BAB II
DESKRIPSI PROSES
5. Rendemen serat 50 % ± 90 %
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan
bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan
teknologi. Kayu memiliki sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain.
3
Dari awal produksi sampai sekarang bahan baku yang digunakan oleh PT
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berasal dari jenis kayu Acacia Mangium.
Bahan baku ini akan mengalami beberapa tahapan proses yang kemudian menjadi
pulp. Bahan baku tersebut diperoleh dari Hutan Taman Industri (HTI), PT Musi
Hutan Persada (MHP), PT Koring Tiga Hutan (KTH) Kalimantan Tengah, dan PT
WAM di Musi Banyuasin. Kapasitas produksi pulp sebesar 1.430 ADT/hari atau
450.000 ADT/tahun. Bahan baku kayu sebesar 1.935.000 m 3/tahun atau 4,3 m3
untuk setiap ton pulp yang dihasilkan.
1. Keterangan kayu
- HTI Acacia Mangium : 193.000 ha
- Umur tebang : ± 6 tahun
- Pertumbuhan rata-rata per tahun : 30 – 40 m3
- Transportasi : Mobil Vendor
- Fasilitas yang disediakan : Private Road
- Kayu yang dipotong menjadi : Log
- Peralatan pengangkut log : Mobil sisu, Volvo
- Daya angkut : max. 90 ton
- Peralatan : Sund velmet
- Kapasitas log yard : 100.000 BDT
2. Spesifikasi kayu
- Jenis kayu : Acacia Mangium
- Panjang : 2,2 – 3 m
- Diameter : 8,0 – 60 cm (dengan kulit)
- Kemurnian : tanpa pengotor
- Kelurusan : tidak berbentuk garpu
- Densitas rata-rata : 400 BD kg/m3
- Batasan densitas : 380 – 480 BD kg/m3
- Panjang log rata-rata : 2,4 cm (1,4 – 60 cm)
- Diameter log rata-rata : 20 – 25 cm (7 – 60 cm)
- Kelembaban : 50%
4
a. Berat jenis
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda, yaitu antara 0,1 – 1,28. Berat
jenis merupakan petunjuk penting bagi beberapa sifat kayu. Semakin berat kayu
maka semakin kuat pula kayu tersebut. Berat jenis kayu ditentukan oleh tebal
dinding sel kayu dan kecilnya rongga sel kayu yang membentuk pori-pori.
b. Keawetan alami kayu
Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari
unsur-unsur perusak kayu dari luar, seperti: jamur, rayap bubuk, cacing dan
lainnya yang diukur dalam jangka waktu tahunan. Keawetan kayu disebabkan
adanya zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu yang merupakan racun bagi
perusak kayu. Zat ekstraktif terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu
teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
c. Warna kayu
Ada beberapa macam warna kayu, seperti: kuning, keputih-putihan,
cokelat muda, cokelat kehitam-hitaman dan kemerah-merahan. Warna pada kayu
disebabkan zat pengisi warna. Dari berbagai penelitian, kayu yang baik itu
biasanya berwarna putih-kuning.
d. Higroskopik
Higroskopik adalah suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air.
Kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara.
e. Berat kayu
Berat kayu bergantung pada jumlah zat penyusun kayu yang dikandungnya,
rongga sel, kadar air, serta zat ekstraktif di dalamnya.
5
Agar hasil pulp dan kertas baik, selulosa harus dijaga optimum, untuk
menghasilkan rendemen yang tinggi dan untuk mempertahankan sifat fisik serat.
Dalam degradasi secara alkali, ada tiga macam degradasi selulosa, tipe yang
pertama adalah oksidasi yang terjadi ketika larutan alkali pada selulosa kontak
dengan udara, sedangkan dua tipe yang lainnya merupakan proses non-oksidasi,
yaitu reaksi pengelupasan (peeling reaction) dan reaksi penghentian (stopping
reaction).
b. Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan suatu polimer rantai pendek yang terdiri dari
beberapa senyawa, diantaranya glukosa, manosa, galaktosa, xylosa, dan arabinosa.
Derajat polimerisasi hemiselulosa adalah 50-300. Hemiselulosa juga mudah larut
dalam alkali. Hemiselulosa pendukung dalam dinding sel dan mengikat antara
selulosa dengan selulosa. Dalam kayu softwood umumnya hemiselulosa tersusun
atas heksosan dan kayu hardwood umumnya berupa pentosan. Di dalam kayu
daun kandungan hemiselulosa antara 25-35 %, sedangkan dalam kayu jarum 25-
29 %. Dalam hemiselulosa kayu jarum, manosa merupakan monomer yang
terbanyak, sedangkan dalam kayu daun xylosa atau pentosa yang terbanyak.
Pada bahan baku nonwood seperti jerami dan ampas tebu, kandungan
hemiselulosa lebih tinggi dari pada kayu. Hilangnya hemiselulosa pulp dan kertas
menyebabkan terjadi lubang diantara fibril dan kurangnya ikatan antar serat,
sedangkan kadar hemiselulosa yang tinggi akan menyebabkan kertas tembus
cahaya, kaku dan kekuatannya rendah.
c. Lignin
Lignin merupakan suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul
tinggi terdiri dari unit-unit fenilpropana. Meskipun Liqnin tersusun atas karbon,
hidrogen, dan oksigen, lignin bukanlah merupakan suatu karbohidrat dan bahkan
tidak ada hubungannya dengan golongan senyawa tersebut. Sebaliknya, lignin
pada dasarnya merupakan suatu fenol. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan
dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam karenanya susunan lignin yang
pasti di dalam kayu tidak menentu.
