I. PENDAHULUAN
Pada umumnya berat jenis kayu didasarkan pada berat kering tanur.
Terdapat tiga komponen volume kayu dalam penentuan berat jenis kayu, yaitu :
1. Volume basah, bila dinding sel sama sekali jenuh dengan air pada titik jenuh
serat
2. Volume pada sembarang kadar air dibawah titik jenuh serat
3. Volume kering tanur
Berdasarkan berat jenisnya, kayu dikelompokkan menjadi tiga
(Soenardi,1976), yaitu:
1. Kayu ringan dengan berat jenis kurang dari 0,36
2. Kayu dengan berat sedang, berat jenis 0,36-0,58
3. Kayu berat dengan berat jenis lebih dari 0,58.
Besarnya berat jenis ditentukan antara lain oleh zat ekstraktif, tebal dinding
sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori,dan hubungan antara jumlah
sel. Berat jenis diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume kayu
tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar. Umumnya berat jenis
kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering tanur atau kering udara dan
volume kayu pada posisi kadar air tersebut (Dumanauw, 1990).
oleh (a) perbedaan spesies dan kerapatan kayu; (b) perbedaan ukuran dan bentuk
kayu; dan (c) perbedaan pengeringan.
Apabila sepotong kayu dikeringkan dari keadaan basah sampai kering
tanur, maka air didalam kayu akan menguap . penguapan dimulai dari air bebas
dalam rongga sel sampai keadaan titik jenuh serat tercapai. Selanjutnya baru air
terikat terdapat pada dinding sel menguap. Menguapnya air didalam dinding sel
inilah yang menyebabkan kayu mengalami penyusutan dan ini terjadi dibawah
titik jenuh serat. Sebaliknya bila air masuk kedalam struktur dinding sel dibawah
titik jenuh serat hingga jenuh, maka kayu akan mengembang. Selain dipengaruhi
oleh jumlah air yang keluar atau masuk kedalam kayu, penyusutan juga
dipengaruhi oleh banyaknya zat didnding sel dan kandungan lignin kayu.
Variasi di dalam perubahan dimensi ini pada dasarnya disebabkan oleh tiga
hal (Haygreen dan Bowyer, 1982) yaitu:
1. Ukuran dan bentuk kayu.
2. Kerapatan kayu.
3. Kecepatan pengeringan.
3. Gaya yang mengakibatkan satu bagian benda bergeser terhadap bagian benda
lainnya yang disebut gaya geser.
Sifat mekanika kayu merupakan sifat yang penting dari bahan baku kayu
yang akan digunakan untuk bangunan. Dalam penggunaan struktural, sifat
mekanika merupakan kriteria pertama untuk pemilihan bahan baku yang akan
digunakan (Bowyer et al. 2003). Sifat mekanika kayu yang penting untuk
penggunaan struktural diantaranya adalah MOE, MOR dan kekerasan.
kg/cm2 –173 469 kg/cm2. Nilai modulus elastis kayu berbeda pada ketiga arah
pertumbuhannya. Pada arah tranversal modulus elastisitas hanya berkisar 3 061
kg/cm2–6 122 kg/cm2, sedangkan perbedaan untuk arah radial dan tangensial
tidak nyata. Nilai MOE dapat digunakan untuk menentukan beban yang aman dari
material kayu yang bersangkutan dalam membuat konstruksi.
Modulus elastisitas kayu menentukan kekakuan kayu. Kekakuan yang tinggi
menyebabkan kayu tidak mudah melentur saat proses permesinan dilakukan
sehingga ketelitian dimensi produk menjadi tinggi. Modulus elastisitas juga
menentukan karakteristik dinamik kayu. Kayu yang mudah bergetar saat proses
permesinan dilakukan menyebabkan kekasaran permukaan kayu menjadi
meningkat. Kemampuan benda untuk berubah bentuk dan kembali pada bentuk
semula disebut fleksibilitas, sedangkan kemampuan benda untuk menahan
perubahan bentuk disebut dengan kekakuan. Modulus elastisitas adalah nilai yang
mengukur hubungan antara tegangan dengan regangan pada batas sebanding dan
menggambarkan istilah fleksibilitas dan kekakuan. Semakin tinggi nilai modulus
elastisitas, maka kayu tersebut lebih kaku dan sebaliknya semakin rendah nilai
modulus elastisitas maka kayu tersebut akan lebih fleksibel. (Iskandar, 2009).
