Anda di halaman 1dari 16

Pertemuan ke 12

TEKNOLOGI BAHAN KAYU

Pendahuluan
Kayu sebagai bahan bangunan adalah kayu olahan yang berasal dari kayu bulat (batang pohon)
menjadi bentuk balok-balok kayu sesuai dengan kebutuhan bahan bangunan kayu itu sendiri.
a. Kayu sebagai Bahan Bangunan terbagi atas 3 golongan :
· Kayu bangunan struktural, digunakan sebagai bahan struktural bangunan
· Kayu bangunan non-struktural, kayu bangunan untuk digunakan dalam bagian bangunan
yang tidak berfungsi sebagai struktur bangunan
· Kayu bangunan untuk keperluan lainnya yang tidak termasuk kepada dua kategori diatas.

Kayu terdiri dari 2 yaitu : kayu alam dan kayu buatan


a. Kayu alam
b. Kayu buatan ( kayu olahan)

Kayu Alam

Stuktur Kayu
Kayu sebagian besar terdiri dari sel-sel pembuluh yang sumbu panjangnya sejajar
dengan sumbu panjang batang. Sel-sel ini tersusun atas selulosa dan diikat menjadi satu oleh
bahan penyemen yang disebut lignin. Arah sumbu panjang ini diacu sebagai arah serat kayu dan
penting untuk dikenal, karena sifat kayu yang sejajar serat sangat berbeda dengan yang tegak
lurus terhadap serat.

Penampang pohon yang dipotong melintang dapat dijelaskan sebagai berikut:


a.    Kulit Luar (outer bark )
Bagian ini kering dan bersifat sebagai pelindung.
b.    Kulit Dalam ( bast )
Bagian ini  lunak dan basah,    untuk       mengangkut bahan  makanan dari daun ke bagian
dari tumbuhan.
c.     Kambium
Berada di dalam kulit dalam. Bagian ini yang membuat sel-sel kulit dan sel-sel kayu.
d.     Kayu Gobal ( sapwood )
Biasanya berwarna keputih-putihan. Bagian ini mengangkut air dan zat makanan dari tanah
ke daun.
e.      Kayu Teras ( heartwood )
Bagian ini warnanya lebih gelap dari kayu gubal. Kayu teras sebelumnya adalah kayu gubal.
Perubahannya menjadi kayuteras terjadi secara perlahan-lahan. Dibandingkan kayu gubal,
kayu teras umunya lebih tahan terhadap serangan serangga, bubuk kayu, jamur, dan
sebagainya. Dibading kayu gubal, kayu terasinilah yang diambil dan dimanfaatkan sebagai
‘kayu’ untuk keperluan bangunan, mebelair, dan lain sebagainya.

f.       Hati ( pith )


Bagian lingkaran kecil yang berada paling tengah dari batang kayu.
g.     Jari-jari Teras ( rays )
Bagian ini yang menghubungkan berbagaian-bagian dari pohon untuk menyimpan dan
peralihan bahan makanan.

2. Kepadatan Kayu

Kepadatan kayu terkait erat dengan berat jenis kayu dan kekuatan kayu. Semakin ringan
kayu semakin kurang kepadatannya, semakin kurang pula kekuatannya. Begitu juga sebaliknya.
a.      Berat Jenis
Adalah perbandingan berat dan volume kayu dalam keadaan kering udara dengan kadar air
sekitar 15%.
b.     Kekuatan Kayu
Pada umumnya dapat dikatakan, kayu yang berat sekali, juga disebut kuat sekali.
Kekuatan, kekerasan dan sifat teknis lain pada kayu berbanding lurus dengan berat
jenisnya. Walaupun demikian ada faktor lain yang mempengaruhi kekuatan kayu, yaitu
susunan dari kayu tersebut.
3. Sifat dan Jenis Kayu

Menurut jenisnya kayu di bagi menjadi dua yaitu:


a.   Kayu Berdaun Jarum ( Konifer )
Yang termasuk dalam kategori kayu berdaun jarum seperti
Kayu Agatis ( damar, damar pilau ), kayu melur (kayu putri, kayu cina, kayu embun,
jamuju ), Tusam ( hujam, pinus, markus, pine, sumatera pine )
b.   Kayu Berdaun Lebar
Yang termasuk kayu yang berdaun lebar antara lain: Kayu balsa, kayu jati, kayu
cendana, bungur, dan sebagainya.
3.1 Sifat-sifat Kayu
Menurut sifatnya kayu dibagi menjadi empat :
a.      Kelas Kayu Istimewa
b.     Kelas Kayu Awet
c.     Kelas Kayu Cukup Awet
d.     Kelas Kayu Agak Awet dan Tidak Awet
a.  Kelas Kayu Istimewa :

