarik.

Kekurangan:
a. Kurang homogen dengan cacat-cacat alam seperti arah serat yang membentuk
penampang, spiral dan diagonal, mata kayu, dll.
b. Daya muai dan susut yang besar
c. Mudah terbakar.
d. Pada pembebanan dalam jangka panjang lendutan/lengkungan cukup besar
e. Rentan rusak akibat makhluk organisme apabila proses pengawetam tidak
tepat
f. Cacat pada kayu mengakibatkan kekurangan/kesulitan pada penggunaan dan
pengerjaan kayu
g. Cacat diawal pertumbuhan, akan menjadi cacat pada kayu setelah pohon
ditebang.

10 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.2.5 Estimasi Kuat Kayu

Gambar 2.9. Tabel Estimasi Kuat Kayu


Sumber: UK Petra

Gambar 2.10. Tabel Estimasi Kuat Kayu


Sumber: UK Petra

11 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Gambar 2.11. Tabel Estimasi Kuat Kayu
Sumber: UK Petra

Gambar 2.12. Tabel Estimasi Kuat Kayu


Sumber: UK Petra

12 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Gambar 2.13. Tabel Estimasi Kuat Kayu
Sumber: UK Petra

13 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.2.6 Cacat Kayu
Terdapat banyak macam kecacatan/kerusakan kayu yang mengakibatkan penurunan
kualitas kayu hingga pembuangan kayu tebangan karena sudah mengalami kerusakan.
a. Mata Kayu

• Mata kayu sehat


• Mata kayu lepas
• Mata kayu busuk
Kerusakan ini akan berpengaruh pada
keindahan kayu, menyebabkan lubang,
penurunan kekuatan kayu.

Gambar 2.14. Cacat Mata Kayu


Sumber: Zacoeb, D. E. (n.d.). Kayu (Wood or Timber)
b. Retak, Pecah, dan Belah
• Retak: Jika lebar terpisahnya serat ≤ 2mm
• Pecah: Jika lebar terpisahnya serat ≤ 6mm
• Belah: Jika lebar terpisahnya serta ≥ 6mm
Kerusakan ini akan berpengaruh pada distribusi beban yang
tidak merata serta kuat geser dan kuat tarik berkurang.

Gambar 2.15. Cacat Retak Kayu


Sumber: Purnosidi (2015)

c. Pecah Busur dan Pecah Gelang


• Pecah busur: Pecah yang mengikuti arah lingkaran
tumbuh
• Pecah gelang: Kelanjutan dari pecah busur yang ujung
keduanya bertemu membentuk setengah lingkaran atau
lingkaran penuh.
Kerusakan ini akan berpengaruh pada keseimbangan
penyusutan pada pengeringan, tegangan dalam kayu
terlepas saat penebangan.
Gambar 2.16. Cacat Pecah
Sumber: Purnosidi (2015)

14 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
d. Arah Serat

Serat Miring Serat Melengkung Serat Bolak-Balik


Gambar 2.17. Arah Serat Kayu
Sumber: Zacoeb, D. E. (n.d.). Kayu (Wood or Timber)

Gambar 2.18. Arah Serat Kayu


Sumber: Zacoeb, D. E. (n.d.). Kayu (Wood or Timber)

Serat Terpilin Serat Bergelombang


e. Hati Kayu Rapuh f. Cacat Jamur

Gambar 2.19. Hati Kayu Rapuh Gambar 2.20. Cacat Jamur


Sumber: Purnosidi (2015) Sumber: Purnosidi (2015)

g. Cacat Serangga h. Lubang Gerek

Gambar 2.21. Cacat Serangga Gambar 2.22. Cacat Lubang Gerek


Sumber: Purnosidi (2015) Sumber: Purnosidi (2015)

15 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.3 PENGERINGAN DAN PENGAWETAN KAYU
2.3.1 Metode Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu merupakan proses pengurangan kadar air hingga dibawah 20% yang
ada pada kayu yang dapat membebaskan kayu dari serangan jamur tanpa mengurangi
kualitas yang ada. Pengeringan ini menggunakan system pengaturan suhu dengan
beberapa metode, bisa alamiah atau rekayasa.

Metode pengeringan pada kayu terbagi atas dua jenis, yaitu:


a. Pengeringan Secara Alamiah
Pengeringan kayu merupakan proses
pengurangan kadar air yang ada pada kayu
dengan cara menumpuk atau menyusun kayu
dengan rata dan menyisakan celah untuk
pergerakan udara. Hal ini harus benar-benar
diperhatikan agar kayu kering secara merata.
Penggunaan metode ini diterapkan di ruang
terbuka dengan sumber panas matahari dan
angin dengan tujuan untuk mengurangi cacat
kayu atau retakan, serangan jamur, dan lain-lain.