b. Modulus of Rupture (MOR)
Modulus of rupture (MOR) adalah sifat kekuatan kayu yang menentukan
besarnya beban yang dapat dipikul oleh sebuah papan atau balok. Kekuatan lentur
menggambarkan kapasitas beban maksimum yang dapat diterima oleh kayu
tersebut. Biasa disebut dengan modulus patah yang pada bervariasi antara 561
kg/cm2–1 632 kg/cm2. Nilai kekuatan lentur menunjukan kecenderungan yang
sama dengan kekuatan tarik aksial sehingga modulus patah dapat digunakan
sebagai petunjuk kekuatan tarik aksial jika data nilai kekuatan tersebut tidak
tersedia. Kekuatan lentur kayu lebih rendah dibandingkan logam tetapi lebih
tinggi dari kebanyakan bahan non logam (Tsoumis 1991).
Nilai MOR suatu kayu digunakan untuk menentukan beban maksimal dalam
membuat konstruksi yang aman, dibawah ini merupakan table nilai MoR menurut
Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI,1961).
10
2.3.2 Kekerasan
Menurut Scharai Rad (1994) kekerasan adalah daya tahan suatu benda padat
melawan masuknya benda padat lain dengan suatu kekuatan. Kekerasan adalah
ukuran kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat lekukan seperti
penggoresan, pengikisan, pemotongan ataupun perusakan benda-benda yang lebih
keras (Soenardi, 1976).
Mardikanto (2011) menyatakan kekerasan kayu merupakan kemampuan
kayu untuk menahan kikisan dan perusakan pada permukaannya. Sifat kekerasan
ini dapat dikatakan sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan (abrasi)
pada permukaanya. Apabila sifat ini digabungkan dengan sifat keuletan,
merupakan gabungan sifat yang sangat menentukan dalam pemakaian kayu utnuk
bahan bangunan. Pada dasarnya sifat kekerasan kayu dipengaruhi oleh
kerapatannya, tetapi selain itu ditentukan pula oleh ukuran serat, daya ikat antar
serat serta susunan serat kayunya.
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata.
Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder.
Sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat
ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu (Novianto, 2009).
Komponen penyusun dinding sel adalah komponen kimia yang menyatu
dalam dinding sel. Tersusun atas banyak komponen yang tergabung dalam
karbohidrat dan lignin. Karbohidrat yang telah terbebas dari lignin dan ekstraktif
disebut holoselulosa. Holoselulosa sebagian besar tersusun atas selulosa dan
hemiselulosa. Selulosa merupakan komponen terbesar dan paling bermanfaat
dari kayu. Jumlah zat selulosa mayoritas 40 %, hemiselulosa sekitar 23% dan
lignin kurang dari 34 % (Batubara, 2002).
untuk bahan-bahan seperti sabun, tepung, kulit, buuk biji panili, mentega dan sari
buah (Winarno, 2004).
oksalat, sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat,
karbonat (Sudarmadji, 2003).
14
III. METODOLOGI
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum sifat-sifat dasar kayu Tumih
(Combretocarpus rotundatus) adalah sebagai berikut :
1. Contoh uji berukuran 2cm x 2cm x 2cm (DIN Standar, 1994) sebanyak 12
buah, yang terdiri dari 6 contoh uji dan 6 contoh uji untuk kontrol (data
pendukung).
2. Contoh uji berukuran 2cm x 2cm x 4cm (British Standar, 1957) sebanyak 12
buah, yang terdiri dari 6 contoh uji untuk rendaman dingin dan 6 contoh uji
untuk kontrol (data pendukung).
15
3. Contoh uji berukuran 2cm x 2cm x 30cm sebanyak 12 buah, yang terdiri dari 6
contoh uji untuk mekanika kayu dan 6 contoh uji untuk kontrol (data
pendukung).
4. Contoh uji kadar air serbuk kayu dengan berat sebanyak ± 50 gram – 100
gram. Masing-masing diperlakuan diulang sebanyak 3 kali. Untuk satu uji
diperlukan 2 gram serbuk kayu kering udara.
𝐵𝑎−𝐵𝑘
KA (%) = 𝑥 100%
𝐵𝑘
Keterangan :
KA = kadar air
Ba = berat awal
Bk = berat kering tanur
Keterangan :
Mμ = berat serbuk awal
M0 = berat serbuk akhir
3. Panaskan selama 3 jam, isi piala dipindahkan dalam cawan saring kering yang
sudah diketahui beratnya, dicuci dengan air panas dan dikeringkan dalam tanur
pada suhu 100-105oC sampai beratnya konstan.
