Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan
menghasilkan 178 juta ton of pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan 670
juta ton kayu. Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya diperkirakan antara 2% hingga
3.5% per tahun, sehingga membutuhkan kenaikan kayu log yang dihasilkan dari lahan
hutan seluas 1 sampai 2 juta hektar setiap tahun.

Dalam proses produksinya industri pulp and paper membutuhkan air dalam
jumlah yang sangat besar. Hal ini dapat mengancam kelestarian habitat di sekitarnya
karena mengurangi tingkat ketersediaan air bagi kehidupan hewan air dan merubah suhu
air.
Pulp dibuat secara mekanis maupun kimia dengan memisahkan serat kayu atau
selulosa dari bahan lain. Dalam proses kraft pulping, larutan campuran antara sodium
hidroksida dan sodium sulfida digunakan untuk melarutkan bahan tidak berserat. Pulp
kemudian diputihkan untuk menghasilkan kertas yang putih. Beberapa zat kimia
digunakan dalam proses pemutihan (bleaching) antara lain gas klorin, sodium hidroksida,
kalsium hipoklorit, klorin dioksida, hidrogen peroksida dan sodium peroksida. Setelah
penambahan filter dan pewarna, bubur kertas dibuat menjadi kertas.

1. Bahan Dasar

Selulosa adalah bahan dasar yang terpenting dalam pembentukan pulp dan kertas.
Selulosa ini terdapat dalam kayu, kapas, serta nenas, jerami, lelang, bambu, dan lain-lain.

2. Alternatif yang dapat digunakan dalam pembuatan pulp

a. Proses Mekanik

Disini pulp dibuat dengan tidak memakai zat-zat kimia, cukup dengan masin saja
tanpa pereaksi-pereaksi kmia. Sedangkan untuk proses-proses yang lain memakai
pereaksi-pereaksi kimia. Pembuatan pulp secara mekanis ini memerlukan biaya yang
sangat besar, disebabkan disini tidak dipakai pereaksi-pereaksi kimia untuk
menghancurkan potongan-potongan kayu, yang akan dijadikan pulp atau kertas. Maka
pembuatan pulp secara ini jarang di pakai.

b. Proses Sulfat ( proses kraft )

Pembuatan pulp dengan proses ini banyak dipakai. Mula-mula kayu di potong-
potong dengan mesin pemotong yang nantinya akan merupakan potongan-potongan kayu
kecil-kecil sepanjang kurang lebih 5 cm, potongan-potongan kayu kecil ini kemudian di
ayak , dimana yang halus di masukkan ke dalam tempat penampung yang nantinya akan
digester (dimasak). Setelah potongan-potongan kayu tersebut dimasukkan kedalam gester,
maka ke dalam degester ini dimasukkan pula Natrium Sulfida dan NaOH, kemudian
dipanaskan dengan uap dan diaduk dengan suatu alat pengaduk yang didalam digester
tadi.
Digester ini dibuat dari logam Steel, dan tekanan dari uap 110 lb/in 2 dan untuk
seterusnya pulp yang sudah jadi dikeluarkan dan dicuci dengan air dalam tanki pencuci
sehingga liquornya akan terpisah. Liquor yang dihasilkan dimasukkan dalam tanki
penampung untuk direcovery. Pulp yang sudah dicuci disaring lagi dengan saringan rotary
drum filter. Hasil pulp saringan tersebut di putihkan dengan Calsium hipochlorit sehingga
akan menghasilkan pulp yang sudah agak putih. Selanjutnya dinetralkan dengan CaO atau
NaOH, sesudah diputihkan dicuci dan dikeringkan dan akhirnya terbentuklah pulp kering.

c. Proses Soda

Pembuatan pulp dari proses ini lebih sederhana dari pada proses sulfat, dimana
keduanya memakai NaOH. Kayu yang digunakan biasanya bisa dari bermacam-macam
jenis kayu. Bisa juga dipakai bahan baku seperti jerami, lalang, serat nenas, tebu dan lain-
lain. Digester yang dipakai dibuat dari steel, sama seperti pada proses sulfat, waktu
memasak 2 atau 3 jam dengan memakai uap (tekanan 118 lb/in2 dan temperatur 344 o F.
Pulp yang sudah jadi dikeluarkan dari digester melalui lubang dibawah digester. Flow
diagram dan proses selanjutnya sama seperti pada proses sulfat. Black liqour yang
dihasilkan dalam proses ini mengandung solid 18 % dan total alkali 4,5 %.

d. Proses Sulfit

Mula-mula sulfur dicairkan dalam tanki pencair atau pelebur, kemudian


dipanaskan dalam pemanas yang berputar sambil dialiri udara untuk mengoksidasi.
Dalam pemanasan ini sulfur diuapkan dan selanjutnya dimasukkan dalam ruang
pembakaran denagn dialiri udara. Pengaliran udara ini sambil dikontrol supaya jangan
sampai terbentuk SO2. SO2 yang terjadi didinginkan dengan cepat dalam suatu pipa yang
melingkar-lingkar yang dikelilingi air. Proses selanjutnya adalah Absorpsi gas oleh air
dengan menambahkan senyawa Calsium dan Magnesium Carbonat.