7
Tahapan ini bertujuan untuk menyiapkan bahan baku yang baik dan
memenuhi kriteria yang diinginkan sebagai bahan untuk pemasakan di unit
digester. Limbah yang dihasilkan dari penyiapan bahan baku berupa limbah padat
(7% bulk + 3% fines) akan digunakan sebagai bahan bakar di Power Boiler.
9
Bahan baku kayu yang telah dipotong dengan ukuran panjang berkisar 2 m,
2,4, dan 6 m dan diameter berkisar antara 10 – 60 cm di areal HTI PT MHP
dikirim dengan menggunakan truk. 70% menggunakan truk-truk perusahaan yang
kapasitas muatan per truk mencapai 35 – 40 ton untuk panjang gelondongan kayu
6 m dan 20 – 25 ton untuk ukuran panjang kayu 2,4 m. Sedangkan 30% melalui
truk-truk kontraktor dengan kapasitas muatan per truk 6 – 9 ton untuk ukuran
panjang ± 2 m. Kemudian disimpan di area penyimpanan (wood yard) di pabrik
untuk pengeringan secara alami. Pengeringan tersebut bertujuan untuk mencegah
serangga yang dapat merusak mutu. Ada 2 tempat lokasi penyimpanan kayu yaitu:
piling yard (menyimpan + 42 hari) dan temporary yard (tempat supply ketempat
pemotongan di chip handling). Selanjutnya kayu yang telah dikeringkan akan
melewati beberapa proses sebagai berikut:
kulit kayu dan pengotor lainnya yang masih menempel pada kayu dapat
diluruhkan. Log kemudian masuk ke alat pencacah kayu yakni chipper.
bagian bawah tumpukan dan akan dimasak terlebih dahulu. Pengambilan chip
digunakan alat yang disebut screw conveyor, mekanisme kerjanya sama seperti
mur atau baut yang memutar, yang berfungsi untuk mengambil atau menarik chip-
chip tersebut sehingga mudah untuk ditransportasikan.
Pada proses pemasakan bertujuan untuk merubah bentuk chip menjadi serat-
serat individu (selulosa dan hemiselulosa), dan memisahkan kandungan yang
tidak diinginkan seperti lignin dan ekstraktif. Proses pemasakan pulp di PT
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper menggunakan Continous Digester. Digester
adalah alat pemasak chip/serpihan kayu yang berbentuk silinder yang disusun
tegak, yang dirancang untuk tekanan dan temperatur tinggi. Penggunaan
Continuous Digester karena Continuous Digester cenderung lebih efisien dalam
hal ruang, lebih mudah dalam mengontrol dan memberikan hasil yang lebih baik,
serta mengurangi penggunaan bahan kimia, hemat tenaga, dan lebih efisien dari
Batch Digester dalam hal energi. Sebelum proses pemasakan ada beberapa
tahapan yang dipersiapkan, antara lain:
sehingga dapat menyediakan waktu tinggal yang cukup selama proses pemanasan
awal tersebut.
Steam didistribusikan secara merata ke dalam chip bin melalui dinding
bagian dalam chip bin. Untuk pemanasan yang efektif, chip harus dipanaskan
terus-menerus. Ini memerlukan sedikit waktu tinggal dalam aliran steam ke chip
bin. Pemanasan yang cukup terhadap chip dapat membantu pergerakan dan
membantu pengendalian kappa number yang dihasilkan dan mengurangi reject
serta membantu efektifitas penggunaan cairan pemasak. Level chip bin harus
dijaga stabil pada satu ketinggian yang cukup untuk mengoptimalkan waktu
pemanasan awal pada kondisi operasi normal. Bentuk diamond back pada bagian
bawah chip bin dibuat untuk mendapatkan aliran chip yang merata masuk ke
dalam chip meter. Diamond back dari chip bin posisinya tetap, tidak ada bagian
yang bergerak. Diamond back dibuat berbentuk diametris untuk membentuk aliran
chip masuk ke dalam chip meter.
3. Chip Meter dan Low Pressure Feeder (LPF)
Chip dari chip bin akan masuk ke dalam Chip meter yang berbentuk bintang
yang berputar dengan tujuh buah kantong untuk mengukur besarnya jumlah
(volume) chip untuk setiap putarannya, chip meter juga berfungsi untuk
menentukan laju produksi digester. Setelah melalui chip meter, chip masuk ke LP-
feeder. LP-feeder berbentuk bintang yang merupakan pembatas (seal) antara
tekanan atmosfer di chip bin dan chip meter dan tekanan tinggi di steaming vessel
lebih kurang 124 kPa. Hal ini berfungsi untuk mengurangi kebocoran steam dan
untuk mengirim masuk ke steaming vessel.
4. Steaming Vessel
Steaming vessel merupakan silinder yang datar (horizontal) yang di
dalamnya terdapat screw conveyor. Fungsi dari Steaming vessel yaitu pertama
untuk memisahkan gas dan udara dari dalam chip, menaikkan temperatur chip dan
menyeragamkan kandungan air (moisture) dalam chip. Fungsi kedua adalah untuk
menjaga keseimbangan tekanan pada sistem pengisian chip (chip feeding system).
