Anda di halaman 1dari 29

BAB III

TUGAS KHUSUS

3.1. Judul
Analisa pengaruh jenis kayu Eucalyptus Pelita dan Acacia Mangium
terhadap konsumsi white liquor dalam proses Cooking di PT Tanjungenim Lestari
Pulp and Paper

3.2. Latar Belakang

Kebutuhan pulp dan kertas di Indonesia dan pada masa mendatang akan
semakin meningkat begitu juga di dunia. Hal ini tidak lepas dari usaha-usaha
untuk meningkatkan kapasitas dengan menghasilkan produk pulp dan kertas dalam
meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan dapat
mengekspor ke berbagai negara yang memerlukan. Untuk itu diperlukan lebih
banyak bahan baku serat. Pada tahun 2003 konsumsi kertas mencapai 5,31 juta ton,
untuk tahun 2004 kebutuhan konsumsi kertas mencapai 5,40 juta ton, sedangkan
pada tahun 2005 konsumsi kertas mencapai 6,45 juta ton (Pusat Grafik Indonesi,
2007). Dapat diprediksikan bahwa kapasitas sumber bahan baku yang dibutuhkan
harus banyak agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
Pulp sebagai bahan baku kertas dapat dibuat dari semua jenis kayu, baik jenis
kayu yang berserat panjang (hard wood) maupun kayu yang berserat pendek (soft
wood). Proses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses
sulfat atau sering disebut juga dengan kraft, penyebab utamanya adalah karena
proses kraft memiliki keunggulan dibandingkan dengan proses lain, dimana
prosesnya sangat sederhana, cepat, menghasilkan pulp yang memiliki kekuatan
yang tinggi dan dapat dipakai untuk pembuatan pulp dari bahan kayu yang berasal
dari spesies yang berbeda.
Salah satu proses penting dalam pembuatan pulp yaitu proses pemasakan
kayu yang telah dibuat chip yang dilakukan dalam sebuah bejana yang cukup besar
dan tinggi yang disebut digester dan dengan menggunakan panas dan reaksi kimia.
Pemasakan ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat non selulosa yang terdapat
didalam bahan baku. Bahan kimia yang digunakan sebagai larutan
pemasak yaitu lindi putih (white liquor) yang mengandung bahan kimia aktif (alkali
aktif) yaitu campuran larutan Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Sulfida
(Na2S) serta mengandung bahan kimia yang tidak aktif yaitu Natrium Karbonat
(Na2CO3).
Pada saat proses pemasakan berlangsung, kebutuhan alkali aktif merupakan
salah satu variabel yang perlu diperhatikan. Larutan NaOH yang terkandung di
dalam alkali aktif berfungsi untuk melarutkan lignin dan zat-zat ekstraktif lainnya
yang terdapat dalam bahan baku kayu sehingga sellulosa terlepas dari ikatannya.
Sedangkan larutan Na2S berfungsi untuk mempercepat reaksi antara NaOH dengan
lignin lewat peurunan energi aktivasi dan memberikan hasil yang lebih tinggi serta
kekuatan pulp yang lebih baik. Oleh karena itu dengan adanya alkali aktif yang
terkandung didalam white liquor akan membantu proses penghilangan lignin yang
disebut juga dengan delignifikasi.
Dalam pembuatan pulp yaitu pemasakan di dalam suatu bejana yaitu dengan
menggunakan bahan kimia white liquor sebagai bahan utama. Jenis bejana pemasak
yang digunakan adalah digester yaitu bejana bertemperatur danbertekanan tinggi
didalam proses pemasakan ini sangat memperhatikan suhu larutan pemasak (liquor)
agar mencapai keadaan operasi yang optimal. Black Liquor merupakan larutan sisa
pemasak yang dihasilkan dari proses pembuatan pulp (proses pulping). Dalam
pembuatan pulp, industri pulp dan kertas membutuhkan serat selulosa dari bahan -
bahan berlignoselulosa baik kayu maupun non kayu yang diperoleh dengan cara
pemasakan atau sering disebut dengan proses pulping. Black liquor sangat
mencemari lingkungan jika dibuang sehingga dilakukan usaha mengurangi
pembuangannya. Maka perlu di upayakan penanganan dan pemanfaatannya
Senyawa organik dalam black liquor biasanya digunakan sebagai bahan bakar dan
senyawa anorganiknya diambil kembali. Oleh karena itu dirasa perlu untuk
melakukan analisa mengenai pengaruh jenis kayu Eucalyptus Pelita dan Acacia
Mangium terhadap konsumsi white liquor dalam proses Cooking di PT
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.
3.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari melaksanakan tugas khusus ini adalah
supaya dapat mengetahui pengaruh jenis kayu Eucalyptus Pelita dan Acacia
Mangium terhadap konsumsi white liquor dalam proses Cooking di PT
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

3.4. Manfaat
Dengan dilakukannya analisa pengaruh jenis kayu Eucalyptus Pelita dan
Acacia Mangium terhadap konsumsi white liquor maka dapat menjadi sumber
informasi mengenai jenis kayu dengan konsumsi white liquor yang efisien.

3.5. Perumusan Masalah


1. Bagaimana cara perhitungan untuk mengetahui jumlah konsumsi white liquor
pada jenis kayu Eucalyptus Pelita dan Acacia Mangium?
2. Bagaimana pengaruh jenis kayu Eucalyptus Pelita dan Acacia Mangium
terhadap konsumsi white liquor ?