S + O2 SO2
2SO2 + H2O + CaCO3 Ca ( HSO3)2 + CO2
2SO2 + H2O + MgCO3 Mg ( HSO3)2 + CO2
Menara absorpsi ini dibuat minimal 2 buah, sedangkan penguliran air dari atas
kebawah dengan spray, berlawanan dengan aliran SO 2 yang masukan menara absorpsi.
Liquor yang keluar dari menara berisi sejumlah SO2 yang bebas dan lalu dimasukkan
dalam reclain tank. Akhirnya liquor dimasukkan dalam digester sebagai larutan Calsium
dan Magnesium bi sulfit, kalau di analisa kira-kira 4,5 % total SO2 dan 3,5 % SO2 bebas.
Digester ini diisi penuh dengan potongan-potongan kayu halus dan asam pemasak dengan
kapasitasas dari 1 ton sampai 35 ton serabut kayu dan 3000 sampai 51000 galon asam-
asam tadi. Digester dipanaskan secara langsung dengan steam (uap), dimana tekanan dari
uap ini 70 sampai 160 lb/in2 tergantung dari jenis kayu yang di pakai. Waktu yang
diperlukan 10 sampai 11 jam dengan temperatur 105o C sampai 155 o C. Sesudah
pemanasan dalam digester selesai dan sudah masak, lalu pulp dikeluarkan dan masuk
dalam Blowpit dengan diberi air jernih. Dari Blowpit ini pulp, dimasukkan ayakan dan
seterusnya disaring dengan rotary drum filter untuk di padatkan dengan jalan membuang
airnya dengan mesin ayakan 80. Dari Rotary drum Filter ini selanjutnya pulp dimasukkan
dalam tanki pemutih dan diputihkan dengan Chlorine dengan penambahan cairan kapur
sebagai penetralnya. Selesai pemutihan dimasukkan dalam mesin-chest dan akhirnya
dikeringkan dan dibuat rol-rol pulp.
BAB II
PROSES PEMBUATAN KERTAS

2.1 Proses Produksi Kertas

Proses pembuatan kertas yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pembuatan
kertas dari pulp dengan proses kimia menggunakan sodium sulfat (kraft process).
Senyawa sulfur ini menyebabkan timbulnya bau telur busuk pada kebanyakan industri
kertas. Kraft pulping menghasilkan pulp kurang dari 50% dari bahan baku kayu, sisanya
menjadi sludge yang akhirnya dibakar, disebar ke tanah atau dibuang dengan sistem
landfill. Kelebihan dari kraft pulping adalah bahan kimia yang digunakan dapat didaur
ulang (recycle) dan digunakan kembali dalam proses berikutnya. Kelebihan lainnya
adalah dihasilkannya serat yang kuat (Jerman : "kraft" berarti kuat). Majalah, kertas grafis
dan percetakan, kantong belanja dan pembungkus (packaging) terbuat dari kraft pulp.
Kraft pulp biasanya berwarna gelap dan umumnya diputihkan dengan senyawa klorin.

Proses pembuatan kertas umumnya dibagi dalam beberapa tahapan yang akan dijelaskan
berikut ini.

a. Pemilihan Jenis Kayu

Jenis kayu yang banyak digunakan dalam pembuatan kertas adalah:


- Kayu lunak (softwood), adalah kayu dari tumbuhan konifer contohnya pohon pinus.
- Kayu keras (hard wood), adalah kayu dari tumbuhan yang menggugurkan daunnya
setiap tahun.
Kayu lunak yang memiliki panjang dan kekasaran lebih besar digunakan untuk memberi
kekuatan pada kertas. Kayu keras lebih halus dan kompak sehingga menghasilkan
permukaan kertas yang halus. Kayu keras juga lebih mudah diputihkan hingga warnanya
lebih terang karena memiliki lebih sedikit lignin. Kertas umumnya tersusun atas
campuran kayu keras dan kayu lunak untuk mencapai kekuatan dan permukaan cetak
yang diinginkan pembeli.
Karakteristik dari kedua jenis kayu disajikan berikut ini.

Karakter KayuLunak KayuKeras


Kandungan selulosa 42% +/- 2% 45% +/- 2%
Kandungan Lignin 28% +/- 3% 20% +/- 4%
Kandungan Ekstraktif 3% +/- 2% 5% +/- 3%
Panjang serat 2-6mm 0.6-1.5mm
Kekasaran 15-35 mg/100m mm 5-10 mg/100m

Kayu sebagai bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa komponen
antara lain :
- Selulosa, tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan panjang yang merupakan
komponen yang paling disukai dalam pembuatankertas karena panjang, kuat.
- Hemiselulosa, tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang. Hemiselulosa lebih
mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses pulping.
- Lignin, adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi merekatkan serat
selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan akan
menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara signifikan
- Ekstraktif, meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain. Komponen ini
sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam efluen
industri kertas.
b. Persiapan Kayu

