PENYUSUN
1. Yose Hendri / 61190500
2. Jessica Caroline Graciella / 61190480
3. Nabila Noer Setyaningrum /61190490
4. Naomi Elvina Tampubolon / 61190498
5. Otomosi Nico Cahyono / 61190460
6. Wahyudi Kristober Sugihen / 61190455
7. William Fransiskus Xaverius Bolly / 61190456
BAB I ......................................................................................................................................... 1
TUJUAN ................................................................................................................................ 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
i
BAB I
PENDAHULUAN
Secara geografis, letak Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa dan memiliki iklim tropis.
Hal inilah yang mengakibatkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang kaya.
Indonesia memiliki sekitar 4.000 jenis pohon, yang berpotensi untuk digunakan sebagai kayu
bangunan. Akan tetapi hingga saat ini hanya sekitar 400 jenis (10%) yang memiliki nilai
ekonomi dan lebih sedikit lagi, 260 jenis, yang telah digolongkan sebagai kayu perdagangan.
Kayu merupakan salah satu material yang banyak digunakan dan umum digunakan dalam
pembangunan, industri hingga pengolahan kayu lainnya. Ada banyak faktor yang dapat
dipertimbangkan ketika kita memilih untuk menggunakan kayu. Mulai dari sifatnya yang
sustainable hingga memiliki seni estetik yang beragam-ragam.
Pada pembahasan kali ini, terdapat beberapa jenis kayu yang kami gunakan untuk dianalisa
lebih lanjut mulai dari kelas tertinggi atau terunggul hingga jenis kayu dengan spesifikasi
penggunaan lebih rendah.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diperoleh adalah:
1. Pengertian dari material kayu
2. Apa saja karakter yang didapatkan dari material kayu?
3. Bagaimana pengawetan yang dilakukan terhadap kayu?
4. Bagaimana pengolahan yang dapat dibentuk melalui kayu?
5. Sistem seperti apa yang dapat dibentuk pada konstruksi dan sambungan kayu?
6. Mengapa diperlukan pengembangan teknologi pada kayu?
TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan Paper adalah sebagi berikut:
1. Menganalisis bahan material kayu dalam fungsi bangunan.
2. Untuk mengetahui metode penggunaan, pengawetan, dan pengolahan kayu.
3. Untuk menilai dan menyimpulkan sifat, manfaat, serta kegunaan kayu.
a. Pohon yang memiliki kayu gubal (warna lebih terang) dan kayu
teras (warna lebih gelap).
b. Pohon yang memiliki kayu gubal dan kayu masak tanpa kayu
teras dengan warna akan lebih terlihat semakin gelap menuju hati
kayu
c. Pohon yang hanya memiliki kayu gubal tanpa kayu masak dan
teras, kayu gubal memiliki kayu yang tidak begitu keras dan
memiliki warna terang.
Syarat mutu B:
• Kayu harus kering dengan kadar air 15-30%
• Besar mata kayu tidak boleh melebihi 1/4 muka kayu, dan tidak boleh lebih besar
5cm
• Kayu tidak mengandung gubal (Wanvlak) yang lebih besar dari 1/10 lebar muka
kayu
• Miring arah serat maksimal 1/17
• Retak kayu jangan melebihi 1/3 tebal kayu dan retak arah lingkaran tumbuh tidak
boleh lebih besar dari 1/4 tebal kayu
g. Serat
Terdapat arah serat yang memengaruhi tekstur pada kayu, yaitu serat berpadu,
serat berpilin, serat bergelombang, serat miring. (Alponsin, 2018)
f. Kekerasan
Kekuatan kayu yang dapat menahan gaya takik, lekukan, serta abrasi yang
menunjukkan kekuatan terhadap pengausan kayu.