Gambar 3.1. Wood Drying Diagram Gambar 3.2. Pengeringan Alami


Sumber: Crona (2020) Sumber: Tneutron.net

b. Pengeringan Secara Rekayasa


Pengeringan secara rekayasa terbagi atas tiga cara yaitu:
• Dengan bantuan alat mekanis Exhaust Motor Fan (tiupan angin)

Gambar 3.3. Exhaust Motor Fan


Sumber: njs-USA
Mesin kipas bertujuan untuk mengeringkan kayu atau mengurang kadar air kayu yang
memiliki dua system yaitu system kipas aksial dengan kapasitas 25 m3 —250 m3 atau
kipas radial dengan kapasitas dibawah 25 m3. Kipas disini menjadi alat penggerak
untuk sikulasi udara dengan menekan masuk udara ke celah tumpukan kayu jadi harus
diperhatikan untuk susunan yang memungkinkan pengaliran udara.

16 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
• Drying Kiln

Gambar 3.4. Drying Kiln


Sumber: Wood-Treatment|Britannica
Proses dari drying klin dapat dihasilkan dari boiler ataupun heater. Media panas boiler
yang sering digunakan ialah boiler steam, hot water, dan thermal oil. Media ini
berfungsi untuk memanaskan heat exchanger yang nantinya akan disirkulasikan
dengan kipas axial demi pemerataan temperature ruang.
2.3.2 Metode Pengawetan Kayu
Proses pengawetan adalah usaha untuk mempertahankan atau memperpanjang
umur nilai pakai kayu, baik secara kimia maupun fisika, dengan cara meningkatkan
ketahanannya terhadap serangan organisme perusak. Penerapannya dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara mulai dari cara sederhana, seperti pelaburan,
penyemprotan, pencelupan, perendaman, dan atau diikuti proses difusi sampai dengan
cara vakum tekan (Anonim; Findlay, 1962; Martawijaya, 1964; dan Hunt dan Garrat,
1986). Cara pengawetan kayu dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Metode Perendaman
Pada metode ini, kayu direndam (seluruhnya
tenggelam) pada bak larutan dengan bahan
pengawet dan dibiarkan dalam beberapa jam atau
hari sehingga pengawet dapat meresap masuk ke
dalam kayu
Keuntungan: Gambar 3.5. Perendaman Kayu
- Penetrasi dan retensi pengawet yang lebih banyak Sumber: tentangkayu.com,
- Banyak kayu yang dapat dilakukan dalam Pengawetan Kayu
sekali perendaman
- Penagawet dapat dipakai berulang-ulang
Kerugian:
- Waktu yang lumayan lama
- Peralatan mudah terkena karat
- Kayu yang basah akan sulit untuk diawetkan

b. Metode Pencelupan
Pada metode ini kayu direndam dalam pengawet berjenis Natrium
Penthachlorophenol dengan takaran yang ditentukan dalam waktu yang lebih singkat,
beberapa menit bahkan detik. Penggunaan metode ini berfungsi untuk mencegah jamur
pelapuk kayu dengan proses pengeringan terlebih dahulu.

Keuntungan:

17 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
- Waktu yang singkat
- Peralatan yang sederhana
- Natrium Penthachlorophenol (bahan pengawet) dapat dipakai berulang-ulang.
Kerugian:
- Penetrasi dan resistensi yang sangat kecil
- Pelapisan yang tipis akan pengawet membuatnya mudah luntur

c. Metode Pemulasan dan Penyemprotan

Metode ini dilakukan dengan cara memasukan atau


menyemprotkan bahan pengawet kedalam kayu dengan
alat yang sederhana. Metode ini biasanya dipakai untuk
pengawetan sementara (prophylactic treatment) untuk
mencegah kayu berjamur, membunuh serangga yang
belum parah.
Gambar 3.6. Pemulasan Kayu
Keuntungan: Sumber: tentangkayu.com,
- Biaya yang murah Pengawetan Kayu
- Mudah dalam proes dan penggunaan alatnya
Kerugian:
- Mudah luntur
- Penetrasi dan retensi pengawet kecil

d. Metode Pembalutan
Metode pengawetan mengaplikasikan
pengawet berupa krim atau cairan pekat lalu
dibaluri ke permukaan kayu yang masih basah
sehingga terjadi proses penyerapan oleh kayu
secara perlahan.

Keuntungan: Gambar 3.7. Perendaman Kayu


- Peralatan sederhana Sumber: diminimalis.com
- Memeiliki penetrasi yang lebih baik
- Dapat diaplikasikan pada kayu yang basah
maupun kering
Kerugian:
- Boros dalam penggunaan pengawet
- Memerlukan waktu yang agak lama
- Dapat membahayakan hewan atau tanaman sekitar apabila terkena pengawetnya

18 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.4 PENGOLAHAN KAYU

Gambar 4.1. Proses Pengolahan Kayu


Sumber: From Log to Plank, Swedish Wood
Dalam pengolahannya, seringkali kayu diolah untuk digunakan sebagai kolom, balok, dan
rangka struktur lainnya, namun untuk penggunaan kayu dengan kelas yang lebih rendah akan
digunakan sebagai kayu olahan, yaitu:
a. Kayu Solid
Kayu solid merupakan bahan baku yang biasa diolah menjadi bagian rangka atau
konstruksi bangunan mulai kolom, balok, atap, dan lain-lain. Untuk dijadikan rangka
yang kuat maka diperlukan kayu yang kuat dengan kelas awet dan kuat I - III seperti
contohnya kayu Jati, Bengkirai, Meranti, Kamper, dan lainnya. Ukuran potongan kayu
bisa disesuaikan dengan kebutuhan untuk pembuatan balok, reng, kaso, papan, dan
produk rekatan (kayu laminasi, papan sambung, finger jointing). Dimensi kayu yang
ada dipasaran:

- Tiang Balok (cm):


8/8, 8/10, 8/12, 10/10, 10/12, 12/12, 12/15
- Balok Antar Tiang (cm):
4/6, 4/8, 6/8, 6/12, 6/15, 8/12, 8/15, 8/18,
10/12, 10/15
- Balok Langit (cm):
8/12, 8/15, 8/18, 8/20, 10/15, 10/18, 10/20.
- Kusen Pintu dan Jendela (cm):
6/10, 6/12, 6/13, 6/15, 8/10, 8/12, 8/15
- Kuda - Kuda (cm):
8/10, 8/12, 8/15, 8/18, 10/12, 10/15, 10/18
- Kaso/usuk (cm):
4/6, 4/8, 5/7

Gambar 4.2. Bagian Pemotongan


Sumber: From Log to Plank, Swedish Wood

19 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
b. Veneer
Veneer merupakan olahan kayu yang berupa lembaran atau papan tipis yang dihasilkan
dari potongan atau irisan sebuah kayu utuh. Penggunaan veneer ini ialah sebagai bahan
utama untuk pembuatan triplex dan multiplex yang nantinya akan diaplikasikan untuk
beberapa bagian dari bangunan seperti furnitur, pelapis dinding, hingga penutup lantai.
Untuk dijadikan veneer, kayu yang biasa digunakan dipasaran ialah kayu yang memiliki
kelas kuat dan kelas awet sekitar II - IV dengan karakter yang lunak dan ringan akan
tetapi tidak mudah retak atau pecah seperti kayu jati, mahoni, sungkai, mindi, serta kayu
ek. Ukuran ketebalan veneer kayu ialah 0.24 mm hingga 3mm. Proses pengolahan
veneer kayu:
1. Debarking
Proses pengupasan kulit kayu log sehingga bersih
2. Conditioning
Proses steaming (merebus) kayu log menggunakan uap atau air panas untuk melunakan
kayu sehingga mudah untuk disayat
3. Charging
Membentuk kayu log sebundar mungkin dengan cara memasukannya kedalam mesin.
4. Lathing
Proses pengupasan kayu log menggunakan cara rotary slice, quarter slice, flat slice,
plain slice, half-round slice dan rift slice.
a. Rotary
Kayu log yang berbentuk utuh diletakan pada poros pemutar
yang selanjutnya di putar sesuai dengan arah radial kayu.
Metode ini dapat menghasilkan vinir kayu yang panjang dan
lebar kayu yang sesuai dengan kayu lognya.
Gambar 4.3. Rotary
b. Quarter slicing
Kayu log disayat searah dengan jari-jarinya atau tegak lurus
dengan lingkaran tahun sehingga membuat serat vinir yang
lurus. Sebelum metode Quarter slicing, kayu log dibelah terlebih
dahulu dengan metode quarter sawn.
Gambar 4.4. Slicing
c. Flat/Lengthwise

Balok kayu yang sudah digergaji lalu disayat sejajar dengan


arah panjang serat tanpa melihat arah radial. Hal ini membuat
serat vinir yang bervariasi.
Gambar 4.5.
Lengthwise
d. Plain
Pemotongan dan penyayatan kayu log dengan arah sejajar lingkaran tahun untuk
menghasilkan serat vinir yang bermotif kembang sesuai dengan pergerakan lingkar
tahunnya.

20 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
e. Half-round Slice
Metode ini hampir sama degan metode plain yang dimana
mempertahankan motif lingkar tahun. Perbedaannya, metode
ini memiliki permukaan vinir yang lebih halus dikarenakan
penyatan dilakukan engan cara memutar.
Gambar 4.6. Half-
round

f. Rift Slicing
Metode ini mirip metode Quarter, tetapi pisau sayat sedikit dimiringkan dari posisi
jari-jari log sehingga menghasilkan serat vinir yang lurus dan
halus.

Gambar 4.7. Rift

5. Clipping
Proses pemotongan vinir sesuai ukuran tertentu dan pemisahan vinir yang baik dan yang
cacat.
6. Sorting
Proses pengkategorian jenis vinir yang berdasarkan kayu gubal, kayu teras atau grade
vinir.
7. Pengeringan Vinir
Vinir yang dalam keadaan basah dengan kadar MC (Moisture Content) yang tinggi
dikeringkan dengan Veneer Dryer Machine sampai mencapai kadar MC yang telah
ditentukan.

c. Kayu Lapis (Plywood)


Kayu lapis atau plywood merupakan
perekatan beberapa vinir dengan
susunan menyilang agar menghasilkan
lapisan yang lebih kuat. Plywood biasa
digunakan konstruksi bangunan seperti
bahan baku untuk dinding, lantai, atap,
pintu, jendela, hingga paneling atau
penyekat ruang.