Bahan baku yang mengandung selulosa seperti kayu, bambu, serat kapas, bagas
dan lain-lain dipotong menjadi serpihan kecil. Kulit kayu dikelupas secara mekanis atau
hidraulis sebelum dicacah menjadi serpihan kayu, kemudian dicuci dan disaring untuk
menghilangkan debu yang melekat.
Efluen dari proses persiapan kayu berasal dari air bilasan kayu yang mengandung partikel
halus batang kayu dan padatan terlarut. Proses ini juga menghasilkan limbah padat berupa
potongan kayu tidak layak pakai dan kulit kayu yang dapat digunakan sebagai kayu bakar.

c. Pembuburan Kayu (Pulping)

Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia (NaOH,
Na2S, Na2CO3 ). Pada serpihan kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang
disebut digester. pembuatan pulp dengan proses kraft menggunakan larutan putih (white
liquor), yaitu larutan campuran sodium hidroksida dan sodium sulfida yang secara selektif
akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan pengolah.
Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu
dikeluarkan dari digester. pulp kemudian dicuci untuk memisahkannya dari cairan hitam
(sisa zat kimia dan limbah). Larutan yang mengandung serat kayu terlarut kemudian
masuk ke digester dan dipanaskan. Larutan hasil pemanasan yang berwarna hitam (black
liquor) dipisahkan dari pulp (brownstock) setelah proses pemanasan. Dalam batch
digester, pulp (brownstock) diambil dari dasar digester tabung untuk dilanjutkan dengan
pencucian. Pada digester bersinambungan, pencucian dilakukan di dalam digester untuk
menghilangkan larutan lain dan mendinginkan pulp. Kraft pulping adalah proses dengan
hasil rendah yaitu hanya 45% dari kayu akan menjadi pulp yang dapat digunakan. pulp
atau disebut brownstock pada tahap ini siap untuk diputihkan.

d. Pencucian (Washing)

Pencucian pulp secara efisien sangat penting dilakukan untuk memastikan


kebutuhan maksimal zat kimia dalam proses pulping dan mengurangi jumlah limbah
organik yang terbawa oleh pulp dalam proses pemutihan. pulp yang kurang tercuci
membutuhkan dosis zat pemutih yang lebih besar.
Pencucian pulp dilakukan mengikuti masing-masing proses untuk menghilangkan
materi yang tidak diinginkan dalam pulp. Hasil samping berupa black liquor, debu, lignin,
dan pemutih dihilangkan setelah tiap tahapan proses selesai. Efisiensi pencucian diukur
berdasarkan tingkat kebersihan bubur kertas dan jumlah air yang digunakan untuk
mencapai tingkat kebersihan tersebut.

e. Refining

Pulp melewati slot dalam piringan yang berputar untuk memisahkan gumpalan
selulosa menjadi serat dan mempersiapkan pulp untuk proses pembuatankertas. Serat
dipotong dengan panjang yang seragam dan diperlakukan untuk memperbaiki ikatan dan
kekuatan produk akhir kertas.
f. Oksigen Delignification

Penghilangan lignin (delignifikasi) menggunakan oksigen diperlukan untuk


menghilangkan sisa lignin dari brownstock yang merupakan tahap prebleaching. Dengan
mengurangi lignin akan dihasilkan bubur kayu yang lebih putih. Oksigen dan larutan
putih ditambahkan ke dalam brownstock dalam reaktor pemanas. Senyawa lignin akan
lepas dan dihilangkan dengan pencucian dan ekstraksi. Oksigen delignification akan
mengurangi jumlah klorin yang dibutuhkan dalam proses pemutihan (bleaching).

g. Bleaching

Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan lignin


tanpa merusak selulosa. Dalam industri kertas terdapat beberapa tahap dalam proses
pemutihan. Masing-masing tahapan dijabarkan di bawah ini.
C:tahap klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam
E: Extraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada tahap
sebelumnya dengan larutan NaOH.
D: Klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam
O: Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa
H: Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa
P: Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa
Z: Ozon, menggunakan ozon (O3) dalam kondisi asam
X: Xylanase, Biobleaching dengan enzim murni mikroba dalam kondisi netral.
Proses bleaching biasanya melibatkan 4-6 tahap. Di beberapa industri, tahap Q
(Q-stage) juga digunakan yang merupakan tahap chelation untuk menghilangkan zat
anorganik sebelum pengolahan dengan peroksida. Standar industri hingga beberapa tahun
lalu adalah bleaching dengan urutan CEDED yaitu tahap klorinasi yang diikuti ekstraksi
alkali, pengolahan dengan klorin dioksida, ekstraksi alkali dan pengolahan akhir
klorindioksida. Proses yang lebih modern telah beralih dari penggunaan klorin (C-stage)
karena menghasilkan senyawa toksik aromatik terklorinasi (dioxins and dibenzofurans)
dalam efluen instalasi bleaching, contohnya menerapkan urutan OXED yaitu
menggunakan pemutih oksigen yang diikuti penerapan enzim xilanase, ekstraksi alkali
dan klorin dioksida.
Tahapan dalam bleaching disimbolkan dengan DED dimana D melambangkan
chlorine dioxide (ClO2) dan E melambangkan ekstraksi alkali. Dalam tahap ini,
brownstock dicampur dengan ClO2 dalam reaktor D1 yang akan bereaksi dengan lignin.
Pencucian mengikuti tahap ini untuk menghilangkan senyawa lignin yang beikatan
dengan klor dari bubur kayu. NaOH ditambahkan pada aliran pulp dalam menara E dan
diikuti dengan pencucian. Ekstraksi berfungsi untuk menetralisasi pulp dan memperbaiki
proses pencucian sebelumnya. Menara D2 adalah tahap akhir dari proses bleaching
dimana ClO2 memberikan pemutihan terakhir pada pulp. Jika proses bleaching didahului
dengan oksigen delignification, maka prosesnya disingkat menjadi ODED.
Klorin biasanya diperoleh melalui proses elektrolisis dari NaCl yang menghasilkan Cl2
dan NaOH. NaOH yang dihasilkan dapat digunakan pada tahap E. Reaksi kimia
elektrolisis dari NaCl diuraikan berikut ini :
2 NaCl + e- ====> 2NaOH + Cl2 + H2