2.2.3 Sifat Kimia Kayu
Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap
serangan makhluk perusak kayu, menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu,
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Terdapat tiga unsur komponen kimiawi
yang terdapat pada kayu, yaitu:
a. Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
b. Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin
c. Unsur yang diendapkan dalam Kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat
eksrtraktif
Kelebihan:
a. Kayu mudah didapat
b. Kayu memiliki nilai estetika yang tinggi
c. Kayu dikenal lebih aman terhadap bahaya gempa
d. Kayu mudah dikerjakan menggunakan alat sederhana
e. Kayu dapat dibudidayakan sebagai bahan dari alam
f. Kayu memiliki Berat Jenis (BJ) ringan, sehingga berat sendiri struktur menjadi
ringan
g. Semakin tinggi nilai berat jenis akan berbanding lurus dengan kelas kuat kayu
h. Mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan lain yang
dibuat oleh tangan manusia
i. Cukup tahan terhadap beban tekan dan beban tarik.
Kekurangan:
a. Kurang homogen dengan cacat-cacat alam seperti arah serat yang membentuk
penampang, spiral dan diagonal, mata kayu, dll.
b. Daya muai dan susut yang besar
c. Mudah terbakar.
d. Pada pembebanan dalam jangka panjang lendutan/lengkungan cukup besar
e. Rentan rusak akibat makhluk organisme apabila proses pengawetam tidak
tepat
f. Cacat pada kayu mengakibatkan kekurangan/kesulitan pada penggunaan dan
pengerjaan kayu
g. Cacat diawal pertumbuhan, akan menjadi cacat pada kayu setelah pohon
ditebang.
10 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.2.5 Estimasi Kuat Kayu
11 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Gambar 2.11. Tabel Estimasi Kuat Kayu
Sumber: UK Petra
12 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Gambar 2.13. Tabel Estimasi Kuat Kayu
Sumber: UK Petra
13 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.2.6 Cacat Kayu
Terdapat banyak macam kecacatan/kerusakan kayu yang mengakibatkan penurunan
kualitas kayu hingga pembuangan kayu tebangan karena sudah mengalami kerusakan.
a. Mata Kayu
14 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
d. Arah Serat
15 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.3 PENGERINGAN DAN PENGAWETAN KAYU
2.3.1 Metode Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu merupakan proses pengurangan kadar air hingga dibawah 20% yang
ada pada kayu yang dapat membebaskan kayu dari serangan jamur tanpa mengurangi
kualitas yang ada. Pengeringan ini menggunakan system pengaturan suhu dengan
beberapa metode, bisa alamiah atau rekayasa.
16 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
• Drying Kiln
b. Metode Pencelupan
Pada metode ini kayu direndam dalam pengawet berjenis Natrium
Penthachlorophenol dengan takaran yang ditentukan dalam waktu yang lebih singkat,
beberapa menit bahkan detik. Penggunaan metode ini berfungsi untuk mencegah jamur
pelapuk kayu dengan proses pengeringan terlebih dahulu.
Keuntungan:
17 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
- Waktu yang singkat
- Peralatan yang sederhana
- Natrium Penthachlorophenol (bahan pengawet) dapat dipakai berulang-ulang.
Kerugian:
- Penetrasi dan resistensi yang sangat kecil
- Pelapisan yang tipis akan pengawet membuatnya mudah luntur
d. Metode Pembalutan
Metode pengawetan mengaplikasikan
pengawet berupa krim atau cairan pekat lalu
dibaluri ke permukaan kayu yang masih basah
sehingga terjadi proses penyerapan oleh kayu
secara perlahan.
18 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.4 PENGOLAHAN KAYU
19 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
b. Veneer
Veneer merupakan olahan kayu yang berupa lembaran atau papan tipis yang dihasilkan
dari potongan atau irisan sebuah kayu utuh. Penggunaan veneer ini ialah sebagai bahan
utama untuk pembuatan triplex dan multiplex yang nantinya akan diaplikasikan untuk
beberapa bagian dari bangunan seperti furnitur, pelapis dinding, hingga penutup lantai.
Untuk dijadikan veneer, kayu yang biasa digunakan dipasaran ialah kayu yang memiliki
kelas kuat dan kelas awet sekitar II - IV dengan karakter yang lunak dan ringan akan
tetapi tidak mudah retak atau pecah seperti kayu jati, mahoni, sungkai, mindi, serta kayu
ek. Ukuran ketebalan veneer kayu ialah 0.24 mm hingga 3mm. Proses pengolahan
veneer kayu:
1. Debarking
Proses pengupasan kulit kayu log sehingga bersih
2. Conditioning
Proses steaming (merebus) kayu log menggunakan uap atau air panas untuk melunakan
kayu sehingga mudah untuk disayat
3. Charging
Membentuk kayu log sebundar mungkin dengan cara memasukannya kedalam mesin.