4. Hitung kadar ekstraktif air panas dengan rumus :
Bkt (1+KA)
KE = 1- x 100%
Bb
Keterangan :
Bkt = Berat kering tanur serbuk kayu setelah ekstraksi
KA = Kadar air serbuk mula-mula
Bb = Berat Serbuk mula-mula
Bkt (1+KA)
KE = 1- x 100%
Bb
Keterangan :
Bkt = Berat kering tanur serbuk kayu setelah ekstraksi
KA = Kadar air serbuk mula-mula
Bb = Berat Serbuk mula-mula
3. Contoh uji yang telah ditusuk dengan jarum dimasukkan kedalam bejana
4. Gunakan statip untuk menjepit memegang jarum sehingga contoh uji tidak
bergerak-gerak.
5. Lakukan penimbangan terhadap bejana yang telah berisi contoh uji tersebut
hasilnya ditetapkan sebagai B.
6. Hitung volume contoh uji dengan mengurangkan A terhadap B, hasilnya
ditetapkan sebagai C.
7. Lakukan langkah 1-6 juga untuk dalam sampel awal kondisi 2 (=kering
udara=setelah 7 hari atau berat konstan) dan kondisi 3 (basah = kondisi basah
yaitu setelah rendm dalam air sampai mencapai kadar maksimum 3 hari).
8. Ambil contoh uji dan lakukan pengeringan dengan oven 103± 2 oC.
9. Setelah 1,5-2 jam ambil contoh uji dan masukan desikator
10. Setelah dingin (kira-kira 10-15) lakukan penimbangan terhadap contoh uji dan
catat hasilnya.
11. Ulangi butir 8,9 dan 10 sampai berat konstan dan catat sebagai berat kering
tanur hasilnya ditetapkan sebagai D.
12. Lakukan langka 1-6 untuk berat kerin tanur (setelah pengovenan dalam suhu
103± 2 oC sampai berat konstan.
13. Hitung besarnya berat jenis dengan rumus :
𝐷
Berat jenis = 𝐶
Keterangan :
D = Berat kering tanur
C = Volume air yang didesak pada 4 kondisi : kondisi 1 = Vsegar ; kondisi 2 = Vk.
Udara ; kondisi 3 = Vbasah ; kondisi 4 = Vkeringtanur.
𝐷𝑡𝑠−𝐷𝑡𝑘
Penyusutan tangensial (%) = 𝑥 100%
𝐷𝑡𝑠
9. Hitung penyusutan dari kering angin kekondisi kering tanur dengan rumus :
𝐷𝑡𝑘𝑢−𝐷𝑡𝑏
Penyusutan tangensial (%) = 𝑥 100%
𝐷𝑡𝑏
10. Hitung penyusutan dari kondisi kering angin kekondisi kering tanur dengan
rumus :
𝐷𝑡𝑏−𝐷𝑡𝑘
Penyusutan tangensial (%) = 𝑥 100%
𝐷𝑡𝑏
𝐵𝐾𝑇(1+𝐾𝑎)
Kadar abu = 𝑥 100%
𝐵𝑏
Keterangan :
Bb = Berat awal.
BKT = Berat kering tanur.
14𝑃 𝐿3
MOE= 4∆𝑏𝑑 2
Dimana :
P1 = Beban padaa batas proposi (kg).
P = Beban pada batas patah/maksimal (kg).
L = Bentangan bebas pada contoh uji (cm).
b = Lebar contoh uji (cm).
d = Tinggi contoh uji (cm).
∆ = Defleksi (cm).
√KTG
KK = x 100 %
Y..
LSD α = t * Se
Dimana:
t* = t-tabel
Se = galat baku (standard error)
= √ Kuadrat Rataan Galat/Ulangan
Untuk analisis pengaruh faktor tunggal dan interaksi antar faktor bila
diketemukan hal yang berbeda signifikan dilakukan dengan uji lanjut HSD
(Honestly Significant Different, Uji Beda Tulus) (Gomez dan Gomez, 1995)
dengan rumus perhitungan:
LSD α = t * Se
Dimana:
t* = t-tabel
Se = galat baku (standard error)
LSD α = √ Kuadrat Rataan Galat/Ulangan
24
45
40.71
39.42 40.19
40
35.12 35.63
35 32.77
30
25 22.62 22.46 22.01 hati
20 tengah
15 kulit
10
5
0
KAB KAS KAKU
Pada tabel analisis kadar air segar juga tidak memiliki uji lanjut dikarenakan
F.hitung lebih kecil dari F.tabel dalam taraf 5% maka simbol yang digunakan
adalah tn.
