Anda di halaman 1dari 4

Jawaban Diktat Refraktori

1. a.) Sifat yang dibutuhkan refraktori secara umum

Material refraktori harus tahan terhadap:


- Temperatur tinggi: Tidak melebur/melunak
- Perubahan temperatur mendadak: Memiliki koefisien muai yang
rendah
- Beban saat kondisi pemakaian: Tidak berubah bentuk/terdeformasi
- Aksi kimiawi dan abrasif: Tidak mengkontaminasi material yang
berkontakan langsung dengannya.

b.) Apa itu Refractoriness? Apa itu Refractoriness Under Load (RUL)? Mengapa
keduanya penting? Faktor apa yang mempengaruhi keduanya?

 Refractoriness: Merupakan sifat refraktori untuk dapat bertahan pada


temperatur tinggi.
 RUL: Merupakan kondisi temperatur maksimal pemakaian refraktori di
bawah kondisi beban tekan

Keduanya penting karena menentukan ketahanan bentuk dan kekuatan


refraktori saat digunakan pada kondisi yang aktual di lapangan. Sebuah
refraktori mungkin saja mampu mempertahankan bentuk dan kekuatan pada
temperatur tertentu, tetapi kombinasi antara temperatur dan beban lebih
berisiko untuk mendeformasi sebuah refraktori pada temperatur penggunaan
yang sama.

Faktor yang mempengaruhi:


- Komposisi kimia
- Bulk density
- Porositas
- Kualitas material mentah, pengotor, dll
- Rasio kadar air dan semen saat pencampuran
- Jenis bonding agent
- Nilai pH, dll.

c.) Apa pengaruh nilai porositas? Jelaskan cara agar nilai porositas menjadi kecil!

Porositas mempengaruhi:

- Sifat penetrasi dust/slag


- Sifat thermal shock
- Permeabilitas
- Konduktifitas panas
Umumnya, porositas tinggi tidak menguntungkan. Refraktori dengan
porositas tinggi akan memiliki kekuatan yang rendah, ketahanan abrasi yang
rendah, serta shrinkage yang tinggi.

real density −apparent density


Porositas= × 100
real density

Bila kita lihat dari persamaan di atas, apparent density atau bulk density suatu
bahan refraktori menentukan besar-kecilnya nilai porositas suatu refraktori.
Semakin besar nilai apparent density maka nilai porositas akan semakin kecil,
begitu pula sebaliknya. Sehingga cara untuk menurunkan nilai porositas suatu
refraktori, yaitu:

- Menggunakan partikel bahan dengan distribusi ukuran yang beragam


- Melakukan mixing yang merata sebelum forming agar diperoleh bulk
density yang maksimal.
- Menentukan temperatur firing yang tepat (jika tepat, kontraksi antar
partikel meningkat secara perlahan dan porositas rendah dapat dicapai)
- Memilih material dengan laju pennyerapan air yang rendah

2. a.) Apa arti SK 31, SK 33, SK 36, SK 38, dan SK 40 pada tipe material refraktori?

- SK: Jenis refraktori. Dalam hal ini Fire Brick.


- 2 dijit angka: Kadar alumina (%)

Cth: SK 31: Adalah refraktori Fire Brick dengan kadar alumina 31%

b.) Dari gambar di atas mengapa fire brick memiliki sifat yang kurang baik jika
dibandingkan dengan mullite/high alumina brick, jelaskan!

Umumnya peningkatan kadar alumina (Al2O3) menguntungkan sifat


refraktorines. Tentunya mullite/high alumina brick memiliki kadar alumina yang
lebih tinggi dibanding fire brick. Peningkatan kadar alumina mampu
meningkatkan temperatur pemakaian refraktori. Dari gambar, dapat dilihat
bahwa pada suhu 1500oC, fire brick memiliki fasa liquid + mullite sehingga
mulai melunak, sementara mullite tentunya terdiri dari 100% mullite sehingga
tidak mengalami pelunakan.

c.) Mana yang lebih baik sifatnya, super silica, silica, atau semi silica brick?
Jelaskan!

Bila dilihat dari refraktorinesnya:

- Super silica (Al2O3 0.5-1.0): 1730oC


- Silica (Al2O3 1.0-2.0): 1710oC
- Semi Silica (Al2O3 8-9): 1450oC

Hal ini dkikarenakan terdapat titik eutektik pada suhu 1545 oC pada komposisi
silika 5.5%, sehingga:

Super silica > Silica > Semi silica

d.) Apa kelemahan refraktori Chromite? Apa peran penambahan MgO terutama
MgO.SiO2 (forsterite) pada refraktori Chromite-Magnesite/Magnesite-Cromite?
Jelaskan!

Kelemahan chromite yaitu memiliki RUL yang buruk (tidak boleh >1400oC).

Penambahan MgO.SiO2 (forsterite) akan meningkatkan sifat refraktori


chromite (forsterite TL 1890oC). Refraktorines meningkat sebanding dengan
rasio penambahan forsterite.

3. a.) Jelaskan mengapa Fe tidak disukai keberadaannya di dalam refraktori!

Karena beberapa hal, yaitu:


 Fe2O3 pada material refaktori dapat tereduksi oleh gas tanur tinggi (CO)
menjadi logam Fe

3Fe2O3 + CO = 2Fe3O4 + CO2


Fe3O4 + CO = 3FeO + CO2
FeO + CO = Fe + CO2

 Logam Fe adalah katalisator CO cracking.

2CO = CO2 + C
dimana gas CO berubah menjadi CO2 sehingga menurunkan efisiensi
konversi bijih besi menjadi logam besi.

b.) Jelaskan proses drying dan firing! Mengapa firing penting dalam menentukan
kualitas akhir refaktori?
- Drying: Proses pengukuran kadar moisture dalam refraktori sebelum
dilakukan proses firing. Proses ini mampu menurunkan kadar moisture yang
awalnya sekitar 4-20% menjadi <1 %, bahkan <0.5%. Proses dilakukan
pada Tunnel Kilns selama 24 jam, dengan memasukkan udara panas (150-
250oC) kedalam kiln.
- Firing: Proses pemanasan material refraktori dengan temperatur tinggi
secara periodik/statis (dengan down-draft kiln) atau kontinu (dengan tunnel
kiln) untuk membentuk ikatan keramik yang akan memberikan sifat
refraktori pada produk.

Proses firing adalah tahapan yang penting karena tepat atau tidaknya
dilakukannya prosedur ini akan mempengaruhi karakteristik fisik dari produk
refraktori. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah variasi temperatur
dan waktu firing.

Anda mungkin juga menyukai