3.6. Tinjauan Pustaka


3.6.1. Pengertian Pulp
Pulp atau yang disebut dengan bubur kertas merupakan bahan pembuatan
kertas. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari Pulp, yang mengandung selulosa dan hemiselulosa.
Selulosa dari bahan kayu atau non kayu masih tercampur dengan bahan
lainnya seperti lignin. Tujuan dari pembuatan pulp adalah mengambil sebanyak-
banyaknya serat selulosa (fiber) yang ada dalam kayu dan menghilangkan
kandungan lignin dan ekstraktif. Pulp dibedakan menjadi 2 macam yaitu pulp
berserat pendek dan pulp berserat panjang. Pulp berserat pendek umumnya
dihasilkan dari jenis rumput-rumputan dan sisa hasil pertanian, sedangkan pulp
berserat panjang dihasilkan dari tumbuhan kayu.

3.6.2. Syarat Tanaman Bahan Baku Pembuatan Pulp


Hampir semua tanaman berserat dapat dibuat menjadi pulp tergantung kepada
komponen kimia yang terkandung dan sifat fisik serta bahan bakunya.
Tabel 3.1 . Persyaratan Sifat Kayu untuk Bahan Baku Pulp
Kualitas Pulp
Sifat Kayu
Baik Cukup Kurang

Warna Kayu Putih-Kuning Coklat-Hitam Hitam

Massa Jenis <0,501 0,501-0,600 >0,600

Panjang Serat (mm) >1,600 0,900-1,600 <0,900

Hemiselulosa (%) >65 60-65 <60

Lignin (%) <25 25-30 >30

Zat Ekstraktif (%) <5 5-7 >7

Sumber : FAO dalam Wardany (2002)

Pulp terdiri dari serat selulosa yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Serat
mempunyai panjang, lebar dan diding yang bervariasi, tergantung pada jenis dan
posisinya dalam suatu pohon serta lokasi tumbuhnya. Di Indonesia banyak terdapat
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan bahan baku pembuatan pulp
seperti jabon, sungkai, mangium, karet, dan sengon. Dalam hal ini kandungan
selulosa dan lignin dalam suatu tanaman sangat berpengaruh besar terhadap bahan
baku pulp.

3.6.3. Kayu Accacia Mangium

Di Indonesia sejak dicanangkan pembangunan HTI pada tahun 1984, kayu


Accacia Mangium telah dipilih sebagai salah satu jenis favorit untuk ditanam di
areal HTI. Pada mulanya jenis ini dikelompokkan ke dalam jenis-jenis kayu HTI
untuk memenuhi kebutuhan kayu serat terutama untuk bahan baku industri pulp dan
kertas.
Menurut Pinyopusarerk et al.,(dalam Magno, 2013), Mangium (A. mangium
Willd.) adalah tanaman asli (indigenous species) yang banyak tumbuh di
Queensland (timur laut Australia), Papua Nugini dan wilayah timur Indonesia.
Wilayah penyebaran meliputi 1 – 18,57 derajat lintang selatan dan 125,22 –146,17
derajat bujur timur dengan ketinggian 0 – 100 m dpl dengan batas tertinggipada 780
m. Untuk Indonesia, daerah Papua bagian selatan, Papua bagian utara (Fak-fak dan
Tomage), Maluku bagian selatan, pulau Seram, kepulauan Aru dan daerah Bantuas
di Kalimantan Timur merupakan tempat penyebaran alaminya. Mangium termasuk
dalam famili Leguminoceae, genus Acacia. Genus ini memiliki lebih dari 1.000
spesies pohon dan perdu yang tumbuh di Afrika, Amerika, Asia dan terbanyak di
Australia. Nama lain bagi jenis ini adalah manggehutan, tongke hutan (Seram), nak
(Maluku), laj (Aru) atau jerri (Papua).
Tabel 3.2. Komposisi Accacia Mangium
Asal Kayu
Komponen Kimia
Alam (%) Tanaman (%)
Selulosa 46,39 43,85
Lignin 24,00 24,89
Silika 0,24 0,99
Pentosan 16,83 17,87
Abu 0,99 0,25
Kelarutan dalam :
- Air dingin 3,65 5,75
- Air panas 7,64 7,28
- NaOH 1% 24,59 20,17

3.6.4. Kayu Eucalyptus Pellita


Kayu jenis Eucalyptus pellita yang termasuk famili Mirtaceae adalah salah
satu jenis prioritas untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) karena sifatnya yang
mudah menyesuaikan diri dan kayunya dapat digunakan untuk bahan baku pulp.
Pengembangan jenis ini sebagai tanaman HTI terdapat di Kalimantan dan Sumatera
yang telah menunjukkan pertumbuhan yang baik dari bentuk batang, kecepatan
tumbuh dan kualitas kayu yang bagus serta memiliki kemampuan bertunas tinggi
(Leksono, 2001).
Jenis Eucalyptus pellita merupakan salah satu jenis trend peningkatan genetik
terhadap sifat pertumbuhan tanaman yang diprioritaskan untuk hutan tanaman
Eucalyptus pellita diharapkan individu-individu yang industri dan berpotensi
sebagai jenis alternatif sudah terpilih sebagai pohon plus dari jenis ini dapat
pengganti Accacia Mangium yang pada saat ini menurunkan sifat genotip yang baik
banyak mengalami kematian akibat serangan jamur dan keturunannya. Penggunaan
kayu umumnya untuk bahan baku pulp dan kertas, tapi juga dapat digunakan untuk
konstruksi bangunan dan telah lama dipergunakan untuk industri arang di Brazil
(Widyana et al., 2000).