Dalam hasil praktikum kadar air kering udara rata-rata pada setiap bidang
kayu yaitu dekat hati sebesar 22,62%; tengah sebesar 22,46% dan dekat kulit
sebesar 22,01% maka didapatkan kadar air kayu tumih basah tertinggi adalah pada
bagian dekat hati. Penyebab tingginya kering udara pada bagian dekat hati karena
adanya perubahan temperatur atau kelembapan udara disekitar kayu, Diperkuat
dengan pendapat Brown et al (1952), yang menyatakan bahwa jumlah air yang
diserap atau dikeluarkan oleh kayu pada kondisi tertentu sekurang-kurangnya
diperoleh oleh keadaan permukaan serap, tekanan uap relative, termperatur dan
komposisi kimia dari kayu yang bersangkutan.
Dari hasil data di atas dan perhitungan tabulasi data dan dengan rumus sidik
varian kadar air kering udara sehingga didapatkan hasil F.hitung sebesar 1,16,
berikut tabel analisis kadar air kering udara di bawah ini.
Tabel 4.3 Analisis kadar air kering udara
ANALISIS SIDIKI VARIAN KADAR AIR UDARA
Sumber DB JK KT F.Hitung F.Tabel
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 2 0,80 0,40 1,16 tn 4,26 8,02
Galat 9 3,09 0,34
Total 11 3,89
Ket : tn = Tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% (F hitung < F. Tabel )
Pada tabel analisis kadar air kering udara juga tidak memiliki uji lanjut
dikarenakan F.hitung lebih kecil dari F.tabel dalam taraf 5% maka simbol yang
digunakan adalah tn.
0.65 0.67
0.7 0.62 0.64 0.62 0.63
0.58 0.59 0.59 0.58
0.56 0.53
0.6
0.5
Hati
0.4
Tengah
0.3
Kulit
0.2
0.1
0
BJS BJKU BJVB BJVKT
Pada berat jenis kering udara, nilai tertinggi terdapat pada bagian dekat kulit
yaitu sebesar 0,64 lalu di ikuti bagian tengah sebesar 0,53 dan bagian dekat hati
sebesar 0,56. Diduga karena adanya faktor lingkungan tumbuh yang
menyebabkan bagian dekat kulit memiliki nilai berat jenis tertinggi. Hal ini
diperkuat menurut Manuhua (2009) faktor – faktor yang mempengaruhi berat
jenis kayu yaitu umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan
kecepatan tumbuh.
Pada berat jenis kering udara setelah dihitung menggunakan tabulasi data
dan rumus sidik varian maka di dapatkan hasil F.hitung sebesar 0,78, yang dapat
dilihat pada tabel 10 dibawah ini.
Tabel 4.5 Analisis berat jenis kering udara
ANALISIS SIDIKI VARIAN BJ VOLUME UDARA
Sumber DB JK KT F.Hitung F.Tabel
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 2 0,03 0,02 0,78 tn 4,26 8,02
Galat 9 0,16 0,02
Total 11 0,19
Ket : tn = Tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% (F hitung < F. Tabel )
Pada tabel di atas didapatkan hasil dari sidik varian yaitu F.hitung lebih
kecil dari F.tabel maka tabel analisis tidak di uji lanjut menggunakan koefisien
keragaman (KK).
Pada berat jenis volume basah, nilai tertinggi terdapat pada bagian dekat
kulit yaitu sebesar 0,62 lalu di ikuti bagian tengah sebesar 0,58 dan bagian dekat
hati sebesar 0,59. Tingginya berat jenis pada bagian dekat kulit dapat disebabkan
oleh kadar zat ekstraktif yang tinggi diantara serabut-serabut kayu karena dinding
selnya masih aktif membelah dan juga karena adanya faktor lingkungan tumbuh
yang menyebabkan bagian dekat kulit memiliki nilai berat jenis tertinggi.