4. Lathing
Proses pengupasan kayu log menggunakan cara rotary slice, quarter slice, flat slice,
plain slice, half-round slice dan rift slice.
a. Rotary
Kayu log yang berbentuk utuh diletakan pada poros pemutar
yang selanjutnya di putar sesuai dengan arah radial kayu.
Metode ini dapat menghasilkan vinir kayu yang panjang dan
lebar kayu yang sesuai dengan kayu lognya.
Gambar 4.3. Rotary
b. Quarter slicing
Kayu log disayat searah dengan jari-jarinya atau tegak lurus
dengan lingkaran tahun sehingga membuat serat vinir yang
lurus. Sebelum metode Quarter slicing, kayu log dibelah terlebih
dahulu dengan metode quarter sawn.
Gambar 4.4. Slicing
c. Flat/Lengthwise
20 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
e. Half-round Slice
Metode ini hampir sama degan metode plain yang dimana
mempertahankan motif lingkar tahun. Perbedaannya, metode
ini memiliki permukaan vinir yang lebih halus dikarenakan
penyatan dilakukan engan cara memutar.
Gambar 4.6. Half-
round
f. Rift Slicing
Metode ini mirip metode Quarter, tetapi pisau sayat sedikit dimiringkan dari posisi
jari-jari log sehingga menghasilkan serat vinir yang lurus dan
halus.
5. Clipping
Proses pemotongan vinir sesuai ukuran tertentu dan pemisahan vinir yang baik dan yang
cacat.
6. Sorting
Proses pengkategorian jenis vinir yang berdasarkan kayu gubal, kayu teras atau grade
vinir.
7. Pengeringan Vinir
Vinir yang dalam keadaan basah dengan kadar MC (Moisture Content) yang tinggi
dikeringkan dengan Veneer Dryer Machine sampai mencapai kadar MC yang telah
ditentukan.
21 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Jenis - jenis kayu lapis atau plywood yaitu:
1. Triplek
Triplek merupakan tumpukan lembaran vinir yang
direkatkan dengan lem UF (Urea Formadehyde),
MF (Melamine Formaldehyde), atau PF (Phenolic
Formaldehyde) yang disusun secara vertikal
sehingga dapat menghasilkan papan yang lebih
kuat terhadap tekanan dengan ketebalan tertentu.
Kelebihan:
2. Multiplek
Multipleks merupakan papan yang tersusun dari beberapa
lapis vinir dengan cara di gluing dan pressing. Multiplek
merupakan kombinasi serat serat kayu sebagai lapisan tengah
dan kulit kayu sebagai lapisan luar agar dapat mereduksi
pemuaian dan tekanan tekuk. Multiplek lebih tahan cuaca dan
mudah dibentuk yang biasa digunakan untuk furniture.
22 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Proses pengolahan multiplek:
1. Memilih Log
Memilih kayu log yang memiliki kelurusan dan diameternya bundar atau tidak yang
bebas dari mata kayu agar menghasilkan yang baik.
2. Debarking hingga Vinir Drying
Proses pengupasan kulit kayu log sehingga bersih dan pengeringan
3. Gluing
Perekatan dengan lem jenis urea resin atau phenol-Formaldehyde menggunakan
roller coater system.
4. Pressing
Pressing lapisan vinir dengan tekanan tinggi menggunkana mesin hingga ketebalan
yang diinginkan. Pressing terbagi akan Hot Press untuk bahan baku softwood
dengan suhu 120 °C dan Cold Press untuk lapisan yang meggunakan resin atau urea-
formaldehyde yang membutuhkan pengeringan lebih lama.
5. Cutting, Sanding
Pemotongan sesuai dengan ukuran standar multiplek dan menghaluskan permukaan
dengan mesin amplas.
6. Quality Control
Pengelompokan kualitas A, B, dan C, yang dimana ditentukan dari ada tidaknya
'overlap' atau terkelupas, warna, serat, dan akurasi ketebalannya.