Tabel 3.3. Komposisi Kimia Kayu Eucalyptus pellita

Komponen Kimia Asal Kayu

(%) Sapwood Heartwood


Holoselulosa 72,04% - 69,84% 64,71% - 67,68%
Alpha selulosa 38,47% - 37,05% 35,37% - 36,72%
Hemiselulosa 33,57% - 32,79% 30,34% - 30,96%
Lignin 31,07% - 30,71% 32,31% - 2,17%
Pentosan 16,83 % 17,87 %
Abu 0,38% - 0,52% 0,26% - 0,15%
Sumber: Ganis Lukmandaru, Universitas Gadjah Mada (2017)

3.6.5. Klasifikasi Kelas Kualitas Serat Kayu untuk Bahan Baku Pulp dan Kertas

Kualitas keterangan :

 Kelas I Serat panjang sampai panjang sekali, dinding sel tipis sekali dan
lumen lebar. Serat akan mudah digiling. Diduga akan menghasilkan lembaran
dengan kekuatan sobek, retak, dan tarik yang tinggi.
 Kelas II Serat kayu sedang sampai panjang, mempunyai dinding sel tipis dan
lumen agak lebar. Serat akan mudah menggepeng waktu digiling dan ikatan
seratnya baik. Serat jenis ini diduga akan menghasilkan lembaran dengan
kekuatan sobek, retak dan tarik cukup tinggi.
 Kelas II Serat kayu berukuran pendek sampai sedang, dinding sel dan lumen
sedang. Dalam lembaran pulp kertas, serat agak menggepeng dan ikatan antar
seratnya masih baik. Diduga akan menghasilkan lembaran dengankekuatan
sobek, retak, dan tarik sedang.
 Kelas VI Serat kayu pendek, dinding sel tebal dan lumen serat sempit. Serat
akan sulit menggepeng waktu digiling. Jenis ini diduga akan menghasilkan
lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan tarik yang rendah.
(Aprysilverfox, 2010).

3.6.6. Lindi Putih (White Liquor)


Lindih putih yaitu suatu cairan pemasak terutama mengandung larutan encer
yaitu Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Sulfida (Na2S) dan mempunyai
pH = 13,5 – 14,0. Garam (sodium salt) lain yang biasanya ada pada lindi putih
adalah Natrium Sulfat, Natrium Sulfit, Natrium Karbonat, dan Natrium thiosulfat.
Hanya bahan kimia aktif yang dapat bereaksi selama pulping wood (proses
pembuatan pulp), tetapi metode ini disebut “ proses Sulfat” karena garam (salt)
tersebut digunakan sebagai make-up (bahan tambahan) chemical untuk
menggantikan bahan kimia yang hilang. Untuk proses selanjutnya lindi putih
diperoleh dari caustizing dari lindi hijau dengan quik lime (CaO). (Sihombing,
2008).
Tabel 3.4. Komposisi Lindi Putih (White Liquor)
Komponen Range Konsentrasi (g/l sebagai Na2O)
NaOH 81 - 110
Na2S 30 - 40
Na2CO3 11 - 44
Na2SO3 2,0 – 6,9
Na2SO4 4,4 – 7,8
Na2S2O3 4,0 – 8,9
Sumber : Sihombing (2008)
3.6.7. Lindi Hitam (Black Liquor)
Lignin merupakan komponen terbesar yang terdapat dalam larutan sisi
pemasak pulp atau lindi hitam. Lignin yang terkandung dalam lindi hitam kraft kayu
lunak sekitar 46% dari padatan kering (Sjostrom, 1995).
Lindi hitam merupakan campuran yang sangat kompleks yang mengandung
sejumlah besar komponen dengan struktur dan susunan yang berbeda. Bahan
organik dalam lindi hitam dihasilkan setelah pembuatan pulp pada dasarnya terdiri
dari lignin dan produk-produk degradasi karbohidrat disamping bagian-bagiankecil
ekstraktif dan produk- produk reaksinya.

Tabel 3.5. Komposisi Lindi Hitam (Black Liquor) Proses Kraft Kayu Lunak
Komponen Kandungan
(% Padatan Kering)
Lignin 46
Asam- asam Hidroksi 30
Asam Format 8
Asam Asetat 5
Ekstraktif 7
Senyawa lain 4
Sumber : Sjostrom (1995)

Menurut Rudatin (1991), lindi hitam memiliki komponen utama air,


senyawa anorganik berasal dari sisa cairan kimia pemasak serpih kayu, dan hasil
reaksi yang berlangsung selama proses pemasakan, serta senyawa organik yang
berasal dari serpih kayunya. Kurang lebih setengah dari senyawa organik dari
lindi hitam tersebut berupa lignin.
Salah satu komponen kimia yang penting yang banyak terdapat dalam
lindi hitam adalah lignin. Pada industri pulp dan kertas, lignin harus dipisahkan dari
selulosa untuk memperoleh serat yang lebih putih karena lignin menyebabkanwarna
kertas menjadi kuning. Di sisi lain, keberadaan lignin di lingkungan dapat
menimbulkan pencemaran, walaupun daya larutnya (kelarutan) yang relatif kecil.
3.7. Pemecahan Masalah
Untuk mengetahui jumlah konsumsi white liquor pada Eucalyptus Pelita
dan Acacia Mangium dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
3.7.1. Pengumpulan data
Data yang diperlukan didapat dari hasil pengamatan yang dilakukan diDigital
Control System (DCS) PT Tanjungenim Pulp and Paper. Untuk bahan baku
Eucalyptus Pelita pada tanggal 3, 4, dan 5 September 2021, serta bahan bakuAcacia
Mangium pada tanggal 21, 22, dan 23 September 2021.