Chip yang masuk ke dalam steaming vessel kemudiaan dilakukan
pemisahan gas dan udara dari chip tujuannya supaya chip tenggelam di dalam
15
tabung digester sehingga didapatkan ruang gerak chip (chip column) yang baik di
dalam digester serta untuk mempermudah penetrasi cairan pemasak ke dalam
chip. Untuk mendapatkan pemanasan yang lebih efektif, steam masuk dari bagian
bawah steaming vessel melalui beberapa nozzle dari header inlet. Nozzle utama
pada pipa utama saluran masuk (inlet header) terdapat saringan. Hal ini menjaga
supaya chip tidak terdorong dari steaming vessel ke flash tank 1, saat tekanan
tidak seimbang dalam sistem.
5. Chip Chute dan High Pressure Feeder (HPF)
Setelah melewati steaming vessel, chip jatuh ke chip chute. Chip chute
adalah tabung tegak yang bertekanan (vertical pressure vessel) yang
menghubungkan steaming vessel dengan HP-fedeer.
Cairan yang dikeluarkan dari pompa chip chute mengalir ke sand separator,
berfungsi memisahkan pasir dari sistem. Cairan masuk separator melalui bagian
bawah outlet, gaya sentrifugal dibentuk oleh pemasukan yang membentuk sudut
sehingga membawa pasir ke sekeliling sand separator, menjauhi lubang
pengeluaran sehingga memungkinkan pasir mengendap ke bagian bawah. Cairan
yang dikeluarkan dari sand separator mengalir melalui in-line drainer. Jumlah
cairan yang diekstrak melalui in-line drainer ke level tank dikendalikan untuk
menjaga level chip chute tetap konstan, level chip chute harus dijaga sekitar 40 -
60 %. In-line drainer mempunyai saringan tipe slot untuk mencegah pin chip
masuk ke level tank dan menyebabkan masalah di pemasukkan pompa make up
liquor. Setelah melewati in-line drainer, sirkulasi cairan chip chute yang
tertinggal dikembalikan ke chip chute di atas level cairan.
Kemudian chip dari chip chute dialirkan menuju HP-fedder. HP-fedder
mempunyai rotor dengan 4 kantong pengisi (pocket helical) yang mengalir dari
satu sisi rotor ke sisi yang lain dan saling berhubungan satu dengan yang lain. HP-
fedder berputar sesuai dengan arah jarum jam jika dilihat dari ujung penyetelan.
Arah putaran penting diketahui karena ditakutkan kedua sisi permukaan bergeser
dengan rumah HP-fedder, alat ini memiliki tekanan yang tinggi 1375 kPa,
menyebabkan chip dapat dikirim menuju bagian atas dari digester atau top
separator. Arah putaran penting diketahui karena ditakutkan
16
kedua sisi permukaan bergeser dengan rumah HP-fedder, alat ini memiliki
tekanan yang tinggi 1375 kPa, menyebabkan chip dapat dikirim menuju bagian
atas dari digester atau top separator.
6. Top Separator
Top separator terdiri dari saringan silinder dan screw conveyor, top
separator berputar berlawanan arah jarum jam, jika dilihat ke bawah pada poros
utama screw conveyor, yang menyebabkan chip terdorong masuk digester dengan
bantuan aliran cairan ke bawah, dan pada saat yang bersamaan membersihkan
gasket saringan silinder dari chip dan fines.
yang cukup pada screen ekstraksi. Efisiensi pencucian akan naik dengan
penambahan temperatur. Pada wash temperatur dijaga lebih kurang165°C.
5. Blowing
Cairan pencuci yang berasal dari tangki filtrat pressure diffuser dipompakan
ke bagian bawah digester. Tujuan penambahan cold blow adalah selain untuk
mendinginkan pulp sebelum dikeluarkan (blowing), juga berfungsi untuk menjaga
tekanan di dalam digester. Cairan pencuci ini akan menggantikan cairan pemasak
dan sebagai pengencer untuk menurunkan konsentrasi pulp sebelum keluar
sampai 10 %. Perbedaan tekanan antara digester bagian dalam dengan outlet
device dan blow line akan mengakibatkan chip yang telah masak menjadi serat
dan dikeluarkan melalui outlet device.
Pulp yang telah melalui proses pemasakan dikeluarkan dari digester melalui
outlite device kemudian masuk ke PDW (Presure Diffuser Washer) untuk
dilakukan pencucian yang bertujuan untuk memisahkan pulp dari cairan hasil dari
pemasakan. Pada saat pencucian, air pencuci dimasukkan ke sekeliling diffuser,
kemudian masuk ke dalam pulp dan naik ke atas saringan ekstraksi. Setelah itu
20
pulp masuk ke zona washing. Pada zona ini diinjeksikan hot water untuk mencuci
pulp dan menurunkan kadar lignin yang terkandung didalam pulp. Pada proses ini
bahan bahan kimia dan cairan pemasak sebagai penetrasi ke dinding-dinding serat
dan melarutkan lignin adalah ion OH- dan HS-. Cairan keluaran dari digester
berupa black liquor (BL) yang kandungan NaOH lebih sedikit dibandingkan
dengan cairan yang masuk digester berupa white liquor (WL), karena terjadi
ikatan ion OH- terhadap senyawa selulosa dari chip dan terjadi ikatan ion Na+
terhadap senyawa lignin dari chip.