Kelebihan:
- Kuat akan cuaca dan gaya tekuk
- Kokoh sehingga dapat dibuat menjadi rangka furniture
- Lebih resistan terhadap air
Kekurangan:
- Diperlukan paku tembak untuk penggabungan karena keras
- Tidak mudah melakukan finishing
- Terdapat beberapa multiplek yang permukaannya bergelombang
- Ketebalan yang kurang presisi.
3. Particle Board
Partikel Board merupakan serbuk gergaji yang dipadatkan
dengan proses kimia dan ditekan dengan suhu tinggi
sehingga menjadi papan. Particle board ini biasanya
digunakan sebagai rangka furniture karena finishing lebih
murah dibanding plywood atau MDF.
23 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
4. Medium Density Fiberboard (MDF)
Proses pembuatannya:
1. Pencucian kayu agar bersih
2. Pengupasan dan pemotongan kayu log sesuai ukuran.
3. Proses screening untuk mencegah adanya material logam
4. Pelunakan kayu dengan cara merebusnya dengan waktu dan suhu tertentu
5. Membuat serpihan kecil (chip) dari kayu log menggunakan mesin khusus
6. Pressing chip dengan menggunakan mesin cetakan dan lem
7. Pemotongan MDF sesuai ukuran standart dengan mesin
Kelebihan:
- Permukaan halus dan rata
- harga lebih ekonomis
- mudah ditekuk
- dapat dicat langsung
- ketebalan ynag presisi
Kekurangan:
- kuran resistan terhadap air
- mudah patah
- dapat mengakibatkan alergi pernapasan karena terdapat bahan kimia didalamnya
5. Teackblock
Teakblock merupakan papan yang berasal dari blockboard
yang dilapisi satu lapisan vinir kayu jati sehingga kekuatan,
kualitas, dan visualnya lebih baik. Teakblock biasa digunakan
untuk furniture karena visual yang menarik.
Ukuran:
Gambar 4.13. Teackblock
Sumber: tentangkayu.com, 12x40x1000 mm, 12x60x2400 mm, 14x60x2400 mm,
Kayu Lapis 18x60x2400 mm, 20x50x2400 mm, 14x60x2000 mm,
14x60x2400 mm, 15x60x2000 mm, 15x60x2400 mm,
18x60x2000 mm, 18x60x2400 mm
24 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Kelebihan:
- harga terjangkau dibanding kayu solid jati
- pemasaran yang baik akibat tampilan luar yang menarik
- teakblock lebih sukar kecenderungan melengkung dibandingkan plywood.
Kekurangan:
- kurang cocok untuk outdoor karena umumnya teakblock direkatkan dengan lem
khusus indoor
- Kekuatan teakblock masih kalah dari kekuatan plywood
- Kurang resistant terhadap air
6. Blockbard
Proses pembuatannya:
Kelebihan:
1. Memiliki bentuk dan ukuran yang sangat presisi
2. Sisi bagian lebarnya lebih luas daripada kayu alami
3. Pemotongan metode manual lebih mudah
4. Kekuatannya lebih baik disbanding kayu olahan lainnya
5. Pengerjaa finishing furniture pun menjadi lebih mudah
Kekurangan:
1. Daya dukung pada arah melintang serat kayu lemah
2. Bentuk kaku dan tidak fleksibel
3. Sambungan kayu membutuhkan lem kayu
4. Kualitas potongan-potongan kayu tidak variative
5. Mudah rusak jika terkena air atau udara yang lembab
25 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.5 SISTEM KONSTRUKSI DAN SAMBUNGAN
Kayu merupakan material konstruksi yang bersal dari tanaman yang tumbuh dan
material yang dapat diperbaharui. Material kayu ini sudah banyak digunakan dalam dari abad
lama dengan digolongkan dalam beberapa jenis pemakaiannya.