Tabel 3.6 Data pengamatan pada unit Cooking


Eucalyptus Pelita Acacia Mangium
Parameter
3 4 5 21 22 23
Cooking Product (Adt/d) 1547 1546 1544 1511 1481 425
Cooking Yield (%) 48.6 48.6 48.5 51.1 50 30
AA Charge (%) 17.3 17.3 17.3 17.3 17.3 17.3
Moisture (%) 40.5 40.7 40.8 47.2 46 44.9
Sulphidity (%) 28.3 28.4 28.2 29 29 29.1
AA (gr/L) 102.7 101 100.6 103.3 103.3 104
TA (gr/L) 122 123 125 125 125 125
RE (%) 95 95 95 95 95 95
CE (%) 77 77 77 77 77 77
Kappa Number 15.2 15.9 15.3 15.3 15.3 13.7
Viscosity 21.2 23 24.2 22.8 22.8 23.7
Brightness 33.6 31.1 33.6 29.6 39.6 40.5

Sumber : Data DCS PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

Tabel 3.7 Data pengamatan Karakteristik Chip pada unit Cooking


Eucalyptus pellita Acacia Mangium
Parameter
3 4 5 21 22 23
3
Bulk Density (OD kg/m ) 1547 1546 1544 1511 1481 425
Accept (%) 48,6 48,6 48,5 51,1 50,0 30,0
Chip Moisture (%) 17,3 17,3 17,3 17,3 17,3 17,3
Bark (%) 40,5 40,7 40,8 47,2 46,0 44,9

Sumber : Data DCS PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

3.7.2. Perhitungan
Tahap-tahap perhitungan yang dilakukan untuk menghitung kebutuhan
white liquor dan total black liquor solid pada unit cooking adalah sebagai berikut:
1 Perhitungan Total Black Liquor Solid
𝐵𝑑𝑡
𝐶𝑜𝑜𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑥 0,9
1. Chip to digester= 𝐴𝑑𝑡
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝐶ℎ𝑖𝑝 𝑡𝑜 𝑑𝑖𝑔𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 𝑥 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒
2. Water in Chip to digester =
(100−𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒)

3. Organic Solid = Chip to digester – (Cooking Production x 0,9)


4. Menghitung Inorganic Solid
a. As Na2O
- Na2S = AA x Sulfuring
- NaOH = AA x Na2S
- Na2SO4 = Na2S x (1-RE)/RE
- Na2CO3 = ( TA – AA) - Na2SO4
b. As Chemical
BM NaOH
- NaOH = (NaOH as Na2O x )
BM Na2O
BM Na2S
- Na2S = (Na2S as Na2O x )
BM Na2O
BM Na2SO4
- Na2SO4 = (Na2SO4 as Na2O x )
BM Na2O
BM Na2CO3
- Na2CO3 = (Na2CO3 as Na2O x )
BM Na2O

5. WL usage = chip to digester x AA-charge


𝑊𝐿 𝑢𝑠𝑎𝑔𝑒
6. WL to cooking plant = ( 𝑥 1000)
𝐴𝐴
𝑊𝐿 𝑡𝑜 𝑐𝑜𝑜𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑙𝑎𝑛𝑡 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶ℎ𝑒𝑚𝑖𝑐𝑎𝑙
7. WL Solid =
1000
8. Water Formating = Chip to digester x 0,01
9. WL Solid to Black Liquor = WL Solid - Water Formating
10. Total Solid = Organic Solid + Inorganic Solid
(Handbook of Pulp Ed, 2006)

2.2 Perhitungan Kebutuhan white liquor pada Unit Cooking


𝐶𝑜𝑜𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑥 0,9 𝐵𝑑𝑡/𝐴𝑑𝑡
1. Chip to digester=
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝐶ℎ𝑖𝑝 𝑡𝑜 𝑑𝑖𝑔𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 𝑥 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒
2. Water in Chip to digester =
(100−𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒)

3. WL usage = chip to digester x AA-charge


𝑊𝐿 𝑢𝑠𝑎𝑔𝑒
4. WL to cooking plant = ( 𝑥 1000)
𝐴𝐴
𝑊𝐿 𝑓𝑟𝑜𝑚 𝑅𝑒𝑐𝑎𝑢𝑠𝑡𝑖𝑐𝑖𝑧𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑙𝑎𝑛𝑡
5. WL Requirement =
𝐶𝑜𝑜𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛

(Handbook of Pulp Ed, 2006)

2.3 Neraca Massa


1. Inlet = outlet
2. Neraca Massa Input:
Massa = % berat x total inlet
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
Kmol = 𝐵𝑀
3. Neraca Massa Outlet
Massa = % berat x total outlet
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
Kmol = 𝐵𝑀
(Yaws, C.L., 1999)

3.8. Hasil perhitungan dan Pembahasan


3.8.1. Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dari data pengamatan
yang diperoleh di Digital Control System (DCS), di dapatkan hasil perhitungan
kebutuhan white liquor, hasil perhitungan komposisi white liquor, hasil perhitungan
Black liquor solid, dan hasil perhitungan neraca massa Digester pada bahan baku
Acacia Mangium dan Eucalyptus Pellita dalam proses Cooking di PT Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper.

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Kebutuhan White Liquor


Eucalyptus Pellita Acacia Mangium
Parameter 3/9/ 4/9/ 5/9/ 21/9/ 22/9/ 23/9/
2020 2020 2020 2020 2020 2020
Chip to Digester (Bdt/day) 2865 2863 2865 2651 2666 1275
Water in chip to Digester 11,65 11,60 11,74 12,62 12,32 5,75
(ton/day)
WL usage
(Bdt/day) 495,6 495 495,7 460,4 461,2 154,2
Total WL to cooking plant
(m3/day) 4826 4899 4927 4457 4465 2117
WL requirement (m3/ADT
3,12 3,17 3,19 2,95 3,01 4,98
UKP)
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Komposisi White Liquor
Eucalyptus Pellita Acacia Mangium
Komposisi (gr/mol) 3/9/ 4/9/ 5/9/ 21/9/ 22/9/ 23/9/
2021 2021 2021 2021 2021 2021
As Na2O:
NaOH 73,6 72,4 72,2 73,3 73,3 73,9
Na2S 29,1 28,7 28,4 30 30 30,3
Na2CO3 18,5 20 19,91 20,1 20,1 19,2
Na2SO4 1,53 1,51 1,49 1,58 1,58 1,60
As Chemical:
NaOH 94,6 93,4 93,2 94,6 94,6 95,3
Na2S 36,6 36,1 35,7 37,7 37,7 38,1
Na2CO3 31,5 34,2 34 34,4 34,4 32,8
Na2SO4 3,5 3,5 3,4 3,6 3,6 3,7