Plywood ini biasa menggantikan


penggunaan kayu solid karena mudah
ditemukan dan harganya yang lebih
terjangkau. Juga bobotnya yang lebih
ringan yang cocok diaplikasikan untuk
atap dan dinding agar beban yang
ditumpu balok dan kolom tidak terlalu
berat.

Gambar 4.8. Proses Pengolahan Plywood


Sumber: pinterest.com, Plywood Proccess

21 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Jenis - jenis kayu lapis atau plywood yaitu:

1. Triplek
Triplek merupakan tumpukan lembaran vinir yang
direkatkan dengan lem UF (Urea Formadehyde),
MF (Melamine Formaldehyde), atau PF (Phenolic
Formaldehyde) yang disusun secara vertikal
sehingga dapat menghasilkan papan yang lebih
kuat terhadap tekanan dengan ketebalan tertentu.

Gambar 4.9. Triplek


Sumber: tentangkayu.com, Kayu Lapis
Ukuran : 120 0x 2400 mm
Tebal : 3 mm, 6 mm, 9 mm, 12 mm, 15 mm, 18 mm, 25 mm, dan 32 mm.

Kelebihan:

- Mudah dibentuk atau ditekuk


- Bentuk dan ukuran tidak mudah berubah karena mempunyai tingkat ketahanan yang
tinggi terhadap penyusutan dan lebih tahan air
- Memiliki banyak variasi ukuran dan ketebalan
- Dapat menjadi rangka utama pembuatan furniture karena memiliki struktur yang
kokoh
Kekurangan:

- Daya tahan tidak lebih baik dari kayu solid


- Tidak cocok digunakan sebagai bahan baku furniture outdoor
- Pengangkutan harus dilakukan dengan hati-hati karena ketebalannya yang tipis.
- Terkadang ditemukan triplek yang mempunyai permukaan kurang halus dan
bergelombang, sehingga tingkat presisi pada sisi ketebalannya kurang bagus.
- Untuk hasil pengabungan lembaran triplek yang rapi diperlukan penggunaan paku
tembak dan tingkat ketelitian yang tinggi.

2. Multiplek
Multipleks merupakan papan yang tersusun dari beberapa
lapis vinir dengan cara di gluing dan pressing. Multiplek
merupakan kombinasi serat serat kayu sebagai lapisan tengah
dan kulit kayu sebagai lapisan luar agar dapat mereduksi
pemuaian dan tekanan tekuk. Multiplek lebih tahan cuaca dan
mudah dibentuk yang biasa digunakan untuk furniture.

Gambar 4.10. Multiplek Ukuran : 1200 x 2400 mm


Sumber: tentangkayu.com, Tebal : 6mm, 9mm, 12mm, 15mm, 18mm dan 24mm.
Kayu Lapis

22 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Proses pengolahan multiplek:
1. Memilih Log
Memilih kayu log yang memiliki kelurusan dan diameternya bundar atau tidak yang
bebas dari mata kayu agar menghasilkan yang baik.
2. Debarking hingga Vinir Drying
Proses pengupasan kulit kayu log sehingga bersih dan pengeringan
3. Gluing
Perekatan dengan lem jenis urea resin atau phenol-Formaldehyde menggunakan
roller coater system.
4. Pressing
Pressing lapisan vinir dengan tekanan tinggi menggunkana mesin hingga ketebalan
yang diinginkan. Pressing terbagi akan Hot Press untuk bahan baku softwood
dengan suhu 120 °C dan Cold Press untuk lapisan yang meggunakan resin atau urea-
formaldehyde yang membutuhkan pengeringan lebih lama.
5. Cutting, Sanding
Pemotongan sesuai dengan ukuran standar multiplek dan menghaluskan permukaan
dengan mesin amplas.
6. Quality Control
Pengelompokan kualitas A, B, dan C, yang dimana ditentukan dari ada tidaknya
'overlap' atau terkelupas, warna, serat, dan akurasi ketebalannya.
Kelebihan:
- Kuat akan cuaca dan gaya tekuk
- Kokoh sehingga dapat dibuat menjadi rangka furniture
- Lebih resistan terhadap air
Kekurangan:
- Diperlukan paku tembak untuk penggabungan karena keras
- Tidak mudah melakukan finishing
- Terdapat beberapa multiplek yang permukaannya bergelombang
- Ketebalan yang kurang presisi.

3. Particle Board
Partikel Board merupakan serbuk gergaji yang dipadatkan
dengan proses kimia dan ditekan dengan suhu tinggi
sehingga menjadi papan. Particle board ini biasanya
digunakan sebagai rangka furniture karena finishing lebih
murah dibanding plywood atau MDF.

Ukuran : 1220 x 2440 mm


Tebal : 9 mm, 12 mm, 15 mm, 18 mm, 25 mm.
Gambar 4.11. Particle Board
Kelebihan:
Sumber: tentangkayu.com,
Kayu Lapis - bobot lebih ringan
- harga lebih murah daripada Plywood dan MDF
Kekurangan:
- tidak tahan akan kelembaban dan air
- permukaannya kurang halus
- mudah keropos

23 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
4. Medium Density Fiberboard (MDF)

Medium-density fibreboard (MDF) merupakan


susunan papan yang terdiri atas kombinasi serbuk
kayu dan serat kayu yang dipadatkan. MDF
mempunyai permukaan yang lebih halus dan lebih
rata karena memiliki kepadatan yang solid dan lebih
menyatu sehingga banyak digunakan untuk furniture.