2.2.3.1. Deknoting
Pulp yang keluar dari tahap pemasakan masih mengandung knot atau mata
kayu yang tidak masak. Kandungan tersebut kemudian dipisahkan dari pulp pada
tahap awal dari proses, jika tidak maka kandungan tersebut akan mengurangi nilai
akhir produk (final product) yaitu sebagai dirt dan dapat menyebabkan gangguan
pada departemen lainnya. Pemisahan knot dilakukan dalam dua tahap deknoting
untuk mencapai pemisahan yang efisien yaitu primary knotter dan secondary
knotter.
21
Proses deknoting ini bertujuan untuk memisahkan knot dari pulp. Pemisahan
knot dilakukan dalam tiga tahap untuk mencapai pemisahan yang efisien. Sistem
kerja deknoting disebut Cascade System, yaitu pulp yang masuk ke primary
knotter. Pada primary knotter semua knot adalah reject, tapi dalam hal ini masih
banyak serat (fiber) yang terikut, untuk menghindari serat jangan banyak yang
terbuang, maka reject dari tahap pertama (primary knotter) disaring lagi pada
secondary knotter. Dalam secondary knotter sebagian dari pulp dipisahkan dari
knot sebelum dikirim ke coarse screen. Terakhir di dalam coarse screen, knot dan
pulp tuntas dipisahkan, maka knot dapat dikirim ke digester untuk dimasak lagi,
sedangkan pulp dikembalikan ke sistem. Namun sebelum masuk ke knotcoarse
screen, reject yang berasal dari secondary knotter diumpan ke deknotting reject
cleaner terlebih dahulu, di mana pada deknotting reject cleaner tersebut
dimasukkan juga pasir besi.
2.2.3.2. Screening
Pulp yang telah dipisahkan dari knot masih mengandung sebagian shives
dan bundelan serat yang tidak terurai selama pemasakan, bahan ini harus
dipisahkan juga dari pulp pada tahap awal dari proses, jika tidak maka akan
menurunkan mutu produk akhir dan menyebabkan konsumsi bahan kimia pemutih
berlebihan. Proses screening ini menggunakan Cascade System.
Untuk mencapai pemisahan shives secaran efisien, screening dilakukan
dalam tiga tahap yaitu primary screening, secondary screening dan tertiary
screening. Pada primary screening sebagian besar shives adalah reject, tetapi
dalam pemisahan masih banyak yang terikut. Agar tidak banyak fiber atau pulp
yang terbuang, maka reject dari tahap primary screening disaring lagi pada tahap
kedua secondary screening. Dan sebagian ada juga accept yang masuk ke Low
Consistency Storage Tank. Reject dari tahap kedua ini akan disaring lagi pada
tahap ketiga tertiary screening sebelum dikeluarkan dari sistem melalui
rejectpress dimana konsistensinya bisa mencapai 30%. Tujuan dipakainya
rejectpress ini adalah untuk mengurangi kehilangan bahan kimia dan
22
mempermudah penanganan reject. Accept dari tahap kedua dan ketiga ini akan
dikembalikan lagi ke inlet dari tahap sebelumnya (cascade)
Bersama-sama shives, pasir juga terbawa oleh aliran rejectscreen dan
dibawa ke rejectpress, karena dalam pengoperasian sebagian besar pasir terbawa
aliran accept bersama filtrat (Black Liquor). Untuk mencegah penumpukan pasir
di dalam sistem yang menyebabkan kerusakan pada alat, maka pasir dipisahkan
dari filtrat pada sand separator. Setelah dari screening room pulp ditampung di
Low Consistency Storage tank (LC). Kemudian diumpan ke pre O2 pulp press
untuk mengurangi kadar filtrat (Black Liquor).
2.2.3.3. Pre-O2 Washing
Pada pre-O2 washing, tipe yang digunakan adalah dewatering press tipe A.
Prinsip kerja alat ini adalah pulp dengan konsisten sekitar 10% langsung
didistribusikan ke pulp press tanpa ada penambahan cairan pencuci lagi. Pulp
yang keluar dari pulp press konsistennya sekitar 30%. Filtrat yang berasal dari pre
O2 pulp press masuk ke pre O2filtratetank. Setelah itu akan di press kembali di
TRPE (Twin Roll Press Evaluation) di mana sebelumnya telah diencerkan dengan
hot water.
2.2.3.4. Twin Roll Press Evaluation(TRPE)
Prinsip kerja TRPE adalah pulp yang masuk akan disebar melalui
rotoformer, sehingga pulp tersebar secara merata ke pengepresan. Secara garis
besar, tujuan digunakan TRPE tidak berbeda dengan pencucian lainnya. Sama
halnya dengan pre O2pulp press, pada TRPE juga terdapat filtrat yang masuk ke
TRPE filtrate tank, yang kemudian diumpankan kembali ke pre O2 filtrate tank,
lalu masuk ke pressure diffuser washer. Sedangkan pulp yang masuk akan disebar
melalui rotary former, sehingga pulp tersebar secara merata saat dewatering
presscairan pencuci juga ditambahkan pada TRPE sehingga efisiensi pencucian
sangat tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada TRPE mencakup semua
prinsip pencucian yakni mixing, dewatering, dillution, displacement, dan
diffusion. Pulp selanjutnya akan diencerkan kembali dan ditampung di LC
Accumulator Tank.