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Black Liquor Solid


Eucalyptus Pellita Acacia Mangium
Parameter 3/9/ 4/9/ 5/9/ 21/9/ 22/9/ 23/9/
2021 2021 2021 2021 2021 2021
White Liquor Solid (t/d) 802 819 819 759 760 390
Water Formating (t/d) 29 29 29 27 27 13
White Liquor to Black Liquor (t/d) 773 787 791 752 734 347
Organic Solid (t/d) 1473 1472 1476 1301 1333 893
Total Solid (t/d) 2246 2259 2266 2034 2067 1239

Tabel 3.11 Neraca Massa Digester Tanggal 3 September 2021

Input Output
Komponen
1 2 3 4
Selulosa (C6H10O5 – CH3) 48722.90 0 0 25043.57
Hemiselulosa (C5H11O5COH) 21654.62 0 0 11130.48
Lignin 32481.94 0 31756.16 725.78
Ekstraktif 5413.66 0 5413.66 0
Air 485.40 0 0 485.40
NaOH 0 171906.25 166554.99 0
Na2S 0 57302.08 52741.62 0
C6H10O5 Na 0 0 24749.58 0
CH3OH 0 0 4281.01 0
C5H11O5CSHNa2 - ½ O2 0 0 15084.61 0
108758.52 229208.33 300581.63 37385.23
Total
337966.86 kg/h 337966.86 kg/h
Tabel 3.12 Neraca Massa Digester Tanggal 4 September 2021

Input Output
Komponen
1 2 3 4
Selulosa (C6H10O5 – CH3) 48688.26 0 0 25025.77
Hemiselulosa (C5H11O5COH) 21639.23 0 0 11122.56
Lignin 32458.84 0 31700.18 758.66
Ekstraktif 5409.81 0 5409.81 0
Air 485.09 0 0 485.09
NaOH 0 174425.07 169077.62 0
Na2S 0 58141.69 53584.47 0
C6H10O5 Na 0 0 24731.99 0
CH3OH 0 0 4277.97 0
C5H11O5CSHNa2 - ½ O2 0 0 15073.89 0
108681.23 232566.77 303855.92 37392.08
Total
341248.00 kg/h 341248.00 kg/h

Tabel 3.13 Neraca Massa Digester Tanggal 7 September 2020


Input Output
Komponen
1 2 3 4
Selulosa (C6H10O5 – CH3) 48725.54 0 0 25093.65
Hemiselulosa (C5H11O5COH) 21655.79 0 0 11152.73
Lignin 32483.69 0 0.00 0.00
Ekstraktif 5413.95 0 5413.95 0
Air 489.07 0 0 489.07
NaOH 0 175529.88 170189.34 0
Na2S 0 58509.96 53958.63 0
C6H10O5 Na 0 0 24699.99 0
CH3OH 0 0 4272.43 0
C5H11O5CSHNa2 - ½ O2 0 0 15054.39 0
108768.04 234039.84 273588.74 36735.46
Total
342807.88 kg/h 310324.19 kg/h
Tabel 3.14 Neraca Massa Digester Tanggal 21 September 2021
Input Output
Komponen
1 2 3 4
Selulosa (C6H10O5 – CH3) 45257.92 0 0 22131.13
Hemiselulosa (C5H11O5COH) 20114.63 0 0 9836.06
Lignin 30171.95 0 29493.35 678.60
Ekstraktif 5028.66 0 5028.66 0
Air 525.86 0 0 525.86
NaOH 0 158776.68 153550.29 0
Na2S 0 52925.56 48471.51 0
C6H10O5 Na 0 0 24172.08 0
CH3OH 0 0 4181.12 0
C5H11O5CSHNa2 - ½ O2 0 0 14732.63 0
101099.03 211702.25 279629.63 33171.64
Total
312801.27 kg/h 312801.27 kg/h

Tabel 3.15 Neraca Massa Digester Tanggal 22 September 2021


Input Output
Komponen
1 2 3 4
Selulosa (C6H10O5 – CH3) 45335.26 0 0 22667.63
Hemiselulosa (C5H11O5COH) 20149.01 0 0 10074.50
Lignin 30223.51 0 29543.75 679.76
Ekstraktif 5037.25 0 5037.25 0
Air 513.31 0 0 513.31
NaOH 0 159048.00 153925.37 0
Na2S 0 53016.00 48650.38 0
C6H10O5 Na 0 0 23692.16 0
CH3OH 0 0 4098.10 0
C5H11O5CSHNa2 - ½ O2 0 0 14440.12 0
101258.33 212064.00 279387.14 33935.20
Total
313322.33 kg/h 313322.33 kg/h
Tabel 3.16 Neraca Massa Digester Tanggal 23 September 2021

Input Output
Komponen
1 2 3 4
Selulosa (C6H10O5 – CH3) 21682.97 0 0 15178.08
Hemiselulosa (C5H11O5COH) 9636.88 0 0 6745.81
Lignin 14455.31 0 14164.20 291.12
Ekstraktif 2409.22 0 2409.22 0
Air 239.61 0 0 239.61
NaOH 0 75412.52 73942.49 0
Na2S 0 25137.51 23884.71 0
C6H10O5 Na 0 0 6798.90 0
CH3OH 0 0 1176.03 0
C5H11O5CSHNa2 - ½ O2 0 0 4143.86 0
48423.98 100550.02 126519.39 22454.61
Total
148974.01 kg/h 148974.01 kg/h