Ukuran : 1200 x 2400 mm


Tebal : 3mm, 4mm, 6mm, 9mm, 12mm, 18mm
Gambar 4.12. MDF dan 20mm
Sumber: tentangkayu.com, Kayu
Lapis

Proses pembuatannya:
1. Pencucian kayu agar bersih
2. Pengupasan dan pemotongan kayu log sesuai ukuran.
3. Proses screening untuk mencegah adanya material logam
4. Pelunakan kayu dengan cara merebusnya dengan waktu dan suhu tertentu
5. Membuat serpihan kecil (chip) dari kayu log menggunakan mesin khusus
6. Pressing chip dengan menggunakan mesin cetakan dan lem
7. Pemotongan MDF sesuai ukuran standart dengan mesin

Kelebihan:
- Permukaan halus dan rata
- harga lebih ekonomis
- mudah ditekuk
- dapat dicat langsung
- ketebalan ynag presisi
Kekurangan:
- kuran resistan terhadap air
- mudah patah
- dapat mengakibatkan alergi pernapasan karena terdapat bahan kimia didalamnya
5. Teackblock
Teakblock merupakan papan yang berasal dari blockboard
yang dilapisi satu lapisan vinir kayu jati sehingga kekuatan,
kualitas, dan visualnya lebih baik. Teakblock biasa digunakan
untuk furniture karena visual yang menarik.

Ukuran:
Gambar 4.13. Teackblock
Sumber: tentangkayu.com, 12x40x1000 mm, 12x60x2400 mm, 14x60x2400 mm,
Kayu Lapis 18x60x2400 mm, 20x50x2400 mm, 14x60x2000 mm,
14x60x2400 mm, 15x60x2000 mm, 15x60x2400 mm,
18x60x2000 mm, 18x60x2400 mm

24 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Kelebihan:
- harga terjangkau dibanding kayu solid jati
- pemasaran yang baik akibat tampilan luar yang menarik
- teakblock lebih sukar kecenderungan melengkung dibandingkan plywood.
Kekurangan:
- kurang cocok untuk outdoor karena umumnya teakblock direkatkan dengan lem
khusus indoor
- Kekuatan teakblock masih kalah dari kekuatan plywood
- Kurang resistant terhadap air

6. Blockbard

Blockboard merupakan lapisan yang terdiri atas baracore


dengan tebal 20-30mm. yang dilapisi atau dilaminasi di antara
dua lapisan vinir yang disusun melintang agar terdapat kekuatan
dan kestabilan akan penyusutan.

Ukuran: 1220 x 2440 mm


Tebal : 9 mm, 12 mm, 15 mm, dan 18 mm.
Gambar 4.14. Blockboard
Sumber: tentangkayu.com,
Kayu Lapis

Proses pembuatannya:

1.Press papan kayu yang memiliki ukuran 4cm-5cm dengan mesin


2. Lapiskan dengan vinir dengan cara dengan posisiyang mengapit (dua sisi permukaan).

Kelebihan:
1. Memiliki bentuk dan ukuran yang sangat presisi
2. Sisi bagian lebarnya lebih luas daripada kayu alami
3. Pemotongan metode manual lebih mudah
4. Kekuatannya lebih baik disbanding kayu olahan lainnya
5. Pengerjaa finishing furniture pun menjadi lebih mudah
Kekurangan:
1. Daya dukung pada arah melintang serat kayu lemah
2. Bentuk kaku dan tidak fleksibel
3. Sambungan kayu membutuhkan lem kayu
4. Kualitas potongan-potongan kayu tidak variative
5. Mudah rusak jika terkena air atau udara yang lembab

25 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.5 SISTEM KONSTRUKSI DAN SAMBUNGAN
Kayu merupakan material konstruksi yang bersal dari tanaman yang tumbuh dan
material yang dapat diperbaharui. Material kayu ini sudah banyak digunakan dalam dari abad
lama dengan digolongkan dalam beberapa jenis pemakaiannya.
Menurut, SNI 03-3527-1994, Pasal (4) Penggolongan Kayu bangunan dibagi dalam 3
(tiga) golongan pemakaian yaitu:
a. 4.1 Kayu bangunan struktural Ialah kayu bangunan yang digunakan
untuk bagian struktural bangunan danpenggunaannya memerlukan
perhitungan beban
b. 4.2 Kayu bangunan non-struktural Ialah kayu bangunan yang digunakan
dalam begian bangunan, yangpenggunaannya tidak memerlukan
perhitungan beban.
c. Kayu bangunan untuk keperluan lain Ialah kayu bangunan yang
tidak termasuk kedua penggolongan butir 4.1; dan 4.2; tersebut diatas, tetapi dapat
dipergunakan sebagai bahan bangunan penolong ataupun bangunan sementara.