Klorin dioksida diperoleh dari sodium klorat dengan katalis asam sulfit. Produk
lainnya adalah Na2SO4 yang dapat digunakan dalam proses kraft pulping. Reaksinya
diuarikan berikut ini.
NaClO3 + SO2 ===> 2ClO2 + Na2SO4
h. Paper Making

Pulp yang sudah diputihkan kemudian dibawa ke mesin pembuat kertas dimana
akan dibentuk lembaran pulp pada screen. Air dihilangkan dari lembaran dengan
kombinasi vakum, panas, dan tekanan yang diberikan di bagian penggulung (roller).
Kertas jadi dapat dibuat dengan berbagai jenis berat dan digulung menjadi gulungan besar
untuk diproses lebih lanjut. Kertas jadi terkadang juga dilapisi dengan kaolin untuk
memutihkan permukaan atau diberi pengikat yang mengandung formaldehyde., ammonia
atau polivinil alkohol agar lebih kuat.
Energi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kertas dalam bentuk panas
dihasilkan dari pembakaran sampah padat (sisa potongan kayu) dan uap serta bahan bakar
fosil. Industri kertas membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk dapat beroperasi.
Dalam proses pembuburan kayu, sisa larutan pemasak dapat dimurnikan kembali dengan
proses pemulihan (chemical recovery).
Siklus pemulihan akan melewati liquor evaporator, recovery boiler, clarifier, dan
lime kiln melalui 4 tahapan yaitu :
- air dari pencucian dialirkan ke evaporator dimana black liquor mengandung konsentrasi
solid sebanyak 65% sampai 75% sebelum masuk ke recovery boiler. Pada recovery boiler,
dalam furnis yang didisain khusus, zat kimia sisa pakai dipisahkan dari limbah kayu. Zat
kimia dalam proses pulping membentuk lelehan menyerupai lava di dasar recovery boiler,
sedangkan limbah kayu dibakar pada bagian atas recovery boiler. Panas ini digunakan
untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi yang dapat digunakan untuk memenuhi uap
yang dibutuhkan dalam penggilingan dan kebutuhan pembangkit listrik.
- Sisa larutan pemasak (black liquor) mengandung berbagai senyawa organik dan
senyawa sulfur disamping NaOH and Na2S yang reaktif. Black liquor diuapkan dalam
furnis bersama sodium sulfat (Na2SO4) untuk mendapatkan Na2S, dan sodium karbonat
(Na2CO3) dalam bentuk abu.
- Abu kemudian dituangkan ke tanki besar untuk membentuk green liquor, yaitu
campuran dari sodium sulfida dan sodium karbonat. Abu ini kemudian dicampur dengan
air dan lime (CaO) yang membentuk larutan hijau (green liquor) dan menghilangkan
bahan kimia asalnya yaitu NaOH and Na2S, kalsium karbonat (CaCO3).
- pada langkah selanjutnya, lime (kalsium oksida) ditambahkan ke dalam green liquor
untuk mengubah sodium karbonat menjadi sodium hidroksida sehingga kembali terbentuk
white liquor yang akan digunakan kambali dalam proses pulping berikutnya.
Skema Pembuatan Kertas

Skema pembuatan kertas


BAB III
3.1 Limbah Yang Dihasilkan dari Proses Produksi Kertas

Zat pencemar dari proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari


lingkungan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :

(i) Efluen limbah cair

(a) Padatan tersuspensi yang terdiri dari partikel kayu, serat, pigmen, debu dan sejenisnya

(b) Senyawa organik koloid terlarut serat hemisellulosa, gula, lignin, alkohol, terpentin,
zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD tinggi.

(c) Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas

(d) Bahan anorganik terlarut seperti NaOH, Na2SO4, klorin dan lain-lain

(e) Limbah panas

(f) Mikroorganisme seperti golongan bakteri coliform

(ii) Partikulat:

(a) Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
(b) Partikulat zat kimia terutama yang mengandung Na dan Ca

(iii) Gas:

(a) Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari
berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia
(b) Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime
Kiln
(c) Uap yang akan membahayakan karena mengganggu jarak pandangan

(iv) Solid Wastes:

(a) Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder


(b) Limbah padat seperti potongan kayu dan limbah pabrik lainnya
Proses dan Bahan yang Digunakan serta Jenis Limbah yang Dihasilkan :

 Chemical Pulping Asam/basa, lime, asm sulfat, sodium hydroksida, sodium


sulfide.Limbah asambasa.
 Bleaching Pemutih klorin, sulfat, kloroform, pelarut Air limbah beracun, limbah
sludge, dan limbah asam/basa.

 Papermaking Pigmen Sludge pengolahan limbah Sizing and Starching Wax, lem,
resins sintesis, hidrokarbon Limbah beracun termasuk air limbah dan sludge.

 Pelapisan dan Pewarnaan Tinta, cat, pelarut, karet dan zat pewarna Sisa
pelarut,tinta cat dan limbah beracun lain.

 Pembersihan Tetrakloroetilen, Trikloroetilen, methilen


klorida,trikloroethan,karbon tetraklorida Limbah pelarut dan air bilasan beracun.

Penggunaan klorin sebagai pemutih menyebabkan air limbah tidak


memungkinkan penggunaan kembali air yang telah digunakan karena tidak dapat
dilakukan recovery air. Pada waktu pulp direaksikan dengan klorin atau klorin dioksida
selama proses pemutihan, konsentrasi ion klorida dalam air limbah akan menjadi sangat
korosif untuk di alirkan kembali ke sistem recovery untuk memisahkan limbah organik
dari air dan dibakar untuk menghasilkan energi di dalam recovery boiler. Akibatnya
limbah organik dalam efluen harus dialirkan seluruhnya ke sistem pengolahan limbah dan
ke sungai. Air limbah dari proses pemutihan menghasilkan sifat mutagenisitas yang
signifikan (Ames test positive) yang akan menurun secara linier dengan peningkatan
substitusi CIO2 atau equivalent chlorine dalam proses bleaching. Kebanyakan bahan
mutagen akan hilang jika pH air ditingkatkan menjadi 7-8, sehingga air limbah dari
proses bleaching harus dinetralisasi sebelum pengolahan limbah atau dibuang ke badan
air penerima agar mutagen dalam air tidak masuk ke lingkungan.

3.2 Konsep Minimisasi Limbah Dalam Industri Kertas

Program minimisasi limbah yang efektif akan mengurangi biaya produksi dan
beban pelaksanaan peraturan pengelolaan limbah berbahaya sehingga akan meningkatkan
efisiensi, kualitas produk dan hubungan yang baik dengan masyarakat. Teknik minimasi
limbah yang dapat membantu mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan mencakup:

· Perencanaan produksi dan tahapannya


· Penyesuaian peralatan/proses atau modifikasi
· Penggantian (substitusi) bahan baku
· Pemisahan (segregasi) limbah
· Daur ulang bahan
Pelatihan dan pengawasan para pekerja operator juga merupakan bagian penting
dalam keberhasilan program ini. Berbagai cara untuk mencapai minimisasi limbah
mencakup tiga bagian utama yaitu :

 Pengurangan dari sumbernya, mencakup pemeliharan dan perawatan yang baik


(good house keeping) dengan menerapkan kebiasaan baru dalam pengoperasian
dan pemeliharan alat industri antara lain dengan mencegah terjadinya ceceran dan
tumpahan bahan. Perubahan dalam proses produksi juga dapat dilakukan yang
mencakup perubahan input bahan, pengawasan proses yang lebih ketat, modifikasi
peralatan dan perubahan teknologi. Pemeliharaan peralatan dan lingkungan
pabrik, pemilihan peralatan yang sesuai dengan proses produksi kertas yang
diinginkan dan pengoperasian peralatan dengan benar juga ikut mengurangi
limbah dari sumbernya.
 Daur ulang, dengan melakukan recovery bahan dan energi bekas pakai untuk
digunakan kembali dalam proses berikutnya.
 Modifikasi produk, untuk meningkatkan usia produk (tahan lama), untuk
mempermudah daur ulang dan minimisasi dampak lingkungan dari pembuangan
produk tersebut.