2.2.3.5. O2 Delignification
23
kPa. Sedangkan pada reaktor kedua, T= 93 oC, P = 450 kPa. Kondisi operasi yang
berbeda tersebut bertujuan untuk memperlama waktu tinggal sehingga reaksi yang
berlangsung dapat optimum.
1.
D0 stage
Pemutihan tahap pertama adalah D0 stage. Dari pencucian terakhir pulp
akan dipompakan ke tower Do yang dipindahkan oleh pompa yang dilengkapi
dengan mixer untuk mempercepat pencampuran pulp dengan menambah ClO2.
Waktu retensi yang dibutuhkan 60 menit pada temperatur 50 oC, pH 1,8 – 2 dan
tingkat kecerahan 50% ISO.
Fungsi dari tahap ini adalah untuk menurunkan kandungan lignin yang
masih terkandung di dalam pulp. Pulp dari 2nd post washing diencerkan dengan
filtrate dari tahap D1/D2 di screw conveyor dan juga ditambah dengan HCl atau
H2SO4 untuk mengatur pH. Kemudian pulp masuk ke stand pipe dan dipompakan
ke mixer untuk ditambahkan ClO2. Setelah itu, pulp direaksikan di D0 tower.
Kondisi proses pada tahap D0 antara lain: T = 65– 70oC, konsistensi 10%, waktu
60 menit. Kemudian, pulp yang telah direaksikan dicuci di D0 pulp press yang
menggunakan tipe dewatering tipe A.
Pada tahap D0, ClO2 digunakan karena merupakan salah satu bahan kimia
pengoksidasi kuat, kerja dari proses pengelantangan ini umumnya dengan cara
26
Pulp dari bleached HDT dipompakan ke low consistency tank (LC) untuk
diencerkan kembali dengan while water hingga ± 3%, hal ini bertujuan agar pulp
dengan mudah dapat dipisahkan dari kotorannya dengan konsentrasi rendah, maka
pulp akan memunyai berat jenis yang kecil pula. Kemudian pulp akan dipisahkan
dari pengotor berdasarkan sistem cascade. Accept yang didapat dari proses
penyaringan kemudian akan masuk ke cleaning. Di sini, sistem cleaning ada dua
jenis, yaitu jenis forward cleaning dan reverse cleaning. Pada forward cleaning,
accept akan terpental ke atas sedangkan reject ke bawah. Untuk reverse cleaning
sebaliknya, accept ke bawah sedangkan reject ke atas.
menguap, ketika lembaran pulp bergerak diantara blow box, udara dihembuskan
ke dalam blow box pada bagian atas dan bawah. Fungsi dari blow box ini untuk
menjaga agar lembaran tetap mengembang diantara permukaan blow box serta
membantu penguapan air yang ada pada lembaran pulp untuk siap ditransfer
menuju tahap pemotongan.
Setelah melewati blow box lembaran pulp tersebut melewati cutter layboy
untuk dipotong dengan ukuran tertentu, kemudian ditampung di layboy, lalu
ditumpuk dalam unit bale. Lembaran pulp ditimbang dengan berat 250 kg/bale.
Bale dipress dengan tujuan untuk mengurangi ketinggian bale dan memadatkan
hingga mencapai tinggi sekitar 52 cm. Bale pulp yang sudah dipress kemudian
menuju proses pembungkusan dengan wrapper mechine dan diberi merk dan cap
perusahaan. Setelah proses pengemasan kemudian dilakukan pengikatan
menggunakan kawat untuk memudahkan penyimpanan. Satu unit berisi delapan
bale sehingga berat satu unit adalah 2 ton. Produk disimpan dalam gudang
penyimpanan dengan forklift untuk siap dipasarkan.
1. Chemical Plant
2. Recausticizing & Lime Kiln Plant
3. Recovery Plant
2.2.6.1 Chemical Plant
Chemical Plant merupakan plant pendukung dalam penyediaan bahan kimia
yang akan digunakan di pabrik. Sebagian besar produk yang dihasilkan di dalam
chemical plant digunakan di dalam proses bleaching. Chemical plant terintegrasi
30
dengan desain pabrik secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa plant.
Terdapat lima plant di dalam chemical plant yang saling berkaitan yaitu:
c. HCl Plant
31
Pada unit ini, dilakukan reaksi antara gas hidrogen dan gas chlorine untuk
menghasilkan HCl melalui combustion. Gas chlorine yang dihasilkan di chlor
alkali plant dan hasil sampingan dari ClO2 plant direaksikan dengan gas hidrogen
yang berasal dari chlorate plant di dalam HCl burner. Reaksi yang terjadi:
H2 + Cl2 → 2HCl
HC1 yang terbentuk berupa gas yang kemudian diserap oleh air. HCl yang
dihasilkan dengan konsentrasi 32% selanjutnya akan digunakan dalam ClO 2 plant
untuk menghasilkan ClO2.