2.5.1 Sambungan Kayu


Dalam penggunaannya, kayu memiliki panjang yang terbatas dan kebutuhan akan
bentuk-bentuk tertentu menimbulkan terjadinya sambungan antar kayu. Sambungan
kayu merupakan penyambungan dua batang kayu atau lebih sehingga menjadi satu
batang kayu panjang atau mendatar maupun tegak lurus dalam satu bidang datar atau bidang
dua dimensi. Sambungan kayu dibagi akan dua, yaitu Sambungan kayu arah memanjang dan
Sambungan kayu arah melebar (sambungan papan).

a. Sambungan Bibir Lurus

Sambungan bibir lurus merupakan jenis sambungan yang sangat sederhana,


kekuatan sambungan lemah sebab masing-masing ditakik separuh, sehingga dipakai
untuk batang yang semua permukaannya terbendung (contoh balok tembok/murplat).
Sambungan diperkuat dengan paku atau baut. Jenis sambungan bibir lurus ini seringkali
digunakan pada penyambungan kayu untuk arah memanjang (biasanya dipakai untuk
kayu balok untuk konstruksi bangunan).

Gambar 5.1. Sambungan Bibir Lurus


Sumber: archizone.org

26 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
b. Sambungan Bibir Lurus Berkait
Jenis sambungan ini digunakan apabila ada gaya tarik yang timbul untuk batang
balok dan semua permukaan batang tertahan. Sambungan diperkuat dengan paku atau baut
sambungan bibir lurus-berkait.

Gambar 5.2. Sambungan Bibir Lurus Berkait


Sumber: archizone.org

c. Sambungan Lurus Miring


Sambungan kayu ini dipakai untuk menyambung gording yang dipikul oleh
kuda-kuda. Letak didekatkan kuda-kuda, bukan bibir penutup.

Gambar 5.3. Sambungan Lurus Miring


Sumber: archizone.org

27 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
d. Sambungan Kait Miring
Sambungan ini hampir sama dengan bibir miring, sambungan dipakai jika ada
gaya tarik bekerja untuk batang.

Gambar 5.4. Sambungan Kait Miring


Sumber: archizone.org

e. Sambungan Takikan Mulut Ikan


Tipe sambungan kayu takikan biasa dipakai untuk balok kayu dengan arah
memanjang.

Gambar 5.5. Sambungan takikan Mulut Ikan


Sumber: archizone.org
f. Sambungan Memanjang Kunci Sesisi
Jenis sambungan ini sering kali dipakai untuk membuat konstruksi kuda-kuda,
baik balok tarik maupun kaki kuda-kuda, sebab menghasilkan kekuatan tarik maupun
desak yg baik. Letak pengunci untuk balok tarik berada diatas, sementara untuk untuk
kaki kuda-kuda sedang di atas

Gambar 5.6. Sambungan Memanjang Kunci Sesisi


Sumber: archizone.org

28 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
g. Sambungan Memanjang Kunci Jepit
Sambungan kunci jepit bisa menetralisir momen sekunder yg terjadi untuk
sambungan kunci sesisi. Kekuatan yg didapatkan lebih baik, namun tidak cukup tepat
dipakai untuk kuda-kuda.

Gambar 5.7. Sambungan Memanjang Kunci Jepit


Sumber: archizone.org

h. Sambungan Memanjang Tegak Lurus


Sambungan tipe ini digunakan sebagai tiang-tiang tinggi/kolom, yg
dimensinya sulit diperoleh di pasaran.

Gambar 5.8. Sambungan Memanjang Tegak Lurus


Sumber: archizone.org
i. Sambungan Kayu Melebar Lidah dan Alur
Tipe sambungan melebar jenis ini biasa dipakai untuk jenis kayu melebar yang
akan berguna untuk konstruksi lantai dan konstruksi dinding.

Gambar 5.9. Sambungan Melebar Lidah dan Alur


Sumber: archizone.org

29 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
j. Sambungan Takikan Lurus Rangkap
Tipe sambungan ini adalah tipe sambungan kayu yang biasa dipakai untuk
balok kayu dengan arah memanjang. Bagi detailnya silakah lihat gambat berikut.

Gambar 5.10. Sambungan Takikan Lurus Rangkap


Sumber: archizone.org
k. Sambungan Kayu Purus Lubang dengan Gigi Tegak
Tipe sambungan purus ini adalah tipe sambungan kayu yang biasa dipakai
untuk balok kayu dengan arah memanjang. Bagi detailnya silakah lihat gambar
berikut.

Gambar 5.11. Sambungan Purus Lubang dengan


Gigi Tegak
Sumber: archizone.org

30 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
l. Sambungan Pengunci Atas Bawah

Gambar 5.12. Sambungan Pengunci Atas Bawah


Sumber: archizone.org

m. Sambungan Pengunci Bawah

Gambar 5.13. Sambungan Pengunci Bawah


Sumber: archizone.org

n. Sambungan Kayu Pengunci Samping

Gambar 5.14. Sambungan Pengunci Samping


Sumber: archizone.org
o. Sambungan Kayu Bersusu dengan Gigi

Gambar 5.15. Sambungan Bersusun dengan Gigi


Sumber: archizone.org

31 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.5.2 Hubungan Kayu
Hubungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling dihubungkan
satu sama lain pada satu titik tertentu sehingga menjadi satu bagian konstruksi.
Macam-macam hubungan kayu:
a. Hubungan Penyiku
Hubunhan penyiku sering digunkaan untuk sambungan kusen dan jendela

Gambar 5.16. Hubungan Penyiku


Sumber: archizone.org

b. Hubungan Silang dan Lintang


Hubungan silang digunakan untuk menghubungkan kayu yang saling silang secara
vertical dan horizontal, lalu digunakan untuk pemasangan nok.