3.3 Substitusi Bahan Pemutih Berklorin dengan Pemutih Oksigen

Kebanyakan industri kertas masih keberatan untuk menerapkan proses produksi


total chlorine free (TCF)/closed loop dengan alasan tingginya biaya instalasi. Pencegahan
pencemaran memang membutuhkan biaya yang besar pada awal penerapannya, tetapi
akan memberikan penghematan dan kemudahan pada jangka waktu berikutnya,
peningkatan kesehatan karyawan, perlindungan kesehatan msyarakat dan perbaikan
kualitas lingkungan.
Sumber utama klorin dalam industri kertas berasal dari proses pemutihan bubur
kayu. Proses pemutihan dilakukan dalam beberapa tahap dimana tahap awal bertujuan
untuk menghilangkan lignin dan tahap akhir untuk memutihkan pulp. pulp biasanya
dicuci setelah melewati setiap tahap untuk menghilangkan materi organik yang melekat
pada pulp. Jenis zat kimia yang digunakan dalam tahapan proses pemutihan adalah bahan
oksidator kuat dan jenis bahan pemutih yang paling banyak digunakan adalah bahan yang
mengandung klorin antara lain :
 Elemental klorin (Cl2) merupakan agen delignifikasi yang efektif. Jika ikatan
lignin dipecah, atom klorin akan ditambahkan kepada hasil degradasi lignin,
sehingga menghasilkan jumlah materi organik terklorinasi yang berarti.
 Klorin dioksida (ClO2) adalah zat kimia yang sangat selektif yang dapat
menghilangkan lignin dan memutihkan. Senyawa ini mengoksidasi lignin, tetapi
tidak menambah atom klor ke fragmen lignin, tetapi sejumlah kecil elemental
klorin and senyawa klorin lainnya akan terbentuk selama proses pemutihan
dengan klorin dioksida, sehingga tetap akan dihasilkan senyawa organik
terklorinasi.
Klorin dan klorin dioksida bekerja dengan baik pada kondisi asam dengan
pH antara 1,5 – 4. Setelah proses pemutihan selesai, pulp dicuci untuk
menghilangkan lingnin yang terdegradasi atau limbah organik lain yang telah
dilarutkan dalam limbah cair. Kebanyakan limbah organik mengandung asam
organik dan alkohol. Senyawa ini tidak larut dalam air sehingga tetap tertinggal
dalam pulp selama proses pencucian. Reaksi kimia yang terjadi selama proses
pemutihan diuraikan sebagai berikut.

Chlorine Chemistry with Elemental Chlorine


Lignin + Cl2 Chlorinated organic compounds

Chlorine Chemistry with Chlorine Dioxide


Lignin + ClO2 Oxidized Lignin + HOCl Cl2

Cl2 dan klorin dioksida menghasilkan reaksi yang berbeda dengan lignin. Cl2 memecah
molekul lignin dengan menambahkan klorin ke dalam lignin. Klorin dioksida
memberikan oksigennya kepada lignin untuk memecah rantai. Asam Hipoklorik juga
dihasilkan yang dapat bereaksi langsung dengan cincin aromatis pada lignin atau diubah
menjadi Cl2. Maka, satu-satunya cara untuk memastikan tidak adanya senyawa organik
terklorinasi yang terbentuk dalam proses pemutihan adalah dengan menghilangkan semua
zat pemutih yang mengandung klor.
Bahan pemutih alternatif yang dapat menggantikan fungsi klorin dalam proses pemutihan
(bleaching) dalam pembuatan kertas adalah :

 Ozon (O3) merupakan agen delignifikasi yang efektif yang juga memutihkan
kertas. Ozon belum digunakan di masa lalu karena selektivitasnya belum terbukti.
Ozon dapat memecah serat selulosa dan lignin.
 Oksigen (O2) adalah bahan kimia yang murah, sangat efektif menghilangkan
lignin dan biasanya digunakan dalam proses pemutihan. Oksigen memiliki tingkat
selektivitas menengah.
 Sodium hipoklorit (NaOCl) merupakan agen delignifikasi yang murah, terbentuk
dari campuran klor dengan alkali yang terdapat pada instalasi. Industri tidak
menggunakan hipoklorit sebagai pemutih karena akan menghasilkan kloroform
dalam jumlah besar.
 Hidrogen peroksida (H2O2) umumnya digunakan untuk memutihkan pulp pada
urutan akhir dalam tahapan pemutihan untuk menghindari berkurangnya tingkat
keputihan kertas.
 Sodium hidroksida (NaOH) akan melarutkan produk lignin yang telah
terdegradasi. Oksigen, hidrogen peroksida ataupun keduanya sering ditambahkan
pada larutan sodium hidroksida untuk meningkatkan efektivitas penghilangan
limbah organik.

Menggunakan bahan pemutih alternatif dari bahan dasar oksigen yang tidak
mengandung klorin merupakan salah satu upaya minimisasi limbah karena akan
mengurangi toksisitas limbah yang dihasilkan serta akan menghemat penggunaan air.
Efluen dari semua proses pembuatan kertas dapat direcovery untuk digunakan kembali
sehingga menghasilkan produksi kertas Total Chlorine Free (TCF) atau closed loop.
Mengganti pemutih klorin dengan zat kimia yang mengandung oksigen sehingga effluen
dapat dialirkan kembali ke sistem recovery dan air yang digunakan dapat didaur ulang
untuk digunakan kembali dalam proses berikutnya, sehingga mengurangi kebutuhan air
bersih dari alam. Sebanyak 75% efluen dapat masuk ke dalam sistem recovery dan hanya
lmbah cair Q stage yang mengandung bahan anorganik dan logam berat yang akan diolah
dalam Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC)

Proses bleaching yang paling aman bagi lingkungan adalah pemutihan dengan
bahan oxigen yang tidak mengandung unsur klor. Proses ini mencakup bleaching "totally
chlorine-free" dan "processed chlorine-free". Proses bleaching seperti ini menggunakan
oksigen, ozon dan hidrogen peroksida untuk memutihkan pulp. Pada awalnya dibutuhkan
biaya yang lebih mahal untuk mengganti instalasi chlorine bleaching menjadi oxygen-
based bleaching, tetapi biaya operasi akan menjadi lebih murah sehingga akan mengganti
biaya investasi dalam jangka panjang.