Gas ClO2 dan gas chlorine yang tercampur dipisahkan melalui absorb
dengan air dingin pada 7°C untuk menghasilkan larutan ClO 2. Gas chlorine yang
tidak diserap digunakan dalam HC1 plant. Larutan ClO2 yang terbentuk
digunakan untuk proses bleaching.
e. Oxygen Plant
Penyiapan oksigen dan nitrogen dilakukan di dalam oxygen plant. Oksigen
kemudian digunakan dalam proses bleaching.
f. Hypo System
Pada Hypo System dihasilkan NaOCl yang akan digunakan sebagai
desinfektan dan digunakan pula pada proses water treatment. Reaksi yang terjadi
adalah :
a. Proses Recaustisizing
Pabrik recausticizing dirancang untuk menyediakan white liquor yang
digunakan sebagai cairan pemasak chip di digester. Green liquor yang diproduksi
sebagai produk samping dari pembakaran black liquor dan kapur panas digunakan
sebagai raw material untuk pembentukan white liquor.
Sedangkan weak white liquor (lindi putih encer) dan lime mud dihasilkan
sebagai produk samping dari produksi white liquor. Lime mud diumpankan ke
lime klin sebagai raw material untuk produksi kapur (lime). Weak white liquor
akan digunakan di recovery boiler sebagai pelarut cake untuk membentuk green
liquor. Lime mud diumpankan ke lime klin sebagai raw material untuk produksi
kapur (lime). Weak white liquor akan digunakan di recovery boiler sebagai pelarut
cake untuk membentuk green liquor. Secara umum peralatan utama yang
digunakan di dalam recausticizing plant adalah:
Green liquor yang berasal dari recovery boiler dikirim ke recausticizing dan
ditempatkan pada stabilization tank. Stabilization tank ini berfungsi untuk
menghomogenisasikan green liquor baik dari konsentrasi, temperatur, tekanan,
maupun densitasnya. Pada tanki ini, total alkali yang dimiliki oleh green liquor
dijaga pada range 118 gr/l – 130 gr/1 dan total alkali tersebut dikontrol oleh
recovery boiler.
Sedangkan filtrat (cairan) dari dregs filter ini akan dikembalikan lagi ke
green liquor stabilization tank untuk proses lebih lanjut. Dregs filter bergerak
secara berputar dan dilengkapi dengan pisau pemotong yang digunakan untuk
memotong dregs di dalam drum dregs filter. Waktu (timer) dari pisau dapat diatur
secara otomatis atau manual. Jadi fungsi dregs filter ini adalah untuk memisahkan
34
dregs agar tidak ikut terbawa ke dalam proses karena dregs dapat mengganggu
kestabilan proses.
4. Slaker Clarifier
Filtrat (overflow) yang berasal darigreen liquor clarifier dipompakan
keslaker classifier (tempat pemasakan) yang mempunyai dua buah pengaduk, di
dalam slaker ini secara bersamaan akan ditambahkan kapur (lime) yang berasal
dari lime bin. Di slaker classifier tersebut akan terjadi reaksi:
a.
Slaking : CaO + H2O → Ca(OH)2 + Heat
(Lime) (water) (limemilk)
b.
Causticizing : Ca(OH)2 + Na2CO3 → 2NaOH + CaCO 3
(Lime milk) (soda ash) (caustic soda) (lime mud)
5. Causticizer
Hasil pemasakan dari slaker yang berupa white liquor (NaOH) dan lime
mud (CaCOs) akan mengalir secara overflow menuju causticizer berdasarkan
elevasi. Fungsi dari causticizer adalah untuk menyempurnakan waktu reaksi
sehingga efisiensi reaksi lebih tinggi. Pada prosesnya, causticizer mempunyai 3
buah causticizer. Di mana pada setiap causticizer tersebut mempunyai 2 buah
agitator.
7. White Liquor-Clarifier
Dari WL-Feed Tank kemudian dipompakan menuju WL-clarifier. WL-
Clarifier ini berfungsi untuk memisahkan white liquor dengan lime mud secara
sedimentasi (pengendapan).
Causticity : 77-83 %
Density lime mud pada WL-Clarifier dijaga pada range 1,35-1,50 kg/dm3.
White Liquor-Clarifier ini dilengkapi dengan rake yang berfungsi sebagai
pengaduk. Rake tersebut dapat bergerak naik turun secara otomatis atau manual.
Lime adalah satu bahan kimia pembantu yang disirkulasikan dan digunakan
untuk mengkonversikan green liquor yang datang dari recovery boiler menjadi
white liquor. Peralatan causticizing bersama lime reburning membentuk siklus
kapur. Setelah proses causticizing selesai, semua kapur berubah menjadi Calcium
Carbonat. Kegunaan dari pembakaraan ulang kapur adalah untuk
mengkonversikan kalsium karbonat menjadi kalsium oksida.
Peralatan utama dalam pembakaran ulang kapur adalah rotary lime kiln.
Lime mud yang diumpankan ke dalam kiln adalah suatu campuran air dan CaCO3.
Biasanya lime mud kering mengandung padatan 75-80%. Sebelum masuk ke kiln
sebaiknya lime mud memenuhi beberapa syarat yaitu :
a. Padatan lime mud kering yang masuk ke dalam Min, seseragam mungkin.