3.8.2. Pembahasan
White liquor adalah cairan yang digunakan pada proses pemasakan di unit
cooking . Kandungan yang terdapat dalam white liquor adalah NaOH dan Na2S
yang membantu dalam proses pemisahan kandungan Lignin dan Ekstraktif pada
Chip. NaOH berfungsi untuk mendegradasi dan melarutkan lignin sehingga mudah
untuk dipisahkan dari selulosa. Sedangkan Na2S yang menghasilkan ion
hidrosulfida berfungsi untuk mempercepat proses delignifikasi dan mendegradasi
lignin, namun juga melindungi karbohidrat dari degradasi sehingga dihasilkan
rendemen yang tinggi dan kekuatan fisik yang baik. Black liquor adalah cairan sisa
pemasak pada unit cooking yang dapat diolah kembali menjadi white liquor.
Sedangkan black liquor solid adalah padatan organik maupun inorganik yang
terkandung di dalam black liquor.

a. Kebutuhan White Liquor untuk Accacia Mangium dan Eucalyptus Pellita


Semakin optimal penggunaan White Liquor menunjukkan bahwa semakin
efektif penetrasi White Liquor terhadap chip. Berikut ini merupakan grafik
Kebutuhan White Liquor per hari dan cooking production untuk bahan baku
Accacia Mangium dan Eucalyptus Pellita.
\

Gambar 3.1 Hubungan antara Kebutuhan White Liquor dan cooking production
pada bahan baku Accacia Mangium

Gambar 3.2 Hubungan antara Kebutuhan White Liquor dan cooking production
pada bahan baku Eucalyptus Pellita

Grafik diatas menunjukkan perbandingan antara pemakaian White Liquor dan


cooking production pada bahan baku Accacia Mangium dan Eucalyptus Pellita.
White Liquor yang digunakan dengan bahan baku Accacia Mangium padatanggal
21, 22, 23 September 2021 secara berurutan adalah sebanyak 4457 m3/d , 4465 m3/d
, 2117 m3/d.
\

Sedangkan, penggunaan White Liquor dengan bahan baku Eucalyptus


Pellita pada tanggal 3, 4, 5 September 2021 secara berurutan adalah sebanyak 4826
m3/d , 4899 m3/d , 4927 m3/d. Berdasarkan grafik, pemakaian white liquor dengan
bahan baku Eucalyptus Pellita lebih banyak daripada pemakaian white liquor
dengan bahan baku Accacia mangium

Gambar 3.3 Perbandingan Kebutuhan White Liquor pada bahan baku EucalyptusPellita
dan Acacia Mangium
Grafik diatas menunjukkan jumlah kebutuhan White Liquor dengan bahan
baku Eucalyptus Pellita tanggal 3 september 2021 sebanyak 3,12 m3/ADT UKP,
pada tanggal 4 september 2021 sebanyak 3,17 m3/ADT UKP, dan pada tanggal 5
september 2021 sebanyak 3,19 m3/ADT UKP. Sedangkan pada bahan baku Acacia
Mangium tanggal 21 september 2021 sebanyak 2,95 m3/ADT UKP, pada tanggal
22 september 2021 sebanyak 3,01 m3/ADT UKP, dan pada tanggal 23 september
2021 sebanyak 4,98 m3/ADT UKP. Berdasarkan data pengamatan , kapasitas
produksi di cooking tidak sama setiap harinya, sehingga grafik tersebut tidak dapat
menunjukkan perbedaan kebutuhan White Liquor secara objektif.
Proses yang terjadi di unit cooking merupakan reaksi delignifikasi yang
bertujuan untuk menurunkan kadar lignin. Kadar lignin dapat diketahui dengan
melihat nilai kappa number. Apabila kappa number terlalu rendah dapat
menyebabkan viskositas juga menjadi rendah dan berpengaruh terhadap kekuatan
pulp.
\

Sedangkan apabila kappa number terlalu tinggi dapat menyebabkan pulp


menjadi kaku dan chemical consumption di unit bleaching menjadi tinggi. Oleh
karena itu, kappa number harus dijaga dalam kondisi standar yaitu berkisar 12-18.
Dalam menjaga kondisi ini, tentu banyak variabel-variabel yang harus dikendalikan
di unit cooking karena dapat berpengaruh satu sama lain, misalnya ukuran chip,
jumlah alkali aktif dan juga pemakaian white liquor