Pada berat jenis volume basah setelah dihitung menggunakan tabulasi data
dan rumus sidik varian maka di dapatkan hasil F.hitung sebesar 0,333, yang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
30
Pada tabel di atas didapatkan hasil dari sidik varian yaitu F.hitung lebih
kecil dari F.tabel maka tabel analisis tidak di uji lanjut menggunakan koefisien
keragaman (KK).
14 12.78
11.75
12
9.58
10
8.73 8.05
8 7.47 6.99 7.47 7.16 HATI
6 4.54 TENGAH
4.98 4.41
4.65 KULIT
4 3.38 3.16
2.45 3.14
0.61 2.47
2 0.85 0.86
0.37 0.37 0.49
0.62 0.25 0.24
0
L T R L T R L R T
SEGAR BASAH KERING UDARA
Gambar 4.3. Grafik rata rata perubahan dimensi
Hasil praktikum perubahan dimensi yaitu penyusutan diukur dari persentase
pada arah longitudinal, tangensial dan radial. Pada perubahan dimensi penyusutan,
arah longitudinal bagian dekat kulit memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 0,86%,
kemudian diikuti bagian dekat hati sebesar 0,85% dan bagian tengah 0,62%,
terdapat pada kayu kondisi segar. Pada arah tangensial, nilai tertinggi terdapat
pada bagian dekat hati yaitu sebesar 4,98%, dekat kulit 4,65%, dan tengah sebesar
4,54%, terdapat kayu kondisi segar. Pada arah radial nilai tertinggi di dominasi
oleh bagian kayu dekat kulit yaitu 12,78 % pada kondisi kayu segar, 11,75% pada
kondisi basah dan 9,58% pada kondisi kering udara.
Berdasarkan nilai penyusutan arah radial, arah tangensial dan arah
longitudinal kayu Tumih memiliki Perbedaan pola variasi penyusutan yang
dipengaruhi oleh perbedaan kerapatan kayu, perbedaan ukuran, bentuk kayu, dan
32
49610.73
50000 46023.14
45000 40351.16
40000
35000
30000 Hati
25000 Tengah
20000 Kulit
15000
10000
640.82 650.64
5000 704.85 545.77 725.38 581.1
0
KLB MoE MoR
atau gelegar dengan ukuran tertentu pada beban dan semakin tahan terhadap
perubahan bentuk (Haygreen dan Bowyer,2003).
Dari semua hasil rata-rata di atas diduga penyebab kecilnya nilai MoR, MoE
dan KLS dikarenakan adanya kesalahan dalam pemotongan kayu yang dapat
menyebabkan miringnya arah serat sehingga mudahnya retak pada sampel contoh
uji. Hal ini diperkuat oleh Mardikanto et al, (2009) penyebab penurunan kekuatan
kayu salah satunya adalah cacat kayu terutama cacat mayor antara lain berupa
mata kayu (knots), retak-retak dan pecah(chakes, shakes, dan split), miring serat
(cross grain), retak melintang (compression failures dan cross breaks),
pembusukan (decay), kayu reaksi tekan dan tarik ( compression wood dan tension
wood).
300 284
244.5 278
250 249.5
224 234
200
150
Basah
100 Kering
50
0
Hati
Tengah
Kulit
sebesar 249,5 Kg/cm2, dekat hati 244,5 Kg/cm2 dan bagian tengah 224 Kg/cm2.
Dari rata-rata diatas didapatkan kelas kuat kekerasan kayu dalam hasil praktikum
ini yaitu kelas kuat V dari bagian Hati, tengah dan dekat kulit pohon berdasar
kepada sumber Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1961) sebagai
berikut. Menurut Mardikanto et al (2009) pada dasarnya sifat kekerasan kayu
dipengaruhi oleh kerapatannya, tetapi selain itu ditentukan pula oleh keuletan
kayu, ukuran serat kayu, daya ikat antar serat kayu serta susunan serat kayunya.
25
21.72 20.98
20 18 17.75 17.25
15.25
15 Hati
Tengah
10 Kulit
5
0.82 0.85 0.83
0
KA KAN MF
tertinggi pada bagian tengah yaitu sebesar 0,85% dan diikuti pada bagian dekat
kulit sebesar 0.83 dan bagian dekat hati sebesar 0.82%
Nilai tidak seragam pada setiap perhitungan data Kadar air dikarenakan zat zat
yang mengisi rongga pada serbuk larut di air.