38
Dari screw conveyor inilah lime mud masuk ke feed end, kemudian terbawa
ke atas dari tarikan uap panas ID fan selanjutnya jatuh kembali melalui cyclone ke
kiln. Lamanya waktu tinggal lime mud di dalam lime kiln yaitu sekitar 3,5-4 jam,
lamanya waktu tinggal tersebut biasanya tergantung dari kecepatan kiln. Waktu
tinggal dan distribusi panas dalamkiln sangat penting untuk kualitas produksi.
Pendistribusian panas dapat dirubah dengan mengatur bentuk api yang mana
pembentukannya diatur oleh kecepatan aliran udara melalui primary air fan dan
ID fan.
Ketika lime mud jatuh ke dalam kiln, kandungan airnya diuapkan dan
akhirnya masuk ke dalam zona pembakaran, reaksi sebenarnya terjadi pada
temperatur sekitar 1100°C.
Proses reburning di lime kiln terbagi menjadi empat fase yang berbeda yaitu:
a. Pengeringan, di mana air di dalam lime mud diuapkan. Jika tidak di dalam lime
mud dryer maka pengeringan berlangsung di dalam kiln.
b. Pemanasan, di manalime mud dipanaskan ke temperatur reaksi.
c. Kalsinasi di mana peruraian kalsium karbonat menjadi kalsium oksida dan
karbon dioksida.
d. Pendinginan, di mana lime didinginkan pada sedor cooler sebelum
meninggalkan kiln.
39
Selanjutnya kapur akan keluar dari kiln setelah melewati dam, kemudian
baru ke cooler melewati grizzles. Ketika kiln berputar, kapur bergerak masuk ke
dalam ruangan cooler. Pada ujung pembuangan cooler tersebut terdapat saringan
yang berfungsi untuk memisahkan kapur kecil dan kapur besar (untuk
dihancurkan). Hopper mengumpulkan jatuhan kapur yang berasal dari cooler dan
membaginya di dalam ruangan untuk pemecahan dan pengiriman.
2. Recovery Boiler
Heavy black liquor yang berasal dari evaporator, bersama–sama dengan
make-up saltcake, dan ash, diumpankan ke dalam mixing tank black liquor,
kemudian dipanaskan di liquor heater dan ditembakkan melalui spray gun ke
dalam furnace. Di furnace, black liquor tersebut dikontakkan dengan udara yang
dihisap melalui FDF. Forced draft fan (FDF) berguna untuk mengisap udara
yang dari luar (atm), yang mana udara tersebut terbagi atas primary air,
secondary air,dan tertiary air. Udara yang dari FDF dipanaskan dengan steam
coil air heater. Dari furnace dihasilkan smelt dengan char bed yang menumpuk
pada bottom.
Char bed tersebut merupakan kandungan inorganik yang tidak ikut terbakar.
Sedangkan smelt merupakan kandungan organik yang terbakar, yang nantinya
akan turun ke dissolving tank dan akan dilarutkan dengan weak black liquor(
WBL). Sedangkan debu – debu yang terbawa dari udara tersebut disaring dengan
menggunakan ESP (electrostatic precipitator) dengan menggunakan Induced
draft fan, yang nantinya akan dikeluarkan melalui stack gas. Feedwater akan
diumpankan dengan menggunakan economizer 1 dan economizer 2 , yang
kemudian diumpankan ke boiler bank untuk menghasilkan steam yang bersifat
super heated, yang nantinya steam tersebut akan digunakan untuk penggerak
turbin dan generator. Masing-masing alat seperti, economizer 1 dan economizer 2
serta boiler bank akan menghasilkan blow down, yang nantinya akan dimixing
dengan sisa debu, ash (abu), serta make-up saltcake. Sedangkan debu yang
ditangkap oleh ESP juga akan direcycle ke dalam black liquor mixing tank.
Pada seksi recovery boiler terjadi pemekatan WBL (weak black liquor)
menjadi HBL (heavy black liquor) di vacum evaporator yang kemudian dibakar
dengan penambahan Na2SO4 (salt cake), lalu dismelt/dilarutkan dengan filtrate
WWL (weak white liquor), hingga akan menghasilkan GL (green liquor) sehingga
terjadi peningkatan kadar Na2CO3 dan Na2S serta penurunan kadar NaOH , juga
akan menghasilkan steam sebagai sumber energi di mana panas yang diterima dari
hasil pembakaran tersebut, reaksi yang terjadi :
HBL GL
2.3. Produk
Pada PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper produk yang dipasarkan
berupa lembaran bukan berupa bubur karena dalam lembaran akan lebih mudah
untuk dipasarkan dan lebih effisien seperti terlihat pada gambar 4. Spesifikasi,
standar sifat-sifat fisik, dan standar sifat-sifat kimia dari pulp yang dihasilkan
disajikan pada tabel 3, tabel 4, tabel 5 dan tabel 6
Basic Characteristics
Brightness Dirt Moiusture
(% ISO) > 89 Ppm < 2 (%) ~ 11
PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
(PFI)
Tensile index Nm/g 20.8 51.7 71.71 75.5
Tear index mN.m2/g 4.6 7.9 8.18 8.1
Burst index kPa. m2/g 1.0 3.5 4.84 5.1
Breaking length Km 2.1 5.6 7.3 7.7
Folding
Times 1 30 87 116
endurance
Light scattering
m2/kg 54 42 37 35
coefficient
2.4. Utilitas
Unit-unit utilitas yang terdapat di PT Tanjungenim Lestari Pulp & Paper
adalah :
Prinsip dasar proses water treatment sebenarnya adalah membuang zat – zat
padat yang ukurannya berbeda-beda baik secara mekanik maupun secara kimia.