alkali aktif merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kappa


number. Pada bahan baku Acacia Mangium rata-rata alkali aktif yaitu 103,6 gr/L
sedangkan pada bahan Eucalyptus Pellita rata – rata alkali aktif yaitu 101,4 gr/L.
Sehingga dapat diketahui bahwa semakin rendah kadar alkali aktif maka white
liquor yang digunakan dalam proses cooking semakin banyak. Dalam pembuatan
pulp, kualitas chip merupakan faktor yang sangat penting karena dapat
mempengaruhi penggunaan white liquor dalam proses pemasakan, kualitas chip
yang perlu diperhatikan adalah accept, chip bulk density dan chip moisture.
Accept adalah komponen kayu yang diinginkan pada produksi pulp.
Semakin banyak accept maka akan semakin efektif pemakaian white liquor pada
proses pemasakan. Hal ini dikarenakan white liquor tidak banyak bereaksi dengan
komponen kayu yang tidak diinginkan seperti bark, over size dan under size.
Chip bulk density merupakan parameter yang penting pada saat pengisian
umpan di Digester. Hal ini menentukan jumlah chip yang masuk, bulk density
dipengaruhi oleh densitas kayu dan ketebalan chip. Pada data pengamatan
karakteristik chip, nilai bulk density pada Acacia Mangium lebih kecil daripada
Eucalyptus Pellita. Sehingga dapat diketahui bahwa semakin kecil nilai bulk density
maka white liquor yang digunakan semakin sedikit. Hal tersebut menandakan
bahwa penetrasi white liquor akan lebih optimal pada chip yang memiliki nilai
densitas dan ketebalan yang lebih rendah.
Chip moisture memiliki pengaruh terhadap pulp yield, kappa number, dan
kualitas pulp. Moisture level sebaiknya dijaga pada range 40%-50%. Pada data
pengamatan bahan baku Eucalyptus Pellita memiliki moisture level rata-rata yaitu
40,6%. Sedangkan pada bahan baku Acacia Mangium memiliki moisture level rata-
rata yaitu 46,0%.
\

Sehingga dapat diketahui bahwa moisture level pada Eucalyptus Pellita


lebih kecil dibandingkan dengan Acacia Mangium. Jika kelembapan chip terlalu
rendah, maka dapat mempersulit dalam menghasilkan pulp dan penggunaan white
liquor juga akan semakin banyak. Tetapi, jika kelembapan chip terlalu tinggi white
liquor tidak mampu melakukan penetrasi terhadap chip dengan optimal. Jadi chip
moisture adalah parameter yang harus selalu terjaga dalam kondisi standar.

Selain itu, variabel-variabel seperti cooking yield dan alkali aktif harus
diperhatikan. Kelebihan alkali dapat menyebabkan kenaikan angka delignifikasi
dan mengurangi yield. Cooking yield pada bahan baku Acacia Mangium lebih besar
daripada Eucalyptus Pellita. Cooking yield berpengaruh pada penggunaan white
liquor, karena semakin besar cooking yield maka penggunaan white liquor semakin
kecil.
b. Total Black Liquor Solid dari Unit Cooking
Semakin banyak white liquor yang digunakan, maka beban recaust untuk
mengkonversikan black liquor menjadi white liquor akan semakin meningkat
dan recovery boiler harus lebih banyak membakar black liquor solid sementara
kapasitas produksinya terbatas yakni 2400 t/d solid. Sehingga hal yang akan
terjadi apabila jumlah black liquor solid melebihi kapasitas recovery boiler
adalah menurunkan kapasitas produksi di unit cooking. Oleh karena itu,
efektivitas penggunaan white liquor harus dipertimbangkan dengan baik agar
potensi penurunan kapasitas produksi pada unit cooking dapat dihindari.

Gambar 3.4 Total Black Liquor Solid pada bahan baku Eucalyptus Pellita dan
Acacia Mangium
Berdasarkan grafik diatas, total black liquor solid yang keluar dari unit
cooking dengan bahan baku Acacia Mangium pada tanggal 21, 22, dan 23
September 2021 secara berurutan adalah sebanyak 2034 t/d, 2067 t/d, dan 1239 t/d.
Sedangkan black liquor solid yang keluar dari unit cooking dengan bahanbaku
Eucalyptus Pellita pada tanggal 3, 4, dan 5 September 2021 secara berurutanadalah
sebanyak 2246 t/d, 2259 t/d, dan 2266 t/d. Sehingga dapat diketahui bahwablack
liquor solid yang keluar dari unit cooking lebih banyak pada bahan baku Eucalyptus
Pellita dibandingkan dengan Acacia Mangium. Hal ini dikarenakan semakin
banyak white liquor yang digunakan maka black liquor solid yang keluar dari unit
cooking semakin banyak pula. Jadi, white liquor yang digunakan dan black liquor
solid yang dihasilkan berbanding lurus seperti yang ditunjukkan pada grafik
dibawah ini.

Gambar 3.5 Hubungan antara kebutuhan White Liquor dengan Black Liquor Solid

Grafik ini memerlihatkan bahwa peningkatan kebutuhan white liquor linier


dengan peningkatan total black liquor solid solid dari unit cooking. Hal ini
dikarenakan senyawa organik kayu yang mengandung lignin dan ekstraktif berhasil
didegradasi oleh NaOH dan Na2S yang kemudian terakumulasi menjadi black
liquor solid.
3.9. Kesimpulan dan Saran
3.9.1. Kesimpulan
a. Kebutuhan white liquor untuk kayu jenis Eucalyptus Pellita lebih banyak
dibandingkan dengan kayu jenis Acacia Mangium.
b. Kebutuhan white liquor dipengaruhi oleh kualitas chip yang digunakan,
seperti accept, chip bulk density, dan chip moisture. Selain itu juga bisa
dipengaruhi oleh cooking yield.
c. Kebutuhan white liquor pada Eucalyptus Pellita 6% lebih besar daripada
Acacia Mangiumn dalam proses cooking di PT Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper.
d. Persentase black liquor solid yang keluar dari unit cooking dengan
menggunakan kayu jenis Eucalyptus Pellita 8% lebih besar dibandingkan
kayu jenis Acacia Mangium.
3.9.2. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, dapat diketahui bahwa penggunaan jenis
kayu Acacia Mangium dan Eucalyptus Pellita dapat berpengaruh terhadap
konsumsi white liquor. Oleh karena itu peneliti menyarankan sebaiknya
penggunaan jenis kayu Acacia Mangium dan Eucalyptus Pellita dilakukan
penjadwalan agar penggunaan white liquor lebih efisien, hal tersebut dapat
menyebabkan biaya produksi menjadi lebih rendah dan tidak meningkatkan beban
recaust untuk mengkonversikan black liquor menjadi white liquor.
BAB IV
PENUTUP

PT Tanjungenim Pulp and Paper merupakan salah satu industri penghasil


bubur kertas (Pulp), Pabrik ini menggunakan 2 jenis kayu Acacia mangium dan
Eukaliptus pelita sebagai bahan baku. Bahan baku itu sendiri disuplai dari PT Hutan
Musi Persada (MHP), PT Koring Tiga Hutan (KTH) Kalimantan Tengah, dan PT
WAM Musi Banyuasin. Kapasitas produk yang dihasilkan yaitu sekitar
1.430 ton pulp per hari atau 450.000 ton pulp per tahun.