60 54.05
50
37.7
40 34.87
KE dingin
30 24.84 25.88
KE panas
20 15.83
10
0
Hati Tengah Kulit
ekstraktif pada setiap jenis kayu, bahkan pada jenis yang sama disebabkan karena
pengaruh struktur anatomi, kerapatan sel, umur pohon, volume pohon dan tebal
dinding sel yang berbeda.
Dalam sebatang pohon dapat terjadi perbedaan kadar air, hal ini mungkin
disebabkan oleh perbedaan proporsi kayu gubal dan proporsi kayu teras. Jika
dalam suatu batang tertentu lebih banyak kayu teras maka dapat mengakibatkan
kadar air lebih sedikit karena lebih banyak kandungan zat ekstraktif (Panshin dan
de Zeeuw, 1980).
Zat ekstraktif yang bersifat racun menyebabkan ketahanan terhadap
pelapukan kayu. Hal ini dibuktikan bahwa ekstrak dari kayu teras lebih bersifat
racun daripada ekstrak dari kayu gubal pada pohon yang sama. Serta, ketahanan
terhadap pelapukan kayu teras akan berkurang jika diekstraksi dengan air panas
atau dengan pelarut organik (Andriani, 2010).
Menurut Pasaribu (2007) dalam Adriani (2010) zat ekstraktif yang terlarut
pada pelarut panas adalah tanin, gum, karbohidrat, pigmen, dan pati. Kandungan
ekstraktif biasanya kurang dari 10 %,tetapi ia dapat bervariasi dari jejak hingga
sampai 40 % berat kayu kering.
ABU
1.03 1.03
Hati
1.41
Tengah
Kulit
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sifat-
sifat dasar kayu tumih (Combretocarpus rotundatus) yaitu sebagai berikut:
1. Kadar air kadar air basah nilai tertinggi terdapat pada bagian dekat kulit
sebesar 35,63%, sedangkan kadar air segar tertinggi terdapat pada bagian
dekat kulit sebesar 40,71% dan kadar air kering udara nilai tertinggi terdapat
pada bagian dekat hati sebesar 22,62%.
2. Nilai tertinggi pada berat jenis segar yaitu terdapat pada bagian dekat kulit
sebesar 0,67, nilai tertinggi untuk berat jenis kering udara juga terdapat pada
bagian dekat kulit sebesar 0,64, nilai tertinggi berat jenis volume basah juga
terdapat pada bagian kulit sebesar 0,62 dan niali tertinggi berat jenis volume
kering tanu juga terdapat pada bagian dekat kulit kayu sebesar 0,67.
3. Di dalam perubahan dimensi penyusutan, nilai penyusutan tertinggi pada arah
longitudinal, tangensial dan radial adalah terdapat pada bagian pangkal pohon
yaitu arah longitudinal sebesar 0,86% pada kondisi kayu segar, arah tangensial
sebesar 4,98% pada kondisi kayu segar dan arah radial sebesar 12,78% pada
kondisi kayu kering udara.
4. Keteguhan lengkung statis MoR, MoE dan KLB angka tertinggi terdapat pada
bagian ujung pohon yaitu dengan nilai dan kelas kekuatan kayu MoR sebesar
725,38 Kg/cm2 kelas kuat III , MoE sebesar 49610,73 Kg/cm2 kelas kuat IV
dan KLB sebesar 49610,73 Kg/cm2.
5. Nilai tertinggi rata-rata kekerasan kayu terdapat pada bagian dekat hati kayu
yang memiliki nilai yaitu 284 Kg/cm2.
6. Pada kadar air serbuk, nilai tertinggi kadar air serbuk dan kandungan air
terdapat pada bagian dekat hati yaitu kadar air serbuk sebesar 21,72% dan
kandungan air sebesar 17,75%, sedangkan pada moisture factor nilai tertinggi
yaitu terdapat pada bagian tengah sebesar 0,85%.
7. Penentuan nilai tertinggi kadar ekstraktif menggunakan media air dingin dan
air panas terdapat pada bagian dekat hati yaitu 34,87 dan 54,05.
40
8. Kadar air abu, nilai teringginya terdapat pada bagian tengah yaitu sebesar
1,41%.
5.2 Saran
Dari hasil praktikum kayu Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq)
Danser). Berdasarkan pengamatan pada kekerasan kayu dalam hasil praktikum ini
kayu tumih berda pada kelas kuat V. kayu Tumih sebaiknya digunakan sebagai
bahan bangunan dan perabot rumah tangga.