Gambar 5.17. Hubungan Silang dan Lintang


Sumber: archizone.org
c. Hubungan Pen dan Lubang
Digunakan untuk ambang atas dengan tiang daun pintu

Gambar 5.18. Hubungan Penyiku


Sumber: archizone.org
d. Hubungan Serong
Digunakan untuk hubungan antar kaki kuda-kuda dan balok tarik.

Gambar 5.19. Hubungan Serong


Sumber: archizone.org

32 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
e. Digital joint & Modular profile

Gambar 5.20. Traditional Japanese Joint


Sumber: archdaily.com

Gambar 5.21. Traditional Japanese Joint


Sumber: archdaily.com

Gambar 5.22. Modular Profile Gambar 5.23. Modular Joint


Sumber: archdaily.com Sumber: archdaily.com
33 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.6 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
a. Kayu Laminasi
Kayu laminasi atau Glued Laminated Wood
(Glulam) merupakan kayu komposit yang memiliki
fungsi untuk mengontrol sifat dari produk dan
meningkatkan penggunaan dalam kebutuhan struktural.
Glulam terbuat dari beberapa potongan kayu berukuran
lebih kecil yang dilem secara parallel dan nantinya akan
diolah menjadi produk yang baru berupa papan yang
Gambar 6.1. Laminasi Kayu
bervariasi dengan dimensi yang lebih besar.
Sumber: ligthwood.org
Kelebihan:
- Membuat bentuk variasi
- Dapat meningkatkan kestabilan an akurasi dimensi dengan cara menyesuaikan tingkat tegangan
yang diinginkan.
- Apabila terdapat cacat kayu, masih bisa diolah karena bahan baku penyusunnya tipis
dan kecil.
- Kekedapan yang baik membuat kayu lebih kaku
- Lebih tahan terhadap serangga
Kekurangan:
- Biaya lebih mahal
- Perlu ketelitian pengolahan yang baik agar dapat menghasilkan produk yang baik
- Mobilitas yang cukup susah apabila memiliki bentuk yang melengkung dengan
dimensi besar

Proses pengolahan kayu laminasi:

Gambar 6.2. Proses Glulam


Sumber: glulambeams.co.uk
- Menentukan dimensi kayu laminasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan.
- Pengeringan hingga kadar kering 7-15% dan memilah bahan yang arah serat tidak
berbeda jauh dan tidak cacat.
- Penyambungan ujung dengan sambungan seperti sambungan miring (scarf joint),
sambungan tegak (butt joint), sambungan miring (scarf joint), sambungan bangku
(desk joint), sambungan lidah dan alur (tongue and groove joint), dll.
- Perekatan Permukaan dengan tekanan yang rata
- Finishing berupa pengamplasan, pemotongan akhir, pelubangan, penambahan
sambungan dan pemberian penutup.

34 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
b. Impregnasi Kayu
Impregnasi adalah perlakuan terhadap kayu dengan cara mengisi/merendam sel dan
serat kayu dengan bahan lain (impregnan) atau bahan kimia sehingga kayu menjadi
padat tanpa pengempaan, mengubah warna kayu, dan mengubah sifat karakteristik kayu
karena telah mengalami pengikatan antara bahan kimia dan dinding sel kayu. Berikut
proses ilustrasi pengerjaannya:
Gambar 6.3. Proses Impreganasi Kayu
Sumber: Wood Bussiness Portal

Peletakkan pada Perendaman dengan Penyerapan bahan


tabung vakum bahan kimia pada serat kayu

Bahan kimia Serat kayu telah


di vakum terikat dengan
bahan impregnan

Keuntungan:
• Meningkatkan
Anti Swelling
efficiency (ASE)
• Meningkatkan
kestabilan dimensi
kayu
• Meningkatkan
pertahanan
serangan biologis
Gambar 6.4. Perubahan Warana Impregnasi Kayu
kayu
Sumber: Forest Digest, Tekbologi Impregnasi

35 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
c. Polimerisasi Radiasi Kayu
Terdapat dua sumber radiasi yang
digunakan pada proses polimerisasi
radiasi, yaitu radiasi pemancaran sinar
gamma dan radiasi memancarkan berkas
electron. Setelah melewati proses
polimerisasi, maka akan menghasilkan
produk kayu dengan kualitas yang lebih
Gambar 6.5. Proses Polimerisasi Radiasi kuat, ulet, keras, kenyal, dan sebagainya.
Sumber: Badan Tenaga Nuklir Nasional Proses ini dapat dilakukan pada suhu
ruangan karena sudah dilakukan oleh sinar radiasi, sehingga polimerisasi radiasi mudah
dipantau, sederhana, cepat, mengurangi pencemaran lingkungan, serta menghasilkan
produk yang tidak beracun. Berikut gambaran proses pelapisan dan produksi kayu
plastik dengan metode
polimerisasi radiasi:

Keuntuntungan dari
teknologi tersebut adalah:
• Produksi dengan waktu
yang relative cepat
• Ruang produksi yang
tidak memakan tempat
• Bebas bahan pelarut yang
menguap dan mengurangi
polusi udara
• Produksi dapat dilakukan
pada suhu ruangan
• Daya rekat yang tinggi
• Tahan terhadap cuaca
• Dapat digunakan sebagai
material eksterior dan
interior
• Tidak mengganggu
kesehatan

Gambar 6.6. Proses Polimerisasi Radiasi Pelapisan dan


Produksi Kayu Gambar 6.7. Kayu Polimerisasi
Sumber: Badan Tenaga Nuklir Nasional Sumber: researchgate.com

36 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
DAFTAR PUSTAKA

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). (n.d.). Teknologi Polimerisasi Radiasi untuk Pengingkatan
Mutu Kayu. PDIN | BATAN.

Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir, K., & Prawira, S. A. (2005). In H. M. Hardjodarsono, Atlas
Kayu Indonesia Jilid I. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.

Prasetyo, S., & Drs. Darmono. (n.d.). Teknik Pengawetan. Efektivitas Pengawetan Kayu Terhadap
Serangan Rayap dengan Menggunakan Bahan Pengawet Ekstrak, 3-4.

Alfari, S. (n.d.). Mengenal Triplek atau Kayu Lapis. Retrieved from Arsitag:
https://www.arsitag.com/article/mengenal-triplek-atau-kayu-lapis

Alponsin. (2018, Oktober 15). Struktur Kayu. Retrieved from Wood.

Ardianto, Y. (2015, September 9). Produk Kayu Olahan. Retrieved from Bahan Bangunan:
http://ardiantoyudha.blogspot.com/2015/09/produk-kayu-olahan.html

Barly Barly, S. S. (2019). Kajian INdustri dan Kebijakan Pengawetan Kayu: Sebagai Upaya
Mengurangi Tekanan Terhadap Hutan. E-Journal Analisis Kebijakan Hutan, 7(1).

Dahlan, A. Z., Amatullah , W., Utami, I. W., & Ratria, N. (2015, Oktober 11). Konstruksi Kayu.
Retrieved from SlideShare: https://www.slideshare.net/chein_96/konstruksi-kayu

Dumanauw, J. F. (1990). Mengenal Kayu. Yogyakarta: Kanisius.

Habir, H. (2008). Mata Kuliah Struktur Kayu. Diktat Struktur Kayu.

Hunt, G., & Garrat, G. (1967). Pengawetan Kayu. Jakarta: Aneka Pressindo.

JatiSolid. (n.d.). Mengetahui Jenis-Jenis Cacat Kayu. Retrieved from JATISOLID BLOG:
https://jatisolid.com/mengetahui-jenis-jenis-cacat-kayu/

Makmur, A. (2018, Juli 7). Kadar Air Kayu dan Penyusutan Kayu Sebagai Bahan Bangunan.
Retrieved from Konstruksi 212: https://konstruksi212.blogspot.com/2018/07/kadar-air-kayu-
dan-penyusutan-kayu.html

Malik, J. (2019, Juli-September). Impregnasi: Teknologi Menguatkan Kayu. Retrieved from Forest
Digest: https://www.forestdigest.com/detail/316/impregnasi-teknologi-menguatkan-kayu

Miftahulrachman Febrimargadinata. (2017). Anallisa Teknis dan Ekonomi Pembangunan Kapal Ikan
Tradisional Ukuran 20GT dengan Teknologi Laminasi Kayu Mahoni. Tugas Akhir - MN
141481.

Pusat Penelitian dan Pengemahan Hasil Hutan (P3HH) . (2008). Petunjuk Praktis Sifat-SIfat Dasar
Jenis Kayu Indonesia. Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) Itto.

Supriatna, N. (n.d.). Sambungan Kayu. Jurnal Teknik Sipil Universitas Pendidikan Indonesia.

Tjondro, J. A. (2014, Juli 4). Perkembangan dan Prospek Rekayasa Struktur Kayu di Indonesia.
Seminar dan Lokakarya Rekayasa Struktur.

37 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Universitas Negeri Yogyakarya (UNY). (n.d.). KAYU. Modul Ajar Fakultas Teknik Sipil. Retrieved
from http://eprints.uny.ac.id/48428/9/MODUL%20AJAR.pdf

Venisia, W. (n.d.). Gambaran Umum Bahan Baku Pembenuk Kayu Laminasi. Kayu Laminasi
Asimetris Sebagai Komponen Dinding Sekat.

Widianto. (2015, November 08). Sifat Fisik dan Mekanik Kayu. Retrieved from Catatan Mahasiswa:
http://widiantokl14.blogspot.com/2015/11/sifat-fisik-dan-mekanik-kayu.html

Zacoeb, D. E. (n.d.). Kayu (Wood or Timber). TKS 4406 Material Technology I, Faculty of
Engineering, Brawijaya University.

38 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u

Anda mungkin juga menyukai