Lokasi PT Tanjungenim Pulp and Paper berada di kabupaten Muara Enim


dan memiliki luas kawasan industri 1.250 Ha, dimana terdapat 5 area kerja utama
di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, yaitu area penyimpanan bahan baku,
area fiber line, area penyipanan bahan kimia, area pulp and macine, dan area power
and recovery boiler.

Proses-proses pendukung yang terdapat pada PT Tanjungenim Lestari Pulp


and Paper antara lain: Penyiapan Bahan Baku (Wood yard and Chip Yard
Preparation) Pembentukan Serpih Kayu (Chipping), Pemasakan (Cooking),
Pencucian dan Penyaringan (Washing and Screening), Pemutihan (Bleaching),
Pengeringan dan Pembentukan Lembaran Pulp (Pulp Drying and Finishing). Selain
itu pada PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga terdapat unit pendukung
yaitu: Utilitas, Chemical Plant, Recovery Boiler, Recausticizing & Lime Kiln Plant,
dan Power Boiler Plant sebagai sumber energi untuk kawasan pabrik.

Pada laporan ini, judul tugas khusus yang diambil yaitu “Analisa pengaruh
jenis kayu Eucalyptus Pelita dan Acacia Mangium terhadap konsumsi white liquor
dalam proses Cooking di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper”.Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, diketahui bahwa white liquor dalam proses Cooking
dengan menggunakan bahan baku Eucalyptus Pelita lebih besar dibandingkan
bahan baku Acacia Mangium. Serta dari hasil grafik yang didapatkan , dapat
diketahui Total kebutuhan White Liquor linier dengan total Black liquor Solid
yang dikeluarkan dari unit Cooking.
DAFTAR PUSTAKA

Alwis, A. Roni. (2020). Modul Pelatihan Pengenalan PT TeL PP. PT


Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.

Gmbh, V., & Weinhem, C. Kg. (2006). Handbook of Pulp. (H. Sixta, Ed.) (6th
ed.). Austria: Willey-VCH.

Lukmandaru, Ganis. (2017). Chemical Charasteristics of Eucalyptus Pellita With


Heart Rot. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Magno, J. (2013). Analisa Kandungan Kimia Lignin Pada Kayu Akasia (Acacia
Mangium). Samarinda: Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. (2020). Company Profile PT TeL PP.

PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. (2020). Petunjuk Operational


Bleaching Plant PT TeL PP.

PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. (2020). Petunjuk Operational Cooking


Plant PT TeL PP.

PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. (2020). Data DCS PT TeL PP.

PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. (2020). Lab Test Result PT TeL PP.

PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. (2020). Daily Consumptions For Monthly.
Sihombing, J. (2008). Pengaruh Pemakaian White Liquor (Lindi Putih) Terhadap
Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester PT. TOBA PULP
LESTARI, Tbk-PORSEA. Medan: USU Repository.

Sjostrom, E. (1995). Kimia Kayu: Dasar-Dasar dan Penggunaannya Edisi 2.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Smook, G.A. (1989). Handbook for Pulp and Paper Technologist. The Joint
Textbook. Atlanta: Committee of The Paper Industry.

Yaws, C.L. (1999). Chemical Properties Handbook. USA: McGraw-Hill Book


Companies Inc.
24
25
90
LAMPIRAN A
PT TANJUNGENIM LESTARI PULP AND PAPER
Desa Banuayu, Kec. Empat Petulai Dangku, Kab. Muara Enim, Sumatera Selatan
31172, Indonesia Phone : (62-713) 324150-160, Fax: (62-713) 324182

DAILY REPORT UNIT PRODUCTION DEPARTEMENT

Tabel 1. Data pengamatan pada Unit Cooking


Date Wood Cooking Cooking AA Moisture Sulphidity AA TA RE CE Kappa Viscosity
Product Yield Charge (%) (%) (gr/l) (gr/l) (%) (%) Number
(Adt/d) (%) (%)
5 September 2020 Eucalyptus 1499 47,9 17,3 41,3 24,8 101,9 125 95 85 16,7 22,3
Pellita
6 September 2020 Eucalyptus 1470 48,6 17,8 42,4 25,3 101,6 125 95 85 15,5 18,8
Pellita
7 September 2020 Eucalyptus 1365 48,2 17,5 43,9 25,2 101,4 125 95 85 15,3 16,7
Pellita
12 September 2020 Acacia 1464 49,7 18,7 45,3 26,4 105,8 125 95 85 16,9 21,8
Mangium
13 September 2020 Acacia 1449 49,7 18,4 44,7 26,2 104,9 125 95 85 15,9 21,9
Mangium
14 September 2020 Acacia 1204 47,7 18,3 45,1 25,5 104,2 125 95 85 15,4 19,0
Mangium

92
PT TANJUNGENIM LESTARI PULP AND PAPE
Desa Banuayu, Kec. Empat Petulai Dangku, Kab. Muara Enim, Suma
31172, Indonesia Phone : (62-713) 324150-160, Fax: (62-713) 32418

93

Anda mungkin juga menyukai