Berbagai tahapan tersebut antara lain, screening, desalting, settling, dan filtering.
dampak negatif baik yang timbul pada saat usaha dan/atau kegiatan yang ada. Jika
tidak ada dokumen Rencana Pengelolaan dan Rencana Pemantauan Lingkungan
PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper tidak mampu untuk menanggulangi,
meminimisasi, atau mengendalikan dampak negatif yang timbul dari proses
produksi. Hal tersebut dapat ditelaah serta dievaluasi dengan perolehan Proper
hijau menunjukkan bahwa PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah
melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, telah
mempunyai system pengelolaan lingkungan, mempunyai hubungan yang baik
dengan masyarakat, termasuk melakukan upaya 3R (Reduce, Recause, Recycle)
sedangkan untuk pengendalian lingkungan yang ditempuh adalah : membuang
dan mengoperasikan unit pengolahan limbah cair diluar proses produksi secara
terus menerus, membangun dan mengendalikan pengoperasian peralatan
pengendalian emisi debu dan gas yang efisiensinya tinggi, mempertahankan dan
memelihara areal hijau (buffer zone) seluas 252 Ha disekitas pabrik untuk
mengurangi gangguan gas dan kebisingan (noise barrier) kepemukiman terdekat
dan mempertahankan habitat bagi fauna daratan serta penyediaan air bersih untuk
memenuhi kebutuhan domestik untuk masyarakat desa sekitar, memprioritaskan
penyerapan tenaga lokal untuk tenaga tetap dan tidak tetap, membangun dan
membuka fasilitas umum, (poliklinik, sarana olahraga, dan sarana ibadah) yang
dapat digunakan masyarakat umum.
awal proses pendirian perusahaan tepatnya dua tahun setelah perusahaan didirikan
pihak PT Tanjungenim Lestari Pulp dan Paper mengadakan sosialisasi kepada
warga masyarakat sekitar dan pihak dari laboratorium berdiskusi dengan warga
tentang pengelolaan limbah yang telah dilakukan di perusahaan. Masyarakat yang
tinggal di sekitar pabrik, yaitu Desa Banuayu Desa Dalam jika ada kesempatan
berusaha dari pihak PT Tanjungenim Lestari Pulp dan Paper pertama kali
diumumkan di balai desa. Pekerjaan tersebut bersifat kontrak ataupun memiliki
waktu tertentu, jenis pekerjaan seperti pengatur taman serta penyapu jalan.
Mereka dapat berjualan di area komplek dan memiliki batasan waktu serta harus
berjalan kaki / menggunakan gerobak. Sedangkan untuk berjualan di area pabrik
mereka tidak mendapatkan izin. Hampir keseluruhan responden beranggapan
bahwa perusahaan tidak memberikan pengaruh terhadap kesempatan berusaha.
Saluran limbah cair yang masuk IPAL dipisahkan menjadi dua saluran
yaitu, saluran limbah alkali dan saluran limbah asam. Adapun tujuan pemisahan
limbah ini adalah untuk mengurangi pemakaian bahan kimia penetral dengan
adanya limbah asam dapat digunakan sebagai penetral di neutralization basin.
Pada proses primary treatment seluruh buangan limbah cair dari masing-
masing plant ditampung di primary clarifier yang berfungsi untuk memisahkan
padatan secara gravitasi. Cairan yang telah dipisahkan kemudian dinetralkan di
50
dan jika terjadi masalah di effluent treatment, maka limbah cair akan ditampung di
emergency basin sampai kondisi di effluent treatment normal kembali.Sedangkan
sludge dari primary clarifier dan secondary clarifier ditambah dengan sludge dari
fresh water treatment ditampung di sludge mixing tank dan dikirim ke dewatering.
Kemudian sludge dipress di belt filter press sehingga menghasilkan sludge cake
yang memiliki konsistensi sekitar 36%. Filtrat dari dewatering dikembalikan ke
aeration basin sedangkan sludge cake ini dikirim ke landfill.
1. Limbah pabrik
2. Limbah domestik
Limbah padat yang dihasilkan dari pabrik pulp berupa dregs dan grits dari
recausticizing plant, abu dari power boiler, dan garam dari chemical plant yang
direncanakan ditimbun dengan sistem landfill. Sedangkan limbah padat lainnya,
seperti kulit kayu dari wood handling, screen reject, dan lumpur dari effluent
treatment diumpankan ke power boiler sebagai bahan bakar untuk menghasilkan
steam sebagai penggerak turbin sehingga dapat menghasilkan listrik.
Dalam operasi landfill akan dibuatkan sumur pantau dan kolam pengumpul
lindi dan kontaminasi limbah padat terhadap tanah. Lindi yang terkumpul di
dalam kolam penampungan akan dikirimkan ke effluent treatment untuk diolah
secara fisik, kimia, dan biologi.Limbah domestik hasil rumah tangga dan
perkantoran akan ditampung ditempat pembuangan sampah dan dikontrol oleh
petugas khusus.
52
Selain itu, untuk mengurangi dampak bau yang dihasilkan pabrik pulp,
maka PT Tanjung Enim Lestari Pulp & Paper menerapkan hal-hal berikut :