Proses bleaching terbaru melakukan delignifikasi dengan oksigen setelah proses


kraft pulping. Bubur kayu dicampur dengan oksigen dalam kondisi basa (O-stage) yang
menghasilkan produk degradasi lignin yang sama dengan penggunaan klorin dioksida.
Sekitar 30-50% lignin dapat dihilangkan dengan proses ini. Keuntungan yang diperoleh
adalah efluen cair dari proses bleaching dengan oksigen ini dapat dicampur dengan
larutan hitam (black liquor) dan dimasukkan ke recovery boiler untuk dimurnikan
(recovery) kembali.

Hidrogen peroksida (P-stage) mengubah pigmen tumbuhan agar tidak menyerap


cahaya, digunakan pada kondisi basa setelah sebagian besar lignin dihilangkan dari pulp.
Tahap ini berguna untuk pemutihan akhir tetapi sangat sensitif terhadap ion logam berat,
sehingga ion anorganik perlu dihilangkan dengan tahap Q (Q-stage) sebelum memasuki
tahap P.

Ozone (Z-stage) merupakan proses dalam kondisi asam yang biasanya digunakan
setelah tahap O (O-stage) dan efluen yang dihasilkan dapat direcovery ke dalam recovery
boiler. Beberapa industri kertas mampu menghasilkan TCF pulp yang menerapkan proses
bleaching dengan urutan tahap OZEP.

Pendekatan bioteknologi dalam pemutihan menggunakan enzim xylanase yang


dihasilkan secara alami oleh jamur untuk menguraikan karbohidrat.
Ekstraksi alkali (Alkaline extraction) digunakan untuk mellarutkan hasil degradasi lignin
dalam kondisi basa. Fenol (Ar-OH) terionisasi menjadi ion fenolat (Ar-O-) yang lebih
larut dalam air dibandingkan fenol, sehingga filtrasi akan menyingkirkan terdegradasi
lignin dari pulp yang diputihkan. Oksigen dapat ditambahkan pada tahap ini (Eo) untuk
mengurangi warna yang terbentuk pada cairan effluen bleaching.

Keuntungan dari penggunaan oksigen dalam bleaching adalah memungkinkan


daur ulang effluen sehingga mengurangi penggunaan air dari lingkungan dan mengurangi
jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan. Tetapi urutan tahap bleaching yang
menggunakan oksigen, hidrogen peroksida, dan ozon dapat menghasilan hasil samping
yang dapat merusak karbohidtrat (termasuk selulosa) sehingga dapat mengurangi
kekuatan kertas.

Contoh industri kertas yang telah menggunakan pemutih oksigen adalah Eastern
pulp & paper Co. Penggunaan pemutih oksigen telah membawa keuntungan pada
lingkungan dan mengurangi biaya operasi. Pemeriksaan laboratorium independen telah
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu industri pulp and paper
terbersih di Amerika Serikat. Teknologi pemutihan dengan oksigen yang dikembangkan
dalam perusahaan tersebut menghasilkan efluen untuk beberapa kategori yang nilainya 10
kali lebih kecil dari standar EPA.
3.3 Kegiatan yang Mendukung Substitusi Pemutih Klorin

1. Memperbaiki keseragaman ukuran serpihan kayu

Serpihan yang tipis menghasilkan tingkat delignifikasi yang lebih besar dalam
proses pemasakan standar dan termodifikasi karena serpihan akan terpapar bahan kimia
pemasak dan panas dengan lebih merata dan menyeluruh. Upaya yang dapat dilakukan
adalah memperbaiki penyaringan dan pencacahan ulang serpihan yang melebihi ukuran.

2. Oksigen Delignification

Proses pulping konvensional menghilangkan sekitar 95% lignin. Di masa lalu, sisa
lignin dihilangkan selama proses pemutihan. Oksigen telah digunakan untuk
menghilangkan lignin dari pulp sejak akhir tahun 1970. Scandinavian mills adalah yang
pertama menerapkan delignifikasi dengan oksigen sebagai bentuk kepedulian terhadap
jumlah limbah organik dalam efluen. Union Camp menerapkan sistem delignifikasi
oksigen yang pertama di Amerika Serikat pada tahun 1980 di Franklin, VA.