Yang termasuk kayu jenis kelas awet antara lain :


1.     Kayu Balsa
2.     Kayu Jati
3.     Kayu Ebony
4.     kayu Cendana
5.     Kayu Salimuli, dsb.

b. Kelas Kayu Awet :


Yang termasuk jenis kayu kelas awet antara lain :
1.     Kayu Rengas
2.     Kayu Cempaka
3.     Kayu Gofasa
4.     Kayu Sono Kembang
5.     Kayu Ulin
6.     Kayu Bungur, dsb

 c. Kelas Kayu Cukup Awet


Yang termasuk jenis kayu kelas cukup awet antara lain :
1.     Kayu Mahoni
2.     Kayu Sindur
3.     Kayu Sungkai
4.     Kayu Meranti Merah, dsb

 d. Kelas Kayu Agak Awet dan Tidak Awet :


Yang termasuk jenis kayu kelas agak awet dan tidak awet antara lain :
1.     Kayu Jelutung
2.     Kayu Medang
3.     Kayu Surian
4.     Kayu Durian

III. METODA PENGENALAN JENIS KAYU

Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara
memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa
sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada umumnya dengan cara
memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras,
arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.

Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding, dan
sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah
dilihat. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki gambar lingkaran tumbuh yang
jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik
asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat
dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat
anatomi/strukturnya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia, dimana antar jenis
kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih lazim dipakai dalam penentuan jenis kayu adalah
dengan memeriksa sifat anatominya (sifat struktur).

Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk mengenal
kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat makroskopis) dan sifat struktur (disebut
juga sifat mikroskopis). Secara obyektif, sifat struktur atau mikroskopis lebih dapat diandalkan
dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam mengenal atau menentukan suatu jenis kayu.
Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini
dapat dipergunakan secara bersama-sama, karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam
menentukan jenis.

Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui
panca indera, baik dengan penglihatan, pen-ciuman, perabaan dan sebagainya tanpa
menggunakan alat bantu. Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam sifat kasar antara lain adalah :

a. warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,

b. tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang,

c. arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,

d. gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial

e. berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis

f. kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,

g. lingkaran tumbuh,

h. bau, dan sebagainya.

Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan mempergunakan alat
bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10 kali. Sifat struktur yang diamati
adalah :

a. Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal. Dengan
mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori terlihat sebagai lubang-lubang
beraturan maupun tidak, ukuran kecil maupun besar. Pori dapat dibedakan berdasarkan
penyebaran, susunan, isi, ukuran, jumlah dan bidang perforasi).
b. Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu bata dengan
arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, parenkim
(jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih cerah dibanding dengan warna
sel sekelilingnya. Parenkim dapat dibedakan berdasarkan atas hubungannya dengan pori,
yaitu parenkim paratrakeal (berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak
berhubungan dengan pori).

c. Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan mempergunakan


loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis yang sejajar dengan warna
yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya. Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan
ukuran lebarnya dan keseragaman ukurannya.

d. Saluran interseluler adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang berfungsi
sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada setiap jenis kayu,
tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya beberapa jenis kayu dalam famili
Dipterocarpaceae, antara lain meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing
(Dipterocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan sebagainya. Berdasarkan arahnya,
saluran interseluler dibedakan atas saluran interseluler aksial (arah longitudinal) dan
saluran interseluler radial (arah sejajar jari-jari). Pada bidang lintang, dengan
mempergunakan loupe, pada umumnya saluran interseluler aksial terlihat sebagai lubang-
lubang yang terletak diantara sel-sel kayu dengan ukuran yang jauh lebih kecil.

e. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya seperti
lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya terdapat
pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)

f. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang bertingkat-tingkat dan biasanya
terlihat pada bidang tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu dijumpai pada setiap
jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu seperti kempas (Koompasia malaccensis)
dan sonokembang (Pterocarpus indicus).

g. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara kayu, yang terbentuk
sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk kulit. Gelam tersisip juga tidak
selalu ada pada setiap jenis kayu. Jenis-jenis kayu yang sering memiliki gelam tersisip
adalah karas (Aquilaria spp), jati (Tectona grandis) dan api-api (Avicennia spp).
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan sifat struktur
kayu daun jarum. Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori kayu seperti halnya kayu-
kayu daun lebar.

Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah
memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya. Apabila dengan cara tersebut belum
dapat ditetapkan jenis kayunya, maka terhadap kayu tersebut dilakukan pemeriksaan sifat
strukturnya dengan mempergunakan loupe.

Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu, kita dapat mempergunakan kunci
pengenalan jenis kayu. Kunci pengenalan jenis kayu pada dasarnya merupakan suatu kumpulan
keterangan tentang sifat-sifat kayu yang telah dikenal, baik sifat struktur maupun sifat kasarnya.
Sifat-sifat tersebut kemudian didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam
bentuk percabangan dua (sistem dikotom).

Pada sistem kartu, dibuat kartu dengan ukuran tertentu (misalnya ukuran kartu pos).
Disekeliling kartu tersebut dicantunkan keterangan sifat-sifat kayu, dan pada bagian tengahnya
tertera nama jenis kayu. Sebagai contoh, kayu yang akan ditentukan jenisnya, diperiksa sifat-
sifatnya. Berdasarkan sifat-sifati tersebut, sifat kayu yang tertulis pada kartu ditusuk dengan
sebatang kawat dan digoyang sampai ada kartu yang jatuh. Apabila kartu yang jatuh lebih dari
satu kartu, dengan cara yang sama kartu-kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain sesuai dengan
hasil pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu. Sebagai hasilnya, nama jenis yang tertera
pada kartu terakhir tersebut merupakan nama jenis kayu yang diidentifikasi.

Dikotom berarti percabangan, pembagian atau pengelompokan dua-dua atas dasar persamaan
sifat-sifat kayu yang diamati. Kayu yang akan ditentukan jenisnya diperiksa sifat-sifatnya, dan
kemudian dengan mempergunakan kunci dikotom, dilakukan penelusuran sesuai dengan sifat
yang diamati sampai diperolehnya nama jenis kayu yang dimaksud.

Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu maupun dengan sistem dikotom,
keduanya mempunyai kelemahan. Kesulitan tersebut adalah apabila kayu yang akan ditentukan
jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi. Walaupun sistem kartu ataupun sistem dikotom
digunakan untuk menetapkan jenis kayu, keduanya tidak akan dapat membantu mendapatkan
nama jenis kayu yang dimaksud. Dengan demikian, semakin banyak koleksi kayu yang dimiliki
disertai dengan pengumpulan mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu atau sistem
dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan suatu jenis kayu.

IV. SIFAT KAYU SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI

Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak
disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari aspek kekuatan, kayu cukup
kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau beton. Kayu mudah
dikerjakan – disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang dapat
didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan ramah lingkungan.

Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu. Sering kita jumpai
cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat olah
dari produk kayu. Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki kekurangan terkait
dengan ketahanan-keawetan. Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air yang
berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut api.

Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya (hygroscopic), dan dapat
mengembang dan menyusut sesuai kandungan air tersebut. Karenanya, kadar air kayu
merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian. Jika dimaksudkan menerima beban,
kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari bahan baja maupun beton terkait dengan
arah beban dan pengaruh kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan yang
berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar
dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu. Ilustrasi kekuatan
serat kayu dalam menerima beban dapat ditunjukkan pada Gambar 8.1.
IV.1. Penebangan, Penggergajian dan Pengawetan

Produksi kayu gergajian (lumber), batang kayu segi empat panjang (balok) yang dipakai
untuk konstruksi dimulai dari penebangan pohon di hutan alam dan hutan tanaman industri.
Kayu gelondongan (log) hasil tebang diangkut ke pabrik penggergajian. Untuk menghasilkan
produk kayu gergajian yang baik dan efisien terdapat teknologi penggergajian yang harus
diketahui dalam kaitannya dengan penyusutan kayu saat pengeringan. Terdapat 3 metoda
penggergajian, lurus (plain sawing), perempat bagian (quarter sawing) dan penggergajian tipikal
(typical sawing).