Menurut, SNI 03-3527-1994, Pasal (4) Penggolongan Kayu bangunan dibagi dalam 3
(tiga) golongan pemakaian yaitu:
a. 4.1 Kayu bangunan struktural Ialah kayu bangunan yang digunakan
untuk bagian struktural bangunan danpenggunaannya memerlukan
perhitungan beban
b. 4.2 Kayu bangunan non-struktural Ialah kayu bangunan yang digunakan
dalam begian bangunan, yangpenggunaannya tidak memerlukan
perhitungan beban.
c. Kayu bangunan untuk keperluan lain Ialah kayu bangunan yang
tidak termasuk kedua penggolongan butir 4.1; dan 4.2; tersebut diatas, tetapi dapat
dipergunakan sebagai bahan bangunan penolong ataupun bangunan sementara.
26 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
b. Sambungan Bibir Lurus Berkait
Jenis sambungan ini digunakan apabila ada gaya tarik yang timbul untuk batang
balok dan semua permukaan batang tertahan. Sambungan diperkuat dengan paku atau baut
sambungan bibir lurus-berkait.
27 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
d. Sambungan Kait Miring
Sambungan ini hampir sama dengan bibir miring, sambungan dipakai jika ada
gaya tarik bekerja untuk batang.
28 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
g. Sambungan Memanjang Kunci Jepit
Sambungan kunci jepit bisa menetralisir momen sekunder yg terjadi untuk
sambungan kunci sesisi. Kekuatan yg didapatkan lebih baik, namun tidak cukup tepat
dipakai untuk kuda-kuda.
29 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
j. Sambungan Takikan Lurus Rangkap
Tipe sambungan ini adalah tipe sambungan kayu yang biasa dipakai untuk
balok kayu dengan arah memanjang. Bagi detailnya silakah lihat gambat berikut.
30 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
l. Sambungan Pengunci Atas Bawah
31 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
2.5.2 Hubungan Kayu
Hubungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling dihubungkan
satu sama lain pada satu titik tertentu sehingga menjadi satu bagian konstruksi.
Macam-macam hubungan kayu:
a. Hubungan Penyiku
Hubunhan penyiku sering digunkaan untuk sambungan kusen dan jendela
32 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
e. Digital joint & Modular profile
34 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
b. Impregnasi Kayu
Impregnasi adalah perlakuan terhadap kayu dengan cara mengisi/merendam sel dan
serat kayu dengan bahan lain (impregnan) atau bahan kimia sehingga kayu menjadi
padat tanpa pengempaan, mengubah warna kayu, dan mengubah sifat karakteristik kayu
karena telah mengalami pengikatan antara bahan kimia dan dinding sel kayu. Berikut
proses ilustrasi pengerjaannya:
Gambar 6.3. Proses Impreganasi Kayu
Sumber: Wood Bussiness Portal
Keuntungan:
• Meningkatkan
Anti Swelling
efficiency (ASE)
• Meningkatkan
kestabilan dimensi
kayu
• Meningkatkan
pertahanan
serangan biologis
Gambar 6.4. Perubahan Warana Impregnasi Kayu
kayu
Sumber: Forest Digest, Tekbologi Impregnasi
35 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
c. Polimerisasi Radiasi Kayu
Terdapat dua sumber radiasi yang
digunakan pada proses polimerisasi
radiasi, yaitu radiasi pemancaran sinar
gamma dan radiasi memancarkan berkas
electron. Setelah melewati proses
polimerisasi, maka akan menghasilkan
produk kayu dengan kualitas yang lebih
Gambar 6.5. Proses Polimerisasi Radiasi kuat, ulet, keras, kenyal, dan sebagainya.
Sumber: Badan Tenaga Nuklir Nasional Proses ini dapat dilakukan pada suhu
ruangan karena sudah dilakukan oleh sinar radiasi, sehingga polimerisasi radiasi mudah
dipantau, sederhana, cepat, mengurangi pencemaran lingkungan, serta menghasilkan
produk yang tidak beracun. Berikut gambaran proses pelapisan dan produksi kayu
plastik dengan metode
polimerisasi radiasi:
Keuntuntungan dari
teknologi tersebut adalah:
• Produksi dengan waktu
yang relative cepat
• Ruang produksi yang
tidak memakan tempat
• Bebas bahan pelarut yang
menguap dan mengurangi
polusi udara
• Produksi dapat dilakukan
pada suhu ruangan
• Daya rekat yang tinggi
• Tahan terhadap cuaca
• Dapat digunakan sebagai
material eksterior dan
interior
• Tidak mengganggu
kesehatan
36 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
DAFTAR PUSTAKA
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). (n.d.). Teknologi Polimerisasi Radiasi untuk Pengingkatan
Mutu Kayu. PDIN | BATAN.
Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir, K., & Prawira, S. A. (2005). In H. M. Hardjodarsono, Atlas
Kayu Indonesia Jilid I. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Prasetyo, S., & Drs. Darmono. (n.d.). Teknik Pengawetan. Efektivitas Pengawetan Kayu Terhadap
Serangan Rayap dengan Menggunakan Bahan Pengawet Ekstrak, 3-4.
Alfari, S. (n.d.). Mengenal Triplek atau Kayu Lapis. Retrieved from Arsitag:
https://www.arsitag.com/article/mengenal-triplek-atau-kayu-lapis
Ardianto, Y. (2015, September 9). Produk Kayu Olahan. Retrieved from Bahan Bangunan:
http://ardiantoyudha.blogspot.com/2015/09/produk-kayu-olahan.html
Barly Barly, S. S. (2019). Kajian INdustri dan Kebijakan Pengawetan Kayu: Sebagai Upaya
Mengurangi Tekanan Terhadap Hutan. E-Journal Analisis Kebijakan Hutan, 7(1).
Dahlan, A. Z., Amatullah , W., Utami, I. W., & Ratria, N. (2015, Oktober 11). Konstruksi Kayu.
Retrieved from SlideShare: https://www.slideshare.net/chein_96/konstruksi-kayu
Hunt, G., & Garrat, G. (1967). Pengawetan Kayu. Jakarta: Aneka Pressindo.
JatiSolid. (n.d.). Mengetahui Jenis-Jenis Cacat Kayu. Retrieved from JATISOLID BLOG:
https://jatisolid.com/mengetahui-jenis-jenis-cacat-kayu/
Makmur, A. (2018, Juli 7). Kadar Air Kayu dan Penyusutan Kayu Sebagai Bahan Bangunan.
Retrieved from Konstruksi 212: https://konstruksi212.blogspot.com/2018/07/kadar-air-kayu-
dan-penyusutan-kayu.html
Malik, J. (2019, Juli-September). Impregnasi: Teknologi Menguatkan Kayu. Retrieved from Forest
Digest: https://www.forestdigest.com/detail/316/impregnasi-teknologi-menguatkan-kayu
Miftahulrachman Febrimargadinata. (2017). Anallisa Teknis dan Ekonomi Pembangunan Kapal Ikan
Tradisional Ukuran 20GT dengan Teknologi Laminasi Kayu Mahoni. Tugas Akhir - MN
141481.
Pusat Penelitian dan Pengemahan Hasil Hutan (P3HH) . (2008). Petunjuk Praktis Sifat-SIfat Dasar
Jenis Kayu Indonesia. Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) Itto.
Supriatna, N. (n.d.). Sambungan Kayu. Jurnal Teknik Sipil Universitas Pendidikan Indonesia.
Tjondro, J. A. (2014, Juli 4). Perkembangan dan Prospek Rekayasa Struktur Kayu di Indonesia.
Seminar dan Lokakarya Rekayasa Struktur.
37 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u
Universitas Negeri Yogyakarya (UNY). (n.d.). KAYU. Modul Ajar Fakultas Teknik Sipil. Retrieved
from http://eprints.uny.ac.id/48428/9/MODUL%20AJAR.pdf
Venisia, W. (n.d.). Gambaran Umum Bahan Baku Pembenuk Kayu Laminasi. Kayu Laminasi
Asimetris Sebagai Komponen Dinding Sekat.
Widianto. (2015, November 08). Sifat Fisik dan Mekanik Kayu. Retrieved from Catatan Mahasiswa:
http://widiantokl14.blogspot.com/2015/11/sifat-fisik-dan-mekanik-kayu.html
Zacoeb, D. E. (n.d.). Kayu (Wood or Timber). TKS 4406 Material Technology I, Faculty of
Engineering, Brawijaya University.
38 | K a j i a n M a t e r i a l S t r u k t u r K a y u