Pulp dicuci setelah melewati menara dimana pulp direaksikan dengan oksigen.
Limbah cair atau filtratnya dapat digunakan dalam pencucian brownstock atau dialirkan
langsung ke evaporator dan bercampur dengan black liquor. Produk lignin yang
terdegradasi dapat dibakar untuk menghasilkan energi dalam recovery boiler, sehingga
limbah organik yang dihasilkan dari instalasi pemutihan menjadi berkurang. Saat ini,
sistem oksigen yang beroperasi baik dapat menghilangkan 55% lignin dalam pulp yang
belum diputihkan.
Digester dapat dimodifikasi untuk menghilangkan lebih banyak lignin dalam pulp tanpa
merusak selulosa dengan menggunakan whiteliquor dalam jumlah yang sama pada
beberapa titik selama proses pengolahan. Limbah kayu tambahannya juga dapat
dimasukkkan ke dalam sistem recovery.

Delignifikasi lanjutan (delignifikasi oksigen) merupakan teknologi ampuh yang


dapat menghilangkan lignin dan zat yang berwarna hingga 70% sebelum proses
pemutihan. Untuk menghasilkan pulp kualitas tinggi yang bebas klorin, industri kertas
harus memasang oksigen delignification dan/atau extended delignification untuk
mengurangi penggunaan zat kimia dalam instalasi pemutihan. Semakin banyak limbah
organik yang dibakar dalam recovery boiler, maka semakin kecil jumlah zat kimia yang
dibutuhkan. Teknologi ini memenuhi prinsip lingkungan dan ekonomi.

Kappa NumberAngka Kappa menunjukkan jumlah lignin yang ada dalam


pulpKappa Number x 0.15% = % lignin in pulpContoh:Pengolahan konvensional mampu
menghilangkan 96% lignin dari kayu lunak (softwoods). Kayu lunak biasanya diproses
hingga angka kappa 32 yang sebanding dengan kandungan lignin 4.8%. Angka kappa dari
pulp yang diproses secara konvensional setelah oksigen delignification adalah 15. Angka
ini sebanding dengan kandungan lignin 2.25% yang berarti 53% sisa kandungan lignin
secara konvensional.
Delignifikasi oksigen membutuhkan tambahan menara reaksi yang
menghubungkan tangki pencuci brownstock dengan instalasi bleaching. Oksigen and
sodium hidroksida ditambahkan pada brownstock yang akan mengurangi penggunaan
bahan kimia pemutih hingga 50%. Setelah delignifikasi oksigen dilakukan pencucian dan
menghasilkan efluen yang dapat direcovery. Pembangunan baru menara delignifikasi
oksigen membutuhkan 10-30 juta Dolar Amerika tetapi akan mengurangi biaya pembelian
bahan kimia pemutih dan biaya operasional.

3. Delignifikasi Ozon dan Bleaching

Delignifikasi ozon prinsip kerjanya sama dengan oksigen delignifikasi. Industri kertas
Union Camp di Franklin, Virginia telah mengoperasikannya sejak tahun 1992 dengan
urutan OZEoD extended delignification dan bleaching yang memproses 1,000 ton
bleached kraft production per hari. Biaya instalasi keseluruhan adalah $113 juta. Biaya
operasi OZEoD delignification dan bleaching menjadi 50% lebih kecil dibandingkan
proses pemutihan CEDED atau DEDED.

4. Enzyme Bleaching

Enzim tertentu digunakan oleh serangga pemakan kayu dan bakteri untuk
memecah ikatan lignin atau untuk menghilangkan lignin dalam bubur kayu. Xylanase
adalah enzim yang dihasilkan oleh bacteria tertentu yang dapat digunakan untuk
menghilangkan lignin dalamindustri kertas. Beberapa industri kertas telah mencoba
menerapkannya dan berhasil mengurangi 50% kebutuhan klorn dalam prosoes pemutihan
tanpa merusak selulosa. Penerapan xylanase cukup sederhana yaitu setelah pencucian
brownstock, xylanase direaksikan dengan pulp pada tangki penyimpanan berkerapatan
tinggi. Xylanase bekerja dengan baik pada tangki berkerapatan tinggi dan membutuhkan
waktu reaksi antara 30 dan 180 menit. Tahap ini kemudian diikuti dengan pencucian pulp.
Penerapan enzom ini tidak membutuhkan biaya tinggi. Enzim lain yang dapat digunakan
adalah mannanase.

5.Penggunaan Katalis dalam Delignifikasi

Anthraquinon adalah katalisator dalam proses pulping untuk meningkatkan


kecepatan proses pulping, meningkatkan jumlah pulp yang dihasilkan dan mengurangi
penggunaan bahan kimia hingga 10%. Karena harganya yang mahal anthraquinon masih
jarang digunakan. Antraquinon dikembangkan sebagai teknologi pencegahan pencemaran
dan akan sangat membantu proses delignifikasi serta menghemat biaya. Anthraquinone
diperkirakan akan meningkatkan biaya produksi sebesar $5.00 per ton, tetapi akan
meningkatkan hasil sebanyak 0.75% dan mengutangi beban recovery boiler. Peningkatan
hasil 0.75% berarti meningkatkan produksi sebanyak 7.5 ton per hari dalam industri
berkapasitas 1,000 ton.
DAFTAR PUSTAKA

 Hartono, Ir. Proses Kimia Industri. 1989.


 http://www.terranet.or.id/tulisandetil.php?id=1306
 www.pindodeli.com
 www.kompas.com

Anda mungkin juga menyukai