Sesuai proses pertumbuhan kayu, kayu bagian dalam merupakan kayu yang lebih dulu
terbentuk dari kayu bagian luar. Karenanya kayu bagian dalam mengalami susut lebih kecil dari
kayu luar. Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan bentuk
kurang berkualitas.

IV.2. Pengeringan Kayu

Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200% - 300%. Setelah ditebang
kandungan air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya air bebas atau air di luar
serat (free water) yang menguap. Penguapan ini masih menyisakan 25% - 35% kandungan air.
Selanjutnya penguapan air dalam serat (bound water). Kayu dapat di keringkan melalui udara
alam bebas selama beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering (kiln). Kayu
dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda - kuda biasanya harus
kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air kayu hingga 15% (MC 15).
Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara sekitar kayu akan
mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang susut kayu dan kekuatannya.
IV.3. Pengawetan Kayu

Proses ideal olah produk kayu selanjutnya adalah pengawetan. Pengawetan dapat dilakukan
dengan cara merendam atau mencuci dengan maksud membersihkan zat makanan dalam kayu
agar tidak diserang hama. Sedangkan cara lain adalah dengan pemberian bahan kimia melalui
perendaman dan cara coating atau pengecatan.

IV.4. Cacat Kayu

Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat yang disebabkan karakter
tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi. Ketidak teraturan atau cacat yang umum adalah
mata kayu, yang merupakan sambungan cabang pada batang utama kayu. Mata kayu ini kadang
berbentuk lubang karena cabang tersambung busuk atau lapuk atau diserang hama atau serangga.
Cacat ini sudah tentu mengurangi kekuatan kayu dalam menerima beban konstruksi.
Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan penggergajian dan proses
pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa retak, crooking, bowing, twisting (baling),
cupping dan wane (tepian batang bulat) karena penggergajian yang terlalu dekat dengan
lingkaran luar kayu.

V. PENGGOLONGAN PRODUK KAYU DI PASARAN

Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solid/asli umumnya berupa kayu
gergajian baik berupa balok maupun papan. Sedangkan produk kayu buatan dapat merupa vinir
(veneer), papan lapis, triplek/plywood/multiplek dan bahkan kayu laminasi (glue laminated
timber).

V. 1. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia


Secara singkat peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan acuan baku terkait dengan
aturan umum, aturan pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat sambung
konstruksi kayu hingga tahap pendirian bangunan dan persyaratannya. Pada buku tersebut juga
telah dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks sifat kayu dan klasifikasinya, kekuatan
dan keawetannya.

V. 2. Klasifikasi Produk Kayu

Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara fisik
terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat satuan (berat
jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan kelurusan dan
mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C yang merupakan
penggolongan kayu secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat atau tidak) arah - pola serat
dan kelurusan batang. Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.

Kayu mutu kering udara

1. Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm

2. Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok

3. Miring arah serat maksimum adalah 1/7

4. Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/4 tebal kayu

Kayu mutu kering udara 15% - 30%

1. Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm

2. Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok

3. Miring arah serat maksimum adalah 1/10

4. Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/5 tebal kayu

Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A
dengan faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5)
V.3. Kelas Kuat Kayu

Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat jika menerima
beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini karena struktur
serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat, kayu umumnya memiliki kekuatan yang lebih
dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan
volume / berat jenis kayu. Ilustrasi arah kekuatan kayu dapat ditunjukkan pada Gambar 8.7. dan
Gambar 8.8.

Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang dapat diterima per
satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan kayu
tegak lurus serat yang masing - masing memilki besaran yang berbeda. Terdapat pula dua
macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk perancangan
konstruksi. Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka keamanan sebesar 5 - 10.
Dalam buku Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI - NI - 5) tahun 1961, kayu di Indonesia
diklasifikasikan ke dalam kelas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV (paling lemah). Tabel 8.1,
menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.
V.4. Kelas Awet

Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas kelas awet I
(yang paling awet) – V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud adalah
lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan perlakuan meliputi
pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar air dan ancaman serangga.

Tabel kelas awet dan kondisinya dapat dikemukakan dalam Tabel 8.2.

Untuk menentukan mutu kayu diakukan pengujian Sbb :

a. Pengujian Sifat Fiisis kayu


1. Berat jenis
2. Kuat tekan sejajar serat
3. Kuat tekan tegak lurus serat
4. kadar air
5. Kuat geser sejajar serat

B., Sifat kimia

Anda mungkin juga menyukai