PENDAHULUAN
2.1 Sabun
Sabun adalah suatu gliserida (umumnya C16 dan C18 atau karboksilat suku
rendah) yang merupakan hasil reaksi antar ester ( suatu devirate asam yaitu reaksi
antara asam karboksilat dengan alkanol yang merupakan senyawa aromatik dan
bermuatan netral) dengan hidroksil dengan residu gliserol (1.2.3-propanatiol). Apabila
gliserol bereaksi dengan asam-asam yang jenuh (suatu olefelin atau polyunsaturat)
maka akan terbentuk lipida ( trigliserida atau triasilgliserol)
Ada pun jenis-jenis sabun adalah:
1. sabun keras atau sabun cuci, yaitu sabun yang dibuat dari lemak denagn
NaOH, misalnya Na-Palmitat dan Na-Stearat.
2. sabun lunak atau sabun mandi, yaitu sabun yang dibuat dari lemak dengan
KOH, misalnya K-Palmitat dan K-Stearat.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon rantai panjang plus
ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat-zat nonpolar (seperti tetesan minyak), sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan
larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara
keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi
dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni kumpulan (50-150) molekul
sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya
menghadap ke air.Karena adanya dua sifat tersebut maka sabun memiliki kemampuan
untuk mengelmulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan.
Suatu gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan
hidrokarbon yang panjang sebagai “ekor” :
HHHHHHH HHHHHHHHHHO
H-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-O
HHHHHHHH HHHHHHHHH
Namun sabun yang masuk ke dalam buangan air atau auatu sistem ekuatik
biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium. Oleh
karena itu, beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan
secara sempurna dengan proses biodegradasi.
2.2 Detergen
Detergen adalah surfaktan anionik dengan gugus alkil ( umumnya C9-C15) atau
garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+
dan ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi
parafin dan olefin).
Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan
permukaan, misalnya p-alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang sangat
bercabang disintesis dengan polimerasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena
dengan reaksi alkilasi Friedel-Craft Sulfonasi,yang disusul dengan pengolahan dengan
basa.
Pada umumnya detergen mengandung bahan-bahan berikut:
1. surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydropobe (suka lemak).
Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat
melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan ini dapat
berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS,
Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Nonionic (Nonyl
Phenol polyethoxyle), Amphoterik (acyl ethylenediamines).
2. builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa phospates
(sodium tri poly phospates/STTP), asetat (nitrit tri acetate/NTA, ethylene diamine
tetra acetate/EDTA), silikat (zeolit), dan sitrat (asam sitrat).
3. filler ( pengisi) adalah bahan tambahan detergen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tapi menambah kuantitas atau dapat memadatka
atau memantapkan sehingga dapat menurunkan harga, contoh : Sodium sulfate.
4. additives adalah bahan suplemen atau tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewrna dan sebagainya yang tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci detergen. Additives ditambahkan lebih untuk
komersialisasi produk. Contoh : enzym, borax, sodium chloride,carboxy methyl
cellulose(CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergen kedalam
larutan tidak kembali ke bahan cucian ketika mencuci (anti redeposisi).
3.1 Sabun
Gliserida ( lelehan lemak sapi atau lipida lain) dididihkan bersama-sama dengan
larutan lindi (dulu digunakan abu kayu karena mengandung K-karbonat tapi sekarang
NaOH) terjadi hidrolisis menjadi gliserol dan garam sodium dari asam lemak, setelah
sabun terbentuk kedalamnya ditambahkan NaCl agar sabun dapat mengendap dan
dapat dipisah dengan cara penyaringan. Gliserol, lindi dan NaCl berlebih dipisahkan
dengan cara destilasi. Sabun yang masih kotor dimurnikan dengan cara pengendapan
berulang-ulang (represipitasi). Akhirnya ditambahkan zat adiktif ( batu apung, zat
warna dan parfum ).
3.2 Detergen
a. Fungsi
Kegunaan sabun dan detergen adalah kemampuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini di sebabkan
oleh dua sifat sabun, yaitu rantai hidrokarbon yang mempunyai molekul non-polar
sehingga bersifat hidrofobik dan ujung ion bersifat hidrofilik sehingga dapat larut
dalam air. Karena adanya tolak menolak antar tetes sabun-minyak maka minyak tidak
dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.
b. Efek
Sabun dan detergen yang masuk kedalam air buangan atau sistem ekuatik
biasanya langsung terendap sebagai garam-garam magnesium dan kalsium. ABS
merupakan detergen yang paling tidak menguntungkankarena sangat lambat terurai
oleh bakteri pengurai yang disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada
spektrumnya. Lambat laun perairan yang terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi
oleh busa, menurunkan tegangan permukaan air, pemecahan kembali dari gumpalan
(flock) koloid, pengemulsian lemak dan minyak, pemusnahan bakteri yang berguna,
penyumbatan pada pori-pori media filtrasi.
BAB V
KESIMPULAN
Detergen atau sabun keras (abs) sukar untuk dirusak atau diuraikan oleh
mikroorganisme meskipun bahan tersebut telah dibuang namun zat tersebut masih
aktif. Ini dapat menyebabkan pencemaran yang ditandai dengan timbulnya buih-buih
diperairan.
Sabun dan detergen dapat dihilangkan secara sempurna dari lingkungan
dengan cara biodegradasi.
KATA PENGANTAR
Puji sukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas “Pengantar Industri Kimia” ini tepat
waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen PIK, Ibu Desi Heltina,
karena telah mengarahkan kami dalam menyelesaikan tugas ini yang merupakan salah
satu aspek penilaian mata kuliah PIK.
Kami berharap, tugas makalah “Sabun dan Detergen” ini dapat bermanfaat
bagi kita semua,khususnya mahasiswa jurusan teknik kimia.
Seperti peribahasa “tak ada gading yang tak retak”. Kami sadar bahwa masih
ada kelemahan dan kekurangan dalam pembuatan tugas ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Penulis
Tugas kelompok
Pengantar Industri Kimia
DISUSUN OLEH: